Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, EMOSI, SOSIAL MORAL PADA MASA REMAJA
AWAL DAN AKHIR

Disusun Oleh:

May Prisiska Rahma (A1A219009)


Ali Nur Alfian (A1A219031)
Rati Isrowiyah (A1A219051)
Rizal Choirul Ichsan (A1A219027)
Inggrid Herdiansyah (A1A219041)

Dosen Pengampu :
Drs. Budi Purnomo, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji sykur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan bantuan serta rahman dan
rahim-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia Zaman Pengaruh Islam
mengenai Perkembangan Intelektual, Emosi, Sosial Moral Pada Masa Remaja Awal dan Akhir
dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya dan pengikutnya sampai akhir zaman kelak.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan dan pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan serta
kekeliruan yang perlu diperbaiki lagi.
Dengan selesainya penulisan makalah ini kami harap dapat memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
membutuhkan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan.

Jambi, 12 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..……...….... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….……………..…... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………........ 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….……….. 1
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………………..……………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.2. Perkembangan Intelektual (Kognisi dan Bahasa)…………………………………………
2
2.3. Perkembangan Emosi Pada Masa Remaja……………………………………………….. 5
2.4. Perkembangan Sosial Moral Pada Masa Remaja.………………………………………... 6
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan ……………………………………………………………............................….
9
3.2. Saran………………………………………………………………....................................
9
DAFTAR PUSTAKA….……………………………………………………………...................
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan manusia yang
terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia (life span development).
Masa remaja mempunyai ciri yang berbeda dengan masa sebelumnya atau sesudahnya, karena
berbagai hal yang mempengaruhinya sehingga selalu menarik untuk dibicarakan. Kata remaja
diterjemahkan dari kata dalam bahasa Inggris adolescence atau adoleceré (bahasa latin) yang
berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah remaja
dengan adolecen disamakan. Adolecen maupun remaja menggambarkan seluruh perkembangan
remaja baik perkembangan fisik, intelectual, emosi dan social moral.
Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilaluinya adalah mampu berfikir secara
lebih dewasa dan rasional, serta memiliki perkembangan yang lebih matang dalam
menyelesaikan masalah. Dengan kata lain remaja harus memiliki kemampuan intelektual serta
konsepsi yang dibutuhkan untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang
lain sebagai individu. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan
sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan, atau perantaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut
1. Bagaimana Perkembangan Intelektual (Kognisi dan Bahasa) Pada Masa Remaja?
2. Bagaimana Perkembangan Emosi Pada Masa Remaja?
3. Bagaimana Perkembangan Sosial Moral Pada Masa Remaja?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk Mengetahui Perkembangan Intelektual (Kognisi dan Bahasa) Pada Masa
Remaja
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Emosi Pada Masa Remaja
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Sosial Moral Pada Masa Remaja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Intelektual (Kognisi dan Bahasa) Pada Masa Remaja
Intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar,
membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan.
Pada usia remaja secara mental anak telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang
abstrak. Dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak serta
sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berfikir konkrit.
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola fikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berfikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangankan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. ParaPara remaja tidak
lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga tidak mengintegrasikan
pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain diluar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan sering kali
membingungkan terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama
masa kanak-kanak.
Tidak sedikit anak remaja yang berupaya menentukan pilihan-pilihan kegiatannya atas
dasar pertimbangan yang rasional, baik dari sisi kompetensi pribadi dan minatnya terhadap
pilihan tersebut. ContohnyaContohnya pertama, apabila disekolah terdapat bermacam-macam
program ekstrakurikuler maka anak tersebut berupaya memilih salah satu ekstrakurikuler yang
diminatinya serta sesuai dengan kemampuan dirinya, tidak lagi atas dasar pilihan orang tuanya.
ContohContoh kedua, dalam hal memilih sekolah. Tidak sedikit remaja yang memilih sekolah
atas dasar pertimbangan hal-hal yang ada dalam pribadinya bukan karena pilihan ditentukan oleh
orang tuanya, walaupun juga masih ada remaja yang menurut apa yang menjadi pilihan, apa yang
menjadi ketentuan, serta apa yang menjadi harapan orang tua bagi dirinya. RasaRasa ingin tahu
yang besar karena reamaja berada pada perkembangan kognitif yang fleksibel, maka remaja
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin tahu itu diarahkan ke hal-hal yang positif
maka itu akan sangat membentuk dirinya dengan baik. MisalMisal, penelitian ilmiah, lintas alam,
dan sebagainya. TapiTapi apabila rasa ingin tahu itu disalurkan dengan cara yang negatif maka
hal itu bisa merusak dirinya sendiri. MisalMisal, merokok, memakai narkoba, menonton film
porno, melakukan seks bebas yang merupakan tindakan yang dilakukan remaja karena berawal
dari rasa ingin tahu yang besar.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir
abstrak.  Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara
biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif
mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja
tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara
berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara
abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan
tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang
hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja
berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada
saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja
mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang
dapat mempengaruhi dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian, para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan
perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosakata, ucapan,
gramatikal dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan
umur kronologisnya.Karena perbandingan umur kronologis dengan kemampuan berbahasa
individu menunjukkan perkembangan bahasanya.
Ada beberapa aliran yang memiliki pandangan tentang perkembangan bahasa seseorang.
Berikut adalah penjabarannya :
1. Aliran Nativisme
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan bahasa seseorang ditentukan oleh faktor-
faktor bawaan sejak lahir yang ditentukan oleh orang tuanya. Hal ini berarti, jika kemampuan
bahasa orang tuanya baik dan cepat, maka sang anak juga memiliki kemampuan bahasa yang
baik dan cepat, begitu sebaliknya.
2.  Aliran Empirisme atau Behaviorisme
Aliran ini berpandangan sebaliknya, bahwa perkembangan bahasa seseorang tidak
ditentukan oleh faktor bawaan melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan
sekitarnya. Dalam hal ini jika kemampuan bahasa orang tuanya kurang baik dan lambat namun
proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkunagan berbahasa
secara baik dan cepat, maka kemampuan berbahasa anak menjadi baik dan cepat
3.  Aliran konvergensi
Aliran ini mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi antara faktor bawaan dan
pengaruh lingkungan. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa
seseorang adalah aspek kognitif. Sedangkan faktor lingkungan juga sangat berpengaruh yakni
besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungan.
Pemikiran remaja bersifat egosentris. Menurut Elkind, egosentrisme remaja (adolescent
egocentrism) memiliki dua bagian yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton
khayalan (imaginary audience) merupakan keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan
dirinya sebagaimana ia memikirkan dirinya sendiri. Perilaku-perilaku yang ditujukan untuk
menarik perhatian, umum terjadi pada masa remaja. Dongeng pribadi (the personal fable) adalah
bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak remaja. Rasa unik
pribadi seorang anak remaja membuat ia merasa bahwa tidak seorang pun mengerti tentang
perasaan mereka sebenarnya. Dongeng pribadi biasanya dapat ditemukan pada diari seorang
anak remaja. Didalam dongeng pribadi itu terdapat pelampiasan seorang remaja yang merasa
bahwa tidak seorang pun yang mengerti perasaannya. Misalnya, seorang remaja perempuan yang
baru saja diputuskan oleh pacarnya dan ia merasa bahwa Ibunya tidak mungkin mengerti
perasaan yang sedang dialaminya ini. Oleh karenanya, ia mempertahankan rasa unik itu dengan
menceburkan diri kedalam fantasi yang ia buat sendiri.
2.2. Perkembangan Emosi Pada Masa Remaja
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut
masa badai & topan (storm and stress) Heightened Emotionality, masa yang menggambarkan
keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi
terutama karena remaja mendapat tejana social dan menghadapi kondisi baru, karena selama
masa kayak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Kepekaan emosi yang meningkat sering diujudkan dalam bentuk, remaja lekas marah, suka
menyendiri dan adanya kebiasaan nervous, seperti gelisah, cemas dan sentimen, menggigit kuku
dan garuk-garuk kepala.
Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan dan surut dalam waktu yang
singkat. Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi sebagai situasi psikologis yang
merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh.
Pola emosi masa remaja hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang
secara normal dialamai adalah cinta atau kasih saying, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya
lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya
dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Menurut Biehler (1972), membagi cirri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu
usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
1. Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun :
·         Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
 Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
 Kemarahan biasa terjadi
 Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
 Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
2.  Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
 “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa
kanak-kanak menuju dewasa
 Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
 Sering kali melamun memikirkan masa depan mereka
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada masa remaja antara lain :
a.        Perubahan jasmani atau fisik
Perubahan atau pertumbuhan yang berlangsung cepat selama masa puber menyebabkan
keadaan tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini mempengaruhi kondisi psikis
remaja. Hal ini menyebabkan rangsangan dalam tubuh remaja yang sering kali menimbulkan
masalah dalam perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan emosinya.
b.       Keadaan anak
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri anak
akan sangat mempengaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada
kepribadian anak. Misalnya, rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari
lingkungannya.
c.        Perubahan dalam hubungan dengan teman-teman
Pada awal remaja biasanya mereka suka membentuk geng yang biasanya pula memiliki
tujuan yang positif untuk memenuhi minat bersama mereka, namun jika diteruskan pada masa
remaja tengah atau remaja akhir para anggota mungkin membutuhkannya untuk melawan
otoritas atau untuk melakukan yang tidak baik. Yang paling sering mendatangkan masalah
adalah hubungan percintaan antar lawan jenis dikalangan remaja.
d.       Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah
Menginjak remaja mungkin mereka mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan
untuk kehidupan dimasa mendatang. Hal ini sedikit banyak dapat menyebabkan kecemasan
sendiri bagi remaja. Lebih lanjut berkaitan dengan apa yang mereka lakukan setelah lulus
sekolah.
2.3. Perkembangan Sosial Moral Pada Masa Remaja
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual
dan emosional. Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubunggan sosial yang bersifat tertutup
sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Keadaan atau peristiwa oleh Eric Erickson.
(dalam Leffon, 1982:281) dinyatakan bahwa ank dapat mengalami krisis identitas. Proses
pembentukan identitas dari dan konsep diri seseorang adalah suatu yanag kompleks. Konsep dari
anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan drinya
sendiri,tetapi jiga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya dari keberadaan dirinya. Erickson
mengemukakan bahwaperkembangan anak sampai jenjang dewasa melalui delapan tahap dan
perkembangan remaja ini berada pada tahap keenam dan ketujuh, yaitu masa anak ingin
menentukan jati dirinya dan memilih kawan akrabnya. Seringkali anak menemukan jati dirinya
sesuai dengan kehidupanyang mreka alami. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok
mereka dalam menemukan jati dirinya.
Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil
ataupun kelompok besar. Dalam menentukan kelompok yang diikiuti, disadari oleh berbagai
pemimbangan, seperti moral, sosial, ekonomi, minat dan kesamaan bakat dan kemapuan. Baik
dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh remaja dan
palin rumit adalah faktor penyesuaian diri. Dalam kelompok besar akan terjadi persaingan yang
berat, masing-masing individu bersaing untuk tampil menonjol, memperlihatkan akunya. Oleh
karena itu, sering terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh
menonjolnyakepentingan pribadi setiap orang. Tetapi sebliknya dalam kelompok itu terbentuk
suatu persatuan yang kokoh, yang kuat, yang diikat oeh norma kelompok tyang telah disepakati.
Nilai nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar
berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi aturan kelompok. Seklaipun dalam hal tertentu
tindskan suatu kelompok kurang memperhatikan norma umum yang berlaku didalam
masyarakat, karena yang lebih dierhatikan adalah keutuhan kelompoknya.didalam
mempertahankan dan melawan ‘serangan’ kelompok lain, lebih dijiwai keutuhan kelompoknya
tanpa mempedulikan objektivitas kebenaran.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungsn pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tatacara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Didalam keluarga berlaku
norma-norma keluarga kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
b. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan fisikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Disamping itu kemampuan berbahasa ikut
pula menentikan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga
setiap orang fisiknya telah mampu menjelaskan fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial dan Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independent, akan tetapi akan ipandang dalam koneksnya yang utuh dalam keluarga anak itu,
“anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya
akan memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoprasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan anak didalam masyaraka dan
kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehiduan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan.penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peseta
didik yang belajar dikelembagaan pendidikan (sekolah).
e. Kapasitas Mental: Emosi dan Inteligensi
Sikap saling perhatian dan kemampuan memahami orang lain meru-pakan modal utama
dalam kehidupan sosial dan hal ini akan mudah dicapai oleh remaja yang bekemampuan
intelektual tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Pada usia remaja secara mental anak telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan
yang abstrak. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola fikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berfikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangankan
banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut
masa badai & topan (storm and stress) Heightened Emotionality, masa yang menggambarkan
keadaan emosi remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi
terutama karena remaja mendapat tejana social dan menghadapi kondisi baru, karena selama
masa kayak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Perkembangan sosial remaja diwujudkan dalam pergaulan remaja banyak diwujudkan
dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil ataupun kelompok besar. Dalam menentukan
kelompok yang diikiuti, disadari oleh berbagai pemimbangan, seperti moral, sosial, ekonomi,
minat dan kesamaan bakat dan kemapuan. Baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar,
masalah yang umum dihadapi oleh remaja dan palin rumit adalah faktor penyesuaian diri.
3.2. Saran
Makalah yang ditulis adalah makalah yang jauh dari kata sempurna. Dalam penulisan
makalah ini penulis merasa banyak terdapat kesalahan oleh karena itu, kami siap menerima
kritikan dan saran yang membangun. Harapan nya setelah penulisan makalah ini akan banyak
orang yang mengetahui mengenai Perkembangan Intelektual, Emosi, Sosial Moral Pada Masa
Remaja Awal dan Akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Izzaty, Eka R, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Staff.uny.ac.id. (diakses pada tanggal 12
April 2020, pada jam 13.37)
Perkembangan Peserta Didik. Academia.edu.ac.id (diakses pada tanggal 12 April 2020, pada jam
10.43)
Sumarto, Ny. Hartono Agung. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Rineka
Wiranata, Kristin. 2016. Karakteristik Perkembangan Remaja. Academia.edu.ac.id (diakses pada
tanggal 12 April 2020, pada jam 14.10)

Anda mungkin juga menyukai