SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat
Oleh
HAFID FIQIYANI
NIM. 020118A023
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya penulis diberikan kemudahan dan kelancaran, sehingga dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Pola Asuh Orang Tua pada Remaja
yang melakukan pernikahan dini di Kecamatan Watumalang, Kabupaten
Wonosobo”.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa arahan,
motivasi dan doa yang senantiasa diberikan selama ini dari berbagai pihak. Sehingga
dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada:
1. Pihak KUA Kecamatan Watumalang serta Pihak Kecamatan yang telah
memberikan data dan memberikan ijin atas penelitian ini.
2. Bapak/Ibu responden di Wilayah Kecamatan Watumalang yang telah bersedia
memberi informasi serta kerjasamanya.
3. Bapak Eko Susilo, S.Kep.,Ns., M. Kep selaku dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo.
4. Ibu Sri Wahyuni, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat
5. Ibu Dr.Sigit Ambar Widyawati, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Ngudi Waluyo.
7. Kedua orang tua saya, Bapak dan Ibu terimakasih atas segala doa, kasih sayang
dan dukungan yang selama ini telah kalian berikan untuk saya.
8. Untuk calon suami saya Muhammad Rizal Setyawan terimakasih karna selama
ini telah bersedia mendengarkan keluh kesah saya, menemani dan selalu
menyemangati saya dalam proses pembuatan skripsi ini.
2
9. Para besti besti saya ani, febila, fortuna, widya telah menemani saya, membantu
dan menyemangati saya dalam proses pembuatan skripsi ini.
10. Teman-teman satu angkatan Kesehatan Masyarakat tahun 2018 (Public Health
2018).
Penulis ini menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna,
namun penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
3
Universitas Ngudi Waluyo
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kkesehatan
Skripsi, February 2022
Hafid fiqiyani
020118A023
ABSTRAK
Latar belakang :Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu
pasangan yang memiliki usia di bawah umur yang biasanya di bawah 17 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pola Asuh Orang Tua pada
Remaja yang Melakukan Pernikahan Usia Dini Di Kecamatan Watumalang
Kabupaten Wonosobo.
Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.Sampel yang diambil yaitu sebanyak 48
responden yang dipilih menggunakan metode Purposive sampling.Instrumen dalam
penelitian ini adalah menggunakan kuesioner, analisis yang digunakan yaitu
menggunakan analisis Deskriptif.
Hasil : Hasil penelitian menggambarkan pola asuh orang tua yang paling banyak
ditemukan adalah pola asuh demokratis yaitu 65%, kemudian pola asuh permissive
23% dan yang paling sedikit yaitu pola asuh otoriter sebanyak 12%.
4
Ngudi Waluyo University
Public Health Study Program, Faculty of Health
Final Project, February 2022
Hafid fiqiyani
020118A023
ABSTRACT
Background: early marriage is a marriage carried out by one of the couples who are
underage, usually under 17 years old. This study aims to determine the description of
Parenting Patterns in Teenagers who Conduct Early Marriage in Watumalang
District, Wonosobo Regency.
Methods : This research uses descriptive quantitative research using a cross
sectional approach. The samples taken were 48 respondents who were selected using
the purposive sampling method. The instrument in this research is using a
questionnaire, the analysis used is descriptive analysis.
Results: The results of the study describe the parenting pattern of parents which is
mostly found to be democratic parenting, which is 65%, then permissive parenting
23% and the least, authoritarian parenting as much as 12%.
