Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN HASIL OBSERVASI

PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA


“ Perkembangan Fisik, Emosional, sensorik, motorik dan bahasa pada anak usia 8
tahun ( anak usia sekolah )”

Dibuat oleh :
Renny Marselina - 202101579004

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVESERSITAS INDRAPRATA PGRI
2023
Jl. Raya Tengah No.80, RT.6/RW.1, Gedong, Kec. Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13760
KATA PENGANTAR

Puji kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas observasi pada bidang studi Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja yang bertemakan “ Perkembangan Fisik, Emosional, sensorik,
motoarik dan bahasa pada anak usia 8 tahun”
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan maupun dalam isinya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak terutama kepada Dosen Mata
Kuliah kami guna perbaikan untuk laporan hasil observasi di masa yang akan
datang.
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja atas tugas yang telah diberikan sehingga
menambah pemahaman kami tentang “Perkembangan Emosi pada Remaja” dan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Semoga laporan hasil observasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Khususnya bagi mahasiswa - mahasisiwi Fakultas pendidikan dan pengetahuan
sosial Universitas Indraprasta PGRI untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengembangan keterampilan kependidikan demi terciptanya pendidik professional.

Tangerang, 18 Juni 2023

Penyusun

Renny Marselina
Daftar isi
Cover ………………………………………………………………….……………..……..i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….……ii
Daftar isi ……………………………………………………………………………………iii
Bab l pendahuluan ………………………………………………………………………...4
Pengertian perkembangan
Pengertian perkembangan anak
Karakteristik perkembangan anak ..……………………………………………………..5
Tugas perkembangan anak ……………………………………...……………………..16
Bab II Teori…………………………………………………..………………………..…..19
● teori
● Metode
Bab lll pengamatan dan observasi …………………..………...…………………..…..20
Bab lV penyelesaian dan solusi ...………………………………………………….…..24
Daftar pustaka ……………………………….…………………………….……………..26
Lampiran ...…………………………….…………………………….…….……………..27
● dokumen
BAB I
PENDAHULUAN

❖ Pengertian psikologi perkembangan


Psikologi perkembangan terdiri dari dua kata psikologi dan perkembangan,
psikologi berasal dari kata psyche dan logos, masing-masing kata itu mempunyai
arti jiwa dan ilmu. Psikologi adalah ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang
perbuatan dan tingkah laku manusia. ( Zulkifli, 1987; hal. 4)
Sedangkan pengertian dari perkembangan, menurut Elizabeth B. Hurlock istilah
perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman ( Elizabeth B. Hurlock, 2004; hal. 2).
Menurut Aliah B. Purwakania, perkembangan menunjukkan adanya tahapan, pola,
prinsip, aspek, dan faktor yang terlibat dalam perkembangan manusia.( Aliyah B.
Purwakania Hasan, 2006; hal. 13).
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa perkembangan ialah merupakan
suatu proses, dimana perubahan-perubahan dalam diri seseorang dan
proses-proses psikologi yang distimulir oleh perubahan-perubahan psikologik itu
diintergrasikan sedemikian rupa, sehingga sehingga seseorang selanjutnya dapat
menghadapi rangsangan-rangsangan dari sekitar dengan baik.
Menurut Elizabert B. Hurlock tentang psikologi perkembangan sebagai bagian dari
psikologi perkembangan sebagai bagian dari psikologi yang mempelajari
perkembangan manusia sejak dilahirkan atau konsepsi sampai meninggal dunia.

❖ Pengertian anak usia dini


Anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0 – 8 tahun.
yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan.
Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang
menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia
dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak
adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih
tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan
sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Perkembangan
anak perlu didukung oleh keluarga dan lingkungan, supaya tumbuh kembang anak
berjalan secara optimal dan kelak ia menjadi manusia dewasa yang berkualitas dan
menjadi insan yang berguna baik bagi dirinya maupun keluarga, bangsa dan
negara. Proses pendidikan bagi anak usia dini secara formal dapat ditempuh di TK,
Play Group, TPA atau SD kelas awal. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan
yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat
mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang
secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia
dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih
lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan
fisik-motorik, intelektual, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya. Untuk
membantu pencapaian perkembangan anak perlu diawali dengan pemahaman
tentang perkembangan anak itu sendiri, karena perkembangan anak berbeda
dengan perkembangan remaja atau orang dewasa. Anak memiliki

