ANAK-ANAK AWAL
Dosen : Ag. Krisna Indah Marheni S.Pd., M.A.
Disusun oleh :
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................... 1
B. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................... 2
E. KESIMPULAN..................................................................................................................................... 5
Anak usia dini adalah anak yang sedang dalam proses tumbuh kembang. Pada usia ini
segala aspek perkembangan anak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Aspek
perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual, fisikmotorik, sosio-
emosional, bahasa, moral dan keagamaan. Semua aspek perkembangan yang ada pada diri
anak ini selayaknya menjadi perhatian para pendidik agar aspek perkembangan ini dapat
berkembang secara optimal. Tidak berkembangnya aspek perkembangan anak ini akan
berakibat di masa yang akan datang, tidak saja anak mengalami hambatan dalam
perkembangan pada masa perkembangan di usia berikutnya, tetapi anak juga akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Membantu proses
pengembangan berbagai aspek perkembangan anak perlu diawali dengan pemahaman tentang
Psikologi Perkembangan Anak, karena perkembangan anak berbeda dengan perkembangan
anak remaja atau orang dewasa. Anak memiliki karakteristik tersendiri dan anak memiliki
dunianya sendiri. Untuk mendidik anak usia dini, kita perlu dibekali pemahaman tentang
dunia anak dan bagaimana proses perkembangan anak. Dengan pemahaman ini diharapkan
para pendidik anak usia dini memiliki pemahaman yang lebih baik dalam menentukan proses
pembelajaran ataupun perlakuan pada anak yang dibinanya. Psikologi dan Psikologi
Perkembangan Manusia merupakan subyek dalam kehidupan, sebab sebagai makhluk ciptaan
Tuhan dialah yang selalu melihat, bertanya, berpikir dan mempelajari segala sesuatu yang ada
dalam kehidupannya. Manusia bukan hanya tertarik dan ingin mempelajari apa yang ada pada
lingkungannya atau sesuatu di luar dirinya tetapi juga hal-hal yang ada dalam dirinya.
Dengan kata lain, manusia ingin mengetahui keadaan dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan yang
berobyekan manusia, dan mempelajari berbagai perilaku manusia sebagai individu adalah
Psikologi.
Pada dasarnya psikologi terbagi atas dua bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi
khusus. Psikologi umum adalah ilmu yang mempelajari konsep umum tentang perilaku
individu, apa, mengapa dan bagaimana individu berperilaku. Sedangkan psikologi khusus
adalah kelompok psikologi yang mempelajari perilaku individu secara khusus, baik
kekhususan karena tahap perkembangannya, posisinya, aspek yang mendapatkan sorotan
utamana atau karena kondisinya. Yang termasuk dalam kelompok psikologi khusus adalah
psikologi perkembangan yang terbagi atas psikologi anak, remaja, dewasa dan usia lanjut,
psikologi pria dan wanita, psikologi abnormal, psikologi kepribadian, psikologi diferensial
dan psikologi binatang. Psikologi Perkembangan merupakan salah satu cabang dari psikologi
khusus yang mempelajari perilaku dan perubahan perilaku individu dalam berbagai tahap
perkembangan, mulai dari masa sebelum lahir (prenatal), masa bayi, masa kanakkanak, masa
anak kecil, masa anak sekolah dasar, masa remaja awal, masa remaja tengah dan adolesen,
masa dewasa muda, dewasa dan dewasa tua, serta masa usia lanjut. Tiap tahap masa
perkembangan tersebut menjadi obyek studi dari psikologi sebab setiap masa memiliki ciri-
ciri atau karakteristik perkembangan yang berbeda.
Dalam makalah ini hanya akan mengungkapkan tentang psikologi perkembangan anak yang
merupakan salah satu bagian dari psikologi perkembangan.
Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian psikologi perkembangan, beberapa
teori perkembangan, dan pentingnya memahami anak.
1. Menurut J.P. Chaplin tahun 1979 psikologi perkembangan merupakan cabang dari
psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun
setelah kelahiran berikut kematangan perilaku (That branch of psychology which
studies processes of pra and post natal growth and the maturation of behavior).
2. Menurut Ross Vasta, dkk pada tahun 1992 mengungkapkan bahwa psikologi
perkambangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah
laku dan kemampuan sepanjang proses perkambangan individu dari mulai konsepsi
sampai mati. Kedua pendapat di atas menunjukan bahwa psikologi perkembangan
merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau
pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari
masa konsepsi (pra-natal) sampai mati.
3. Montessori dalam Ropnarine (2011:386) memandang psikologi perkembangan
sebagai serangkaian “kelahiran” atau periode penguatan kepekaan, dimana setiap
kepekaan memunculkan minat dan ketrampilan baru. Perkembangan dan
pertumbuhan anak dapat diuraikan dalam beberapa butir pemikiran yang ditinjau dari
beberapa sudut pandang yag berbeda dari para ahli. Diantaranya :
a. Teori Psikososial Ericson, ia mengemukan ada delapan tahap perkembangan
manusia, tiga di antaranya adalah tahap perkembangan yang terjadi pada anak usia
dini; tahap percaya dan tidak percaya (usia lahir hingga 1,5 tahun), rasa percaya
akan berkembang jika kebutuhan anak bertemu dengan sikap konsisten dan penuh
kasih sayang dari lingkungan. Tahap otonom dan malu-ragu (usia 1,5-3 tahun),
merupakan tahap kemerdekaan atau kebebasan ketika anak ingin melakukan
sesuatu untuk mereka sendiri. Jika banyak dilarang dan dihukum, mereka
cenderung mengembangkan perasaan malu dan ragu. Tahap inisiatif vs rasa
bersalah,). Anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka
menghadapi tantangan-tantangan baru yang menuntut perilaku aktif dan berguna.
Anak dituntut untuk bertanggungjawwab tubuh, prilaku, mainan dan binantang
peliharaan mereka dan berinisiatif, Santrock 1 (2011:30)
b. Teori Maturation (kematangan) pertama kali dikemukakan oleh Hall, Rosseau dan
Gesel dalam Sujiono (2009:57), menurut ketiganya, anak-anak harus diberi
kesempatan untuk berkembang. Teori ini meyakini bahwa perkembangan fisik,
sosial emosional dan intelektual mengikuti tahapan perkembangan. Anak dapat
mengembangkan potensi secara optimal atau tidak tergantung dengan
lingkungannya.
Motorik kasar. Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara
kasar atau keras. Semakin anak bertambah dewasa dan kuat tubuhnya,
maka gaya geraknya semakin sempurna. Hal ini mengakibatkan
tumbuh kembang otot semakin membesar dan menguat, dengan
demikian ketrampilan baru selalu bermunculan dan semakin bertambah
kompleks. Contoh gerakan motorik kasar adalah, melakukan gerakan
berjalan, berlari, melompat, melempar, berenang dan sebagainya.
Motorik halus. Perkembangan Gerak Motorik halus. Perkembangan
motorik mengikuti hukum arah perkembangan dan kemampuan fisik
tersebut diatas terjadi secara teratur dan bertahap sesuai dengan
pertambahan umur. Perkembangan fisik-motorik adalah perkembangan
jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang
terkoordinasi. Hasil pengamatan Laura E.Berk terhadap anak usia dini
adalah ketika anak bermain maka, akan muncul ketrampilan motorik
baru. Dalam ketrampilan motorik seseorang atau anak belajar
melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu, ciri
khasnya adalah otomatisme, yakni gerakan yang berlangsung
secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan anak untuk
mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi dan
pengendalian motorik, maka dunia kognitif anak berkembang pesat,
makin kreatif, bebas, dan imajinatif
Perkembangan kognitif menurut Piaget
Perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan
tahap praoprasional (preoprational stage) yang berlangsung dari
usia dua sampai tujuh tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil
dibentuk. Penalaran mental muncul, egosentris mulai kuat dan
kemudian mulai melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap
hal yang magis. Dalam istilah pra-oprasional mennjukkan bahwa
pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan
pemikiran anak. Istilah “oprasional” menunjukkan pada aktivitas
mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa
pengalaman yang dialaminya.
Perkembangan persepsi
Pada masa perkembangan persepsi, seorang anak dapat melihat
objek-objek yang jauh dan hampir sempurna tetapi disini
mengalami kesukaran dalam memfokuskan penglihatan pada
objek-objek yang dekat. (Cratti. 1986) dalam Desmita (2005:
133).
Perkembangan memori (daya ingat)
Mengukur memori anak-anak jauh lebih muda, karena anak-
anak telah memberikan reaksi secara verbal. Komponen penting
yaitu:
Memori jangka pendek
Individu dapat menyimpan informasi selama 15 hingga 30
detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan.
Memori jangka pendek (short-term memory) ini sering diukur
dalam rentang memori (memory span) yaitu jumlah item yang
dapat diulang kembali dengan tepat sesudah satu penyajian
tunggal . materi yang dipakai merupakan rangkaian urutan
yang tidak berhubungan satu sama lain, berupa angka,
huruf, atau simbol. Menurut Matlin (1994) (dalam
Desmita 2005:135), dibandingkan dengan anak-anak yang
lebih besar atau orang dewasa, anak yang lebih kecil
mungkin untuk menyimpan materi berupa visual dalam
jangka pendeknya.
Memori jangka panjang
Menurut studi yang dilakukan oleh Brown dan Scot (dalam
Desmita 2005:136) , terlihat bahwa anak usia empat tahun
mencapai ketepatan 75% dari waktunya dalam merekognisi
gambar-gambar yang telah diperlihatkan satu minggu
sebelumnya, dan anak-anak juga memiliki memori rekognisi
yang baik sekalipun telah mengalami penundaan untuk jangka
waktu yang lama.
c. Perkembangan Bahasa
Pada masa kanak-kanal, perkembangan bahasa ditandai dengan: (Hurlock,
1990):
Pengucapan kata-kata ; anak sulit mengucapkan bunyi tertentu dan
kombinasi bunyi seperti z, w, d, s dan g dan kombinasi huruf mati st,
str, dr dan fl
Menambah kosa kata
Membentuk kalimat
Mengembangkan kosa kata sekitar 40.000 kata
Memahami bentuk-bentuk kompleks gramatik
Menangkap makna ganda dari kata-kata seperti dalam humor
Mempertimbangkan kebutuhan dari pendengar dalam situasi yang
kompleks.
Merancang strategi dalam berbicara namun isi pembicaraan
cenderung merosot.
d. Perkembangan Sosial
Pada masa kanak-kanak, perkembangan sosial ditandai dengan: (Hurlock,
1990)
Setelah pada masa bayi cenderung melakukan peramainan yang
bersifat menyendiri (Solitary play), pada awal masa kanak-kanak ini,
seorang anak mulai menunjukkan minat yang nyata untuk melihat
teman-temannya dan berusaha mengadakan kontak sosial.
Secara bertahap, anak mulai terlibat dalam kegiatan yang
menyerupai kegiatan anak-anak lain.
Pada sekitar usia 3 tahun, anak mulai bermain pura-pura (Make
believe play).
Pada akhir tahun ke-3 (tahun ke-4), sejalan dengan
meningkatnya kontak sosial, anak menjadi anggota kelompok
dan saling berinteraksi (Cooperative play).
Di masa sekolah, anak belajar memperoleh keterampilan dan
pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Bila berhasil memperolehnya, maka timbul rasa
mampu dan bergairah. Tetapi bila menemui kegagalan, apalagi
diketahui oleh orang dewasa, maka akan timbul rasa rendah diri.
e. Perkembangan Emosional
Perkembangan emosi yang disadari Sudah disebutkan bahwa emosi
evaluatif yang disadari seperti; bangga, malu, rasa bersalah, pertama kali
muncul pada usia sekitar 2/1 tahun. Ekspresi dari emosi-emosi ini
menunjukian bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan
peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka.
Rasa bangga setelah anak merasakan kesenangan setelah sukses
melakukan perilaku tertentu (Lewis,2002). Rasa bangga seringkali
diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuaan tertentu.
Rasa malu ketika anak menganggap dirinya tidak mampu standar atau
target tertentu (Lewis, 2002). Anak yang sedang malu biasanya
berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi
tersebut. Rasa malu bisanya berhubungan dengan serangan terhadap
self dan dapat mengakibatkan kebingungan dan dapat membuat anak
tidak dapat berkata-kata. Tubuh anak yang mengalami rasa malu ini
biasanya akan terlihat seperti “mengerut” seolah-olah ingin
menghindar dari tatapan orang lain. Rasa malu bukan merupakan
hasil dari situasi tertentu tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi
individu terhadap kejadian tertentu.
Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya
sebagai sebuah kegagalan. (Lewis, 2002). Perasaan malu dan bersalah
memiliki karakteristik fiisknyang berbeda. Ketika seorang anak
menunjukkan rasa malu, mereka seolah-olah mengecilkan tubuh
mereka seperti inggin bersembunyi, sedangkan ketika mereka
mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya melakukan gerakan-
gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa seorang anak perempuan
akan lebih menunjukkan perasaan malu dan bersalah jika dibandingkan
dengan anak laki-laki. (Stipek, Recchia, & McClintic,1992). Perbedaan di
antara gender ini sangat menarik karena biasanya anak perempuan adalah
pihak yang lebih rentan terhadap kelainan internalisasi seperti kecemasan
dan depresi, dimana salah satu ciri khasnya adalah perasaan malun dan
kritik terhadap diri yang berlebihan (Cummings, Braungart-Rieker, & Du
Rocher-Schudich, 2003). Perkembangan emosi evaluatif yang disadari ini
sangat dipengaruhi oleh respon orang tua terhadap perilaku anak.
Contohnya; seorang anak akan mengalami perasaan bersalah ketika orang
tua berkata “kamu seharunya tidak menggigit kakamu”.
Perkembangan anak usia dini juga memiliki berbagai tugas-tugas perkembangan yang
harus diilewati.
Berikut beberapa tugas-tugas perkembangan menurut para ahli :
1. Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus
diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila
berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka
gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan
selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Adapun yang menjadi sumber dari
pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah:
a. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
b. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang
sedang tumbuh
c. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya Belajar peranan
jenis kelamin
d. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
e. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan
kehidupan sehari-hari
f. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai Belajar
membebaskan ketergantungan diri.
g. Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga
2. Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan ini sebagai social
expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya
menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku
yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Faktor sumber
munculnya tugas – tugas perkembangan :
a. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu.
b. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca, menulis, berhitung, dan
organisasi.
c. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu sen diri (psikologis) yang
sedang berkembang itu sendiri : memilih teman dan pekerjaan.
d. Tuntutan norma agama.
Menurut ahli psikologi lain tentang tugas – tugas perkembangan fase
anak 6 – 12 tahun :
1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of
life :
Anak belajar membuang masa kanak – kanaknya dan bel ajar memusatkan
perhatian pada diri sendiri.
Jhon W. Santrock, Child Development, 13th edition (New York: McGraw-Hill Companies,
2011), h.6