MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas D
FAUZIAH ASNUR 200701501058
RATI FEBRIANINSIH 200701501130
MAWADDAH NUR AFIFAH 200701502072
IRADAH ARSITYAH NURDIN 200701502128
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah Berjudul “Perkembangan Intelegensi/Kognitif
Remaja” ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Tak lupa shalawat dan salam kita
haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi yang telah
membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata Kuliah Psikologi
Perkembangan Remaja serta untuk memahami materi ini lebih baik lagi. Penulis
juga berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan dari segi cara penulisan, tata bahasa maupun dari isi mutu penulisan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati yang paling dalam kami harapkan
saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kelengkapan dan
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5 Kelas D
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................13
3.1Kesimpulan ...................................................................................................13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap
suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori kognitif sangat besar
pengaruhnya dalam proses pembelajaran, akibatnya pembelajaran di Indonesia
pada umumnya lebih cenderung cognitive oriented (berorientasi pada intelektual
atau kognisi).
Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau
pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat
intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat dikatakan bagian dari
kegiatan yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks dan
komprehensif. Perkembangan kognitif pada manusia dari masa bayi terus
berlanjut hingga remaja. Remaja tidak hanya terlihat berbeda dari anak yang lebih
muda dalam hal ini anak-anak tetapi mereka juga berpikir dan berbicara secara
berbeda. Meskipun pemikiran mereka mungkin masih belum matang dalam
beberapa hal, banyak yang mampu melakukan penalaran abstrak dan penilaian
moral yang canggih dan dapat merencanakan masa depan dengan lebih realistis.
1
D. Bagaimana Perubahan Pemrosesan Informasi pada remaja?
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Kebanyakan anak muda muncul dari masa remaja dengan dewasa, tubuh
yang sehat dan semangat untuk hidup. Perkembangan kognitif mereka juga terus
berlanjut. Remaja tidak hanya terlihat berbeda dari anak yang lebih muda; mereka
juga berpikir dan berbicara secara berbeda. Meskipun pemikiran mereka mungkin
masih belum matang dalam beberapa hal, banyak yang mampu melakukan
penalaran abstrak dan penilaian moral yang canggih dan dapat merencanakan
masa depan dengan lebih realistis.
3
adalah pemikiran yang banyak mengandung idealisme dan kemungkinan,
khususnya di awal tahap formal operasional, ketika asimilasi mendominasi.
Remaja terlibat di dalam berbagai spekulasi mengenai karakteristik-karakteristik
ideal-kualitas yang mereka inginkan terdapat pada dirinya maupun pada orang
lain. Cara berpikir ini sering kali menggiring remaja untuk membandingkan
dirinya dengan orang lain menurut standar ideal tersebut. Di samping itu
pemikiran mereka sering kali bersifat fantasi mengenai kemungkinan-
kemungkinan di masa depan.
Selain berpikir abstrak dan idealistik, remaja juga berpikir logis. Remaja
cenderung memecahkan masalah melalui trial-and-error : remaja mulai berpikir
sebagaimana seorang ilmuwan berpikir, membuat rencana untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji solusi. Tipe pemecahan masalah menuntut
penalaran-hipotetis-deduktif (hypothetical-deductive reasoning), mencakup
penciptaan sebuah hipotesis dan melakukan deduksi terhadap implikasinya, yang
memungkinkan untuk menguji hipotesis. Dengan demikian, pemikir formal
operasional mengembangkan hipotesis mengenai cara memecahkan masalah dan
secara sistematis melakukan deduksi terhadap langkah terbaik yang harus
dilakukan untuk memecahkan masalah.
4
pendidikan memberikan dampak yang lebih kuat terhadap perkembangan kognitif
dibandingkan sebagaimana yang diyakini oleh Piaget (Holzman, 2009: Sternberg
& Williams, 2010). Teori perkembangan kognitif Piaget juga memperoleh
tantangan dalam hal lain (Bauer, 2009). Piaget menyatakan tahapan sebagai
struktur pemikiran yang menyeluruh, yang mengandung sejumlah aspek yang
muncul secara bersama-sama. Meskipun demikian, sebagian besar para ahli
perkembangan kontemporer sepakat bahwa perkembangan kognitif itu tidak
berupa tahapan seperti yang diyakini oleh Piaget (Kuhn, 2009). Di samping itu,
anak-anak dapat dilatih untuk bernalar pada tahap kognitif yang lebih tinggi, dan
sejumlah kemampuan kognitif dapat muncul lebih awal dibandingkan yang
diperkirakan oleh Piaget (Aslin, 2009: Diamond, Casey, & Munakata, 2011:
Spelke & Kinzler, 2009). Beberapa pemahaman mengenai konservasi angka yang
telah muncul di usia 3 tahun, dan tidak harus mencapai usia 7 tahun seperti yang
diyakini oleh Piaget. Kemampuan-kemampuan kognitif lain dapat muncul lebih
lambat dari yang dikemukakan Piaget (Byrnes, 2008). Karena pada kenyataanya,
banyak remaja yang masih berpikir secara operasional konkret atau baru saja
mulai menguasai operasi formal. Bahkan banyak orang dewasa yang bukan (tidak
mencapai) pemikir operasional formal.