2. Karakteristik Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak usia


dini.
Batasan tentang masa anak cukup bervariasi. Dalam pandangan mutakhir
yang lajim dianut di negara maju, istilah anak usia dini (early childhood) adalah
anak yang berkisar antara usia 0 - 8 tahun. Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang
berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah
anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak (kindergarten),
kelompok bermain (play group) dan anak masa sebelumnya (masa bayi). Masa
Taman Kanak-kanak dalam hal ini dipandang sebagai masa anak usia 4 - 6 tahun.
Pandangan orang atau para ahli pendidikan tentang anak cenderung berubah dari
waktu ke waktu, dan berbeda satu sama lain sesuai dengan landasan teori yang
digunakannya. Ada yang memandang anak sebagai makhluk yang sudah terbentuk
oleh bawaannya, atau memandang anak sebagai makhluk yang dibentuk oleh
lingkungannya. Ada ahli lain yang menganggap anak sebagai miniatur orang
dewasa, dan ada pula yang memandang anak sebagai individu yang berbeda total
dari orang dewasa. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi
memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu
mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock,
1978 : 13) berpendapat bahwa .
usia 3 - 6 tahun merupakan periode sensitive atau masa peka pada anak,
yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan
sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara
pada periode ini tidak terlewati maka anak akan mengalami kesukaran dalam
kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya. Masa-masa sensitif anak pada
usia ini menurut Montessori mencakup sensitivitas terhadap keteraturan
lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, berjalan,
sensitivitas terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek
sosial kehidupan. Erik H. Erikson (Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode
usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus
didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan
pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak
mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu
mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam
bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan
membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri,
menurut Erikson dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk
berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan. Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson,
J.E., 1993 : 56) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat
penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode
kehidupan manusia (a noble and malleable phase of human life). Oleh karenanya
masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi
penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat
fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadinya
peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi
seseorang. Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu
“taman” yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan
berkembang secara wajar.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari
dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias
dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya,
seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
Ciri-ciri anak usai dini meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah mudah dibedakan dengan
anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.

● Perkembangan Fisik

Bagi anak usia 8 tahun, perkembangan fisik akan lebih menonjol pada
penyempurnaan keterampilan motorik, koordinasi, dan kontrol otot. Mereka mulai
terlihat layaknya anak-anak ‘besar’ yang akan mengalami pubertas beberapa tahun
lagi. Maka, penting bagi orang tua untuk terus mendorong aktivitas fisik Si kecil.
Pasalnya, peningkatan keterampilan motorik membuat anak sudah dapat melakukan
banyak gerakan yang dapat membantu mereka. Misalnya saat seperti berolahraga
atau bermain musik.

Melalui pengamatan perkembangan jasmani, pertumbuhan bersifat


cephalo-caudal (mulai dari kepala menuju bagian tulang ekor) dan proximo-distal
(mulai dari bagian tengah ke arah tepi tubuh). Tinggi dan berat badannya mengalami
perkembangan. Otak dan kepala bertumbuh lebih pesat daripada bagian tubuh
mana pun. Pada saat bayi mencapai usia dua tahun, ukuran otaknya rata-rata 75 %
dari otak orang dewasa, dan

pada usia lima tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90 % dari otak
orang dewasa (Jahja, 2011:184).
Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan atau
ketrampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut. Kemampuan motorik
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut (Yusuf, 2000: 164).

Usia kemampuan Motorik kasar kemampuan Motorik Halus

8 tahun Menikmati permainan aktif, Mampu menggunakan


seperti bersepeda, berenang, alat sederhana.
dan permainan lari. Suka menggambar,
Mampu berpakaian, menyikat melukis.
rambut, menyikat gigi, dan
bersiap-siap tanpa bantuan.

● Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif anak terjadi sepanjang waktu dan dipengaruhi oleh


