SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Nama : Yovita Ika Fimbriani
NIM : 059114068
i
ii
iii
MOTTO PRIBADI
Surrender, Give Up and Die Can Be Any Time But be Alive Need
a Bravery.
(Ika)
iv
Karya ini ku persembahkan untuk :
ABSTRAK
vii
BELIEF AND THE IMPORTANT OF CIGARETTES FOR THE ELDERLY
IN TURI, SLEMAN, YOGYAKARTA
ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain belief and cigarette important value for
the elderly. This study uses qualitative methods of phenomenology by using
interpretative phenomenological analysis. Researcher uses seven elderly
smokers (at least 60 years old). Data collected by in-depth interviews in seven
elderly. The results showed that the elderly have particular beliefs to smoking
influenced by the context of the cigarette in the past and present. Elderly have a
belief that cigarettes are not dangerous, as drugs and smoking is about free
choice. Elderly also assumed the critical value for their cigarettes. That values
are influenced by the context of the views on smoking, the addiction factor and
the functions of their own cigarettes for the elderly. The importance of smoking
for the elderly as a modulator, a social tool and needs. The existence of context
views on smoking, the belief held elderly against smoking and the value that is
owned by the elderly play an important role in the decision to keep smoking.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Berawal dari rasa penasaran mengapa seseorang sulit sekali untuk berhenti
merokok akhirnya karya ini terciptalah. Saya sebagai penulis sangat bersyukur atas
kekuatan yang diberikan olehNya dan dukungan serta bantuan dari semua pihak
sehingga rasa penasaran tersebut dalam terjawab melalui skripsi ini. Oleh karena itu
yang diberikan pada saya untuk berproses dalam skripsi ini. Terimakasih atas
kesabaran dan waktu yang telah diberikan pada saya. Terimakasih karena saya
yang tiada henti. Dukungan dan perhatian personal yang Ibu berikan sangat
3. Bu Agnes Indar Etikawati dan teman unit konseling yang selalu memberikan
4. Karyawan fakultas psikologi Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni,
selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas semua bantuan yang telah
diberikan.
x
5. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan fasilitas dalam
penyusunan skripsi ini. Buat Bapak yang selalu mengoreksi semua kalimat
yang aku buat dan sering kali cerewet soal tanda baca. Buat Bapak dan Mama
yang tak pernah bertanya kapan aku lulus. Buat Indra yang selalu jadi partner
bertengkar dan tertawa. Terimakasih atas semua kasih sayang, perhatian dan
kepercayaan yang telah diberikan selama ini. Aku mencintai kalian semua.
kanvas kehidupanku. Thanks uda, tak ada kalimat yang sanggup mewakili rasa
terimakasihku padamu. Maafkan aku kalau selama ini selalu membuat uda
jengkel, marah atau kecewa. Uda ibarat cat dan aku kanvasnya. Jika tak ada
uda maka kanvas ini hanya akan berwarna putih. Terimakasih atas semua rasa
dan perjalanan ini. Thanks buat semua yang uda ajarkan ke aku. Semangat dan
inspirasi dan penerang dalam setiap jalanku. Aku percaya suatu saat nanti uda
7. Buat teman-teman yang selalu setia mendengarkan semua curhatanku dan tak
mendengarkan keluhan yang tak penting dariku, thanks atas semua dukungan
yang telah kalian berikan ke aku. Buat Tris dan Lilo semoga kalian menjadi
xi
8. Buat Mas Arika thanks pernah mengajariku untuk bermimpi. Thanks buat
semua hal yang telah mas Ari ajarkan ke aku. Buat mas Antok thanks atas
waktu yang selalu ada setiap aku bingung, butuh saran dan sedih.
9. Buat seorang sahabat yang pernah mengajariku untuk jangan pernah menyerah
akan apapun dan memberikan banyak hal, Ignatius Gelar Setiaji Purnomo.
aku mampu. Terimakasih atas semua warna yang telah kau berikan dalam
hidupku. Sekarang aku sudah tahu jawabannya mengapa sulit sekali untuk
berhenti merokok. Maaf kali ini aku tak bisa menjelaskannya secara langsung
10. Saya juga mengucapkan terimakasih pada ketujuh perokok yang telah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................iii
HALAMAN MOTTO..............................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................................v
ABSTRAK.................................................................................................................................vii
ABSTRACT.............................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................x
DAFTAR ISI............................................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................................6
I. Perilaku Merokok.........................................................................................................7
xiii
b. Tahap Perilaku Merokok ................................................................... 8
c. Faktor-Faktor yang Membuat Individu Merokok ............................ 10
1. Ketagihan ..................................................................................... 10
a. Definisi Lansia.......................................................................................................22
V. Pertanyaan Utama......................................................................................................30
A. Jenis Penelitian............................................................................................................33
xiv
B. Fokus Penelitian...........................................................................................................33
C. Subjek Penelitian........................................................................................................34
E. Analisis Data.................................................................................................................35
A. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................................41
B. Hasil Penelitian............................................................................................................42
(Lansia 1940-an)..................................................................................................44
a. Penggunaan Rokok.......................................................................................44
xv
5. Pandangan Subjek terhadap Rokok pada Saat Ini (tahun 2000-an) 59
6. Kesimpulan Umum..............................................................................................68
C. Pembahasan..................................................................................................................71
6. Skema Penelitian.................................................................................................89
A. Kesimpulan...................................................................................................................90
B. Saran................................................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................92
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
3. Koding.................................................................................................................................111
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
setelah Cina dengan angka prevalensi perokok yang cenderung meningkat setiap
Perokok yang tergolong dalam usia lanjut adalah perokok yang berusia
sebenarnya bagi mereka lebih diharapkan untuk menerapkan pola hidup sehat
salah satunya dengan berhenti merokok. Hal ini mengingat kondisi fisik lansia
yang telah mengalami penurunan dan beresiko untuk terkena masalah kesehatan
yang serius seperti penyakit jantung, kanker, stroke dan penyakit paru-paru
tersebut tidak membuat lansia menghentikan perilaku merokok mereka. Hal ini
peneliti temukan di daerah tempat tinggal peneliti yaitu di Turi banyak lansia
1
2
yang masih tetap merokok. Data yang tercatat dalam Resume Riskesdas Provinsi
DIY mengindikasikan hal serupa karena tidak ada data khusus mengenai lansia.
penting untuk dikaji lebih lanjut mengingat lansia adalah perokok yang sangat
rentan berisiko terkena masalah kesehatan yang serius. Penelitian mengenai hal
ini pernah dilakukan oleh Schmitt di San Fransisco pada 20 perokok. Schmitt
(2005) menemukan hambatan yang membuat lansia tidak ingin berhenti merokok
adalah sikap yang lansia miliki terhadap rokok misalnya menolak bahaya rokok.
Selain itu adanya faktor kecanduan membuat lansia tidak ingin menghentikan
perilaku merokok mereka. Alasan yang lain adalah penolakan mereka tentang isu
terakhir dalam hidup membuat lansia juga enggan untuk berhenti merokok.
anggapan tertentu yang lansia miliki tentang rokok (rokok tidak berbahaya,
perilaku merokok. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bagaimana lansia memaknai
rokok mempengaruhi keputusan lansia untuk berhenti atau bertahan merokok. Hal
Apakah keyakinan yang perokok lansia miliki terhadap rokok? Apakah rokok
awal. Wawancara ini dilakukan pada 5 orang informan berusia 70 tahun yang
dengan alasan tidak percaya terhadap dampak buruk rokok. Lansia tersebut tidak
percaya bahwa rokok berbahaya karena dulu sewaktu mereka anak-anak rokok
bukanlah sesuatu yang berbahaya namun sebagai obat. Selain sebagai obat,
bahwa rokok merupakan obat dan bahaya tentang rokok tidaklah segencar saat ini.
Banyak orang yang belum mengetahui bahaya dari menghisap rokok. Rokok tidak
dipandang sebagai perilaku berisiko saat itu. Wawancara awal ini dilakukan peneliti
pada tanggal 27 Maret 2009 pada salah satu warga desa Nganggrung, Kecamatan
Turi pada subjek yang berusia 70 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Beliau
mengatakan bahwa merokok merupakan suatu budaya dan pada saat itu (tahun 1940-
kesehatan. Dua lansia yang berasal dari desa yang sama mengatakan hal yang
menegaskan pula bahwa rokok memang sudah menjadi bagian dari budaya. Hal
(2007) dapat disimpulkan bahwa rokok pada waktu dulu (tahun 1940-an)
dianggap sebagai obat serta bagian dari budaya. Rokok dianggap tidak berbahaya
karena perokok di waktu tersebut tidak mengetahui bahaya dari rokok. Berbeda
halnya dengan saat ini rokok pada saat ini dianggap sebagai substansi yang
berbahaya karena mengandung 4000 zat kimia berbahaya (Aditama, 2002; Asril,
2002). Pesatnya kajian tentang rokok membuat kampanye tentang bahaya rokok
lansia mengetahui bahwa rokok sebagai substansi yang berbahaya. Subjek dalam
wawancara awal yang tergolong dalam lansia mengemukakan hal serupa bahwa
mereka dapat pada saat ini sangat berbeda dengan pandangan yang mereka dapat
ditahun 1940-an.
salah satu perokok aktif yang hidup ditahun 1940-an hingga saat ini. Lansia
5
mengalami masa saat rokok merupakan sesuatu hal yang baik untuk dilakukan
perubahan pandangan terhadap rokok menjadi sesuatu hal yang penting untuk
terhadap rokok saat ini. Apakah keputusan lansia untuk tetap merokok
dipengaruhi oleh faktor lain selain faktor kecanduan seperti yang ditemukan pada
penelitian Schmitt yaitu karena lansia menganggap bahwa rokok bernilai bagi
mereka, apakah nilai rokok bagi lansia yang hidup dimasa ini ?
Keyakinan (belief) apakah yang dimiliki lansia terhadap rokok pada saat
III. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang nilai rokok yang
dimiliki lansia yang hidup dimasa yang memiliki cara pandang berbeda terhadap
rokok.
6
IV. MANFAAT
psikologi sosial. Manfaat yang lain adalah melalui penelitian ini diharapkan juga
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah bagi praktisi yang bergerak dibidang
promosi kesehatan diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi dalam
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Perilaku Merokok
dari dua definisi diatas adalah merokok sebagai sebuah aktivitas memasukkan
kompleks yang merupakan hasil dari interaksi antara kognisi, lingkungan sosial,
adalah rendahnya kesadaran akan bahaya rokok dan asumsi yang dimiliki bahwa
efek rokok dapat direduksi dengan olah raga rutin serta makan makanan yang
merokok mereka sebagai sebuah produk dari lingkungan. Efek menyenangkan yang
dihasilkan dari sebuah rokok seperti perasaan santai, tenang dan ketegangan yang
7
8
tahap pertama disebut sebagai tahap acquisition yang artinya di masa ini
1. Persiapan (Preparation)
Faktor yang berperan pada tahap ini adalah intensi dan bayangan tentang
seperti apa rokok itu. Intensi, sikap serta belief tentang rokok
merokok. Biasanya tahap ini dimulai pada usia belasan dan faktor utama
2. Inisiasi (initiation)
Inisiasi ini meliputi reaksi tubuh saat seseorang mencoba rokok pertama kali
yaitu berupa batuk, berkeringat. Namun reaksi tubuh ini sebagian besar
9
perokok berat, sedang dan ringan berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap.
Seorang perokok dikatakan perokok berat jika menghisap rokok lebih dari 15
batang dalam satu hari. Perokok sedang adalah perokok yang menghisap rokok
antara 5 hingga 14 batang dalam sehari. Perokok ringan adalah perokok yang
kesehatan.
10
Berdasarkan teori diatas seseorang dapat menjadi seorang perokok jika telah
melewati tahap persiapan dan inisiasi. Pada tahap persiapan faktor psikososial
pembentukan sikap, belief dan intensi tentang rokok. Pada tahap inisiasi perokok
akan merasakan beberapa efek rokok pada tubuh. Namun perokok lebih memilih
untuk beradaptasi dengan efek dari rokok tersebut. Setelah kedua tahap itu
terlewati maka seseorang kemudian akan belajar menjadi seorang perokok tetap
yang diiringi dengan peningkatan konsumsi secara cepat. Jika kemudian perokok
1. Ketagihan (addiction)
efek yang sama. Perokok juga mengalami sindrom yang tidak menyenangkan
mengarahkan kondisi mental menjadi siaga (alert) dan menjadi rileks. Efek
Model ini lebih luas dari model efek nikotin yang tetap (Fixed Effect
dalam tubuh berada pada ”set point” yang telah dibentuk oleh tubuh.
dalam jumlah yang cukup untuk memelihara kadar nikotin dalam darah
positif atau untuk menolak (mengurangi) afek negatif. Afek positif yang
orang yang merokok menurut model ini akan merokok untuk mendapatkan
kenikmatan dan merokok ketika merasa nyaman. Selain itu, orang juga
merokok sebagai sebuah coping terhadap afek negatif yang dia rasakan
Relaksasi adalah salah satu alasan yang paling umum mengapa orang
termotivasi untuk merokok. Hal ini ditegaskan juga dalam Silvan Tomkins
(1966, 1968) dalam Sarafino yang menguraikan alasan dan tujuan yang
negatif.
2. Kecemasan Sosial
kecemasan akan muncul seiring dengan hilangnya nikotin dalam darah. Oleh
3. Pemaparan Stimulus
seperti pemaparan stimulus yang dilakukan oleh teman sebaya dan orang tua.
Pada model ini perilaku merokok yang dilakukan oleh teman atau orang tua
15
2004).
4. Konteks Individu
hanya dipicu oleh pemaparan stimulus. Model kontekstual lebih luas dalam
yang luas dan berbeda-beda seperti afek, coping, hubungan sosial, dan
Variabel seperti dukungan dari keluarga, afek yang negatif dan situasi-situasi
dilakukan oleh Collins, Patricia., Maguire, Moira., & O’Dell, Lindsay (2002)
mencakup sisi positif dan negatif dari rokok. Penelitian ini dilakukan pada
bahwa rokok memiliki sisi positif yaitu sebagai alat sosial, bagian dari
sebenarnya sadar akan sisi negatif dari rokok. Hal ini menimbulkan identitas
ganda dalam diri perokok. Identitas ganda yang dimaksud adalah adanya dua
hal yang bertentangan dalam diri perokok. Pada satu sisi perokok merasa
merokok itu merupakan perilaku yang tidak aman namun di satu sisi perokok
Selain karena sebagai identitas diri rokok juga merupakan bagian dari alat
sosial. Perokok percaya bahwa dengan merokok akan memfasilitasi afiliasi atau
ikatan dengan orang lain. Rokok sebagai bagian dari identitas dan alat
17
merokok merupakan sebuah pilihan bebas. Namun, perokok tetap sadar dan
kepuasan yang didapat dari merokok dalam situasi sosial yang tepat (Collins
et al, 2002).
(2002) dapat dilihat bahwa rokok memiliki peran penting dalam kehidupan
berkaitan dengan faktor adiksi tapi juga dipengaruhi oleh faktor yang lain
dimiliki dimasa ini. Oleh sebab itu dibawah ini akan diulas mengenai
muncul pada abad XVII setelah dimasukkan oleh orang Portugis. Pada abad
tersebut tembakau yang digunakan untuk memakan sirih dikenal dengan nama
orang Belandalah yang telah memperkenalkannya pada tahun 1601. Pada akhir
Rokok kelobot merupakan jenis yang paling digemari orang Jawa dan Madura
Fungsi rokok sebagai barang dagangan diduga telah ada sejak abad XVII,
dalam masyarakat Jawa juga dijadikan sebagai barang sesaji dalam acara ritual
upacara menghormati arwah leluhur. Selain itu, di Jawa Tengah ada kebiasaan
berkuasanya kolonial Belanda. Kota Kudus merupakan salah satu kota asal
mula pencetus industri rokok kretek yang dimulai oleh Haji Jamahri (dalam
Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan
Negara,1987). Hal ini berawal dari rasa nyeri di dada Haji Jamahri yang tak
kunjung sembuh. Rasa sakit yang dia rasakan teresebut kemudian dapat
dibungkus dengan daun jagung lalu dibakar ujungnya. Haji Jamahri pun
2007).
20
rokok obat ini pun cepat tersiar dan menyebar luas hingga permintaan
industri yang hingga saat ini memiliki peran penting dalam perekonomian.
sebagai obat.
mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan (Asril Bahar, 2002).
Selain itu merokok juga akan menimbulkan beberapa risiko kesehatan seperti
Kaplan dalam Nina Stovring et all (2004) menemukan juga bahwa perokok
berat akan beresiko dua kali lebih banyak dari bukan perokok untuk menjadi
membuat pada saat ini kampanye tentang rokok begitu gencar dilakukan.
antirokok sudah banyak dilakukan namun sepertinya hal ini tidak berpengaruh
terhadap perilaku konsumsi merokok sendiri. Hal ini terlihat dari angka
bahwa pada saat ini masyarakat memiliki keyakinan yang cenderung negatif
terhadap rokok yaitu berbahaya dan merugikan kesehatan. Hal ini berbeda
dengan keyakinan masyarakat terhadap rokok di waktu dulu. Pada waktu dulu
rokok diyakini sebagai obat dan masyarakat pada waktu itu memiliki
dalam dua masa tersebut dan tetap bertahan merokok hingga saat ini.
ini dikarenakan lansia hidup dalam dua masa tersebut. Lansia perokok
22
mengalami masa pada saat rokok dipandang secara positif hingga saat ini
efek rokok yang gencar dikampanyekan selama ini. Apakah keyakinan yang
lansia miliki terhadap rokok pada saat ini mengingat pandangan terhadap
a. Definisi Lansia
proses perubahan biologis, psikologis dan struktur sosial yang terjadi secara
bertahap di dalam individu. Ada juga yang mendefinisikan masa lansia sebagai
setelah manusia menjadi dewasa maka dari itu masa lansia disebut sebagai
Santanni,2009).
hingga saat ini. Ada yang mengatakan bahwa usia lanjut dimulai sejak
Statistic menggolongkan bahwa usia lansia dimulai pada usia 65 tahun ke atas
23
umur 60 tahun sebagai batas umur menuju ke segmen lanjut usia (WHO dalam
yang telah mencapai usia 60 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah individu yang telah mencapai usia 60 tahun keatas atau serendah-
keuntungan dari merokok. Hal ini didukung dengan fakta bahwa nikotin akan
ditimbulkan oleh nikotin juga tidak lepas dari faktor penerimaan sosial terhadap
rokok (Collins, Maguire, & O’Dell, 2002). Penerimaan sosial terhadap rokok
juga menyebutkan hal tersebut bahwa merokok merupakan salah satu kebiasan
yaitu tidak bisa merasakan kenikmatan khas yang hanya diperoleh dari rokok
Relaksasi merupakan salah satu faktor lain yang paling sering muncul
dengan aktivitas yang lain seperti menonton televisi. Faktor lain yang juga
mendukung adalah ingatan masa kecil ketika orang tua merokok (Schmitt et
al, 2005 ).
