SKRIPSI
Oleh:
Siti Faridah Azmi
NIM: 201210230311039
SKRIPSI
Oleh:
Siti Faridah Azmi
NIM: 201210230311039
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 29 Januari 2016
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Zakarija Achmat, M.Si
Anggota Penguji : 1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si
2. Yuni Nurhamidah, M.Si
3.
Pembimbing I Pembimbing II
Malang,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
i
SURAT PERNYATAAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
Antara Optimisme Dengan Kemampuan Problem Focused Coping Pada Mahasiswa Yang
Bekerja Part Time”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk
serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Zakarija Achmat, M.Si dan Ari Firmanto, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan perhatiannya demi memberikan
bimbingan dan arahannya yang sangat bermanfaat, sehingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
2. Diana Savitri Hidyati, M.Si selaku Dosen Wali yang telah mendukung dan memberi
pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah
memberikan ilmu dari awal semester hingga saat ini.
4. Mahasiswa yang bekerja part time yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi
subjek penelitian.
5. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan memotivasi agar dapat menyelesaikan
skripsi.
6. Teman-teman Psikologi A 2012, teman seperjuangan skripsi, sahabatku Lisa Noor Arida,
Faris Dzulfiqar yang selalu memberikan support dari awal kuliah hingga saat ini serta
Memet yang bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu.
7. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, yang telah banyak memberikan
bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini sangat peneliti harapkan. Meski demikian, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Blue Print Skala Optimisme dan Problem Focused Coping ............................... 20
Lampiran 2. Skala Optimisme dan Problem Focused Coping................................................. 25
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 29
Lampiran 4. Output Uji Korelasi Product Moment ................................................................. 33
Lampiran 5. Output Uji Normalitas & Linieritas .................................................................... 35
Lampiran 6. Data Subjek Penelitian ........................................................................................ 38
Lampiran 7. Skoring Skala Optimisme, Problem Focused Coping dan Perhitungan T-Score 46
vii
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DENGAN KEMAMPUAN PROBLEM
FOCUSED COPING PADA MAHASISWA YANG BEKERJA PART TIME
Siti Faridah Azmi 201210230311039
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Azmifaridah20@gmail.com
Mahasiswa yang memilih untuk kuliah sambil bekerja part time memiliki tugas,
tanggung jawab dan tuntutan yang lebih dibandingkan dengan mahasiswa biasa.
Banyaknya tuntutan tersebut membuat mahasiswa banyak menghadapi tekanan.
Sikap optimisme baik dimiliki mahasiswa yang bekerja part time mampu
memunculkan problem focused coping dalam menghadapi tekanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dengan problem focused
coping pada mahasiswa yang bekerja part time. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif korelasional dengan sampel sebanyak 349 orang mahasiswa
yang kuliah dan bekerja part time yang berada di kota Malang. Metode
pengambilan data menggunakan skala optimisme dan skala problem focused
coping dan dianalisis menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian
menujukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara optimisme
dengan kemampuan problem focused coping (p = 0,000, r = 0,637). Sumbangan
efektif variabel optimisme pada kemampuan problem focused coping sebesar
40,6%.
Students who are choosing to go to college while working part-time has more
duties, responsibilities and demands than the usual students. Many demands to
make students much pressure. Optimism is good for student who works part time
were able to bring out the problem-focused coping in face of pressure. This
research aims to find out the relationship between optimism with the ability
problem-focused coping in students who work part-time. This research is the
correlation quantitative with a sample of 349 college students who works part-
time in Malang city. The method of obtaining data used a scale of optimism and
problem-focused coping and analyzed using product moment correlation. The
result of this research showed that there was a significant positive association
between optimism and ability to problem-focused coping (p = 0.000, r = 0.637).
The effective contribution of the variables of optimism on the ability to problem
focused coping is 40.6%.
1
2
Seseorang yang memiliki status sebagai mahasiswa merupakan kebanggaan tersendiri bagi
orang-orang yang menyandangnya karena mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di
sebuah perguruan tinggi. Banyak pembelajaran serta pengalaman yang dapat diperoleh
mahasiswa pada saat kuliah. Namun, sebagai mahasiswa tentunya ada kewajiaban dan bentuk
tanggung jawab bagi mahasiswa itu sendiri yaitu dengan menyelesaikan studinya dalam
jangka waktu yang telah ditentukan oleh perguruan tinggi. Pencapaian tertinggi sebagai
mahasiswa adalah lulus dan mencapai gelar sarjana.
Sebagai mahasiswa yang aktif, tentunya banyak proses kegiatan perkuliahan yang harus
diikuti seperti mengikuti proses perkuliahan, mendapatkan tugas baik individu maupun
kelompok yang diberikan dosen pada setiap mata kuliah yang sedang ditempuh serta lainnya
yang menjadi tanggung jawab tersendiri bagi seorang mahasiswa. Tidak jarang dengan
padatnya kegiatan yang dimiliki, mahasiswa mengeluh dan kesulitan dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan. Bagi mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik maka akan menjadi beban tersendiri, sehingga beban maupun keluh kesah yang
ditampakkan merupakan salah satu gejala yang menunjukkan adanya stres dalam diri
mahasiswa. Menurut Brecht (dalam Surnadiyasa, 2011) stres adalah gangguan pada tubuh
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik
oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut.
Dewasa ini, sebagian mahasiswa tidak hanya memikirkan mengenai dunia perkuliahan saja
melainkan banyak mahasiswa yang memilih untuk mengambil suatu pekerjaan untuk mengisi
sebagian waktunya seperti bekerja part time. Berdasarkan wawancara singkat dengan sepuluh
mahasiswa yang berada di kota Malang, beberapa alasan mahasiswa untuk bekerja
diantaranya agar mandiri, menambah relasi bisnis, mengasah kemampuan diri, menerapkan
teori yang didapatkan dibangku kuliah, menjalankan hobi, menabung untuk memperoleh
sesuatu yang diinginkan, menambah pengalaman maupun menambah pemasukan uang saku.
Adapun jenis pekerjaan yang biasa dilakukan antara lain adalah asisten laboratorium, waiters
di caffe, bisnis jualan baik online maupun ditoko serta petugas catering. Kegiatan tersebut
merupakan kepuasan tersendiri bagi sebagian mahasiswa sehingga sebagai mahasiswa tidak
hanya memikirkan kuliah dan tugas yang diberikan oleh dosen-dosen kuliah saja, namun juga
mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri dari pekerjaan yang ditekuninya saat ini.
Dengan adanya tuntutan dalam dunia perkuliahan ditambah dengan bekerja paruh waktu
dapat membuat mahasiswa lebih tertekan dengan adanya tanggung jawab lebih, dimana
mahasiswa tersebut dituntut untuk tetap produktif baik pada saat kuliah maupun pada saat
bekerja serta dapat lebih mempertimbangkan jadwal bekerja dengan jadwal perkuliahan agar
tidak terjadi benturan waktu. Banyaknya tenaga yang terkuras setelah bekerja seringkali
mendatangkan rasa malas ketika dihadapkan dengan setumpuk tugas dari perkuliahan.
Adapun rasa malas yang biasa dirasakan oleh mahasiswa adalah dimana mahasiswa terjebak
dalam kenikmatan menghasilkan uang, sehingga mahasiswa menjadi tidak fokus dan
akhirnya malas dalam mengkuti pelajaran kuliah.
Selain itu, bagi sebagian mahasiswa yang bekerja part time, melakukan kegiatan akademis
sekaligus mencari uang bukanlah hal yang mudah, karena dapat menyebabkan stres. Hal ini
diungkapkan oleh Furr dan Elling (2000) bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung memiliki
tingat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja dan juga
jarang terlibat pada aktivitas kampus dan sosial. Ulfah (2010) dalam penelitiannya tentang
efikasi diri mahasiswa yang bekerja pada saat penyusunan skripsi, mengungkapkan bahwa
mahasiswa yang bekerja pada saat penyusunan skripsi memiliki efikasi diri negatif yang
dilihat dari sebagian informan memandang hidup dengan adanya pekerjaan itu merasa
3
terganggu, hidup kurang terarah dan tidak dapat mengatur waktu, namun sebagian informan
ada yang memiliki efikasi positif. Hal yang melatarbelakangi informan berkaitan dengan
kurang seimbang dalam mengatur waktu, kemudian jenis pekerjaan yang mereka tekuni dapat
menumbuhkan pikiran positif, sehingga informan merasa yakin seimbang melakukan
pekerjaan dengan kuliah, namun ada informan yang kurang merasa seimbang dengan lebih
mementingkan pekerjaannya. Oleh karena itu, seorang mahasiswa yang memilih untuk
bekerja part time harus mempertimbangkan dengan sangat baik kedua kegiatan tersebut, baik
perkuliahan dan pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Sehingga mahasiswa yang memilih
kuliah sambil bekerja part time tentunya memiliki tanggung jawab, tekanan dan tuntutan
yang lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa biasanya. Tuntutan tersebut dapat
dikatakan sebagai stressor atau sumber tekanan yang dimiliki oleh mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa yang menghadapi tekanan atau tuntutan baik dari perkuliahan maupun tugas dari
pekerjaannya dapat merespon tekanan tersebut baik secara positif maupun negatif. Dimana
respon tersebut disebut juga dengan coping. Perrez and Reixhert (dalam Eunike dkk, 2012)
coping atau kemampuan mengatasi masalah adalah proses yang digunakan oleh seseorang
dalam menangani tuntutannya yang mengalami stres. Sedangkan menurut Folkman (dalam
Mariana, 2013) menjelaskan bahwa strategi coping adalah usaha secara kognitif dan perilaku
untuk mengurangi, mengatasi, atau melakukan toleransi terhadap tuntutan internal dan
eksternal yang terjadi karena adanya transaksi dengan lingkungan yang penuh stres. Jadi,
coping stress adalah proses individu untuk mencari, mengelola, dan menangani masalah yang
menjadi sumber tuntutan agar dapat mengurangi tingkat stres.