gen dan pengalaman yang dimilikinya. Menurut Dodge, Colker, dan Heroman
(2002), “Perkembangan kognitif adalah proses belajar yang mengacu pada
pikiran dan cara kerjanya. Ini melibatkan bagaimana anak-anak berpikir,
bagaimana mereka melihat dunia mereka, dan bagaimana mereka
menggunakan apa yang mereka pelajari.” Anak-anak akan memiliki segala
sesuatu yang berkaitan dengan beberapa pengalaman yang telah dilalui sejak
ia lahir. Dan setiap pengalaman yang telah dilalui akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya. Sementara menurut Piaget, perubahan
kognitif anak dilihat dari kemampuannya berpikir. Piaget membagi
perkembangan kognitif menjadi 4 tahapan. Tahapan itu berurutan dan sesuai
dengan usianya. Empat tahapan itu adalah: (1) Tahap sensoris-motorik (0-2
tahun); (2) Praoperasional (2-7 tahun); (3) Concrete operational (7-11 tahun);
dan (4) Formal operation (11-15 tahun).
Pada usia 8–12tahun, anak mengalami perubahan interaksi egosentris
menjadi interaksi kooperatif. Mereka juga mulai mengenal konsep yang
berkaitan dengan objek-objek tertentu, misalnya konservasi lingkungan atau
pelestarian margasatwa. Pada masa ini anak-anak mengembangkan pola
pikir logis dari pola pikir intuitif. Anak juga mulai belajar mengenai hubungan
sebab akibat, contohnya mereka mulai tahu bahwa batu tidak akan
mengapung karena batu lebih berat daripada air. (Piaget, J., 1996; Kozier,
Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Perkembangan yang lain adalah kemampuan membaca. Kemampuan
membaca akan berkembang dengan baik di akhir masa kanak-kanak, dan
bacaan yang digemari biasanya dipengaruhi oleh bacaan yang digemari oleh
keluarga. Setelah usia 9 tahun, kebanyakan anak termotivasi oleh dirinya
sendiri. Menginjak usia 12 tahun, mereka termotivasi untuk maju karena
didorong oleh keinginan diri sendiri, bukan karena kompetisi dengan teman
sebaya. Mereka senang berbicara dan berdiskusi mengenai berbagai subjek
dan berdebat. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Melihat karakteristik perkembangan kognitif anak, maka untuk merancang
kegiatan belajarnya haruslah mempertimbangkan dengan rapi hal-hal
tersebut. Sehingga anak akan dengan mudah menyerap pengetahuan yang
ingin disampaikan. Dan tidak bisa dipungkiri apabila belajar anak-anak
dikondisikan menyenangkan tentunya akan lebih efektif.
Sebagian besar anak usia 8 tahun terus mengembangkan kosakata
mereka dengan cepat dan dapat mempelajari hingga 3.000 kata baru. Selain
itu, mereka mulai paham tentang uang, baik secara konseptual maupun
harfiah, seperti kegunaan uang sebagai alat pembayaran.
Namun, kemampuannya dalam berpikir dapat dipengaruhi oleh
emosinya di usia ini. Sebab, mereka mungkin dapat mengalami kesulitan
untuk fokus, ketika mereka sedang khawatir atau cemas akan sesuatu. Di
samping itu, anak berusia 8 tahun juga memiliki pemahaman yang lebih baik
terkait waktu. Misalnya mengetahui tanggal dan kombinasi antara hari,
minggu, dan bulan secara berurutan.
● Perkembangan Sosial

Menurut Hurlock, perkembangan sosial emosional adalah


perkembangan perilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial, dimana
perkembangan emosional adalah suatu proses dimana anak melatih
rangsangan-rangsangan sosial terutama yang didapat dari tuntutan kelompok
serta belajar bergaul dan bertingkah laku.
Usia 8 tahun merupakan fase perkembangan di mana banyak anak senang
untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Secara umum, anak-anak berusia
8 tahun sangat menikmati sekolah dan mulai menghargai hubungan
pertemanan mereka dengan beberapa teman dekat. Orangtua juga mungkin
mulai melihat rasa percaya diri yang baru ditemukan pada anak berusia 8
tahun. Terutama ketika mereka mengungkapkan pendapat tentang hal-hal di
sekitar mereka.
Perlu diketahui juga bahwa usia 8 tahun adalah momen di mana anak-anak
mungkin sudah mulai menunjukkan kemandiriannya. Salah satu contohnya
adalah keinginan untuk menginap di rumah teman. Meski begitu, sebagian
dari mereka umumnya akan minta dijemput kembali untuk pulang. Sebab,
banyak anak masih terikat dengan orang tuanya dan rumah mereka pada usia
8 tahun. Hal tersebut membuat mereka belum benar-benar siap secara
emosional untuk pergi dari rumah meskipun mereka mungkin sudah sangat
menginginkannya.

● Perkembangan Edukasi

Perkembangan edukasi pada anak 8 tahun, meliputi:

1. Keterampilan membaca akan lebih baik. Sekitar usia ini, mereka


melihat bahwa beberapa kata memiliki lebih dari satu arti. Hal ini
juga membuat mereka memahami permainan kata-kata.
2. Fokus dan rentang perhatian mereka akan meningkat. Mereka
juga akan meningkatkan pelafalan.
3. Mereka mulai memahami seputar pecahan, mampu menghitung
mundur, serta mengetahui hari dalam seminggu dan bulan secara
berurutan.
4. Mulai mengekspresikan rasa humor secara verbal.
Orangtua harus waspada apabila anak berusia 8 tahun mengalami beberapa
kondisi, seperti kesulitan membaca atau belajar atau memiliki masalah
kesehatan mental atau tingkat stres yang tinggi.
● Perkembangan Emosional

Anak usia 8 tahun kemungkinan menunjukkan emosi dan interaksi yang lebih
kompleks. Namun, tonggak penting perkembangannya adalah:

1. Mulai menginginkan lebih banyak privasi.


2. Mencari kontak fisik langsung dari pengasuh ketika sedang stres,
tapi mungkin menolak kontak fisik di lain waktu.
3. Menjadi lebih seimbang dalam menghadapi frustasi, kegagalan,
dan kekecewaan.