dipengaruhi oleh efek dari nikotin yang memperkuat performa kognitif. Selain
itu penerimaan sosial terhadap rokok dan kurangnya kesadaran akan manfaat
perilaku merokok lansia. Kenikmatan khas yang hanya didapat dari rokok,
efek relaksasi yang didapat setelah merokok juga memiliki peran penting
yang penting karena keyakinan dapat disebut juga dengan sesuatu hal yang
dianggap benar dan berkaitan erat dengan intensi (Renshon, 2008. Dayakisni
& Hudaniah, 2009). Intensi sendiri diartikan sebagai niat seseorang untuk
Penelitian Collins (2002), Schmitt (2005) dan sejarah rokok dimasa lalu
efek relaksasi (Collins et al, 2002, Schmitt et al, 2005). Hal ini dapat
26
Keyakinan yang positif mengenai rokok ini kontras sekali dengan isu
bahwa lansia tetap berpikir bahwa rokok lebih memberikan manfaat bagi
mereka. Pandangan mengenai rokok yang tidak berbahaya mungkin saja dapat
ditemukan pada perokok lansia di Indonesia. Hal ini didukung dengan sejarah
mengenai rokok di Indonesia yang menyebutkan bahwa rokok pada waktu itu
dianggap sebagai bagian dari budaya, obat dan tidak berbahaya (Sukendro,
2007).
penting rokok bagi mereka juga memainkan peranan penting dalam perilaku
Berdasarkan hal tersebut tidak ada variabel yang lebih penting dari value
inggris memakai term value yang berarti menganggap bahwa sesuatu atau
Definisi yang lain adalah nilai merupakan aspek penting dalam kehidupan
atau bermanfaat. Selain itu, nilai juga akan berdampak langsung pada bagaimana
(Rokeach, 1973; Rokeach,1968; Horton, Verena, & Armorel, 2007). Nilai juga
akan menentukan cara seseorang memandang sesuatu baik atau buruk, bagaimana
Perbedaan antar keduanya terletak pada nilai lebih berkaitan dengan kegunaan
bahwa modifikasi yang dilakukan pada core values akan lebih efektif dalam
merubah perilaku.
nilai adalah regulatory fit (kecocokan) dan terpisah dari prinsip hedonik
yaitu kepuasan atau afek negatif dan kecocokan (regulatory fit). Nilai
berasal dari daya tarik dari seberapa individu merasa cocok atau merasa
fit maka perasaan tepat (feel rigt) akan muncul. Perasaan tepat ini akan
memunculkan perasaan jika apa yang dilakukan itu benar dan penting.
Perasaan tepat yang muncul dari adanya kecocokan tetap akan muncul
prioritas dan yang lainnya menjadi pilihan yang kedua. Hal ini
(Higgins, 2003).
Lansia merupakan salah satu perokok aktif yang hidup dalam dua
yang wajar untuk dilakukan serta merupakan bagian dari budaya. Pada
saat ini merokok dianggap sebagai sebuah perilaku yang sebaiknya tidak
Meskipun pada saat ini merokok dipandang sebagai sesuatu hal yang
buruk bagi tubuh namun pada kenyataannya lansia tetap memutuskan untuk
sebagai sesuatu yang bernilai bagi lansia. Hal ini mengingat bahwa nilai
juga bahwa sesuatu dapat dikatakan memiliki nilai apabila objek tersebut
nilai yang dimiliki oleh lansia terhadap rokok? Pertanyaan itulah yang
V. Pertanyaan Utama
merokok dulu ?
d.Perasaan apa yang muncul jika merokok dan perasaan apa yang muncul
SKEMA TEORI
TAHAP PERILAKU
MEROKOK
Intensi
Sikap Konteks
Sejarah
Belief
PERSIAPAN
&
INISIASI
a. Model Nikotin
b. Model Pengaturan
Ketagihan
Afek
c. Model Kombinasi
a. Kecemasan Sosial
Lingkungan b. Pemaparan Stimulus
MENJADI PEROKOK
& c. Konteks Individu
BERTAHAN
a. Reperesentasi yang
Pemaknaan dimiliki
b. Value
b.1. Cost-Benefit
Analysis
b.2. Regulatory Fit
BERHENTI
KETERANGAN:
: mempengaruhi
: meliputi
: tahap selanjutnya
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
gambaran tentang nilai yang terkandung dalam rokok dan ingin mendeskripsikan
bagaimana fenomena tentang rokok ini terjadi (Creswell, 1998; Hancock, 1998;
bertitik tolak dari suatu teori atau gambaran tertentu serta menekankan unsur
b. Fokus Penelitian
seberapa penting rokok bagi mereka. Peneliti menggunakan konsep value (nilai) untuk
mengetahui seberapa penting rokok bagi lansia. Penggunaan konsep nilai dikarenakan
nilai (value) merupakan sumber preferensi yang dimiliki individu. Nilai akan
33
34
akan menentukan cara seseorang memandang sesuatu baik atau buruk, bagaimana
sebuah pengalaman dievaluasi atau dinilai (Higgins, 2003), mendasari berbagai variasi
& Molden, 2003). Nilai yang dimiliki lansia terhadap rokok berfungsi untuk
melihat apakah sumber preferensi yang dimiliki lansia yang menentukan mengapa
c. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah lanjut usia yang merokok dengan batasan usia
yang memiliki kriteria penting yaitu individu yang berusia minimal 60 tahun dan
e. Analisis Data
1. Pengorganisasian Data
kemudian memilah apa yang menarik atau bermakna dari apa yang dikatakan
menjadi satu. Pada satu tema yang memiliki variasi dibuat beberapa sub tema yang
pengecekan pada transkip. Hal ini bertujuan untuk memastikan koneksi tersebut
berlaku terhadap materi dari kata-kata aktual setiap partisipan. Tahap selanjutnya
dalam proses ini, topik-topik tertentu mungkin akan dibuang jika tidak sesuai
dengan struktur yang ada atau tidak benar-benar kaya bukti di dalam transkip.
3. Interpretasi
Setelah tahap-tahap analisis data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu
memberikan masukan atau pembetulan. Kemudian dari situ peneliti dapat merevisi
wawancara yang telah dilakukan. Deskripsi hasil wawancara dibuat dalam bahasa Indonesia.
Bagi lansia yang mengalami kesulitan membaca peneliti menjelaskan deskripsi wawancara
yang telah dilakukan dengan menggunakan bahasa Jawa. Jika tidak sesuai dengan maksud
subjek maka subjek kemudian memberikan masukan dari hasil deskripsi tersebut .
37
Blue print wawancara
3. Nilai penting / 1. Pemikiran individu a. Jika saya mengatakan kata a. Menawi kulo ngucapaken
arti rokok tentang apa yang ’rokok’ apa yang terlintas dalam tembung rokok menapa
diinginkan terhadap rokok pikiran Anda? ingkang lajeng tuwuh ing
penggalihan Bapak?
b. Menapa tanggapan Bapak
b. Apa tanggapan Anda terhadap dhateng aturan pamarintah
anjuran pemerintah untuk tidak menawi rokok dipun awis
merokok karena merugikan amargi ngrugekaken
kesehatan? kasarasan?
c. Apa fungsi rokok dalam c. Menapa ginanipun rokok
kehidupan Anda? wonten ing pagesangan
Bapak?
d. Apa nilai penting rokok dalam d. Menapa pentinginpun rokok
kehidupan Anda? ing pagesangan Bapak?
2. Perasaan individu tentang a. Bagaimana perasaan Anda a. Pripun penggalihanipun
BAB IV
A. Pelaksanaan Penelitian
mengetahui siapa saja lansia yang merokok dan tidak. Penelitian dilakukan di rumah
subjek dengan menggunakan MP3 sebagai alat perekam. Tanggal dan waktu
pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel (terlampir). Subjek berasal dari desa
Nganggrung (PN, PB, dan PJ), desa Dorjo (PBd), desa Jambusari (PK), desa Banyu
Urip (PW) dan desa Garongan (PM). Karakteristik subjek lebih lanjut dapat dilihat
untuk memahami pertanyaan peneliti maka anak atau saudara yang kebetulan ada di
kesulitan mencari padanan kata yang tepat dalam bahasa Jawa. Selain itu untuk subjek
yang memiliki latar belakang pendidikan kurang peneliti mengalami kesulitan pada
saat menanyakan hal-hal yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu kehadiran anak atau
41
42
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Data PW PB PM PJ PK PBd PN
Demografi
Usia 70 60 64 70 74 75 70
Jenis Laki- Laki- Laki- Laki- Laki- Laki- Laki-
Kelamin laki laki laki laki laki laki laki
a. Pengguna Rokok
an” baik laki-laki maupun perempuan bahkan anak kecil merokok pada
waktu itu. Subjek PW, PBd dan PN mengatakan hal ini. Mereka
meskipun masih anak-anak. Hal ini ternyata juga dialami oleh subjek PW,
Merokok pada waktu itu dianggap sebagai perilaku yang aman. Hal
dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan. Para perokok waktu itu tidak
adanya larangan merokok pada waktu tersebut khususnya dari orang tua.
Selain tidak adanya larangan merokok dari orang tua, pada waktu itu ada
keyakinan bahwa anak laki-laki seharusnya merokok. Hal ini diutarakan oleh
Orang tua pada waktu itu biasanya memang tidak melarang anaknya
studinya di SGB.
acara adat atau acara sosial. Subjek PM, PBd, dan PN menjelaskan jika
Jika orang yang meninggal itu merokok maka selain bunga, rokok juga
pada waktu itu dimasukkan dalam sesaji dan dipakai untuk ngirim orang
an)
orang tua tidak melarang anaknya untuk merokok pada waktu itu. Institusi
sebagai perilaku yang diterima oleh umum. Selain perilaku yang diterima oleh
umum, pada saat itu ada anggapan jika anak laki-laki sudah sewajarnya
sebagian besar yaitu karena adanya legitimasi yang diberikan oleh orang
tua. Selain faktor orang tua, teman dan pengalaman pertama kali merasakan
karena pada waktu itu Bapak subjek seorang kepala Dukuh sehingga
banyak tamu yang datang ke rumah. Maka dari itu, Bapak subjek PN
a.2 Teman
Dua subjek yang lain yaitu PB dan PJ. Subjek PB dan subjek PJ
terpaksa berhenti merokok. Faktor yang lain yaitu adanya tuntutan dari
dihisap. Hal ini dialami oleh subjek yang berhenti karena sakit. Mereka
mengalami perubahan jenis rokok yang dihisap dari rokok kretek tanpa
8
208) ).
karena sakit pada akhirnya mereka mengambil jalan tengah. Jalan tengah yang
diambil ini bertujuan agar mereka tetap sehat meskipun merokok. Jalan
51
tengah tersebut yaitu mengganti jenis rokok dengan rokok berfilter dan
subjek berfungsi sebagai alat sosial dan memiliki fungsi dalam situasi
sosial. Fungsi rokok dalam situasi sosial adalah sebagai praja dan alat
untuk menunjukkan kepedulian terhadap yang lain. Selain itu, rokok juga
terlihat dalam jenis rokok yang dipilih untuk dihisap. Fungsi rokok yang
tertentu.
kenikmatan yang sudah didapat. Hal ini terlihat dari situasi yang
memberikan kenikmatan.
d.1.2 Bersemangat
menjadi bersemangat.
yang berkurang. Rasa capek yang berkurang ini sebagai akibat dari
merokok.
katakan.
tubuh. Hal ini dapat dilihat pada saat sakit, mereka akan memilih untuk
hal ini. Subjek PW beralasan karena rasa rokok menjadi tidak enak jika
Bagi subjek PBd rasa tidak enak itu menjadi indikator bahwa
Subjek PBd akan terlihat tidak sehat jika tidak merokok. Tidak
kejenuhan, atau agar tetap fokus. Hal ini terlihat dari pernyataan subjek
PM dan PJ. Mereka mengatakan pada saat bekerja keras maka akan
besar. Berbeda dengan saat ini, ketika subjek sudah selesai membiayai
Subjek beralasan karena sudah tidak bekerja terlalu keras lagi sekarang.
merokok.
8
(235-238)
(207-
mendapatkan ide.
.....ada rokok biar gagasan saya tambah lain yang
seharusnya tidak terbuka jadi terbuka suasana (PJ (130)5).
fokus. Hal ini dialami oleh subjek PN, PW, PB dan PM. Mereka
membantu mereka agar tetap fokus. Fokus yang dimaksud disini adalah
untuk menunjukkan rasa sosial serta praja. Hal ini dikatakan oleh subjek
rasa sosial. Rasa sosial ini ditunjukkan dengan memberikan rokok yang
subjek miliki pada perokok lain yang kebetulan tidak membawa rokok.
memulai percakapan dengan orang yang masih baru dikenal. Hal ini
perokok lain. Jika sesama perokok yang ditemui merokok maka dia juga
57
Lha saya kalau tidak makan dua hari, tiga hari mampu
kok saya bekerja tapi kalau tidak merokok sehari bekerja
ya lemes (PK (81-82)5).
d.6 Ketagihan
dia merasa tidak sehat jika tidak merokok. Subjek PW merasa badan
adanya perasaan kurang yang muncul jika tidak merokok. Hal serupa
oleh tubuh.
yang harus ada. Hal ini mungkin berkaitan dengan perilaku merokok
Ada khan ya caranya itu ya.. makan itu utama tapi rokok
seakan-akan..bagaimana ya? Pelengkap? Ya tidak
pelengkap. Kalau pelengkap khan istilahnya tidak
dilengkapi dengan itu bisa jalan (PJ (39-45)2).
respon PM dan PK. Individu tetap bebas untuk memilih apakah dia akan
yang tidak dilarang namun juga tidak diharuskan. Individu bebas untuk
keterangan ketiga subjek tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat ini
sifatnya bebas dan pribadi. Perilaku merokok tidak lagi dipandang sebagai
sebuah perilaku yang umum namun dipandang sebagai perilaku yang lebih
bersifat individual.
rokok yang dihisap dari linting menjadi rokok putih dengan kadar nikotin
lebih rendah.
Hal serupa juga dialami oleh subjek PB. Subjek PB juga lebih
berubahnya jumlah rokok yang dihisap dialami oleh subjek PB. Subjek
maka tidak akan berdampak buruk pada tubuh. Subjek beralasan karena
PM. Kerja keras akan mengurangi dampak buruk rokok dalam tubuh.
olah raga juga merupakan salah satu cara untuk menjaga stamina agar
sebagai obat jika dalam ukuran yang semestinya. Hal ini subjek
jika perokok dan bukan perokok memiliki kondisi umur yang mungkin
sama. Alasan inilah yang membuat subjek PJ tidak percaya jika rokok
linting jauh lebih aman daripada rokok putih. Hal ini didukung dengan
65
rokok linting dan pabrik menyatakan hal yang serupa dengan PM.
masih asli dan tidak memiliki campuran yang berbahaya seperti ganja.
kesehatan yang tidak jauh berbeda antara perokok dan bukan perokok
Pandangan mengenai rokok dari segi kesehatan juga tidak lepas dari
rokok tidak berdampak bagi kesehatan akan tetapi meyakini lebih berdampak
perokok lain yang diinternalisi yaitu kondisi kesehatan perokok lain yang
baik meskipun telah lama merokok. Walaupun subjek tidak meyakini bahwa
keluarga. Hal ini yang lebih penting untuk diwaspadai oleh perokok daripada
orang lain. Subjek menyetujui larangan merokok ditempat umum. Hal ini
PN berusaha empan papan dalam merokok. Hal ini karena bahaya yang
berhati-hati.
6. Kesimpulan Umum
pada mulanya bukan hanya sekedar perilaku kebiasaan atau adiktif saja, namun
sudah masuk dalam tradisi budaya masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
dimasukkannya rokok dalam sesaji atau tukon pasar. Masuknya rokok sebagai
tradisi dalam budaya masyarakat didukung juga dengan tidak adanya larangan
merokok pada waktu itu. Larangan merokok hanya dialami subjek dalam
Anggapan tentang merokok sebagai sebuah perilaku yang umum dapat terlihat
sejak kecil. Anggapan bahwa perilaku merokok diterima oleh umum didukung
rokok. Selain perilaku yang diterima oleh umum, pada saat itu ada anggapan
sebuah keputusan yang sifatnya bebas dan pribadi. Perilaku merokok tidak lagi
dipandang sebagai perilaku yang lebih bersifat individual. Hal ini didukung
dari segi kesehatan. Subjek memandang merokok sebagai perilaku yang harus
misalnya kerja keras atau olahraga. Selain itu keyakinan tentang rokok sebagai
bahwa rokok lebih berdampak pada ekonomi dan lingkungan sosial. Ketidak
pengalaman perokok lain yang tetap sehat meskipun telah lama menghisap
pada kondisi ekonomi keluarga. Hal ini yang lebih penting untuk diwaspadai
oleh perokok.
merokok itu menjadi sesuatu yang menetap selain karena faktor biologis
(kecanduan). Rokok bagi subjek berfungsi sebagai alat sosial dan memiliki
fungsi dalam situasi sosial. Fungsi rokok dalam situasi sosial adalah sebagai
praja dan alat untuk menunjukkan kepedulian terhadap yang lain. Selain itu,
70
rokok juga berfungsi sebagai alat pergaulan serta mengakrabkan. Rokok juga
memiliki fungsi untuk menunjukkan kelas sosial si perokok. Kelas sosial tersebut
terlihat dalam jenis rokok yang dipilih untuk dihisap. Fungsi rokok yang lain
perokok memilih untuk berhenti merokok. Mereka tetap memilih untuk merokok
karena merokok merupakan sebuah pilihan bebas. Namun, mereka juga tetap
memperhitungkan dampak rokok bagi kesehatan tubuh. Hal ini terlihat dari
pengetahuan yang dimiliki subjek terhadap efek rokok bagi kesehatan meskipun
para perokok lain yang tetap sehat meski merokok. Walaupun mereka tidak
percaya namun pada kenyataannya mereka tetap peduli pada dampak rokok.
Kepedulian ini terlihat dari diikutinya rokok dengan perilaku tertentu untuk
rokok dengan jenis nikotin yang lebih rendah. Bisa disimpulkan jika didalam diri
perokok sendiri terdapat konflik antara dampak rokok dan keyakinan mereka
terhadap rokok. Hal ini kemudian dijembatani dengan mengambil kompromi yaitu
C. Pembahasan
dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya rokok bagi lansia dapat dilihat dalam
perannya dalam kehidupan yaitu sebagai alat sosial, modulator afek, fisik serta
kognitif, dan bagian dari budaya. DiClemente dalam Psychology of Nurses and the
Caring Professions mengatakan hal yang serupa bahwa rokok merupakan perilaku
kehidupan terletak pada reward yang dihasilkan oleh rokok atau keuntungan yang
didapat oleh perokok. Oleh sebab itu jika perokok ingin berhenti maka mereka
Bagaimana perilaku merokok dapat muncul merupakan sesuatu hal yang tidak
sederhana. Hal ini terlihat dari beberapa pernyataan subjek yang menyatakan bahwa
mereka merokok tidak hanya sekedar imitasi terhadap orang tua namun karena pada
saat itu orang tua yang sengaja melatih mereka untuk merokok. Orang tua pada waktu
itu sengaja melatih anaknya untuk merokok karena mereka beranggapan bahwa
merokok itu baik. Berdasarkan dari jawaban tersebut dapat terlihat bahwa konteks
memainkan peranan penting. Will (2004) menegaskan pula hal ini. Pada penelitiannya
pemaparan stimulus saja namun berkaitan pula dengan variabel-variabel lain. Variabel
lain itu seperti afek, coping, hubungan sosial, dukungan orang tua dan perubahan
Berdasar Will dan Collins serta data yang ada di lapangan dapat disimpulkan
bahwa perilaku merokok tidak hanya berkaitan dengan pemaparan stimulus saja
atau unsur modelling. Hal yang lebih penting dalam pembentukan perilaku
merokok pada lansia adalah konteks dan pandangan yang mereka miliki tentang
rokok. Konteks dan pandangan ini kemudian membentuk suatu perasaan bahwa
rokok merupakan sesuatu hal yang sangat berharga dan penting seperti yang
Value atau nilai yang dimiliki oleh lansia tidak lepas dari pengaruh konteks
mereka pada saat lansia berada dalam fase akuisisi hingga fase peningkatan
konsumsi secara cepat. Leventhal dan Cleary (Sarafino, 1994; Sanderson, 2000)
menyebutkan dalam fase akuisisi yang memainkan peranan penting adalah intensi,
sikap, belief dan concept formation yang dimiliki perokok. Concept formation
adalah tahap seseorang akan belajar kapan dan bagaimana merokok serta
yang juga memainkan peranan penting dalam perilaku merokok adalah mekanisme
Bagaimana value dapat terbentuk dapat dijelaskan melalui dua prinsip yaitu
terhadap sebuah aktivitas). Jika berdasarkan prinsip kenikmatan maka individu akan
73
mendekati kenikmatan dan menghindari rasa sakit (Higgins et al, 2003). Prinsip ini
Lansia yang menganggap rokok penting sebagai modulator serta sebuah kebutuhan
menghindari konsekuensi negatif yang akan mereka dapat ketika tidak merokok.
Prinsip yang lain adalah regulatory fit atau kecocokan dengan aktivitas.
negatif. Kedua efek tersebutlah yang kemudian akan memunculkan nilai (Higgins,
2005). Nilai tentang rokok yang dimiliki oleh lansia muncul karena adanya proses
feel right yang muncul. Perasaan ini kemudian membuat lansia merasa bahwa apa
yang dilakukannya itu benar dan penting meskipun memiliki efek negatif yaitu
merugikan kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena perasaan feel right ini
Regulatory fit ini mempengaruhi dalam bagaimana sesuatu dipandang benar dan
penting bukan hanya sekedar kebutuhan akan kepuasan. Regulatory fit ini akan
membuat sebuah pilihan menjadi prioritas dan yang lainnya menjadi pilihan kedua
(Higgins et al, 2003). Hal ini menjadi jelas mengapa lansia tetap mempertahankan
sebagai akibat dari regulatory fit ini. Karena anggapan itulah, lansia menempatkan
jalan tengah dengan tetap merokok dengan mengurangi efek buruk rokok dengan
menjaga kesehatan tubuh, mengurangi jumlah rokok, mengganti jenis rokok yang
Berdasarkan semua uraian di atas adanya interaksi antara faktor lingkungan dan
biologis memiliki andil dalam terbentuknya dan bertahannya perilaku merokok pada
lansia. Selain itu kedua faktor tersebut memiliki andil pula dalam pembentukan nilai-
nilai tertentu tentang rokok yang dimiliki lansia sehingga membuat mereka tetap
bertahan merokok. Oleh sebab itu, di bawah ini akan diulas mengenai nilai rokok yang
terbentuk pada lansia berdasarkan konteks pengalaman merokok lansia, konteks jaman
lansia untuk menjadi perokok tetap. Kategori pertama adalah tanpa fase
cessation (berhenti) dan kategori kedua adalah diikuti dengan fase cessation
serta kambuh. Secara garis besar terdapat dua tahapan besar yang terjadi di
dalam diri lansia untuk menjadi seorang perokok tetap. Dua tahapan tersebut
rokok dan tahapan yang selanjutnya adalah peningkatan konsumsi secara cepat
lingkungan atau konteks (telah dijelaskan pada point 1), orang tua dan teman
sebaya. Bagi lansia yang memulai merokok di usia anak-anak faktor orang tua
merupakan hal yang sangat penting. Bagi lansia yang memulai merokok di usia
perokok yang memulai merokok di usia awal faktor yang berperan adalah
Mendoza, Don. 2004). Penelitian lain menemukan ingatan masa kecil ketika
merokok (Schmitt, Eva M et all, 2005). Krosnik (1982) juga menemukan hal
serupa bahwa di usia anak-anak orang tua akan memiliki pengaruh lebih
Bagi perokok yang memulai merokok diusia remaja faktor yang paling
berperan adalah teman. Hal ini dijelaskan juga dalam Taylor (2003) bahwa
Krosnick (1982) menemukan juga hal yang serupa bahwa keluarga bukan lagi
menjadi faktor yang penting. Gold dan Douvan dalam Krosnick (1982)
dikarenakan pada masa remaja anak akan melepaskan diri dari keluarga dan
76
mencoba untuk menjadi seseorang yang memiliki kontrol atas emosi, perilaku
dan values.
beberapa subjek mengalami tahap berhenti sesaat. Tahap berhenti sesaat ini
dinamai dengan cessation. Pada tahap ini seseorang akan memutuskan untuk
kesadaran akan dampak buruk rokok. Alasan yang lain adalah karena perokok
Konteks sosial rokok akan dibagi menjadi dua yaitu konteks ketika
waktu 1940-an dan konteks ketika subjek berusia lanjut (2000-an) yang
77
Pada saat subjek anak-anak hingga saat ini rokok digunakan dalam
dalam budaya.
Selain rokok sebagai bagian dari budaya pada waktu itu masyarakat
menganggap bahwa rokok adalah alat untuk melepas lelah setelah bekerja,
kegiatan yang bisa dilakukan diwaktu senggang dan sama sekali tidak
dilakukan terutama oleh laki-laki. Merokok sebagai perilaku yang umum dapat
1 Sajen : sesaji
Ngirim leluhur : sebuah ritual untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Jika almarhum
semasa hidupnya merokok maka biasanya disertakan rokok di dalam sesaji.
Tukon pasar : berbagai macam makanan kecil yang dibungkus dalam plastik. Biasanya disertakan
ketika kenduri sebagai pelengkap.
78
ditarik kesimpulan bahwa pada saat itu rokok dianggap sebagai perilaku yang
penting dalam perilaku merokok. Selain pengetahuan belief yang dimiliki juga
memiliki pengetahuan yang cukup tentang rokok namun memiliki belief yang
Belief seperti rokok tidak berbahaya, perilaku yang wajar membuat para
orang tua pada waktu itu tidak melarang anak-anak mereka untuk merokok.
Bahkan orang tua sengaja melatih anaknya untuk merokok dengan cara
menyuruh secara langsung untuk mencicipi rokok sebagai reward karena telah
anak usia Sekolah Dasar (pada waktu itu disebut dengan Sekolah Rakyat)
sudah merokok adalah hal yang wajar. Keyakinan tersebut diperkuat dengan
ditanamkannya dalam diri subjek bahwa rokok berfungsi sebagai alat sosial
atau pergaulan.
Fungsi rokok sebagai alat sosial atau pergaulan ini didapat dari para
nenek moyang (pendahulu) diturunkan lagi pada subjek. Hal ini terlihat dari dua
subjek yang terpaut usia 10 tahun dari subjek yang lain juga masih meyakini hal
yang sama. Mereka juga meyakini hingga saat ini bahwa rokok memang memiliki
nilai sosial yaitu sebagai alat pergaulan serta bagian dari budaya.
dalam perilaku merokok lansia tidak hanya belief dan pengetahuan tentang rokok
yang dimiliki. Pembentukan perilaku merokok ternyata berkaitan juga dengan nilai
Nilai menjadi hal yang penting karena akan menentukan bagaimana sesuatu
dipandang baik atau buruk serta mendasari berbagai variasi motivasi serta
pengambilan keputusan (Higgins, 2005). Nilai yang didapat dari orang tua dan
memperoleh hal yang positif dari rokok atau merasa feel right dengan perilaku
yang dilakukan tersebut benar dan penting. Oleh sebab itu nilai yang didapat
dari perasaan bahwa itu benar dan penting kemudian diturunkan ke generasi
berikutnya dengan harapan mereka akan mengalami hal yang sama (Higgins et
al, 2003).
80
wajar dan tidak berbahaya bagi kesehatan maka pada saat ini pandangan tersebut
tidak berlaku lagi. Pada saat ini seiring dengan perkembangan informasi mengenai
Stovring et al, 2004; Asril, 2002). Perkembangan pengetahuan yang baru tentang
rokok tersebut juga diketahui oleh lansia. Lansia memberikan tanggapan dengan
menyetujui dalam beberapa hal dan menolak beberapa hal yang lain.
Mereka tetap memandang merokok sebagai perilaku yang aman. Bahkan ada
Saya juga memberi penjelasan rokok itu ada gunanya seperti saya
ngomong-ngomong dengan ustadz di Magelang. Rokok kan terbuat
dari tembakau bahkan dia mengartikan dalam bahasa Jawa tamba
ku. Jadi artinya obat untuk sakitku. Kemudian keterangan dari teman
saya merokok itu baik asalkan nikotinnya tidak tinggi ( PN (58-69)3).
menyatakan bahwa rokok aman asal kadar nikotin tidak tinggi atau diimbangi
dengan kopi yang dikatakan oleh empat subjek yang juga meyakini bahwa
mereka menjadi ragu dengan keyakinan yang sudah dimiliki terhadap rokok.
perokok ternyata dialami juga oleh negara-negara yang lain. Collins (2002)
waktu dulu (20 tahun yang lalu) sangat lunak dibandingkan saat ini. Hal ini
pesat. Sikap yang lunak terhadap rokok membuat dukungan terhadap perilaku
(Sarafino,1994).
Berbeda halnya dengan saat ini sikap terhadap rokok mulai semakin
jelas. Hal ini ditunjukkan dengan penolakan terhadap perilaku merokok yang
82
individual menjadi sebuah pelanggaran moral. Negara yang lain seperti Inggris
banyak hambatan bagi perokok misalnya tidak merokok di tempat kerja. Pada
tingkat sosial penolakan ini merupakan hambatan yang penting untuk perokok.
Namun tekanan dari teman dan faktor sosial membuat perilaku merokok ini
tetap bertahan. Proses ini menunjukkan sikap terhadap rokok baik secara
individual atau legislatif tidak pernah terlintas di masa 20 tahun yang lalu.
peraturan gubernur provinsi khusus ibu kota Jakarta nomor 75 tahun 2005
menunjukkan juga bahwa persoalan tentang rokok menjadi hal yang penting
membuat ikatan antara perokok menjadi kuat serta identitas kelompok mereka
83
menjadi jelas. Hal ini yang membuat merokok menjadi bagian dari identitas
merupakan identitas dan pilihan yang bebas (Collins, 2002). Lansia juga
sebuah pilihan bebas dan sudah menjadi bagian dari identitas diri mereka.
Alasan ini yang membuat lansia menikmati perilaku merokoknya dan menolak
Terhadap Rokok
belief, pengetahuan yang dimiliki. Belief baru yang kemudian muncul adalah
merokok aman asal disertai dengan perilaku tertentu. Namun hal ini kontras
dengan pernyataan lansia bahwa mereka tidak percaya tentang bahaya rokok.
Peneliti kemudian menyimpulkan bahwa ada dua hal yang bertentangan dalam
diri lansia yaitu merokok sebagai perilaku aman vs merokok sebagai perilaku
berbahaya. Konflik antara kedua hal ini kemudian dijembatani lansia dengan
karena faktor kognisi yaitu rendahnya kesadaran akan bahaya rokok dan asumsi
yang dibuat bahwa efek rokok dapat direduksi dengan perilaku tertentu.
Belief yang kemudian muncul adalah rokok sebagai perilaku yang harus
dikendalikan. Hal ini mengingat dampak buruk rokok bagi kesehatan. Lansia
merokoknya. Lansia tidak memutuskan untuk berhenti karena asumsi yang mereka
berbahaya dan sebagai obat. Selain itu, lansia lebih menitikberatkan dampak rokok
orang melakukannya sehingga menjadi hal yang wajar. Pada saat ini merokok
lansia yang mengatakan bahwa merokok merupakan sebuah pilihan yang bebas
menunjukkan bahwa pada saat ini merokok bukan lagi peristiwa sosial. Perubahan
undang dan beberapa aturan yang dibuat mengenai merokok oleh pemerintah
(Collins, 2009).
Bagi lansia yang hanya merokok dalam situasi sosial yaitu jagongan
serta kumpulan fungsi rokok sebagai alat sosial begitu penting. Lansia bahkan
mengatakan jika tidak merokok dalam situasi tersebut maka mereka akan
merasa rikuh atau tidak nyaman. Perasaan rikuh ini juga dialami oleh lansia
kecemasan sosial yang tereduksi dengan rokok. Lansia yang merokok dalam
kecemasan itu akan muncul kembali. Oleh sebab itu lansia akan terus
Selain sebagai alat sosial, rokok juga berfungsi sebagai alat untuk
menunjukkan prestige serta praja. Hal ini terbukti dari pernyataan lansia yang
ekonomi mereka. Hal lain yang lebih penting selain prestige adalah rokok yang
dibawa akan berfungsi sebagai praja. Praja yang dimaksud disini adalah untuk
memenuhi norma sosial yang ada. Jadi jika ada perokok yang tidak membawa
86
rokok secara normatif maka dianjurkan bagi perokok lain untuk memberikan
rokoknya. Hal ini yang mendorong lansia selalu membawa rokok ketika berada
dalam situasi sosial. Karena dengan membawa rokok, akan memenuhi norma
derajat penerimaan dan dukungan yang diterima dari individu lain (Sarafino,
1994; Walker 2005). Teori kognitif sosial menjelaskan bahwa seseorang akan
sebagai cara agar tetap selaras dengan lingkungan sosial (Walker, 2005).
Sanderson, 2004).
87
Pada tahap ini subjek mengalami kecanduan baik secara psikologis atau
1994; Sanderson, 2004). Beberapa lansia merasa tidak sehat atau lemah ketika
tidak merokok. Perasaan tidak sehat dan lemah ini membuat aktivitas menjadi
ketika mereka merokok. Jika lansia merokok maka yang dirasakan adalah
untuk mendapatkan perasaan senang tanpa perlu merasa tergantung secara fisilogis
benefit yang didapat oleh perokok. Colins (2009) juga menemukan hal yang
serupa bahwa rokok digunakan sebagai modulator. Benefit yang didapat ini
(Collins, 2009).
88
5.2 Kebutuhan
Bagi lansia yang tidak hanya merokok dalam situasi sosial saja
mereka. Lansia bahkan mampu tidak makan asalkan tetap merokok. Nilai
rokok sebagai sebuah kebutuhan ini berkaitan dengan merokok yang sudah
SKEMA KESELURUHAN
90
BAB V
A. Kesimpulan
dikarenakan faktor kenikmatan atau faktor kecanduan saja. Faktor keyakinan yang
lansia miliki terhadap rokok dan nilai yang dimiliki oleh lansia perokok terhadap
rokok memiliki peran dalam bertahannya perilaku merokok lansia. Keyakinan yang
lansia miliki terhadap rokok dipengaruhi oleh konteks pandangan terhadap rokok.
Keyakinan yang dimiliki lansia terhadap rokok adalah rokok berfungsi sebagai obat
dan tidak berbahaya yang merupakan keyakinan yang lansia dapat dari konteks rokok
dimasa lalu. Keyakinan inilah yang membuat lansia tidak percaya bahwa rokok
Selain adanya faktor keyakinan terhadap rokok faktor yang lain adalah
pentingnya rokok bagi lansia (nilai). Seberapa penting rokok dalam kehidupan
lansia inilah yang disebut dengan nilai. Nilai ini muncul sebagai akibat
penggunaan rokok dalam jangka waktu yang lama dan pengalaman lansia selama
ini terhadap rokok. Interaksi antar keduanya membuat rokok memiliki nilai-nilai
tertentu bagi lansia yaitu sebagai modulator bagi kondisi afek, kognitif dan fisik
lansia. Lansia juga menganggap nilai penting rokok adalah sebagai sebuah
kebutuhan yang pokok sehingga rokok harus selalu ada serta sebagai alat sosial.
90
91
B. Saran
kesehatan untuk menunjukkan kadar nikotin dalam darah. Hal ini bertujuan
secara fisik tidak hanya psikologis. Selain itu untuk penelitian selanjutnya
mungkin dapat dilakukan dengan metode kuantitif dengan subjek yang lebih
2. Bagi praktisi kesehatan adanya kaitan antara konteks dan nilai yang dihayati
terhadap rokok.
92
DAFTAR PUSTAKA
An, Dhao Thi., Van, Nguyen Van., Phong, Ngoc Dao. (2008). Smoking Among
Vietnamese Health Professionals: Knowledge, Belief, Attitudes, and Health Care
Practise. Asia Pacific Journal of Public Health. Volume 20,no 1 PP. 7 -15.
Budiprasetya, Jason (2000, Februari 8) The Nation Can Live Without Cigarettes.
Campus Asia, 2, 70-72.
Burke, Jeffry D. Loeber, Rolf. (2007). Inattention as a Key Predictor of Tobacco Use in
Adolescence. Journal of Abnormal Psychology. Vol 116, No. 2. PP 249-259.
Creswell, John W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among
Five Traditions. Thousand Oaks, California : Sage Publication.
Hancock, Beverly. (1998). Trent Focus for Research and Development in Primary
Health Care An Introduction to Qualitative Research.
Higgins, E Tory., Freitas, Antonio L., Idson, Lorraine Chen., Spiegel, Scot., Molden,
Daniel C. (2003). Transfer of Value from Fit. Journal of Personality and
Social Psychology. Volume 84,no 6. PP 1140 – 1153.
Horton, Khim., Tschudin, Verena., Forget, Armorel. (2007). The Value of Nursing: A
Literature Review. Nursing Ethics. Volume 14,no 6.
92
93
Ibnu, Basar. (2006). Hubungan Antara Perilaku Hidup Sehat dengan Kepuasan
Hidup pada Lansia di Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Jauhari, Nurdin. (2009, Januari 1). A Brief History of Merokok. Pesan dimuat dalam
http://www.QuitSmokingAdvice.htm// dipungut 1 Maret 2009.
Lilik, S., Agus. (2000, September). Sejarah [pesan 31]. Pesan dimuat dalam
http://www.kudus-city.4t.com/sejarah/s-all3.htm dipungut 1 Maret 2009.
Nusantaraku. (2009, Mei 31). 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia.
Pesan dimuat dalam http://nusantaranews.wordpress.com// dipungut tanggal 8
September 2009.
Pujianto, Eko. (2008, Desember 28). Sejarah dan Budaya Rokok Nusantara, Lestari
atau Mati?. Pesan dimuat dalam http: //www.kabarindonesia.com// dipungut
11 Maret 2009.
Renshon, Jonathan. (2008). Stability and Change in Belief System. Journal of Conflict
Resolution. Volume 52 (December). PP 820-849.
Rokeach, M. (1968). Beliefs, Attitudes, & Values. New York: Jossey-Bass Inc.
Rokeach, M. (1973). The Nature of Human Values. New York : The Free Press.
Santrock, John W. (1995). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup (Ed
Terjm). Erlangga : Jakarta.
Schmitt, Eva M., Tsoh, Janice Y., Dowling, Glenna A., Hall, Sharon M. (2005). Older
Adult’s and Case Manager’s Perceptions of Smoking and Smoking Cessation.
Journal of Aging Health. Volume 17 (December). PP 717 – 733.
Stovring, Nina., Avlund, Kirsten., Larsen, Kirsten S., Schroll, Marianne. (2004). The
Cumulative Effect of Smoking at age 50, 60, and 70 on Functional Ability at age
75. Scand Journal of Public Health. 32. PP 296 – 302.
Verawati, Hesti., Astuti, Kamsih. (2003). Peranan Sikap Terhadap Bahaya Rokok dan
Efikasi Diri Terhadap Berhenti Merokok. Jurnal Insight. Volume I,no 1. PP 17
– 24.
Walker, Jan., Payne, Sheila., Smith, Paula., Jarret, Nikki. (2005). Psychology for
Nurses and the Caring Professions 2nd edition. McGraw-Hill Education: Open
University Press.
Wills, Ashby T., Resko, Jody A., Ainette, Michael G., Mendoza, Don. (2004). Smoking
Onset in Adolescence: A Person-Centered Analysis With Time-Varying
Predictors. Journal of Health Psychology. Volume 23, no 2. PP 158-167.
95
____________. 2003. Oxford Dictionary 3rd edition. Oxford University Press: New
York.
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tema PW PB PM PJ PK PBd PN
1. Konteks rokok
dulu (1940-an)
a.Perilaku yang Ya pada Kalau dulu ya Merokok dan
umum umumnya umumnya nginang.
merokok semua, orang pada
kaum lak-laki, merokok.
perempuan.
b. Larangan
i. Ada larangan Iya. Dulu waktu
dari orang tua kecil saya ga boleh
ngrokok,
ii.Tidak ada Tidak ada Waktu dulu belum Oh, ndak. Kalau Tidak ada Hanya akhir- Tidak ada Dulu tidak ada
larangan larangan merokok ada larangan, dulu ndak larangan, akhir ini larangan larangan baru-
kalau dulu. larangan itu dilarang, waktu kecil dilarang baru ini saja.
dicantumkan kan saya merokok pemerintah
belum lama. Dulu
tidak ada.
iii.Institusi Tidak boleh kalau Tidak boleh
pendidikan disekolahan
(ada)
c.Tidak ada Dulu ga ada Bagi yang merokok Wa ngga kalau Hmmm kalau Tidak ada Terus ga ada Lha sekarang kan
informasi soal ya ga tau itu orang-orang dulu pada yang bilang jamane lain. Dulu
bahaya rokok berbahaya. dulu kan belum. tidak tahu. Ya merokok kan ga tau
Soale kalau jaman Pokoknya ya tahunya membuat ini sekarang
dulu soal bahaya- ngrokok. ngrokok gitu atau itu. pengertian
bahaya itu belum.. aja. masalah
Iya belum, belum kesehatan dan
terlalu diperhatikan. kemajuan ilmu.
d..Bagian dari acara Kalau untuk Iya, rokok Itu masalah
sosial/ritual sajen ya ada. suka dipake budaya tapi
98
Kalau untuk untuk sajen, sekarang jika ada
Tema PW PB PM PJ PK PBd PN
2. Konteks rokok
saat ini
a.Belief tentang
keputusan merokok
(larangan merokok)
i.Keputusan Kalau aturan Kalau ada yang
pribadi/ larangan merokok mau
bebas ya hanya melaksanakan
memperingatkan berhenti
saja, tergantung merokok ya
individunya. terserah saja itu
Karena siapa yang kan keputusan
mengawasi orang pribadi
ngrokok?
percaya cara dokter dengan dokter. Jadi rokok itu tidak. Aku
rokok mengganggu Kadang-kadang tidak sudah periksa
berbahaya kesehatan. kalau saya tidak berbahaya ya? semua ya baik
Dilarang merokok percaya. Bagi saya, kalau tuh. Kalau itu
menyebabkan Soalnya begini orang lain tidak ya tergantung
kanker. Tapi ada perokok ya tahu. tubuhnya
kenyataannya umurnya bisa Kalau menurut sendiri-
berbeda. Seperti panjang, tapi saya pribadi, sendiri.
halnya yang yang tidak saya merokok
terbiasa merokok perokok ya ada itu ya
ya sudah kebal ya yang nganu. Itu menambah
tidak diserang. masalahnya. kekuatan saya
Kenyataannya Ha kalau
yang merokok menurut dokter
sendiri punya akibatnya
kekebalan tubuh macam-macam
malah tidak tapi
terkena paru-paru, kenyataannya
asma karena yang
sudah punya merasakan.
101
penangkal.
b.Pandangan Berarti itu
tentang kecanduan belum sampai
kecanduan ya
mbah?
Tidak. Saya
tidak
kecanduan.
Saya tidak
merokok tidak
apa-apa. Jadi
tidak merokok
terus ngantuk,
trus ada
gangguan yang
lain-lain saya
ngga ada.
c.Dampak rokok Tapi kalau
i.Merokok merokok ditempat
ditempat umum ndak boleh,
umum ya memang bener.
mengganggu Karena bagi
orang-orang yang
ga seneng
ngrokok ya nanti
terganggu.
ii.Berdampak Selain mengurangi Ekonomi, anak
pada kondisi pemborosan juga minta duit
perekonomian untuk kesehatan. untuk beli buku
ga diberi malah
untuk rokok.
Istri akan layat,
nyumbang, ga
102
diberi untuk
beli rokok. Kan
itu artinya
mengganggu
kesehatan.
Bukan artinya
kesehatan fisik
tapi kan
kesehatan
keluarga
makanya
namanya fatwa
rokok itu
banyak yang
menentang.
Tema PW PB PM PJ PK PBd PN
3. Pentingnya rokok
a.Konsekuensi
yg didapat jika
tidak merokok
(cost)
i. Fisiologis
- Ketagihan Rasanya kalau tidak
merokok untukku
lho seperti kalau
tidak merokok itu
ketagihan.
- Tidak sehat Kalau saya tidak Kalau tidak
merokok malah merokok ya itu
seperti tidak sehat suasana nganu
103
berbeda,
pengaruh
kedalam
kesehatan.
merokok
iii. Kognitif
- Konsentrasi kalau ada rokok Ha kalau rasanya bisa
biar gagasan menganggur untuk
saya tambah saja kan membawa
lain yang seperti orang suasana
seharusnya melamun. pikiran tidak
tidak terbuka Pikiran mudah goyah,
jadi terbuka melayang. tidak mudah
suasana. melamun,
Rasanya ya tidak mudah
seperti...Sekara begitu karena
ng pola pikir perhatian
kita ya. Wah terpusat pada
seperti rokok.
memikirkan
keluarga,
masalah
ekonomi seperti
itu. Tapi kalau
merokok itu
seperti apa ya
timbul
pendinginan
seperti itu.
iv. Situasi sosial
- Praja Kalau merokok itu,
soalnya kalau
melihat kanan kiri
kita merokok
rasanya tidak bebas
kalau tidak
108
membawa, kalau
membawa kan bisa
ditawar-tawarkan.
Kepengen memberi
kalau pada waktu
jagongan itu. Kalau
caranya orang Jawa
itu kepengen praja.
-Alat rasa Merekatkan
sosial persaudaraan
ya rasa sosial
itu ada.
Artinya
begini,
misalnya wah
ini temanku
kerjaanya
merokok kok
tidak bawa
rokok lha ini
Tidak hanya untuk aku ada
diri sendiri tapi ya rokok, ini
untuk praja. Kanan rokok. Lha ini
kirinya terbiasa kan rasa sosial
merokok, tapi tidak tapi kalau
membawa rokok uang itu ga
karena tidak punya mungkin, ga
uang untuk beli mungkin.
misalnya.
Fungsi rokok Kalau mau Buat mendekatkan Ya seperti tadi
Pergaulan,menga untuk hidup membuat akrab ya pergaulan persaudaraan, untuk
krabkan Bapak itu untuk dengan ngrokok. begitu? merekatkan pergaulan.
apa, Pak? Nah ini! Iya, ya itu bagi persaudaraan. Memulai
Kalau untuk yang perokok, Misalnya pembicaraan.
109
Garam ki ya
menengah.
c. Kebutuhan pokok Itu otomatis Ya dianggep
(harus ada) walaupun sudah kaya makanan
makan minum. biasa itu.
Ada khan ya Orang biasa
caranya itu ya.. makan kalau
makan itu tidak makan
utama tapi gimana?
rokok seakan- Kalau biasa
akan..bagaiman merokok tidak
a ya? merokok ya
Pelengkap? rasanya
Ya tidak bagaimana
pelengkap. gitu.
Kalau
pelengkap khan
istilahnya tidak
dilengkapi
dengan itu bisa
jalan.
Beda dengan
uang lima ribu
daripada buat
beli rokok
mending buat
makan. Tapi
kalau perokok
mending untuk
beli rokok
khan?
111
3. Koding
6.Subjek PW
Koding Verbatim Tema
1 Sudah lama Pak, Bapak
Lama merokok 2 merokoknya ? Riwayat merokok: status
50 tahunan 3 Merokok ? Ya, tahun berapa ya ? perokok subjek – perokok
4 Wah, sudah lama sekali, setelah tetap
5 SGB, 57, tahun 57
6 Berarti itu pada saat Pak
7 Wagiran berusia 20 tahunan ya?
8 Yaa..50 tahunan
9 Sekarang Pak Wagiran usianya
10 berapa ya, Pak?
Usia subjek 11 76 Demografi – usia 76
12 Kalau merokok satu hari itu, bisa
13 habis berapa, Pak? Status perokok subjek –
Satu hari 6 14 Aku kalau satu bungkus untuk dua perokok sedang
batang 15 hari
16 Biasanya kalau merokok itu Situasi yang memunculkan
17 setelah bekerja, begitu ? perilaku merokok – jagongan
Jagongan 18 Iya, lha ini habis dari mengeringkan Situasi yang tidak
merokoknya 19 kolam. Aku kalau kerja sambil memunculkan - bekerja
lebih banyak 20 merokok tidak bisa. Paling minim
21 ya itu satu bungkus tapi kalau ada
22 jagongan ya bisa lebih. Ya satu
23 bungkus bisa untuk dua hari atau
24 lebih.
25 Berarti jika akan pergi-pergi
26 bertamu atau kumpulan harus
27 bawa rokok ya? Menceritakan pengalaman
28 Ya, ngga harus, apa lagi sekarang perokok lain yang sebaya –
29 sudah banyak yang berhenti terpaksa berhenti karena sakit
Teman-teman 30 merokok.
sudah berhenti 31 Itu orang yang sebaya dengan
karena sakit 32 Pak Wagiran atau yang lebih
112
pernapasan 33 muda?
34 Satu angkatanku ya sudah banyak
35 yang berhenti karena pada punya Pentingnya rokok – cost : tidak
36 penyakit pernapasan. Pak Aditarno, merokok tidak sehat
37 Pak Harsis, itu sudah pada berhenti. Status perokok subjektif –
38 Harus disuruh berhenti kalau seperti mencandu tp tidak
Tidak merokok 39 merokok sesak napas. berpengaruh ke fisik
tidak sehat Terpaksa begitu ya, Pak? Situasi yang tidak
Iya memunculkan PL merokok -
Kecanduan vs Kalau Bapak sendiri? sakit
tidak 40 Kalau saya tidak merokok malah
Sakit tidak 41 seperti tidak sehat. Jadi seperti
merokok 42 mencandu, tapi tidak Situasi yang memunculkan PL
43 mempengaruhi fisik, itu tidak. merokok – setelah aktivitas
Bagi pecandu 105 lemes..apa ya..ya..kenikmatan, Efek merokok jika tidak sehat:
tidak merokok 106 misalnya pagi setelah minum harus tidak enak.
tidak semangat 107 dengan merokok. Setelah makan,
108 minum, merokok, sudah istirahat
Merokok 109 merokok. Fungsinya ya itu kalau
nggliyer tanda 110 sudah mencandu, kalau tidak Pentingnya rokok- benefit:
tidak sehat. 111 merokok rasanya tidak semangat kenikmatan
112 tapi kali badan sehat lho ini. Tapi Pentingnya rokok- cost : badan
113 kalau rasane enak, awake sehat tapi terasa capek.
Tidak sehat tidak 114 kalau merokok terus rasanya Situasi yang memunculkan PL
merokok 115 nggliyer itu tanda kalau badan tidak merokok: jagongan
116 sehat.
117 Berarti malah untuk tanda ya?
118 Iya, kalau pas begitu ya beberapa
119 hari tidak merokok. Itu kalau aku
120 yang terbiasa merokok lho!
121 Tapi itu tidak apa-apa?
Badan tidak 122 Ya, tidak apa-apa
enak rokok juga 123 Biasanya kalau tidak merokok
jadi tidak enak 124 khan badannya tidak enak ?
rasanya. 125 Lha iya karena badannya tidak enak Pentingnya rokok – dalam
126 itu tidak merokok. Bau asapnya saja situasi sosial.
127 apa lagi sampai menghirup rasanya
Kenikmatan 128 tidak enak.
Badan sehat 129 Berarti kalau dipaksakan
tidak merokok 130 merokok malah tidak enak ya? Merokok sebagai kebiasaan.
badan capek. 131 Jadi kalau saya rasa-rasakan ya
132 merokok itu ya nikmat itu. Kalau
Jagong jadi 133 badan sehat tidak merokok malah
kepengen 134 badan terasa capek kaya orang
merokok 135 mencandu.
136 Tapi kalau misalnya sama sekali Pentingnya rokok pada situasi
137 tidak merokok ya tidak apa-apa sosial : tidak membawa
138 sebenarnya. Aku semisalnya, satu muncul perasaan rikuh.
115
ketika Pastur 239 penjajahan suka didatangi Pastur. Keyakinan terhadap rokok:
datang 240 Pastur itu suka membawa tembakau tidak percaya karena berbeda
membawa rokok 241 silok, yang lembut dan harum. dengan kenyataan.
membuat 242 Ditinggali ya dicoba, enak banget, Social comparisan: dampak
menjadi tertarik. 243 masih jaman penjajahan Belanda. rokok pada perokok tetap lain.
7. Subjek PB
Koding Verbatim Tema
48 memberi ya Pak?
49 Tidak, ya hanya coba-coba
50 Berarti dulu mulai
51 merokok karena teman-
52 teman, Pak?
Merokok karena teman 53 Iya Riwayat merokok-awal
mula: karena teman
8. Subjek PM
Koding Verbatim Tema
9. Subjek PJ
Koding Verbatim Tema
1 Pakdhe satu hari merokok berapa
2 banyak ?
Perokok sedang 3 Wah ga mesti, mbak. Ya kadang-kadang Status perokok subjek
Frekuensi 4 sebungkus dua hari, kadang-kadang satu – objektif: perokok
merokok tak 5 malam. Lha kalau begadang kadang sedang
tentu 6 merokok terus.
7 Berarti yang mempengaruhi itu ada
Begadang 8 kegiatan ataukah tidak ya, Pakdhe? Situasi yang memicu
9 Iya, klo banyak pekerjaan ya otomatis.
banyak 10 Klo siang itu, klo ngga ya paling sore, klo banyak rokok yang
merokok 11 tidak pas musim puasa kayak gini ya dihisap
12 siang trus nanti waktu istirahat, pas pagi
13 mau bekerja. Biasanya ya begitu
14 (tertawa).
15 Ooo...iya iya..dulu mulai merokok
16 sejak kapan, Pakdhe?
Mulai merokok 17 Wah klo saya sejak...klo sejak SMP Riwayat merokok –
usia 19an 18 sampai di Jetis itu tidak merokok mulai : usia 19an.
19 saya...70 an, 60, an..80 an. Saya pernah
20 berhenti lima tahun mbak.
Berhenti 21 Karena sakit? Riwayat merokok-
22 Iya, paru-paru, napas. Saya berhenti
merokok karena 23 merokok lima tahun dari 70..72 sampai pernah berhenti: sakit
sakit 24 75..76. Waktu di Sumatra tidak merokok.
25 Saya merokoknya itu sejak 78.
26 Tapi setelah lima tahun tidak merokok
27 itu terus merokok lagi ya,Pakdhe? Riwayat merokok –
Penyebab 28 Wah klo itu terus ’banter’. Ya sebenarnya merokok kembali :
merokok lagi 29 kalau saya kira ya karena pengaruh lingkungan
karena 30 lingkungan juga. Bagaimana ya, namanya
31 orang merokok itu istilahnya belum istilah
lingkungan
32 ’nyandu’ belum, tapi kalau yang sudah
Mencari 33 benar-benar seperti sekarang seperti yang Social comparison –
34 sebaya dengan saya ya terus merokok. Itu
penguatan 35 karena apa masalahnya tidak berhenti ya alasan tidak bisa
alasan tidak 36 karena mendekati kecanduan..kebiasaan berhenti (kecanduan,
142
10. Subjek PK
Koding Verbatim Tema
laki harus merokok 340 laki itu merokok, kalau pas harus merokok
Suka dibuatkan 341 mengobrol itu jangan Cuma Riwayat merokok –
lintingan oleh bapak 342 diam saja. Begitu kalau awal: dibuatkan
343 jaman dulu. Makanya dulu lintingan oleh bapak.
344 suka dibuatin lintingan oleh
345 bapak.
346 Kalau misalnya diam saja
347 memang kenapa pak?
Melamun, pikiran 348 Ha kalau menganggur saja Pentingnya rokok-
melayang 349 kan seperti orang melamun. benefit untuk
350 Pikiran melayang. memusatkan pikiran
351 Jadi merokok itu agar ketika tidak ada yang
352 pikirannya tidak kemana- dikerjakan
353 mana, ya?
Pikiran jadi terpusat 354 Ha iya biar terpusat.
423 stamina.
424 Untukmenanggulangi
425 bahaya rokok ya menjaga
426 stamina?
427 Ya diusahakan badan sehat.
428 Sambil minum kopi ya
429 pak?
430 Ya tidak setiap hari kalau
431 saya. Kopi itu kecuali untuk
432 melarutkan nikotin, untuk
433 nganu untuk masuk angin.
161
12. Subjek PN
sudah lebih lama 137 merokok apapun ga masalah perokok lain yang
merokok 138 karena sudah terlatih dari dulu lebih lama
139 tidak apa-apa. Tapi kan
140 sekarang banyak, Pak Mul kan
141 ngrokoknya buatan sendiri
142 dengan tembakau yang asli,
143 sigaret. Kan ga ada campuran
144 ganja dan sebagainya.
145 Kebanyakan rokok-rokok yang
146 menyebabkan penyakit
147 katakanlah seperti rokok dari
148 Amerika mengandung minyak
149 babi.
150 Tapi katanya rokok berfilter
151 itu kurang mantap?
Tergantung selera 152 Ya itu, tergantung selera.