Makalah
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakasih, karena berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi pembahasan tentang
perkembangan kognitif pada remaja.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Psikologi Remaja
yang selalu memberikan ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada orangtua dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan
dalam proses belajar di perkuliahan ini. Semoga dukungan dan semangat tersebut dapat menjadi
motivasi penulis dalam mengembangkan diri dan berkarya.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi para
pembaca yang sedang dalam proses belajar. Semoga kita semua selalu memiliki semangat dalam
belajar dan berkarya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan..................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 6
A. Hakikat Perkembangan Kognitif Remaja..6
B. Karakter Perkembangan Kognitif Remaja.8
C. Perbedaan Perkembangan Kognitif Remaja Lelaki & Perempuan.....17
D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kognitif Remaja...20
BAB III PENUTUP.23
A. Kesimpulan...23
B. Saran.24
DAFTAR PUSTAKA..25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja, kata yang mengandung berbagai macam kesan. Beberapa orang mengatakan
bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan kelompok manusia
yang lain. Sedangkan beberapa pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok orang-
orang yang sering menyusahkan orang tua. Selain pendapat tersebut, terdapat juga yang
berpendapat bahwa remaja adalah potensi yang harus dimanfaatkan (Mappiare, 1982).
Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk
golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan
orang dewasa. Remaja berada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering
kali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Akan tetapi, dalam fase
remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa anak potensial, baik dilihat
dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Hartinah, 2008).
Perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual dari cara berpikir remaja
memungkinkan untuk mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa, tetapi juga
merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan.
Perkembangan intelektual yang terus menerus, menyebabkan remaja mampu berpikir operasional
formal. Tahap tersebut memungkinkan remaja mampu berpikir secara lebih abstrak, menguji
hipotesis, dan mempertimbangkan apasaja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat
apa adanya. Kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan masa remaja dari masa-masa
sebelumnya.
Selain itu, perkembangan bakat khusus atau minat pada remaja juga sudah mulai tertata
serta mulai berkurang berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi baik dari diri sendiri
maupun dari lingkungannya. Semua remaja sedikit banyak memiliki minat-minat khusus tertentu
yang terdiri dari berbagai kategori.
Perkembangan intelektual dan bakat khusus atau minat tersebut merupakan bagian dari
perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja. Perkembangan kognitif ini mempengaruhi
bagaimana cara berpikir, menganaisis sebuah permasalahan, serta kesukaannya terhadap suatu
hal tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kognitif masa remaja?
2. Apa sajakah tahap-tahap perkembangan kognitif pada remaja?
3. Apa sajakah cakupan atau macam-macam perkembangan kognitif pada remaja?
4. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif remaja?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang perkembangan kognitif remaja.
2. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif pada remaja?
3. Mengetahui cakupan atau macam-macam pertumbuhan kognitif pada remaja.
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kognitif remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Perkembangan Intelektual
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language,
istilah intellect, berarti :
1) Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-
hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya;
2) Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence;
3) Pikiran atau intelegensi (Fatimah, 2010)
Gunarsa (1990), mengajukan beberapa rumusan mengenai intelegensi yaitu sebagai berikut
:
1) Intelegensi merupakan suatu kumpulan seseorang yang memungkinkannya memperoleh ilmu
pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan
masalah-masalah yang timbul.
2) Intelegensi adalah suatu bentuk tingah laku tertentu yang tampil dalam kelancaran tindakan.
3) Intelegensi meliputi pengalaman dan kemampuan bertambahnya pegertian dan tingkah laku
dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara efektif.
4) William Stem mengemukakan bahwa inteegensi merupakan suatu kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir.
5) Binet berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperleh melalui keturunan,
kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Dalam batas-batas tertentu, lingkungan turut berperan dalam pembentukan
intelegensi.
6) Wechler merumuskan intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan individu dalam berpikir dan
bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
(Singgih & dkk, 1990)
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa intelegensi
memiliki definisi yang sama dengan intelek yang berarti kemampuan berpikir atau kemampuan
dalam bertindak terhadap suatu hal. Banyak para ahli psikologi yang telah mengembangkan
berbaga alat ukur untuk menyatakan tingkat intelegensi seseorang. Salah satunya adalah Tes
Binet Simon yang pengukurannya dinyatakan dalam angka yang menggambarkan perbandingan
kecerdasan mental ataumental age (MA) dengan umur kalender atau chronological age (CA).
Perbandingan tersebut biasa disebut Intelligence Quatient (IQ) yang artinya perbandingan
kecerdasan.
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan kecepatan
perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada masa remaja, kemampuan untuk
mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah. Pada awal remaja kira-kira pada umur 12
tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal atau berpikir abstrak, pada masa
ini, ia telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal yang nyata.
