SKRIPSI
Diajukan Oleh
Mutia
2017320133
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Peran Teknik Bermain
SLB Negeri Aceh Timur) ini, berserta seluruh isinya adalah benar-benar karya
saya sendiri, dan saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam dunia keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila pada kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Mutia
2017320133
iv
KATA PENGANTAR
syukur yang tiada terhingga kehadirat Allah SWT yang Maha ‘Alim dan bijaksana
karena dengan rahmat dan kasih sayang-Nya juga peneliti memperoleh inspirasi,
kecerahan pikiran, kekuatan lahir dan batin sehingga peneliti dapat menyelesaikan
makhluk Allah Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya yang suci,
para sahabatnya yang mulia, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik
hingga hari kiamat. Sebagai hamba yang lemah, tentunya dalam penulisan skripsi
ini masih banyak kekurangan, untuk itu bimbingan, kritikan dan saran yang
tiba saatnya untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1) dengan
menyelesaikan tulisan skripsi Ini, tidak serta merta siap dan selesai begitu saja,
sehingga rasa ingin menyerah kadang kala terbesit dalam hati peneliti, namun
dalam keadaan demikian selalu ada yang memberikan motivasi dan dorongan,
v
bantuan serta dukungan baik secara langsung atau tidak langsung, moril dan
materil. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena
itu peneliti ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih terutama
kepada:
4. Ketua jurusan Bimbingan Konseling Islam bapak Adnan. M. Pd, dan ibu
Islam.
5. Bapak Iskandar, Ph. D dan Ibu Dr. Yuliza, M. SiYang telah meluangkan
vi
6. Bapak Muhammad Munir An-Nabawi, M.Psi selaku penguji I dan Bapak
7. Dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah yang selama ini bersedia
8. Almh. Nenek saya Ainol Mardhiah tercinta yang selalu mendukung dan
sebagai penguat dan pengembira suasana hati: Kaila Davina, Putri Balqis,
ramah dan baik sehingga menjadi keluarga kedua bagi peneliti selama
11. Kawan terbaik dari pertama memasuki perkuliahan hingga sekarang: Icha
vii
12. Sahabat seperjuangan peneliti, Sengkatan BKI 2017 unit 2 yang
kebaikan dari semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Peneliti hanya bisa mengucapkan terima kasih atas segalanya. Dengan penuh
harapan peneliti berharap semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat kepada semua pihak terkhususnya untuk peneliti sendiri, dan menjadi
amal ibadah disisi-Nya. Karena hanya kepada Allahlah kita meminta petunjuk dan
Peneliti
Mutia
2017320133
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
E. Batasan Istilah .................................................................................... 7
F. Kajian Terdahulu................................................................................ 9
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian.............................................................................. 69
B. Jenis Penelitian................................................................................. 69
C. Sumber Data..................................................................................... 70
D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 71
E. Informan Penelitian.......................................................................... 73
F. Instrument Penelitian ....................................................................... 74
G. Teknik Pengujian Keabsahan Data .................................................. 74
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 94
B. Saran................................................................................................. 94
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : SK Skripsi
xi
ABSTRAK
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anak kepadanya, agar tidak kehilangan kontrol dalam kehidupan. 1 Setiap anak
yang lahir di dunia bukanlah hak yang bersifat kebetulan, anak terlahir atas
kehendak Allah, atas izin-Nya.Anak yang terlahir ini pun diiringi harapan oleh
semua orang tua, semuanya mengharapkan kesempurnaan pada anak yang terlahir
kekurangannya, termasuk juga anak terlahir dengan kondisi anak pada umumnya
atau normal, namun juga ada yang terlahir dengan keabnormalan, secara fisik
maupun psikis.Bahkan anak yang semula terllihat normal, namun dalam fase
Anak merupakan anugerah yang dititipkan oleh Allah SWT untuk diasuh,
beda, anak pada umumnya terlahir dengan kondisi normal dan anak yang terlahir
pendidikan.
1
Adnan, Parenting Qurani : Pendekatan Ayat-Ayat Alquran, (Jakarta Utara: PT,
Mediaguru Digital Indonesia, 2018), h.109
1
2
Menurut Sherry Bonnice setiap anak unik dan luar biasa.Sehingga mereka
belajar, emosi, dan tingkah lakunya. Tetapi apapun masalah yang dimiliki anak
kegiatan yang sangat disenangi salah satunya bermain. Bagi anak-anak bermain
merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan baik itu sendiri maupun
bersama dengan yang lain. Kesenangan mereka terhadap bermain bukan tanpa
sebab mengingat segala kegiatan, tindakan dan kegiatan yang anak-anak lakukan
meningkatkan kesehatan fisik dan psikis seperti halnya dengan olahraga dimana
mereka tidak sekedar mengisi waktu, tetapi melalui bermain, anak tidak hanya
2
Mierrina, Bimbingan Konseling Islam Bagi Anak Berkebutuhan Khusus: Model
Konseling Inklusi, Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurnal Bimbingan Dan
Konseling Islam Vol. 08, No. 01, 2018, h. 20
3
Salah satu aspek perkembangan yang ada pada anak ialah aspek kognitif.
menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-
3
ide belajar. Individu berpikir menggunakan pikiran.Kemampuan ini yang
menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidaknya suatu masalah yang sedang
dapat dikatakan seseorang anak itu pandai, bodoh, pandai sekali (genius), atau
kognitif pada anak itu sendiri sesuai dengan materi yang diajarkan.Karena
hambatan yang dialami oleh anak tunagrahita adalah ketidak mampuan menyerap
pengalaman sensori terutama dalam intelektual atau memori jangka pendek dan
panjang.
sedangkan untuk bidang studi non akademik anak tunagrahita ringan tidak banyak
3
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya
Edisi Pertama,(Jakarta: Kencana, 2011), h. 48
4
Ibid., h. 64
4
dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berpikir abstrak
yang terbatas dan daya ingat yang lemah. Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban
dalam belajar, salah satunya melalui permainan yang menarik bagi anak
tunagrahita.
guru mengajar anak-anak pada umumnya, namun mereka terlihat suka berlari
bermain dan berperilaku tidak normal maupun duduk dilantai didalam kelas
sehingga guru mengajar tidak seefektif seperti halnya mengajar di sekolah pada
umumnya.
SLB Negeri Aceh Timur dan hasil wawancar dengan guru beliau mengatakan
dari merawat diri seperti memakai baju, celana, mengurus diri seperti mandi,
dilakukan peneliti pada anak tunagrahita ringan sekitar bulan Oktober hingga
November 2020, pada kelas di SLB Negeri Aceh Timur. Kemampuan anak
tunagrahita ringan dalam mengenal konsep angka dan huruf masih rendah. Anak
5
dan huruf, ketika guru memberikan gambar dan menyuruh mereka untuk
mengurutkan angka 1 sampai 5 ataupun huruf anak tunagrahita ringan masih ragu-
hal ini dikarenakan anak tunagrahita ringan belum mengenal konsep angka
dengan baik sehingga masih perlu bantuan verbal maupun non verbal.Tunagrahita
ringan ada yang bisa menghafal urutan huruf dan angka dengan benar tetapi jika
disuruh tunjuk yang mana huruf A,B, C… mereka masih belum mengenal,
dalam hal mengingat dan belajar tetapi mereka juga perlu akan pendidikan
banyaknya bagaimana cara mereka belajar dengan diajarkan oleh gurunya dengan
cara-cara yang tersendiri sehingga saat di lapangan, guru perlu menyesuaikan cara
dengan cara guru mengajar. Sehingga guru perlu aktif dan penuh kreativitas dalam
mengajar anak tunagrahita ringan sesuai dengan kemampuan anak dalam belajar.
Timur)”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
2. Secara praktis
7
ini maka penulis menjelaskan berbagai istilah yang terdapat dalam judul skripsi
1. Peran
Peran adalah suatu aspek dinamis dari status sosial atau kedudukan.Pada
bahwa arti peran adalah suatu tindakan yang dilakukan individu atau sekelompok
masyarakat.5
2. Teknik Bermain
atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Teknik juga diartikan
yang sangat penting bagi setiap anak.Konsep pembelajaran bagi anak adalah
begaimana mereka bermain. Dengan bermain anak akan belajar tentang dunia luar
5
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2019/10/peran.html#Pengertian_Peran. Diakses
pada tanggal 25 Maret 2021, Pukul 10:00
6
https://kbbi.web.id/teknik. Diakses pada tanggal 25 Maret 2021, Pukul 10:03
8
perkembangan sosial.7
3. Perkembangan kognitif
4. Anak Tunagrahita
dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut
terhenti atau tidak lengkap yang ditandai oleh kendala keterampilan selama masa
7
Azmi Sita Fithriyani, Perkembangan Kognitif Dan Psikomotorik Anak
Tunagrahita(Studi Pada Keterampilan Tata Boga Di Slb Negeri Pembina Yogyakarta), Skripsi;
Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015, h. 43
8
Paul suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Pieget, (Yogyakarta : Kanisius, 2001),
h. 24
9
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak. Diakses pada tanggal 25 Maret 2021, Pukul 10:04
9
F. Kajian Terdahulu
Belajar Anak Tuna Grahita Di Slb Bina Bangsa Desa Pante Kecamatan
hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti maka diperoleh hasil nilai t
Jika penelitian diatas meneliti masalah Pengaruh Sikap Penerimaan Orang Tua
Terhadap Motivasi Belajar Anak Tuna Grahita Di Slb Bina Bangsa Desa Pante
Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara, maka penelitian yang akan
10
Nanang Indardi, Pengulangan Teknik Permainan Kasti Terhadap Peningkatan
Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan, Journal of Physical Education, Health and
Sport 2 (1) (2015), h. 45.
11
Rahmayani, Pengaruh Sikap Penerimaan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak
Tuna Grahita Di SLB Bina Bangsa Desa Pante Kecamatan Syamtalira Aron Kabupaten Aceh
Utara,Skripsi: Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe, 2020.
10
tunagrahita.
2. Lia Zuraida (2020) dari Institut Agama Islam Negeri Lhokeumawe dengan
Cinta Mandiri Panggoi Lhoseumawe)” maka peneliti akan meneliti peran teknik
12
Lia Zuraida, Efektifitas Bimbingan Belajar Dalam Meningkatkan Perkembangan
Kognitif Anak Tunagrahita (Studi Kasus Di SLB Cinta Mandiri Panggoi Lhoseumawe), Skripsi:
Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah Institut Agama
Islam Negeri Lhokseumawe, 2020.
11
Yogyakarta. Sumber data penelitian dari sekolah, guru, orang tua dan
pada keterampilan tata boga terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan
dan orang tua yang cemas. Faktor sekolah antara lain ruang kelas yang
anak tunagraita.13
Anak Tunagrahita (Studi Pada Bidang Keterampilan Tata Boga di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta)”. Maka peneliti akan meneliti peran teknik bermain dalam
13
Azmi Sita Fithriyani, Perkembangan Kognitif Dan Psikomotorik Anak
Tunagrahita(Studi Pada Keterampilan Tata Boga Di Slb Negeri Pembina Yogyakarta), Skripsi;
Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015
13
perkembangan kognitif.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran
1. Definisi peran
hal tersebut, Biddle dan Thomas telah menyamakan peristiwa peran ini dengan
sutradara, peran dari sesama pelaku, pendapat dan reaksi umum penonton serta
dipengaruhi bakat pribadi si pelaku. Biddle dan Thomas memaknai kata “peran”
sebagai:
Konsep peran semula dipinjam dari kalangan drama atau teater yang hidup
subur pada zaman Yunani kuno atau Romawi.Dalam arti ini, peran menunjuk
pada karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam
sebuah drama.
suatu posisi dalam masyarakat. Dalam hal ini seorang individu juga harus patuh
pada skenario, yang berupa norma sosial, tuntutan sosial dan kaidah-kaidah. Peran
sesama pelaku dalam permainan drama digantikan oleh orang lain yang sama
13
15
Sutradara digantikan oleh seorang guru, orang tua atau agen socializer lainnya. 14
orang.Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan
seseorang. Kata peran dikaitkan dengan apa yang dimainkan oleh seorang aktor
adalah:
diberikan
aspek dinamis kedudukan atau status apabila seseorang melaksanakan hak dan
dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang ditetapkan
Teori peran adalah sebuah teori yang digunakan dalam dunia sosiologi,
14
Bayu Oktavianto, Peran Guru Slb Negeri Gedangan Dalam Menumbuhkan
Kemampuan Literasi Informasi Siswa Disabilitas, Program Studi Ilmu Informasi dan
Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik, Universitas Airlangga,h. 5
15
Agung Wijaya, Peran Samasat Dalam Upaya Pencegahan Dan
Penanggulangan Tindak Pidana Pemalsuan Surat-Surat Kendaraan Bermotor (Studi
Samsat Purwokerto), Skripsi; Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2015, h. 9
16
maupun disiplin ilmu. Teori peran berbicara tentang istilah “peran” yang biasa
digunakan dalam dunia teater, dimana seorang aktor dalam teater harus bermain
sebagai tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh ituia diharapkan untuk
berprilaku secara tertentu. Posisi seorang aktor dalam teater dinalogikan dengan
seorang aktor dalam sebuah pentas drama, yang dalam konteks sosial peran
diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu
posisi dalam struktur sosial. Peran seorang aktor adalah batasan yang dirancang
oleh aktor lain, yang kebetulan sama- sama berada dalam satu penampilan/ unjuk
Peran adalah suatu sikap atau perilku yang diharapkan oleh banyak orang
atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan
tertentu.
2. Aspek-Aspek Peran
Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat
golongan, yaitu:17
Berbagai istilah tentang orang- orang dalam teori peran.Orang- orang yang
mengambil bagian dalm interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai
berikut :
peran tertentu.
sebuah paduan suara (aktor) dan pendengar (target).Biasanya istilah aktor diganti
dengan person, ego, atau self.Sedangkan target diganti dengan istilah alter-ego,
yang pantas, yang seharusnya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran
tertentu. Harapan tentang perilaku ini bisa berlaku umum, bisa merupakan
18
harapan dari segolongan orang saja, dan bisa juga merupakanharapan dari satu
orang tertentu.
2) Norma (norm)
satu bentuk harapan. Secord dan Backman membagi jenis- jenis harapan sebagai
berikut :
peran.
ini nyata dan bervariasi, berbeda- bedadari satu aktor ke aktor yang lain. Variasi
tersebut dalam teori peran dipandang normal dan tidak ada batasnya.
diakui perbedaannya dari kelompok- kelompok yang lain berdasarkan sifat- sifat
19
yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama-sama mereka perbuat, dan reaksi
dibuktikan atau tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan
antara orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku.Kaitan antara orang
B. Teknik Bermain
yang saling terkait dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut
dengan lingkungan.
fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu
sama lainnya.
d. Menurut L. James Havery teknik adalah prosedur logis dan rasional untuk
18
Ayu Listyani Mega Dewi, Teknik Persiapan Dakwah K.H. Agoes Ali Masyhuri,
Skrips; Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Jurusan Komunikasi Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2016, h. 13-
14
20
metode yang tersusun dalam usaha mencapai suatu tujuan. Adapun teknik ini
beberapa hal yang diatur atau disusun dengan tujuan bisa dilakukan dengan benar
arti utamanya mungkin hilang.Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang
hasil akhir.Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban. 19 Bermain merupakan aktivitas utama yang dilakukan
19
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980), h. 320
21
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
bermain
20
Sance Mariana Tameon, Juli 2018, Peran Bermain Bagi Perkembangan
Kognitif Dan Sosial Anak,Ciencias: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan
Volume 1 No. 1, Juli 2018, h.26-39
21
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana, 2012), h.
91
22
M. Fadhilah, Bermain&Permainan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2017),
h. 7-8
22
Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban.Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
merupakan salah satu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
intelektual, sosial, moral dan emosional. Melalui bermain ini anak tanpa
kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Bermain berfungsi juga
untuk bermain. Pada hakikatnya melalui aktivitas bermain dapat merangsang dan
diuraikan berikut:24
a. Perkembangan kognitif
lingkungannya.
b. Perkembangan Bahasa
berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus
belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain ketika bermain. Contohnya
saat bermain drama anak diminta berimajinasi aktif bercakap-cakap dengan anak
lain tentang hal yang terkait dengan cerita pada drama tersebut.
c. Perkembangan Moral
24
Elfiadi, Bermain Dan Permainan Bagi Anak Usia Dini, Itqan, Vol. Vii, No. 1,
Januari - Juni 2016, Dosen Prodi Pgra Jurusan Tarbiyah Stain Malikussaleh
Lhokseumawe, h. 53-54
24
Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan
kelompok atau teman sebaya lainnya, sehingga ini akan melatih anak belajar
relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi
diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi bagi anak yang mengalami
gangguan emosi.
e. Perkembangan Fisik
mengkoordinasikan gerakan motorik maupun motorik halus. Hal ini dapat dilihat
memanjat, naik sepeda, lompat dan dapat memperkirakan tingginya suatu pohon
25
dengan kemampuan untuk memanjat pohon tersebut sehingga hal ini akan
f. Perkembangan Kreativitas
kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam
anak akan menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat
Ada beberapa manfaat bermain bagi anak menurut Gunarsa, para ahli
a. Mengembangkan Kreativitas.
logika, maupun pemikiran untuk memecahkan suatu masalah. Setiap anak dituntut
untuk kreatif dalam bermain agar dapat mengimbangi kegiatan bermain anak yang
lain. setiap anak bersikap kompetitif tetapi masih dalam kerangka pola aturan
kesepakatan kelompok sosial. Oleh sebab itu, kreativitas bermain harus tetap
25
Sance Mariana Tameon, Peran Bermain Bagi Perkembangan Kognitif…h. 26-
39
26
seperti bermain sepak bola, petak umpet, galasin.Secara aktif kegiatan bermain
tersebut menguras energi fisik dan cukup menantang karena memberi rasa senang
mendorong anak menjadi kreatif dan aktif dalam permainan sedangkan anak yang
hiburan.
Dalam bermain terjadi interaksi antara satu dengan yang lain. Ketrampilan
sosial yang baik memerlukan kemampuan bahasa yang baik. Dengan bermain
mengungkapkan ekpresi emosi, pikiran atau pendapat kepada orang lain melalui
bahasa. Sebab itu, bermain akan memberi manfaat bagi pengembangan bahasa
anak.
Lebih lanjut mengenai peran bermain untuk perkembangan anak dapat dilihat
dia belajar untuk menggabungkan dua atau lebih gerakan refleks yang pada
lebih terkontrol dan terkoordinir dengan baik.Selain itu, bermain bisa membuat
dengan berinteraksi dengan objek yang ada disekitarnya. Dengan bermain anak
memiliki aturan. Aturan tersebut akan dikenalkan oleh teman bermain sedikit
26
M. Fadhilah, Bermain&Permainan …h. 13-14
28
demi sedikit, secara bertahap sampai anak memahaminya. Oleh karena itu,
bermian akan melatih anak dalam menyadari akan adanya aturan dan pentinya
mematuhi aturan. Yang demikian itu merupakan tahap awal dari perkembangan
moral anak.
Ketika bermain anak secara langsung berinteraksi dengan anak lain. Dari
interaksi tersebut anak dapat belajar bagaimana memberi respon, memberi dan
menerima, menolak atau menyetujui ide dan perilaku anak yang lain. Sikap yang
demikian dapat mengurangi sifat egosentris pada anak dan kemampuan sosialnya
27
Alice Zellawati, Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak,
Fakultas Psikologi Universitas Aki, Majalah Ilmiah Informatika Vol. 2 No. 3, September
2011, H. 166-167
29
teman-temannya.
bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh
seorang anak.
a. Unoccupied Play
Pada tahap ini, anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut
serta dalam kegiatan bermain tersebut.Pada tahap ini anak hanya mengamati
sekeliling ruangan, anak yang sedang bermain dan berjalan, tetapi tidak ada
b. Solitary Play
Pada mulanya anak asik bermain sendiri (soliter play). Sifat egosentrisnya
yang tinggi menyebabkan anak bermain sendiri dan tidak peduli dengan apa yang
mainannya sendiri tanpa perduli dengan hal-hal lainnya. Tahap ini terjadi di usia
2-3 tahun.
c. Onlooker Play
Tahap ini terjadi ketika anak melihat temannya bermain, anak berbicara
dan menanyakan apa yang sedang mereka mainkan, namun tidak ikut dalam
kegiatan permainan.
d. Parallel Play
28
Septi Fitriana, Peranan Permainan Edukatif Dalam Menstimulasi
Perkembangan Kognitif Anak, Al Fitrah Journal Of Early Childhood Islamic Education
Issn : 2599-2287 Vol.1 No.2 Januari 2018, h. 138-140
31
Pada tahap ini anak bermain terpisah dengan anak-anak lainnya. Namun
mereka bermain dengan mainan yang sama kemudian meniru cara temannya
bermain.
e. Assosiative Play
f. Cooperative Play
Pada tahap ini anak bermain bersama dengan temannya dalam sebuah
teman-temannya.
Pada tahap ini anak bermain bersama dengan temannya dengan bentuk tim
atau kelompok. Mereka menentukan jenis permainan apa yang akan mereka
onlooker play, parallel play, assosiative play, cooperative play, bermain dengan
aturan.
a. Faktor Sosial-Budaya
anak tinggal.Karena itu, jenis dan bentuk permainan di tiap-tiap daerah berbeda.
Anak cenderung memilih teman bermain yang dapat diajak kerjasama dan
keluarga kemudian di luar keluarga. Anak-anak usia di bawah tiga tahun mulai
bermain bersama orang tua atau saudara kandungnya, tetapi menginjak usia 4-5
bawah bersedia bermain dengan siapa pun baik laki-laki maupun wanita.
29
Sance Mariana Tameon, Peran Bermain Bagi Perkembangan Kognitif…h. 30-
31
33
akan diserap, diingat dan digunakan untuk pengembangan kegiatan bermain anak-
anak. Banyak ide bermain anak dilakukan oleh anak berasal dari penayangan
program acara televisi.Menonton televisi adalah salah satu kegiatan bermain yang
yang modern dengan tujuan untuk pengembangan kreativitas dan intelektual anak
seringkali mengeluarkan biaya mahal, karena orang tua harus menyediakan alat-
alat permainan tersebut. Banyaknya alat bermain yang dimiliki oleh anak, akan
memotivasi anak untuk berkreasi dengan mainan yang ada, anak makin menyukai
anak, yaitu:30
lebihmenyukai hiburan.
c. Intelegensi. Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang
30
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan …, h. 327
34
kanak-kanak.
5. Permainan
kognitif perlu dilatih, dan permainan memberi setting yang sempurna bagi latihan
35
ini. Misalnya anak yang baru saja belajar menjumlahkan atau mengalikan mulai
dilakukan dengan senang hati baik melalui ajakan ataupun keinginan dari dalam
diri sendiri yang di lengkapi dengan benda atupun tidak.Dalam Kamus Besar
diartikan sesuatu yang di gunakan untuk bermain, baik berupa barang ataupun
alat pendidikan.33Permaianan dan bermain memiliki arti dan makna tersendiri bagi
31
Yulia Munawarah Dan Mahmudah. Jurnal Pendidikan Khusus. Pengaruh Media
Bermain Pancing Terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Angka Pada Anak
Tunagrahita Ringan Di Slb Siti Hajar Buduran Sidoarjo.( Pendidikan Luar Biasa,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya).h. 2
32
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
h. 968
33
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Permainan#:~:Text=Sebuah%20permainan%20a
dalah%20bentuk%20permainan,Kadang%20digunakan%20sebagai%20alat%20pendidika
n.&Text=Diuji%20sejak%202600%20sm%2c%20permainan,Dan%20hadir%20dalam%2
0semua%20budaya. (Diakses Pada Tanggal 18 Maret 2021, Pukul 07:28)
36
sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak. Anak akan menguasai
berlangsun di lapangan. 34
terdapat aktivitas ataupun kegiatan yang terikat dengan peraturan guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. 35 Selain itu Vygotsky yang dikutip oleh Beaty
dengan permainan semua aspek perkembangan yang ada pada anak akan mampu
yang dilakukan oleh diri sendiri ataupun ajakan orang lain yang menggunakan
benda ataupun tidak, untuk mendapatkan dan merasakan kepuasan hati dan
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang baik dari segi pergaulan, kemampuan
1. Bermain Fungsional
berulang dan sering dikenal dengan istilah motor play karena penekanannya pada
berdiri di atas satu kaki, dan berlari. Selain penekanan ada motorik kasar, jenis
bermain ini juga turut mengembangkan motorik halus. Aktivitas ini akan
menumbuhkan rasa percaya diri anak dalam kegiatan bermain dengan teman
raga
2. Bermain Konstruktif.
bahan yang dipakai sebagai sarana bermain, seperti membangun rumah dari
37
Sance Mariana Tameon, Peran Bermain Bagi Perkembangan Kognitif …. h. 29
38
bermain ini;
a. Balok/kotak bangunan
b. Kotak-kotak huruf
d. Papan planel
e. Papan Geometris
f. Kotak pos
38
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana
Publishing, 2016),h. 128
39
g. Boneka
h. Loto
Domino benda yang sama atau kepingan gambar berfungsi bagiguru untuk
memperlihatkan gambar sambil bertanya “Siapa yang tahu ini gambar (pepaya
j. Gelas ukur
konsep bilangan.
k. Ukuran panjang/pendek
l. Kotak kubus
Kotak kubus berfungsi untuk membentuk suatu benda dari kubus secara
mendatar.
halus.
n. Bak air
40
q. Puzzle
sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan yang memiliki arti. Dengan bermain
puzzle maka anak akan terlatih berfikir secara kritis. Mainan berupa gambar
C. Perkembangan Kognitif
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
39
Asrita Ahmad, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Bermain
Puzzle Terhadap Kemampuan Mencuci Tangan Anak Tunagrahita Di Slb Negeri I Gowa,
Skripsi; Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar (2018).
41
kronologis dapat diperkirakan batas waktunya. Dalam setiap fase akan ditandai
dengan ciri-ciri tingkah laku tertentu sebagai karakteristik dari fase tersebut. Fase-
perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan
40
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan,(Jakarta: Kencana, 2011), h. 28-29
41
Ibid, h. 31-32
42
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
42
dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlagsung terus selama siklus
kognitif.
berarti mengetahui.Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan
Kemampuan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Jadi
menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-
ide belajar. 45 Proses kognitif menurut Mirroh Fikriyati adalah proses manusia
diterima melalui indera tubuh manusia dengan informasi yang telah ada dalam
perkembangan intelektual maka akan tercermin pada satu atau beberapa proses
untuk bisa mencapai atau pun mendekati capaian yang dimiliki oleh anak normal,
47
Wowo Sunaryo Kuswara, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 81
48
Husdarta Dan Nurlan, Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik,
(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 169.
49
Yudrik jahja, Psiklogi…h. 185
50
Arif Rohman Hakim, Jurnal Ilmiah Penjas, Issn : 2442-3874 Vol 4. No. 3 Juli
2018 Mendorong Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita Melalui Permainan
Edukatif.
44
Dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun
bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia
dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
Prize ia membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
pertambahan usia.51
51
Yudrik Jahja, Psikologi … hal. 115
45
Pada tahap ini bayi bergerak pada tindakan refleks insting padasaat lahir
tindakan fisik.
Pada tahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-
Pada tahap ini anak mampu berfikir denga cara yang lebih abstrak dan
52
Septi Fitriana, Peranan Permainan Edukatif ….h. 134-135
46
diantaranya: 53
a. Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat
b. Faktor Lingkungan
berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih
yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf intelegensi ditentukan
c. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai
usia kronologis.
d. Faktor Pembentukan
53
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak ….h.59-60
47
alam sekitar).
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi
f. Faktor Kebebasan
manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas
a. Pengembangan Auditory
seperti:
54
Ibid., h. 61-63
48
kompleks
c. Pengembangan Taktik
4) Bermain air
d. Pengembangan Kinestik
8) Mampu menulis
e. Pengembangan Aritmetika
3) Menghitung benda
f. Pengembangan Geometri
demonstrasi sebagai suatu pendekatan secara saintik atau logis tetapi tetap dengan
dikembangkan, yaitu:
a. Jean Pieget
Para tokoh yang tergabung dalam teori kognitif antara lan Jean Piaget,
baru.
akhirnya proses berpikir anak menyamai proses berpikir orang dewasa. Sejalan
perubahan dari tahap sensori motor, bermain khayal sampai kepada bermain sosial
bahwa saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka belajar
55
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak…h. 101-103
52
seusia. Misalnya seorang yang tergolong terpelakang mental sedang (IO sekitar 50
sama seperti anak usia prasekolah, dia tidak mampu mengikuti kegiatan bermain
cara berpikir anak dan cara anak memecahkan masalah. Anak kecil tidak mampu
berpikir abstrak karena bagi mereka, meaning (makna) dan objek berbaur menjadi
(atensi), daya ingat, bahasa, dan aspek sosial yang lebih baik.
penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak. Ketiga aspek yaitu kognisi,
sosial dan emosi saling berhubungan satu sama lain dan sudah tergambar jelas
D. Anak Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
mental yang dibarengi dengan cacat fisik.Ada juga yang disertai dengan gangguan
lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang kurang. Secara umum
maksimal.56
56
Dinie Ratrie Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta
: Psikosain, 2016), h. 16
54
rata.Tidak seperti anak-anak pada umumnya yang lahir normal dan memiliki
golongan ringan atau mampu didik, golongan sedang atau mampu latih dan
golongan cacat grahita berat. Cacat grahita umumnya ganda, bercampur dengan
kecacatan yang lain. Kelainan ini akan tampak jelas setelah anak memasuki taman
kanak-kanak, atau setelah masuk sekolah. Karena ditempat barunya itu anak akan
57
Azmi Sita Fithriyani, Perkembangan Kognitif Dan Psikomotorik Anak
Tunagrahita…. h. 23-24
58
Febri Eka Wati, Bimbingan Anak Tunagrahita Dalam Meningkatkan Belajar
Di Slb Darmabakti Kemiling Bandar Lampung, Skripsi: Jurusan Bimbingan Dan
Konseling Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, 2016
55
kecemasan bagi keluarga dan masyarakat, karena kondisi ini menyebabkan anak
kognitif erat kaitannya dengan proses berpikir seperti bahasa, belajar, dan
ingatan.60
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita adalah anak
59
Selvie Atesya Kesumawati, Pengembangan Gerak Dasar Melalui Aktivitas
Bermain Pada Anak Tunagrahita, Skripsi, Program Studi Pendidikan Olahraga
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang 2019, h. 51
60
Sutinah, Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh Terhadap Kemampuan Memori
Jangka Pendek Anak Tunagrahita, Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan. Vol 4(3) Oktober 2019. h.631
61
Winona Ramadhani Ananta, Tingkat Kemampuan Melempar Bola Pada
Permainan Bocce Anak Tuna Grahita Ringan Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Kulon Progo
Tahun Ajaran 2019/2020, Skripsi,Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta 2020, h. 23
56
rata pada normal nya anak-anak sehingga mereka mengalami hambatan dalam
c. Faktor ketika lahir tahun (natal) persalinan yang lama sehingga kehabisan
d. Faktor sesudah lahir (postnatal) karena sakit kecelakaan atau karena salah
obat.
a. Faktor Keturunan
1) Kelainan kromosom dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari
kromosom pada salah satu sel; duplikasi yaitu kromosom tidak berhasil
memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan kromosom pada salah satu sel
62
Mm. Shinta Pratiwi, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusu,(Semarang:
Universitas Press, 2011), h. 4
57
2) Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya tampak dari
masih berada didalam kandungan. Penyakit yang dimaksud antara lain rubella
penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kurang ketika lahir, syphilis bawaan,
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena
yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran yang sulit
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai
hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang dan napas
pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada
f. Faktor Lingkungan
ini, salah satunya adalah penemuan Patton & Polloway, bahwa bermacam-macam
seperti : campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan
kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil. Dapat
63
Dinie Ratrie Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan …, h. 19-20
64
Mm. Shinta Pratiwi, Psikologi Anak Berkebutuhan …, h. 31-32
59
juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit atau tang)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar,
1) Fisik (penampilan)
2) Intelektual
65
Ibid; h. 32-33
60
b. Suka menyendiri
c. Kurang dinamis
d. Kurang pertimbangan/kontroldiri
e. Kurang konsentrasi
f. Mudah dipengaruhi
g. Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain
a. Keterbatasan intelegensi
dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis,
66
Febri Eka Wati, Bimbingan Anak Tunagrahita Dalam Meningkatkan Belajar
Di Slb Darmabakti Kemiling Bandar Lampung, Skripsi: Jurusan Bimbingan Dan
Konseling Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, 2016
61
b. Keterbatasan sosial
memiliki dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka
memerlukan bantuan.
terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari
hari kehari.Anak tunagrahita tidak bisa menghadapi suatu kegiatan atau tugas
mempertimbangkan sesuatu.
kelainan fisik yang mencolok dan masih mampu dididik oleh sekolah
67
Minsih, Pendidikan Inklusi Sekolah Dasar Merangkul Perbedaan Dalam
Kebersamaan, (Universitas Muhammadiyah Surakarta: Muhammadiyah University
Press), h. 35-36
62
diri sendiri (self-help) dan dapat mengerjakan pekerjaan rutin namun perlu
pengawasan
berbicara dan lidah sering keluar bersamaan dengan air liurnya. Kondisi
lainnya.
a. Mampu didik
68
Dinie Ratrie Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan …, h. 17-18
63
untuk dididik dalam bidang akademik yang sederhana (dasar) yaitu membaca,
dengan anak usia 12 tahun atau kelas 6 sekolah dasar, apabila mendapatkan
layanan dan bimbingan belajar yang sesuai maka anak mampu didik dapat lulus
sekolah dasar.
b. Mampulatih.
kelainan fisik baik sensori maupun motoris, bahkan hampir semua anak yang
memiliki kelainan dengan tipe klinik masuk pada kelompok mampulatih sehingga
c. Perlurawat.
Anak perlurawat adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat, jika
69
Ibid; h. 21
64
dididik dan mendidik. Anaktunagrahita ringan mendidik diri sendiri dalam hal-hal
sederhana, misalnya cara makan-minum bahkan dapat belajar hingga tingkat SD,
dan anak tunagrahita sedang, berat, dan sangat berat dapatdididik dengan
mengakui bahwa tiap insan wajibbertakwa kepada Tuhan dan memiliki hak yang
anak secara khusus, didasarkan pada keterampilan praktis, sikap rasional dan
wajar.
pada:70
a. Kelas Transisi.
termasuk anak tunagrahita. Kelas tansisi sedapat mungkin berada disekolah regler,
sehingga padasaat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas
70
Nur Eva, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Malang: Fakultas Pendidikan
Psikologi Universitas Negeri Malang, 2015), h. 53-56
65
c. Pendidikan Terpadu.
Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau
ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang
Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau
66
terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan
masyarakat.
e. Pendidikan Inklusif.
dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas
inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) oarang guru, satu guru reguler dan satu lagu
guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa
tunagrahita jika anak tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak
diberlakukan dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang
lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal:
a) Pengenalan diri
c) Motorik kasar dan ambulasi (pindak dari satu tempat ke tempat lain)
f) Komunikasi
c. Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah agar
dapat mengurus diri secara sederhana seperti memberi tanda atau kata-kata
METODODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
mengambil lokasi ini karena permasalahan yang diteliti ada di tempat tersebut dan
sudah pernah melaksanakan On the Job Trainee di SLB Negeri Aceh Timur,
B. Jenis Penelitian
social dan masyarakat untuk mencari dan menemukan makna (meaning), dalam
konteks yang sesungguhnya (natural setting). Oleh karena itu, semua jenis
data), bukan hard data, yang akan diolah dengan statistik. Seperti juga dalam
kualitatif ada yang berupa penelitian lapangan (field research), dan ada pula
71
A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif& Penelitian Gabungan,
(Kencana: Jakarta), h. 338
76
69
data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka.73 Sehingga tujuan dari penelitian ini yakni dengan metode deskriptif maka
akan mendiskripsikan data yang diperoleh, baik berupa gambar atau tulisan secara
Metode ini sejalan dengan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu untuk
memperoleh data dan informasi yang dapat menggambarkan tentang Peran Teknik
C. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung (dari tangan
diwawancarai adalah guru PLB (Pendidikan Luar Biasa) di Sekolah Luar Biasa
72
Sugiono, metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 22
73
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosadakarya,
1989), h. 6
70
b. Data Sekunder
Data pendukung atau data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada.
Data laporan yang diperoleh dari orang lain kemudian dari buku, jurnal, majalah,
Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum analisisnya terutama
turun ke lapangan guna memperoleh data. Data yang akan didapatkan berasal dari
seorang informan. Seorang informan adalah guru yang mengajar di Sekolah Luar
Biasa Negeri Aceh Timur. Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
74
Prof. Dr. Emzir, M.Pd, Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2012), h. 37
71
1. Observasi
perhatian terhadap suatu obyek dan gejala-gejala yang perlu diamati. Observasi
yang dilaksanakan dengan cara peneliti melibatkan diri atau berinteraksi pada
2) Permainan
3) Hambatan
b. Perkembangan kognitif
2) Permainan kognitif
penelitian. Pada umumnya interview dilakukan oleh dua orang atau lebih, satu
pihak sebagai pencari data (interviewer) pihak yang lain sebagai sumber data
75
Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu Observasi, Cheklist, Interviu, Kuesioner,
Sosiometri, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2017), h. 102
72
mengenai topik penelitian secara tatap muka dan peneliti merekam jawaban-
3. Dokumentasi
kejadian dalam situasi social yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian
karya tulis, dan cerita.Disamping itu ada pula material budaya, atau hasil karya
E. Informan Penelitian
memiliki kriteria agar informasi yang didapatkan akurat dan bermanfaat untuk
76
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, Penelitian Kualitatif Komunikasi,
Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya(Jakarta: Kencana, 2007), h. 146
77
Prof. Dr. Emzir, M.Pd, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Raja
Pers, 2012), h. 49-50
78
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif &Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 391
73
Muhammad Azni, sebagai informan utama dalam peneliti ini, Pak Azni adalah
mengajari anak tunagrahita. Adapun informan yang kedua adalah ibu Siti Aida
Putri Salasa sebagai informan pendukung yang merupakan guru wali kelas
tunagrahita dimana beliau juga masuk di kelas tunagrahita. Alasan dipilih ibu Siti
sebagai informan pendukung untuk melihat hasil dari kedua peran guru tersebut
F. Instrumen Penelitian
kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya.79 Selain itu, instrumen dalam penelitian ini juga menggunakan korpus
proses wawancara, buku dan alat tulis, yang dipakai untuk mendokumentasi
proses wawancara, buku dan alat tulis, yang dipakai untuk memudahkan peneliti
79
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (bandung: Alfabeta, 2010). h. 305
74
dan kebenaran data yang sudah dikumpulkan dan dianalisis sejak awal penelitian
1. Ketekunan Pengamatan
dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data penelitian
2. Triangulasi
sewaktu pengumpulan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
80
Sugiyono, Metode Penelitian …. h. 330
81
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remajda Rosda Karya,
2001), h. 175-178
75
Dalam kaitan ini ada dua metode triangulasi yang digunakan untuk
a. Triangulasi metode dan teknik pengumpulan data. Dalam hal ini, metode
kedalam pola atau kategori uraian satuan dasar sehingga lebih mudah untuk
dibaca dan di interprestasikan.82 Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti
adalah teknik analisi model interaktif dari Miles dan Huberman yang mencakup
tiga kegiatan yang bersamaan yaitu berupa reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.83
82
Ibid; h.103.
83
Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Renaka Cipta, 2008),
h. 209.
76
klasifikasi sesuai dengan kebutuhan, dengan memilah datayang penting dan yang
Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya
disusun dalam bentuk uraian atau laporan terperinci, kemudian dirangkum dan
dengan teknologi seperti note book, laptop, komputer, atau dengan memberi tanda
khusus pada aspek-aspek tertentu. 86 Dalam reduksi data peneliti akan dipandu
oleh setiap tujuan yang akan dicapai, tujuan utama dalam penelitian kualitatif
b. Penyajian Data
84
Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogjakarta: Reke Sarasin, 2002), h. 123.
85
Marboro, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 36.
86
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 247.
77
87
memungkinkan terjadinya pengambilan keputusan dan tindakan. Dalam
penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel,
grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,
c. Penarikan kesimpulan
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
yang kredibel.88
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti telah dikemukakan masalah dan rumusan masalah dalam
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah di teliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
87
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remajda Rosda Karya,
2001), h. 131.
88
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 252.
89
Ibid., h. 345.
BAB IV
dan dokumentasi) dan hasil analisis. Dimana terdapat banyak temuan-temuan atau
Negeri Aceh Timur. Peneliti menemukan bahwa terdapat adanya peran teknik
bermain untuk anak tunagrahita di SLB Negeri Aceh Timur. Dimana anak
bahasa dan sosial sehingga berpengaruh bagi aktivitas sehari-harinya. Oleh karena
itu, guru di SLB Negeri Aceh Timur membentuk pembelajaran yang lebih aktif,
Hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh ibu Aida mengenai peran teknik
Jawaban dari ibu Aida juga selaras dengan jawaban dari Pak Azni bahwa
90
Hasil Wawancara dengan Ibu Aida pada tanggal 24 April 2021
76
79
“Kalau tujuan bermain itu kita ciptakan di SLB itu yang namanya
menyimpulkan jika penelitian Yulia ini sesuai dengan bagaimana peran teknik
hasilnya dapat menarik minat anak tunagrahita dalam belajar serta membantu
meningkatkan perkembangan.
kelas mulai dari puzzle,origami, melompat dari satu tempat ketempat lain. Selama
tunagrahita tidak setiap hari diterapkan di SLB Negeri Aceh Timur biasanya
permainan diberikan saat anak merasa bosan dan tidak mau belajar dengan baik
maka guru menarik perhatian anak dengan mengajak bermain dan tidak ada
jadwal yang dkhususkan untuk anak bermain selain mata pelajaran olahraga
seminggu sekali.
91
Hasil Wawancara dengan Pak Azni pada tanggal 09 Mei 2021
92
Yulia munawarah. Jurnal pendidikan khusu. Pengaruh...h. 3
80
belajar dan ini juga dibuktikan melalui teori dalam buku M. Fadlillah yang dikutip
tersebut benar adanya anak tunagrahita saat bermain mereka bisa mengembangkan
Melalui permaianan yang diberikan guru perlu melihat kondisi anak dalam
bermain bagaimana anak bisa belajar serta mengupayakan anak tunagrahita bisa
93
Hasil Wawancara dengan Pak Azni pada tanggal 09 Mei 2021
94
M. Fadhilah, Bermain&Permainan …h. 13-14
81
guru perlu mempersiapkan permainan apa saja yang bisa dimainkan oleh anak
mereka selalu didampingi dan diarahkan oleh guru nya dan peneliti melihat
kemampuan anak tunagrahita sangatlah berbeda satu sama lain saat bermain dan
ini dibenarkan oleh guru SLB mengenai kemampuan anak tunagrahita saat
“Masih dalam proses karena sekolah kita baru merintis dan karakter anak
peningkatan”95
bermainanak tunagrahita.
tergantung karakter dan kemampuan anaknya karena anak yang satu berbeda
95
Hasil Wawancara dengan Pak Azni pada tanggal 09 Mei 2021
96
Hasil Wawancara dengan Ibu Aida pada tanggal 24 April 2021
82
Hal ini sesuai dengan salah satu teori yang ditulis oleh Dinie Ratrie
masih perlu terlibat selama mereka bermain baik itu dalam mengajak mereka
karena masih dalam tahap pengawasan dan dilatih untuk lebih meningkatkan
segi motorik dan daya ingat yang kurang. Sehingga guru perlu melihat hambatan
apa yang lebih cenderung pada anak tunagrahita dalam memberikan permainan.
puzzle, mereka terlihat kesulitan dalam memasangkan puzzle dengan benar. Anak
tunagrahita begitu jelas terlihat hambatan selama mereka bermain mulai dari
dimana saat bermain masih memerlukan bantuan atau arahan dari guru. Tetapi
setelah beberapa kali mereka memainkan puzzle kemampuan dari salah satu anak
“Sudah pasti ada kalau itu namanya juga anak tunagrahita yang mana
97
Dinie Ratrie Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta :
Psikosain, 2016), h. 16
83
dalam kognitif dan motorik sehingga perlu untuk diasah atau kita latih supaya
mereka berkembang.”98
Berkebutuhan Khusus oleh Mm. Shinta Pratiwi, mengenai faktor yang membuat
Johnson yang dikutip oleh Sance Mariana permainanpuzzle bagian dari bermain
merangsang kreativitas dan imajinasi anak.101 Sehingga teori sesuai tetapi masih
hambatan yang dimiliki anak tunagrahita terletak pada pola pikir yang
anak masih belum baik. Puzzle ini bisa dimainkan oleh anak sebagai mereka
98
Hasil Wawancara dengan Pak Azni pada tanggal 09 Mei 2021
99
Hasil Wawancara dengan Ibu Aida pada tanggal 24 April 2021
100
Dinie Ratrie Desiningrum, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta :
Psikosain, 2016), h. 16
101
Sance mariana Tameon, peran bermain bagi perkembangan kognitif….h. 29
84
intelektual dibawah rata-rata pada umumnya. Salah satu permainan puzzle terbukti
menjadi salah satu permainan yang sulit untuk dimainkan bagi anak tunagrahita,
Dari hasil penelitian awal-awal peneliti berada di SLB Negeri Aceh Timur
dan ini terlihat dari segi mereka saat bermain masih ada yang mengenal puzzle
hanya sekedar nama dan tidak tau bagaimana cara menyelesaikan atau
permainan yang lain mereka belum ada inisisatif untuk memulai dan
“Kemampuan kognitif peserta didik di slbn aceh timur saat ini masih
padatahapan mengenal benda dan sangat rendah sekali disamping itu juga mereka
Berdasarkan teori Pieget mengenai teori kognitif dalam teori belajar. 103
maka peneliti menemukan hasil data yang peneliti dapatkan tidak sesuai dengan
102
Hasil Wawancara dengan Ibu Aida pada tanggal 24 April 2021
103
Yudrik Jahja, Psikologi...h. 114-115
85
berinisiatif sendiri dan ikut aktif dalam kegiatan belajar sehingga anak
pertumbuhan serta tidak ditemukan jika anak sendiri yang berinisisatif dalam
belajar karena hambatan yang mereka miliki perlu untuk dibimbing dan diarahkan
dalam belajar. Salah satu anak tunagrahita TA dilihat dari segi pemahaman dapat
dikatakan mampu dalam menerima arahan atau perintah dari gurunya tetapi tidak
ada inisiatif langsung dalam bertindak sendiri sehingga selalu menunggu instruksi
terlebih dahulu.
memahami, menerima dan berfikir ada pada diri anak tunagrahita hanya saja daya
peningkatan jika terus diasah dan diberikan secara berulang-ulang ini dibuktikan
dari hasil jurnal Arif Rohman Hakim. 104 Maka hasil analisis tersebut juga
tunagrahita.
104
Arif Rohman Hakim, Jurnal Ilmiah Penjas, Mendorong Perkembangan Kognitif....
86
benda walaupun terkadang kembali lupa, juga anak-anak memahami saat kita
arahkan atau memberi perintah itu sudah bisa kita katakan sudah berkembang
perkembangan kognitif anak tunagrahita dan salah satunya dengan bermain anak
Pada saat peneliti mengamati di SLB ada beberapa anak tunagrahita jika
disuruh oleh gurunya dia paham akan perintah tapi ada juga yang jika disuruh dia
tidak tau, saat ditanya mengenai huruf di papan tulis ada beberapa anak
tunagrahita yang langsung menjawab dan betul tetapi ketika diacak mereka tidak
benar menjawabnya dan ini membuktikan anak tunagrahita sudah ada yang
menghafal beberapa huruf dan angka tetapi tidak mengenal dengan baik dan
105
Hasil wawancara dengan Pak Azni pada tanggal 09 Mei 2021
87
perkembangan lainnya.”107
buku Pendidikan Inklusif Sekolah Dasar penulis oleh Minsih. Ia mengutip dari
dalam belajar, kesulitan dalam berbicara, sulit mempelajari hal yang baru, serta
lamban dalam mempelajari hal yang bersifat abstrak. Tingkatan anak tunagrahita
juga disebutkan dalam buku tersebut dalam klasifikasi tunagrahita di SLB Negeri
Aceh Timur adalah tingkatan anak tunagrahita ringan sebagai kategori mampu
latih dengan menunjukkan beberapa anak tidak menunjukkan fisik yang berbeda
106
Hasil wawancara dengan Pak Azni pada tanggal 09 Mei 2021
107
Hasil Wawancara dengan Ibu Aida pada tanggal 24 April 2021
88
Aceh Timur terdapat perbedaan dimana ada sebagian anak yang berbeda-beda
menebak bersama guru lebih baik dari pada anak tunagrahita yang lain.
bidang auditory yang disebutkan dalam buku perkembangan anak usia dini karya
Ahmad Susanto ada lima pengembangan kognitif yaitu auditory, visual, takti,
kinestik, aritematika, geometri dan sains permulaan. Anak tunagrahita sudah hal
yang lumrah bahwa mereka terlahir dengan daya intelektual dibawah rata-rata.
berinteraksi peneliti melihat jika ada anak yang tidak mau untuk diajak masuk
kelas peneliti maupun guru mencoba memikat anak dengan mainan dan hasilnya
anak mau ikut dengan peneliti atupun guru. Didalam kelas anak akan bermain,
agar belajar nya pun tercapai maka guru akan mencoba untuk memasukkan
108
Dr. Minsih, Pendidikan Sekolah Inklusif....h. 34-35
89
tunagrahita karena nereka tidak mampu jika bermain yang memerlukan peraturan
yang sulit untuk dipahami dan biasanya permainan yang diberikan mudah untuk
dipahami oleh anak tunagrahita seperti melompat dari satu ke yang lainnya
anak tunagrahita bisa mengikuti permainan tersebut dengan bantuan atau tidak
dengan bantuan.
kognitif anak.
saja kalau khusus ABK sudah pasti paling dikenal Bocce, dan untuk yang lain bisa
dengan puzzle, melompat dari satu tempat ketempat lain, melipat kertas bunga
kognitif anak.
“Sementara dengan fasilitas yang kami punya saat ini dan kreativitas dari
gurunya disni terdapat beberapa permainan yang pernah kami
implementasikan kepada anak, seperti bermain peran, anak menjadi
orangtua dalam keluarga, kemudian bermain puzzel, jika dalam olahraga
maka bermain bola bocce untuk melatih konsentrasi dan koordinasi anak
dan lain sebagainya.”110
109
Hasil wawancara dengan Pak Azni pada tanggal 09 Mei 2021
110
Hasil Wawancara dengan Ibu Aida pada tanggal 24 April 2021
90
Pernyataan diatas sesuai dengan yang dikutip oleh Sance Mariana pada
tokoh Johnson yang menyatakan ada tiga jenis permainan mulai dari bermain
fungsional, bermain konstruktif dan bermain kasar. 111 Maka dapat dilihat jika
terlebih dahulu sekiranya apakah permainan yang akan diberikan sesuai dengan
Peneliti mengamati saat anak bermain, saat guru memberi contoh anak
bisa mengikuti tetapi setelah beberapa saat anak kembali lupa kemudian guru
mengarahkan lagi anak untuk bermain dan itu terjadi kepada beberapa anak
tunagrahita terkadang ada juga anak saat disuruh sudah langsung paham. Oleh
karena itu kata guru saat dilapangan anak tunagrahita itu programnya bina diri
kalau bermain sebagai latihan mereka untuk motorik dan kognitif. Hasil anak
memahami apa yang mereka mainkan sehingga saat mereka bermain melatih
kinerja otak mereka dalam berfikir dan merespon apa yang sedang dilakukan.
Hasil wawancara dengan pak Azni mengenai peran teknik bermain dalam
Timur.
112
Hasil Wawancara dengan Ibu Aida pada tanggal 24 April 2021
113
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak…h. 101-103
114
Nur Eva, Psikologi anak berkebutuhan...h. 56
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
SLB Negeri Aceh Timur sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh
perkembangan kognitif.
ketunagrahitaan berbeda-beda.
B. Saran
dibuat oeh peneliti ini masih jauh dari sempurna, masih memiliki banyak
banyak kendala yang dialami peneliti, secara individu tak jarang peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2018. Parenting Qurani : Pendekatan Ayat-Ayat Alquran. Jakarta Utara:
Mediaguru Digital Indonesia.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Raja Pers.
Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jurnal
Elfiadi.Bermain Dan Permainan Bagi Anak Usia Dini, Itqan, Vol. VII, No. 1,
Januari - Juni 2016.Dosen Prodi PGRA Jurusan Tarbiyah STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe.
Sance Mariana Tameon, Peran Bermain Bagi Perkembangan Kognitif dan Sosial
Anak, Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Volume 1 No. 1, Juli 2018, 26-39, Juli 2018.
Skripsi
Dewi, Ayu Listyani Mega. 2016.Teknik Persiapan Dakwah K.H. Agoes Ali
Masyhuri, Skripsi. Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Permainan#:~:Text=Sebuah%20permainan%20ad
alah%20bentuk%20permainan,Kadang%20digunakan%20sebagai%20alat%20pen
didikan.&Text=Diuji%20sejak%202600%20sm%2c%20permainan,Dan%20hadir
%20dalam%20semua%20budaya. (Diakses Pada Tanggal 18 Maret 2021, Puku
07:28)
LAMPIRAN
99
e. Anak-anak Sebagai
menggunakan kreatifitas/
media saat kemampuan
bermain bagi
tunagrahita
f. Anak tunagrahita Lebih
mengalami meningkat
peningkatan dari teman
selama bermain yang lain
c. Mengikuti Mengikuti
arahan/petunjuk arahan/petunju
dari guru dengan k yang
baik diberikan guru
dengan baik
2. Permainan a. Bermain membuat Mampu
yang dapat anak tunagrahita mengenal
mengembang mengenal huruf beberapa
kan kognitif dan angka huruf dan
anak angka untuk
tunagrahita di beberapa
SLBN Aceh waktu
102
e. Anak-anak Ya siswa
menggunakan bermain
alat/fasilitas saat dengan
bermain fasilitas yang
diberikan
olehguru
f. Anak tunagrahita Kemampuan
mengalami motorik dan
peningkatan pemahaman
selama bermain ada
peningkatan
c. Mengikuti Mengikuti
arahan/petunjuk arahan/petunju
dari guru dengan k yang
baik diberikan guru
dengan baik
2. Permainan a. Bermain membuat Masih belum
yang dapat anak tunagrahita mengenal
mengembang mengenal huruf huruf dengan
kan kognitif dan angka benar
anak
tunagrahita di
SLBN Aceh
Timur
105
e. Anak-anak Ya siswa
menggunakan bermain
alat/fasilitas saat dengan
bermain fasilitas yang
diberikan
olehguru
f. Anak tunagrahita Belum terlihat
mengalami peningkatan
peningkatan saat bermain
selama bermain masih sangat
butuh bantuan
dari guru
8. Upaya Yang a. Guru membantu Anak
Dilakukan dan mengarahkan tunagrahita
Dalam anak tunagrahita belum
Mengembang saat bermain bermain
kan dengan baik
Kemampuan tanpa bantuan
Bermain dari guru
Anak
Tunagrahita
Perkembangan 1. Kemampuan a. Kemampuan Mulai
kognitif kognitif anak berfikir anak mengalami
tunagrahita di tunagrahita peningkatan
SLBN Aceh mengalami dimana sudah
Timur peningkatan merasa senang
kognitif saat akan
bermain dan
berinisiatif
untuk segera
bermain
b. Kemampuan Belum bisa
memecahkan memecahkan
masalah saat masalah
bermain bagus
c. Mengikuti Mengikuti
arahan/petunjuk arahan/petunju
dari guru dengan k yang
baik diberikan guru
dengan baik
108
Responden ke (1)
“Ya, ada.”
disesuaikan dengan materi pelajaran bisa saja bermain peran dan lain
sebagainya, namun dalam olahraga permainan menekankan pada penjas
adaptif yang disesuaikan dengan karakter dan kekhususan anak tunagrahita
itu sendiri seperti permainan bola bocce dan lain sebagainya.”
Sub Asp. Materi bermain (sub. Asp 3)
Peneliti bertanya “Apakah tempat yang disediakan sudah sesuai dengan anak-anak
tunagrahita ”
“Untuk khususnya kalau lagi olahraga di lapangan, kalau belajar tematik dan
pelajar lainnya di ruangan kelas”
“tentu saja fleksibel yaa. Karena disesuaikan dengan kondisi anak saja”
113
“Sejak anak sudah jadi peserta didik di sekolah kami dan mengikuti
pembelajaran di sekolah kami”
Peneliti bertanya “Apakah terjadwal atau terjadi secara kondisional tiap harinya?”
Peneliti bertanya “ Apakah anak merasa sesuai dengan waktu yang dijadwalkan
untuk kegiatan bermain”
Ibu Aida menjawab “anak-anak bisa mengikuti permainan dengan atau tanpa
bantuan tergantung karakter dan kemampuan anaknya karena anak yang satu
berbeda dengan yang lainnya”
Peneliti juga bertanya “ Apakah ada hambatan yang muncul dari lingkungan
sekitar pada saat bermain?”
Ibu Aida menjawab “hambatan dari lingkungan belajarnya hampir tidak ada
ya karena mereka juga seneng main.”
Kemudian peneliti bertanya lagi “Apa upaya yang Bapak/Ibu lakukan dalam
menaggulangi hambatan yang muncul dari anak?”
Ibu Aida menjawab “Konsentrasi dan perhatian anak itu sangat dibutuhkan
dalam setiap sesi permainan, jadi alat tersebut bisa jadi salah satu media
pengantarnya.”
Beliau menjawab “Kemampuan kognitif peserta didik di slbn aceh timur saat
ini masih pada tahapan mengenal benda dan sangat rendah sekali disamping
itu juga mereka adalah anak dgn hambatan kecerdasan 2 standar deviasi
dibandingkan dengan anak pada umumnya sesuai usia mereka bahkan
berbeda jauh.”
115
Ibu Aida menjawab “tentu saja diantara mereka berbeda satu sama lain.”
Peneliti bertanya “Jika ada, dalam hal apakah terdapat persamaan dan perbedaan
tersebut?”
Ibu Aida menjawab “Sementara dengan fasilitas yang kami punya saat ini
dan kreativitas dari gurunya disni terdapat beberapa permainan yang pernah
kami implementasikan kepada anak, seperti bermain peran, anak menjadi
orangtua dalam keluarga, kemudian bermain puzzel, jika dalam olahraga
maka bermain bola bocce untuk melatih konsentrasi dan koordinasi anak dan
lain sebagainya.”
Ibu Aida menjawab “Sejauh ini pengaruhnya dapat dilihat adanya perubahan
dari segi pemahaman anak dan daya ekstrak anak terhadap aturan bermain
dan bisa mengulanginya dengan dan tanpa adanya bantuan.”
116
Responden ke (2)
“Kalau tujuan bermain itu kita ciptakan di Slb itu yang namanya PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inomatif Kreatif Menyenangkan). Disamping mereka
belajar bisa juga mengebangkan motorik, afektif dan kognitif mereka.”
Ada beberapa permainan salah satunya untuk ATG Bouce, puzzle, melipat
origami, dan membuat mozaik.”
117
“Tentu saja sesuai materi karena menggunakan materi yang kita ajarkan
sesuai bahan ajar guru dalam RPP”
Peneliti bertanya “Apakah tempat yang disediakan sudah sesuai dengan anak-anak
tunagrahita ”
“Sudah”
“Fleksibel”
Peneliti bertanya “Apakah terjadwal atau terjadi secara kondisional tiap harinya?”
“Tidak tentu bisa terjadwal bisa saja tidak menurut kondisi dilapangan”
Peneliti bertanya “ Apakah anak merasa sesuai dengan waktu yang dijadwalkan
untuk kegiatan bermain”
“Tidak menentu”
“Masih dalam proses karena sekolah kita baru merintis, dan karakter anak-
anak tunagrahita pun berbeda-beda tingkat kemampuan mereka. kalau untuk
sekarang mungkin anak-anak masih di usahakan/dilatih sedikit-sedikit agar
kemampuan mereka ada peningkatan.”
“Sudah pasti ada kalau itu namanya juga anak tunagrahita yang mana mereka
memiliki hambatan dalam kesehariannya”
Peneliti juga bertanya “ Apakah ada hambatan yang muncul dari lingkungan
sekitar pada saat bermain?”
“Ada”
Kemudian peneliti bertanya lagi “Apa upaya yang Bapak/Ibu lakukan dalam
menaggulangi hambatan yang muncul dari anak?”
“Tetap memberi semangat kepada siswa dan juga membuat permainan lebih
menarik dan mudah dipahami mungkin dengan pengadaan media bermain”
“Mungkin menurut saya itu cara terbaik karena mereka sangat suka ketika
diberi sesuatu (reward) salah satunya berupa tepuk tangan sebagai
penyemangat atau keberhasilan mereka itu sudah membuat mereka senang”
“Ya Ada”
Peneliti bertanya “Jika ada, dalam hal apakah terdapat persamaan dan perbedaan
tersebut?”
dia cepat tangkap dalam pembelajaran sekalipun itu di berikan yang abstrak.
Sedangkan alfi harus menggunakan yang konkrit.”
Ada
Peneliti bertanya “Permainan apa saja yang dapat mengembangkan kemampuan
kognitif anak tunagrahita di SLBN Aceh timur”
Lampiran 4 : Dokumentasi
122
123
124
Lampiran 5:
126
BIODATA PENELITI
A. Data Peneliti
Nama : Mutia
Agama : Islam
Telepon : 0852-6269-9617
E-mail : tia17mutia@gamil.com
B. Data Keluarga
Ayah : Agussani
Pekerjaan : Sopir
Ibu : Nurbaiti
Mutia
2017320133