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PERNYATAAN ORISINALITAS iv
KESEDIAAN PUBLIKASI v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR BAGAN xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A. Tinjauan Teori 9
B. Kerangka teori 27
C. Kerangka Konsep 27
BAB III METODE PENELITIAN 28
A. Desain Penelitian 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian 28
C. Subjek penelitian 28
D. Definisi Oprasional 31
6
E. Pengumpulan Data 31
F. Pengolahan Data 32
G. Analisis data 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37
A. Hasil penelitian 37
B. Pembahasan 40
C. Keterbatasan Penelitian 40
BAB V PENUTUP 51
A. Kesimpulan 51
B. Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 53
7
DAFTAR BAGAN
8
DAFTAR TABEL
9
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diawali dengan adanya kehidupan lain dengan dua individu yang berbeda jenis
membuat keluarga atau keluarga yang bahagia, bersahabat dan abadi (Ningsih,
2018).
usia 19 tahun, dan perkawinan optimal dengan asumsi memenuhi aturan yang
masih muda atau masih muda, yang diselesaikan sebelum berusia 19 tahun
(Juspin, 2012).
dan matang untuk menikah adalah pada usia 20-25 tahun untuk wanita, dan 25-
30 untuk pria. Demikian ini merupakan usia yang sangat ideal untuk menikah,
dengan alasan bahwa semua jenis orang mengalami sampai pada titik nalar dan
1
2
kehamilan, terutama jika pada usia 15 tahun yang sangat terancam gigit debu
karena sakit- Disarankan, ibu hamil di usia muda juga tidak berdaya
yang diklaim belum sepenuhnya dewasa dibandingkan dengan ibu hamil yang
usia di bawah umur atau yang sering disebut pernikahan dini adalah pernikahan
yang dilakukan secara formal atau juga santai karena dilakukan sebelum usia
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki angka pernikahan dini yang
dengan menempati urutan ke-37 dari 158 negara di dunia. sedangkan di Asia,
dasar perkawinan untuk perempuan yaitu 16 tahun, saat ini telah diganti
perempuan pada usia 16 tahun saat ini berusia 19 tahun, dengan demikian usia
pengadilan (Bukido, 2018). kedua di dunia setelah Kamboja dan ke-37 dari 158
dilakukan oleh seseorang yang berusia di bawah 17 tahun. Segala macam orang
yang belum berusia (17 tahun) untuk menikah dapat dikatakan sebagai
menikah dibawah umur atau menikah dini. Berdasarkan informasi dari Badan
Penerangan Umum Daerah (BPS Provinsi Jawa) pada tahun 2020 jumlah
hubungan anak di Perda Wonosobo atau pada rentang usia 16-19 tahun adalah
dan mengingat pada usia tersebut mereka tidak memiliki gaji yang cukup.
4
Selain itu perkawinan dini terjadi dengan adanya kasus Hamil duluan, hal ini
yaitu pada tahun 2019 ada 13 (tiga belas) kasus orang yang mengalami
pernikahan dini, pada tahun 2020 ada 50 (limapuluh) kasus remaja yang
melakukan pernikahan dini, dan sampai bulan juli 2021 terdapat 45 kasus yang
dari putusan Pengadilan Agama (PA). Jadi dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Menurut Undang-
Undang perlindungan Anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak
5
untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Usia minimal untuk menikah bagi
perempuan sama dengan usia untuk menikah bagi laki-laki, yaitu 19 (sembilan
belas) tahun. Yang dimaksud sedapat mungkin adalah individu yang cukup
dewasa dapat menikah dan menjalin hubungan secara rukun tanpa sekat dan
rendah, kesehatan jasmani karena organ kewanitaan yang belum siap untuk
membayangkan dan hamil keturunan atau organ regeneratif yang tidak siap dan
beranak, beban wali akan berkurang karena biaya yang telah ditanggung oleh
pasangan nantinya, sehingga ada beberapa wali yang memilih untuk anaknya
menikah. Untuk menawarkan pada mereka yang masih berusia sangat muda.
Dalam agama, ada beberapa keluarga yang memilih dan mengizinkan anak
tersebut untuk menikah di usia muda karena mereka mengira anak itu
untuk menawarkan anak mereka untuk menjauh dari kejadian yang tidak
diinginkan ini. Variabel standar dan sosial atau ekologi juga dapat
bahwa wali merasa malu ketika anak-anak mereka diejek sebagai orang yang
menikah pada kesempatan awal. Tidak adanya pelatihan juga merupakan salah
satu alasannya. Salah satu alasan untuk pernikahan awet muda adalah hasil
dipandang sebagai hal yang umum diharapkan untuk berbagai individu dan
wali hari ini. Sementara itu, jika dilihat dari masalah kesehatan, pernikahan
usia muda merupakan masalah pola yang harus diperhatikan karena dapat
menimbulkan dampak yang sangat buruk, seperti kematian ibu dan bayi selama
penyakit rahim yang disebabkan oleh pembesaran rahim. tidak siap dan pada
anak-anak yang baru lahir dapat membangun pertaruhan korban tewas. Hal ini
dapat kita cegah dengan melalui program BKKBN, khususnya dukungan KIE
resiko perkawinan usia muda, selain itu juga melalui program GenRE
khususnya pamflet yang dapat disampaikan melalui media berbasis web. Berisi
data tentang pernikahan dini, sebaiknya juga melalui bidan desa terdekat
dengan menyampaikan pamflet yang berisi tentang resiko pernikahan dini dan
bahaya hamil anak dengan asumsi Anda menikah dini. Mengingat sebagian
Asuh Orang Tua Pada Remaja Yang Melakukan Pernikahan Usia Dini Di
B. Rumusan Masalah
Asuh Orang Tua pada Remaja yang melakukan Pernikahan Usia Dini Di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Kabupaten Wonosobo
2. Tujuan khusus
Kabupaten Wonosobo.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi peneliti
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
dari kehidupan baru bersama dua orang yang berjenis kelamin berbeda.
Selain itu juga untuk saling berbagi kasih sayang dalam kehidupan baru,
sebelum usia 19 tahun, dan pernikahan ideal jika sudah memenuhi kriteria
Dalam hal yang akan berkaitan dengan apa yang akan disajikan, bahwa
pernikahan dini adalah suatu ikatan seseorang yang dilakukan masih dalam
usia muda atau remaja, yang dilaksanakan sebelum usia 19 tahun (Juspin,
2012).
menurut ilmu kesehatan bahwa usia yang pas dan matang untuk
wanita, dan 25 – 30 bagi pria. Pada masa ini adalah masa yang paling baik
9
10
untuk berumah tangga, karena baik pria maupun wanita sudah cukup
proses kehamilan, apalagi jika pada usia 15 tahun sangat beresiko sekali
selain meninggal dunia, ibu hamil pada usia muda juga rentan untuk
Selain itu juga orang tua yang menikah dibawah umur, atau
menikah di usia dini terhadap pola asuh yang akan diberikan kepada
anaknya kelak biasanya pola asuh yang digunakan adalah pola asuh
otoriter atau lebih menuruti apa yang diinginkan oleh orang tua dan
terganggu dan lainnya. Karena pada orang tua yang menikah dibawah
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan
model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata
11
berdiri sendiri.
keluarga berbeda, hal ini tergantung pandangan dari tiap orang tua.
sejahtera.
anak menjadi hal penting agar dapat menghindarkan anak dari pengaruh
12
luang juga di sisi lain, orang tua hendaknya kompak dan konsisten
dalam menegakkan aturan. Apabila ayah dan ibu tidak kompak dan
disiplin.
di atas bisa disimpulkan jika pola asuh orang tua ialah hubungan yang
dijalin oleh anak dan orang tua dengan memenuhi kebutuhan psikologi
yang diinginkan.
tingkah laku anak. Orang tua memberikan pola asuh yang kurang tepat
asuh otoriter:
pribadinya.
melakukan kesalahan.
yang tak banyak aturan dan cenderung bebas dalam pola asuh ini
b) Lebih bebas serta tidak ada aturan dari orang tua ke anak.
orang tua dan anak karena orang tua yang memilih mengasuh
hangat dan baik, orang tua memiliki hak untuk saling mengutarakan
demokratis yaitu:
15
diperhatikan.
a. Lingkungan
keluarga yang tinggal di kota besar dan keluarga yang tinggal di desa
dimana orang tua yang tinggal di kota pasti akan lebih ekstra khawatir
besar tidak bisa dikontrol ,sedangkan orang tua yang tinggal di desa
b. Budaya
diberlakukan keluarga
tersebut.
c. Ekonomi
memilih cara menerapkan pola asuh yang akan diberikan kepada anak
karena setiap keluarga pasti akan memiliki cara pandang yang berbeda
mengenai cara mengasuh anak yang benar dan tepat misal: Ibu dengan
Berpendapat bila latar belakang dari orang tua serta anak dapat
1) Hubungan ayah dan ibu meliputi seperti apa korelasi antara orang
pinggiran
didalam masyarakat
5) Cara menilai orang tua kepada anak seperti arti sebuah pola asuh
3) Cara anak menilai orang tua, seperti apa cara anak menilai
serta terdapat peran role model yang tanpa di sadari orang tua,anak
menikah anom apabila salah satu atau kedua dari calon mempelai
adalah Wanita mencapai usia 21-25 tahun dan pria mencapai usia
25-28 tahun. Pada Saat Wanita sudah mencapai umur tersebut segi
dan segi materi sudah cukup mapan sehingga seorang suami sudah
dalam keluarga berkurang satu dalam hal ini belum tentu terbukti
kebenarannya.
a. Faktor individu
3) Hubungan anak dengan orang tua. Pernikahan usia dini bisa terjadi
orangtua, orang tua dan anak harus memiliki hubungan yang baik
b. Faktor keluarga
remaja adalah:
rasa malu dan sebagai jalan keluar yang baik menurut keluarga.
c. Faktor masyarakat
anaknya
seorang calon istri yang lebih muda darinya bukan yang seusianya
cara menikah.
c. “Kecelakaan” atau hamil diluar nikah karena pergaulan yang tidak ada
tidak mau mereka harus menikah anom karena untuk menutupi rasa
malu keluarga.
tujuannya adalah meringankan beban salah satu orang tua yang tinggal
pengawasan sikap dan pengajaran yang diberikan orang tua kepada anak.
Serta dapat memberikan efek pada pertumbuhan anak sejak dari kanak-
kemajuan dan fase kemandirian anak. Pola asuh orang tua memiliki
karna lewat ayah dan ibu anak bisa habituasi dengan lingkungannya,bisa
persoalan yang dihadapi dari menikah dini adalah dari dampak menikah
anom dimana masih banyak sekali kasus yang ditemukan orang tua yang
maupun otoriter.
27
B. Kerangka teori
Faktor yang
mempengaruhi pola Pola asuh orang
asuh : tua :
Sosial ekonomi Otoriter
Lingkungan Sosial Permissive
ekonomi Demokratis
Lingkungan
Sub kultural budaya
Faktor yang
mempengaruhi
pernikahan dini :
Individu Pernikahan dini
Keluarga
Masyarakat lingkungan
C. Kerangka Konsep
Otoriter
Permissive
Demokratis
28
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
(Notoatmodjo, 2005).
satu kali dan estimasi dibuat pada situasi dengan orang atau variabel dengan
jam penilaian. Hal tersebut bukan berarti bahwa semua ujian dilihat secara
C. Subjek penelitian
1. Populasi
29
30
2. Sampel
yang diambil dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak
N
n=
1+ N ( d )2
95 95
= 2 = = 48,717= 48
1+ 95(0,01) 1,95
pada penelitian ini yaitu orang tua yang berada di beberapa desa dengan
Teknik sampling ini dipilih dengan harapan agar sampel dapat sesuai
sebagai pedoman dalam mengumpulkan data. Hal ini juga dapat bermanfaat
Skala
Variabel Definisi oprasional Alat ukur
data
c. Demokratis
variabel satu-satunya yaitu Pola Asuh Orang Tua pada Remaja yang
Wonosobo.
E. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data sekunder
33
Kabupaten Wonosobo.
c. Data Tersier
2. Bahan
3. Alat ukur
F. Pengolahan Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
segera disiapkan untuk tahap berikutnya. Dalam tahap ini, hal yang
34
2001:129).
b. Coding
A. Data umum
1) Data responden
Responden 1 R1
Responden 2 R2
Responden 3 R3
Dan seterusnya
2) Jenis Kelamin
Laki-laki JK1
Perempuan JK2
35
3) Usia
4) Pendidikan
SD kode PD1
S1 kode PD5
5) Pekerjaan
PNS PK1
Wiraswasta PK3
TNI/POLRI PK4
Petani PK5
Lainnya PK6
B. Data khusus
Jawaban A kode 1
Jawaban B kode 2
Jawaban C kode 3
36
c. Scoring
sebagai berikut :
d. Tabulating
informasi ini sangat penting mengingat fakta bahwa itu akan bekerja
G. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
diseminasi dan tingkat setiap faktor yang digunakan dalam menyelidiki faktor-
responden berdasarkan Gambaran Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja yang
A. Hasil penelitian
a. Visi :
Bertanggung Jawab”
b. Misi
38
39
persentase 16,7%.
40
persentase 12,5%.
65%.
B. Pembahasan
Kecamatan Watumalang.
tua yang mengasuh otoriter sering putus asa, malang dan tingkat
kedua sementara kontras diri mereka sendiri serta orang lain, tidak
pola asuh otoriter dengan kejadian kasus pernikahan usia dini pada
remaja.
tunduk pada keinginan orang tuanya, apa pun yang dilakukan pada
anak selalu diselesaikan oleh wali, setiap jenis gerakan dan pilihan
anak tidak diatur oleh wali. Kewajiban dan komitmen wali mudah,
diteliti lebih lanjut oleh peneliti dan juga dari segi pendidikan,
2020).
pada remaja.
bagi remaja yang sedang mencari jati diri. Hal ini tentu saja
1) Faktor Lingkungan
mencobanya.
3) Pertahanan Diri
gampang terpengaruh.
pola asuh otoriter dan persmissive, bahwa pola asuh demokratis ini
pada responden tersebut yang berarti orang tua dari responden ini
yang kurang baik bagi anak. Hal tersebut tentu saja sangat
C. Keterbatasan Penelitian
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
persentase 47,9%.
B. Saran
keluarga
2. Bagi Pemasyarakatan
remaja.
3. Bagi remaja
4. Bagi peneliti
yang belum ada dalam penelitian ini sehingga mendapat hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D., Sitanggang, T. W., & Suri, O. I. (2021). Perbedaan Pola Asuh
Orang Tua Menikah Usia Dini Dan Usia Dewasa Differences on
Parenting Styles Between Younger and Adult Parents. Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 8(1), 119.
55
Anggraini, D., Sitanggang, T. W., & Suri, O. I. (2021). Perbedaan Pola Asuh
Orang Tua Menikah Usia Dini Dan Usia Dewasa Differences on
Parenting Styles Between Younger and Adult Parents. Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 8(1), 119.
Wibowo, D., Galuh, S. S.-J. K., & 2021, undefined. (2021). Gambaran Pola
Asuh Orang Tua Yang Menikah Di Bawah Umur Di Kecamatan
Panjalu Kabupaten Ciamis Tahun 2021. Jurnal.Unigal.Ac.Id, 3(2).
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/JKG/article/view/5692
Adawiah, R. (2017). Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap
Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 7(1), 33–48.
Anggraini, D., Sitanggang, T. W., & Suri, O. I. (2021). Perbedaan Pola Asuh
Orang Tua Menikah Usia Dini Dan Usia Dewasa Differences on
Parenting Styles Between Younger and Adult Parents. Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 8(1), 119.
Anggraini, D., Sitanggang, T. W., & Suri, O. I. (2021). Perbedaan Pola Asuh