Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA

PERKEMBANGAN INTELENGENSI / KOGNITIF REMAJA

Dosen pengampu:

Dr. Dian Novita Siswanti, S.Psi., M.Si., M.Psi, Psikolog


Eka Sufartianinsih Jafar, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Alya Rizkianti Surdin (230701502010)
Andi Faiqah Fauziyah Faisal (230701502101)
Andi Mutiah Qonitah (230701501112)

Kelas B

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan dan meyusun makalah yang berjudul
“Perkembangan Intelengensi / Kognitif Remaja” tepat pada waktunya.

Tidak lupa, kami juga ingin menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak
yang telah berkontribusi baik berupa gagasan maupun dukungan materi. Tiap sumbangan dari
mereka telah menjadi dorongan bagi semangat kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Tujuan penulisan ini kami lakukan sebagai bagian dari tanggung jawab untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan kepada kami. Namun, di atas itu semua, kami berharap agar makalah
ini dapat memberikan manfaat dan pemahaman yang berharga bagi para pembaca, sambil juga
menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman kami sebagai penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dian Novita Siswanti, S.Psi., M.Si.,
M.Psi, Psikolog dan Ibu Eka Sufartianinsih Jafar, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Selaku dosen mata
kuliah Psikologi Perkembangan Remaja yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan sesuai dengan bidang studi.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna karean
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.

Hormat kami,

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 6

A. Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Teori Piaget Dan Kritik Terhadap Teori Piaget ............ 6

B. Egosentrisme Pada Remaja....................................................................................................... 7

C. Memproses Informasi pada Remaja ......................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 10

B. Saran...................................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan berpikir yang sedang berkembang pada remaja membuka cakrawala
baru dalam ranah kognitif dan sosial. Mari kita eksplorasi bagaimana perkembangan
kemampuan berpikir ini terjadi, dimulai dengan tinjauan terhadap teori Piaget (1952). Masa
remaja merupakan fase transisi yang krusial dalam kehidupan individu, di mana terjadi
sejumlah perubahan yang signifikan, baik secara fisik, emosional, sosial, maupun kognitif.
Periode ini sering dicirikan oleh pencarian identitas, perubahan dalam dinamika hubungan
antarpribadi, serta peningkatan dalam kemampuan berpikir yang bersifat abstrak dan
kompleks.
Kepentingan memahami perkembangan kognitif pada masa remaja semakin jelas
dalam konteks pendidikan, kesehatan mental, dan interaksi sosial. Transformasi-
transformasi ini memengaruhi cara remaja memproses informasi, membuat keputusan, dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka.
Namun, walaupun pengakuan akan pentingnya pemahaman ini, masih banyak
perdebatan dan penelitian yang perlu dilakukan untuk mendalami secara lebih baik
perkembangan kognitif pada masa remaja. Beberapa teori, termasuk teori Piaget tentang
tahapan perkembangan kognitif, telah menjadi bahan kritik dan kontroversi, sementara
pendekatan lain, seperti pendekatan kontekstual atau sosial-budaya, terus mengalami
perkembangan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Teori Piaget dan Kritik


Terhadap Teori Piaget?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Egosentrisme Pada Remaja?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Memproses Informasi pada Remaja?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Teori Piaget dan


Kritik Terhadap Teori Piaget
2. Untuk Mengetahui Egosentrisme Pada Remaja
3. Untuk Mengetahui Memproses Informasi pada Remaja

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognitif Remaja Menurut Teori Piaget Dan Kritik Terhadap Teori
Piaget
Menurut Piaget, sekitar usia 7 tahun, anak-anak memasuki tahap operasional
konkret di mana mereka dapat melakukan penalaran logis tentang objek dan peristiwa
nyata. Pada usia sekitar 11 tahun, mereka memasuki tahap operasional formal, yang
ditandai dengan kemampuan berpikir yang lebih abstrak dan mampu membayangkan
situasi hipotetis serta merasionalkan tentangnya secara logis.

Dalam tahap operasional formal, remaja menunjukkan kemampuan berpikir yang


lebih abstrak, memungkinkan mereka menyelesaikan masalah secara verbal dan
merasionalkan ide-ide kompleks. Mereka juga cenderung memikirkan pikiran itu sendiri,
menunjukkan peningkatan fokus pada aspek pikiran dan abstraksi. Pikiran idealis dan
spekulatif juga dominan pada tahap ini, mempengaruhi persepsi mereka terhadap diri
sendiri, orang lain, dan masa depan.

Remaja dalam tahap ini juga menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir logis
dan sistematis dalam memecahkan masalah, sering menggunakan penalaran hipotetis-
deduktif untuk merencanakan dan menguji solusi. Namun, teori Piaget telah ditantang oleh
peneliti yang menemukan bahwa tidak semua individu mencapai tahap operasional formal,
dan bahwa faktor pendidikan dan budaya memainkan peran penting dalam perkembangan
kognitif, lebih dari yang diakui oleh Piaget.

