Anda di halaman 1dari 100

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA


KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU

SKRIPSI

Oleh:

WIKO TRI WIDODO


11461101559

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2022
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil „alamin berkat rahmat dan karunia Allah Subhanahuwata‟ala,

akhirnya penulis telah mampu melewati proses demi proses dalam penyelesaian pendidikan

S1 ini. Semua ini bukanlah semata-mata perjuangan penulis seorang diri melainkan ada do‟a-

do‟a yang selalu terucap dari orangtua untuk anaknya dan yang telah berjuang untuk

memfasilitasi anaknya dalam menempuh pendidikan selama ini. Semoga Allah selalu

memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kedua orang tua saya. Aamiin Ya

Robbal‟alamiin. Dengan segala kerendahan hati dan memohon ridho Allah, penulis

persembahkan hasil perjuangan yang sederhana ini sebagai kado terindah yang InsyaAllah

akan memberikan senyum indah diwajah mereka yang dengan tulus berdo‟a untuk

kemudahan penyelesaian skripsi ini.

iii
MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila


kamu telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain).
(Q.S. Al-Insyirah: 6-7)

Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang


sabar
(Q.S. Al-Anfal: 46)

“Whatever you are, be a good one”

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulilahirobbil’alamin. Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah

Subhanahuwata’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Salallah Alayhi

Wassalam yang telah membimbing manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang.

Penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan

Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah

Pekanbaru”. Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran dan perbaikan dari

berbagai pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Disamping itu tidak terlepas dari berbagai

dorongan, bimbingan, dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-

dalamnya kepada:

1. Rektor Universtas Islam Negeri Sultan Syarif Kaim Riau Bapak Prof. Dr Hairunnas

M.Ag.

2. Bapak Dr. Kusnadi, M.Pd, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. H. Zuriatul Khairi, M.Ag., M.Si, Selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Vivik

Shofiah, S.Psi., M.Si, selaku Wakil Dekan II, Ibu Dr. Yuslenita Muda, S.Si, M.Sc,

selaku Wakil Dekan III Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

v
4. Ibu Ricca Angraeni Munthe M.A selaku pembimbing, terimakasih atas semua waktu,

bimbingan dan pengarahan yang telah ibu berikan dengan ikhlas dan sabar dari awal

hingga akhir penelitian skripsi ini.

5. Ibu Sri Wahyuni, M.A., M.Psi., Psikolog, selaku dosen penguji terimakasih atas

masukan, pemikiran dan saran yang telah diberikan kepada peneliti demi kemajuan

skripsi ini.

6. Ibu Yuli Widiningsih, M.Psi, Psikolog selaku Penasehat Akademik, terimakasih atas

dukungan dan bimbingan yang diberikan kepada peneliti dari awal hingga akhir

perkuliahan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan, semoga menjadi bekal dan berkah yang

baik bagi peneliti dalam menjalani kehidupan.

8. Seluruh staff akademik dan bagian umum Fakultas Psikologi UIN SUSKA, terimakasih

telah membantu peneliti dalam tiap proses administrasi terkait keperluan pengerjaan

skripsi ini.

9. Kedua orangtua tercinta Bapak Mahmuddin dan Ibu Roslaini yang selalu ikhlas

mendo‟akan, memberi dukungan, mengorbankan tenaga, pikiran, nasehat, dan kasih

sayang yang tak terhingga kepada peneliti demi kebahagian dan kesuksesan dalam

menyelesaikan pendidikan yang tidak mungkin bisa dibalas dengan apapun.

10. Kepada saudara kandung saya mbak Hesti Razon dan abang Wawan Hadinata yang

juga tanpa henti memberi dukungan secara moril maupun materil dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

11. Kepada teman-teman Class F angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu

saya ucapkan terimakasih telah mewarnai perkuliahan saya.

vi
12. Kepada teman-temanku di PKBI Riau yang telah selalu bersedia memberikan bantuan

yang sangat berarti dalam proses pengerjaan skripsi ini sehingga peneliti banyak

terbantu dan mendapatkan kemudahan dalam setiap prosesnya.

13. Kepada seluruh staff Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru yang

telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

14. Teruntuk seluruh responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, tanpa

bantuan dan kontribusi para responden penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan.

Semoga segala amal baik yang telah kalian berikan mendapat keridhaan dan balasan

yang setimpal dari Allah azza wa jalla. Tiada makhluk yang sempurna di dunia ini termasuk

peneliti yang pastinya tak luput dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun demi sebuah kesempurnaan sangat peneliti harapkan dari para pembaca.

Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam

pengetahuan bagi perkembangan keilmuan psikologi.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh..

Peneliti,

Wiko Tri Widodo


11461101559

vii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. iii
MOTTO ..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xi
ABSTRAK ......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
D. Keaslian Penelitian.................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12


A. Depresi ...................................................................................................... 12
1. Definisi Depresi .................................................................................... 12
2. Aspek-Aspek Depresi ........................................................................... 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi ......................................... 14
B. Interaksi Sosial .......................................................................................... 15
1. Definisi Interaksi Sosial ....................................................................... 15
2. Aspek-aspek Interaksi Sosial................................................................ 15
3. Faktor-faktor Interaksi Sosial ............................................................... 17
C. Lansia ........................................................................................................ 18
1. Definisi Lansia .................................................................................... 18
2. Ciri-Ciri Lansia ................................................................................... 19
D. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 21
E. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24


A. Desain Penelitian ...................................................................................... 24
B. Variabel Penelitian .................................................................................... 24
C. Definisi Operasional ................................................................................. 24
1. Depresi ................................................................................................. 24
2. Interaksi Sosial ..................................................................................... 25

viii
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 25
1. Populasi ................................................................................................ 25
2. Sampel .................................................................................................. 25
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 26
E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 26
1. Skala Geriatric Depression Scale ........................................................ 26
2. Skala Interaksi Sosial ........................................................................... 28
F. Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 29
1. Validitas .............................................................................................. 29
2. Uji Daya Beda Aitem .......................................................................... 30
3. Reliabilitas .......................................................................................... 34
G. Teknik Analisis Data................................................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 36


A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 36
B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 37
1. Uji Asumsi .......................................................................................... 37
a. Uji Normalitas............................................................................... 37
b. Uji Linearitas ................................................................................ 38
2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 39
3. Kategorisasi Data ................................................................................ 40
a. Kategorisasi Variabel Depresi ...................................................... 41
b. Kategoriasasi Variabel Interaksi Sosial ........................................ 42
4. Analisa Tambahan .............................................................................. 43
a. Sumbangan Efektif Variabel Interaksi Sosial ............................... 43
b. Uji Perbedaan ................................................................................ 43
C. Pembahasan............................................................................................... 45

BAB V PENUTUP............................................................................................... 52
A. Kesimpulan ............................................................................................... 52
B. Saran ......................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54


LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue print Geriatric Depression Scale (GDS) ............................ 27

Tabel 3.2 Blue print Skala Interaksi Sosial ................................................. 29

Tabel 3.3 Blue print Geriatric Depression Scale (GDS Setelah Pengujian. 31

Tabel 3.4 Blue Print Geriatric Depression Scale (GDS) Untuk Penelitian . 32

Tabel 3.5 Blue print Skala Interaksi Sosial Setelah Pengujian ................... 33

Tabel 3.6 Blue print Skala Interaksi Sosial Untuk Penelitian ..................... 34

Tabel 3.7 Koefisian Reliabilitas................................................................... 35

Tabel 4.1 Norma Kategorisasi Depresi ........................................................ 40

Tabel 4.2 Norma Kategorisasi Interaksi Sosial ............................................ 40

Tabel 4.3 Kategorisasi Depresi .................................................................... 41

Tabel 4.4 Kategorisasi Interaksi Sosial ........................................................ 42

Tabel 4.5 Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 44

Tabel 4.6 Depresi Berdasarkan Usia ............................................................ 44

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Lembar Validasi Alat Ukur

LAMPIRAN B : Skala Penelitian

LAMPIRAN C : Tabulasi Data Penelitian

LAMPIRAN D : Uji Reliabilitas dan Daya Beda Aitem

LAMPIRAN E : Uji Asumsi

LAMPIRAN F : Uji Hipotesis

LAMPIRAN G : Uji Perbedaan

LAMPIRAN H : Surat-Surat Penelitian

xi
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA
LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH
PEKANBARU

Oleh:
Wiko Tri Widodo
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

ABSTRAK

Lansia merupakan kelompok yang sangat rentan mengalami depresi. Depresi pada lansia
disebabkan oleh kurangnya kemampuan beradaptasi terhadap perubahan pada diri akibat
kemunduran fisik, mental dan sosial yang dialami. Kondisi fisik dan psikis yang menurun
membuat lansia terpaksa mengurangi aktivitas sehari-hari sehingga mengalami penurunan
dalam interaksi sosial. Interaksi sosial yang baik merupakan suatu hal yang penting bagi
lansia karena interaksi sosial memberikan dampak terhadap kondisi psikologis lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah hubungan antara interaksi sosial
dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru. Sampel penelitian adalah lansia sebanyak 47 lansia. Data penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan skala Geriatric Depression Scale (GDS) dengan koefisien reliabilitas
0,714 dan skala interaksi sosial dengan koefisien reliabilitas 0,926. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu korelasi pearson product moment dengan bantuan SPSS 25.00 for windows.
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah Pekanbaru dengan r = -0,893 dan signifikansi p = 0,000 (sig<0,05). Dengan
demikian, hipotesis diterima, yang mana semakin baik interaksi sosial maka akan semakin
rendah tingkat depresi pada lansia.

Kata Kunci: Interaksi Sosial, Depresi, Lansia

xii
CORRELATION BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH THE LEVEL OF
DEPRESSION IN ELDERLY AT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL
KHOTIMAH PEKANBARU

By:
Wiko Tri Widodo
Faculty of Psychology
State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

ABSTRACT

Elderly are a group that susceptible to depression. Depression in elderly is caused by lack of
ability in adapt to changes in self as a result of physical, mental and social decline.
Deteriorating physical and psychological condition have forced elderly to reduce their daily
activities, hence experiencing a decrease in social interaction. Good social interaction is an
important thing for elderly because it affects psychological condition in elderly. This study
aims to scientifically determine the correlation between social interaction and the level of
depression in elderly at Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. The
sample in this study is elderly as many as 47 elderly. The data obtained using Geriatric
Depression Scale (GDS) with reliability coefficient 0,714 and social interaction scale with
reliability coefficient 0,926. The data analysis technique used is Pearson Product Moment in
SPSS 25.00 for windows. The result of correlation analysis showed there is a negative
significant correlation between social interaction with the level of depression in elderly at
Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru with r = 0,893 and p = 0,000
(p<0,05). Therefore, the hypothesis is accepted, the better the social interaction, the lower the
level of depression in elderly.

Keywords: Social Interaction, Depression, Elderly

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia akan melalui beberapa tahap perkembangan didalam

hidupnya yang disertai dengan berbagai karakteristik pada tiap tahapannya. Tahap

akhir dari suatu perkembangan seseorang berada pada tahap dewasa akhir, yang

juga disebut dengan lansia. Menurut World Health Organization (WHO) individu

akan disebut dengan lansia ketika mencapai usia 60 tahun. Badan Pusat Statistik

(BPS) mencatat jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 11,34%

dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.

Lansia merupakan suatu tahap lanjut dari rentang proses kehidupan yang

akan menunjukkan tanda-tanda penurunan kemampuan fisik untuk beradaptasi

dengan tekanan lingkungan (Pudjiastuti, dalam Efendi, 2009). Proses menua

terjadi secara alami dan ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ketika individu

memasuki masa lansia, maka individu tersebut akan mulai memperlihatkan gejala

penurunan kondisi fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).

Beberapa permasalahan atau kemunduran yang akan muncul pada masa lansia

diantaranya adalah masalah kesehatan, ekonomi, sosial dan psikologis (Lestari

dan Parasari, 2015).

Kehidupan pada periode lansia sangat membutuhkan adanya dukungan

sosial dari sekitarnya, terutama dari keluarga sebagai lingkungan terdekatnya.

Akan tetapi, tidak setiap lansia mendapat dukungan sosial yang baik dari

lingkungan, dikarenakan terdapat lansia yang menjadi terabaikan dan kurang

1
2

diperhatikan oleh keluarganya. Keluarga yang enggan merawat lansia atau yang

tidak mampu mengatasi masalah pada lansia serta ketidakmampuan ekonomi

keluarga untuk membiayai kebutuhan lansia biasanya akan menempatkan lansia

ke panti sosial sebagai suatu pilihan alternatif. Pemerintah Provinsi Riau di Kota

Pekanbaru memiliki panti sosial satu-satunya yang berada dibawah naungan Dinas

Sosial yang bernama Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah. Panti sosial

ini menjadi tempat bagi para lansia yang ada di Kota Pekanbaru untuk tinggal dan

menetap. Usaha ini dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Riau dengan tujuan agar

para lansia yang ada di Kota Pekanbaru dapat terawat dengan lebih baik dan

mengurangi angka lansia yang kurang mendapatkan perawatan, perhatian dan

dukungan dari keluarga.

Pilihan untuk menempatkan lansia di panti sosial bukanlah suatu pilihan

yang selalu tepat dan cocok untuk para lansia dikarenakan segala fasilitas, situasi

dan kegiatan yang terdapat di panti tidak sepenuhnya dapat diterima oleh semua

lansia untuk menggantikan suasana rumah (Syukra, dalam Sari, Arneliwati & Sri,

2015). Lansia yang ditempatkan di panti sosial memiliki kondisi kesejahteraan

psikologis yang berbeda dibandingkan dengan lansia yang tinggal dirumah.

Penelitian dari Patrisia (2015) yang meneliti tentang perbedaan kesejahteraan

psikologis pada lansia berdasarkan perbedaan tempat tinggal mendapatkan hasil

bahwa terdapat perbedaan antara lansia yang tinggal di panti werdha dan lansia

yang tinggal dirumah. Lansia yang tinggal di panti werdha mengungkapkan

bahwa lebih nyaman tinggal dirumah sendiri bersama keluarga dibandingkan

tinggal di panti karena adanya dukungan dari keluarga yang dapat membantu
3

lansia mencapai tujuan dan mengatasi masalahnya. Perbedaan tempat tinggal yang

dijalani oleh lansia sangat berpengaruh dan memiliki peranan penting terhadap

kualitas kehidupan lanisa (Papalia, 2007). Salah satu permasalahan psikologis

lansia yang berkaitan dengan kemampuan lansia dalam beradaptasi dengan

lingkungan baru adalah banyaknya lansia yang mengalami depresi (Jamini, dkk,

2020).

Depresi merupakan suatu permasalahan yang ditunjukkan melalui gejala-

gejala yang berhubungan dengan beberapa hal, seperti mood, kognitif dan gejala

fisik. Gejala-gejala yang berhubungan dengan mood seperti merasa sedih,

kehilangan minat pada hobi atau kegitan rutin yang biasanya dilakukan, tidak

mampu untuk merasakan kesenangan, munculnya perasaan bersalah dan tidak

berguna, hingga munculnya pikiran tentang kematian dan ide bunuh diri. Pada

gejala koginitif, individu akan merasakan kesulitan untuk berkonsentrasi dan

membuat keputusan. Sementara pada gejala fisik, individu akan menjadi mudah

lelah, kekurangan energi, gerak yang melambat dan pola tidur yang berubah, serta

nafsu makan dan tingkat aktivitas yang menurun (Pratt & Brody, 2014).

Depresi pada lansia merupakan suatu akibat dari banyaknya stressor yang

dialami oleh lansia, seperti kematian pasangan, kemunduran kemampuan atau

kekuatan fisik dan kemunduran kesehatan serta penyakit fisik, kedudukan sosial,

pensiun yang terpaksa, keuangan, penghasilan, serta kemampuan lansia dalam

beradaptasi dengan lingkungan dan tempat tinggal yang baru (Friedman, dalam

Sehanto, 2013). Gejala depresi yang dapat diamati pada lansia adalah seperti

berkurangnya minat, kehilangan aktivitas, perasaan kesepian dan bosan, perasaan


4

tidak berdaya, kehilangan semangat dan kehilangan harapan. Semakin sedikit

gejala yang muncul pada lansia maka semakin baik, begitupun sebaliknya

semakin banyak gejala yang muncul maka akan semakin berat depresi yang

dialami oleh lansia (Sehanto, Widodo & Aniroh, 2013). Depresi pada lanjut usia

juga memiliki potensi mengarah ke perilaku bunuh diri jika tidak mendapatkan

penanganan dengan segera. Beberapa gejala yang menyertai depresi yang

mengarah ke perilaku bunuh diri seperti gejala rasa cemas, rasa putus asa yang

besar, rasa tidak berharga, gangguan tidur berat, dan gangguan pola makan.

Gangguan depresi pada lanjut usia tersebut akan memperburuk kualitas hidup dan

meningkatkan resiko bunuh diri (Jamini, dkk. 2020).

Tingkat depresi pada lansia memiliki perbedaan disebabkan oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah faktor tempat tinggal. Lansia yang berada di panti

sosial dan yang berada dirumah memiliki perbedaan tingkat depresi. Perbedaan

tingkat depresi pada lansia berdasarkan tempat tinggal didukung oleh penelitian

dari Sari, Arneliwati & Sri (2015) yang mengkaji tentang perbedaan tingkat

depresi antara lansia yang tinggal di PSTW dengan lansia yang tinggal di tengah

keluarga. Penelitian ini menemukan hasil bahwa lansia yang tinggal di panti sosial

memiliki tingkat depresi lebih tinggi daripada lansia yang tinggal di tengah

keluarga. Perbedaan ini terjadi diakibatkan perubahan secara psikologis pada

lansia, seperti kesepian, kehilangan, dan berduka. Faktor-faktor tersebut

menyumbang peningkatan kejadian depresi pada lansia.

Lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah

Pekanbaru juga memperlihatkan adanya fenomena kejadian depresi. Beberapa


5

penelitian terdahulu memberikan gambaran tentang tingkat depresi yang dialami

oleh lansia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru, seperti penelitian dari

Ayuningtyas dan Rezeki (2019) yang memaparkan bahwa sebanyak 63,2%

responden yang merupakan lansia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru

mengalami depresi dengan derajat yang bervariasi. Penelitian lainnya dari

Anggrainy, dkk (2018) juga menggambarkan hal serupa, lansia di PSTW Khusnul

Khotimah Pekanbaru yang menjadi responden penelitian tersebut mayoritas

mengalami depresi dengan persentase sebesar 63,4%. Hal ini menggambarkan

bahwa tempat tinggal dapat memberikan pengaruh pada kondisi psikologis lansia.

Perbedaan perhatian yang diterima dan suasana yang dialami oleh lansia di

lingkungan keluarga dan lingkungan panti sosial dapat berdampak pada intensitas

lansia dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar. Kehangatan dalam

berinteraksi dengan anggota keluarga seperti anak dan cucu yang biasanya

didapatkan dirumah tidak lagi ditemukan dan dirasakan oleh lansia yang tinggal di

panti sosial. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi psikologis lansia, seperti

munculnya perasaan negatif. Perasaan negatif ini dapat berupa perasaan kesepian,

kecewa, sedih, kehilangan harapan dan rasa optimis. Sulitnya melakukan

penyesuaian dengan lingkungan baru di panti sosial bagi para lansia juga menjadi

suatu hambatan dalam perkembangan lanjut usia dikarenakan lansia masih

membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga masing-masing (Sari,

Arneliwati & Sri, 2015). Pihak-pihak yang berhubungan dengan lansia diharapkan

dapat menciptakan suasana yang dapat membuat lansia secara aktif melakukan

hubungan sosial. Individu pada periode lansia sangat perlu untuk menjaga
6

komunikasi dengan lingkungan sekitarnya, baik antara individu maupun

kelompok sebagai salah satu langkah pencegahan gangguan psikologis yang dapat

dialami lansia. Kemampuan lansia dalam menjalin hubungan dan komunikasi

yang baik dengan lingkungan sekitar merupakan salah satu aspek dari interaksi

sosial.

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan saling mempengaruhi antara

individu satu dengan lainnya yang dapat mengubah perilaku, sikap, atau tindakan

individu lain (Sunaryo, 2015). Interaksi sosial merupakan hal yang penting dan

menjadi kunci bagi individu di masa lansia untuk mempertahankan status

sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar (Maryam,

dalam Jamini, 2020). Hubungan dengan orang lain dan komunikasi memainkan

peranan penting dalam kehidupan lansia. Seiring dengan penurunan yang terjadi,

lansia menjadi kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga lansia

membutuhkan bantuan dan peran dari orang lain. Hubungan antar sesama lansia,

petugas kesehatan maupun masyarakat sekitar akan menciptakan suatu interaksi

sosial yang positif dan sangat dibutuhkan oleh lansia.

Seiring dengan penambahan usia dan penurunan kemampuan, intensitas

lansia dalam melakukan interaksi sosial dapat mengalami penurunan. Lansia akan

cenderung untuk menghindar dan menutup diri dari orang lain. Lansia juga akan

memiliki kecenderungan untuk mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan

kemasyarakatan. Beberapa alasan yang mendasari hal tersebut seperti masa

pensiun, kehilangan pasangan maupun sebab lainnya. Hal ini menyebabkan

sebagian besar lansia yang tinggal di panti sosial lebih sering berada di kamar,
7

jarang berkumpul dan berkomunikasi dengan lansia lain maupun petugas panti

sosial (Oktaviana, 2018). Penurunan intensitas dalam melakukan interaksi sosial

akan berpotensi memunculkan perasaan terisolir dan perasaan tidak berguna,

sehingga individu akan cenderung untuk menyendiri atau mengalami isolasi

sosial. Lansia yang mengalami penurunan interaksi sosial akan membuat

perasaan isolasinya semakin meningkat dan kondisi ini rentan terhadap depresi

(Sehanto, 2013). Lansia sangat perlu untuk dapat mempertahankan hubungan dan

interaksi sosial dengan lingkungannya dikarenakan interaksi sosial berpengaruh

terhadap kehidupan kejiwaan lanjut usia. Hubungan sosial yang tercipta dan

terjalin baik dengan sesama akan menciptakan kejiwaan yang sehat, begitupun

sebaliknya hubungan sosial yang buruk rentan terhadap gangguan psikologis

(Sarwono, dalam Sehanto, 2013). Oleh karena itu, lansia sangat perlu untuk

menjaga interaksi sosial yang baik dengan lingkungan sekitarnya.

Keterkaitan antara interaksi sosial dan depresi pada lansia sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sehanto, Widodo & Aniroh (2013) yang meneliti

tentang hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia. Hasil

penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan, yang berarti bahwa

lansia dengan depresi rendah memiliki interaksi sosial yang baik, dan lansia

dengan depresi tinggi diketahui memiliki interaksi sosial yang buruk. Hal ini

dapat menjadi alasan penting bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan lansia

untuk dapat memperhatikan sisi interaksi sosial yang dialami oleh lansia dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan psikologis dan mencegah terjadinya gangguan

psikologis pada lansia.


8

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan

penelitian tentang hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada

lansia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru. Selain itu, alasan lain yang

mendasari ketertarikan dalam melakukan penelitian ini adalah belum adanya

penelitian mengenai hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada

lansia yang dilakukan di panti tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara interaksi sosial dengan

tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda Khusnul Khotimah

Pekanbaru?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial

dengan depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda Khusnul Khotimah

Pekanbaru

D. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu

yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun

berbeda dalam beberapa hal, seperti subjek, jumlah subjek, serta variabel

penelitian yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan mengenai hubungan


9

antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.

Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah (2018) berjudul hubungan antara

interaksi sosial dengan happiness pada lansia. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang menggunakan pendekatan korelasional. Hasil dari penelitian ini

adalah terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan happiness pada lansia.

Semakin tinggi interaksi sosial, maka akan diikuti semakin tingginya happiness,

sebaliknya semakin rendah interaksi sosial maka tingkat happiness pada lansia

menjadi rendah. Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah pada variabel bebas yang digunakan yaitu sama-sama

menggunakan variabel interaksi sosial, dan sama-sama menggunakan pendekatan

korelasional. Sementara perbedaan dari penelitian ini terletak pada variabel terikat

yang digunakan yaitu happiness, sementara peneliti menggunakan depresi sebagai

variabel terikat. Selain itu, perbedaan juga terletak pada lokasi penelitian, jumlah

subjek, dan juga karakteristik subjek yang digunakan. Penelitian ini menggunakan

subjek lansia yang tinggal dirumah dengan keluarga, sedangkan peneliti

menggunakan subjek lansia yang tinggal di panti sosial.

Penelitian lain dilakukan oleh Indrawati (2019) berjudul hubungan

interaksi sosial terhadap kesepian dan kualitas hidup pada lansia di UPTD Griya

Werdha Jambangan Surabaya. Hasil dari penelitian ini adalah variabel interaksi

sosial sama-sama memiliki hubungan dengan kesepian dan kualitas hidup lansia.

Penelitian ini memiliki kesamaan pada variabel bebas yaitu variabel interaksi

sosial, alat ukur interaksi sosial yang digunakan serta subjek penelitian yaitu
10

lansia yang tinggal di panti sosial. Sementara perbedaan dari penelitian ini terletak

pada jumlah variabel terikatnya yaitu dua variabel, lokasi penelitian serta analisis

data yang digunakan.

Penelitian dari Oktaviana (2018) berjudul hubungan interaksi sosial dan

self efficacy dengan kesejahteraan psikologis lansia yang tinggal di panti werdha.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

interaksi sosial dan self efficacy dengan kesejahteraan psikologis. Interaksi sosial

yang tinggi akan membuat tingkat kesejahteraan psikologis lansia menjadi tinggi,

begitupun self efficacy yang tinggi juga berdampak terhadap peningkatan

kesejahteraan psikologis pada lansia. Persamaan dari penelitian ini adalah pada

salah satu variabel bebas yang digunakan yaitu variabel interaksi sosial dan subjek

yang digunakan adalah lansia yang tinggal di panti sosial. Sementara perbedaan

dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel yang digunakan yaitu dua

variabel bebas dan satu variable terikat, lokasi penelitian, alat ukur serta analisis

data yang digunakan.

Penelitian lainnya adalah penelitian dari Kusumowardani dan Puspitosari

(2014) berjudul hubungan antara tingkat depresi lansia dengan interaksi sosial

lansia di Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak Boyolali. Hasil dari penelitian ini

menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antar variabel. Arah

hubungannya adalah negatif yang berarti semakin tinggi tingkat depresi maka

semakin rendah tingkat interaksi sosialnya, begitupun sebaliknya. Persamaan

dengan penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan, yaitu variabel depresi

dan variabel interaksi sosial. Sedangkan perbedaaanya terletak pada penempatan


11

variabel bebas dan terikat. Peneliti menggunakan interaksi sosial sebagai variabel

bebas dan tingkat depresi sebagai variabel terikat. Perbedaan lainnya adalah pada

subjek penelitian yang digunakan, dimana peneliti menggunakan subjek lansia

yang tinggal di panti sosial sementara penelitian ini menggunakan subjek

penelitian lansia yang tinggal di rumah dengan keluarga.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan terhadap

pemahaman, gambaran dan wawasan dalam ilmu psikologi khususnya yang

berkaitan dengan tingkat depresi dan interaksi sosial.

2. Manfaat Praktis

Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi keluarga yang

memiliki lansia terkait dengan depresi yang dialami oleh lansia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi

1. Definisi Depresi

World Health Organization (WHO) mendefinisikan depresi sebagai

suatu gangguan mental yang ditandai dengan munculnya beberapa gejala yang

menyertai, seperti mood yang menurun, hilangnya minat terhadap sesuatu,

munculnya perasaan bersalah, mengalami gangguan tidur, mudah lelah serta

kesulitan dalam berkonsentrasi.

Depresi juga dapat dipahami sebagai suatu keadaan emosional yang

umumnya ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti kesedihan yang luar biasa,

munculnya perasaan bersalah dan tak berguna, mulai kehilangan minat dalam

menjalankan aktivitas yang biasanya dilakukan, perubahan pola tidur, hasrat

seksual serta keinginan untuk menarik diri dari lingkungan dan menghindari

kontak sosial (Davison, 2006).

Philip L. Rice (dalam Pieter, dkk, 2011) menyatakan depresi sebagai

gangguan perasaan dan kondisi emosional yang berkepanjangan. Beberapa

gangguan yang dapat dilihat pada orang yang mengalami depresi seperti adanya

gangguan dalam berpikir, gangguan dalam perilaku, serta timbulnya perasaan

tidak berdaya dan merasa hilangnya harapan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan

gangguan mental yang ditandai dengan gejala-gejala seperti kehilangan mood dan

12
gairah, perasaan sedih dan bersalah, gangguan berpikir serta kehilangan minat

pada berbagai aktivitas yang biasanya dilakukan.

2. Aspek-Aspek Depresi

Adams, Matto & Sanders (2004) menyebutkan bahwa aspek depresi

pada lansia merupakan:

a. Dysphorric Mood

Perilakunya seperti putus asa dan sedih, merasa hidupnya kosong,

merasa bahwa kebanyakan orang lebih baik daripada dirinya sendiri

serta sering merasa ingin menangis.

b. Withdrawal-Apathy-Vigor

Perilakunya seperti lebih senang tinggal di rumah, menghindari

perkumpulan sosial serta menghentikan banyak aktivitas dan

kesenangan.

c. Worry

Perilakunya seperti takut akan sesuatu yang buruk akan terjadi

kepadanya, khawatir akan masa depan, terganggu dengan pikiran

serta mengkhawatirkan banyak hal tentang masa lalu.

d. Cognitive Impairment

Perilakunya seperti memiliki lebih banyak masalah dengan ingatan,

sulit berkonsetrasi, serta kesulitan dalam membuat keputusan.


e. Hopelessness

Perilakunya seperti merasa putus asa dengan situasi, sering merasa

tidak berdaya, merasa tidak berharga dan tidak adanya harapan

tentang masa depan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Depresi

Sue, Sue & Sue (2013) menyebutkan beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya depresi pada seseorang, antara lain:

a. Dimensi biologi

Dimensi ini meliputi genetik, kerusakan neurotransmitter pada otak,

perbedaan struktur otak, keanehan atau kadar kortisol, gangguan pada

tahapan tidur REM.

b. Dimensi sosiokultural

Pada dimensi ini meliputi rendahnya status ekonomi seseorang,

perbedaan kebudayaan serta peran gender pada perempuan.

c. Dimensi psikologi

Dimensi psikologi meliputi kurangnya reinforcement, pikiran negatif

dan kesalahan dalam berpikir serta pembelajaran ketidakberdayaan.

d. Dimensi sosial

Dimensi sosial meliputi stres dan kurangnya social support dari orang-

orang di sekitarnya.
B. Interaksi Sosial

1. Definisi Interaksi Sosial

Menurut Walgito (dalam Dayakisni dan Hudaniyah, 2009) Interaksi

sosial merupakan suatu hubungan antar individu yang bersifat saling timbal

balik. Terjadinya interaksi sosial disebabkan karena manusia adalah makhluk

sosial yang berinteraksi dengan sesama yang bertujuan tidak hanya untuk

mempertahankan hidup, namun juga untuk melakukan berbagai kegiatan.

Interaksi sosial menurut Mubaraq (2009) didefinisikan sebagai

hubungan antar sesama manusia dalam suatu lingkungan masyarakat yang

menciptakan satu keterikatan kepentingan yang menciptakan status sosial.

Interaksi sosial juga dapat dipahami sebagai suatu hubungan sosial yang

bersifat dinamis dan didasari oleh adanya kepentingan yang melibatkan

beberapa pihak, seperti individu dengan individu lain, individu dengan

kelompok, maupun kelompok dengan kelompok lain.

Selain pendapat diatas, interaksi sosial juga dapat dimaknai dengan suatu

hubungan saling mempengaruhi antara individu satu dengan lainnya yang dapat

mengubah perilaku, sikap, atau tindakan individu lain (Sunaryo, 2015).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

merupakan suatu hubungan sosial dinamis dan timbal balik antar individu atau

kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Aspek-Aspek Interaksi Sosial

Menurut Soekanto (dalam Sunaryo, 2015), Interaksi sosial yang

bertujuan agar terciptanya suatu kerjasama dikatakan sebagai interaksi sosial


asosiatif. Interaksi sosial asosiatif sendiri dapat dibagi kedalam 3 aspek khusus

interaksi yaitu:

a. Kerjasama

Kerjasama adalah suatu tindakan yang dilakukan bersama-sama baik

antar individu, antar kelompok, maupun individu dengan kelompok

yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama. Terdapat beberapa

jenis kerjasama, seperti kerjasama spontan, yaitu suatu usaha bersama

yang terjadi tanpa ada perencanaan terlebih dahulu. Kemudian

kerjasama langsung, yaitu hasil dari perintah atasan atau pemimpin

kelompok yang berdasarkan hierarki. Selain itu terdapat jenis

kerjasama yang terjadi atas dasar tertentu, seperti adanya kontrak atau

perjanjian yang disebut dengan kerjasama kontrak. Terdapat pula

kerjasama tradisional yang merupakan kerjasama sebagai bagian dari

unsur sistem sosial.

b. Akomodasi

Akomodasi dapat bermakna dua hal, yaitu untuk menunjuk pada suatu

keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang

menunjuk pada suatu keadaan bermakna terdapat keseimbangan interaksi

antar individu ataupun antar kelompok yang berkaitan dengan nilai-nilai

dan norma sosial yang berlaku dimasyarakat. Akomodasi yang menunjuk

pada suatu proses yaitu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

mencapai suatu kestabilan. Selain itu juga adanya usaha-usaha yang

dilakukan untuk menghindari atau menyelesaikan suatu konflik.


c. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial dalam tingkat lanjut, ditandai dengan

adanya berbagai usaha mengurangi setiap perbedaan yang terdapat antara

orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi

usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-

proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan serta

tujuan-tujuan bersama. Apabila orang-orang melakukan asimilasi kedalam

suatu kelompok manusia atau masyarakat, maka dia tidak lagi

membedakan dirinya dengan kelompok tersebut, dengan demikian mereka

tidak dianggap sebagai orang asing.

Asimilasi dapat ditandai dengan adanya usaha untuk meningkatkan

kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental demi mencapai tujuan

dan kepentingan bersama, serta adanya usaha untuk meminimalkan setiap

perbedaan yang terdapat antar perorangan ataupun antar kelompok.

Motivasi seseorang dalam melakukan asimilasi adalah agar tidak

dianggap sebagai orang asing serta tidak membedakan dirinya didalam

suatu kelompok.

3. Faktor-Faktor Interaksi Sosial

Menurut Sunaryo (2015) terdapat beberapa faktor didalam interaksi

sosial, yaitu:

a. Faktor Imitasi

Imitasi merupakan sebuah proses belajar yang lebih menitikberatkan

pada copy atau peniruan terhadap perilaku orang lain. Menurut sifatnya,
imitasi dapat dibagi dua, yaitu positif dan negative. Imitasi positif

adalah imitasi yang mendorong individu untuk mematuhi kaidah, nilai,

norma yang berlaku. Imitasi negatif akan membuat individu termotivasi

untuk melanggar peraturan dan melakukan hal-hal buruk.

b. Faktor Sugesti

Sugesti merupakan pemberian pengaruh atau pandangan terhadap suatu

hal yang ditujukan kepada orang lain dengan tujuan akhir orang tersebut

akan mengikuti arahan atau pandangan sebagaimana yang diinginkan.

c. Faktor Identifikasi

Identifikasi muncul didasari oleh adanya suatu kecenderungan untuk

membuat diri menjadi sama dengan pihak lain yang dianggap sebagai

tipe ideal dalam hidupnya. Proses identifikasi ini dapat berlangsung

secara sengaja ataupun tidak sengaja karena biasanya individu akan

mengikuti orang-orang yang dianggap sebagai role model.

d. Faktor Simpati

Simpati adalah keadaan dimana munculnya rasa ketertarikan seseorang

terhadap pihak lain sehingga dapat merasakan kondisi yang sedang

dialami oleh pihak tersebut.

C. Lansia

1. Definisi Lansia

Setelah melewati masa remaja, individu akan melalui tahapan

perkembangan berikutnya yang dibedakan dalam rentang umur tertentu. Usia


20 tahun disebut sebagai masa permulaan dewasa awal dan akan berlangsung

hingga usia 45 tahun. Individu yang memasuki rentang usia sekitar 45-65

tahun dikelompokkan kedalam masa dewasa madya, dan melewati usia 65

tahun maka individu telah memasuki masa dewasa akhir atau yang disebut

juga dengan lansia (Desmita, 2006).

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 menetapkan

individu yang berusia 60 tahun sebagai usia permulaan tua atau lansia. Menua

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses perubahan bertahap pada

seseorang yang melibatkan berbagai aspek, seperti fisik, psikologis, ekonomi

dan sosial.

Hurlock (2002) menjelaskan bahwa masa yang dialami oleh lansia

disebut dengan periode perubahan. Periode yang menyenangkan serta waktu

yang penuh manfaat tidak akan dirasakan lagi oleh lansia dikarenakan periode

ini merupakan periode terakhir atau penutup dalam rentang perjalanan

perkembangan manusia.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa lansia

adalah individu yang berusia 60 tahun keatas yang mengalami kemunduran

fisik, mental dan sosial.

2. Ciri-Ciri Lansia

Menurut Hurlock (2002), ciri-ciri lansia yaitu:


a. Mengalami kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Lansia pada umumnya akan mengalami berbagai

perubahan yang cukup drastis didalam kehidupan, baik dari segi fisik

maupun psikologis, namun perubahan tersebut lebih cenderung kearah

kemunduran. Kemunduran ini akan memberikan pengaruh pada

psikologis lansia. Motivasi memainkan peranan penting dalam

kemunduran pada lansia. Apabila lansia memiliki motivasi yang

rendah, maka kemunduran yang dialami akan semakin cepat,

sebaliknya kemunduran akan lama terjadi jika lansia memiliki motivasi

yang tinggi.

b. Memiliki status kelompok minoritas

Lansia kerap kali mendapatkan pandangan dan sikap sosial yang

kurang menyenangkan dari orang-orang disekitarnya. Pendapat-

pendapat klise yang jelek juga seringkali disematkan pada kelompok

lansia, seperti sikap keras kepala dan sisi egois yang cukup tinggi. Hal

ini mengakibatkan lansia mendapatkan status sebagai kelompok

minoritas.

c. Perubahan peran

Seiring dengan munculnya kemunduran dalam segala hal yang dialami

oleh lansia, maka peran lansia pun juga akan berubah. Perubahan ini

sebaiknya tidak mendapat tekanan dari lingkungan sosialnya,


melainkan memberikan kesempatan kepada lansia untuk menentukan

sendiri perubahan yang dikehendaki.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk diakibatkan

oleh perlakuan buruk yang diterima dari orang disekitarnya. Perlakuan

yang diterima dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap

lansia dalam melakukan penyesuaian diri.

D. Kerangka Berpikir

Individu yang sudah berusia diatas 60 tahun pada umumnya akan mulai

menunjukkan beberapa gejala kemunduran yang terjadi secara bertahap pada

berbagai aspek kehidupannya, seperti kondisi fisik, mental dan sosial (Azizah,

2011). Kesehatan yang menurun, perubahan pola aktivitas, perubahan pola

berpikir, serta perubahan status sosial merupakan hal-hal yang akan dirasakan

oleh lansia, serta mereka dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perubahan-

perubahan tersebut. Proses adaptasi pada lansia akan menjadi tantangan yang

lebih besar ketika lansia tinggal di panti sosial. Perasaan tidak nyaman serta

adaptasi yang tidak berjalan dengan baik terhadap perubahan fisik, mental dan

sosial lansia dapat menimbulkan gangguan psikologis. Salah satu permasalahan

psikologis yang sering terjadi pada lansia adalah depresi (Jamini, dkk. 2020).

Depresi pada lansia menurut Adams, Matto & Sanders (2004) dapat berupa

perasaan sedih dan putus asa, perilaku menarik diri dari lingkungan, munculnya

rasa khawatir berlebihan, serta gangguan ingatan.


Salah satu faktor yang menyumbang kejadian depresi pada lansia adalah

faktor sosial, yang mana interaksi sosial yang buruk dengan lingkungan seringkali

berkorelasi dengan depresi (Sue, Sue & Sue, 2013). Interaksi sosial merupakan

suatu hubungan saling mempengaruhi antara individu satu dengan lainnya yang dapat

mengubah perilaku, sikap, atau tindakan individu lain (Sunaryo, 2015). Sebagai

makhluk sosial, lansia juga memiliki kebutuhan untuk menjalin interaksi dengan

orang lain. Interaksi sosial yang terjadi akan berdampak terhadap kondisi

psikologis yang dialami oleh seseorang, begitupun pada lansia yang mengalami

interaksi sosial yang sangat minim dengan lingkungannya akan membuat lansia

merasa minder, dan kurang percaya diri untuk membina relasi sosial (Pieter, dkk

2011).

Lansia yang memiliki interaksi sosial yang baik tentunya tidak akan merasa

kesepian dan tersisihkan dari lingkungan, dikarenakan lansia akan memiliki banyak

teman atau relasi dan memiliki aktivitas untuk mengisi waktu luang sehingga

lanjut usia tidak akan merasa terisolir serta merasa berguna dalam hidup (Sehanto,

Widodo & Aniroh, 2013). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif

antara interaksi sosial dengan tingkat depresi, artinya semakin baik interaksi sosial

pada lansia maka akan semakin rendah tingkat depresi (Jamini, dkk. 2020).

Berdasarkan aspek interaksi sosial yang dikemukakan oleh Soekanto

(dalam Sunaryo, 2015) yang terdiri atas kerjasama, akomodasi dan asimiliasi,

dapat dipahami bahwa interaksi sosial merupakan suatu usaha yang dilakukan

oleh individu untuk menjalin komunikasi dengan lingkungan sekitarnya serta

berusaha untuk menjaga keseimbangan dan kestabilan komunikasi sehingga dapat


meminimalkan konflik dengan orang disekitarnya, serta adanya usaha untuk

terlibat secara aktif dalam aktivitas kelompok. Hal ini akan membuat lansia selalu

terlibat dalam kontak sosial dengan lingkungannya sehingga kecenderungan untuk

mengalami isolasi sosial yang dapat berujung pada peningkatan kecenderungan

terjadinya depresi dapat diminimalkan (Sehanto, Widodo & Aniroh, 2013).

Depresi sendiri merupakan suatu permasalah psikologis yang umum

dijumpai pada usia lansia yang dapat diakibatkan oleh adaptasi yang buruk dengan

perubahan fisik mental dan sosial serta adanya stressor seperti masalah kesehatan,

kematian pasangan, ekonomi, dan kedudukan sosial. Namun, lansia yang mampu

untuk selalu menjalin interaksi serta terlibat secara aktif dengan kegiatan yang

dapat diikuti akan dapat menekan kecenderungan munculnya perasaan isolasi

sosial atau tersisihkan dari lingkungan serta kecenderungan untuk menarik diri

dari lingkungan sosial yang merupakan pengaruh dari adanya stressor pada

periode usia lansia. Kondisi psikologis lansia sangat dipengaruhi bagaimana

kualitas hubungan sosial yang dijalani oleh lansia, dikarenakan hubungan sosial

yang tercipta dan terjalin baik dengan sesama akan menciptakan kejiwaan yang

sehat, begitupun sebaliknya hubungan sosial yang buruk rentan terhadap

gangguan psikologis (Sarwono, dalam Sehanto, 2013).

E. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: terdapat hubungan yang

signifikan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia di PSTW

Khusnul Khotimah Pekanbaru.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain kuantitatif korelasional digunakan pada penelitian ini untuk

melihat korelasi antar variabel serta sejauh mana variasi dalam satu variabel

berhubungan dengan variabel lain. Penelitian korelasional digunakan karena

penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel terikat (Y) tingkat

depresi dan variabel bebas (X) interaksi sosial.

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Variabel dalam penelitian ini

adalah:

1. Variabel terikat (Y) : Depresi

2. Variabel bebas (X) : Interaksi Sosial

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, definisi operasional dari variabel yang diteliti adalah

sebagai berikut:

1. Depresi

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan gejala-

gejala seperti kehilangan mood dan gairah, perasaan sedih dan bersalah,

24
25

gangguan berpikir serta kehilangan minat pada berbagai aktivitas yang

biasanya dilakukan.

2. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial dinamis dan timbal

balik antar individu atau kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan kelompok yang menjadi subjek penelitian

yang ditentukan dengan berbagai pertimbangan, serta memiliki kriteria dan

karakteristik tertentu sebagaimana yang telah ditentukan dan sesuai

dengan kebutuhan didalam penelitian, dengan tujuan akhir untuk dipelajari

dan mendapatkan suatu kesimpulan (Sugiyono, 2014). Populasi dalam

penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha

Khusnul Khotimah Pekanbaru sebanyak 66 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2014). Adapun yang menjadi sampel pada

penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha

Khusnul Khotimah Pekanbaru sebanyak 66 orang. Pertimbangan ini dibuat

dikarenakan jumlah populasi dari subjek penelitan kurang dari 100,

sehingga jumlah sampel yang diambil adalah semuanya (Arikunto, 2006).


26

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability

sampling dengan pendekatan simple random sampling, yaitu pemilihan

sampel dengan penetapan kriteria sehingga responden yang terpilih adalah

yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Arikunto, 2006). Adapun kriteria

yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Lansia yang kooperatif

2. Lansia yang bersedia menjadi responden

3. Lansia yang dapat berkomunikasi verbal

E. Metode pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan skala sebagai metode pengumpulan data.

Penggunaan skala dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

tentang kondisi dan sikap diri subjek penelitian (Azwar, 2009). Adapun skala

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale

(GDS) dan skala interaksi sosial.

1. Geriatric Depression Scale (GDS)

Skala Geriatric Depression Scale (GDS) Adalah salah satu instrument

yang sering digunakan untuk mengukur tingkat depresi pada lansia. Skala ini

pertama kali disusun oleh Yesavage & Brink (1983) berisikan 30 aitem yang

digunakan untuk menggambarkan tingkat depresi pada lansia. Skala ini lalu

dimodifikasi dan dikaji ulang oleh Adams, Matto & Sanders (2004) dengan

menghasilkan skala dengan jumlah aitem yang lebih sedikit dan lebih mudah
27

dikerjakan oleh orang berusia lanjut. Greenberg (2019) menyatakan aitem-

aitem terpilih pada skala Geriatric Depression Scale (GDS) versi pendek

merupakan aitem-aitem yang memiliki korelasi tertinggi dengan gejala-gejala

depresi pada lansia.

Peneliti mengadopsi skala yang telah dimodifikasi oleh Adams,

Matto & Sanders yang terdiri atas 15 pertanyaan dengan format respon berupa

“Ya” atau “Tidak”. Setiap jawaban dari aitem favorable akan diberi nilai 1

jika menjawab pilihan “Ya”, dan aitem unfavorable akan diberi nilai 1 jika

menjawab pilihan “Tidak”. Keseluruhan jawaban subjek akan dikelompokkan

dengan hasil 0-4 : tidak depresi, 5-8 : depresi ringan, 9-11 : depresi sedang,

12-15: depresi berat.

Tabel 3.1
Blue Print Geriatric Depression Scale (GDS)
No Aspek Aitem
Indikator Jumlah
Depresi F UF
1 Dysphoric Perasaan tidak puas
Mood dengan kehidupan,
Perasaan kekosongan
dalam hidup, sering
merasa bosan, kurang
memiliki semangat,
kurang bahagia 3, 4, 15 1, 5, 7, 11, 7
sepanjang waktu,
kurang merasa bahagia
masih diberikan
kehidupan, merasa
orang lain lebih baik

2 Withdrawal- Mengurangi aktivitas


Apathy-Vigor dan hobi, lebih
memilih untuk diam 2, 9 13
3
dirumah, tidak
memiliki semangat

3 Worry Takut hal buruk akan 6 - 1


28

terjadi

4 Cognitive Memiliki masalah


Impairment memori dibanding
10 - 1
orang lain

5 Hopelessness Perasaan tidak


berdaya, tidak
8, 12, 14
berharga, merasa - 3
keadaan sekarang tidak
ada harapan
Total 10 5 15

2. Skala Interaksi Sosial

Peneliti menggunakan skala interaksi sosial yang diadaptasi dari

penelitian Peny Indrawati (2019) yang berjudul Hubungan Interaksi Sosial

Terhadap Tingkat Kesepian Dan Kualitas Hidup Pada Lansia di UPT Griya

Werdha Jambangan Surabaya. Skala ini berisikan 19 pernyataan yang terdiri

dari 16 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pernyataan positif

Kuesioner interaksi sosial ini menggunakan skala Likert dengan pilihan

“Sering”, “Kadang-kadang”, “Tidak Pernah”. Pilihan jawaban pada aitem

favorable akan diberi nilai 3 (sering), 2 (kadang-kadang), 1 (tidak pernah),

dan untuk aitem unfavorable akan diberi nilai 1 (sering), 2 (kadang-

kadang), 3 (tidak pernah). Keseluruhan jawaban subjek penelitian akan

diinterpretasikan dalam kategori interaksi sosial baik = ≥ 76 – 100%,

interaksi sosial cukup = 60 – 75%, dan interaksi sosial kurang = < 60%.
29

Tabel 3.2
Blue Print Skala Interaksi Sosial
No Aspek Aitem
Indikator Jumlah
Interaksi Sosial F UF
1 Kerjasama Orientasi individu
terhadap kelompok,
kesadaran akan adanya
kepentingan bersama, 1, 2, 3, 4, 5, 6 - 6
pengendalian untuk
memenuhi kepentingan
melalui kerjasama

2 Akomodasi Menjalin komunikasi


dengan lingkungan, 7
menghindari atau 9, 10, 11, 12, 7, 8
menyelesaikan konflik 13
3 Asimilasi Toleransi dalam
masyarakat, sikap
menghargai orang lain, 15, 16, 17,
14 6
mengurangi perbedaan 18, 19
paaham antar
kelompok
Total 16 3 19

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang

tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan

hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes

yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran

dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2009).


30

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi isi.

Validasi isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi

tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar 2009).

Pendapat professional dalam hal menguji validitas isi skala penelitian ini

adalah dosen pembimbing.

2. Uji Daya Beda Aitem

Daya beda aitem atau disebut juga daya diskriminasi dilakukan

pengujian dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor

aitem dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan

menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix). Untuk mengolahnya peneliti

akan menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 23,0 for windows, dengan cara menghubungkan atau mengkorelasikan

skor tiap butir dengan skor totalnya.

Penentuan kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total

dengan batasan rix ≤ 0,30. Dengan demikian aitem yang koefisien ≤ 0,30

dinyatakan gugur. Sedangkan aitem yang dianggap valid adalah aitem dengan

koefisien korelasi ≥ 0,30. Sebaliknya, apabila jumlah aitem yang lolos ternyata

masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan

untuk menurunkan sedikit batas korelasi dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga

jumlah aitem yang diiinginkan dapat tercapai (Azwar, 2013). Dalam penelitian

ini, dikarenakan jumlah aitem yang digunakan pada skala adopsi variabel

depresi dan interaksi sosial sedikit, maka batas korelasi yang digunakan adalah

0,25.
31

Berdasarkan hasil analisis terhadap 15 aitem skala Geriatric Depression

Scale (GDS), terdapat satu aitem yang gugur dan 14 aitem yang valid. Nilai

koefisien korelasi skala Geriatric Depression Scale (GDS) berkisar antara

0,254-0,452. Adapun rincian aitem yang gugur pada skala Geriatric

Depression Scale (GDS) tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.3
Blue Print Geriatric Depression Scale (GDS) Setelah Pengujian
No Aspek Aitem Valid Aitem Gugur
Indikator Jumlah
Depresi F UF F UF
1 Dysphoric Perasaan tidak
Mood puas dengan
kehidupan,
Perasaan
kekosongan dalam
hidup, sering
merasa bosan,
kurang memiliki
semangat, kurang 3, 4 1, 5, 7, 11 15 - 7
bahagia sepanjang
waktu, kurang
merasa bahagia
masih diberikan
kehidupan, merasa
orang lain lebih
baik

2 Withdrawal- Mengurangi
Apathy- aktivitas dan hobi,
Vigor lebih memilih 2, 9 13 - -
untuk diam 3
dirumah, tidak
memiliki semangat

3 Worry Takut hal buruk


akan terjadi 6 - - - 1

4 Cognitive Memiliki masalah


Impairment memori dibanding
10 - 1
orang lain - -

5 Hopelessness Perasaan tidak 8, 12, 14 - 3


32

berdaya, tidak
berharga, merasa - -
keadaan sekarang
tidak ada harapan

Total 9 5 1 15

Berdasarkan aitem yang valid dan membuang aitem yang gugur setelah

dilakukan pengujian, maka disusun blue print skala Geriatric Depression Scale

(GDS) yang baru untuk penelitian yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4
Blue Print Geriatric Depression Scale (GDS) Untuk Penelitian
No Aspek Aitem
Indikator Jumlah
Depresi F UF
1 Dysphoric Perasaan tidak puas
Mood dengan kehidupan,
Perasaan kekosongan
dalam hidup, sering
merasa bosan, kurang
memiliki semangat,
kurang bahagia 3, 4 1, 5, 7, 11 6
sepanjang waktu,
kurang merasa bahagia
masih diberikan
kehidupan, merasa
orang lain lebih baik

2 Withdrawal- Mengurangi aktivitas


Apathy-Vigor dan hobi, lebih
memilih untuk diam 2, 9 13
3
dirumah, tidak
memiliki semangat

3 Worry Takut hal buruk akan


terjadi 6 - 1

4 Cognitive Memiliki masalah


Impairment memori dibanding
10 - 1
orang lain

5 Hopelessness Perasaan tidak 8, 12, 14


- 3
berdaya, tidak
33

berharga, merasa
keadaan sekarang tidak
ada harapan

Total 9 5 14

Pada skala interaksi sosial, setelah dilakukan analisis terhadap 19 aitem,

diperoleh hasil 18 aitem valid dan satu aitem gugur. Nilai koefisien korelasi skala

interaksi sosial berkisar antara 0,378-0,821. Adapun rincian aitem yang gugur

pada skala Interaksi Sosial tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.5
Blue Print Skala Interaksi Sosial Setelah Pengujian
No Aspek Aitem Valid Aitem Gugur
Interaksi Indikator Jumlah
F UF F UF
Sosial
1 Kerjasama Orientasi individu
terhadap
kelompok,
kesadaran akan
adanya
1, 2, 3, 4, 5,
kepentingan - - - 6
6
bersama,
pengendalian
untuk memenuhi
kepentingan
melalui kerjasama

2 Akomodasi Menjalin
komunikasi
dengan 9, 10, 11, 7 - 8
7
lingkungan, 12, 13
menghindari atau
menyelesaikan
konflik
3 Asimilasi Toleransi dalam
masyarakat, sikap
menghargai orang 15, 16, 17,
14 6
lain, mengurangi 18, 19 - -
perbedaan paaham
antar kelompok
Total 16 2 1 19
34

Berdasarkan aitem yang valid dan membuang aitem yang gugur setelah

dilakukan pengujian, maka disusun blue print skala Geriatric Depression Scale

(GDS) yang baru untuk penelitian yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6
Blue Print Skala Interaksi Sosial Untuk Penelitian
No Aspek Aitem
Indikator Jumlah
Interaksi Sosial F UF
1 Kerjasama Orientasi individu
terhadap kelompok,
kesadaran akan adanya
kepentingan bersama, 1, 2, 3, 4, 5, 6 - 6
pengendalian untuk
memenuhi kepentingan
melalui kerjasama

2 Akomodasi Menjalin komunikasi


dengan lingkungan,
menghindari atau 9, 10, 11, 12, 7 6
menyelesaikan konflik 13
3 Asimilasi Toleransi dalam
masyarakat, sikap
menghargai orang lain, 15, 16, 17,
14 6
mengurangi perbedaan 18, 19
paaham antar
kelompok
Total 16 2 18

3. Reliabilitas

Pengertian reliabilitas mengacu pada keterpercayaan atau konsistensi

hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran.

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0 sampai 1,00. Semakin

koefisien reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas

suatu alat ukur. Sebaliknya, semakin koefisien mendekati angka 0 maka

semakin rendah reliabilitas alat ukur tersebut (Azwar, 2015).


35

Untuk megetahui koefisien reliabilitas alat ukur, penelitian ini

menggunakan distribusi nilai perbandingan alpha cronbach dengan bantuan

komputasi program SPSS (statistic of package for social science) 25 for

windows. Apabila nilai alpha cronbach semakin mendekati nilai 1 maka dapat

dikatakan bahwa alat ukur yang dipakai semakin terpercaya.

Keseluruhan aitem variabel depresi dan interaksi sosial yang telah

diuji reliabilitasnya diketahui memiliki nilai koefisien reliabilitas seperti yang

tercantum pada table berikut.

Tabel 3.7
Koefisian Reliabilitas
No Variabel Cronbach‟s Alpha
1 Depresi 0, 714
2 Interaksi Sosial 0, 926

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua alat ukur

variabel depresi dan interaksi sosial adalah reliabel. Hal ini dapat dilihat dari

nilai koefisien skala interaksi sosial dan koefisien skala depresi berada diatas

0,60, dimana nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,60 (α > 0,60) merupakan syarat

minimal suatu konstruk atau variabel dapat dikatakan reliabel (Ghozali, 2001).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi product moment.

Tujuan dari teknik ini adalah untuk melihat hubungan antara variabel interaksi

sosial (X) dengan depresi (Y). Teknik analisis data ini menggunakan bantuan

program SPSS 25.0 for windows.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan negatif antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Artinya semakin

baik interaksi sosial yang dilakukan lansia maka semakin rendah tingkat

depresi. Sebaliknya, semakin kurang interaksi sosial maka semakin tinggi

tingkat depresi pada lansia.

2. Berdasarkan hasil uji perbedaan didapatkan ada perbedaan tingkat depresi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru

berdasarkan jenis kelamin. Lansia perempuan memiliki tingkat depresi lebih

tinggi dibandingkan lansia laki-laki.

3. Terdapat perbedaan tingkat depresi lansia dilihat dari usia, dimana lansia yang

berusia diatas 70 tahun memiliki tingkat depresi lebih tinggi dibandingkan

lansia berusia dibawah 70 tahun.

B. Saran

Berikut beberapa saran yang peneliti berikan terkait penelitian yang telah

peneliti lakukan:

1. Bagi Responden

Lansia diharapkan tetap aktif dan rutin dalam mengikuti kegiatan

yang diadakan di panti sosial yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi

52
53

sosial baik dengan sesama lansia ataupun juga dengan perawat di panti

sehingga lansia dapat terhindar dari mengalami depresi yang tinggi.

2. Bagi Tempat Penelitian

Mempertahankan kegiatan rutin yang sudah ada bagi para lansia,

serta mengembangkan kegiatan baru dengan tetap bertumpu pada kegiatan

yang dapat memancing lansia melakukan interaksi yang dapat ditujukan

bagi para lansia yang tidak dapat menghadiri kegiatan bersama karena

alasan kesehatan, sehingga lansia yang berhalangan hadir tetap dapat

berkegiatan meski hanya dari kamar.

3. Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian terkait tingkat depresi,

namun dihubungkan dengan variabel bebas lain.

b. Melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar atau

dengan populasi yang lebih luas.

c. Dapat menggunakan tambahan metode wawancara yang lebih terstruktur

untuk mendapatkan data secara detil


DAFTAR PUSTAKA

Adams, K. B., Matto, H. C., & Sanders, S. (2004). Confirmatory factor


analysis of the geriatric depression scale. Gerontologist, Vol. 44 No. 6,
Page 818–826.

Anggrainy, V., Ainiyah, Fakhirah F., & Putri, Nidya T. (2018). Depression
Relationship with Blood Pressure in the Elderly at the Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Social Home Pekanbaru in 2018. Journal of Widya
Medika Junior Vol. 4 No. 1 Januari 2022.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Ayuningtyas, Ratih. & Rezeki, Mudia Sri. (2019). Hubungan Depresi dengan
Status Gizi Pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru Tahun 2019. Collaborative
Medical Journal (CMJ) Vol. 3 No. 1 Januari 2020

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azwar, Saifuddin. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2010). Psikologi Abnormal.

Jakarta: Rajawali Pers.

Dayakisni, T. & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Efendi, F. & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Fadhilah, Riesta Ridha Tri. (2018). Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan
Happiness Pada Lansia. Skripsi. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Greenberg, Sherry A. (2019). The Geriatric Depression Scale (GDS). New


York University Rory Meyers College of Nursing. Issue Number 4,
Revised 2019.

Hartono, J. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis. Salah kaprah dan


pengalaman- pengalaman. Jogjakarta.

Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta.

54
Indrawati, Peny. (2019). Hubungan Interaksi Sosial Terhadap Tingkat
Kesepian dan Kualitas Hidup Pada Lansia di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya. Skripsi. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

Jamini, Theresia. Jumaedy, Fandi & Agustina, Dwi Martha. (2020). Hubungan
Interaksi Sosial dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Sejahterah Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal
Surya Medika (JSM) Vol. 6 No. 1 Agustus 2020, Page 171-176

Kusumowardani, Andreany & Puspitosari, Aniek. (2014). Hubungan Antara


Tingkat Depresi Lansia dengan Interaksi Sosial Lansia di Desa
Sobokerto Kecamatan Ngemplak Boyolali. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, Vol. 3 No. 2 November 2014, Halaman 106-214

Lubis, Fitri Annisa. (2018). Hubungan Tingkat Depresi dengan Interaksi


Sosial Pada Lansia di Desa Sena Kecamatan Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Mubarak, Wahit Iqbal (2009). Sosiologi untuk Keperawatan Pengantar dan


Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Oktaviana, Eva Surya. (2018). Hubungan Interaksi Sosial dan Self Efficacy
dengan Kesejahteraan Psikologis Lansia yang Tinggal di Panti
Werdha. Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya.

Papalia, D., Old, S., & Feldman, R. (2007). Human Development and Aging
(10th ed.). New York: McGraw-Hill

Parasari, G, A, T & Lestari, M. D. (2015). Hubungan Dukungan Sosial


Keluarga dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Kelurahan Sading.
Jurnal Psikologi Udayana Vol. 2, No. 1, 68-77.

Patrisia, Veronika. (2015). Perbedaan Psychological Well-Being Lansia yang


Tinggal di Panti Werdha dan di Rumah. Skripsi. Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.

Pieter, Herri Zan, Bethsaida Janiwarti, Marti Saragih (2011). Pengantar


Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Pratt, L. A & Brody, D. J. (2014). Depression in the U.S. Household


Population, 2009-2012. NCHS Data Brief
Sari, Rima, Arneliwati & Sri Utami. (2015). Perbedaan Tingkat Depresi
Antara Lansia yang Tinggal di PSTW dengan Lansia yang Tinggal
Ditengah Keluarga. JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015

Sehanto, Gipta Galih Widodo, Ummi Aniroh (2014). Hubungan Interaksi


Sosial Dengan Tingkat Depresi pada Lanjut usia di Desa Leyangan
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R& D.


Bandung: Alfabeta.

Suardiman. (2011). Psikologi usia lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Sue, David, Sue, Wing Derald, Sue Diane, Sue, Stanley. (2013).
Understanding Abnormal Behavior. Asia: Cengage Learning
International Office.

Sunaryo. (2015). Sosiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.


LAMPIRAN A
LEMBAR VALIDASI ALAT UKUR
LEMBAR VALIDASI ALAT UKUR

(Skala Geriatric Depression Scale)

1. Definisi Operasional

Depresi

Depresi merupakan gangguan mental yang biasanya ditandai dengan

gejala-gejala seperti kehilangan mood dan gairah, perasaan sedih dan

bersalah, gangguan berpikir serta kehilangan minat pada berbagai aktivitas

yang biasanya dilakukan.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur

Geriatric Depression Scale (GDS) yang disusun oleh Adams, Matto &

Sanders (2004). Alat ukur ini mengalami alih bahasa dari Bahasa Inggris ke

Bahasa Indonesia.

Keterangan Skala:

Skala yang digunakan :Geriatric Depression Scale (GDS)

[-] Buat Sendiri

[-] Modifikasi

[] Terjemahan

Jumlah Aitem : 15 Aitem

Jenis dan Format Respon : Persetujuan (Rating)


2. Penilaian Setiap Butir Aitem

Petunjuk:

Pada bagian ini, saya memohon kepada Bapak/Ibu untuk

memberikan penilaian pada setiap pernyataan didalam skala. Bapak/Ibu

dimohon untuk menilai berdasarkan kesesuaian penyataan (aitem) dengan

indicator yang diajukan. Penilaian dilakukan dengan memilih salah satu

dari alternative jawaban yang disediakan, yaitu: (R) Relevan, (KR) Kurang

Relevan, (TR) Tidak Relevan. Untuk jawaban yang dipilih, mohon

Bapak/Ibu memberikan tanda checklist () pada kolom yang telah

disediakan.

Contoh:

No Aitem Pilihan Jawaban

R KR TR

1 Saya merasa mudah sedih setiap



hari

Jika Bapak/Ibu menilai bahwa aitem tersebut relevan dengan

indikatornya berilah tanda checklist () pada kolom relevan. Demikian

seterusnya untuk semua aitem.


LEMBAR VALIDASI ALAT UKUR

(Skala Interaksi Sosial)

1. Definisi Operasional

Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial dinamis dan timbal

balik antar individu atau kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur

interaksi sosial yang diadaptasi dari penelitian Penny Indrawati (2019). Skala

ini disusun berdasarkan aspek-aspek interaksi sosial yang dikemukakan oleh

Soekanto (dalam Sunaryo, 2015).

Keterangan Skala:

Skala yang digunakan : Skala Interaksi Sosial

[-] Buat Sendiri

[-] Terjemahan

[] Adaptasi

Jumlah Aitem : 19 Aitem

Jenis dan Format Respon : Persetujuan (Rating)

2. Penilaian Setiap Butir Aitem

Petunjuk:

Pada bagian ini, saya memohon kepada Bapak/Ibu untuk

memberikan penilaian pada setiap pernyataan didalam skala. Bapak/Ibu

dimohon untuk menilai berdasarkan kesesuaian penyataan (aitem) dengan


indicator yang diajukan. Penilaian dilakukan dengan memilih salah satu

dari alternative jawaban yang disediakan, yaitu: (R) Relevan, (KR) Kurang

Relevan, (TR) Tidak Relevan. Untuk jawaban yang dipilih, mohon

Bapak/Ibu memberikan tanda checklist () pada kolom yang telah

disediakan.

Contoh:

No Aitem Pilihan Jawaban

R KR TR

1 Saya merasa mudah sedih setiap



hari

Jika Bapak/Ibu menilai bahwa aitem tersebut relevan dengan

indikatornya berilah tanda checklist () pada kolom relevan. Demikian

seterusnya untuk semua aitem.


LEMBAR VALIDASI ALAT UKUR

(Skala Geriatric Depression Scale)

1. Definisi Operasional

Depresi

Depresi merupakan gangguan mental yang biasanya ditandai dengan

gejala-gejala seperti kehilangan mood dan gairah, perasaan sedih dan

bersalah, gangguan berpikir serta kehilangan minat pada berbagai aktivitas

yang biasanya dilakukan.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur

Geriatric Depression Scale (GDS) yang disusun oleh Adams, Matto &

Sanders (2004). Alat ukur ini mengalami alih bahasa dari Bahasa Inggris ke

Bahasa Indonesia.

Keterangan Skala:

Skala yang digunakan :Geriatric Depression Scale (GDS)

[-] Buat Sendiri

[-] Modifikasi

[] Terjemahan

Jumlah Aitem : 15 Aitem

Jenis dan Format Respon : Persetujuan (Rating)


2. Penilaian Setiap Butir Aitem

Petunjuk:

Pada bagian ini, saya memohon kepada Bapak/Ibu untuk

memberikan penilaian pada setiap pernyataan didalam skala. Bapak/Ibu

dimohon untuk menilai berdasarkan kesesuaian penyataan (aitem) dengan

indicator yang diajukan. Penilaian dilakukan dengan memilih salah satu

dari alternative jawaban yang disediakan, yaitu: (R) Relevan, (KR) Kurang

Relevan, (TR) Tidak Relevan. Untuk jawaban yang dipilih, mohon

Bapak/Ibu memberikan tanda checklist () pada kolom yang telah

disediakan.

Contoh:

No Aitem Pilihan Jawaban

R KR TR

1 Saya merasa mudah sedih setiap



hari

Jika Bapak/Ibu menilai bahwa aitem tersebut relevan dengan

indikatornya berilah tanda checklist () pada kolom relevan. Demikian

seterusnya untuk semua aitem.


LEMBAR VALIDASI ALAT UKUR

(Skala Interaksi Sosial)

1. Definisi Operasional

Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial dinamis dan timbal

balik antar individu atau kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur

interaksi sosial yang diadaptasi dari penelitian Penny Indrawati (2019). Skala

ini disusun berdasarkan aspek-aspek interaksi sosial yang dikemukakan oleh

Soekanto (dalam Sunaryo, 2015).

Keterangan Skala:

Skala yang digunakan : Skala Interaksi Sosial

[-] Buat Sendiri

[-] Terjemahan

[] Adaptasi

Jumlah Aitem : 19 Aitem

Jenis dan Format Respon : Persetujuan (Rating)

2. Penilaian Setiap Butir Aitem

Petunjuk:

Pada bagian ini, saya memohon kepada Bapak/Ibu untuk

memberikan penilaian pada setiap pernyataan didalam skala. Bapak/Ibu

dimohon untuk menilai berdasarkan kesesuaian penyataan (aitem) dengan


indicator yang diajukan. Penilaian dilakukan dengan memilih salah satu

dari alternative jawaban yang disediakan, yaitu: (R) Relevan, (KR) Kurang

Relevan, (TR) Tidak Relevan. Untuk jawaban yang dipilih, mohon

Bapak/Ibu memberikan tanda checklist () pada kolom yang telah

disediakan.

Contoh:

No Aitem Pilihan Jawaban

R KR TR

1 Saya merasa mudah sedih setiap



hari

Jika Bapak/Ibu menilai bahwa aitem tersebut relevan dengan

indikatornya berilah tanda checklist () pada kolom relevan. Demikian

seterusnya untuk semua aitem.


LAMPIRAN B
SKALA PENELITIAN
IDENTITAS RESPONDEN

Nama/Inisial :

Jenis Kelamin : L/P (Lingkari Salah Satu)

Usia :

PETUNJUK PENGISIAN

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Saya Wiko Tri Widodo

dari Fakultas Psikologi UIN Suska Riau. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian yang ditujukan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul

Khotimah Pekanbaru. Terimakasih sebelumnya atas waktu dan kesempatan

Bapak/Ibu karean telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner

ini yang tersedia di lembaran selanjutnya. Adapun tujuan dalam pengisian

kuesioner ini adalah untuk keperluan penelitian ilmiah. Identitas dan jawaban dari

Bapak/Ibu akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan dan pernyataan kepada

anda, anda diminta untuk memilih salah satu dari pertanyaan dan pernyataan

tersebut sesuai dengan keadaan diri anda dengan cara memberi checklist () pada

salah satu pilihan jawaban yang disediakan, dan tidak ada jawaban yang dianggap

salah pada kuesioner ini. Pada lembar berikutnya akan terdapat dua kuesioner,

yaitu SKALA A dan SKALA B. Adapun alternatif jawaban untuk SKALA A


yaitu pilihan YA dan TIDAK. Pada SKALA B alternatif jawaban adalah sebagai

berikut.

SR : Sering KD : Kadang-Kadang TP : Tidak Pernah

SKALA A

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda?

2 Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa?

4 Apakah anda senantiasa bosan?

5 Apakah anda bersemangat setiap waktu?

Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan


6
menimpa anda?
Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu
7
anda?

8 Apakah anda merasa tidak berdaya?

Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada


9
berjalan-jalan keluar dan melalukan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
10
daya ingat anda dibandingkan dengan banyak orang?
Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan
11
kehidupan sampai sekarang?

12 Apakah anda merasa tidak berharga pada saat ini?

13 Apakah anda memiliki energi maksimal (penuh semangat)?

Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada


14
harapan?
Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik
15
keadaannya daripada anda?

SKALA B

No Pertanyaan SR KD TP

Saya memperkenalkan diri kepada orang yang baru saya


1
temui.

2 Saya menyapa lansia lain ketika bertemu.

3 Saya menghadiri kegiatan yang diadakan di panti.

Saya dapat bekerja sama dengan lansia lain ketika ada


4
kegiatan yang diadakan di panti.

5 Saya terlibat dalam kegiatan yang diadakan di panti.

Saya membantu lansia lain yang membutuhkan bantuan


6
saya.

7 Saya merasa sulit berbicara dengan orang lain.

8 Saya merasa malas berbicara dengan orang lain.

9 Saya dapat menghargai pendapat orang lain.

Saya dimintai pendapat oleh lansia lain ketika terjadi


10
masalah di lingkungan panti.
Saya menjadi penengah ketika terjadi perselisihan di
11
lingkungan panti.
Ketika saya bermasalah dengan lansia lain, saya
12
berusaha menyelesaikannya secepatnya
Ketika ada lansia lain yang saling berseteru, saya akan
13
berusaha menasehati untuk segera berdamai.
Ketika berada disuatu kegiatan, saya merasa khawatir
14
akan diabaikan.
Saya rukun dengan lansia lain untuk menghindari
15
pertengkaran.
Saya mengikuti acara keagamaan yang diadakan oleh
16
panti.

17 Saya menjenguk lansia lain jika ada yang sakit.

Saat hari raya saya mengunjungi lansia lain untuk


18
bermaaf-maafan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada orang yang
19
sudah membantu saya.
LAMPIRAN C
TABULASI DATA PENELITIAN
Tabulasi data Penelitian Variabel Depresi

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 8
2 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 8
3 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4
4 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 11
5 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 10
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 11
7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 11
8 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 8
9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 11
10 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 8
11 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
12 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4
13 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 8
14 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 7
15 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 3
16 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 6
17 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 9
18 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 8
19 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
20 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4
21 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
22 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
23 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8
24 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 8
25 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 5
26 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 10
27 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2
29 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 8
30 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 10
31 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 7
32 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11
33 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
34 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 9
35 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 5
36 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 10
37 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
38 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 6
39 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6
40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2
41 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
42 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
43 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 10
44 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2
45 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3
46 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 8
47 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 8
Tabulasi data Penelitian Variabel Interaksi Sosial

N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
o 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 41
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 48
4 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 33
5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
6 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 33
7 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 3 33
8 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 40
9 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 33
10 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 40
11 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 52
12 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 44
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
14 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 40
15 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 51
16 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 41
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
19 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 45
20 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 45
21 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 52
22 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 45
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37
25 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 41
26 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 33
27 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 44
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 52
29 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 39
30 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 33
31 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 41
32 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 3 33
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 52
34 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 42
35 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 42
36 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 29
37 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 42
38 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 42
39 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 42
40 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 51
41 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 52
42 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 53
43 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56
45 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 42
46 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 3 33
47 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 3 33
LAMPIRAN D
UJI RELIABILITAS DAN
DAYA BEDA AITEM
UJI RELIABILITAS DAN UJI DAYA BEDA AITEM

A. SKALA GERIATRIC DEPRESSION SCALE

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.714 15

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 6.13 8.505 .358 .694
VAR00002 5.66 8.708 .314 .700
VAR00003 6.04 8.172 .452 .683
VAR00004 5.87 8.462 .332 .697
VAR00005 6.17 8.666 .318 .699
VAR00006 5.79 8.302 .410 .688
VAR00007 6.17 8.666 .318 .699
VAR00008 6.11 8.445 .372 .693
VAR00009 5.70 8.648 .313 .700
VAR00010 5.83 8.623 .280 .704
VAR00011 5.87 8.679 .254 .707
VAR00012 6.11 8.575 .321 .699
VAR00013 6.21 8.867 .262 .705
VAR00014 6.21 8.693 .336 .697
VAR00015 6.09 9.123 .115 .722
B. SKALA INTERAKSI SOSIAL

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.926 19

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 39.26 41.412 .733 .920
VAR00002 39.26 42.412 .633 .923
VAR00003 39.21 37.606 .774 .918
VAR00004 39.45 39.383 .783 .918
VAR00005 39.34 38.838 .703 .920
VAR00006 39.11 40.749 .770 .919
VAR00007 39.02 40.978 .682 .921
VAR00008 38.91 45.601 -.051 .935
VAR00009 39.00 42.609 .410 .926
VAR00010 39.51 41.429 .378 .930
VAR00011 39.34 43.056 .553 .924
VAR00012 39.23 41.922 .699 .921
VAR00013 39.26 38.412 .701 .920
VAR00014 39.21 40.606 .821 .918
VAR00015 39.09 41.384 .582 .923
VAR00016 39.53 39.994 .770 .919
VAR00017 39.47 39.689 .769 .918
VAR00018 39.06 40.887 .717 .920
VAR00019 39.02 42.239 .474 .925
LAMPIRAN E
UJI ASUMSI
UJI ASUMSI

A. UJI NORMALITAS

Descriptive Statistics
Std.
Minimu Maximu Deviatio
N m m Mean n Skewness Kurtosis
Std. Std.
Statisti Statisti Statisti Erro Statisti Erro
c Statistic Statistic c Statistic c r c r
Depres 47 1 11 6.09 3.020 -.169 .34 -1.305 .68
i 7 1
Interak 47 27 53 38.91 6.753 .283 .34 -.661 .68
si 7 1
Sosial
Valid N 47
(listwis
e)

B. UJI LINEARITAS

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Depresi * Between (Combined) 363.745 13 27.980 16.514 .000
Interaksi Groups Linearity 334.503 1 334.503 197.420 .000
Sosial Deviation 29.242 12 2.437 1.438 .198
from
Linearity
Within Groups 55.914 33 1.694
Total 419.660 46
Measures of Association
Eta
R R Squared Eta Squared
Depresi * Interaksi -.893 .797 .931 .867
Sosial
LAMPIRAN F
UJI HIPOTESIS
UJI HIPOTESIS

Descriptive Statistics
Std.
Mean Deviation N
Interaksi 38.91 6.753 47
Sosial
Depresi 6.09 3.020 47

Correlations
Interaksi
Sosial Depresi
Interaksi Pearson 1 -.893**
Sosial Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 47 47
Depresi Pearson -.893** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 47 47
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
LAMPIRAN G
UJI PERBEDAAN
UJI PERBEDAAN

A. Berdasarkan Jenis Kelamin

Group Statistics
Std. Std. Error
JenisKelamin N Mean Deviation Mean
Depresi Perempuan 22 7.64 2.441 .520
Laki-Laki 25 4.72 2.851 .570

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Sig. Std. Confidence
(2- Mean Error Interval of the
tailed Differen Differen Difference
F Sig. t df ) ce ce Lower Upper
Depresi Equal 1.726 .196 3.74 45 .001 2.916 .780 1.346 4.487
variances 0
assumed
Equal 3.77 44.97 .000 2.916 .772 1.362 4.471
variances 8 3
not
assumed
B. Berdasarkan Usia

Group Statistics
Std. Std. Error
Usia N Mean Deviation Mean
Depresi 60-70 23 5.17 2.855 .595
71-83 24 6.96 2.971 .606

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of
the
Sig. Difference
(2- Mean Std. Error Uppe
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower r
Depresi Equal .023 .879 - 45 .042 -1.784 .850 - -.072
variances 2. 3.497
assumed 09
8
Equal - 44.999 .041 -1.784 .850 - -.073
variances 2. 3.496
not 10
assumed 0
LAMPIRAN H
SURAT-SURAT PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai