PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2022 / 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak – pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
yang berjudul “Kemampuan sosial anak melalui permainan Raba – raba”
Kelompok 5
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Perilaku sosial merupakan aktivitas yang berhubungan dengan orang lain, baik
dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara. Ketika anak berhubungan
dengan orang lain, terjadi peristiwa – peristiwa yang sangat bermakna dalam
kehidupannya yang dapat membantu pembentukan kepribadiannya. Sejak kecil anak
telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang di sekitarnya,
yaitu dengan ibu, ayah, dan saudaranya.
Menjalin hubungan sosial dengan orang lain merupakan hal yang sangat penting
bagi anak. Seorang anak yang tidak banyak memperoleh peluang untuk melakukan
hubungan sosial akan tampak bahwa penampilannya jauh berbeda dengan anak-anak
yang dibiarkan bebas melakukan hubungan sosial. Anak yang bebas melakukan
hubungan sosial akan lebih efektif dalam melaksanakan hubungan sosial karena ia
mampu memilih dan melakukan perilaku tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Keinginan untuk diterima dalam lingkungan teman merupakan kebutuhan yang
sangat kuat bagi anak, sehingga anak akan berusaha menguasai ketrampilan sosial
anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam kelompok sosialnya. Mereka akan belajar
untuk berteman, berbagi perasaan, mengembangkan sikap memberi dan menerima,
belajar bekerjasama, menghargai orang lain, mampu menghargai kekurangan orang
lain.
Berdasarkan pengamatan terhadap anak berkaitan dengan masalah sosial
diantaranya masih ada anak yang belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah,
belum bisa menyesuaikan diri dengan berbagai peraturan yang berlaku, tidak mau
berbagi dengan teman. Selanjutnya dalam proses pembelajaran di beberapa PAUD,
masih ada proses pembelajaran yang menggunakan pembelajaran Konvensional
dimana kegiatan aktivitas pembelajaran lebih banyak guru yang aktif bukan anak yang
lebih banyak aktif dimana anak hanya sebagai pendengar yang baik ketika guru
menjelaskan materi.
Selanjutnya dalam pembuatan peraturan – peraturan permainan guru sendiri yang
membuat aturan tersebut, sehingga berdampak pada anak-anak yang merasa kurang
percaya diri dan mereka menjadi ragu – ragu dan sering bertanya apakah dirinya boleh
melakukan hal-hal yang diluar aturan guru, apakah dirinya boleh bermain sesuai dengan
yang disukainya, anak merasa takut akan apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan
peraturan dan kesepakatan yang dibuat guru. Oleh karena itu ketermpilan sosial pada
anak usia dini perlu dilakukan melalui berbagai stimulus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang dapat
penulis ambil yaitu:
1. Seperti apa konsep keterampilan sosial yang harus dikembangkan pada anak
usia dini?
2. Bagaimana cara mengembangkan keterampilan sosial pada anak usia dini?
3. Bagaimana kemampuan sosial anak melalui permainan tradisional “raba-raba”?
C. Tujuan Penulisan
Berdsarkan rumusan masalah maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui:
1. Seperti apa konsep keterampilan sosial yang harus dikembangkan pada anak
usia dini
2. Bagaimana cara mengembangkan keterampilan sosial pada anak usia
diniBagaimana kemampuan sosial anak melalui permainan tradisional “raba-
raba”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Konsep Keterampilan Sosial Bagi Anak Usia Dini
Pendekatan pengembangan keterampilan didasarkan atas pandangan tentang
perilaku perkembangan anak. Anak-anak usia dini perlu dikembangkan keterampilan
sosial nya agar anak mampu secara efektif melakukan sesuatu kegi atan
disekolah.Menurut Taxonomy B.S. Bloom, Pendekatan pengembangan meliputi
perkembangan keterampilan dalam membaca, berbahasa, dan berhitung dan perilaku
yang dibutuhkanya dikelas seperti bekerja secera mandiri, memberikan perhatian, dan
menyelesaikan suatu tugas.
Keterampilan Sosial,Seefeldt dan Barbour (1994: 57-59) mengatakan bahwa
keterampilan sosial meliputi:keterampilan komunikasi, berbagi (sharing), bekerja
sama, dan berpartisipasi dalam kelompok masyarakat. Anak-anak yang mempunyai
kesadaran diri yang kuat,siap untuk belajar hidup bersama dengan orang lain.
Kemampuan berkomunikasi adalah perilaku – perilaku yang dipelajari untuk digunakan
individu dalam situasi – situasi interpersonal untuk memperoleh dan memelihara
penguatan dari lingkungan. Keterampilan sosial diperoleh melalui proses belajar, baik
belajar dari orang tua sebagai figur yang paling dekat dengan anak maupun belajar dari
teman sebaya dan lingkungan masyarakat.