Selain itu, beberapa ahli menemukan bahwa perkembangan kognitif tidak selalu
sejalan dengan tahapan yang diusulkan oleh Piaget. Beberapa kemampuan kognitif muncul
lebih awal dari yang diperkirakan oleh Piaget, dan anak-anak dapat dilatih untuk berpikir
pada tingkat kognitif yang lebih tinggi.

Meskipun ada tantangan terhadap teori Piaget, dia diakui sebagai pelopor dalam
bidang perkembangan kognitif dan telah memberikan kontribusi besar terhadap
pemahaman anak sebagai pemikir aktif dan konstruktif. Pengamatannya terhadap perilaku

6
anak-anak juga telah menginspirasi pemahaman baru tentang interaksi mereka dengan
dunia.

B. Egosentrisme Pada Remaja


Egoisme remaja, menurut David Elkind (1976), adalah peningkatan kesadaran diri
yang terdiri dari dua komponen utama: audience khayalan dan fabel pribadi. Audience
khayalan mencerminkan keyakinan remaja bahwa orang lain sangat memperhatikan
mereka sebagaimana mereka memperhatikan diri sendiri, sering kali dengan perilaku
mencari perhatian untuk menarik perhatian, tampak, dan menjadi "pusat perhatian".
Sebagai contoh, seorang remaja laki-laki di kelas delapan mungkin merasa bahwa semua
orang memperhatikan jerawatnya saat masuk ke dalam kelas. Mereka merasa menjadi
pusat perhatian dan percaya bahwa mereka adalah tokoh utama, sedangkan orang lain
adalah penonton.
Fabel pribadi adalah bagian dari egoisme remaja yang melibatkan perasaan unik
dan tidak terpahami. Sebagai contoh, seorang remaja usia 13 tahun mungkin berpendapat
bahwa tidak ada yang bisa memahami perasaannya, terutama orang tuanya. Mereka merasa
bahwa keunikan pribadi mereka membuat mereka sulit dipahami oleh orang lain. Untuk
mempertahankan perasaan keunikan ini, remaja sering kali menciptakan narasi tentang diri
mereka sendiri yang penuh dengan fantasi, melarikan diri ke dalam dunia yang jauh dari
kenyataan. Fabel pribadi sering terungkap dalam diari remaja.
Selain itu, remaja juga sering menunjukkan rasa kekebalan atau ketidakrentanan.
Misalnya, dalam percakapan dengan teman sebaya, seorang remaja mungkin merespons
situasi berisiko dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan terkena dampak negatifnya,
seperti hamil dari hubungan seksual. Keyakinan ini membuat mereka percaya bahwa
mereka tidak rentan terhadap bahaya dan bencana yang mungkin dialami oleh orang lain.
Akibatnya, beberapa remaja terlibat dalam perilaku berisiko seperti balapan liar,
penggunaan narkoba, bunuh diri, dan hubungan seksual tanpa pengaman.
Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebaliknya, remaja
mungkin menggambarkan diri mereka sebagai rentan terhadap mengalami kematian dini,
menunjukkan bahwa tidak semua remaja merasa tidak terkalahkan dalam situasi berisiko.
Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam pemahaman tentang egoisme remaja dan variasi
individual dalam cara mereka mengatasi peningkatan kesadaran diri selama masa remaja.

7
C. Memproses Informasi pada Remaja
Menyoroti beberapa aspek penting pada masa remaja, Deanna Kuhn (2009)
mengemukakan bahwa masa ini merupakan waktu di mana individu mendekati tingkat
kognitif yang mungkin dicapai atau tidak, yang berbeda dengan tingkat kognitif yang
sebagian besar universal yang dicapai oleh anak-anak muda. Pada masa remaja, terjadi
variasi yang cukup besar dalam fungsi kognitif antarindividu, menunjukkan bahwa remaja
adalah produsen dari perkembangan mereka sendiri dalam skala yang lebih besar daripada
anak-anak.
Salah satu perubahan kognitif yang paling penting pada masa remaja adalah
perkembangan yang lebih baik dalam fungsi eksekutif. Ini mencakup aktivitas kognitif
tingkat tinggi seperti penalaran, pengambilan keputusan, evaluasi berpikir secara kritis, dan
mengontrol kemajuan kognitif seseorang. Peningkatan ini memfasilitasi pembelajaran
yang lebih efisien dan kemampuan yang ditingkatkan untuk mengelola perhatian, membuat
keputusan, dan berpartisipasi dalam berpikir kritis.
Pengambilan keputusan menjadi fokus penting pada masa remaja, di mana individu
dihadapkan pada banyak keputusan penting seperti memilih teman, pasangan,
berhubungan seks, membeli mobil, atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Teman sebaya dan konteks sosial memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan
remaja, dimana remaja cenderung lebih mungkin membuat keputusan berisiko dalam
situasi di mana godaan atau substansi berbahaya mudah diakses.
Terdapat juga diskusi tentang model dua proses dalam menjelaskan pengambilan
keputusan remaja, yang mengemukakan bahwa terdapat dua sistem kognitif yang bersaing
- satu analitis dan satu eksperimental. Model ini menekankan bahwa sistem eksperimental,
yang memantau dan mengelola pengalaman nyata, lebih mendukung pengambilan
keputusan remaja daripada sistem analitis. Namun, ada juga argumen yang menyatakan
bahwa remaja dapat mendapat manfaat dari kedua sistem, tergantung pada konteksnya.
Berfikir kritis juga menjadi aspek penting dalam perkembangan remaja, meskipun
tidak semua remaja menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan berfikir kritis.
Keterampilan dasar seperti membaca dan matematika memainkan peran penting dalam
mengembangkan kemampuan berfikir kritis, namun terdapat juga faktor-faktor kognitif

