Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL & SOSIAL

ANAK USIA PAUD/TK

Dosen Pengampu :

Dr. H. Hamsi Mansur, M. M. Pd. / Wiwik Ariesta, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Risma Dwi Kolwatin (1910130220032)


2. Muhammad Subhan Fansuri (1910130310009)
3. Muhammad Nizar Nisfianoor (1910130210007)

Mata Kuliah:

Perkembangan Peserta Didik

PROGRAM STUDI (S1) TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa ilmu, pengetahuan, dan kesempatan
sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah ilmu dan pengetahuan
tentang Perkembangan Peserta Didik.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu dan teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya dan saran perbaikan
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik, rapi, dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

Banjarmasin, 11 Februari 2020

Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL, SOSIAL ANAK
USIA TK/PAUD
A. Perkembangan Intelektual Anak Usia TK/PAUD ...................................... 3
B. Perkembangan Emosional Anak Usia TK/PAUD ...................................... 4
C. Perkembangan Sosial Anak Usia TK/PAUD ............................................. 6
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa usia dini merupakan masa yang sangat fundamental bagi
perkembangan seorang anak, dimana pada masa ini proses perkembangan
berjalan dengan pesat. Pada masa ini merupakan periode sensitif (sensitive
periods), karena selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima
stimulus-stimulus dari lingkungannya.

Perkembangan kognitif pada Teori Paiget anak TK/PAUD masuk pada


Tahap Praoperasional dalam rentang umur 2-7 tahun, disebut praoperasional
karena masa itu anak-anak belum bisa melakukan operasi-operasi mental
(tugas-tugas berpikir logis) awal penalaran logis dan berpikir simbolik akan
nampak terutama mendekati akhir tahap ini (Upton, 2012).

Periode Praoperasional dibagi menjadi dua sub tahap:

• Keberfungsian simbolik (dua-empat tahun)


• Berpikir intuitif (empat-tujuh tahun)

Hidup manusia sangat kaya akan pengalaman emosional. Hanya saja


ada yang sangat kuat dorongannya, adapula yang sangat samar sehingga
ekspresinya tidak tampak. Ekspresi emosi akan kita kenali pada setiap jenjang
usia mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik laki-laki ataupun perempuan.
Sebagai contoh, seorang anak tertawa kegirangan ketika ayahnya
melambungkan tubuhnya ke udara atau kita melihat seorang anak yang berusia
satu tahun sedang menangis karena mainannya direbut oleh kakaknya. Bagi
seorang anak, kondisi emosi ini lebih mudah diekspresikan melalui kondisi
fisiknya.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana perkembangan intelektual anak PAUD/TK?
2. Bagaimana perkembangan emsosional anak PAUD/TK?
3. Bagaimana perekembangan sosial anak PAUD/TK ?

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Dapat mengetahui bagaimana perkembangan intelektual anak
PAUD/TK.
2. Dapat mengetahui bagaimana perkembangan emosional anak
PAUD/TK.
3. Dapat mengetahui bagaimana perkembangan sosial anak PAUD/TK.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah tentang perkembangan intelektual, emosional, dan
sosial anak usia TK atau PAUD ialah bagi mahasiswa khususnya
berlatar belakang kependidikan agar mampu memahami secara
intelektual, emosional, dan sosial peserta didik seperti apa yang dididik.
2. Bagi Pembaca

Manfaat makalah tentang perkembangan intelektual, emosional, dan


sosial anak usia TK atau PAUD ialah agar pembaca memahami
bagaimana cara menyikapi atau mengembangkan secara intelektual,
emosional, dan sosial terhadap anak usia TK atau PAUD.

2
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL, & SOSIAL ANAK
USIA PAUD/TK

A. Perkembangan Intelektual Anak Usia PAUD atau TK

Intelektual ialah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk


bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab
persoalan tentang berbagai gagasan.
Intelektual disini dapat diartikan bagaimana kemampuan daya
tangkap anak dan bagaimana cara anak memahami sebuah informasi yang
diberikan, anak harus diajarkan bagaimana konsep memahami bukan hanya
menghafal angka, karena jika sedari dini anak dibiasakan untuk menghafal
maka seterusnya cara belajar anak akan menghafal tanpa memahami.