5
dan secara simultan mengadaptasi skema tersebut ke pengalaman. Piaget juga
mengungkapkan terjadinya perubahan kognitif jika konteksnya terstruktur,
sehingga memungkinkan pergerakan bertahap ke level berikutnya. Konsep tidak
muncul secara tiba-tiba dan langsung sempurna, namun berkembang melalui
tahap-tahap pencapaian hingga menghasilkan pemahaman yang komprehensif.
6
sebenarnya. di dalam perjalanan mereka untuk memahami keunikan
pribadi yang mereka rasakan ini, remaja bisa saja menjadi seorang ahli
kisah mengenai dirinya yang dipenuhi oleh fantasi dan tenggelam ke
dalam dunia yang jauh dari kenyataan. Personal fable seringkali
ditemukan dalam buku harian remaja.
7
eksekutif membuat remaja dapat belajar secara lebih efektif dan lebih mampu
menentukan bagaimana memberikan perhatian, mengambil keputusan, dan
berpikir kritis.
Perubahan Struktural
8
➢ Pengetahuan Prosedural
➢ Pengetahuan Konseptual
Perubahan Fungsional
9
Mengambil Keputusan
Sebagian besar orang mengambil keputusan dengan lebih baik pada saat
mereka berada dalam kondisi tenang dibandingkan ketika sedang emosi. Secara
khusus hal ini berlaku pada remaja, yang cenderung memiliki emosi yang kuat.
Seorang remaja yang dalam kondisi tenang mampu mengambil keputusan secara
bijaksana, dan mengambil keputusan yang tidak bijaksana ketika emosinya sedang
tinggi (Paus, 2009, Steinberg, 2008). Dalam kondisi demikian, emosi sering kali
menghambat kemampuan mengambil keputusan. Konteks sosial berperan penting
dalam pengambilan keputusan remaja. Sebagai contoh, keinginan remaja untuk
melakukan tindakan berisiko sering kali terjadi dalam konteks di mana
penyalahgunaan dan godaan lainnya sudah tersedia (Reyna & Rivers, 2008).
Sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa kehadiran rekan sebaya dalam
Situasi berisiko meningkatkan kecenderungan remaja dalam mengambil
keputusan berisiko (Steinberg, 2008).
10
mengelola pengalaman aktual yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan
remaja, bukan sistem analitis. Dalam pandangan ini, keterlibatan remaja dalam
analisis kognitif tingkat tinggi yang efektif dan mendetail mengenai suatu
keputusan tidak akan bermanfaat, terutama dalam konteks dunia nyata dan
berisiko tinggi. Dalam konteks seperti ini, remaja hanya perlu mengetahui bahwa
terdapat beberapa situasi yang sangat berbahaya sehingga harus mereka hindari,
bagaimana pun caranya (Mills, Reyna, & Estrada, 2008). Meskipun demikian,
beberapa ahli kognisi remaja berpendapat bahwa dalam beberapa kasus remaja
dapat mengambil manfaat dari sistem analitis dan pengalaman (Kuhn, 2009).
Berpikir Kritis
11
kognitif yang memungkinkan peningkatan berpikir kritis di masa remaja dapat
mencakup:
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas kita dapat menarik kesimpulan yaitu menurut piaget
pada masa remaja terjadi perkembangan kognitif yang ke-4 sekaligus yang
terakhir yaitu tahap operasional formal yang menjelaskan bahwa pada tahap
proses pemikiran lebih abstrak dan kompleks namun tetap saja terdapat beberapa
kritik terhadap teori ini dikarenakan ada beberapa yang tidak sesuai dengan apa
yang terjadi di kenyataan. diketahui pula terdapat egosentrisme pada masa remaja
yang menyebabkan remaja melakukan hal-hal yang berbahaya dan terdapat
perkembangan pemrosesan informasi yang terjadi pada masa remaja yang
mempengaruhi cara berpikir kritis dan pengambilan keputusan pada masa remaja.
13
DAFTAR PUSTAKA
Papalia, R. D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Physical and Cognitive
Development in Adolescence. In Human Development.
14