Dengan melihat dari pemasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa yang bekerja part time,
strategi coping yang tepat diperlukan agar dapat mengurangi stres yang dirasakan. Lazarus
dan Folkman (2006) mengatakan, metode coping dibagi atas dua model, yaitu coping yang
berfokus pada permasalahan (problem focused coping) dan coping yang berfokus pada emosi
(emotion focused coping). Menurut Park dkk (dalam Bartram & Gardner, 2008) strategi
coping berupa problem focused coping biasa digunakan seseorang dalam menghadapi
masalah yang mereka anggap dapat mereka hadapi dan dapat diselesaikan melalui tindakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut, misalnya menghadapi masalah tugas atau pekerjaan.
Sedangkan strategi emotion focused coping digunakan bagi seseorang dalam menghadapi
masalah yang menurut mereka hanya dapat diselesaikan dengan mengontrol emosi mereka,
misalnya seseorang yang mengidap penyakit keras atau kehilangan seseorang. Tekanan atau
masalah yang biasa dihadapi oleh mahasiswa yang bekerja merupakan masalah-masalah yang
dapat dikontrol dan diselesaikan dengan condong menggunakan problem focused coping,
dimana dengan berfokus dalam tuntutan atau masalah yang dihadapi lebih banyak membantu
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah. Dengan begitu, diperlukan kemampuan
mahasiswa dalam menghadapi dan memusatkan pada pemecahan masalah, sehingga dapat
mengurangi dampak negatif yang dapat terjadi dari permasalahan tersebut baik pada
perkuliahan maupun pekerjaannya.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa PCL (Proficiency Certificate Level)
keperawatan memiliki tingkat self-esteem yang tinggi. Mereka menggunakan problem
focused coping. Namun penggunaan itu menurun dengan peningkatan tingkat mahasiswa.
Siswa self-esteem diri yang tinggi menggunakan problem focused coping dan diikuti oleh
emotion focused coping. Siswa harus didorong untuk menggunakan problem focused coping
(Shrestha, 2013). Kemudian hasil penelitian Achroza (2013) menunjukkan ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dosen pembimbing mahasiswa
dan problem focused coping dengan stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) bimbingan dan konseling Universitas Muria Kudus.
4
Artinya semakin baik komunikasi interpersonal dan problem focused coping mahasiswa maka
semakin rendah tingkat stres dalam menyusun skripsi, dan begitu pula sebaliknya.
Mahasiswa yang bekerja part time memiliki respon yang berbeda-beda dalam menghadapi
tekanan, maka dampak stress yang akan dimunculkan akan berbeda pula. Sebagai mahasiswa
memiliki sikap optimis penting untuk menghadapi tekanan serta masalah agar dapat menekan
stres yang diterima, dimana mahasiswa yang memiliki sikap optimis, mereka mau mencari
pemecahan dari masalah atau stres yang dihadapinya, merasa yakin dengan kemampuan yang
dimilikinya, dan menghentikan pemikiran atau respon yang negatif terhadap tekanan yang
dihadapinya. Seligman (1991) mendefinisikan sikap optimis sebagai suatu sikap yang
mengharapkan hasil yang positif dalam menghadapi masalah, dan berharap untuk mengatasi
stres dan tantangan sehari-hari secara selektif. Optimisme mendorong individu untuk selalu
berfikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Optimisme tersebut
akan membantu seseorang untuk bisa mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam
pencapaian tujuan atau target seorang individu (Ekasari & Susanti, 2009).
Hasil penelitian Unuvar, Avsaroglu & Uslu (2012) menunjukkan bahwa mahasiswa
memperoleh skor cukup pada kepuasan hidup dan sangat optimisme. Mahasiswa perempuan
lebih optimis dan puas daripada mahasiswa laki-laki dan semakin tinggi tingkat pendapatan
yang diperoleh mahasiswa, mereka akan lebih optimis dan puas. Hasil lain menunjukkan
bahwa ada korelasi positif antara optimisme mahasiswa dan kepuasan hidup. Selain itu,
penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara optimisme terhadap motivasi
siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Maguwohajo, dimana semakin tinggi optimisme
siswa semakin tinggi pula motivasi belajar mereka. Sebaliknya semakin rendah rasa
optimisme akan rendah pula motivasi belajarnya (Noordjanah, 2013).
Banyaknya tuntutan yang dihadapi oleh mahasiswa yang bekerja part time, mereka
diharapkan agar dapat memiliki pemikiran dan sikap yang optimis. Dengan adanya sikap
optimis tersebut, maka akan membantu mahasiswa untuk berfokus dalam mencari pemecahan
masalah yang menimbulkan stres agar mahasiswa tersebut tidak terpuruk ataupun
meninggalkan salah satu kewajiban yang dimilikinya baik sebagai mahasiswa yang aktif
dalam perkulihan serta sebagai pekerja part time. Usaha yang dilakukan dapat meliputi
menyusun rencana untuk langkah selanjutnya agar tidak jatuh pada situasi yang menekan
lagi, bertindak serta berpikir positif agar tekanan atau stres yang mereka alami dapat
berkurang.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara optimisme dengan kemampuan problem focused coping terhadap
mahasiswa yang bekerja part time? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara optimisme dengan kemampuan problem focused coping pada mahasiswa yang bekerja
part time. Manfaat penelitian yaitu memberikan informasi kepada mahasiswa bekerja part
time untuk meningkatkan optimisme untuk memunculkan problem focused coping dalam
mengatasi tekanan atau tingkat stres.
Coping merupakan cara-cara yang digunakan oleh individu untuk menghadapi suatu tekanan
atau stres. Menurut Santrock (2007) coping adalah usaha untuk mengelola situasi yang
membebani, memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan
berusaha mengatasi atau mengurangi tekanan dan berpikiran positif. Menurut Lazarus &
5
Folkman (dalam Sarafino, 1990) coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk
mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan
mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Fungsi coping adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan individu untuk menghadapi
masalah atau tekanan yang muncul atau mengelola tanggapan emosionalnya dalam
menghadapi tekanan tersebut. Cohen dan Lazarus (Taylor, 1991) mengemukakan untuk
melakukan coping dengan efektif, maka strategi coping perlu mengacu pada lima fungsi,
yaitu: (1) mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk
memperbaikinya; (2) menoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif; (3)
mempertahankan gambaran diri yang positif; (4) mempertahankan keseimbangan emosional;
(5) melanjutkan kepuasan individu terhadap hubungannya dengan orang lain. Adapun
karakteristik dari coping yaitu mengarah pada problem focused coping dan emotion focused
coping.
Lazarus dan Folkman (Achroza, 2013) menyebutkan dua jenis coping yang dilakukan
individu apabila menghadapi masalah atau stres yaitu problem focused coping dan emotional
focused coping. Problem focused coping merupakan tindakan yang ditampilkan oleh individu
yang bertujuan untuk menimbulkan perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial
terhadap hal yang menimbulkan stres tersebut. Sedangkan emotional focused coping yaitu
usaha individu untuk mengontrol emosi yang tidak mengenakkan.
Problem focused coping digunakan untuk mengurangi stressor, dengan mempelajari cara-
cara atau keterampilan yang baru. Problem focused coping dapat diartikan sebagai suatu
strategi untuk mengatasi masalah (problem coping) dengan cara melawan sumber masalah
yang muncul. Menurut Lazarus (1993) problem focused coping adalah usaha yang digunakan
dalam mengatasi tekanan oleh seorang individu yang menghadapi masalah dan mencoba
untuk memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problem focused coping adalah usaha
yang dilakukan individu dalam menghadapi masalah atau tekanan dengan berfokus pada
pencarian pemecahan masalah hingga tuntas guna mengurangi tuntutan tersebut.
Cohen dan Lazarus (dalam Achroza, 2013) mengungkapkan aspek-aspek problem focused
coping terdiri dari:
a. Direct action, yaitu melakukan tindakan langsung untuk mengatasi masalahnya,
contohnya melakukan negosiasi atau konsultasi, membujuk atau menghukum seseorang.
b. Seeking information, yaitu mencari informasi termasuk mendapatkan pengetahuan
keterampilan baru mengenai stres yang dialami.
c. Turning to others, yaitu individu mencari bantuan, keterangan dan penghiburan dari
keluarga, sahabat, maupun orang lain.
6
Optimisme
Optimisme dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah keyakinan atas segala sesuatu dari
segi yang baik dan menguntungkan. Orang yang memiliki sikap optimisme disebut orang
optimis atau dapat diartikan orang yang selalu semangat berpengharapan baik. Seligman
(dalam Ghufron & Rini, 2010) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara
menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan makna bagi diri.
Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu,
tidak takut pada kegagalan, dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba lagi bila kembali
gagal. Goleman (2007) mendefinisikan optimisme dari titik pandang kecerdasan emosional,
sebagai sikap yang memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara umum, segala sesuatu
dalam kehidupan akan selesai, kendati ditimpa kumunduran dan kefrustasian. Sikap
optimisme pada individu dapat membawa ke arah kebaikan karena adanya keinginan dalam
7
diri individu tersebut untuk tetap menjadi orang yang ingin menghasilkan sesuatu (produktif)
yang menjadi tujuan untuk mencapai keberhasilan. Individu dapat dengan cepat mengubah
diri agar dapat menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi sehingga diri tidak menjadi
kosong (Carver & Scheir, 2003).
Optimisme membantu dalam bekerja, dan tidak hanya dalam pekerjaan penuh persaingan.
Optimisme bisa berguna setiap kali pekerjaan menjadi sangat sulit dilakukan. Optimisme
dapat membuat perbedaan besar antara menyelesaikan pekerjaan dengan baik, buruk, atau
tidak selesai sama sekali (Seligman, 2008).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa optimisme adalah keyakinan dalam
menyikapi sebuah peristiwa, baik peristiwa yang menyenangkan ataupun peristiwa yang tidak
menyenangkan dengan memiliki harapan dan ekspektasi menyeluruh bahwa akan ada lebih
banyak hal baik yang akan terjadi pada masa mendatang.
Aspek-aspek optimisme
Mahasiswa adalah status yang dimiliki oleh seseorang pada suatu perguruan tinggi bertujuan
untuk menuntut ilmu serta menjadikan calon-calon intelektual guna memperoleh gelar
sarjana. Menurut Hurlock (dalam Sutriani, 2012) mahasiswa secara menyeluruh termasuk
kategori tahap perkembangan dewasa awal. Mahasiswa berada dalam usia antara 19 tahun
8
sampai dengan 26 tahun, mengalami transisi dari masa perkembangan remaja akhir ke pada
tahapan berikutnya yaitu masa perkembangan dewasa awal. Menurut Kenniston (dalam
Sutriani, 2012) masa dewasa awal merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa yang
merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi sementara, hal ini ditunjukkan
oleh kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan.
Menurut Papalia & Olds (dalam Diaz, 2007) pada tahap dewasa muda mulai membentuk
kemandirian dalam hal personal dan ekonomi. Melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan
tinggi atau akademi, mengembangkan karir, serta membentuk hubungan sosial secara
kelompok maupun yang mengarah pada perkawinan adalah tugas perkembangan yang
menonjol pada tahap ini.
mahasiswa yang bekerja part time adalah mahasiswa yang mengambil peran sebagai orang
yang aktif pada bangku kuliah serta meluangkan sebagian waktunya pada dunia kerja.
Fenomena mahasiswa yang bekerja sudah lama muncul dikalangan mahasiswa. Bass (dalam
Diaz, 2007) mengemukakan, mahasiswa bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,
mengaktualisasikan diri, serta mencari pengalaman dan relasi. Spickard (dalam Diaz, 2007)
menjelaskan mengapa mahasiswa bekerja, salah satunya adalah untuk menguji kemampuan
serta intelektualitas yang mereka asah di bangku perkuliahan dalam kondisi nyata yaitu di
lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Mahasiswa yang bekerja
biasanya menggunakan waktu luang mereka untuk melakukan pekerjaan.
Mahasiswa yang memutuskan untuk kuliah sambil bekerja dalam melaksanakan tugas
sebagai mahasiswa maupun pekerja memiliki permasalahan dan tantangan tersendiri.
Masalah dan tantangan ini sering kali menimbulkan stres yang bisa mengganggu mahasiswa
itu sendiri dalam mencapai tujuannya. Perlu adanya tindakan atau perilaku yang dilakukan
oleh mahasiswa yang bekerja part time agar tercipta keseimbangan. Tindakan tersebut
disebut dengan coping. Upaya-upaya yang dapat dilakukan mahasiswa untuk menguasai,
mentoleransi, mengurangi atau meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stres.
Coping stress adalah pikiran dan tindakan yang digunakan individu guna untuk
memperendah tingkat stress (Lazarus & Folkman, 1984). Dalam diri individu terjadi proses
yang dinamis dalam menghadapi stres. Problem focused coping merupakan tindakan yang
tepat digunakan mahasiswa untuk mengurangi tuntutan atau masalah yang dihadapi, dimana
permasalahan yang dihadapi merupakan permasalahan yang dapat diatasi dengan tindakan
yang tepat serta memfokuskan perhatian pada penanganan masalah. Mahasiswa yang bekerja
part time dapat menggunakan problem focus coping dalam menghadapi tekanan atau
masalah, dimana mahasiswa tersebut berusaha untuk merubah kondisi, ataupun
meminimalisir situasi yang mengancam. Sehingga kemampuan mahasiswa dalam melihat dan
memfokuskan diri (problem focused coping) dalam pencarian pemecahan tuntuan atau
masalah yang dihadapi, sehingga mahasiswa tersebut dapat mengurangi tingkat stres ataupun
dampak negatif dari pemasalahan tersebut.
Menurut Aurech (dalam Jembarwati, 2012) optimisme merupakan hal yang penting saat
individu melakukan coping dalam menghadapi dan menanggulangi stres. Setiap
permasalahan yang timbul akan mampu untuk diatasi dan diselesaikan jika seseorang
9
memiliki sikap optimisme dimana optimisme itu sendiri berupa harapan-harapan positif yang
akan membantu seseorang untuk bisa mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam
pencapaian tujuan atau target seorang individu (Scheier dan Carver, 1987). Seligman (1991)
mengusulkan karakteristik optimistic adalah hambatan yang buruk hanya berlangsung
sementara, sedangkan pessimistic memandang hambatan yang buruk akan terjadi dalam
waktu yang lama. Masalah yang dihadapi dianggap sebagai tantangan tersendiri bagi
mahasiswa yang memiliki sikap optimis sehingga menstimulasi upaya yang kuat untuk
menanggulangi masalah tersebut. Mahasiswa yang optimis cenderung berorientasi coping
yang berpusat pada masalah dan memperhatikan aspek-aspek positif dari permasalahan yang
dihadapi. Sebaliknya orang yang pesimis akan memusatkan perhatian pada perasaan-perasaan
negatif, serta menjauhi pemecahan masalah.
Sikap optimis dalam menghadapi suatu tekanan atau masalah adalah suatu sikap yang baik
dimunculkan oleh setiap orang terlebih kepada mahasiswa yang bekerja part time, karena
dengan adanya sikap optimisme mahasiswa akan cenderung berpikir dan berusaha untuk
menyelesaikan atau mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. Dengan adanya
sikap optimisme yang tinggi tentu mahasiswa akan menyelesaikan permasalahan dengan
tindakan perilaku yang baik tanpa menghindari atau lari dari permasalahan tersebut sehingga
mampu memunculkan problem focused coping yang baik. Namun, apabila mahasiswa
memiliki sikap optimisme yang rendah atau dapat dikatakan sikap pesimis dalam menghadapi
suatu tekanan atau masalah, maka akan cenderung menghindari masalah tersebut dan merasa
tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga memunculkan problem focused
coping yang buruk. Dengan begitu perilaku yang dimunculkan adalah perilaku yang buruk
yaitu berpikiran sempit, menghindar, tidak peduli, dan lari dari masalah. Adapun kerangka
berpikir yang terdapat pada gambar 1 adalah sebagai berikut:
Hipotesis
Ada hubungan antara optimisme dengan kemampuan problem focused coping pada mahasiwa
yang bekerja part time. Semakin tinggi optimisme yang dimiliki mahasiswa bekerja part time
maka problem focused coping baik. Begitu pula sebaliknya, jika mahasiswa yang bekerja part
time memiliki optimisme yang rendah maka memiliki problem focused coping buruk.
10
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada hubungan antara masing-masing
variabel optimisme dengan kemampuan problem focused coping pada mahasiswa yang
bekerja part-time, sehingga untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu karakteristik
dari suatu variabel yang nilai-nilainya dinyatakan dalam bentuk angka, kemudian temuan
penelitian tersebut menggunakan statistik berserta analisisnya (Sugiyono, 2005).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian korelasional, dimana penelitian
korelasional mempelajari hubungan dua varaibel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam
satu variable berhubungan dengan variasi ataupun variable lain (Suryabrata, 2005). Alasan
peneliti menggunakan penelitian korelasional adalah penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan antara dua variabel, yaitu variabel optimisme dan problem focused coping.
Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah mahasiswa yang aktif pada bangku perkuliahan sambil
bekerja part time. Pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu
dimana tidak semua unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota
sampel (Bungin, 2005). Populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan oleh faktor
kebetulan atapun faktor lain yang sebelumnya direncanakan oleh peneliti. Pemilihan
nonprobability sampling karena peneliti tidak mengetahui secara pasti jumlah mahasiswa
yang bekerja part time yang ada di kota malang, sehingga peneliti menetapkan ciri-ciri yang
mewakili populasi yang telah ditetapkan.
Jenis nonprobability sampling yang digunakan adalah quota sampling yaitu teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan (Sugiyono, 2005). Teknik ini lebih mementingkan tujuan penelitian dalam
menentukan sampling penelitian, dimana pengambilan sampel dengan sejumlah subjek yang
akan diteliti ditetapkan terlebih dahulu (Bungin, 2005). Sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah subjek dengan kriteria mahasiswa yang terdaftar aktif pada perkuliahan
sambil bekerja part time. Adapun jumlah subjek yang akan dalam penelitian ini sebanyak 349
sampel.
Variabel independen (bebas) dalam peneitian ini adalah optimisme, sedangkan variabel
dependen (terikat) adalah problem focused coping.
Optimisme adalah tinggi atau rendahnya keyakinan seseorang dalam menyikapi sebuah
masalah atau tekanan dengan memiliki harapan atau ekspektasi menyeluruh bahwa akan ada
lebih banyak hal baik yang akan terjadi terhadap dirinya yang dilihat dengan menggunakan
11
skala, semakin tinggi skor skalanya maka optimisme seseorang juga semakin tinggi, begitu
pula sebaliknya.
Problem focused coping adalah baik atau buruknya kemampuan yang ditampilkan oleh
seseorang dalam menghadapi masalah atau tekanan yang berfokus pada pencarian pemecahan
masalah yang bertujuan untuk mengurangi tuntutan tersebut yang dapat dilihat dengan
menggunakan skala, dimana semakin tinggi skor skala maka semakin baik problem focused
coping, begitu pula sebaliknya.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala.
Menurut Bungin (2005) skala adalah serangkaian atau daftar pernyataan yang disusun secara
sistemetis dengan aturan tertentu, kemudian diberikan kepada subjek penelitian. Peneliti
menggunakan skala likert. Skala likert adalah suatu himpunan butir pertanyaan sikap yang
dipandang kira-kira sama dengan nilai persepsi. Subjek menanggapi setiap butir pernyataan
dengan mengungkapkan intensitas dan taraf kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap
pernyataan tersebut.
Variabel optimisme dalam penelitian ini diukur dengan skala adaptasi oleh Adilia (2010)
yang disusun mengacu pada aspek-aspek optimisme dari teori Seligman (2001) yakni aspek
permanence, pervasiveness, dan aspek personalization. Skala likert dimodifikasi menjadi
empat pilihan respon, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
sesuai (STS). Jumlah item pada skala ini adalah sebanyak 37 item.
Variabel problem focused coping dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala
adaptasi oleh Achroza (2013) yang mengacu pada aspek-aspek Cohen dan Lazarus (dalam
Achroza, 2013) yang meliputi direct action, seeking information, dan turing to other. Skala
likert dimodifikasi menjadi empat pilihan respon, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Jumlah item pada skala ini sebanyak 48 item.
Hasil try out uji validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS for windows versi 21.
Adapun untuk masing-masing indeks validitas dan reliabilitas pada kedua variabel terdapat
pada tabel 1.
Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur Jumlah Item Indeks Validitas Indeks Reliabilitas
Valid (Alpha)
Optimisme 28 0,198 – 0,630 0,869
Problem focused coping 42 0,172 – 0,604 0,881
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan df = 98, dan nilai r table = 0.1654,
dengan batas validitas r hitung > r tabel. Pada skala optimisme, dari 37 item pernyataan
diperoleh item valid sebanyak 28 item dan item gugur sebanyak 9 item. Setelah diuji kembali
dengan membuang item yang gugur sehingga diperoleh tingkat reliabilitas sebesar 0,869.
Kemudian hasil try out skala problem focused coping, dari 48 item pernyataan diperoleh item
valid sebanyak 42 item dan item gugur sebanyak 8 item. Setelah diuji kembali dengan
membuang item yang gugur sehingga diperoleh tingkat reliabilitas sebesar 0,881.
Peneliti juga melakukan penyisihan item yang valid pada masing-masing variabel. Pada
variabel optimisme peneliti menyisihkan 6 item valid, sedangkan variabel problem focused
coping peneliti menyisihkan 19 item valid. Hal ini dilakukan peneliti dengan tujuan
12
memudahkan dalam penelitian, sehingga pada skala optimisme jumlah item yang akan
digunakan dalam penelitian sebanyak 22 item. Sedangkan untuk skala problem focused
coping jumlah item yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak 23 item.
Penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisa. Tahap
persiapan diawali dengan menentukan perumusan masalah, menentukan variable penelitian,
melakukan studi untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat. Kemudian
peneliti menentukan indikator dan menyiapkan skala penelitian yaitu skala optimisme dan
problem focused coping serta melakukan try out. Pelaksanaan try out dilakukan pada tanggal
5 November 2015 sampai dengan tanggal 14 November 2015 terhadap 100 subjek untuk
memperoleh validitas dan reliabilitas skala. Kemudian peneliti mempersiapkan kembali
instrumen yang telah diuji dan dilakukan beberapa penyisihan untuk dilakukan pengambilan
data.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan survey terlebih dahulu untuk mendapatkan
informasi mengenai tempat mahasiswa yang bekerja part time. Hal ini bertujuan agar dapat
mempermudah peneliti untuk menyebarkan skala agar tepat sasaran. Kemudian peneliti mulai
menyebarkan skala yang dilaksanakan tanggal pada tanggal 21 Desember 2015 sampai
dengan 02 Januari 2016. Skala disebarkan kepada mahasiswa yang bekerja part time di Kota
Malang baik secara on line maupuan off line sesuai dengan karateristik yang telah peneliti
tentukan dan memperoleh subjek sebanyak 349 orang.
Setelah data diperoleh sesuai dengan jumlah subjek yang ditargetkan, kemudian peneliti
melakukan analisa data untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu analisa korelasi
product moment. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mencari hubungan dan
membuktikan hipotesa hubungan antara dua variabel (Sugiyono, 2007).
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian terdapat karakteristik subjek mahasiswa yang bekerja part time
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian
Katagori Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Perempuan 197 56,45%
Laki-laki 152 43,55%
Jenis Pekerjaan Part time Part time kampus 150 43%
Part time luar kampus 95 27,47%
Usaha sendiri 103 29,53%
13
Tabel 2 menunjukkan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin
perempuan berjumlah 197 (56,45%) dan laki-laki berjumlah 152 orang (43,55%) dengan
jenis pekerjaan part time yang bekerja didalam kampus sebanyak 150 orang (43%), part time
yang bekerja diluar kampus sebanyak 95 (27,47%) serta subjek yang memliki usaha sendiri
sebanyak 103 (29,53%).
Tabel 3. Perhitungan T-Score Optimisme
Variabel Mean Standard Katagori Interval Frekuensi Persentase
Deviasi
Optimisme 190,63 18,235 Sangat Tinggi 62,29 -74 48 13,8%
Tinggi 51,503-62,296 91 26,1%
Sedang 40,709-51,502 162 46,4%
Rendah 29,915-40,708 42 12%
Sangat Rendah 19,12-29,914 6 1,7%
Tabel 3 menunjukkan data katagori variable optimisme dengan nilai mean sebesar 190,63
dan standart deviasi sebesar 18,235. Dibagi menjadi lima katagori yaitu sangat tinggi dengan
nilai interval 62,297-74 berjumlah 48 orang memperoleh persentase 13,8%, pada katagori
tinggi dengan nilai interval 51,503-62,296 berjumlah 91 orang memperoleh persentase
26,1%, pada katagori sedang dengan nilai interval 40,709-51,502 berjumlah 162
memperoleh persentase 46,4%, pada katagori rendah dengan nilai interval 29,915-40,708
berjumlah 42 orang memperoleh persentase 12% dan pada katagori sangat rendah dengan
nilai interval 19,12-29,914 berjumlah 6 orang memperoleh persentase 1,7%.
Tabel 4. Perhitungan T-Score Problem Focused Coping
Variabel Mean Standard Katagori Interval Frekuensi Persentase
Deviasi
Problem 186,28 18,125 Sangat Tinggi 65,863-77,78 27 7,8%
Focused Coping
Tinggi 53,945-65,862 92 26,3%
Sedang 42,027-53,944 175 50,1%
Rendah 30,109-42,026 47 13,5%
Sangat Rendah 18,19-30,108 8 2,3%
Tabel 4 menunjukkan data katagori variable problem focused coping dengan nilai mean
sebesar 186,28 dan standart deviasi sebesar 18,125. Dibagi menjadi lima katagori yaitu
sangat tinggi dengan nilai interval 65,863-77,78 berjumlah 27 orang memperoleh persentase
7,8%, pada katagori tinggi dengan nilai interval 53,945-65,862 berjumlah 92 orang
memperoleh persentase 26,3%, pada katagori sedang dengan nilai interval 42,027-53,944
berjumlah 175 memperoleh persentase 50,1%, pada katagori rendah dengan nilai interval
14
30,109-42,026 berjumlah 47 orang memperoleh persentase 13,5% dan pada katagori sangat
rendah dengan nilai interval 18,19-30,108 berjumlah 8 orang memperoleh persentase 2,3%.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil analisa data terhadap 349 subjek mahasiswa yang
bekerja part time adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Korelasi Optimisme dengan Problem Focused Coping
Berdasarkan skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan
SPSS, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara optimisme dengan problem
focused coping pada mahasiswa yang bekerja part time dengan taraf signifikansi sebesar 1%.
Hubungan optimisme dan problem focused coping signifikan karena nilai signifikansi yang
ditunjukkan yaitu 0,000, yang artinya lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu
0,01 (0,000 < 0,001). Kemudian arah korelasi kedua variabel adalah positif yaitu 0,0637,
maka korelasi kedua variabel bersifat searah. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
optimisme maka problem focused coping semakin baik.
Koefisien Determinasi ( ) variabel optimisme berdasarkan hasil analisa data diatas adalah
sebesar 0,406 yang berarti sumbangan efektif dari optimisme tarhadap problem focused
coping pada mahasiswa yang bekerja part time sebesar 40,6% sedangkan pengaruh faktor
lain terhadapi problem focused coping sebesar 59,4%.
DISKUSI
Berdasarkan hasil analisa data dalam penelitian ini diperoleh koefesien korelasi sebesar 0,637
dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 < 0,001 yang menunjukkan adanya hubungan
positif dan sangat signifikan antara optimisme dan problem focused coping pada mahasiswa
yang bekerja part time. Artinya adalah ketika skor optimisme tinggi maka skor problem
focused coping cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya, apabila skor optimisme rendah
maka problem focused coping cenderung rendah.
Hal ini menunjukkan hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
optimisme dengan kemampuan problem focused coping dapat diterima. Maka dapat dipahami
bahwa ketika optimisme mahasiswa yang bekerja part time dalam menghadapi suatu masalah
tinggi, maka problem focused coping yang dimunculkan akan cenderung baik. Artinya adalah
15
mahasiswa yang memiliki optimisme yang tinggi, maka mahasiswa mampu memunculkan
problem focused coping yang baik dalam menghadapi masalah.
Secara teori, sikap optimisme pada individu membawa kearah kebaikan karena adanya
keinginan dalam diri individu untuk tetap menjadi orang yang ingin menghasilkan sesuatu
(produktif) yang menjadi tujuan untuk mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki
sikap optimis cenderung untuk menggunakan strategi coping yaitu problem focused coping
dalam menghadapi tekanan atau stres, sedangkan orang yang pesimis lebih rentan untuk
menghindar (Carver & Scheier, 2005). Dengan adanya sikap optimisme pada mahasiwa yang
bekerja part time, tentunya dalam menghadapi masalah dapat berpikiran positif dan mampu
memunculkan problem focused coping yang baik, seperti berusaha melakukan negosiasi
dengan atasan mengenai jadwal kuliah dan pekerjaan, berusaha mencari solusi dari
permasalahan yang dihadapai baik dari perkuliahan maupun pekerjaan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranandari (2012) yang menunjukkan
bahwa individu-individu yang optimis lebih sering mengatasi stres dengan problem focused
coping dan terorientasi pada tindakan serta menekankan penilaian positif terhadap peristiwa-
peristiwa yang menimbulkan stres (Carver dan Scheier, 1985. Kemudian hasil penelitian
Mariana (2013) menunjukkan hasil perolehan skor dari bentuk strategi coping stress dapat
dilihat bahwa 67% mahasiswa cenderung menggunakan problem focused coping dan 33%
mahasiswa cenderung menggunakan emotion focused coping dalam mengatasi stressor atau
tekanan yang sedang dialaminya. Dari hasil penelitian diatas, mahasiswa yang bekerja part
time yang berada di kota Malang dalam menghadapi permasalahannya sebagian besar mereka
lebih conderung mampu memunculkan problem focused coping dengan memfokuskan
masalah yang dihadapi untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut.
Dari hasil penelitian diatas, semakin memperkuat teori Lopez & Snyder (2003) yang
menyatakan orang yang optimis akan lebih menggunakan strategi coping yang lebih berfokus
untuk menangani tantangan atau masalah yang dihadapinya. Selanjutnya, optimis seseorang
dapat merespon stressor yang dapat dihadapi langsung dengan memunculkan problem
focused coping seperti tuntutan akademik (Solberg Nes & Segerstom, 2006). Begitu pula
yang dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja part time. Optimisme yang dimiliki mahasiswa
yang bekerja part time dalam menghadapi tuntutan dan masalah merupakan sikap positif
yang mampu memunculkan problem focused coping yang baik, dimana mahasiswa mau
berusaha untuk menangani masalah yang dihadapi dengan memfokuskan pada masalah
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Mahasiswa yang bekerja, mereka memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri Spickard
(Diaz, 2007). Salah satu keuntungannya mahasiswa adalah mereka mendapatkan pengalaman
lebih awal terhadap karir yang mereka akan tempuh, hal ini memberi informasi melalui apa
yang mereka alami di lapangan kerja pada saat kuliah. Kerugiannya, tidak sedikit mahasiswa
yang bekerja mengalami permasalahan dalam pembagian waktu dan penyelesaian tugas
dibangku kuliah berkaitan dengan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, sikap optimisme yang
ada pada diri mahasiswa yang bekerja part time tuntu akan memperoleh banyak keuntungan
dan meminimalisir kerugian-kerugian yang dapat menghambat kegiatannya baik pada proses
perkuliahan maupun pada proses bekerja. Optimisme dalam mahasiswa dapat berpikir lebih
luas lagi mengenai masa depan kuliah mereka, dengan begitu mahasiswa dapat
mengembangkan pikiran mereka lebih maju lagi melalui proses dunia perkuliahan maupun
pekerjaan yang mereka jalani saat ini.
Adapun sumbangan efektif optimisme dengan kemampuan problem focused coping pada
mahasiswa yang bekerja part time yaitu sebesar 40,6% sedangkan pengaruh faktor lain
16
terhadap problem focused coping sebesar 59,4% yang tidak diteliti oleh peneliti. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi problem focused coping menurut Lazarus & Filkman (1984)
antara lain: kesehatan dan energi, keyakinan yang positif, kemampuan pemecahan masalah,
keterampilan sosial dan sumber material.
Penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan hambatan pada saat proses penelitian.
Hambatan yang paling sulit adanya menyebarkan skala kebeberapa tempat dimana subjek
mahasiswa sedang bekerja misalnya di laboratorium kampus atau caffe, sehingga subjek
memerlukan beberapa hari untuk mengisi skala dan tidak jarang pula subjek tidak bersedia
mengisi skala karena sedang disibukkan dengan pekerjaannya. Namun pada akhirnya peneliti
dapat memperoleh jumlah data untuk memenuhi syarat penelitian serta dapat mengetahui
adanya hubungan antara optimisme dengan problem focused coping pada mahasiswa yang
bekerja part time. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah terdapat beberapa item dari
alat ukur yang tidak sesuai dengan indikator penelitian, sehingga tidak disarankan bagi
penelitian selanjutnya untuk menggunakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesa dapat diterima karena ada
hubungan yang sangat signifikan antara optimisme dengan kemampuan problem focused
coping pada mahasiswa yang bekerja part time. Adapun hasil analisis dengan dengan nilai
korelasi sebesar 0,637 dengan nilai p sebesar 0,000. Semakin tinggi optimisme mahasiswa
yang bekerja part time maka kemampuan problem focused coping yang dimunculkan
cenderung baik. Adapun sumbangan efektif dari optimisme terhadap kemampuan problem
focused coping sebesar 40,6%, artinya bahwa optimisme merupakan variabel yang
berkontribusi kuat terhadap kemampuan problem focused coping. Sedangkan faktor lain yang
mempengaruhi problem focused coping sebesar 59,4% tidak diteliti oleh peneliti.
Implikasi dari penelitian ini meliputi bagi subjek penelitian yaitu mahasiswa khususnya pada
mahasiswa yang bekerja part time, diharapkan dapat menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan yang biasa ada pada saat kuliah ataupun dalam bekerja. Memiliki sikap
optimisme berpengaruh dalam memunculkan problem focused coping sebesar 40,6%
sehingga mahasiswa dapat mengatasi tekanan atau tingkat stress dan menyelelesaikan
masalah yang dihadapi. Dengan begitu mahasiswa yang kuliah memutuskan untuk kuliah
sambil bekerja dapat bersikap optimis meskipun perkuliahan dan pekerjaan mereka juga terus
berjalan secara bersamaan sehingga dapat meminimalisir kerugian yang dapat terjadi baik
sebagai mahasiswa maupun sebagai pekerja. Kemudian bagi peneliti selanjutnya disarankan
untuk melakukan penelitian terkait dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang diduga
mempengaruhi problem focused coping dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya juga dapat
disarankan agar tidak menggunakan alat ukur yang sama atau dapat memperhatikan setiap
item alat ukur sebelum digunakan agar sesuai dengan tujuan penelitian.
REFERENSI
Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than iq for character,
healthy, and life long achievement. New York: Bantam Books.
Hendryadi. (7 November 2012). Populasi dan sampel.Diakses tanggal 13 Desember 2015,
dari http://teorionline.net/populasi-dan-sampel/
Jembarwati, O. (2012). Stres dalam menyelesaikan skripsi ditinjau dari optimisme dan
coping strategi pada mahasiswa Universitas Semarang (USM). Skripsi,
Universitas Semarang, Semarang.
Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer
Lopez, J. S., & Synder. R.C. (2003). Positive psychologycal assesment. A hand book of
models and measurement. Americant Psychological Associations: Washington DC.
Mariana, R. (2013). Hubungan antara optimisme dengan problem focused coping pada
mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi.
Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang.
Muhonen, T., Torkelson, E. (2011). Exploring Coping Effectiveness and Optimism among
Municipal Employees.Journal of Internet Psycholog. Accessed on January 08,
2015 from /PSYCH20110600008_77702278%20(4).pdf
Nasa, A. F. (2012). Hubungan antara relisansi keluarga dan optimisme pada mahasiswa
yang berasal dari keluarga miskin. Skripsi, Program Studi Sarjana Reluler, Depok
Noordjanah, A. (2013). Hubungan harga diri dan optimisme dengan motivasi belajar pada
siswa MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta. Skripsi, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta
Pranandari, K. (2011). Perbedaan adversity quotient ditinjau dari problem focused coping
dan emotion focused coping pada orang tua tunggal wanita. Skripsi, Universitas
Gunadarman, Jakarta.
Prasetyo, B., & Jannah, L, M. (2005). Metode penelitian kuantitatif: Teori dan aplikasi.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Ruryarnesti. (2014). strategi coping remaja korban parental abuse ditinjau dari status sosial
ekonomi orang tua dan gender korban. Jurnal ilmiah.Diakses tanggal 12 Januari,
2016 dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=175585&val=5455
&title=STRATEGI%20COPING%20REMAJA%20KORBAN%20PARENTAL%
20ABUSE%20DITINJAU%20DARI%20STATUS%20SOSIAL%20EKONOMI%
20ORANGTUA%20DAN%20GENDER%20KORBAN.
Rustina, E., & Cahyati, W. H. (2012). Hubungan antara stress kerja dengan pemilihan
strategi coping pada dosen. Jurnal kesehatan masyarakat.Diakses pada tanggal 1
April 2015 dari http://journal.unnes.ac.id/indek.php/kemas
Sabela, O. I., Ariati, J. Setyawan. I. (2014). Ketangguhan mahasiswa yang berwirausaha:
Studi kasus. Jurnal Psikologi Undip, 13, 170 – 189.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembnagan remaja / john w. Santrock: alih bahasa,
(Sinto B. Adelar; Sherly Saragih; editor, Wisnu C. Kristiaji. Yati Sumiharti).
Jakarta: Erlangga.
Santrock, W. J. (2007). Perkembangan remaja, edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga.
19
buruk bersifat
sementara
2 Pervasiveness Menjelaskan secara 3, 5, 7, 8, 17 9, 10, 19, 21 9
spesifik ketika
menghadapi masalah
buruk dan
menjelaskan secara
umum dalam
menghadapi sesuatu
yang baik
3 Personalization Meyakini ketika gagal 1, 4, 11 6, 22 5
pada suatu peristiwa
fakor luar sedangkan
keberhasilan karena
fakor internal
Total 14 8 22
Total 10 13 23
Assalamualaikum.wr.wb
Saya Siti Faridah Azmi mahasiswa psikologi semester tujuh Universitas Muhammadiyah
Malang sedang melakukan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar serjana. Karena
itu di sini saya mohon bantuan dan kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner, demi
kelancarannya penelitian ini, saya pribadi mengucapkan terima kasih.
Inisial :
Universitas & Semester :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jenis Pekerjaan Part time :
a. Awal Memulai Bekerja :
b. Lama Bekerja :
c. Tempat Bekerja :
d. Waktu Bekerja :
e. Alasan Bekerja :
PETUNJUK MENGERJAKAN
Berikut adalah sejumlah pernyataan, Anda diminta untuk memberikan tanggapan atas
pernyataan tersebut dengan cara memilih salah satu jawaban sebagaimana dijelaskan pada
petunjuk cara mengerjakan:
1. Kesediaan Anda untuk mengerjakan adalah “ PENTING”
2. Usahakan agar semua jawaban nomor terjawab dan tidak ada yang terlewatkan
3. Semua jawaban BENAR, asalkan dijawab dengan jujur sesuai keadaan Anda
4. Berilah tanda ( ) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia pada lembar jawaban:
SS = Apabila sangat sesuai dengan pernyatan
S = Apabila sesuai dengan pernyataan
TS = Apabila tidak sesuai dengan pernyataan
STS = Apabila sangat tidak sesuai dengan pernyataan
Contoh:
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Setiap masalah yang saya hadapi adalah titik awal dari
setiap keberhasilan saya
SELAMAT MENGERJAKAN
27
Skala 1
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya percaya dengan diri dan kemampuan saya
2 Setiap masalah yang saya hadapi adalah titik awal dari setiap
keberhasilan saya
3 Jika saya gagal pada ujian, saya tetap akan bisa menjalani aktivitas kuliah
saya dengan baik
4 Saya dapat focus dalam kuliah dan pekerjaan, karena saya telah berusaha
keras
5 Saya mampu tetap produktif dalam kuliah walaupun lelah
6 Saya tidak percaya diri dengan kemampuan saya
7 Meskipun saya gagal mendapat nilai A disalah satu mata kuliah, itu tidak
akan membuat saya gagal dalam menargetkan IPK
8 Saya selalu optimis dengan masa depan saya
9 Saya gagal dalam pekerjaan karena saya sial
10 Ilmu-ilmu dikampus tidaklah berguna dalam mencari pekerjaan yang
layak
11 Jika saya berusaha keras, saya pasti bisa bertanggung jawab dengan tugas
kuliah dan pekerjaan
12 Jika saya tidak pernah putus asa, saya yakin kesuksesan saya akan terus
berlanjut
13 Saya berusaha lebih keras setelah mencapai kesuksesan untuk
mempertahankan kesuksesan yang telah saya raih
14 Saya gagal mencapai target kuliah saya, namun saya masih bisa mencapai
target baru dan yakin kali ini pasti berhasil
15 Meskipun saya sudah belajar tapi mendapat nilai jelek, maka kedepannya
saya tidak akan belajar lagi karena pasti akan mendapat nilai jelak lagi
16 Saya mengalami kegagalan saat ini, tapi belum tentu besok saya gagal
lagi
17 Kualitas diri saya membuat saya yakin, saya dapat bertanggung jawab
dengan kuliah saya walaupun sambil bekerja
18 Karena kemampuan saya minim, betapa pun saya berusaha saya tidak
akan berhasil
19 Kemampuan saya sekarang membuat saya tidak yakin akan
menyelesaikan kuliah apabila sambil bekerja
20 Saya yakin kejadian buruk saya masih bisa dirubah dengan usaha dan doa
21 Saya memiliki kekurangan, hal ini akan membuat saya tidak percaya diri
dalam bekerja
22 Saya tidak yakin dengan kesuksesan masa depan saya karena saya tidak
memiliki banyak kemampuan
Skala 2
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya tidak mempunyai target untuk menyelesaikan suatu tugas
2 Saya melakukan negosiasi dengan atasan untuk menyesuaikan waktu
bekerja dan kuliah
3 Saya mampu mengatasi permasalahan dalam kuliah ataupun pekerjaan
4 Saya tidak mampu mengatasi kesulitan yang timbul dalam proses kuliah
dan pekerjaan
5 Saya bingung, apa yang harus saya dahulukan ketika jadwal kuliah dan
28
pekerjaan berbenturan
6 Jika saya melakukan kesalahan, saya segera memperbaikinya
7 Saya merasa optimis dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik
8 Saya mendapat informasi mengenai masalah yang biasa saya hadapi dari
berbagai Sumber
9 Saya tidak yakin akan kemampuan yang saya miliki sehingga saya
melakukan pekerjaan setengah setengah
10 Saya tidak dapat berpikir jernih apabila sedang menghadapi masalah
11 Jika saya sedang mengalami masalah, saya tidak dapat menentukan sikap
dengan tepat
12 Saya susah menerima masukan dari orang lain
13 Saya mendapatkan arahan yang jelas dari atasan guna memperbaiki
kesalahan saya
14 Ketika saya mengalami kesulitan, saya berusaha mencari solusi yang
tepat untuk menyelesaikannya
15 Saya mudah menyerah ketika dihadapkan masalah
16 Saya meminta saran dari sahabat ketika mengalami kesulitan
17 Saya patah semangat ketika ada teman yang menjatuhkan saya
18 Saran maupun kritik dari teman saya terima dengan lapang dada sebagai
bahan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah
19 Sulitnya mencari solusi membuat saya tertekan sehingga menjadi putus
asa
20 Saya kurang mempedulikan saran-saran dari teman dalam menyelesaikan
masalah
21 Saya tidak berinteraksi dengan teman-teman selama berada pada tekanan
22 Bantuan dari orang lain dalam tugas kuliah dan pekerjaan membuat saya
tenang
23 Tidak adanya teman untuk sharing membuat saya putus asa ketika
menghadapi permasalahan yang sulit
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,869 28
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
item2 88,86 71,051 ,237 ,869
Item3 88,71 68,471 ,513 ,863
Item5 88,73 68,987 ,478 ,864
Item7 88,79 68,673 ,438 ,864
Item11 89,10 70,232 ,271 ,869
Item14 89,02 68,787 ,459 ,864
Item15 89,20 70,848 ,296 ,868
Item16 88,84 68,196 ,510 ,863
Item17 88,86 68,768 ,474 ,864
Item18 89,00 69,859 ,346 ,867
Item19 88,70 68,515 ,523 ,862
Item20 88,94 70,259 ,266 ,869
item21 88,73 69,391 ,353 ,867
item22 88,72 69,779 ,367 ,866
item23 88,62 69,612 ,417 ,865
Item24 88,77 67,957 ,529 ,862
Item25 88,82 68,594 ,408 ,865
Item26 88,71 67,723 ,630 ,860
Item27 89,02 69,777 ,400 ,865
Item28 88,70 68,434 ,359 ,867
Item29 88,81 68,721 ,426 ,865
Item30 88,79 68,390 ,477 ,863
31
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,881 42
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
item2 124,43 131,520 ,402 ,878
Item3 124,44 133,663 ,252 ,880
Item4 124,67 131,779 ,346 ,879
Item5 124,43 133,520 ,258 ,880
Item7 124,29 132,370 ,470 ,877
Item8 124,29 132,572 ,372 ,878
Item9 124,58 130,933 ,508 ,877
Item10 124,69 134,155 ,226 ,881
Item12 124,79 132,551 ,264 ,881
Item13 124,15 133,220 ,323 ,879
Item14 124,55 129,705 ,475 ,877
Item15 124,18 133,886 ,261 ,880
Item16 124,51 131,990 ,328 ,879
Item18 124,33 128,789 ,555 ,875
Item19 124,33 132,870 ,369 ,879
32
Uji Korelasi
Correlations
SKOR_Optimisme SKOR_Pfc
**
Pearson Correlation 1 ,637
SKOR_Optimisme Sig. (2-tailed) ,000
N 349 349
**
Pearson Correlation ,637 1
SKOR_Pfc Sig. (2-tailed) ,000
N 349 349
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Scatter Plot
100
Variabel Problem Focused Coping
90
y = 0,6239x + 25,324
80
R² = 0,4061
70
60
50
Series1
40
Linear (Series1)
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Variabel Optimisme
35
Uji Normalitas
Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
(Combined) 7646,780 31 246,670 9,737 ,000
Between Groups Linearity 6366,126 1 6366,126 251,288 ,000
SKOR_Pfc * SKOR_Optimisme Deviation from Linearity 1280,654 30 42,688 1,685 ,016
Within Groups 8030,871 317 25,334
Total 15677,650 348
38
Lama
No Univ. & Semester JK Usia Jenis Pekerjaan part time Bekerja Tempat Bekerja
1 UMM & 5 P 20 Administrasi < 1 tahun Part time kampus
2 UMM & 7 L 21 part time rusunawa 1-2 tahun Part time kampus
3 UMM & 7 P 21 Enterpreneur > 2 tahun Usaha sendiri
4 UMM & 7 L 21 Wartawan > 2 tahun Usaha sendiri
5 Kanjuruhan & 7 L 21 Foto & videograp > 2 tahun Usaha sendiri
6 Kanjuruhan & 7 L 21 usaha gallery foto,ternak ikan lele > 2 tahun Usaha sendiri
7 Kanjuruhan & 7 L 21 pengusaha ternak > 2 tahun Usaha sendiri
8 UMM & 7 P 21 part time career center fak. Psikologi < 1 tahun Part time kampus
9 UMM & 7 P 21 parttimer fak.ekonomi 1-2 tahun Part time kampus
10 UMM & 7 P 21 parttimer fak.ekonomi 1-2 tahun Part time kampus
11 UMM & 7 L 21 Kasir 1-2 tahun Part time luar kampus
12 UMM & 7 L 20 parttime jurusan ilmu komunikasi 1-2 tahun Part time kampus
13 UMM & 7 P 21 co trainer p2kk 1-2 tahun Part time kampus
14 UMM & 7 P 21 Partime 1-2 tahun Part time kampus
15 UMM & 9 L 22 Usaha sepatu < 1 tahun Usaha sendiri
16 UMM & 7 L 21 Waiters > 2 tahun Part time luar kampus
17 UMM & 7 P 21 Administrasi 1-2 tahun Part time kampus
18 UNISMA & 7 L 22 Pelayanan > 2 tahun Part time luar kampus
19 UNISMA & 7 L 18 packaging produk > 2 tahun Part time luar kampus
20 UIN & 7 P 22 berdagang dan ngelesi > 2 tahun Usaha sendiri
21 UB & 7 P 21 Waitress > 2 tahun Part time luar kampus
22 UIN & 7 P 21 Mengajar < 1 tahun Usaha Sendiri
23 UIN & 7 P 22 Guru < 1 tahun Usaha Sendiri
24 UB & 5 P 22 Model 1-2 tahun Usaha Sendiri
25 UIN & 7 P 22 online shop 1-2 tahun Usaha sendiri
26 UIN & 7 P 22 Cook helper cafe > 2 tahun Part time luar kampus
27 UIN & 7 P 22 jaga toko < 1 tahun Part time luar kampus
28 UMM & 9 L 23 Kasir > 2 tahun Part time luar kampus
29 UIN & 7 P 23 pengajar privat < 1 tahun Usaha Sendiri
30 UIN & 7 P 22 Mengajar < 1 tahun Usaha Sendiri
31 UB & 7 L 22 Pramuniaga > 2 tahun Usaha Sendiri
32 UMM & 7 L 22 Sales marketing > 2 tahun Part time luar kampus
33 UMM & 7 P 22 Pengusaha > 2 tahun Usaha Sendiri
34 UB & 7 L 22 Bisnis 1-2 tahun Usaha sendiri
35 UMM & 7 P 21 Online shop 1-2 tahun Usaha sendiri
36 UMM & 5 L 20 Hotel < 1 tahun Part time luar kampus
37 UMM & 7 L 21 Asisten lab. 1-2 tahun Part time kampus
38 UMM & 7 P 21 Administrasi 1-2 tahun Part time kampus
39 UMM & 7 L 21 Admin jurusan ilmu pemeritahan < 1 tahun Part time kampus
40 UMM & 7 L 21 Admin jurusan ilmu pemeritahan < 1 tahun Part time kampus
41 UMM & 7 L 21 Admin jurusan ilmu pemeritahan < 1 tahun Part time kampus
42 UMM & 7 L 21 Administrasi < 1 tahun Part time kampus
43 UMM & 7 L 21 partime FPP 1-2 tahun Part time kampus
44 UMM & 7 P 21 TU 1-2 tahun Part time kampus
45 UMM & 7 L 23 Waiter 1-2 tahun Part time luar kampus
46 UMM & 7 P 21 Administrasi < 1 tahun Part time kampus
47 UB & 7 L 21 Kuliner > 2 tahun Usaha sendiri
48 UB & 7 P 21 Operator warnet 1-2 tahun Part time luar kampus
49 UNISMA & 5 L 21 Waiters > 2 tahun Part time luar kampus
50 UNISMA & 5 L 94 Waiters > 2 tahun Part time luar kampus
51 UMM & 7 L 21 Event Orgnaizer 1-2 tahun Usaha sendiri
52 UMM & 5 L 20 Steewert 1-2 tahun Usaha sendiri
53 UNISMA & 5 L 94 Waiters > 2 tahun Part time luar kampus
40
54 UMM & 5 P 20 Part timer fakultas < 1 tahun Part time kampus
55 UMM & 9 L 22 Pengurus < 1 tahun Part time kampus
56 UMM & 7 P 21 part time laboratorium > 2 tahun Part time kampus
57 UNISMA & 3 P 19 Waiters < 1 tahun Part time luar kampus
58 UMM & 7 L 21 Wirausaha > 2 tahun Usaha sendiri
59 UMM & 7 P 21 bahasa indonesia < 1 tahun Usaha sendiri
60 UB & 1 P 18 Online shop < 1 tahun Usaha sendiri
61 UB & 9 P 23 Staff di kantor 1-2 tahun Part time luar kampus
62 UMM & 7 P 21 Shopkeeper 1-2 tahun Part time luar kampus
63 UMM & 7 P 21 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
64 UMM & 7 P 21 Marketing 1-2 tahun Part time luar kampus
65 UMM & 7 P 21 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
66 UMM & 5 P 19 Owner 1-2 tahun Usaha sendiri
67 UMM & 7 P 21 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
68 UMM & 7 P 21 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
69 UMM & 7 P 21 Lab 1-2 tahun Part time kampus
70 UMM & 7 L 21 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
71 UMM & 5 P 20 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
72 UMM & 7 L 21 Guru < 1 tahun Usaha sendiri
73 UMM & 5 P 20 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
74 UMM & 5 P 20 Guru kursus musik < 1 tahun Usaha sendiri
75 UMM & 5 P 20 Asisten Laboratorium dan Pramusaji < 1 tahun Part time kampus
76 UMM & 5 P 20 Aslab < 1 tahun Part time kampus
77 UMM & 7 P 21 BKMA 1-2 tahun Part time kampus
78 UIN & 7 L 21 guru les private 1-2 tahun Usaha sendiri
79 UMM & 5 P 20 Olshop < 1 tahun Usaha sendiri
80 UMM & 7 L 21 bagian administrasi 1-2 tahun Part time kampus
81 UNISMA & 5 P 20 Asisten lab < 1 tahun Part time kampus
82 UIN & 7 P 21 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
83 UIN & 7 P 22 jaga stand < 1 tahun Part time luar kampus
84 UMM & 7 P 21 olshop tryme cake in jar 1-2 tahun Usaha sendiri
85 UIN & 7 P 21 Les private < 1 tahun Usaha sendiri
86 UMM & 7 P 21 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
87 UB & 7 P 21 Bagian Keuangan di Cafe Ice Cream > 2 tahun Part time luar kampus
88 UMM & 7 P 21 Part time kampus 1-2 tahun Part time kampus
89 UIN & 7 L 21 Karyawan Zoya < 1 tahun Part time luar kampus
90 UMM & 7 P 21 Part time Lab. Manajemen 1-2 tahun Part time kampus
91 UMM & 7 P 21 Chef < 1 tahun Part time luar kampus
92 UIN & 9 L 22 jaga stand pohong keju. super < 1 tahun Part time luar kampus
93 UMM & 5 L 20 Jurursan 1-2 tahun Part time kampus
94 UB & 5 L 20 Photograpy 1-2 tahun Usaha sendiri
95 UB & 5 L 20 Photograpy 1-2 tahun Usaha sendiri
96 UB & 5 L 20 Photograpy 1-2 tahun Usaha sendiri
97 UIN & 9 P 22 Privat 1-2 tahun Usaha sendiri
98 UIN & 9 P 22 Privat < 1 tahun Usaha sendiri
99 UNISMA & 5 P 19 Usaha kue < 1 tahun Usaha sendiri
100 UMM & 7 P 21 part time 1-2 tahun Part time kampus
101 UB & 5 P 21 Magang < 1 tahun Part time kampus
102 UIN & 7 P 21 online shop 1-2 tahun Usaha sendiri
103 UMM & 3 P 19 online shop 1-2 tahun Usaha sendiri
104 UMM & 5 P 20 Owner Moonpoekis.. usaha sndri < 1 tahun Usaha sendiri
105 UMM & 5 P 20 Ol Shop Hijab 1-2 tahun Usaha sendiri
106 UMM & 9 P 22 Online shop 1-2 tahun Usaha sendiri
107 ITN & 7 P 21 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
108 UMM & 9 L 23 Aslab < 1 tahun Part time kampus
109 UMM & 9 L 22 oprasional percetakan < 1 tahun Part time luar kampus
41
110 UMM & 7 L 21 asisten dosen < 1 tahun Part time kampus
111 UMM & 7 P 21 Biro psikologi < 1 tahun Part time kampus
112 UMM & 7 L 21 Wirausaha 1-2 tahun Usaha sendiri
113 UMM & 5 P 20 enterpreneur hijab < 1 tahun Usaha sendiri
114 UMM & 7 L 21 Wirausaha 1-2 tahun Usaha sendiri
115 UMM & 5 P 21 Waiters 1-2 tahun Part time luar kampus
116 UNISMA & 7 L 21 Barista 1-2 tahun Part time luar kampus
117 UMM & 7 L 21 Pengusaha 1-2 tahun Usaha sendiri
118 UMM & 5 L 20 Perdagangan 1-2 tahun Usaha sendiri
119 UMM & 7 P 21 Bisnis hijab < 1 tahun Usaha sendiri
120 UB & 7 P 21 Jaga gerai makanan < 1 tahun Part time luar kampus
121 UMM & 7 P 21 Ol shop 1-2 tahun Usaha sendiri
122 UMM & 7 L 21 Marketing 1-2 tahun Part time luar kampus
123 UMM & 5 P 21 Asisten Laboratorium 1-2 tahun Part time kampus
124 UMM & 7 L 21 Usaha sendiri < 1 tahun Usaha sendiri
125 UMM & 7 P 21 kerja travel 1-2 tahun Part time luar kampus
126 UMM & 5 P 20 Les private & olshop < 1 tahun Usaha sendiri
127 UMM & 7 L 21 Kasir 1-2 tahun Part time luar kampus
128 UMM & 7 P 20 Receptionis < 1 tahun Part time luar kampus
129 UMM & 7 L 23 Penyedia minuman > 2 tahun Part time luar kampus
130 UMM & 1 L 20 Freelance Programmer > 2 tahun Usaha sendiri
131 UMM & 7 P 21 Administrasi < 1 tahun Part time kampus
132 UB & 7 P 21 Waiters < 1 tahun Part time luar kampus
133 UB & 7 P 21 SPG BUTIK < 1 tahun Part time luar kampus
134 UB & 7 P 21 SPG BUTIK < 1 tahun Part time luar kampus
135 UMM & 7 L 21 Iya < 1 tahun Part time luar kampus
136 UB & 7 P 21 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
137 UMM & 7 L 20 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
138 UMM & 7 P 21 Olshop > 2 tahun Usaha sendiri
139 UB & 11 L 23 Mengelola akun IG u/ Paid Promote < 1 tahun Usaha sendiri
140 UB & 7 L 22 Freelance singer > 2 tahun Usaha sendiri
141 UB & 7 L 21 Aslab > 2 tahun Part time kampus
142 UB & 7 P 21 Aslab, ol-shop, PMW < 1 tahun Part time kampus
143 UIN & 5 P 22 Kasir < 1 tahun Part time luar kampus
144 UMM & 1 L 23 Chef (Juru Masak) < 1 tahun Part time luar kampus
145 UMM & 5 P 20 Kerja di cafe sbg cookhelper < 1 tahun Part time luar kampus
146 UB & 9 P 22 Waiterss < 1 tahun Part time luar kampus
147 UB & 7 P 21 Olshop > 2 tahun Usaha sendiri
148 UIN & 5 P 20 Pelayan 1-2 tahun Part time luar kampus
149 UM & 9 P 22 Cafe < 1 tahun Part time luar kampus
150 UMM & 5 L 22 Usaha Sendiri 1-2 tahun Usaha sendiri
151 UMM & 5 P 20 Waitress 1-2 tahun Part time luar kampus
152 POLINEMA & 7 L 22 Online shop > 2 tahun Usaha sendiri
153 UMM & 9 L 23 Programmer 1-2 tahun Usaha sendiri
154 UB & 7 P 22 Translater < 1 tahun Usaha sendiri
155 UM & 7 L 21 Marketing < 1 tahun Part time luar kampus
156 UMM & 5 L 20 Online shop < 1 tahun Usaha sendiri
157 UB & 7 P 22 aslab, jualan > 2 tahun Part time kampus
158 UM & 5 P 20 onlineshop & Batista di cafe 1-2 tahun Usaha sendiri
159 UB & 7 L 21 Asisten Dokter < 1 tahun Part time kampus
160 UMM & 5 L 22 Jualan < 1 tahun Usaha sendiri
161 UMM & 7 P 22 asisten laboratorium 1-2 tahun Part time kampus
162 UMM & 7 L 21 Jual beli Hp < 1 tahun Usaha sendiri
163 UMM & 7 L 22 Administrasi 1-2 tahun Part time kampus
164 UMM & 7 L 21 Divisi Pengabdian 1-2 tahun Part time kampus
165 UMM & 7 L 21 part time jurusan 1-2 tahun Part time kampus
42
166 UMM & 7 P 21 Part time di jurusan teknik informatika < 1 tahun Part time kampus
167 UMM & 7 P 20 Di kampus < 1 tahun Part time kampus
168 UM & 5 L 19 waiters > 2 tahun Part time kampus
169 UNI & 7 P 21 guru les 1-2 tahun Usaha sendiri
170 UM & 7 L 21 waiter 1-2 tahun Part time luar kampus
171 UMM & 5 P 20 olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
172 UMM & 5 L 20 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
173 UMM & 5 P 21 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
174 UMM & 7 L 20 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
175 UMM & 7 P 21 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
176 UM & 5 L 21 waiters > 2 tahun Part time kampus
177 UMM & 5 L 21 waiters > 2 tahun Part time kampus
178 UMM & 7 P 21 parttime < 1 tahun Part time kampus
179 UMM & 7 P 21 usaha sendiri < 1 tahun Usaha sendiri
180 UMM & 7 P 21 olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
181 UB & 5 P 20 Waiters > 2 tahun Part time luar kampus
182 UB & 7 P 21 Barista 1-2 tahun Part time luar kampus
183 UB & 7 P 21 cooker < 1 tahun Part time luar kampus
184 UB & 7 P 21 Jualan < 1 tahun Usaha sendiri
185 UMM & 7 P 21 ruang baca < 1 tahun Part time kampus
186 UM & 5 P 22 Spv > 2 tahun Part time luar kampus
187 UIN & 5 P 21 Cook helper < 1 tahun Part time luar kampus
188 UMM & 7 P 23 Staff perpustakaan < 1 tahun Part time kampus
189 UMM & 7 P 20 Part time pmb < 1 tahun Part time kampus
190 UMM & 7 P 22 part time umm inn < 1 tahun Part time kampus
191 UMM & 9 P 22 Parttimer di BKMA UMM 1-2 tahun Part time kampus
192 UMM & 7 L 21 Badan pengendalin internal < 1 tahun Part time luar kampus
193 UB & 7 L 22 Usaha foodtruck < 1 tahun Usaha sendiri
194 UB & 3 P 23 Admin sington muay thai < 1 tahun Part time luar kampus
195 UNMER & 9 L 23 Olshop 1-2 tahun Usaha sendiri
196 UMM & 7 P 21 Tata usaha UMM < 1 tahun Part time kampus
197 UMM & 7 L 22 waiters < 1 tahun Part time luar kampus
198 UMM & 7 P 20 Jualan jilbab > 2 tahun Usaha sendiri
199 UB & 5 P 20 Penjaga Booth < 1 tahun Part time luar kampus
200 UMM & 7 P 21 Aslab > 2 tahun Part time kampus
201 UB & 1 L 19 Online shop > 2 tahun Usaha sendiri
202 UB & 9 L 22 wirausaha < 1 tahun Usaha sendiri
203 UB & 5 L 21 Barista & Koki < 1 tahun Part time luar kampus
204 UB & 3 P 19 menjual es susu > 2 tahun Usaha sendiri
205 UB & 7 P 22 Jaga butik < 1 tahun Part time luar kampus
206 UB & 7 P 22 Jaga butik < 1 tahun Part time luar kampus
207 UB & 7 P 21 bisnis makanan < 1 tahun Usaha sendiri
208 UMM & 7 P 21 Olshop > 2 tahun Usaha sendiri
209 UM & 5 P 20 berjualan 1-2 tahun Usaha sendiri
210 UMM & 7 P 21 online shop 1-2 tahun Usaha sendiri
211 UMM & 7 P 21 bidang akademik < 1 tahun Part time kampus
212 UB & 7 P 21 berjualan < 1 tahun Usaha sendiri
213 UIN & 5 P 20 olshop, jualan < 1 tahun Usaha sendiri
214 UMM & 3 P 19 bisnis 1-2 tahun Usaha sendiri
215 UIN & 5 P 20 Bisnis 1-2 tahun Usaha sendiri
216 UMM & 7 P 21 Aslab 1-2 tahun Part time kampus
217 UMM & 7 P 22 Administrasi < 1 tahun Part time kampus
218 UB & 5 P 20 olshop & buka stan pasar minggu > 2 tahun Usaha sendiri
219 UMM & 7 L 22 Office Assistant 1-2 tahun Part time luar kampus
220 UMM & 7 P 22 Office Assistant 1-2 tahun Part time luar kampus
221 UM & 7 L 21 Office Boy < 1 tahun Part time luar kampus
43
Lampiran 7. Skoring Skala Optimisme, Problem Focused Coping dan Perhitungan T-Score
47
NILAI INTERVAL
sangat rendah 19,12-29,8
rendah 29,9-40,6
sedang 40,7-51,4
tinggi 51,5-62,1
sangat tinggi 62,2-73,09
58
MAX 77,78
MIN 18,19
MAX-MIN 59,59
RANGE 11,918
NILAI INTERVAL
sangat rendah 18,19-30
rendah 30-42
sedang 41-53,8
tinggi 53,8-65,86
sangat tinggi 65,86-77,78
71
72