Pada usia ini ia telah berpikir hipotetik(Fatimah, 2010).
Berpikir operasional formal setidak-tidaknya memiliki dua sifat yang penting, yaitu
sebagai berikut :
a. Minat Rekreasi
Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut
banyak pengorbanan tenaga dan berhenti serta akan bertindak sebagai pengamat yang pasif. Pada
awal masa remaja, aktivitas permainan akan diganti dengan bentuk rekreasi yang lebih matang.
Pola rekreasi tersebut hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan pada awal masa dewasa.
Beberapa macam minat rekreasi remaja yaitu:
Permainan dan Olah raga
Remaja mulai menyukai olahraga tontonan daripada olahraga yang terorganisasi. Selain itu,
remaja lebih menyukai permainan yang menuntut keterampilan intelektual seperti permainan
kartu, dll.
Bersantai
Remaja gemar bersantai dan mengobrol dengan teman-teman. Mereka makan sambil bergurau
atau membicarakan orang lain mauun hal-hal yang lagi populer pada saat itu.
Hobi
Remaja yang kurang populer lebih berminat pada hobi dibandingkan dengan bentuk rekreasi lain
karena sebagian besar hobi merupakan kegiatan rekreasi seorang diri.
Selain minat rekreasi yang teah disebutkan diatas, masih terdapat berbagai macam minat
rekreasi yang dilakukan remaja. Banyaknya rekreasi yang diikuti remaja sangat dipengaruhi oleh
derajat kepopulerannya. Selain itu, banyaknya tekanan yang berasal dari tugas sekolah, tugas
rumah dan kegiatan lain yang membatasi waktu untuk rekreasi juga menjadi salah satu faktor.
b. Minat Sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk
mengembangkan minat tersebut pada kepopulerannya dalam kelompok. Beberapa minat sosial
remaja diantaranya adalah menolong orang lain, peristiwa dunia yang diungkapkan melalui
bacaan dan pembicaraan dengan teman, guru, dan orang lain. Selain itu, minat sosial lainnya
adalah minat remaja untuk mengkritisi orang lain.
c. Minat Pendidikan
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka
terhadap pekerjaan. Apabila remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi,
maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh minat
terhadap pelajaran yang berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.
Selain itu, terdapat pula remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya
membenci sekolah. Remaja yang tergolong dalam hal tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Remaja yang orangtuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik terhadap prestasi
akademik, atletik, atau prestasi sosial yang terus menerus mendesak untuk mencapai sasaran
yang dikehendaki.
2. Remaja yang kurang diterima oleh teman-teman sekelas yang merasa tidak mengalami
kegembiraan sebagaimana yang dialami oleh yang lain.
3. Remaja yang matang lebih awal, yang merasa fisiknya jauh lebih besar dibandingkan dengan
ang lain sehingga seringkali diharapkan berprestasi lebih baik daripada yang lain.
Para remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan
ketidaksenangannya dengan cara menjadi orang yang berprestasi rendah bekerja dibawah
kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata peajaran yang tidak disukai. Selain itu,
terdapat pula yang membolos baik dalam mata pelajaran yag tidak disukai ataupun semua mata
pelajaran.
4. Aktivitas (Activity),
Pria lebih sering bermain dengan berbagai benda daripada para wanita. Sementara wanita lebih
banyak merespon pada teman bermainnya. Pilihan arahan ini disebut Perputaran perilaku
sebagai perlawanan antara pria dan wanita.
5. Penciuman dan Perasa (Smell and Taste),
Wanita memiliki indera penciuman dan perasa yang lebih tinggi daripada pria. Mereka lebih
banyak merespon aroma, parfum, dan beberapa perubahan dalam rasa.
6. Penyelesaian Masalah (Problem-Solving),
Para pria maupun wanita memiliki perbedaan dalam menyelesaikan permasalahan mereka.
Kemampuan Verbal
Oleh karena lelaki mengalokasikan banyak daerah korteks untuk fungsi-fungsi spasial,
otak mereka cenderung cenderung mengalokasikan sedikit daerah korteks untuk produksi dan
penggunaan kata-kata dibandingkan otak perempuan. Belahan otak kanan dan kiri dihubungkan
oleh sekumpulan kecil saraf yang disebut corpus callosum sehingga memungkinkan kedua
belahan otak berhubungan. Corpus callosum laki-laki umumnya 25 % lebih kecil dibanding
milik perempuan. Ketika perasaan atau pikiran akan berpindah dari belahan otak kanan ke kiri,
peluang perpindahan tersebut pada seorang lelaki lebih kecil 25 %. Ini perlu diperhatikan
mengingat lelaki mengolah bahasa hanya di belahan kiri, sedangkan perempuan menggunakan
enam atau tujuh daerah korteks di kedua belahan untuk mengolah bahasa.