8
lainnya seperti peningkatan kecepatan pemrosesan informasi, pengetahuan konten dalam
berbagai domain, dan penggunaan strategi pemikiran yang lebih spontan.
Dengan demikian, pemahaman tentang pemrosesan informasi pada remaja
melibatkan pengakuan akan variasi individu dalam fungsi kognitif, peran penting fungsi
eksekutif dalam pengambilan keputusan, dan perkembangan kemampuan berfikir kritis
yang terjadi selama masa transisi ini.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa masa remaja adalah periode yang krusial di mana
individu mengalami perubahan yang signifikan dalam pemikiran mereka. Teori Piaget
memberikan landasan yang berguna untuk memahami tahapan perkembangan kognitif
pada remaja, walaupun kritik terhadap teori tersebut menunjukkan pentingnya
mempertimbangkan faktor-faktor seperti pendidikan dan budaya dalam proses ini.
Konsep egoisme remaja, sebagaimana dijelaskan oleh David Elkind, mencakup
fenomena yang kompleks yang melibatkan perasaan keunikan dan kekebalan pada remaja.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua remaja menunjukkan perilaku egoisme yang
serupa, dan ada variasi individual yang signifikan dalam cara mereka mengatasi kesadaran
diri yang semakin meningkat.
Pemrosesan informasi pada masa remaja adalah aspek krusial yang berdampak
pada kemampuan remaja dalam mengambil keputusan dan berpikir kritis. Perbaikan dalam
fungsi eksekutif memungkinkan mereka untuk lebih efisien dalam mengelola informasi
dan mengambil keputusan yang tepat. Namun, pengaruh dari teman sebaya juga bisa
memainkan peran dalam proses ini.
B. Saran
Sebagai Saran secara lebih mendalam kompleksitas perkembangan kognitif pada
masa remaja dengan pendekatan yang lebih holistik dan inklusif. Penelitian yang lebih
menyeluruh tentang faktor-faktor yang memengaruhi cara remaja memproses informasi,
serta upaya intervensi yang efektif untuk mengatasi egoisme remaja dan mendorong
pemikiran kritis yang sehat, akan menjadi langkah-langkah yang berharga dalam
mendukung pertumbuhan positif mereka.
Dengan demikian, pemahaman yang lebih mendalam tentang perkembangan
kognitif pada masa remaja tidak hanya bermanfaat secara akademis, tetapi juga memiliki
dampak praktis yang signifikan dalam bidang pendidikan, kesehatan mental, dan interaksi
sosial. Dengan terus mengeksplorasi dan mendukung perkembangan kognitif remaja, kita

10
dapat membantu mereka mencapai potensi maksimal dan berperan dalam masyarakat yang
lebih baik secara keseluruhan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J. (2010). Child development: An introduction (13th ed.). McGraw-Hill


Humanities/Social Sciences/Languages.

12
MAKALAH KELOMPOK 5 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA
ORIGINALITY REPORT

20 %
SIMILARITY INDEX
20%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
8%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
www.coursehero.com
Internet Source 7%
2
ulfahnurulwahdah.blogspot.com
Internet Source 1%
3
www.slideshare.net
Internet Source 1%
4
wahdaniaekosa17.blogspot.com
Internet Source 1%
5
sitimujirahayu.blogspot.com
Internet Source 1%
6
www.scribd.com
Internet Source 1%
7
journal-nusantara.com
Internet Source 1%
8
repository.uinbanten.ac.id
Internet Source 1%
9
es.scribd.com
Internet Source 1%
10
icamaylinda.blogspot.com
Internet Source 1%
11
idoc.pub
Internet Source 1%
12
ditra-putra.blogspot.com
Internet Source 1%
13
estiulfigmail.wordpress.com
Internet Source 1%
14
porkesunja2014.blogspot.com
Internet Source 1%
15
de.scribd.com
Internet Source <1 %
16
derigavampire.blogspot.com
Internet Source <1 %
17
mafiadoc.com
Internet Source <1 %
18
nhuynhuy1994.blogspot.com
Internet Source <1 %
19
www.researchgate.net
Internet Source <1 %
20
worldwidescience.org
Internet Source <1 %

Anda mungkin juga menyukai