Perkembangan kognitif pada Teori Paiget anak TK/PAUD masuk


pada Tahap Praoperasional dalam rentang umur 2-7 tahun, disebut
praoperasional karena masa itu anak-anak belum bisa melakukan operasi-
operasi mental (tugas-tugas berpikir logis) awal penalaran logis dan berpikir
simbolik akan nampak terutama mendekati akhir tahap ini (Upton, 2012).

Periode Praoperasional dibagi menjadi dua sub tahap:

• Keberfungsian simbolik (dua-empat tahun)


• Berpikir intuitif (empat-tujuh tahun)
Ciri utama subtahap keberfungsian simbolik adalah kemapuan secara
mental untuk mempresentasikan objek yang tidak tersaji (berpikir
simbolik). Ini penting bagi perkembangan Bahasa. Berfikir simbolik
ditunjukkan dalam pikiran pengandaian anak-anak.

• Kemampuan untuk mengendalikan suatu objek menjadi sesuatu yang


lain yang tidak tersaji menunjukkan bahwa anak memiliki representasi
mental atas objek yang tidak tersaji.

3
• Pada usia empat tahun anak-anak tidak perlu lagi menggunakan suatu
objek untuk menyimbolkan objek lain yang tidak tersaji, mereka dapat
menggunakan representasi imajiner. Contohnya mengandaikan sedang
memegang sikat gigi.
Ciri utama subtahap “berpikir intuitif” adalah berawalnya penalaran
berpikir primitif. Namun berpikir masih dibatasi oleh sentrasi dan
kurangnya pemahaman tentang reversibilitas.

B. Perkembangan Emosi Anak Usia PAUD atau TK


1. Pengertian Emosi
Emosi adalah perasaan dalam diri kita yang kita rasakan senang,
sedih, marah, kecewa dan lain lain.
Goleman (1995:411) menyatakan bahwa “emosi merujuk pada suatu
perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak”.
2. Mekanisme Emosi
Lewis and Rosenblum (Stewart, at. al. 1985) mengutarakan proses
terjadinya emosi melalui lima tahapan sebagai berikut.
a. Elicitors
Elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa. Misalnya,
ada peristiwa kebakaran.
b. Receptors
Receptor, yaitu aktivitas di pusat sistem syaraf, setelah indra menerima
rangsangan dari luar. Dalam hal ini mata melihat peristiwa kebakaran maka
mata berfungsi sebagai indra penerima stimulus atau reseptor awal. Setelah
mata menerima stimulus, ia melanjutkan rangsangan tersebut ke otak
sebagai pusat sistem syaraf.
c. State
State, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi. Dalam
contoh kasus ini, setelah rangsangan mencapai otak maka otak
menerjemahkan dan mengolah stimulus tersebut serta menyebarkan

4
kembali stimulus yang telah diterjemahkan tadi ke berbagai bagian tubuh
lain yang terkait sehingga terjadi perubahan fisiologis, seperti jantung
berdetak keras, tekanan darah naik, badan tegang atau terjadi perubahan
pada hormon lainnya.
d. Expression
Expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati,
seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh
perubahan fisiologis. Contohnya, otot wajah mengencang, tubuh tegang,
mulut terbuka, dan suara keras berteriak atau bahkan lari kencang menjauh.
e. Experience
Experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi
emosionalnya. Dengan pengalaman individu dalam menerjemahkan dan
merasakan perasaannya sebagai rasa takut, stres, terkejut, dan ngeri.

3. Fungsi Emosi
a. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber
penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan
sosial ini akan menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri.
Penilaian ini akan menentukan cara lingkungan sosial memperlakukan
seorang anak, sekaligus membentuk konsep diri anak berdasarkan
perlakuan tersebut.
b. Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi
interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi yang ditampilkan
lingkungannya. Melalui reaksi lingkungan sosial, anak dapat belajar
untuk membentuk tingkah laku emosi yang dapat diterima
lingkungannya. Jika anak melempar mainannya saat marah, reaksi yang
muncul dari lingkungannya adalah kurang menyukai atau menolaknya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan. Tingkah laku
emosi anak yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis
lingkungan. Artinya, apabila ada seorang anak yang pemarah dalam
suatu kelompok maka dapat mempengaruhi kondisi psikologis

5
lingkungannya saat itu, misalnya permainan menjadi tidak
menyenangkan, timbul pertengkaran atau malah bubar.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi
satu kebiasaan. Artinya, apabila seorang anak yang ramah dan suka
menolong merasa senang dengan perilakunya tersebut dan lingkungan
pun menyukainya maka anak akan melakukan perbuatan tersebut
berulang-ulang hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau
mengganggu aktivitas motorik dan mental anak. Seorang anak yang
mengalami stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi, dapat
menghambat anak tersebut untuk melakukan aktivitas. Misalnya,
seorang anak akan menolak bermain finger painting (melukis dengan
jari tangan) karena takut akan mengotori bajunya dan dimarahi orang
tuanya.
4. Jenis Emosi Anak
Emosi dasar anak ada beberapa jenis diantaranya:
1. Gembira
2. Marah
3. Takut
4. Sedih

C. Perkembangan Sosial Anak Usia PAUD atau TK


1. Pengertian Sosial
Manusia dilahirkan sebagai makhluk social yang artinya dalam
kehidupan manusia membutuhkan manusia lain dalam berbagai hal.
Menurut Loree (1970:86) “sosialisasi merupakan suatu proses di mana
individu terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-
rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan
kelompoknya serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang
lain di dalam lingkungan sosialnya”.

6
2. Proses Perkembangan Sosial
Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga
proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi
sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hurlock (1978), yaitu sebagai berikut.
1. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima
masyarakat.
2. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.
3. Mengembangkan sikap atau tingkah laku sosial terhadap individu lain
dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.

Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini,


individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu
sosial dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka
yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka
mampu mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai anggota
kelompok. Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-
orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi.

3. Pengembangan Sosial Melalui Tahapan Bermain


a. Sikap Sosial
Bermain mendorong anak untuk meninggalkan pola berpikir
egosentrisnya. Dalam situasi bermain anak dipaksa untuk mempertimbang-
kan sudut pandang teman bermainnya sehingga egosentrisnya menjadi
berkurang. Dalam permainan, anak belajar bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama. Mereka mempunyai kesempatan untuk belajar menunda
kepuasan sendiri selama beberapa menit, misalnya saat menunggu giliran
bermain. Ia pun terdorong untuk belajar berbagi, bersaing dengan jujur,
menang atau kalah dengan sportif, mempertahankan haknya, dan peduli
terhadap hak-hak orang lain. Lebih lanjut ia pun akan belajar makna kerja
dan semangat tim.

7
b. Belajar Berkomunikasi
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus
bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Hal ini mendorong
anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana
membentuk hubungan sosial, dan bagaimana menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.

c. Belajar Mengorganisasi
Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar
berorganisasi. Bagaimana ia harus melakukan pembagian peran di antara
mereka yang turut serta dalam permainan tersebut, misalnya siapa yang
menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya.

d. Lebih Menghargai Orang Lain dan Perbedaan-perbedaan


Bermain memungkinkan anak mengembangkan kemampuan
empatinya. Saat bermain dalam sebuah peran, misalnya anak tidak hanya
memerankan identitas si tokoh, tetapi juga pikiran-pikiran dan perasaan-
perasaan tokoh tersebut. Kegiatan bermain peran membantu anak
membangun pemahaman yang lebih baik atas orang lain, lebih toleran, serta
mampu berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan yang dijumpai.

e. Menghargai Harmoni dan Kompromi


Saat dunianya semakin luas dan kesempatan berinteraksi semakin
sering dan bervariasi maka akan tumbuh kesadarannya akan makna peran
sosial, persahabatan, perlunya menjalin hubungan serta perlunya strategi
dan diplomasi dalam berhubungan dengan orang lain. Anak tidak akan
begitu saja merebut mainan teman, misalnya ia tahu akan konsekuensi
ditinggalkan atau dimusuhi.

8
4. Tingkatan Dalam Bermain Sosial
a. Bermain Solitaire (Soliter)
Anak-anak bermain dalam satu ruangan, mereka tidak saling
mengganggu dan tidak saling memperhatikan. Sangat mungkin dalam satu
ruangan ada anak yang sedang asik bermain boneka, sementara ada anak
lain yang sama asiknya sedang bermain balok dan mobil-mobilan.