Bagi para lelaki, mereka menggunakan sedikit mungkin kata-kata yang diperlukan untuk
menyampaikan pendapat, sementara bagi perempuan, kata-kata digunakan untuk
mengungkapkan perasaan dan juga isi.
Ada empat alasan berbicara, yakni:
1. Berbicara untuk menyatakan sesuatu,
2. Berbicara untuk memberikan dan menerima dukungan,
3. Berbicara untuk meredakan ketegangan,
4. Berbicara untuk menemukan sesuatu yang penting.
Wanita biasanya menggunakan indirect speech alias memberikan isyarat tentang apa
yang sebenarnya dia inginkan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi
sehingga bisa terjalin hubungan yang harmonis satu sama lain. Indirect speech biasanya
menggunakan kata-kata seperti kayaknya, sepertinya dan sebagainya. Indirect speech adalah
bagian dari wanita dan untuk membangun hubungan dengan wanita, pria perlu mendengarkan
dengan efektif, sambil mengeluarkan bunyi mendengarkan seperti O,, Ehm, dan bahasa
tubuh yang tepat. Ketika wanita bicara menggunakan indirect speech ke wanita lain, tidak pernah
ada masalah wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya. Tapi, bila dipakai
untuk bicara dengan pria, bisa berakibat fatal. Pria menggunakan bahasa langsung atau direct
speech dan mereka mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan. Tapi
sebetulnya dengan sedikit kesabaran dan banyak latihan, pria dan wanita bisa belajar untuk
mengerti satu sama lain.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Remaja
a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan kita, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh
pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan
siswaan yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
Arthur Jensen (Hetheringthone, 1999) mengklaim bahwa sebanyak 80% perbedaan IQ
dipengaruhi olah faktor pembawaan (keturunan), dan hanya faktor lingkungan sosial yang
memiliki proporsi yang kecil. Sedangkan pendapat peneliti lain bahwa lingkungan-budaya tidak
memberikan pengasuhan yang optimal terhadap perkembangan inteligensi. Begitu juga dengan
Stephen Ceci memperkirakan bahwa sifat inteligensi yang diturunkan dari orangtua begitu besar.
Dan Richard Herrnstein & Charles Murray pada tahun 1994 menyatakan bahwa inteligensi
didasari oleh faktor genetik.
b. Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan
sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas
dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang
peranan yang amat penting.
c. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ
(fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal tertentu,
karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi
jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan berhubungan erat
dengan umur.
d. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di
sekolah-sekolah, dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
f. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti
bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan Inteligensi.
Semua faktor tersebut di atas saling terkait satu sama lain. Untuk menentukan Inteligen atau
tidaknya seorang remaja, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut di
atas. Inteligensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan
inteligensi seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hakikatnya, perkembangan kognitif remaja menggambarkan bagaimana
pikiran remaja berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan kognitif remaja,
dalam pandangan Jean Piaget merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operation). Idealnya, seorang remaja sudah punya
pola pikir sendiri. Diantaranya bisa digambarkan yaitu: mulai bisa berpikir logis tentang suatu
gagasan yang abstrak, mulai bisa membuat rencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan
masalah, serta mulai memikirkan masa depan, muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan
belajar menguji hipotesis atau permasalahan, belajar instropeksi diri, wawasan berpikirnya
semakin luas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, jati diri atau identitas. Para remaja tidak
lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan mengadaptasi informasi tersebut dengan
pemikirannya sendiri.
Sementara itu, berdasarkan aspek perkembangan kognitifnya, remaja lelaki dan
perempuan memiliki perbedaan dalam aspek struktur otak, perbedaan kondisi biologis,
perbedaan fungsional, dan kemampuan verbal. Remaja lelaki cenderung menggunakan otak kiri
dalam proses berpikirnya sehingga lelaki cenderung menggunakan logika dalam penyelesaian
masalah. Berbeda dengan perempuan yang cenderung menggunakan otak kanan dan kiri dalam
proses berpikirnya sehingga perempuan seringkali mengkaitkan masalah dengan perasaan dan
perempun juga dapat mengerjaan pekerjaan multitasking lebih baik disbanding laki-laki.
Berdasarkan pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
remaja, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi dapat berasal
dari pembawaan (genetik), lingkungan, kematangan, minat & pembawaan yang khas.
B. Saran
Pengajar dan orangtua sebaiknya memahami perkembangan kognitif pada remaja
sehingga mampu memilih metode pengasuhan remaja yang tepat. Para remaja butuh perhatian
yang tepat dalam proses belajarnya sehingga ia dapat berkembang menjadi pribadi yang berhasil
di sekolah maupun di kehidupannya sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA