Anda di halaman 1dari 125

HUBUNGAN ANTARA PEMAAFAN DAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA REMAJA PANTI ASUHAN

SKRIPSI

Oleh :

ANANDISTYA NUR SAFIRA

15320103

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019
HUBUNGAN ANTARA PEMAAFAN DAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA REMAJA PANTI ASUHAN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh :

ANANDISTYA NUR SAFIRA

15320103

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2019
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmah, hidayah, dan

karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini. Karya ini dipersembahkan untuk orang-orang yang penulis sayangi

dan cintai serta telah mendukung penulis dalam segala hal, yaitu :

Kedua orangtua Ayah Sudirja dan Ibu Sulistianingsih

Terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala kasih sayang, perhatian,

doa, motivasi, kesabaran, nasehat, serta dukungan baik moral maupun finansial.

Terimakasih untuk selalu hadir setiap saat ketika mengalami kesulitan-kesulitan

selama menjalani kehidupan ini.

iv
HALAMAN MOTTO

َْ ‫ٱّلل لعل َّ ُك‬


ُ ِ‫م تُ ْفل‬
َ‫حون‬ ْ ‫َٰٓيأيُّها ٱلَّ ِذينَ ءام ُنواَ ٱ‬
َ َّ َ‫صبِ ُرواَ وصابِ ُرواَ ورابِطُواَ وٱت َّ ُقوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu

dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada

Allah, supaya kamu beruntung.”

(QS. Al-Imran: 200)

ْ ‫ن معَ ْال ُع‬


ْ ‫س َِر ُي‬
‫سرًا‬ ََّ ِ‫فإ‬

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah: 5)

“Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah

mencoba sesuatu yang baru.” – (Albert Einstein)

“Satu-satunya cara untuk mengalahkan ketidakmungkinan adalah dengan

mempercayainya bahwa itu mungkin.”– (Charles Kingsleigh)

“Kesabaran adalah dukungan bagi kelemahan; ketidaksabaran adalah

penghancur kekuatan” – (Charles Caleb Colton)

v
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah

subhanahuwata’ala karena atas karunia, petunjuk serta pertolongan-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Dalam penyusunan

skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan, baik moral

maupun materi.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

2. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc.Sc selaku Ketua Program Studi

Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia.

3. Ibu Qurotul Uyun, S.Psi., M.Psi., Dr. Phil., Psikolog selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

membantu penulis menyusun skripsi ini. Terimakasih untuk segala perhatian,

dukungan, dan arahan, sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Ibu Ike Agustina S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

vi
5. Segenap Dosen Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia, yang telah memberikan banyak ilmu

pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang sangat bermanfaat kepada

penulis selama kuliah.

6. Seluruh staf Bagian Akademik, Perpustakaan, Laboratorium, serta karyawan

Prodi sikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia, atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama

menuntut ilmu.

7. Kedua orangtua tercinta ayah Sudirja dan Ibu Sulistianingsih yang selalu

memberikan doa, arahan, kasih sayang yang tulus, perhatian, nasehat, serta

dukungan baik moral maupun finansial. Terimakasih untuk selalu memberikan

motivasi-motivasi yang menjadikan penulis lebih semangat dalam menyusun

skripsi ini.

8. Nenek, Tante Widiya, Tante Triani, Tante Yanti, terimakasih atas dukungan

dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan segala sesuatunya

dengan baik.

9. Sepupu-sepupu, Nina, Indira, Mba Isti, yang senantiasa menemani penulis

ketika sedang menyusun skripsi ini dan selalu memberikan dukungan agar

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat.

10. Indra Gilbianto, yang selalu memberikan semangat, bersedia menjadi

pendengar yang baik, dan menemani penulis selama proses penyusunan

skripsi ini. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii
11. Sahabat tercinta di Sekolah Menengah Atas, “Geng Dolly” Gita, Shaca,

Wikeu, Ully, Ayas, dan Ghina yang memberikan doa dan dukungan kepada

penulis untuk selalu semangat dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih untuk

selalu ada selama ini, bersedia untuk mendengarkan masalah-masalah penulis

dan membuat penulis lebih ceria.

12. Sahabat tercinta, Agis Andyani Dewi, yang selalu memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis, dan selalu menemani penulis.

13. Sahabat tercinta serta teman seperjuangan dan seperantauan, Indri, Selvi,

Sofia, Bacita, Ghina, Upay, Widi, dan Asbath. Terimakasih telah menemani

hari-hari penulis selama di perantauan mulai dari masuk kuliah hingga

sekarang. Terimakasih atas dukungan, bantuan, semangat yang diberikan

kepada penulis.

14. Terimakasih banyak kepada Panti Asuhan Zuhriyah, Sinar Melati Al-Hakim,

Sinar Melati, Sinar Melati Al-Wahab, dan Panti Asuhan Sabilul Huda.

Terimakasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis sehingga

memberikan kemudahan bagi penulis dalam proses pengambilan data.

15. Semua pihak yang terlibat selama proses menimba ilmu psikologi di Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagu semua pihak dan semoga Allah subhanahu wata’ala selalu

memberikan limpahan rahmat, karunia, dan balasan yang lebih baik atas amal

viii
dan kebaikan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

dalam membantu penulis menyusun skripsi ini.

Yogyakarta,17 Januari 2019

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ...............................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. v
PRAKATA ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
INTISARI............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
C. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
D. Keaslian Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9
A. Kesejahteraan Psikologis ............................................................................ 9
1. Definisi Kesejahteraan Psikologis........................................................... 9
2. Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis ................................................. 10
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis ............... 12

ix
B. Pemaafan ................................................................................................... 15
1. Definisi Pemaafan ................................................................................. 15
2. Aspek-aspek Pemaafan ......................................................................... 16
C. Hubungan antara Pemaafan dengan Kesejahteraan Psikologis pada Remaja
Panti Asuhan ..................................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 23
A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian .................................................. 23
B. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 23
C. Subjek Penelitian....................................................................................... 24
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 24
E. Metode Analisis Data ................................................................................ 26
F. Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 26
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ................................... 28
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian............................................... 28
1. Orientasi Kancah Penelitian .................................................................. 28
2. Persiapan Penelitian .............................................................................. 30
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 33
C. Hasil penelitian.......................................................................................... 34
1. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................. 34
2. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... 35
3. Uji Asumsi ............................................................................................ 38
4. Uji Hipotesis ......................................................................................... 40
5. Analisis Tambahan ................................................................................ 41
D. Pembahasan ............................................................................................... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 48
A. Kesimpulan ............................................................................................... 48
B. Saran .......................................................................................................... 48

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Butir Skala Kesejahteraan Psikologis ................................................ 25


Tabel 2. Distribusi Butir Skala Pemaafan ......................................................................... 26
Tabel 3. Informasi Data Keadaan Subjek dan Jumlah Anak Panti Asuhan ..................... 30
Tabel 4.Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................................. 34
Tabel 5. Percentil Kesejahteraan Psikologis dan Dimensi Pemaafan ............................... 35
Tabel 6.Kategorisasi Berdasarkan Norma Percentil ......................................................... 35
Tabel 7.Kategorisasi Skala Kesejahteraan Psikologis ...................................................... 36
Tabel 8.Kategorisasi Dimensi Avoidance Motivations .................................................... 36
Tabel 9.Kategorisasi Dimensi Revenge Motivations ........................................................ 37
Tabel 10.Kategorisasi Dimensi Benevolence Motivations ............................................... 37
Tabel 11.Hasil Uji Normalitas .......................................................................................... 39
Tabel 12.Uji Linieritas Dimensi Pemaafan dan Kesejahteraan Psikologis ....................... 39
Tabel 13.Uji Hipotesis Dimensi Pemaafan dan Kesejahteraan Psikologis ....................... 40
Tabel 14. Uji Korelasi berdasarkan jenis kelamin. ........................................................... 41

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Penelitian ................................................................................. 54


Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian Skala Kesejahteraan Psikologis ................. 63
Lampiran 3 Tabulasi Data Skala Pemaafan .......................................................... 69
Lampiran 4 Skor Total .......................................................................................... 75
Lampiran 5 Reliabilitas Kesejahteraan Psikologis………….................................80
Lampiran 6 Reliabilitas Dimensi Pemaafan .......................................................... 82
Lampiran 7 Hasil Uji Asumsi ............................................................................... 85
Lampiran 8 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 88
Lampiran 9 Hasil Uji Deskriptif Subjek Penelitian .............................................. 90
Lampiran 10 Hasil Uji Deskriptif Data Penelitian ................................................ 92
Lampiran 11 Hasil Analisis Tambahan ................................................................. 96
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian......................................................................... 99
Lampiran 13 Surat Keterangan Selesai Penelitian .............................................. 105

xii
HUBUNGAN ANTARA PEMAAFAN DAN KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN

Anandistya Nur Safira

Qurotul Uyun

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemaafan dan
kesejahteraan psikologis pada remaja di panti asuhan. Pemaafan merupakan
sebuah motivasi untuk tidak menyakiti orang lain yang telah berbuat kesalahan,
sedangkan kesejahteraan psikologis merupakan keadaan dimana individu
memiliki sikap positif terhadap dirinya. Subjek penelitian ini berjumlah 100
orang yang tinggal di panti asuhan Yogyakarta dengan rentang usia 13-19 tahun.
Alat ukur yang digunakan untuk pemaafan yang dibuat oleh McCullough dan
diadaptasi oleh Bangsa (2017), sedangkan alat ukur kesejahteraan psikologis
yaitu dibuat oleh Ryff dan diadaptasi oleh Handayani (2016). Berdasarkan hasil
perhitungan korelasi spearman one tailed pada dimensi avoidance motivations
memiliki nilai r = -0,087 (p > 0,195), pada dimensi revenge motivations
memiliki nilai r = -0,323 (p < 0,001) dan pada dimensi benevolence motivations
memiliki nilai r = 0,313 (p < 0,001). Dengan demikian, hipotesis dalam
penelitian ini diterima.

Kata Kunci: Kesejahteraan Psikologis, Pemaafan, Remaja Panti Asuhan.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesejahteraan psikologis merupakan sesuatu yang penting bagi remaja

panti asuhan. Remaja panti asuhan yang memiliki kesejahteraan psikologis

yang tinggi akan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri maupun orang

lain, mampu mengembangkan diri sebaik mungkin, serta memiliki tujuan-

tujuan hidup yang membuat hidupnya lebih bermakna. Sebaliknya remaja

panti asuhan yang memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah cenderung

tidak dapat berinteraksi dengan orang lain, tidak dapat membuat keputusan

sendiri, dan selalu berpikiran negatif baik kepada diri sendiri maupun orang

lain (Savitri, Kiswantomo, & Ratmawati, 2016).

Berbagai permasalahan psikologis ditemukan pada remaja panti asuhan

seperti halnya, memiliki kekhawatiran mengenai keadaan dirinya ketika

berada jauh dari keluarganya serta kesulitan untuk menjalin hubungan yang

dekat dengan orang lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Damayanti (2012) remaja panti asuhan mencemaskan beberapa kondisi

seperti halnya kondisi di panti yang dianggap kurang menyenangkan, kurang

mendapat perhatian serta mengenai masa depan mereka. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi yang dilakukan di panti asuhan X pada tanggal 26

Maret 2018, menunjukkan bahwa subjek merasa lebih nyaman tinggal di

rumah dibandingkan tinggal di panti asuhan karena masih ada anggota

1
2

keluarga yang dapat diajak untuk berinteraksi. Hal tersebut disebabkan karena

di panti asuhan tersebut, subjek seringkali diberi hukuman yang berat apabila

melakukan kesalahan dan lingkungan yang kurang memadai untuk tinggal.

Menurut Anwar (2015) beberapa permasalahan psikologis dialami oleh

remaja yang tinggal di panti asuhan disebabkan banyaknya kebutuhan

psikologis yang belum terpenuhi, seperti kebutuhan rasa aman dan kasih

sayang. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa remaja yang terpisah

dari orangtua yang diakibatkan oleh kematian orangtua yaitu yatim, piatu,

dan yatim piatu, sangat beresiko mengalami distress (Nyamukapa, Gregson,

Wambe, Mushore, Lompan, & Mupambirezy, 2010), gangguan

perkembangan, perasaan rendah diri, kecemasan, dan depresi (Fawzy &

Fouad, 2010), dan kesejahteraan psikologisnya (Sari, 2015). Keadaan-

keadaan tersebut nantinya akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada

remaja panti asuhan dan mengakibatkan remaja menjadi pasrah dengan

keadaannya.

Menurut Okun dan Stock (Sari, 2015) kesejahteraan psikologis adalah

perasaan-perasaan yang positif yang dimiliki oleh individu sehingga dapat

dilihat dari cara individu mampu untuk mengatasi masalah-masalah secara

mandiri, mampu untuk beradaptasi dan memiliki hubungan yang positif,

memiliki pertumbuhan diri yang baik, mempunyai tujuan hidup yang jelas dan

mampu untuk menerima segala yang terjadi di dalam hidupnya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Savitri, Kiswantomo, dan Ratmawati (2016)

menunjukkan bahwa 50% (19 orang) remaja di panti asuhan Kinderdorf


3

Bandung memiliki kesejahteraan psikologis yang tergolong tinggi artinya

memiliki penilaian positif terhadap pengalaman dan kualitas hidup, sedangkan

50% (19 orang) lainnya memiliki kesejahteraan psikologi yang rendah

berdasarkan keenam dimensi yang dikemukakan oleh Ryff.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan

psikologi, yaitu usia (Ryff, 1996), jenis kelamin (Ryff, 1989), status sosial

ekonomi (Ryff, 1998), evaluasi terhadap pengalaman hidup (Ryff, 1996),

kepribadian (Ryff, 1997), dan pemaafan (Karremans, 2003;Akhtar, Dolan, &

Barlow, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mashuri (2014)

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemaafan dan

kesejahteraan psikologis, yang artinya semakin tinggi tingkat pemaafan yang

dimiliki maka semakin tinggi pula kesejahteraan psikologisnya. Menurut

Gani (2011) memaafkan (forgiveness) adalah keadaan dimana individu sudah

mampu untuk melepaskan perasaan-perasaan negatif yang disebabkan oleh

orang lain.

Remaja panti asuhan mengalami berbagai macam permasalahan-

permasalahan psikologis, sehingga harus mampu untuk menerima serta

memaafkan berbagai situasi yang terjadi kepada dirinya. Memaafkan

merupakan salah satu cara agar seseorang dapat membuka diri terhadap

lingkungan serta mampu untuk mencapai nilai-nilai yang positif sehingga

memiliki sikap dan mental yang positif (McCullough, Root, & Cohen, 2006).

Menurut Damayanti (2012) dengan memaafkan akan meningkatkan nilai-nilai

positif yang ada sehingga akan meningkatkan kesejahteraan psikologis yang


4

dimiliki. Menurut Bono, McCullough dan Root (2008) memaafkan dapat

meningkatkan hubungan yang baik dengan pelaku atau orang yang berbuat

salah dan dapat menjadikan kesejahteraan psikologis individu tersebut

menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada

remaja di panti asuhan.

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemaafan dan

kesejahteraan psikologis pada remaja di panti asuhan.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang dapat

menambah konsep dan teori sehingga dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan psikologi klinis dan perkembangan.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu bagi peneliti lain

yang berminat untuk meneliti lebih lanjut tentang pemaafan,

kesejahteraan psikologis dan remaja yang tinggal di panti asuhan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi remaja di

panti asuhan agar dapat meningkatkan kesejahteraan psikologisnya

dan dapat memaafkan situasi yang ada.


5

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para

pengasuh agar lebih memahami dan dekat dengan para remaja di

panti asuhan

D. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kesejahteraan psikologis sudah banyak diteliti

sebelumnya, tetapi banyak nya penelitian mengenai variabel tersebut tentunya

berbeda dengan variabel bebas antara yang satu dengan lainnya. Seperti

penelitian yang pernah dilakukan oleh Dinova (2016) yaitu hubungan antara

dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Budiani dan Lesmana (2013) yaitu hubungan antara harga diri

dan tingkat stres dan kesejahteraan psikologis pada remaja di panti asuhan

Muhammadiyah Wiyung dan Karangpilang Surabaya.

Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Juwita & Kustanti,

2018) yaitu hubungan antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada

korban perundungan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Handayani

(2016) yaitu kebersyukuran dan kesejahteraan psikologis pada remaja panti

asuhan di Yogyakarta.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, peneliti menjabarkan beberapa

perbandingan sebagai berikut :

1. Keaslian Topik

Topik yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah hubungan

antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada remaja. Penelitian

mengenai kesejahteraan psikologis sudah banyak dilakukan sebagai


6

variabel tergantung dengan berbagai macam variabel bebas, tetapi

untuk penelitian kali ini menggunakan variabel bebas pemaafan atau

memaafkan yang dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis.

2. Keaslian Subjek Penelitian

Penelitian sebelumnya menggunakan subjek penelitian remaja di

panti asuhan. Jumlah yang digunakan pada subjek sebelumnya dalam

lingkup yang kecil, sehingga pada penelitian ini menggunakan jumlah

subjek yang cukup banyak dan menggunakan lokasi yang berbeda.

3. Keaslian Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori yang

mirip dengan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan

variabel kesejahteraan psikologis yaitu menggunakan teori dari Ryff

(1995). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Dinova, 2016) dan

Budiana dan Lesmana, (2013) menggunakan teori kesejahteraan

psikologis dari Ryff (1995)

4. Keaslian Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu, skala pemaafan

dan kesejahteraan psikologis. Untuk skala kesejahteraan psikologis

mengadaptasi alat ukur Ryff’s Scale Psychological Well-Being. Untuk

skala pemaafan mengadaptasi alat ukur McCoulough (1998) yaitu

Transgression-Related Interpersonal Motivations Scale--18-Item Form

(TRIM-18).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesejahteraan Psikologis

1. Definisi Kesejahteraan Psikologis

Beberapa definisi mengenai kesejahteraan psikologis diungkapkan oleh

beberapa tokoh, namun secara garis besar memiliki pengertian atau makna

yang sama. Menurut Ryff (1995) kesejahteraan psikologis adalah sebuah

kondisi individu dimana memiliki sikap positif terhadap diri sendiri

maupun orang lain, dapat mengambil keputusan, memiliki perilaku yang

baik sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungannya, serta memiliki

tujuan hidup yang dapat menggali potensi atau kemampuan yang

dimilikinya. Menurut Ryff (1989) kesejahteraan psikologis yaitu individu

dapat menerima segala aspek yang ada pada dirinya, menjalin hubungan

yang hangat dan positif dengan orang lain, mampu untuk menghadapi

masalah-masalah dalam hidup, memiliki tujuan hidup dan dapat mencapai

tujuan-tujuan yang telah direncanakan.

Selain itu menurut Schultz (Ramadhani, Djunaedi, & Atiek, 2016)

kesejahteraan psikologis diartikan sebagai fungsi positif individu, dimana

merupakan individu yang positif mampu untuk mencapai tujuan-tujuan

dalam hidupnya. Menurut Werdyaningrum (2013) kesejahteraan

psikologis ialah kondisi dimana seseorang dapat menerima segala aspek

yang berada dalam dirinya baik aspek positif maupun negatif, tidak

9
10

terdapat gejala-gejala depresi serta selalu memiliki tujuan hidup.

Sementara itu, Bradbrund (Ryff, 1989) mendefinisikan kesejahteraan

psikologis yaitu sebagai keseimbangan antara perilaku yang positif dan

negatif.

Berdasarkan pemaparan di atas, psychological well-being atau

kesejahteraan psikologis adalah suatu keadaan dimana individu memiliki

keseimbangan antara perilaku positif dan negatif seperti mampu untuk

menerima diri sendiri, mampu berinteraksi secara hangat dengan orang

lain, memiliki kemandirian dalam menghadapi segala situasi di

lingkungannya, memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya sehingga

nantinya tidak memiliki gejala-gejala perilaku yang negatif.

2. Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis

Ryff (1989) mengemukakan bahwa terdapat enam komponen

kesejahteraan psikologis, yaitu :

a. Penerimaan diri (Self acceptance)

Penerimaan diri merupakan ciri utama kesehatan mental dan

sebagai karakterstik utama dalam aktualisasi diri dan berfungsi secara

optimal. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan

menerima diri sendiri apa adanya, sehingga kemampuan tersebut

memungkinkan seseorang bersikap positif terhadap diri sendiri,

mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada di dalam diri baik

positif maupun negatif, serta mampu menerima kehidupan di masa

lalu.
11

b. Hubungan positif terhadap orang lain (Positive relations with others)

Kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain

merupakan salah satu indikator kesehatan mental. Individu dikatakan

memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi ketika mampu

berinteraksi secara hangat dengan lingkungan yang juga dianggap

sebagai kriteria kedewasaan. Perlu untuk menekankan pencapaian

yang cukup dekat ketika berinteraksi (intimacy), dan bimbingan serta

arahan orang lain (generativity).

c. Kemandirian (Autonomy)

Kemampuan untuk dapat mengevaluasi diri sendiri apabila

melakukan kesalahan, tidak terus-menerus bergantung pada orang lain

dan tidak selalu meminta persetujuan dari orang lain . Selain itu,

dituntut untuk mampu melawan tekanan sosial untuk berpikir dan

berperilaku sesuai dengan norma yang mengatur kehidupan sehari-

hari.

d. Penguasaan lingkungan (Environmental mastery)

Kemampuan yang menuntut individu untuk menciptakan

lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya,

memanipulasi dan mengendalikan lingkungan nya yang dapat

menjadikan individu menjadi maju dan berpikir kreatif dan dapat

mengambil keuntungan serta peluang yang ada di dalam lingkungan.


12

e. Memiliki tujuan hidup (Purpose in life)

Individu yang berfungsi secara positif memiliki, niat dan memiliki

arah atau tujuan hidup sehingga memiliki perasaan bahwa hidup

merupakan sesuatu yang bermakna.

f. Pengembangan diri (Personal growth)

Kemampuan yang harus dimiliki individu untuk dapat melewati

setiap tahap perkembangan untuk dapat terus tumbuh secara baik.

Selain itu perlu untuk terbuka terhadap pengalaman, menyadari

potensi yang dimiliki, dan terus melakukan evaluasi terhadap

hidupnya sepanjang waktu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

psikologis terdiri dari 6 aspek yaitu penerimaan diri, hubungan positif

dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, memiliki tujuan

hidup, dan pengembangan diri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis

Menurut beberapa penelitian terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kesejahteraan psikologis, yaitu :

a. Usia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer

(1996), menemukan bahwa semakin bertambah nya usia, maka


13

semakin banyak pengalaman yang didapat sehingga mengetahui apa

yang terbaik bagi dirinya. Hal tersebut yang nantinya akan membuat

individu memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi.

b. Jenis Kelamin

Perempuan lebih memiliki kekuatan psikologis yang lebih besar

dibandingkan dengan laki-laki di beberapa aspek psychological well-

being. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ryff (1989) pada

dimensi hubungan positif dengan orang lain dan pengembangan diri,

wanita memiliki skor psychological well-being yang tinggi

dibandingkan dengan laki-laki.

c. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi mencakup beberapa kondisi individu seperti

tempat tinggal, perawatan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Gaya

hidup yang kurang biasanya dikaitkan dengan tingkat kecemasan

psikologis yang tinggi. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa

orang dengan tingkat sosial ekonomi rendah, ditentukan baik oleh

karakteristik pendidikan (tingkat studi) dan oleh aktivitas kerja yang

biasa, memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih rendah

(Marmot, Fuhrer, Ettner, Marks, Bumpass, & Ryff, 1998).

d. Evaluasi terhadap Pengalaman Hidup

Beberapa penelitian telah dilakukan, menemukan bahwa

pengalaman hidup dan bagaimana interpretasi dalam pengalamannya


14

mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu. Individu akan

membandingkan pengalaman hidup yang dimiliki dengan orang lain

seperti mengevaluasi kesalahan dan kesulitan yang dirasakan.

Pengalaman ini berdasarkan tantangan atau rintangan yang dihadapi,

baik yang berjumlah banyak maupun sedikit. Menurut Ryff & Singer

(1996) individu yang hidup cukup lama, tentu memiliki banyak

pengalaman dan kejadian yang baik maupun buruk. Seperti halnya

memiliki masalah terhadap orang lain maupun kelompok sehingga

perlu untuk memaafkan diri sendiri, orang lain, dan situasi yang ada.

e. Kepribadian

Kepribadian adalah karakter atau sifat yang dimiliki oleh individu,

yang tentu saja berbeda antar satu dengan yang lainnya sehingga

mempengaruhi pikiran setiap individu. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Ryff (1997) menunjukkan bahwa beberapa kepribadian

terkait dengan beberapa aspek dari kesejahteraan psikologis seperti

kepribadian neuroticism dan ekstrovert terkait dengan dimensi

penerimaan diri, penguasaan lingkungan dan tujuan hidup.

f. Pemaafan

Karremans (2003) menemukan bahwa pemaafan memiliki

keterkaitan yang kuat dengan kesejahteraan psikologis, karena orang-

orang yang memiliki komitmen tinggi untuk memaafkan tentunya akan

meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Akhtar, Dolan, dan Barlow (2017) pemaafan memiliki


15

keterkaitan dengan beberapa aspek kesejahteraan psikologis yaitu

hubungan yang positif dengan orang lain, memiliki tujuan hidup, dan

pengembangan diri.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, faktor-faktor

yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis adalah usia, jenis kelamin,

status sosial ekonomi, evaluasi terhadap pengalaman hidup, kepribadian dan

pemaafan.

B. Pemaafan

1. Definisi Pemaafan

Pemaafan menurut McCullough, Rachal, Sandage, Worthington, Brown

dan Hight (1998) adalah sebuah motivasi untuk tidak menyakiti orang

yang telah berbuat kesalahan dan berbuat baik kepada para pelaku

sehingga akan menguntungkan para pelaku atau pelanggar. Selain itu

menurut Nashori (2014) pemaafan adalah keinginan untuk meninggalkan

hal-hal yang dianggap tidak menyenangkan yang berasal dari hubungan

interpersonal dengan menumbuhkan dan mengembangkan perasaan,

pikiran dan hubungan yang lebih positif dengan orang yang telah

melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Menurut Worthington dan

Scherer (2004) pemaafan diartikan sebagai penggantian emosi-emosi

positif seperti empati, simpati, menolong, dan kasih sayang terhadap

emosi-emosi negatif dari sikap tidak memaafkan. Oleh karena itu,

memaafkan dapat digunakan sebagai strategi koping yang berfokus pada

emosi untuk mengurangi reaksi stres.


16

Menurut Enright (McCullough, Fincham, & Tsang, 2003), pemaafan

adalah sikap untuk mengatasi hal-hal yang negatif terhadap orang yang

telah menyakitinya dengan berperilaku positif seperti memberikan empati

dan perhatian kepada orang yang menyakiti. Selain itu menurut, Rye dan

Pargament (Wade & Worthington, 2005) memaafkan yaitu kondisi dimana

individu dapat melepaskan perasaan-perasaan negatif yang diakibatkan

pemikiran dan perilaku seperti keinginan membalas dendam, permusuhan,

serta tindakan-tindakan lain yang negatif. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan cara berusaha untuk bersikap positif seperti memberikan kasih

sayang kepada orang yang berusaha untuk menyakiti.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pemaafan

adalah sebuah motivasi untuk tidak menyakiti orang lain dengan cara

melepaskan pengaruh emosi-emosi negatif yang ada dalam diri bahkan

ketika tindakan yang dilakukan oleh orang lain dianggap membahayakan.

Cara yang dapat dilakukan ialah melakukan penukaran antara emosi

positif seperti kasih sayang, empati dan menolong terhadap emosi-emosi

negatif.

2. Dimensi-dimensi Pemaafan

McCullough, dkk (1998) mengemukakan bahwa terdapat 3 dimensi

pemaafan yaitu :

a. Avoidance Motivation

Semakin seseorang berusaha untuk memaafkan, maka semakin

menurunkan motivasi untuk menghindari kontak dengan orang yang


17

menyakitinya. Namun sebaliknya, semakin seseorang tidak berusaha

untuk memaafkan maka akan menghindari kontak dengan orang yang

menyakiti.

b. Revenge Motivation

Individu yang berusaha untuk memaafkan orang yang telah

menyakitinya akan menurunkan motivasi untuk melakukan balas

dendam kepada pelaku. Sebaliknya, individu yang tidak berusaha

untuk memaafkan maka memiliki keinginan untuk membalas dendam

kepada pelaku.

c. Benevolence Motivation

Individu akan terdorong untuk berbuat baik dan keinginan untuk

berdamai dengan orang yang telah menyakitinya. Semakin tinggi

motivasi individu untuk berbuat baik maka semakin menggambarkan

bahwa individu tersebut telah memaafkan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3

dimensi pemaafan yaitu avoidance motivations, revenge motivations, dan

benevolence motivations.
18

C. Hubungan antara Pemaafan dengan Kesejahteraan Psikologis pada

Remaja Panti Asuhan

Remaja di panti asuhan mengalami berbagai macam permasalahan

dalam hidupnya. Menurut Astuti dan Marettih (2018) berbagai macam

permasalahan yang terjadi nantinya akan mempengaruhi kesejahteraan

psikologis yang dimiliki. Kesejahteraan psikologis merupakan sesuatu yang

penting, karena dapat membentuk pribadi seseorang menjadi lebih positif

dalam menjalani kehidupannya (Ryff, 1995). Individu dapat dikatakan

memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, apabila sudah berfungsi

secara optimal. (Ryff & Singer, 1996).

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis

adalah pemaafan. Memaafkan merupakan sesuatu yang penting dalam

kehidupan seseorang karena akan memiliki kualitas hidup yang baik

sehingga akan tercapainya kesejahteraan psikologis (Raudatussalamah &

Susanti, 2016). Menurut Wohl, DeShea, dan Wahkinney (2008) individu

yang memaafkan memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi sedangkan

individu yang tidak memaafkan memiliki kesejahteraan psikologis yang

rendah. McCullough (2001) menegaskan individu yang mampu untuk

memaafkan orang lain akan memberikan empati kepada pelaku, menilai

pelaku sebagai seseorang yang positif, dan tidak merenungkan kesalahan

yang telah dilakukan oleh pelaku.


19

McCullough, dkk (1998) menjelaskan bahwa terdapat beberapa dimensi

pemaafan yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis seperti

avoidance motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations.

Dimensi yang pertama yaitu, avoidance motivations. Zeichmester,

Garcia, dan Romero (2004) menemukan orang-orang yang memilih

menjauh dari orang yang menyakitinya, memiliki kesejahteraan psikologis

yang rendah dalam hal kemampuan untuk menjalin hubungan positif, hangat

dengan orang yang telah menyakiti, dan penguasaan lingkungan. Remaja di

panti asuhan kebanyakan memilih untuk menarik diri dari orang-orang dan

lingkungan yang dianggap telah menyakiti hatinya seperti halnya tidak

menunjukkan keramahan, tidak melakukan kontak, dan bahkan memutuskan

hubungan, sehingga dinilai memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah.

Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Ali-Imran :134 yaitu:

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang


maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.”

Remaja yang mampu untuk memaafkan ditunjukkan dengan sikap

yang sejalan seperti dapat menerima keadaan masa lalu, mampu untuk

bertemu dengan orang-orang yang telah menyakiti, mampu menahan

amarah, serta dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain yang

telah membuatnya sakit hati, maka dinilai memiliki kesejahteraan psikologis

yang tinggi.

Selanjutnya, dimensi revenge motivations. Bono, McCullough, dan

Root (2008) menemukan bahwa membalas dendam memiliki keterkaitan


20

dengan kesejahteraan psikologis, karena dengan membalas dendam akan

menimbulkan perasaan-perasaan negatif kepada orang yang meyakiti,

sehingga akan memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. Remaja yang

tinggal di panti asuhan memiliki perasaan-peraasan negatif seperti rasa

marah, kecewa, dan dendam kepada orang yang menyakiti (Damayanti,

2011). Remaja yang memiliki perasaan-perasaan tersebut tentunya akan

mempengaruhi kesejahteraan psikologisnya dan dinilai memiliki

kesejahteraan psikologis yang rendah.

Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surat

Ali-Imran : 159 yaitu :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”

Remaja yang mampu untuk memaafkan akan ditunjukkan dengan

sikap yang sejalan yaitu dengan berkurangnya perasaan-perasaan negatif

kepada orang yang menyakiti seperti keinginan untuk membalas dendam,

sehingga memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan secara positif dan

akan meningkatkan kesejahteraan psikologisnya.

Selanjutnya, dimensi benevolence motivations. McCullough (2000)

menemukan bahwa orang yang berbuat baik kepada orang yang menyakiti
21

akan meningkatkan kesejahteraan psikologis sehingga akan memiliki

hubungan yang suportif dan hangat, serta kemampuan untuk memberikan

kepedulian. Remaja yang mampu untuk memaafkan maka akan mampu

untuk menjalin hubungan dan kedekatan ketika berinteraksi dengan orang

yang menyakiti, sehingga hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan

psikologis yang dimiliki.

Seperti yang telah diriwayatkan oleh Allah SWT dalam surat Al-

Syura:40 yaitu :

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi


barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang
berbuat jahat maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai
orang-orang zalim.”

Berdasarkan paparan di atas, peneliti berasumsi bahwa pemaafan

memiliki kontribusi dalam membentuk kesejahteraan psikologis. Tingginya

tingkat pemaafan yang dimiliki maka semakin tinggi pula kesejahteraan

psikologisnya. Sebaliknya rendahnya tingkat pemaafan yang dimiliki maka

semakin rendah pula kesejahteraan psikologis yang dimilikinya.

D. Hipotesis

Akan ada hubungan negatif antara dimensi avoidance motivations dengan

kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan di Yogyakarta.

Akan ada hubungan negatif antara dimensi revenge motivations dengan

kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan di Yogyakarta.

Akan ada hubungan positif antara dimensi benevolence motivations

dengan kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan di Yogyakarta.


22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian

1. Variabel Tergantung : Kesejahteraan Psikologis

2. Variabel Bebas : Pemaafan

B. Definisi Operasional Variabel

1. Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan psikologis adalah skor yang diperoleh subjek setelah

mengisi skala kesejahteraan psikologis yang disusun oleh Ryff (1989) dan

telah diadaptasi oleh Handayani (2016). Skala ini terdiri dari 6 aspek yaitu

penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain, kemandirian,

penguasaan lingkungan, memiliki tujuan hidup, dan pengembangan diri.

Jumlah aitem dalam skala ini yaitu 18 item untuk mengungkapkan tingkat

kesejahteraan psikologis pada remaja di panti asuhan. Semakin tinggi skor

yang diperoleh maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis subjek.

Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah

pula kesejahteraan psikologis subjek.

2. Pemaafaan

Pemaafan adalah skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala

pemaafan yang dikembangkan oleh McCullough (1998), dan telah

diadaptasi oleh Bangsa (2017). Skala ini terdiri dari 3 dimensi yaitu

23
24

avoidance motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations.

Jumlah aitem dalam skala ini yaitu 17 aitem untuk mengungkapkan

tingkat pemaafan pada remaja di panti asuhan. Semakin tinggi skor yang

diperoleh maka semakin tinggi pemaafan subjek. Sebaliknya semakin

rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula pemaafan subjek.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dan laki-laki yang

bertempat tinggal di panti asuhan Yogyakarta.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Skala Kesejahteraan Psikologis

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kesejahteraan

psikologis yang disusun oleh Ryff (1989), dan telah diadaptasi oleh

Handayani (2016). Teori tersebut terdapat 6 aspek yaitu penerimaan diri,

hubungan yang positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan

lingkungan, memiliki tujuan hidup, dan pengembangan diri.

Penelitian ini menggunakan metode skala Likert dengan item

favourable dan unfavourable. Untuk skala favourable bergerak dari 1- 4

yaitu (1) Sangat Tidak Sesuai, (2) Tidak Sesuai, (3) Sesuai, dan (4) Sangat

Sesuai. Lalu, skala unfavourable bergerak dari 4 – 1 yaitu, (4) Sangat

Tidak Sesuai, (3) Tidak Sesuai, (2) Sesuai dan (1) Sangat Sesuai.
25

Distribusi skala kesejahteraan psikologis dapat dilihat pada Tabel 1,

sebagai berikut :

Tabel 1.
Distribusi Butir Skala Kesejahteraan Psikologis

Butir Butir
ASPEK Favourable Unfavourable
2. S Nomor Jumlah Nomor Jumlah
Aitem Aitem
k 1. Penerimaan Diri 4, 9 2 - 0
a 2. Hubungan positif 7 1 3, 12 2
dengan orang lain
l 3. Kemandirian 5 1 - 0
4. Penguasaan 1, 10 2 - 0
a Lingkungan
5. Tujuan Hidup 8 1 - 0
6. Pengembangan 2, 6 2 11 1
P Pribadi
Total 9 3
e

maafan

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Transregression-Related Interpersonal Motivations (TRIM) Inventory

yang dikembangkan oleh McCullough (1998), dan telah diadaptasi oleh

Bangsa (2017). Teori tersebut terdapat 3 dimensi yaitu avoidance

motivations, revenge motivations, dan benevolence motivations.

Penelitian ini menggunakan metode skala Likert dengan item

favourable dan unfavourable. Untuk skala favourable bergerak dari 1- 4

yaitu (1) Sangat Tidak Sesuai, (2) Tidak Sesuai, (3) Sesuai, dan (4) Sangat

Sesuai. Sebaliknya, skala unfavourable bergerak dari 4 - 1 yaitu, (4)

Sangat Tidak Sesuai, (3) Tidak Sesuai, (2) Sesuai dan (1) Sangat Sesuai.
26

Distribusi skala pemaafan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2.
Distribusi Butir Skala Pemaafan

Butir
ASPEK Favourable
Nomor Jumlah
Aitem
1. Avoidance Motivations 2,5,7,10,11,14,17 7
2. Revenge Motivations 1,4,9,13,16 5
3. Benevolence Motivations 3,6,8,12,15 5
Total 17
E. Metode Analisis Data

Peneliti dalam melakukan analisis data menggunakan software Statistical

Package for the Social Sciences (SPSS) versi 23.0. Dengan menggunakan

SPSS tersebut, dilakukan sejumlah uji statistik antara lain uji reliabilitas, uji

asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, dan uji hipotesis.

Adapun uji hipotesis yang digunakan ialah uji korelasi Product Moment untuk

menentukan hubungan antara dua variabel.

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Suatu alat ukur atau instrument yang akan disusun, harus dilakukan

pengujian terhadap setiap itemnya. Alat ukur dapat dikatakan valid apabila

konsisten dan stabil sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa

mengukur dengan akurat apa yang sedang diukur (Azwar, 2009). Menurut

Azwar (2009) validitas terbagi menjadi dua, yaitu validitas isi dan
27

validitas konstrak. Validitas isi merupakan sejauh mana aitem - aitem

dalam alat ukur dapat mencakup keseluruhan kawasan isi yang akan

diukur oleh alat ukur tersebut. Sementara validitas konstruk adalah sejauh

mana alat ukur mengukur konstruk teoritis yang akan diukur.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkam konsisten atau tidaknya kepercayaan hasil

pengukuran suatu alat ukur. Azwar (2009) mendefinisikan reliabilitas

dengan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang

relatif sama selama aspek dalam diri subjek yang diukur belum berubah.
BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara pemaafan dengan kesejahteraan

psikologis dilakukan dengan mengambil subjek di beberapa panti asuhan.

Panti asuhan yang digunakan untuk subjek penelitian berjumlah 5 panti

asuhan, dimana tiga diantaranya merupakan Panti Asuhan Yayasan Sinar

Melati dan dua lainnya merupakan panti asuhan swasta. Yayasan Sinar

Melati hingga saat ini dikembangkan menjadi beberapa bidang yaitu

bidang sosial (panti asuhan), bidang keagamaan (pondok pesantren),

bidang pendidikan (PAUD dan TK), dan bidang perekonomian.

Penelitian juga dilakukan di Panti Asuhan Z. Panti Asuhan Z

merupakan lembaga sosial yang mengarah pada pendidikan serta

keagamaan. Panti asuhan ini juga berfokus dalam mendidik anak-anak

yatim piatu, fakir miskin serta anak-anak yang terlantar melalui bidang

keagamaan yaitu Pondok Pesantren. Selain itu, penelitian juga dilakukan

di Panti Asuhan SH. Yayasan ini memfokuskan diri pada pembinaan anak

dhuafa dan anak yatim, yang dilakukan melalui empat amal gerakan yaitu

Pondok Pesantren, Panti Asuhan, CV, Herbal dan PT. Alam Sada.

28
29

Sistem pengasuhan seluruh panti asuhan yang digunakan dalam

penelitian berbasis ilmu agama Islam, yang terdiri dari anak asuh laki-laki

serta anak asuh perempuan yang terdiri dari golongan yang kurang

mampu. Kegiatan rutin setiap pagi yang dilakukan oleh remaja di panti

asuhan yakni Sholat Shubuh, setelah itu diharuskan untuk melakukan piket

rutin sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak panti. Selesai

kegiatan tersebut, remaja di panti asuhan melakukan kegiatan utama yakni

bersekolah. Jarak yang ditempuh dari panti asuhan ke sekolah dinilai

cukup jauh dan ditempuh dengan berjalan kaki. Setiap sehabis sholat,

remaja di panti asuhan wajib untuk melakukan kegiatan seperti membaca

Al-Quran, kajian ilmu agama, serta menghafal surat-surat Al-Quran.

Kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di panti asuhan yaitu belajar

berwirausaha, kegiatan-kegiatan keagamaan, dan lain-lain. Seluruh panti

asuhan ini memiliki peraturan yang dinilai cukup ketat seperti halnya

wajib untuk sholat, mengaji serta menghafal surat-surat Al-Qur’an. Selain

itu wajib untuk melaksanakan piket rutin, dan apabila melanggar peraturan

maka akan diberikan hukuman oleh pihak panti asuhan.

Pemilihan subjek penelitian tersebut didasarkan pada tujuan penelitian

yang berfokus pada pemaafan remaja panti asuhan untuk mengetahui

kesejahteraan psikologisnya. Pemilihan subjek di berbagai panti asuhan

karena pada panti asuhan tersebut memberikan bentuk pelayanan sosial

yang membantu dalam pembentukan kepribadian yang baik dan

kemandirian pada anak, sehingga akan terciptanya perilaku yang baik dan
30

tentunya memiliki kesejahteraan psikologis yang baik juga. Pemilihan

panti asuhan juga dikarenakan jumlah anak yang digunakan sebagai subjek

penelitian cukup banyak sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil

data, serta prosedur perizinan dan keterbukaan dari panti asuhan untuk

memberikan kemudahan dan kesempatan peneliti dalam melakukan

penelitian.

Berikut rincian lima panti asuhan yang dijadikan sebagai tempat

pengambilan data penelitian :

Tabel 3.
Informasi Data Keadaan Subjek dan Jumlah Anak Panti Asuhan

Nama Panti Asuhan Jumlah Subjek


Z 60
AH 30
SM 40
AW 25
SH 30
Total 185

2. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti memerlukan persiapan

agar menghasilkan data yang baik. Persiapan tersebut terdiri dari (a)

persiapan administasi dan (b) persiapan alat ukur :

a. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi yang dilakukan dalam penelitian ini

mencakup pengurusan surat permohonan izin penelitian yang

dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya untuk

melakukan pengambilan data. Surat izin penelitian ditujukkan kepada


31

kepala panti asuhan yang digunakan. Surat permohonan izin yang

pertama ditujukkan kepada kepala panti asuhan untuk pengambilan

data pada tanggal 5 November 2018 dengan nomor surat

1037/Dek/70/Div.Um.RT/ X/2018, sedangkan surat permohonan izin

yang kedua ditujukkan kepada kepala panti asuhan untuk pengambilan

data pada tanggal 17 November 2018 dengan nomor surat

1210/Dek/70/Div.Um.RT/XI/ 2018. Selanjutnya, permohonan izin

yang terakhir ditujukkan kepada tiga panti asuhan untuk pengambilan

data pada tanggal 26 November 2018 dengan nomor surat

1308/Dek/70/Div.Um.RT/XI/2018. Surat permohonan izin telah

diketahui dan disetujui oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya dan dosen pembimbing, Qurotul Uyun, S.Psi., M.Si., Dr.Phil.,

Psikolog. Selanjutnya, peneliti juga telah mendapatkan izin dari

pengasuh, pada tiap panti asuhan yang digunakan untuk pengambilan

data.

b. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

skala, yaitu skala kesejahteraan psikologis dan skala pemaafan.

Adapun dua skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

skala dari penelitian terdahulu yang digunakan untuk mengukur

variabel yang sama. Alasan peneliti menggunakan skala tersebut

pertama adalah karena skala tersebut memiliki tingkat validitas dan

reliabilitas yang mencukupi untuk mengukur variabel yang akan


32

diteliti. Kedua adalah karena skala tersebut juga pada penelitian

sebelumnya digunakan pada responden yang memiliki kriteria yang

sama.

1. Skala Kesejahteraan Psikologis

Skala kesejahteraan psikologis merupakan skala yang disusun

oleh Handayani (2016) dengan mengacu pada teori Ryff. Skala ini

digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan psikologis pada

remaja dengan mengukur enam aspek, yaitu penerimaan diri,

hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan

lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Skala tersebut

berjumlah 12 aitem yang terdiri dari 9 aitem favorable dan 3 aitem

unfavorable. Skala ini memiliki nilai reliabilitas 0,652.

2. Skala Pemaafan

Skala pemaafan merupakan skala yang disusun oleh Bangsa

(2017) dengan adaptasi dari skala McCullough yaitu

Transgression-Related Interpersonal Motivations (TRIM). Skala

ini digunakan untuk mengukur tingkat pemaafan dengan

mengukur tiga dimensi yaitu avoidance motivations, revenge

motivations, dan benevolence motivations. Skala tersebut

berjumlah 17 aitem dan semua aitem merupakan aitem favourable.

Pada dimensi avoidance motivations memiliki nilai reliabilitas

0,472. Dimensi revenge motivations memiliki nilai reliabilitas


33

0,453, dan untuk dimensi benevolence motivations memiliki nilai

reliabilitas sebesar 0,5.

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada lima panti asuhan yang berada

di Yogyakarta. Kelima panti asuhan tersebut antara lain Panti Asuhan SM,

Panti Asuhan SM AH, Panti Asuhan SM AW, Panti Asuhan SH, dan

Panti Asuhan Z. Pengambilan data dilakukan mulai dari tanggal 5

November 2018 – 26 November 2018. Subjek yang digunakan dalam

penelitian adalah remaja panti asuhan yang berusia 13-19 tahun dan

bertempat tinggal di panti asuhan.

Pengambilan data dilakukan dengan menyesuaikan kegiatan setiap

anak di setiap panti asuhan. Sebelum pengambilan data, peneliti

memperkenalkan diri dan juga menjelaskan tujuan dari penelitian yang

akan dilakukan, selain itu juga peneliti memperkenalkan diri kepada

subjek dan menjelaskan maksud dari tujuan peneliti. Waktu yang

dibutuhkan subjek untuk mengisi alat ukur berkisar 15 - 20 menit.

Penyebaran alat ukur pada Panti Asuhan SH dilakukan pada malam hari

setelah selesai sholat maghrib. Remaja Panti Asuhan SH dikumpulkan di

masjid, dan masing-masing subjek mendapatkan satu alat ukur penelitian

yang terdiri dari skala kesejahteraan psikologis dan skala pemaafan.

Pada Panti Asuhan SM, SM AH, SM AW, dan Panti Asuhan Z

peneliti dibantu oleh pengasuh untuk menyebarkan alat ukur untuk


34

dibagikan kepada masing-masing subjek dan dikumpulkan pada hari

berikutnya. Jumlah angket yang disebar oleh peneliti adalah sebanyak 110

angket dan angket yang terkumpul sebanyak 100 angket. Adapun angket

yang kembali telah memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut karena

subjek mengisi identitas dan menjawab angket secara lengkap.

C. Hasil penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja panti asuhan yang berusia

13 – 19 tahun, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Jumlah subjek

dalam penelitian ini sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 58 laki-laki dan

42 perempuan. Berikut adalah sebaran subjek penelitian :

Tabel 4.
Deskripsi Subjek Penelitian

Variabel Demografik Jumlah


No
1.  17 tahun 58
 17 tahun 42
2. L 58
P 42
3. SMP 23
SMA 76
Lulus SMA 1

Deskripsi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa remaja panti asuhan

yang mengisi angket dalam penelitian ini mayoritas adalah yang berusia

17 tahun (58 orang). Untuk tingkat pendidikan mayoritas yang mengisi
35

kuesioner dalam penelitian ini adalah dengan pendidikan SMA (76

orang)

2. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh norma

deskripsi data penelitian. Deskripsi data akan memberikan gambaran

penting mengenai keadaan distribusi skor data sekelompok subjek yang

diukur, informasi mengenai keadaan subjek pada aspek atau variabel

yang diukur (Azwar, 2009). Norma deskripsi ini diperoleh dengan

menggunakan norma percentil. Norma percentil skala kesejahteraan

psikologis dan pemaafan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.
Percentil Kesejahteraan Psikologis dan Dimensi Pemaafan

Variabel Percentil
20 40 60 80
Kesejahteraan Psikologi 32,00 34,40 37,00 38,80
Avoidance Motivations 15,00 16,00 18,00 20,00
Revenge Motivations 9,00 10,00 11,00 14,00
Benevolence Motivations 13,00 14,00 15,00 17,00

Berdasarkan penormaan di atas, maka selanjutnya data akan dibagi

menjadi lima kategori berdasarkan percentil. Kategorisasi menurut norma

percentil dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6.
Kategorisasi Berdasarkan Norma Percentil

Percentil Kategorisasi
X < P20 Sangat Rendah
P20  X < P40 Rendah
P40  X < P60 Sedang
P60  X  P80 Tinggi
X > 80 Sangat Tinggi
36

a. Kesejahteraan Psikologis

Setelah melakukan kategorisasi berdasarkan norma percentil,

maka dilakukan kategorisasi pada variabel kesejahteraan psikologis.

Hasil kategorisasi skor skala kesejahteraan psikologis dapat dilihat

pada tabel berikut

Tabel 7.
Kategorisasi Skala Kesejahteraan Psikologis

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase


X < 32 Sangat Rendah 14 14%
32  X < 34,40 Rendah 18 18%
34,40  X < 37 Sedang 21 21%
37  X  38,8 Tinggi 27 27%
X > 38,8 Sangat Tinggi 20 20%
TOTAL 100 100%

Berdasarkan tabel kategorisasi di atas, dapat dilihat bahwa 20%

subjek berada dalam kategori kesejahteraan psikologis sangat tinggi,

27% subjek berada dalam kategori kesejahteraan psikologis yang

tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki

kesejahteraan psikologis yang tinggi.

b. Dimensi Pemaafan

Setelah melakukan kategorisasi berdasarkan norma percentil,

maka dilakukan kategorisasi pada variabel pemaafan. Hasil

kategorisasi skor skala pemaafan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8.
Kategorisasi Dimensi Avoidance Motivations

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase


37

X < 15 Sangat Rendah 16 16%


15  X < 16 Rendah 10 10%
16 B X < 18 Sedang 25 25%
18  X  20 Tinggi 34 34%
e X > 20 Sangat Tinggi 15 15%
TOTAL 100 100%
r

dasarkan tabel kategorisasi di atas, dapat dilihat bahwa 34% subjek

berada dalam kategori tinggi dan 15% subjek berada dalam kategori

yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

subjek memiliki keinginan untuk menghindar dari orang yang

menyakiti cukup tinggi.

Tabel 9.
Kategorisasi Dimensi Revenge Motivations

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase


X
B<9 Sangat Rendah 17 17%
9  X < 10 Rendah 11 11%
e
10  X < 11 Sedang 21 21%
r 11  X  14 Tinggi 37 37%
X > 14 Sangat Tinggi 14 14%
d TOTAL 100 100%
asarkan tabel kategorisasi di atas, dapat dilihat bahwa 37% subjek

berada dalam kategori tinggi dan 14% subjek berada dalam kategori

yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

subjek memiliki keinginan untuk membalas dendam kepada orang

yang menyakiti cukup tinggi.

Tabel 10.
Kategorisasi Dimensi Benevolence Motivations

Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase


38

X < 13 Sangat Rendah 13 13%


13  X < 14 Rendah 18 18%
B
14  X < 15 Sedang 17 17%
e 15  X  17 Tinggi 34 34%
X > 17 Sangat Tinggi 18 18%
r
TOTAL 100 100%
dasarkan tabel kategorisasi di atas, dapat dilihat bahwa 34% subjek

berada dalam kategori tinggi dan 18% subjek berada dalam kategori

yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

subjek memiliki keinginan untuk berbuat baik kepada orang yang

menyakiti dinilai cukup tinggi.

3. Uji Asumsi

Uji asumsi dalam penelitian perlu dilakukan sebagai prasyarat yang

harus dipenuhi sebelum melakukan pengambilan keputusan atau uji

hipotesis, yang meliputi uji normalitas dan uji lineritas (Azwar, 2009). Uji

asumsi ini dilakukan dengan bantuan program Statistical Program for

Social Science (SPSS) versi 23.0 for windows.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dalam penelitian ini memiliki sebaran data yang normal.

Untuk mengetahui data yang didapat memiliki sebaran data yang

normal, peneliti menggunakan Test of Normality Kolmogorov-

Smirnov melalui SPSS versi 23. Sebaran data dikatakan normal

apabila hasil analisis memiliki p > 0,05, namun apabila nilai p < 0,05

maka data tidak terdistribusi normal


39

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini :

Tabel 11.
Hasil Uji Normalitas

Variabel P Kategori

Kesejahteraan Psikologis 0,001 Tidak Normal


Avoidance Motivations 0,000 Tidak Normal
Revenge Motivations 0,000 Tidak Normal
Benevolence Motivations 0,001 Tidak Normal

Tabel 11 menunjukkan bahwa skor pada variabel kesejahteraan

psikologis menunjukkan p = 0,001 (p < 0,05) maka data penelitian

tidak terdistribusi secara normal. Skor pada dimensi avoidance

motivations menunjukkan p = 0,000, skor pada dimensi revenge

motivations menunjukkan p = 0,000, dan skor pada dimensi

benevolence motivations menunjukkan p = 0,00, maka data penelitian

tidak terdistribusi secara normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan linier yang

terbentuk di antara kedua variabel. Hubungan antar variabel

dikatakan linier apabila nilai linierity menunjukkan p < 0,05 dan

deviation from linierity menunjukkan p > 0,05. Uji lineritas

menggunakan tes Compare Means melalui SPSS.

Tabel 12.
Uji Linieritas Dimensi Pemaafan dan Kesejahteraan Psikologis

Linierity Deviation from linierity


Kesejahteraan
Psikologis
F Sig F Sig Ket
40

Avoidance 0,238 0,627 1,478 0,143 Tidak


Motivations Linier
Revenge 10,902 0,001 0,917 0,539 Linier
Motivations
B
Benevolence 11,625 0,001 1,278 0,251 Linier
Motivations
e

rdasarkan tabel tersebut, pada dimensi avoidance motivations dan

kesejahteraan psikologis memiliki nilai F = 0,238 dengan p = 0,627

(p < 0,05) sehingga kedua variabel tidak memiliki hubungan yang

linier. Selain itu pada dimensi revenge motivations dan kesejahteraan

psikologis memiliki nilai F = 10,902 dengan p = 0,001 (p < 0,05)

sehingga kedua variabel memiliki hubungan yang linier. Pada

dimensi revenge motivations dan kesejahteraan psikologis memiliki

nilai F = 11,625 dengan p = 0,001 (p < 0,05) sehingga kedua variabel

memiliki hubungan yang linier.

4. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas,

maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Berdasarkan hasil

dari uji normalitas, diketahui bahwa tidak terdistribusi secara normal,

sehingga uji hipotesis ini menggunakan teknik korelasi Non-Parametric

Spearman’s Rho.

Tabel 13.
Uji Hipotesis Dimensi Pemaafan dan Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan Psikologis
Data Avoidance Revenge Benevolence
Motivations Motivations Motivations
41

Koefisien
-0,087 -0,323 0,313
Korelasi (r)
Signifikansi
0,195 0,001 0,001
(p)
r2 0,00756 0,1043 0,0979

Hasil analisis uji hipotesis menunjukkan bahwa pada dimensi

avoidance motivations tidak terdapat hubungan dengan kesejahteraan

psikologis pada remaja panti asuhan di Yogyakarta yang artinya ditolak.

Sementara pada dimensi revenge motivations terdapat hubungan dengan

kesejahteraan psikologis dan pada dimensi benevolence motivations

terdapat hubungan dengan kesejahteraan psikologis. Oleh karena itu

hipotesis pada dimensi revenge motivations dan benevolence motivations

yang diajukan dalam penelitian ini diterima.

5. Analisis Tambahan

Peneliti melakukan uji korelasi untuk melihat gambaran variabel

kesejahteraan psikologis dan pada setiap dimensi pemaafan berdasarkan

aspek demografis yaitu jenis kelamin.

Tabel 14
Uji korelasi berdasarkan jenis kelamin

L P
Kesejahteraan
Psikologis
r Sig r2 r Sig r2
Avoidance -0,108 0,210 0,0116 -0,12 0,471 0,0144
Motivations
Revenge -0,282 0,016 0,079 -0,415 0,003 0,172
Motivations
42

Benevolence 0,305 0,010 0,093 0,346 0,012 0,119


Motivations

Berdasarkan hasil analisis tambahan, pada jenis kelamin perempuan

terdapat nilai korelasi yang kuat pada dimensi revenge motivations yakni

r=-0,415 dan sebesar 17,22 % dijelaskan melalui variabel kesejahteraan

psikologis. Sementara untuk jenis kelamin laki-laki terdapat nilai korelasi

yang kuat pada dimensi benevolence motivations yakni r = 0,305 dan

sebesar 9,3% dijelaskan melalui variabel kesejahteraan psikologis.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam

menghubungkan variabel kesejahteraan psikologis dan pemaafan pada

remaja panti asuhan di Yogyakarta, dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan pada dimensi revenge motivations dan benevolence motivations

dengan kesejahteraan psikologis, namun tidak terdapat hubungan pada

dimensi avoidance motivations dengan kesejahteraan psikologis yang

dapat dilihat pada tabel 13.

Berdasarkan tabel tersebut, dimensi revenge motivations memiliki

pengaruh yang kuat dan memiliki hubungan yang negatif terhadap

kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan. Artinya semakin tinggi

keinginan untuk membalas dendam, maka semakin rendah kesejahteraan

psikologis yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah keinginan untuk

membalas dendam, maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis yang

dimiliki. Menurut Rohmah (2017) penurunan keinginan untuk membalas


43

dendam kepada orang yang menyakiti dapat meningkatkan kualitas

hubungan positif, sehingga akan membuat orang yang disakiti akan

berusaha untuk memahami peristiwa yang menyakitkan dan akan menilai

peristiwa tersebut sebagai suatu pengalaman dan pembelajaran untuk

mengembangkan pribadinya kearah yang lebih positif, sehingga akan

meningkatkan kesejahteraan psikologisnya.

Selanjutnya yang memiliki pengaruh yang kuat dan memiliki

hubungan yang positif terhadap kesejahteraan psikologis yaitu dimensi

benevolence motivations. Artinya semakin tinggi keinginan untuk berbuat

baik, maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis yang dimiliki.

Sebaliknya, semakin rendah keinginan untuk berbuat baik, maka semakin

rendah pula kesejahteraan psikologis yang dimiliki. Hal tersebut dapat

disebabkan ketika seseorang memilih untuk berbuat baik kepada orang

yang menyakitinya, maka akan meningkatkan kesejahteraan psikologis

yang dimiliki. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Bono, McCullough, dan Root (2008) bahwa terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara dimensi benevolence motivations terhadap

kesejahteraan psikologi.

Sementara untuk dimensi avoidance motivations tidak memiliki

pengaruh yang kuat terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja panti

asuhan di Yogyakarta. Hal tersebut dapat disebabkan karena ketika

seseorang sudah mampu untuk memaafkan orang lain namun belum

sepenuhnya memaafkan karena masih terus memikirkan kesalahan-


44

kesalahan yang telah dilakukan dan memilih untuk menjaga jarak dengan

orang yang menyakitinya sehingga akan memiliki kesejahteraan psikologis

yang rendah. Memaafkan akan lebih mudah dilakukan apabila individu

sudah tidak memikirkan kejadian yang menyakitkan yang terjadi di masa

lalu sehingga mampu untuk memperbaiki hubungan interpersonal dan

memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi (Exline, Worthington, Hill,

& McCullough, 2003).

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa terdapat nilai koefisiensi

determinasi (r2) dimana menjelaskan sumbangan efektif dimensi pemaafan

terhadap kesejahteraan psikologi yang dapat dilihat pada tabel 13. Pada

dimensi avoidance motivations menyumbang 0,756% pengaruhnya

terhadap kesejahteraan psikologis, pada dimensi revenge motivations

memiliki nilai menyumbang 10,43% pengaruhnya terhadap kesejahteraan

psikologis, dan pada dimensi benevolence motivations menyumbang

9,79% pengaruhnya terhadap kesejahteraan psikologis. Hal tersebut dapat

disebabkan karena masih banyaknya faktor lain yang dapat mempengaruhi

kesejahteraan psikologis, seperti faktor demografik, sosial, budaya dan

faktor psikologis lainnya (Pratiwi, 2017).

Menurut Astuti dan Marettih (2018) kesejahteraan psikologis

psikologis merupakan suatu yang sangat penting karena dapat membentuk

pribadi seseorang menjadi lebih positif dalam menjalani hidupnya.

Namun, berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebagian remaja panti

asuhan memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah, namun sebagian


45

remaja memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. Menurut Wangsa

(2016) remaja panti asuhan yang memiliki kesejahteraan psikologis yang

rendah tidak memiliki kemampuan untuk menilai dirinya secara positif,

sehingga kurang mampu untuk menjalani kehidupan sehari-harinya.

Touissant, Shields, Dorn, dan Slavich (2016) menemukan bahwa

bahwa pemaafan memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan psikologis

karena memaafkan mampu mengurangi perasaan-perasaan negatif yang

ada sehingga akan menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.

McCullough (2000) menegaskan bahwa memaafkan akan mempengaruhi

kesejahteraan psikologis seseorang karena dengan memaafkan orang lain

akan mengarah pada hubungan yang suportif dan dapat mengurangi rasa

marah kepada orang lain.

Berdasarkan hasil analisis tambahan dengan melakukan uji korelasi

berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa pada jenis kelamin laki-

laki diperoleh nilai korelasi yang paling tinggi pada dimensi benevolence

motivations. Menurut Day dan Livingstone (Rijavec & Jurcec, 2010) laki-

laki memiliki penyelesaian masalah yang baik ketika memiliki hubungan

yang tidak baik dengan orang yang menyakiti, seperti halnya memiliki

kemampuan untuk menjalin hubungan secara positif dan memiliki

keinginan untuk berdamai dengan orang yang menyakiti.

Pada jenis kelamin perempuan diperoleh nilai korelasi yang paling

tinggi pada dimensi revenge motivations. Temuan ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Taylor, Peplau, dan Sears (Ghuzairoh,


46

2015) kebanyakan perempuan apabila memiliki masalah dengan orang

lain, memilih untuk menyimpan masalahnya, sehingga akan menimbulkan

perasaan-perasaan negatif dan akan mempengaruhi kesejahteraan

psikologisnya.

Secara keseluruhan, hipotesis pada penelitian ini diterima, dimana

dimensi revenge motivations dan benevolence motivations memiliki

pengaruh yang kuat terhadap kesejahteraan psikologis. Hipotesis tersebut

didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian

sebelumnya. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Sakinah (2018)

yaitu tentang hubungan antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis

pada difabel tuli, di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada

hubungan yang positif antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada

difabel tuli. Pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi (r)

sebesar 0,346 antara variabel pemaafan dan kesejahteraan psikologis.

Menurut Mukaka (2012) rentang koefisien korelasi (r) dari 0,3 sampai 0,5

masuk dalam kategori korelasi yang lemah. Artinya, hasil penelitian

tersebut memiliki korelasi yang lemah antara variabel pemaafan dan

kesejahteraan psikologis

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Damariyanti (2015) yaitu

hubungan antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada pasangan

yang menikah, dan terdapat hubungan yang positif pada kedua variabel

tersebut. Nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,645. Menurut

Mukaka (2012) rentang koefisien korelasi (r) dari 0,5 sampai 0,7 masuk ke
47

dalam kategori korelasi yang sedang. Artinya, hasil penelitian tersebut

memiliki korelasi yang sedang antara variabel pemaafan dan kesejahteraan

psikologis. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat membuktikan

bahwa pemaafan memiliki hubungan dengan kesejahteraan psikologis.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kelemahan ketika

melakukan penelitian ini. Adapun kelemahan utama dalam penelitian ini

ada pada instrumen pengukuran pada variabel pemaafan. Instrumen

pengukuran pada variabel pemaafan dinilai kurang tepat dalam menilai

tingkat pemaafan yang dimiliki oleh seseorang, yang dapat dilihat dari

beberapa dimensi pemaafan yaitu avoidance motivations, revenge

motivations, dan benevolence motivations. Hal tersebut disebabkan

reliabilitas hasil pengukuran untuk ketiga dimensi pemaafan di bawah

standar memuaskan. Selain itu pada saat pengambilan data peneliti tidak

sepenuhnya langsung memberikan arahan ketika mengisi angket yang

disebar karena angket tersebut dititipkan kepada pengasuh yang berada di

panti asuhan. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya

ketidakpahaman responden ketika mengisi angket. Diharapkan kekurangan

ini menjadi pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

variabel yang sama.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa

hipotesis dalam penelitian ini diterima, dimana dimensi revenge

motivations dan benevolence motivations memiliki pengaruh yang kuat

terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan di

Yogyakarta. Namun, dimensi avoidance motivations tidak memiliki

hubungan dengan kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan di

Yogyakarta.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, peneliti

menyadari masih banyak keterbatasan, maka peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Remaja

Berdasarkan hasil penelitian, pemaafan sangat memiliki

keterkaitan dengan kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan.

Berdasarkan hasil temuan berupa tidak membalas dendam dan

berperilaku baik kepada orang yang menyakiti akan membuat

kesejahteraan psikologis yang dimiliki oleh remaja panti asuhan

menjadi tinggi. Apabila dihubungkan dengan pemaafan, remaja panti

asuhan mampu memahami pentingnya memaafkan kesalahan orang

48
49

yang menyakiti dengan cara tidak membalas dendam dan berperilaku

baik kepada orang yang menyakiti. Ketika remaja panti asuhan mampu

untuk melakukan pemaafan, maka dapat meningkatkan kesejahteraan

psikologis yang dimiliki.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Pertama, dapat memperhatikan instrumen pengukuran yang akan

digunakan dalam mengukur variabel penelitian.

b. Kedua, dapat memperhatikan ketika responden sedang mengisi

angket. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir

ketidakpahaman yang terjadi pada responden.

c. Ketiga, dapat memperhatikan faktor-faktor lain seperti budaya,

faktor psikologis, dan faktor sosial.


DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, S., Dolan, A., & Barlow, J. (2017). Understanding the relationship
between state forgiveness and psychological wellbeing: A qualitative
study. Journal of religion and health, 56(2), 450-463.
Anwar, Z. (2015). Penerapan konseling kelompok untuk meningkatkan happiness
pada remaja panti asuhan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan , 3(1), 144 -153.
Astuti, W., & Marettih, A. K. E. (2018). Apakah pemaafan berkorelasi dengan
psychological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Jurnal
Ilmu Perilaku, 2(1), 41-53
Azwar, S. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bangsa,T. (2017). Hubungan antara pemaafan dan kualitas persahabatan pada
mahasiswa Universitas Islam Indonesia. Skripsi.Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia
Bono, G., & McCullough, M. E. (2006). Positive responses to benefit and harm:
Bringing forgiveness and gratitude into cognitive psychotherapy. Journal of
Cognitive Psychotherapy, 20(2), 147- 158.
Bono, G., McCullough, M. E., & Root, L. M. (2008). Forgiveness, feeling
connected to others, and well-being: Two longitudinal studies. Personality
and Social Psychology Bulletin, 34(2), 182-195.
Budiani, M. S., & Lesmana, W. I. (2013). Hubungan antara harga diri dan tingkat
stres dengan psychological well being pada remaja di panti asuhan
Muhammadiyah Wiyung dan Karangpilang Surabaya. Psikologi, 2(2), 1–7.
Damayanti,R & Sanjaja, S. (2012). Gambaran forgiveness pada remaja yang
tinggal di panti asuhan. Jurnal Noetic Psychology, 2(2), 108-125
Damariyati. (2015). Hubungan antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada
pasangan yang menikah. Jurnal Psikologi, 8(2), 104-111
Dewi,M. (2006). Gambaran memaafkan pada remaja yang orangtuanya bercerai.
Jurnal Psikologi, 1(14), 1-7
Exline, J. J., Worthington Jr, E. L., Hill, P., & McCullough, M. E. (2003).
Forgiveness and justice: A research agenda for social and personality
psychology. Personality and social psychology Review, 7(4), 337-348.
Fawzy, N., & Fouad, A. (2010). Psychosocial and developmental status of
orphanage children: Epidemiological study. Current Psychiatry , 17 (2), 41 -
48.
Fitri, B. A., & Amna, Z. (2016). Psychological well-being pada remaja panti
asuhan di kota Banda Aceh. International Journal of Child and Gender
Studie, 2(1), 119–128.
Gani,A. (2011). Forgiveness therapy:"Maafkanlah niscaya dadamu akan lapang".
Yogyakarta:Kanisius.
Ghuzairoh, T. (2015). Perbedaan forgiveness ditinjau dari jenis kelamin pada
budaya Jawa. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang: Malang.
Handayani. (2016). Hubungan antara kebersyukuran dan psychological well-
being pada remaja panti asuhan di yogyakarta. Skripsi.

50
51

Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia


Hartati, L., & Respati, W. S. (2012). Kompetensi interpersonal pada remaja yang
yinggal di panti asuhan cottage. Jurnal Psikologi, 10(2), 79–86.
Juwita, V. R., & Kustanti, E. R. (2018). Hubungan antara pemaafan dengan
kesejahteraan psikologis pada korban perundungan. Jurnal Empati, 7(1),
274-282.
Karremans, J. C., Van Lange, P. A., Ouwerkerk, J. W., & Kluwer, E. S. (2003).
When forgiving enhances psychological well-being: The role of interpersonal
commitment. Journal of personality and social psychology, 84(5), 1011.
Li, R. H., Kao, C. M., & Wu, Y. Y. (2015). Gender differences in psychological
well-being: Tests of factorial invariance. Quality of Life Research, 24(11),
2577-2581.
Maulida, M., & Sari, K. (2016). Hubungan memaafkan dengan kesejahteraan
psikologis pada wanita. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikolog, 1(3), 7-18.
Marmot, M. G., Fuhrer, R., Ettner, S. L., Marks, N. F., Bumpass, L. L., and Ryff,
C. D. (1998). Contribution of psychosocial factors to socioeconomic
differences in health. Milbank Q., 305(
 76), 403-48,
Mashuri, A. (2014). Hubungan antara pemaafan dengan kesejahteraan psikologis
pada remaja panti asuhan. Disertasi. Universitas Muhammadiyah Malang :
Malang.
McCullough, M. E., Rachal, K. C., Sandage, S. J., Worthington Jr, E. L., Brown,
S. W., & Hight, T. L. (1998). Interpersonal forgiving in close relationships:
II. Theoretical elaboration and measurement. Journal of personality and
social psychology, 75(6), 1586.
McCullough, M. E. (2000). Forgiveness as human strength: Theory,
measurement, and links to well-being. Journal of Social and Clinical
Psychology, 19(1), 43-55.
McCullough, M. E. (2001). Forgiveness: Who does it and how do they do
it?. Current Directions in Psychological Science, 10(6), 194-197.
McCullough, M. E., Fincham, F. D., & Tsang, J. A. (2003). Forgiveness, for
bearance, and time: The temporal unfolding of transgression-related
interpersonal motivations. Journal of personality and social
psychology, 84(3), 540.
McCullough, M.E., Root, L.M., & Cohen. (2006). Writing about the benefits of
an interpersonal transgression facilitates forgiveness. Journal of Consulting
and Clinical Psychology, 5(4), 887-897
Miller, A. J., Worthington Jr, E. L., & McDaniel, M. A. (2008). Gender and
forgiveness: A meta–analytic review and research agenda. Journal of Social
and Clinical Psychology, 27(8), 843-876.
Mukaka, M. M. (2012). A guide to appropriate use of correlation coefficient in
medical research. Malawi Medical Journal, 24(3), 69-71.
Nashori, F. (2014). Psikologi pemaafan. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Nyamukapa, C. A., Gregson, S., Wambe, M., Mushore, P., Lopman, B &
Mupambireyi, Z. (2010). Causes and consequences of psychological distress
among orphans in eastern Zimbabwe. AIDS Care - Psychological and Socio -
Medic al Aspects of AIDS/HIV , 22(8), 988 - 996.
52

Pratiwi, D. (2017). Hubungan antara kebersyukuran dan kesejahteraan psikologis


pada remaja panti asuhan. Skripsi. Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia.
Ramadhani, T., Djunaedi., & S, A. S. (2016). Kesejahteraan psikologis
(psychological well- being) siswa yang orangtuanya bercerai. Jurnal
Bimbingan Konseling, 5(1), 108–115.
Raj, Elizabeth, & Padmakumari. (2016). Mental health through forgiveness:
Exploring the roots and benefits. Cogent Psychology, 3(1), 2-34
Raudatussalamah & Susanti. (2014). Pemaafan (forgiveness) dan psychological
wellbeing pada narapidana wanita. Jurnal Marwah, 2(13), 219-234
Rijavec, M., Jurcec, L., & Mijocevic, I. (2010). Gender differences in the
relationship between forgiveness and depression/happiness. Psychological
Topics, 19(1).
Rohmah, N. (2017). Pengaruh forgiveness terhadap psychological well-being
pada mahasiswa baru UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ditinjau dari
latar belakang budaya.Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim: Malang.
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning
of psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology,
57(6), 1069–1081.
Ryff, C.D & Keyes, C.L.M. (1995). The structure of psychological well-being
revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 4(69),719-727
Ryff, C. D., & Singer, B. (1996). Psychological well-being : Meaning,
measurement, and implications for psychotherapy research. Psychother
Psychosom, 65, 14-23.
Ryff, C.D., Keyes, C. L M., & Shmotkin, D. (2002). Optimizing well-being: The
empirical encounter of two traditions. Journal of Personality and Social
Psychology. 82(6), 1007-1022
Sakinah. (2018). Hubungan antara pemaafan dan kesejahteraan psikologis pada
difabel tuli. Skripsi. Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia.
Saraswat, A., & Unisa, S. (2017). A qualitative study examining psychosocial
distress and coping mechanisms among orphan and vulnerable children living
in institutional care in New Delhi, India. Journal of Health and Social
Sciences, 2(2), 195-208.
Sari, R. R. B. (2015). Tingkat psychological well-being pada remaja di panti
sosial bina remaja Yogyakarta. E-Journal Bimbingan Dan Konseling, 12(4),
1–11.
Savitri, Kiswantoro, & Ratnawati. (2016). Studi deskriptif mengenai
psychological well-being pada remaja SOS Desa Taruna Kinderdorf. Naskah
Publikasi. Bandung : Universitas Kristen Maranath.
Schmutte, P. S., & Ryff, C. D. (1997). Personality and well-being: Reexamining
methods and meanings. Journal of Personality and Social Psychology, 73(3),
549.
Toussaint, L., Shields, G. S., Dorn, G., & Slavich, G. M. (2016). Effects of
lifetime stress exposure on mental and physical health in young adulthood:
How stress degrades and forgiveness protects health. Journal of health
psychology, 21(6), 1004-1014.
Wade, N. G., & Worthington Jr, E. L. (2005). In search of a common core: A
53

content analysis of interventions to promote forgiveness. Psychotherapy:


Theory, research, practice, training, 42(2), 160.
Wangsa, C. (2016). Deskripsi tingkat kesejahteraan psikologis remaja di balai
pelayanan sosial asuhan anak “wiloso muda-mudi” di Purwerejo.
Skripsi.Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Wohl, M. J., DeShea, L., & Wahkinney, R. L. (2008). Looking within: Measuring
state self-forgiveness and its relationship to psychological well-
being. Canadian Journal of Behavioural Science/Revue canadienne des
sciences du comportement, 40(1), 1.
Worthington, E. L., & Scherer, M. (2004). Forgiveness is an emotion-focused
coping strategy that can reduce health risks and promote health resilience:
Theory, review, and hypotheses. Psychology & Health, 19(3), 385-405.
Zechmeister, J. S., Garcia, S., Romero, C., & Vas, S. N. (2004). Don't apologize
unless you mean it: A laboratory investigation of forgiveness and
retaliation. Journal of Social and Clinical Psychology, 23(4), 532-564.
54

LAMPIRAN 1

SKALA PENELITIAN
55

KUESIONER PENELITIAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
56

PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Islam
Indonesia, saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang psikologi. Untuk itu,
saya membutuhkan sejumlah data yang akan dapat saya peroleh dengan adanya
kerjasama dari Saudara/i dalam mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini terdiri dari
pernyataan-pernyataan yang disusun untuk mengetahui kondisi Saudara/i. Dalam
pengisian kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah. Hal yang saya harap dan
butuhkan adalah kejujuran dan jawaban yang paling mendekati Saudara/i yang
sesungguhnya.
Seluruh informasi yang diperoleh dari kuesioner ini hanya akan saya
gunakan untuk keperluan penelitian saja dan saya akan menjaga kerahasiaannya
sesuai dengan etika akademik penelitian dan akan dipergunakan dalam penelitian
dengan sebaik-baiknya. Atas kesediaan Saudara/i yang telah meluangkan waktu
untuk mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih, semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberikan pahala yang melimpah kepada Saudara/i.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Peneliti

Anandistya Nur Safira


57

Identitas Diri

Nama (boleh inisial) :


Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :

Dengan isi saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian
ini dan menjawab pertanyaan penelitian sesuai dengan keadaan saya yang sebenarnya.

Yogyakarta, November 2018


Tertanda,

(..................................)
58

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Bacalah setiap pernyataan berikut dengan seksama, kemudian berilah

tanda (X) pada salah satu dari 4 alternatif jawaban berikut :

STS : Bila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan keadaan diri Anda

TS : Bila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan diri Anda

S : Bila pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri Anda

SS : Bila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan keadaan diri Anda

Contoh :

Mampu menceritakan masalah STS TS S SS


1
dengan orang lain
Χ

--Selamat Mengerjakan--
59

Skala A

1. Saya merasa mampu mengatasi STS TS S SS


setiap situasi dalam hidup saya.

Saya pikir penting bagi saya untuk


memiliki berbagai pengalaman STS TS S SS
2. baru yang mampu menantang cara
pandang saya tentang diri dan
dunia saya.

Saya merasa kesulitan untuk STS TS S SS


3. mempertahankan hubungan dekat
dengan orang lain.

Saya merasa senang dengan STS TS S SS


4. perubahan-perubahan yang terjadi
dalam hidup saya.

Saya yakin dengan pendapat saya STS TS S SS


5. meskipun bertentangan dengan
orang lain.

Saya menjalani hidup sebagai


6. sebuah proses pembelajaran, STS TS S SS
perubahan, dan pertumbuhan yang
terus-menerus.

Saya adalah orang yang suka dan STS TS S SS


7. bersedia untuk meluangkan waktu
bersama orang lain.

8. STS TS S SS
Saya memiliki tujuan hidup.
60

Anda berharap sesuatu yang


4.
buruk terjadi kepada orang yang STS TS S SS
menyakiti anda.

9. Saya menyukai banyak hal dari STS TS S SS


diri saya.

Saya mampu mengelola berbagai STS TS S SS


10. tanggung jawab dalam keseharian
saya.

Saya telah lama berhenti untuk


11. melakukan peningkatan atau STS TS S SS
perubahan besar dalam hidup
saya.

Saya merasa kesulitan untuk


12. menjalin hubungan yang hangat STS TS S SS
dan penuh kepercayaan dengan
orang lain.

Anda akan membuat orang yang STS TS S SS


1.
menyakiti anda merasakan hal
yang sama.

Skala B

Anda mencoba untuk menjaga STS TS S SS


2.
jarak dengan orang yang pernah
menyakiti anda.

Anda memiliki niat yang baik STS TS S SS


3.
terhadap orang, meskipun
tindakannya menyakiti anda.
61

Anda mengesampingkan rasa


12.
sakit dan melanjutkan hubungan STS TS S SS
baik dengan orang yang pernah

Anda hidup seolah-olah orang STS TS S SS


5.
yang menyakiti anda tidak berada
di sekitar anda.

Anda ingin berdamai dengan STS TS S SS


6.
orang yang menyakiti anda dan
melanjutkan hubungan yang baik.

7. Anda tidak mempercayai orang STS TS S SS


yang telah menyakiti anda.

Anda ingin memiliki hubungan


yang positif dengan orang yang STS TS S SS
8.
telah menyakiti anda meskipun
dengan apapun yang telah
dilakukan kepada anda.

Anda ingin orang yang menyakiti STS TS S SS


9.
anda mendapatkan balasan yang
pantas

Anda menemukan kesulitan untuk STS TS S SS


10.
berlaku baik kepada orang yang
telah menyakiti anda.

11. Anda menghindari orang yang STS TS S SS


telah menyakiti anda.
62

menyakiti anda.

13. Anda akan membalas orang yang STS TS S SS


menyakiti anda.

Anda memutuskan hubungan STS TS S SS


14.
dengan orang yang menyakiti
anda.

Anda telah melepaskan rasa


15. marah sehingga anda bisa STS TS S SS
memulihkan hubungan menjadi
baik.

Anda senang melihat orang yang STS TS S SS


16.
menyakiti anda merasakan sakit
dan sengsara.

17. Anda menarik diri dari orang STS TS S SS


yang telah menyakiti anda.

--Terima Kasih--
63

LAMPIRAN 2

TABULASI DATA PENELITIAN SKALA

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
64

Tabulasi Data Penelitian Skala Kesejahteraan Psikologis

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12

S1 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 1 2

S2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3

S3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2

S4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3

S5 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2

S6 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 4 3

S7 2 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3

S8 1 2 3 1 2 1 3 3 2 2 3 2

S9 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 2

S10 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3

S11 3 3 1 1 2 4 4 3 4 3 4 1

S12 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3

S13 3 4 3 2 2 4 3 4 3 4 3 3

S14 2 4 2 4 2 4 4 4 3 3 4 2

S15 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3

S16 1 3 3 4 3 4 4 3 3 2 4 3

S17 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3

S18 1 4 1 4 4 4 4 4 1 2 2 1

S19 2 3 3 4 2 3 1 4 1 3 4 4

S20 1 3 3 4 1 3 2 4 3 1 3 4
65

S21 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4

S22 2 3 3 4 3 2 4 2 4 3 3 4

S23 1 2 2 1 2 4 1 3 1 2 2 4

S24 1 2 2 4 3 2 1 2 1 2 2 1

S25 1 4 2 2 4 1 3 2 1 3 3 1

S26 1 4 3 3 1 3 2 4 1 4 3 2

S27 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

S28 1 2 2 2 2 2 1 4 2 2 4 2

S29 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

S30 3 3 2 2 3 2 4 3 3 2 1 3

S31 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3

S32 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2

S33 4 4 2 3 3 3 2 3 4 2 3 1

S34 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3

S35 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2

S36 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3

S37 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3

S38 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4

S39 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 1 3

S40 3 2 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3

S41 3 4 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3

S42 2 3 3 2 2 3 3 4 2 2 3 3
66

S43 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3

S44 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3

S45 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3

S46 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3

S47 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3

S48 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2

S49 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3

S50 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3

S51 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3

S52 1 2 4 2 1 3 4 4 3 3 2 3

S53 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3

S54 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3

S55 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 4 3

S56 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2

S57 3 4 4 1 3 2 3 3 3 3 2 3

S58 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2

S59 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4

S60 3 4 4 4 3 3 3 4 2 2 4 4

S61 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 4 4

S62 3 1 3 2 3 2 1 2 3 3 3 4

S63 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3

S64 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3
67

S65 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3

S66 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3

S67 2 4 3 4 1 4 3 4 2 3 4 3

S68 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3

S69 3 3 2 4 4 4 2 4 4 3 3 3

S70 3 3 1 4 1 4 3 4 4 1 4 4

S71 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 4

S72 4 4 3 4 3 2 2 4 3 3 2 3

S73 3 4 2 4 3 2 3 4 4 2 3 4

S74 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3

S75 3 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3

S76 3 1 4 2 3 2 4 2 2 3 3 4

S77 4 4 2 3 4 4 2 4 3 4 4 2

S78 2 3 3 2 1 4 3 4 3 3 3 2

S79 4 3 3 1 4 4 3 4 3 4 4 3

S80 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4

S81 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3

S82 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2

S83 2 3 2 3 2 3 2 4 4 2 3 3

S84 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 2

S85 3 3 2 4 4 4 2 4 4 3 3 3

S86 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3
68

S87 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3

S88 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4

S89 2 4 2 4 2 3 2 2 3 2 3 3

S90 3 4 2 3 2 4 3 4 3 3 4 2

S91 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3

S92 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 2 2

S93 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 3 3

S94 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3

S95 3 3 3 3 2 3 1 4 3 3 3 3

S96 3 4 3 4 2 4 4 4 4 3 3 4

S97 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2

S98 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2

S99 1 2 2 4 4 3 2 1 4 3 3 4

S100 1 2 2 4 1 2 3 4 4 3 3 4
69

LAMPIRAN 3

TABULASI DATA SKALA PEMAAFAN


70

Tabulasi Data Skala Pemaafan

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17

S1 4 2 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 1 2 3 4

S2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3

S3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3

S4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3

S5 4 4 4 4 3 2 4 2 4 4 4 1 4 4 1 4 4

S6 4 3 4 4 3 3 4 2 2 2 3 3 2 1 2 4 4

S7 3 4 4 1 4 4 4 4 1 2 3 4 1 1 4 1 2

S8 4 4 1 4 1 2 4 2 4 4 1 1 4 4 2 4 4

S9 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3

S10 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3

S11 1 4 4 1 4 4 4 4 4 3 3 4 1 3 4 1 1

S12 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3

S13 1 2 3 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2

S14 2 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2

S15 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3

S16 1 2 3 4 2 2 3 1 1 1 4 1 1 3 2 3 3

S17 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3

S18 1 1 4 2 1 4 3 4 3 4 4 4 1 2 3 1 1

S19 3 1 3 1 4 2 4 3 1 3 3 1 3 2 1 3 4

S20 3 2 4 2 3 1 2 3 2 4 2 3 1 4 3 2 3
71

S21 1 1 4 1 3 4 1 4 3 3 1 3 1 1 4 1 3

S22 4 2 3 2 4 3 2 1 2 4 3 2 1 2 4 3 2

S23 3 2 3 1 1 2 1 4 2 3 1 4 2 1 4 2 3

S24 1 2 3 4 1 2 3 4 2 1 2 3 4 1 2 3 4

S25 1 3 2 4 1 3 2 4 2 3 1 2 4 1 4 2 3

S26 1 4 2 3 1 2 4 3 1 3 2 4 1 1 2 4 3

S27 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2

S28 3 2 4 3 1 2 2 2 3 3 1 2 3 4 3 2 3

S29 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2

S30 3 2 3 3 2 3 2 3 1 2 3 2 2 3 3 3 3

S31 2 1 4 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3

S32 2 2 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3

S33 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 1 1 2 3 2 2

S34 4 2 3 4 1 4 3 4 4 1 1 3 4 3 2 4 2

S35 2 2 2 3 1 2 3 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3

S36 2 2 4 1 4 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2

S37 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3

S38 2 2 3 2 3 4 3 4 1 3 3 3 2 2 1 1 2

S39 4 3 4 2 4 3 3 2 4 3 4 2 3 2 2 3 3

S40 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3

S41 2 2 2 1 1 3 2 4 3 3 2 3 1 2 2 1 2

S42 1 2 3 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 1 2
72

S43 4 2 3 1 2 4 2 3 1 2 1 4 2 1 4 1 1

S44 1 3 4 2 3 3 3 3 1 3 3 3 1 2 4 1 2

S45 1 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 1 3

S46 2 4 4 2 3 4 4 4 2 3 4 4 2 2 4 2 2

S47 1 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 1 2 4 1 2

S48 3 2 3 2 1 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1

S49 1 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 1 2 4 1 2

S50 1 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 1 2 4 1 2

S51 1 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 1 3

S52 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3

S53 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3

S54 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 1 2 1 3 3 2 2

S55 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 1 3 2 4 3 3

S56 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2

S57 2 3 4 1 3 4 2 3 3 2 3 4 1 2 3 1 1

S58 4 4 4 2 1 3 1 3 1 2 2 4 1 2 3 1 1

S59 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2

S60 2 2 3 1 3 4 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3

S61 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 3 2 2

S62 3 3 2 2 1 2 2 4 3 3 3 2 1 3 3 3 2

S63 2 3 3 2 3 4 2 4 2 2 2 3 1 2 3 2 2

S64 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2
73

S65 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3

S66 1 1 3 1 3 4 2 4 1 3 1 4 1 1 4 1 2

S67 1 2 3 1 4 4 2 4 4 3 1 4 2 1 3 2 2

S68 1 3 4 1 3 4 2 4 1 3 3 4 1 1 3 1 3

S69 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2

S70 1 4 4 4 1 4 1 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4

S71 3 2 3 1 2 3 2 4 3 2 3 3 1 2 3 2 2

S72 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2

S73 2 1 4 2 2 4 1 1 2 3 1 1 2 1 4 1 1

S74 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2

S75 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2

S76 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 2 3 1

S77 3 4 3 4 4 2 4 2 3 3 3 4 4 4 2 4 4

S78 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2 2 2 2 2 3 3 4

S79 2 3 3 4 4 4 3 2 3 3 4 2 2 2 3 3 2

S80 3 3 3 1 1 4 1 4 4 2 3 3 2 1 4 1 2

S81 3 3 4 2 3 4 2 4 3 2 2 4 2 2 4 1 2

S82 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4

S83 1 2 4 2 1 4 2 4 4 2 1 4 1 1 4 1 4

S84 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3

S85 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2

S86 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2
74

S87 1 2 4 1 2 4 2 4 4 3 2 4 1 1 3 1 2

S88 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2

S89 4 3 3 3 3 3 2 1 3 4 3 2 3 2 2 3 3

S90 1 3 3 2 3 4 2 3 2 3 2 3 1 1 3 1 2

S91 3 3 4 2 3 4 3 4 3 2 3 4 2 1 3 2 2

S92 4 2 4 2 2 4 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 3

S93 2 3 3 2 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2

S94 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1

S95 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2

S96 2 1 3 1 2 4 2 4 3 3 3 4 1 2 4 1 3

S97 2 2 3 2 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3

S98 2 3 3 2 3 4 4 4 2 2 3 4 1 2 1 1 2

S99 1 2 3 4 1 2 3 4 4 3 2 1 2 1 2 3 4

S100 4 3 2 1 4 3 2 1 2 1 2 3 1 2 2 3 4
75

LAMPIRAN 4

SKOR TOTAL
76

SKALA
AVOIDANCE REVENGE BENEVOLENCE
SUBJEK KESEJAHTERAAN
MOTIVATIONS MOTIVATIONS MOTIVATIONS
PSIKOLOGIS

S1 31 17 16 14

S2 30 19 12 14

S3 33 20 14 14

S4 29 15 11 15

S5 34 27 20 10

S6 37 20 16 14

S7 38 20 7 20

S8 25 22 20 8

S9 36 18 10 13

S10 38 18 10 13

S11 33 22 8 20

S12 36 21 16 11

S13 38 15 11 14

S14 38 18 10 15

S15 39 21 11 10

S16 37 18 10 9

S17 37 21 14 13

S18 32 16 8 19

S19 34 21 11 10
77

S20 32 20 10 14

S21 44 13 7 19

S22 37 19 12 13

S23 23 12 10 17

S24 22 14 14 14

S25 27 14 13 15

S26 31 18 10 13

S27 35 15 10 14

S28 26 16 14 13

S29 35 16 10 15

S30 31 17 12 14

S31 37 17 10 13

S32 33 16 11 14

S33 34 15 9 13

S34 39 13 20 16

S35 33 16 12 13

S36 38 17 9 17

S37 38 19 10 15

S38 40 18 8 15

S39 38 22 16 13

S40 35 20 14 15

S41 37 14 8 14
78

S42 32 15 7 15

S43 37 11 9 18

S44 35 19 6 17

S45 38 21 7 15

S46 40 22 10 20

S47 35 19 9 17

S48 32 13 12 15

S49 35 19 9 17

S50 35 19 9 17

S51 38 21 7 15

S52 32 21 15 15

S53 32 20 12 13

S54 37 16 11 14

S55 31 22 18 15

S56 30 18 11 15

S57 34 16 8 18

S58 40 13 9 17

S59 43 17 11 13

S60 40 18 11 16

S61 33 19 13 12

S62 30 17 12 13

S63 38 16 9 17
79

S64 34 16 10 14

S65 37 16 10 14

S66 40 13 5 19

S67 37 15 10 18

S68 41 18 5 19

S69 39 19 11 15

S70 36 16 17 20

S71 39 15 10 16

S72 37 15 11 14

S73 38 10 9 14

S74 34 18 12 13

S75 36 15 10 15

S76 33 14 10 13

S77 40 26 18 13

S78 33 19 13 13

S79 40 21 14 14

S80 42 13 11 18

S81 41 16 11 20

S82 31 20 14 11

S83 33 13 9 20

S84 36 20 15 12

S85 39 19 11 15
80

S86 36 15 10 15

S87 42 14 8 19

S88 42 16 10 15

S89 32 20 16 11

S90 37 16 7 16

S91 38 17 12 19

S92 37 16 13 18

S93 37 16 10 16

S94 38 14 9 10

S95 34 20 13 13

S96 42 16 8 19

S97 34 20 15 17

S98 32 19 8 16

S99 33 16 14 12

S100 33 18 11 11
81

LAMPIRAN 5

SKALA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS


82

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.652 .654 12

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
a1 32.77 12.724 .523 .481 .586
a2 32.23 14.078 .350 .332 .623
a3 32.72 15.012 .174 .328 .651
a4 32.52 14.676 .189 .259 .651
a5 32.87 15.124 .117 .259 .664
a6 32.17 13.314 .485 .338 .598
a7 32.53 14.413 .246 .163 .641
a8 31.92 14.095 .352 .326 .623
a9 32.45 13.967 .351 .332 .622
a10 32.60 14.222 .366 .309 .621
a11 32.40 14.889 .189 .187 .649
a12 32.55 14.593 .215 .299 .646
83

LAMPIRAN 6

RELIABILITAS DIMENSI PEMAAFAN


84

a. Dimensi Avoidance Motivations

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based
Cronbach's Alpha on Standardized Items N of Items
.472 .468 7

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
b2 14.8485 6.007 .307 .188 .395
b5 14.9091 6.145 .185 .112 .454
b7 14.8788 5.516 .404 .237 .342
b10 14.7576 6.961 .096 .061 .483
b11 15.0101 6.684 .104 .016 .487
b14 15.2727 5.976 .289 .171 .401
b17 14.9293 6.352 .184 .166 .451

b. Dimensi Revenge Motivations

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.453 .449 5

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
b1 8.8990 4.969 .193 .206 .432
b4 8.9697 4.030 .488 .479 .202
b9 8.6061 5.486 .093 .032 .495
85

b13 9.1313 6.197 -.061 .039 .584


b16 9.0404 3.794 .585 .552 .122

c. Dimensi Benevolence Motivations

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha Standardized Items N of Items
.634 .636 4

Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
b3 11.7475 3.823 .357 .178 .404
b6 11.7980 3.306 .454 .306 .324
b8 11.8788 3.210 .406 .227 .347
b12 12.0707 4.434 -.014 .081 .634
b15 11.9798 3.714 .259 .203 .454
86

LAMPIRAN 7

HASIL UJI ASUMSI


87

ANALISIS STATISTIK

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Avoidance_motivations .120 100 .001 .976 100 .061
Revenge_motivations .164 100 .000 .945 100 .000
Benevolence_motivatio .149 100 .000 .964 100 .008
ns
PWB .121 100 .001 .971 100 .024

2. Uji Linieritas
a. Dimensi avoidance motivations

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
PWB Between (Combined) 303.284 14 21.663 1.38 .176
Avoidance_mo Groups 9
tivations Linearity 3.711 1 3.711 .238 .627
Deviation from 299.573 13 23.044 1.47 .143
Linearity 8
Within Groups 1325.22 85 15.591
6
Total 1628.51 99
0
88

b. Dimensi revenge motivations

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
PWB Between (Combined) 344.678 14 24.620 1.630 .087
Revenge_moti Groups Linearity 164.660 1 164.660 10.90 .001
vations 2
Deviation 180.018 13 13.848 .917 .539
from Linearity
Within Groups 1283.832 85 15.104
Total 1628.510 99

c. Dimensi benevolence motivations

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
PWB Between (Combined) 367.106 12 30.592 2.11 .024
Benevolence_ Groups 0
motivations Linearity 163.326 1 163.326 11.2 .001
65
Deviation from 203.780 11 18.525 1.27 .251
Linearity 8
Within Groups 1261.40 87 14.499
4
Total 1628.51 99
0
89

LAMPIRAN 8

HASIL UJI HIPOTESIS


90

Correlations
Avoidance_ Revenge_ Benevolence
PWB motivations motivations _motivations
Spearman's PWB Correlation 1.000 -.087 -.323** .313**
rho Coefficient
Sig. (1-tailed) . .195 .001 .001
N 100 100 100 100
Avoidance_motiv Correlation -.087 1.000 .352** -.314**
ations Coefficient
Sig. (1-tailed) .195 . .000 .001
N 100 100 100 100
Revenge_motivati Correlation -.323** .352** 1.000 -.493**
ons Coefficient
Sig. (1-tailed) .001 .000 . .000
N 100 100 100 100
91

Benevolence_mot Correlation .313** -.314** -.493** 1.000


ivations Coefficient
Sig. (1-tailed) .001 .001 .000 .
N 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

LAMPIRAN 9
92

HASIL UJI DESKRIPTIF SUBJEK

PENELITIAN
93

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 58 58.0 58.0 58.0
P 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12 Tahun 5 5.0 5.0 5.0
13 Tahun 8 8.0 8.0 13.0
14 Tahun 6 6.0 6.0 19.0
15 Tahun 19 19.0 19.0 38.0
16 Tahun 20 20.0 20.0 58.0
17 Tahun 22 22.0 22.0 80.0
18 Tahun 18 18.0 18.0 98.0
19 Tahun 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lulus SMA 1 1.0 1.0 1.0

SMA 76 76.0 76.0 77.0


SMP 23 23.0 23.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pendidikan Saat ini
94

LAMPIRAN 10

HASIL UJI DESKRIPTIF DATA

PENELITIAN
95

Skor Variabel Kesejahteraan Psikologis

Statistics

Avoidance_m Revenge_mot Benevolence


PWB otivations ivations _motivations
N Valid 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0
Percentiles 20 32.00 15.00 9.00 13.00
40 34.40 16.00 10.00 14.00
60 37.00 18.00 11.00 15.00
80 38.80 20.00 14.00 17.00

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 23 1 1.0 1.0 1.0
25 2 2.0 2.0 3.0
26 1 1.0 1.0 4.0
27 1 1.0 1.0 5.0
29 1 1.0 1.0 6.0
30 3 3.0 3.0 9.0
31 5 5.0 5.0 14.0
32 8 8.0 8.0 22.0
33 10 10.0 10.0 32.0
34 8 8.0 8.0 40.0
35 7 7.0 7.0 47.0
36 6 6.0 6.0 53.0
37 14 14.0 14.0 67.0
38 13 13.0 13.0 80.0
39 5 5.0 5.0 85.0
40 7 7.0 7.0 92.0
41 2 2.0 2.0 94.0
42 4 4.0 4.0 98.0
43 1 1.0 1.0 99.0
44 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
96

Skor Variabel Dimensi Avoidance Motivations


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10 1 1.0 1.0 1.0
11 1 1.0 1.0 2.0
12 1 1.0 1.0 3.0
13 7 7.0 7.0 10.0
14 6 6.0 6.0 16.0
15 10 10.0 10.0 26.0
16 18 18.0 18.0 44.0
17 7 7.0 7.0 51.0
18 11 11.0 11.0 62.0
19 12 12.0 12.0 74.0
20 11 11.0 11.0 85.0
21 8 8.0 8.0 93.0
22 5 5.0 5.0 98.0
26 1 1.0 1.0 99.0
27 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Skor Variabel Revenge Motivations

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 5 2 2.0 2.0 2.0
6 1 1.0 1.0 3.0
7 6 6.0 6.0 9.0
8 8 8.0 8.0 17.0
9 11 11.0 11.0 28.0
10 21 21.0 21.0 49.0
11 15 15.0 15.0 64.0
12 9 9.0 9.0 73.0
13 5 5.0 5.0 78.0
14 8 8.0 8.0 86.0
15 3 3.0 3.0 89.0
16 5 5.0 5.0 94.0
17 1 1.0 1.0 95.0
97

18 2 2.0 2.0 97.0


20 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Skor

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8 1 1.0 1.0 1.0
9 1 1.0 1.0 2.0
10 4 4.0 4.0 6.0
11 4 4.0 4.0 10.0
12 3 3.0 3.0 13.0
13 18 18.0 18.0 31.0
14 17 17.0 17.0 48.0
15 19 19.0 19.0 67.0
16 6 6.0 6.0 73.0
17 9 9.0 9.0 82.0
18 5 5.0 5.0 87.0
19 7 7.0 7.0 94.0
20 6 6.0 6.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Dimensi Benevolence Motivations
98
99

LAMPIRAN 11

HASIL ANALISIS TAMBAHAN


100

Hasil Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Laki-Laki

Avoidanc Revenge
e_motivat _motivati Benevolence
PWB ions ons _motivations
Spearman' PWB Correlation 1.000 -.108 -.282* .305**
s rho Coefficient
Sig. (1-tailed) . .210 .016 .010
N 58 58 58 58
Avoidance_moti Correlation -.108 1.000 .318** -.294*
vations Coefficient
Sig. (1-tailed) .210 . .007 .013
N 58 58 58 58
Revenge_motiva Correlation -.282* .318** 1.000 -.527**
tions Coefficient
Sig. (1-tailed) .016 .007 . .000
N 58 58 58 58
Benevolence_mo Correlation .305** -.294* -.527** 1.000
tivations Coefficient
Sig. (1-tailed) .010 .013 .000 .
N 58 58 58 58

Jenis Kelamin Perempuan


Avoidanc Revenge_ Benevole
e_motivat motivatio nce_moti
PWB ions ns vations
Spearman's PWB Correlation 1.000 -.012 -.415** .346*
rho Coefficient
Sig. (1-tailed) . .471 .003 .012
N 42 42 42 42
Avoidance_motiv Correlation -.012 1.000 .417** -.370**
ations Coefficient
101

Sig. (1-tailed) .471 . .003 .008


N 42 42 42 42
Revenge_motivati Correlation -.415** .417** 1.000 -.448**
ons Coefficient
Sig. (1-tailed) .003 .003 . .001
N 42 42 42 42
Benevolence_mot Correlation .346* -.370** -.448** 1.000
ivations Coefficient
Sig. (1-tailed) .012 .008 .001 .
N 42 42 42 42
102

LAMPIRAN 12

SURAT IZIN PENELITIAN


103
104
105
106
107
108

LAMPIRAN 13

SURAT KETERANGAN SELESAI

PENELITIAN
109
110
111
112
113

Anda mungkin juga menyukai