b. Bermain sebagai Penonton/Pengamat


Pada tahap ini anak-anak mulai peduli terhadap teman-temannya
yang bermain di satu ruangan, sekalipun ia masih bermain sendirian. Selama
anak bermain sebagai penonton ia terlihat pasif. Padahal, ia sangat
memperhatikan dan mengamati teman-temannya, apa yang sedang
dimainkan dan bagaimana hasilnya. Anak mungkin sedang berbicara
dengan ibunya atau sedang bermain balok. Namun, pada tahapan ini, ia
sering kali menoleh dan memperhatikan temannya yang sedang asyik
melakukan permainan lain.

c. Bermain Paralel
Beberapa anak bermain bersama dengan mainan yang sama dalam
satu ruangan. Namun, apa yang dilakukan masing-masing anak tidak saling
tergantung dan berhubungan. Jika ada seorang anak yang meninggalkan
arena, permainan anak-anak lain masih tetap dapat berjalan. Di Taman
Kanak-kanak kita sering melihat anak-anak bergerombol di area pasir.
Masing-masing anak sibuk sendiri dengan pikiran dan imajinasinya sendiri.
Ada anak yang membuat kue, ada yang membuat menara pasir, adapula
anak yang asik membuat bentuk-bentuk yang dicetak. Masing-masing asik
bermain tidak saling tergantung dalam melakukan aktivitas tersebut
sehingga ketika ada satu anak yang telah menyelesaikan mainannya dan
pindah ke area yang lain, anak-anak yang lain tidak terpengaruh dan tetap
dapat melanjutkan permainannya.

9
d. Bermain Asosiatif
Adalah permainan yang melibatkan beberapa orang anak, namun
belum terorganisasi. Masing-masing anak tidak mendapatkan peran yang
spesifik sehingga jika ada anak yang tidak mengikuti aturan, permainan
tetap dapat berlangsung.

e. Bermain Kooperatif
Bermain kooperatif dilakukan secara berkelompok, masing-masing
anak memiliki peran untuk mencapai tujuan permainan. Misalnya,
menirukan kegiatan di pasar, di mana ada anak yang berperan sebagai
penjual dan adapula anak yang berperan sebagai pembeli. Jika ada satu anak
yang berhenti dari permainan maka permainan tidak dapat dilanjutkan.
Contoh lain adalah permainan benteng-bentengan, di mana permainan
melibatkan dua kelompok yang berjumlah sama. Masing-masing kelompok
harus bekerja sama dan mengatur strategi untuk menjatuhkan lawannya.
Selain itu, mereka juga harus mampu mempertahankan bentengnya dari
serangan musuh yang akan merobohkan benteng. Jika ada satu anak yang
berhenti maka permainan harus dihentikan karena tidak seimbangnya
jumlah anggota dua kelompok tadi.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan intelektual anak usia PAUD atau TK terbagi menjadi


dua yaitu perkembangan emosional dan social. Emosi merupakan suatu
keadaan yang kompleks, bisa berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang
ditandai oleh ciri-ciri perubahan sikap yang muncul menyertai terjadinya
suatu perilaku anak. Terdapat empat emsosi dasar yaitu gembira, marah,
takut, sedih. Fungsi emosi pada anak dapat membuat kita mengenali
karakter anak dan dapat membantu kita untuk mengetahui apa yang anak
rasakan.

Dalam perkembangan sosial anak, bisa dilakukan dengan melalui


beberapa tahapan bermain yang dapat mengembangkan sikap
sosial,berkomunikasi antar sesama anak untuk membuat suatu kontak sosial
dan dapat memahami bagaimana cara bersosialisasi dengan anak lain.

B. Saran

Sebagai pendidik dalam mengajarkan anak pada usia TK/PAUD/RA


terlebih dahulu kita harus mengetahui pola perkembangannya, agar tidak
terjadi kesalahan dalam mendidik, karena perkembangan setiap intelektual,
emosional, dan social anak berbeda.

Dan sebagai orang tua harus meberi perhatian yang lebih pada anak
usia tersebut, tidak boleh telalu keras dan terlalu banyak dilarang karena
mada usia itu anak mulai belajar tentang lingkungan sekitarnya, peran orang
tua adalah mendampingi setiap masa perkembangan anak

11
DAFTAR PUSTAKA

Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia.

Hurlock, E.B. (1978). Child Development. 6th Ed. Tokyo: McGraw Hill Inc.,

International Student Ed.

Loree, M. R. (1970). Psychology of Education. New York: The Ronald Press.

Stewart, A. C. at al. (1985). Child Development A Topical Approach. New York:


John Wiley & Sons
Upton, Penney. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai