Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd.
Dr. Tri Suminar, M.Pd.
Disusun Oleh :
0102521004 Alfi Setyo Wati
0102521031 Bambang Irawan
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan
kesempatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah Landasan
Psikologi Pendidikan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah Landasan
Kependidikan di Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya saran atau kritikan yang membangun yang untuk bisa memperbaiki
karya ilmiah berikutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan
salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu, keberhasilan pendidik
dalam melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh tentang
pemahamannya dalam pendidikan perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam
mendidik, kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami
tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut sebagai
psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar
peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan
pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan citacita bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu memahami perkembangan individu
peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya maupun arah perkembangannya. Sehingga,
psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan
seseorang. Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu berobjek formal perilaku manusia, yang
berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar.
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi
sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis
anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendidikan secara efektif.
Oleh karena itu kami membuat makalah ini untuk memberikan pandangan tentang landasan
psikologi pendidikan dan mencegah terjadinya beban psikologi pada peserta didik serta dapat
melakukan pendekatan secara baik antara pendidik dan peserta didik.
B. RUMUSAN MASALAH
Agar permasalahan tidak melebar, maka dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan
beberapa masalah yang akan menjadi focus pembahasan, yaitu :
1. Apa arti psikologi dalam pendidikan?
2. Apa saja ruang lingkup kajian psikologi pendidikan?
3. Apa kontribusi psikologi dlam pendidikan?
4. Bagaimana implementasi psikologi dalam pendidikan?
5. Bagaimana pengaruh psikologi perkembangan dalam pendidikan?
6. Bagaimana kesiapan siswa dan pengaruh individu dalam pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang landasan psilokogi
pendidikan. Tujuan khususnya antara lain:
1. Memahami pendapat para ahli tentang teori psikologi.
2. Mengetahui pengertian psikologi pendidikan.
3. Mengetahui bentuk – bentuk psikologi pendidikan.
4. Mengetahui macam – macam kontribusi landasan psikologi pendidikan dalam proses
belajar.
5. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengaruh psikologi terhadap pendidikan
6. Untuk memberikan informasi tentang kesiapan siswa dan pengaruh internal terhadap
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN PSIKOLOGI
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa
dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006)
karena :
Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khayalan dan spekulasi tentang jiwa itu.
Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis
dengan metode-metode ilmiah
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk perilaku
baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia ataupun aktivitas-
aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu
proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-
prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-
masalah dalam pendidikan. Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan
lingkungan. Perilaku merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupan baik yang tampak maupun
tidak tampak perilaku kognitif, afektif, psikomotor.
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat
dipengaruhi olaeh alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan
merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang
kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi
manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia
sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses
pendidikan.
Obyek psikologi yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi jiwa
itu sendiri yakni dalam bentuk prilaku individu dalm berinteraksi dengan lingkungannya. Psikologi
terbagi menjadi dua bagian yaitu psikologi umum (general psychology) yang mengkaji pad prilaku
pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji prilaku individu dalam situasi khusus, seperti
psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, psikologi klinis, psikologi abnormal, psikologi
industry dan psikologi pendidikan.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena di dalamnya telah
memiliki kriteria sebagai suatu ilmu, yaitu dimensi :
a. Ontologis
Obyek dari psikologis pendidikan adalah prilaku-prilaku individu yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator,
orang tua didik dan masyarakat pendidikan.
b. Epistemologis
Teori, konsep, prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdsarkan upaya
sistematis berbagai studi longitudinal maupun studi lintas keilmuan, baik secara pendekatan
kualitatif maupun kuantitatif.
c. Aksiologis
Aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut
dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian manusia.
Socrates berpendapat bahwa masalah yang pokok adalah kesusilaan, tetapi semenjak masa
hidup socrates masalah hakikat yang-baik senantiasa menarik banyak kalangan dan dipandang
bersifat hakiki serta penting untuk dapat mengenal manusia. Manfaatnya terutama berkenan
dengan pencapaian efisiensi dan efektifitas proses pendidikan.
2. Bersifat Khusus
Mendeskripsikan salah satu segi atau aspek perkembangan saja sebagai dasar
menyusun tahap-tahap perkembangan anak. Ada beberapa tokoh yang mengemukakan
teori perkembangan yang bersifat khusus :
a. Piaget à perkembangan dari kemampuan kognitif
Ada 4 tahapan perkembangan berdasarkan kemampuan kognitif anak :
Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun
Tahap praoperasional, usia 2 – 4 tahun
Tahap konkret operasional, usia 7 – 11 tahun
Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun
b. L. Kohlberg à perkembangan moral kognitif
Ada 3 tahap dalam perkembangan moral :
Tahap Pra konvensi : menghindari hukuman – mendapat ganjaran ; sebagai alat
kepentingan pribadi
Tahap konvensi : berupaya menjadi orang baik ; mengikuti peraturan / hukum
formal
Tahap pasca konvensi : menganut norma berdasarkan persetujuan masyarakat ;
mengikuti kata hati
c. Erik H. Erikson à perkembangan psikososial/aspek afeksi
Ada 8 aspek perkembangan psikososial :
Bersahabat dan menolak pada umur 0 – 1 tahun.
Otonomi dan malu dan ragu-ragu pada umur 1 – 3 tahun.
Inisiatif dan perasaan bersalah pada umur 3 – 5 tahun.
Perasaan produktif dan rendah diri pada umur 6 – 11 tahun.
Identitas dan kebingungan pada umur 12 – 18 tahun.
Intim dan mengisolasi diri pada umur 19 – 25 tahun.
Generasi dan kesenangan pribadi pada umur 25 – 45 tahun.
Integritas dan putus asa pada umur 45 tahun ke atas.
b. Pendekatan diferensial
Pendekatan ini memulai dengan pertanyaan empiris: “Dalam perkembangan, bagaimana
sekelompok individu dapat dipilah ke dalam sub-kelompok, yang dibedakan berdasarkan pada
ciri-sifat status dan perilaku?
Pada dasarnya, pendekatan diferensial merupakan sistem yang bersifat empiris, bukannya
teoritis. Fokus utama pendekatan diferensial adalah mencari tahu bagaimana orang dapat
dikelompokkan ke dalam sub-kelompok dalam perkembangannya. Pengelompokan tersebut
dapat dilakukan berdasarkan atribut status dan atribut perilaku. Pengelompokan yang
berdasarkan atribut status misalnya berdasarkan usia, jenis kelamin, dan ras. Pengelompokan
demikian tentu saja sama sekali tidak tidak bersifat psikologis. Pembedaan yang bersifat
psikologis adalah yang didasarkan pada atribut behavioral. Atribut perilaku dapat dilihat
dalam dimensi behavioral atau psikologis bipolar. Sebagai contoh: ekstroversi-introversi,
dominan-submisif, agresif-pasif, tingkat aktivitas tinggi-tingkat aktivitas rendah, independen-
dependen, trust-mistrust, dsb. Pada kenyataannya atribut behavioral bersifat kontinum yang
memiliki sifat atau karakteristik yang saling berlawanan pada masing-masing ujungnya.
Psikologi diferensial membagi individu ke dalam dua kelompok berdasarkan masing-masing
atribut behavioral tersebut. Dengan demikian seorang individu akan digolongkan sebagai
ekstrovert atau introvert, dominan atau submisif, dan sebagainya.
Tujuan psikolog menggunakan pendekatan diferensial dalam studi tentang perkembangan
psikologis adalah untuk mengetahui berbagai jenis sub-kelompok pada atribut status dan
perilakunya. Para psikolog menentukan beberapa atribut tersebut untuk lebih jauh meneliti
diferensiasi pola perkembangannya. Dengan demikian, antara lain, akan dapat diperoleh
jawaban bagaimana perbedaan perkembangan antara laki-laki dan perempuan pada usia
remaja. Selain itu mungkin akan diperoleh jawaban, misalnya, bahwa pada usia remaja anak
laki-laki akan lebih dominan, dan anak perempuan lebih submisif.
c. Pendekatan ipsatif
Apabila dibandingkan dengan pendekatan tahapan dan diferensial dalam psikologi
perkembangan, pendekatan ipsatif lebih berorientasi idiografik. Tujuan utama dari pendekatan
ipsatif adalah untuk menemukan hukum perkembangan yang sifatnya individual. Bagi
pendekatan ipsatif, berbagai hukum yang hanya dapat diterapkan dalam konteks kelompok
tidak memberikan banyak arti. Pertanyaan utama yang hendak dijawab adalah ada-tidaknya
perubahan pada berbagai variabel dalam diri
Dari beberapa teori di atas sebenarnya memberikan kemudahan kepada para pendidik pada
setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:
1. Menentukan arah pendidikan.
2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
tugas perkembangannya.
3. Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
2. Psikologi Belajar
Belajar diartikan terjadinya perubahan perilaku ke arah positif melalui pengalaman.
Perkembangan belajar melalui proses peniruan, pengingatan, latihan, pembiasaan, pemahaman,
penerapan, pemecahan masalah. Menurut Gagne prinsip belajar dapat dilakukan perubahan
yang berkenaan dengan kapabilitas individu. Sedangkan menurut Hilgard & Bower, perubahan
terjadi karena interaksi dengan lingkungan sebagai reaksi terhadap siatuasi yang dihadapi.
Morris L. Bigge membagi menjadi 3 teori belajar :
1. Teori disiplin mental (disiplin mental theistik, disiplin mental humanistik, naturalisme,
apersepsi)
a. Secara herediter anak mempunyai potensi tertentu
b. Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut
2. Teori behaviorisme (Teori S-R Bond (Thorndike), Conditioning (Guthrie), Reinforcement
(Skinner)
a. Anak tidak membawa potensi apapun dari lahirnya
b. Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan
c. Bersifat pasif
3. Cognitive Gestalt Field (Insight / Gestalt Field, Goal Insight, Cognitive Field)
a. Menekankan pada unity, wholeness, integrity (keterpaduan)
b. Bersifat aktif
3. Psikologi Sosial
Psikologi Sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat,
yang mengkombinasikan cirri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh
masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander, 1981).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu:
1. Kepribadian orang itu
2. Perilaku orang itu
3. Latar belakang situasi
Menurut Klinger (Savage, 1991) factor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah:
1. Minat dan kebutuhan individu
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas
3. Harapan sukses
b. Jasmani
Keterampilan
Kesehatan
Keindahan tubuh
2. Teori Kognitif
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi
ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia
1
Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id.
2
Mustaqim, Ilmu JIwa Pendidikan, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2010), hlm. 56.
berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui
indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif,
afektif, konatif sampai pada taraf tertentu, yaitu psikomatis yang tidak dapat dipisahkan
secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar
gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan yang menyertai
reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak).3
3. Teori Humanisme
Teori jenis ketiga adalah teori humanistic. Humanism adalah aliran kemanusiaan,
humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah,
kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi.
3
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), Cet. 3, hlm. 62.
(6) Mengutamakan “insight”.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia
ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang
diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu serta mempelajari
penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk
memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan. Kondisi psikologis adalah
kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku merupakan manifestasi dari
ciri-ciri kehidupan baik yang tampak maupun tidak tampak perilaku kognitif, afektif,
psikomotor.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena di dalamnya telah
memiliki kriteria sebagai suatu ilmu, yaitu dimensi ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Psikologi memiliki berbagai cabang, Namun dalam pendidikan lebih memprioritaskan
psikologi perkembangan dan psikologi belajar, karena pendidikan lebih membahas tentang
tingkah laku atau subjek dari peserta didik.
Dalam pendidikan yang juga menjadi ruang lingkup kajian para ahli psikologi pendidikan
dan para guru yaitu anak didik, proses belajar, dan situasi belajar. Ketiga hal ini sangat berkaitan
dan merupakan elemen terpenting karena tanpa hadirnya peserta didik maka tidak mungkin
terjadinya proses belajar mengajar.
B. Saran
Berdasarakan uraian di atas, penulis berharap agar para pendidik dapat memperhatikan
peserta didik sesuai dengan perkembangan usianya. Karena berbeda usia akan berbeda cara
mendidik. Sebagai seorang pendidik wajib memahami karakater dan sifat perkembangan dari
anak didiknya agar tidak salah dalam memberikan pengajaran dan pendidikan.
Referensi :
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.
Gani, Abdul, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”, http://www.scribd.com/doc/
46753211/psikoanalisis-behaviorisme-humanistik-jung-roger.
Kartono, Kartini dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir Jaya,2000.
Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id.
Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, Cet. 2.
Sari, Tanti Nur Indah, Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior”,
http://www.t4nti.blog.com/2009/10/10/perbedaan-aliran-psikoanalisa-humanistik-dan-
behavior.phtml.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1998, Cet. 4.
Sudrajat, Akhmad, Teori-teori Belajar”, http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori-
Belajar.phtml.
Pidarta, Made.(2009). Landasan Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Sobour, Alex.(2003). Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia
Winkel, W.S.(1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta:Grisindo.
http://arerariena.wordpress.com/2011/03/09/landasan-psikologi-pendidikan/
http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/landasan-psikologi-pendidikan.html
http://amrull4h99.wordpress.com/2009/12/24/landasan-psikologi-pendidikan/
http://lela68.wordpress.com/2009/05/24/tugas-5-bab-6-landasan-psikologi/