Walker (Rosenberg, 1992: 41) menjelaskan keterampilan sosial secara umum
merupakan respon – respon dan keterampilan yang memberikan seorang individu untuk
mempertahankan hubungan positif dengan orang lain. Penerimaan teman-teman
sebayanya, penguasaan ruang kelas yang baik dan memberikan individu untuk
mengatasi secara efektif dan bisa diadaptasi dengan lingkungan sosial.
Pendapat diatas disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah kemam puan
berkomunikasi, bekerja-sama, berbagi, berpartisipasi, dan beradaptasi (bentuk simpati,
empati,mampu memecahan masalah serta disiplin sesuai dengan peraturan dan norma
yang berlaku).
Elksnin dan Elksnin (1999: 2) mengidentifikasikan ciri – ciri keterampilan social,
meliputi: perilaku interpersonal; perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri; perilaku
yang berhubungan dengan kesuksesan akademis; perilaku yang berhubungan dengan
penerimaan teman sebaya (peer acceptace); dan keterampilan komunikasi.
Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang
digunakan selama melakukan interaksi social yang disebut juga keterampilan menjalin
persahabatan, misalnya memperkenalkan diri, menawar kan bantuan dan memberikan
atau menerima pujian. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri merupakan
keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi sosial, dengan kemampuan ini anak
dapat memperkirakan kejadian – kejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak
perilakunya pada situasi sosial tertentu.
Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis,meliputi: perilaku atau
keterampilan sosial yang dapat mendukung prestasi belajar di sekolah. Perilaku yang
berhubungan dengan penerimaan teman sebaya (peer acceptace)
Agar anak-anak tuntas pada keterampilan – keterampilan dan perilaku tersebut, maka
strategi mnegajar dirancang atau didesain untuk mengubah kinerja yang mudah diamati
dan diukur, adapun tujuan perkembangan keterampilan diantaranya:
1. Perkembangan Kognitif
a) Anak akan merekam atau mengungkap bahasa bahasa tertulis
b) Anak akan mengembangkan konsep angka
c) Anak akan mengembangkan kemampuan soal-soal berhitung.
2. Perkembangan Berbahasa
a) Anak akan berbicara dengan benar dalam bahasa Inggris( disini bahasa
Indonesia: penyadur) yang standar.
b) Anak akan menggunakan konsep “ lawan kata-kata” dari yang berkaitan.
c) Anak akan mengikuti petunjuk - petunjuk yang kompleks.
3. Perkembangan Sikap
a) Anak akan menunjukkan sikap positif terhadap sekolah dan kegiatan
belajarnya.
b) Anak akan mengembangkan konsep diri yang positif dengan mengalami
sendiri keberhasilan keberhasilan akademiknya.
c) Anak akan berinteraksi dengan efektif terhadap orang dewasa dan anak
lainya.
d) Tujuan diatas adalah pernyataan pernyataan yang berorientasikan produk,
sebagai kebalikan dari pernyataan – pernyataan yang berorientasi pada
proses. Tujuan tujuan yang berorientasi pada produk lebih terfokuskan pada
hasil – hasil yang spesifik yang dapat diamati, yakni produk – produk akhir
dan sama sekali bukan proses, bagaimana dan mengapa sesuatu itu
diperoleh dan dicapai.
B. Bentuk Keterampilan Sosial Yang Dapat di Kembangkan Pada Anak Usia Dini
Keterampilan sosial pada anak dapat dikembangkan melalui :
a) Kegiatan Bermain
Bermain merupakan suatu sarana yang memungkinkan anak berkembang secara
optimal. Bermain dapat mempengaruhi semua perkembangan dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan. Bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk berimajinasi,
bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu (Carron & Jan, 1999:
21).Bruner (Hurlock,1980: 121) bermain adalah kegiatan yang serius dan merupakan
kegiatan pokok dalam masa kanak-kanak. Mayesky (1990: 196) mengatakan bagi anak-
anak bermain adalah hal yang mereka lakukan sepanjang hari karena hidupnya adalah
bermain. Ki Hajar Dewantara (1977: 243) mengatakan bermain merupakan kegiatan
keseharian setiap anak. Hal yang serupa diungkapkan oleh Tedjasaputra (2001: xvi)
dimana bermain adalah dunia kerja anak usia prasekolah dan menjadi hak setiap anak
untuk bermain, tanpa dibatasi usia. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bermain pada masa kanak – kanak merupakan kegiatan keseharian
sebagai dasar pembelajaran yang dilakukan dengan serius oleh setiap anak secara
alamiah mengenai diri sendiri dan lingkungannya danpekerjaan anak yang
menunjukkan tingkah laku yang menyenangkan, dinamis, aktif, dan konstruktif.
Bentuk kegitan bermain yang dapat diterapkan diantaranya:
1. Permainan Tradisional
Permainan tradisional merupakan salah satu folkfore yang beredar secara lisan dan
turun termurun serta banyak mempunyai variasi sehingga permainan tradisional
dipastikan usianya sudah tua, tidak diketahui asal usulnya juga tidak diketahui siapa
yang menciptakan permainan tersebut(Danandjaya, 1987: 171). Permainan tradisional
disebut juga permainan rakyat, merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang
pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan (Yunus, 1981). Permainan
Peningkatan Keterampilan Sosial tradisional tumbuh dan berkembang berdasarkan
kebutuhan masyarakat setempat. Kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh
alam sekitarnya, sehingga menarik, menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat
itu.
Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional menurut Sukirman
Dharmamulya (Andang Ismail, 2006: 106), antara lain: melatih sikap mandiri; berani
mengambil keputusan; penuh tanggung jawab;jujur; sikap dikontrol oleh
lawan;kerjasama; saling membantu dan saling menjaga; membela kepentingan
kelompok; berjiwa demokrasi; patuh terhadap peraturan; penuh perhitungan; ketepatan
berpikir dan bertindak; tidak cengeng; berani; bertindak sopan;dan bertindak
luwes.Karakteristik permainan tradisional adalah permainan tradisional menggunakan
alam sekitar sebagai sumber bermain dan sebagai sumber alat permainan yang
didukung kemampuan dan kreativitas dalam menggunakan bahan yang ada di
lingkungan sekitar menjadi alat permainan.
Permainan tradisional dimainkan secara bersamaan atau kelompok. Kekuatan dari
bermain permainan tradisional, yaitu mengutamakan interaksi sosial yang
mengutamakan kerjasama, kekompakan, saling asah asih asuh, dan melatih emosi
serta moral anak,karena dalam proses bermaian anak dituntut untuk bermain jujur, adil
dan penuh tanggung jawab.
Permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan moral, seperti: nilai-nilai
kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, lapang dada (kalau kalah),
dorongan berprestasi, menghargai orang lain, keakraban, toleransi, aktif, kreatif,
kemandirian, kepedulian terhadap lingkungan sekitar, solidaritas, sportivitas, dan taat
pada aturan, jika pemain dapat menghayati, menikmati, dan mampu menikmati
permainan. Permainan tradisional memiliki sifat yang fleksibel, yaitu dapat dimainkan di
dalam ruangan maupun di luar ruangan (walau lebih banyak dimainkan di luar ruangan/
di lapangan terbuka) dan peraturan permainan pun dapat disesuaikan dengan
kesepakatan para pemain. Pengalaman yang didapat dari pemainnya merupakan
pengalaman yang bersifat emosional yang lahir dari kontak fisik dan kontak mata juga
komunikasi antar pemain.
Contoh bentuk permainan tradisionla yang dapat dilakukan yaitu: Pemianan tam –
tam duku, cina buta, cak ingkling, ampar – ampar pisang, lomba karung, raba-raba dan
lain sebagianya.
Kemampuan sosial emosional anak usia dini bisa dilatih dan distimulasi dengan berbagai
macam cara. Salah satu cara yang bisa dilakukan hal tersebut adalah melalui kegiatan
permainan raba – raba yang membutuhkan kerja sama tim didalamnya. Hal yang positif yang
diperoleh anak jika mengikuti kegiatan permainan ini adalah anak dapat menjadi percaya diri
karena sering berinteraksi dengan teman – teman sebayanya. Selain itu juga bisa memiliki
kemampuan komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
http://cutcitraya.blogspot.com/2017/11/pembelajaran-ips-aud.html?m=1
https://www.neliti.com/id/publications/461141/kemampuan-sosial-emosional-
anak-melalui-permainan-raba-raba-pada-paud-kelompok-a#id-section-content
Mursid.2015.Belajar dna Pembelajaran Paud.Bandung: PT Reamaja Rosda
Karya. Asmawati,Luluk dkk.2010.Pengelolaan kegiatan pengembangan anak usia
dini. Jakarta:Universitas Terbuka.
http://pemelajaran-anak.blogspot.co.id/2008/08/09/keterampilan-sosial.html?m=1
Http://Ants-edu.blogspot.co.id/2014/12/proses-pembentukan-keterampilan-
sosial.html?m=1