Penting bagi orangtua untuk memuji anak saat ia mampu mengatasi emosi
dengan cara yang sehat. Cari kesempatan untuk terus mengajari anak
tentang keterampilan pengaturan emosi yang lebih baik.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak
adalah sebagai berikut.

1. Keadaan anak. Keadaan individual pada anak, misalnya cacat


tubuhataupun kekurangan pada diri anak akan sangat
mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan
berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: Rendah
diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.
2. Faktor belajar Pengalaman belajar anak menentukan reaksi
potensi mana yang mereka gunakan untuk marah.Pengalaman
belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
Belajar dengan coba-coba, anak belajar dengan coba-coba untuk
mengepresikan emosinya dalam bentuk prilaku yang memberi
penguasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
3. Belajar dengan cara meniru. Dengan belajar meniru dan
mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak
bereaksi dengn emosi dan metode yang sama dengan
orang-orang diamati.Belajar dengan mempersamakan diri anak
meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh
rangsangannya yang sama dengan rangsangan yang telah
membangkitkan emosi orang yang ditiru.Disini anak yang meniru
emosi orang yang dikagumi.
4. Belajar dengan membimbing dan mengawas Anak diajarkan cara
bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang.Dengan pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk
beraksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan
emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi
secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan
emosi yang tidak menyenangkan.
5. Belajar dengan pengondisian Dengan meode atau cara ini objek,
situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional
kemudian berhasil dengan cara asosiasi.Pengondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil
kurang menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi
mereka

● Perkembangan sosial

Ini adalah fase perkembangan sosial di mana ana senang menjadi


bagian dari kelompok sosial. Umumnya anak mulai menikmati masa-masa
sekolah dan mulai menghargai persahabatan. Tonggak penting
perkembangan anak usia 8 tahun di antaranya:
1. Mulai memahami bagaimana perasaan orang lain dalam situas
tertentu dan akan lebih mampu menempatkan diri pada posisi
orang lain.
2. Menunjukkan spektrum luas keterampilan sosial. Contohnya
murah hati, suportif, dan baik hati.
3. Berkeinginan mematuhi aturan dan bersikap adil. Namun, hal ini
kadang bisa menyebabkan konflik dalam permainan kelompok.

Pada usia 8 tahun, banyak anak mengembangkan stereotip gender seperti


“anak laki-laki jadi dokter” dan “anak perempuan jadi perawat”. Oleh sebab itu,
penting untuk memperhatikan apa yang dipelajari anak dari media atau
lingkungan luar. Tujuannya untuk meluruskan bahwa asumsi stereotip gender
ini keliru.
Menurut Hurlock 2000 dalam Musyafaroh (2017) untuk mencapai
perkembangan sosial dan mampu bermasyarakat, seorang individu harus
memerlukan tiga proses. ketiga proses tersebut saling berkaitan dan apabila
terjadi kegagalan dalam satu proses dari tiga proses tersebut, maka akan
menurunkan kadar sosialisasi individu tersebut. ketiga proses tersebut adalah;
pertama, perprilaku yang dapat diterima secara sosial dan setiap kelompok
masyarakat memiliki standar perilaku tersebut. Kedua, belajar memainkan
peran sosial. Ketiga, perkembangan proses sosial yakni menyukai orang lain
dan kegiatannya. Menurut Moh Padil dan Trio Supriyatno dalam Musyarofah
(2017) perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan du acara: pertama,
proses belajar sosial dan pembentukan loyalitas sosial.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial anak dapat
dikembangkan dengan cara mengajak anak secara langsung berinteraksi
dengan lingkungan sekitanya. Dengan demikian perlahan kemampuan
bersosial dalam diri anak akan terus berkembang dan pada proses ini juga
perkembangan emosi anak juga akan berkembang.
Musyafaroh (2017) Berdasarkan teori sosialisasi, anak dapat melakukan
proses sosialisasi pasif maupun sosialisasi aktif. Teori sosialisasi pasif
menerangkan bahwa anak hanya akan memberikan respon kepada orang tua
dan mengabaikan orang lain. Teori sosialisasi aktif yakni sosialisasi yang
dilakukan anak dengan mengembangkan peran sosialnya. Media yang
berperan penting dalam mengembangan proses sosialisasi anak adalah:
orang tua, sekolah, lembaga keagamaan, lingkungan sosial dan media
massa.
Selanjutnya Campos dalam Nurmalitasari (2015) mendefinisikan emosi
sebagai perasaan atau afeksi yang timbul saat seseorang berada dalam suatu
keadaan yang dianggap penting. Emosi diwakilkan oleh perilaku yang
mengekspresikan kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap situasi yang
dialami. Emosi tersebut dapat berupa rasa senang, takut, marah dsb. Adapun
karakteristik emosi pada anak usia dini: berlangsung secara singkat dan
berakhir tiba-tiba, terlihat lebih kuat dan hebat dan berlangsung singkat dan
berakhir tiba-tiba. Emosi dikategorikan menjadi dua yakni emosi positif dan
emosi negatif. Santrock mengungkapkan sebagian besar dipengaruhi oleh
dasar bilologis dan pengalaman masa lalu.
Sebagian besar penelitian yang berkaitan pada dengan hubungan sosial
manusia, menunjukkan, bahwa pengalaman sosial awal (keluarga) dan
dimulai pada masa kanak-kanak dan akan menetap pada diri seseorang dan
berpengaruh untuk kehidupan orang tersebut. Wulan dalam Mulyani 2014 Ada
beberapa hal yang mempengaruhi pengalaman sosial pada anak usia dini,
sebagai berikut:

1. Penyesuaian sosial, jika perilaku menyesuaikan diri pada anak


berkembang dengan baik, maka akan menetap pada diri anak
hingga ia dewasa.
2. Keterampilan sosial, sikap yang tertanam pada diri anak akan
berpengaruh pada keterampilannya dalam bergaul.
3. Partisipasi aktif, pengalaman sosial sejak dini pada diri anak akan
mempengaruhi keaktifan seorang anak dalam berpartispasi di
masyarakat hingga ia dewasa.
Ketiga poin di atas saling berkiatan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Kemampuan menyesuaikan diri dengan baik akan memudahkan anak
memiliki keterampilan dalam bergaul atau berteman. Dan memiliki
kemampuan bergaul yang baik akan membuat anak giat dalam berpartipasi di
lingkungannya. Aspek sosial emosional pada anak usia dini sangat penting
dikembangkan sejak usia dini. Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan
mengatarkannya memiliki jaringan pergaulan yang luas dan kedepan anak
akan memiliki keterampilan kerja sama yang baik dan memudahkannya dalam
memperoleh pekerjaan.

● Perkembangan Bahasa

Menurut Vygotsky (Susanto, 2014:75) pada umumnya bahasa dan pikiran


anak berbeda. Kemudian secara perlahan, sesuai tahap perkembangan
mentalnya, bahasa dan pikirannya menyatu sehingga bahasa merupakan
ungkapan dari pikiran. Anak secara alami belajar bahasa dari interaksinya
dengan orang lain untuk berkomunikasi, yaitu menyatakan pikiran dan
keinginannya memahami pikiran dan keinginan orang lain. Menurut
Susanto (2014:74) pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan
pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis
(simbolis). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca
dan menulis. Oleh karena itu, belajar bahasa sering dibedakan menjadi
dua, yaitu bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu belajar
membaca dan menulis.
Dengan bahasa yang mereka miliki perkembangan kosakata akan
berkembang dengan cepat sebagaimana dikemukakan Sroufe
(Susanto,2014): ”Children vocabularies grew quite quickly after they begin
to speak.” Perkembangan kosakata anak akan sangat cepat setelah
mereka mulai berbicara. Hal ini, dapat dipahami karena anak akan
menggunakan arti bahasa dari konteks yang digunakannya.Sebagian besar
anak usia 8-9 tahun:

1. Mampu berbicara di depan umum dengan baik dan


menggunakan tata bahasa yang benar setiap waktu.
2. Tertarik untuk membaca buku, bahkan jadi kegiatan favorit pada
sebagian anak.
3. Masih mengerjakan ejaan atau tata bahasa dalam karya tulis.
4. Saring membaca dan menikmati buku.
5. Sering membaca dengan tujuan mempelajari sesuatu yang
menarik.
6. Memiliki pola bicara yang hampir pada tingkat orang dewasa.

3. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa anak usia dini


Kalau pada masa bayi dan kanak-kanak, dunia anak lebih banyak dalam
lingkungan keluarga maka pada masa anak (masa anak sekolah) dunianya lebih
banyak di sekolah dan lingkungan sekitar. Sejalan dengan hal itu ada tiga dorongan
besar yang dialami anak pada masa ini : (1) dorongan untuk ke luar dari rumah dan
masuk ke dalam lingkungan kelompok sebaya (peer group), (2) dorongan fisik untuk
melakukan berbagai bentuk permainan dan kegiatan yang menuntut keterampilan
atau gerak fisik, dan (3) dorongan mental untuk masuk ke dalam dunia konsep,
pemikiran, interaksi dan simbol-simbol orang dewasa.
Individu yang berada pada masa anak ini memiliki beberapa tugas
perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan merupakan suatu
tugas yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas
tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu, sebab tugas perkembangan
ini akan sangat mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa
perkembangan berikutnya. Menurut Havighurst, jika seorang individu gagal
menyelesaikan tugas perkembangan pada satu fase tertentu, maka ia akan
mengalami kegagalan dalam pencapaian tugas perkembangan pada masa
berikutnya.
Tugas perkembangan yang harus dikuasai di masa anak adalah :

❖ Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada masa
ini senang sekali bermain, untuk itu diperlukan keterampilan-keterampilan fisik
seperti menangkap, melempar, menendang bola, berenang, mengendarai
sepedah dan lain-lain.
❖ Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu
yang sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk telah mengenal
dan dapat memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat
memelihara Perkembangan Anak Usia Dini Bahan Pelatihan Pembelajaran
Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi 2003 9 kesehatan dan
keselamatan dirinya, menyayangi dirinya, senang berolah raga dan
berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya, memiliki sikap yang tepat
terhadap jenis kelamin lain.
❖ Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk
mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman
sebaya, saling menolong dan membentuk kepribadian sosial
❖ Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita. Anak dituntut
melakukan peranan-peranan sosial yang dihrapkan masyarakat sesuai
dengan jenis kelaminnya.
❖ Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu
membaca menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya
di sekolah dan perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal
masa ini dituntut telah menguasai kemampuan membaca, menulis dan
berhitung.
❖ Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai
dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah memiliki
konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari baik yang
berkenaan dengan pergaulan, pekerjaan, kehidupan beragama dan
lain-lain.
❖ Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak
dituntut telah mampu menghargai perbuatan-perbuatan yang sesuai
dengan moral, dapat melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai
dengan moral. Pada masa ini juga diharapkan mulai tumbuh pemikiran
akan skala nilai dan pertimbanganpertimbangan yang didasarkan atas
kata hati.
❖ Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini
anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih,
merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau
Bab II
TEORI

❖ Teori
Dalam laporan ini saya menggunakan teori deduktif. Karena teori
deduktif merupakan teori yang dapat memberikan keterangan yang dimulai
dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan
diterangkan (Haditono, 2006: 6). Maksudnya, dalam observasi ini, terlebih
dahulu saya memulai dari teori kemudian ke lapangan untuk melakukan
observasi.

❖ Metode
Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode umumnya yaitu
metode transversal atau cross sectional dengan metode khususnya yaitu
metode observasi. Metode transversal atau cross sectional yakni metode
yang dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa
kelompok anak dalam jangka waktu yang relatif singkat. Dalam metode ini
penelitian dilakukan terhadap orang-orang atau kelompok orang dari
tingkatan umur yang berbeda (Desmita, 2005: 61).
Kemudian observasi itu sendiri adalah suatu cara yang dilakukan
untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat pada suatu jangka
waktu tertentu atau pada suatu tahapan tertentu. Metode observasi yang
saya gunakan yaitu observasi alami, yang artinya pencatatan data
mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara alamiah atau wajar.
Jadi dalam observasi alami peneliti melakukan semua pencatatan
terhadap kehidupan anak tanpa mengubah suasana atau mengontrol
dalam situasi-situasi yang direncanakan (Desmita, 2005: 65).
BAB III
PENGAMATAN DAN OBSERVASI

Tugas Penelitian

Dalam tugas penelitian saya kali ini saya mengambil subjek anak usia
dini dengan identitas sebagai berikut :
Nama : Almeera Ramadhina
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 8 tahun
Alamat : Komplek Pondok Bahar Permai Blok B1 no 24
Karakteristik : Anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
anak enerjik, imajinasi yang tinggi

Perkembangan Jasmani
Pada perkembangan ini subjek memiliki kemampuan motorik lembut
dan motorik kasar. Dalam kemampuan motorik kasarnya si Subjek melakukan
aktifitas-aktifitas yang banyak menguras tenaga seperti lari-lari, bermain dan
menangkap bola, bersepeda, dan aktifitas-aktifitas lainnya. Dan dalam
kemampuan motorik lembutnya, subjek sering melakukan aktivitas belajarnya
seperti dalam hal menulis, menggambar, menggunting dan menempel.

Perkembangan Kognitif
Dalam perkembangan ini subjek Dalam perkembangan ini subjek sudah
banyak menggunakan kosakata baik dengan bahasa inti ( bahasa indonesia
) maupun bahasa asing ( bahasa Inggris & Jepang ), sudah memahami
kombinasi angka dalam pembelajaran, terkadang subjek sedang tidak enak
mood akan mempengaruhi konsentrasi dalam belajar dan hal itu akan
berlangsung lama ketika subjek belajar dengan rasa kesal dan emosi, namun
akan hilang ketika dia mendengarkan musik.
Perkembangan Bahasa
Dalam perkembangan bahasanya subjek mengunakan bahasa dengan ejaan
yang benar dikarenakan dia mengikuti apa yang di ucapakan orangtuanya
ketika dirumah, subjek mempunyai pola bicara tidak seperti anak - anak pada
umumnya itu dikarenakan dia suka membaca buku dan menonton film dengan
bahasa orang dewasa ( bahasa negatif ) dan pola pikirnya pun diatasa anak
pada usianya.

Perkembangan Sosial
Subjek termasuk anak yang kurang bersosialisasi lebih banyak menyendiri
melakukan kegiatan kesukannya, akan tetapi subjek mempunyai banyak
teman terkadang dia bermain dengan teman sebayanya, tapi lebih suka
menarik diri.
subjek mempunyai hati yang murah dan menggalah baik dengan teman
ataupun saudaranya, mudah tersentuh hatinya ketika dia melihat orang yang
susah dalam segi finansial / kurang beruntung ( lihat kakek atau nenek
tunawisma), dia pun termasuk orang yang tidak suka berkonflik dengan orang
lain.

Perkembangan Emosional
Dalam perkembangan ini subjek mampu mengekspresikan dan
mengungkapkan seperti rasa takut, cemas, marah, gembira, kasih sayang,
rasa ingin tahu dan lain-lain.
Dari beberapa emosi di atas, subjek mengungkapkan rasa marah ketika
kalah main game online, dan akan merasa takut ketika menonton film atau
pertunjukan dengan adegan yang kasar semisalnya pukul - pukulan atau
adegan kekerasan yang lain, subjek pun mudah sedih ketika melihat
langsung atay film tentang hewan yang disiksa, dan saat ini subjek sering
sedang menanyakan hal-hal yang tidak ia mengerti atau hal yang baru dia
lihat youtobe, merasakan hal itu sendiri atau yang dia dengar di sekolah,
contoh misalnya : kenapa perempuan haid , dan kenapa kalau orang sehabis
menangis itu mengantuk.
subjek tipe anak yang manja dan apapun yang dinginkan harus di
turutun tetapi ketika subjek sedang bermain dengan saudara - saudara (
sepupu ) dia bisa menahan marah atau emosinya ketika ada hal yang tidak
sesuai dengan keinginannya.

Perkembangan Kepribadian
Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk
memenuhi tuntutan dan tanggung jawab. Dalam perkembangan ini si Subjek
mengerti tuntutannya sebagai anak yaitu dia memiliki tanggung jawab untuk
bersekolah, subjek selalu melakukan hal kecil dalam urusan sekolah tiap hari
( seperti merapikan atau menyiapkan baju seragam dan buku untuk esok hari
ketika di sekolah ), mengerjakan PR atau tugas ketika dia pulang sekolah , hal
itu pun rutin ia lakukan. walaupun terkadang subjek seringkali tidur larut
malam tetapi subjek selalu bangun pagi karena dia mengerti jam berapa dia
masuk sekolah dan mengerti pakaian yang ia kenakan.

Perkembangan Moral
Dalam perkembangan ini, dicontohkan oleh si Subjek ketika orang
tuanya pulang kerja, si subjek membantu ibunya untuk membuat minuman
hangan untuk ayah, dia ingat dengan saudara ketika membeli makanan atau
mainan agar bisa makan dan bermain bersama saudara - saudara
sepupunya.Sikap si subjek melakukan demikian tanpa disuruh kedua orang
tuanya.

Perkembangan Kesadaran Beragama


Dalam perkembangan ini si Subjek mengerti waktu sholat. Dia mengerti
karena setiap ada adzan pertanda waktu sholat. akan tetapi dalam hal
beribadah. Akan tetapi dia belum bisa mengerjakan shalat dengan tepat
waktu ( masih dalam proses pendisplian), mengikuti kedua orang tuanya
sholat. Ia melakukan atas rasa senang tanpa paksaan. subjek pun sudah
mengenal huruf hijaiyah dan dapat membaca alquran walaupun tidak lancar
seperti orang pada umumnya, dan menghafal surat - surat pendek dan doa -
doa sehari - hari.
subjek sudah menghafal asmaul husna dan surat ayat kursi sedari ia
berumur 3 tahun.
Tugas-Tugas Perkembangan yang dijalani Subjek ,Dalam hal ini Subjek
sudah memiliki keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang
umum, misalnya bermain bola,dll. Subyek dapat belajar .
menyesuaikan diri dengan teman seusianya. Subyek juga bisa
mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, keberadaan
perannya sebagai anak perempuan dijalankan dengan baik. Subjek sudah
bisa mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis, dan menggambar serta mewarnai. Subyek sudah mulai bisa
mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari. Subyek bisa mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan
tingkatan nilai, serta sudah mulai mengenal nilai – nilai agama. Subyek juga
sudah bisa mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga, seperti mematuhi aturan – aturan yang terdapat pada
sekolah tingkat dasar, dan tempat ngajinya. Serta subyek juga mampu
mencapai kebebasan pribadi tanpa ada batasan-batasan yang berlebihan.
BAB IV
PENYELESAIAN

❖ Masalah
Masalah yang dialami subjek adalah masalah dalam karakteristik
perkembangan dan tugas perkembangannya. Dalam karakteristik
perkembangannya Subjek belum dapat mengendalikan belum dapat
mengelola waktu dan emosionalnya, Dan dalam tugas perkembangannya
Subjek belum bisa membangun sikap yang sehat, mengenal diri sebagai
makhluk yang tumbuh.

❖ Solusi
orang tua subjek selalu berusaha mengajarkan dan mengingatkan ia
untuk selalu bisa mengendalikan diri ketika dia sedang emosi , contohnya
seperti : ketika berinteraksi dengan temannya yang memiliki sikap yang
rusuh atau nakal ketika sedang belajar atau ketika guru sedang mengajar
dikelas.
orang tua dan keluarganya pun sering membantu subjek untuk
mengelolah waktu dalam kehidupannya, seperti selalu mengingatkan ketika
sudah masuk waktu untuk shalat dan lebih disiplin waktu ( on time ) ketika
hendak masuk sekolah atau masuk kelas les bahasa inggris.
subjek tidak lepas dari perhatian orang tua dan orang sekelilingnya,
dan mereka pun saling mengingatkan ketika subjek keliru dalam sikapnya
yang salah.
Kesimpulan

Berdasarkan peneliatian yang saya teliti subjek termasuk anak usia sekolah dengan
yang cukup bagus bahkan beberapa orang mengatakan perkembangannya
cenderung melebihi perkembangan anak di usianya baik secara perkembangan Fisik
( Subjek memiliki BB dan TB yang lebih dari cukup di usianya), Perkembangan
bahasa ( kemampuan berbahasa dia melebihi anak di usianya cenderung lebih
dewasa dalam berbahasa ketika berbicara dengan orang), Perkembangan
Emosional, dan perkembangan lainnya.subjek mampu mengikuti perkembangan
zaman saat ini baik perkembangan teknologi atau pun dalam pembelajaran. subjek
pandai mengelola emosional ketika apa yang diinginkannya tidak dituruti dan
cenderung lebih mengalah ketika sedang bermain dengan teman dan
saudara-saudaranya.ketegasan orang tua ketika mengajari dia dirumahpun tidak
lantas membuat ia menjadi anak yang pembangkang.
Daftar Pustaka

Zulkifli, 1987. Psikologi perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya


Hurlock, B.Elizabeth, 2004. Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan, Jakarta: Erlangga
Purwakania hasan, Aliyah,2006. psikologi perkembangan islami, jakarta : Raja
Grafindo.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Hawadi Akbar Reni. 2001 Psikologi Perkembangan Anak Mengenal sifat, bakat dan
kemampuan anak. Jakarta : PT. Grasindo.
Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama
Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
https://www.halodoc.com/artikel/tahap-perkembangan-anak-usia-8-9-tahun
https://www.halodoc.com/artikel/tahap-perkembangan-anak-usia-7-8-tahun
Lampiran

foto subjek ketika sedang melakukan kegiatan belajar belajar disekolah.

Foto subjek ketika bersama dengan teman dan guru, subjek mudah berbaur
dan beradaptasi dengan temannya.

subjek mempunyai sifat yang mengalah ketika bermain dengan saudaranya


dan ia memiliki sikap adil kepada semua saudaranya, ia tidak
membeda-bedakan saudaranya. selalu bermain bersama.

Anda mungkin juga menyukai