PROPOSAL PENELITIAN
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN STRES
TERHADAP POLA MAKAN MAHASISWA KEPERAWATAN
TINGKAT AKHIR DI UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU
PROPOSAL
Tanggal, 25 Mei
2023
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua prodi
UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
NIK. 20220901145
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 26
E. Hipotesis 26
BAB III METODE PENELITIAN 27
A. Desain Penelitian 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian 27
C. Populasi dan Sampel 27
D. Variabel Penelitian 29
E. Defnisi Oprasional 29
F. Instrumen Penelitian 30
G. Teknik Pengumpulan data 31
H. Analisis Data 31
I. Bagan Alur Penelitian 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka konsep 26
Gambar 3.1 Bangan Alur penelitian 33
5
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Pola makan adalah suatu cara dan usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan informasi gambaran meliputi mempertahankan
kesehatan, status nutrisi, dan mencegah suatu penyakit dan pola makan
yang tidak teratur sering terjadi pada mahasiswa semester akhir (Annisa
Ayu Wardhani, 2022).
Mahasiswa semester akhir merupakan mahasiswa yang berada di
tahap pembuatan skripsi atau tugas akhir, dan harus mengerjakan skripsi
yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, saat
proses pembuatan skripsi terdapat banyak kendala yang dilalui mahasiswa
yakni masalah internal maupun masalah eksternal yang muncul (Evindri
dkk, 2022). Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab kecemasan
mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir, yaitu adanya situasi yang
menyebabkan kecemasan yaitu tuntutan dari orang tua, mahasiswa kurang
memiliki keyakinan diri dalam mengerjakan tugas akhir, serta kurangnya
dukungan sosial dari dosen maupun teman-temannya, selain itu tingkat
stres terbanyak pada mahasiswa adalah depresi sedang, dengan gejala
dominan yang muncul berupa sikap pesimis yakni merasa berkecil hati
tentang masa depan sehingga tingkat kecemasan dan stres yang
berpengaruh pada perubahan pola makan yang tidak teratur (Nasution,
2018)
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019
ditemukan hampir 264 juta penduduk dunia yang mengalami stres dan
kecemasan, Sedangkan studi prevalensi yang dilakukan di inggris terhadap
4169 responden didapatkan sebanyak 90% responden mengalami stress
(Evindri dkk, 2022). Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh
tuntutan sosial, lingkungan dan fisik yang tidak terkendali (Ambarwati
dkk, 2019)
Di Indonesia sendiri prevalensi gangguan mental emosional
(stres dan kecemasan) menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 9,8% untuk usia 15 tahun
ke atas mengalami gangguan mental emosional. Angka tersebut
menunjukkan peningkatan dibandingkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2013 yaitu hanya 6%. Di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
prevalensi gangguan mental emosional menunjukkan angka sebesar
12,83%. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata
prevalensi gangguan emosional penduduk Indonesia tahun 2018
(Riskesdas, 2018) ( Pratiwi, A. (2022) )
2
oleh salah satu responden dalam penelitian yang dilakukan (Syarofi dkk,
2020), ia merasakan serta paham suka duka saat mengerjakan skripsi dan
menjadikan hal itu sebagai tantangan yang harus dijalani. Skripsi juga
dipandang sulit dan salah satunya yaitu disaat mencari judul yang tidak
mudah diterima dosen pembimbing. Dengan apa yang dialami oleh
mahasiswa tersebut akan berdampak bukan hanya pada kondisi fisik tetapi
juga pada kondisi psikologisnya. Hal ini dapat dilihat ketika mahasiswa
mengalami stres dalam proses pengerjaan skripsi seperti yang dirasakan
oleh mahasiswa gizi ketika pengerjaan skripsi sebagai tugas akhir yang
dapat menimbulkan stres atau perasaan tertekan dan terbebani (Syarofi
dkk, 2020)
Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution pada
tahun 2018 tentang Pengaruh Penulisan Skripsi Terhadap Simtom Depresi
Dan Simtom Kecemasan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhamadiyah Sumatera Utara Angkatan 2014 dengan hasil penelitian
ditemukan mahasiswa yang mengalami simtom depresi sebanyak 20 orang,
terdiri dari 6 laki-laki dan 14 perempuan hubungan yang signifikan antara
disertasi dan gejala kecemasan (Nasution, 2018)
Penelitian yang dilakuakan oleh Riskiyati tentang Tingkat
Kecemasan Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi Di Program Studi
Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto
Angkatan 2015 dengan hasil penelitian terdapat 12 mahasiswa (25,53%)
berada pada kategori panik, 11 mahasiswa (23,40%) pada kategori berat,
13 mahasiswa (27,57%) (Rizkiyati, 2019)
Studi penelitian yang dilakukan oleh Kustanti tentang Studi
Kualitatif Perilaku Emotional Eating Mahasiswa Tingkat IV Program
Studi Sarjana Keperawatan Di Stikes Bethesda Yakkum Yogyakarta Tahun
2018 menemukan bahwa 15 dari 86 (17,4%) mahasiswa S1 Keperawatan
tahun akademik 2017-2018 yang sedang mengerjakan tesis atau disertasi
mengalami kenaikan berat badan akibat stres. karena perubahan pola
makan (Kustanti dkk, 2019).
Selain itu, penelitian Trimawati dkk tentang Studi Deskriptif
Perilaku Emotional Eating Mahasiswa dengan hasil 37 responden
(48,7%) dari 76 responden yang sedang mengerjakan skripsi memiliki
perilaku makan emosional (Trimawati dkk, 2018). Hal ini juga didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Syarofi dkk tentang Apakah Perilaku
3
Dan Asupan Makan Berlebih Berkaitan Dengan Stress Pada Mahasiswa
Gizi Yang Menyusun Skripsi dengan hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara stress dengan emotional eating (p=0,008, r=-0,448), skor
perceived stress scale dengan asupan energi (p=0,028, r=0,0376) dan
asupan lemak (p=0,002, r=0,507) (Syarofi dkk, 2020).
4
PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Konsep pola makan
a. Definisi Pola Makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan
jumlah dan jenis makan dengan informasi gambaran meliputi
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (kemenkes 2014).
Pengertian pola makan menurut Handajani adalah tingkah laku
manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi makanan yang
meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan. Sedangkan
menurut Suhardjo, pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau
sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsi makanan
terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial
(Ramadani, 2017)
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan
mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk
pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi,
anak-anak, serta seluruh kelompok umur (kemenkes 2014).
Secara umum, pola makan terdiri atas 3 (tiga) komponen
yaitu: jenis, frekuensi, dan jumlah makanan.(Hasmawati dkk, 2021)
1) Jenis makanan
Jenis makanan adalah sejenis makanan pokok yang
dimakan setiap hari, terdiri dari makanan pokok, lauk hewani,
sayuran, dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok
adalah sumber makanan utama di Negara Indonesia yang
dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang
terdiri dari beras, jagung , sagu, umbi – umbian , dan tepung.
2) Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari,
meliputi makan pagi, makan siang, dan makan malam serta
makan selingan. Frekuensi makan merupakan berulang kali
makan sehari dengan jumlah tiga kali, yaitu makan pagi, makan
siang, dan makan malam.
3) Jumlah makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang
dimakan dalam setiap orang atau setiap individu dalam
kelompok.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola makan yang akan terbentuk akan sama dengan kebiasaan
makan seseorang. Secara umum, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pola makan yaitu faktor internal dan faktor eksternal
(kemenkes 2014).
1) Faktor internal
a) Faktor fisiologis
Rasa lapar atau rasa kebutuhan untuk makan dan
rasa kenyang (menghentikan asupan makan atau mencegah
proses makan selanjutnya).
b) Faktor psikologis
Nafsu makan yaitu keinginan terhadap makanan tertentu,
berdasarkan pengalaman.
(1) Aversi (pantangan) yaitu menghindari makanan
tertentu, berdasarkan pengalaman yang sebelumnya.
(2) Preferensi yaitu dibentuk dari seberapa sering kontak
dengan makanan tersebut dan proses belajar dini
(3) Emosi , makanan tertentu dikaitkan dengan emosi
yang positif maupun negatif.
(4) Tipe kepribadian , kepekaan terhadap pemicu eksternal
dan internal yang mempengaruhi asupan makanan.
2) Faktor eksternal
a) Budaya
Budaya adalah salah satu faktor penentu dalam
memilih makanan, memberikan dan memperkuat identitas
dan rasa yang dimiliki. Pengaruh budaya terlihat sangat
jelas pada makanan pokok atau tersamar misal cara
penyajian atau cara memasak.
b) Faktor ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi, maka semakin
banyak jumlah dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi
oleh individu maupun kelompok. Sebaliknya, orang yang
hidup dalam kemiskinan atau memiliki pendapatan rendah
akan lebih susah untuk memilih makanan.
c) Pendidikan atau kesadaran akan kesehatan
Faktor ini berasal dari lingkungan eksternal,
menentukan besarnya perhatian terhadap hal – hal yang
berkaitan dengan makanan dan gizi.
2. Konsep Mahasiswa
Mahasiswa rentan mengalami gangguan kecemasan, terlebih
mahasiswa keperawatan karena beban tanggung jawab yang besar ,
serta banyaknya hal yang memicu kecemasan. Terdapat faktor pemicu
yang dapat menyebabkan kecemasan pada mahasiswa (Brenneisen
Mayer et.al 2016).
a. Beban kuliah dan meningkatnya kompleksitas materi
Beban kuliah yang banyak mengharuskan mahasiswa untuk
memahami dan menguasai seluruh materi yang dipelajari. Materi
kuliah adalah bahan kuliah yang akan diujikan , dengan mahasiswa
memahami seluruh materi kuliah, akan memudahkan mahasiswa
dalam mengerjakan ujian dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Namun, karena beban yang sangat meningkat, mahasiswa akan lebih
mudah mendapatkan kecemasan karena rasa takut yang tinggi.
b. Ujian
Ujian merupakan salah satu cara menilai proses pembelajaran,
namun tidak sedikit mahasiswa yang terbebani oleh adanya ujian.
Bagi beberapa mahasiswa berpikir ujian adalah mimpi buruk yang
menakutkan. Mahasiswa akan mulai mendapatkan kecemasan,
seperti sakit perut, rasa cemas, jantung berdebar – debar, tidak bisa
duduk, dll saat ujian sudah dekat. Walaupun , mereka sudah
mempersiapkan diri dengan belajar tapi ketika menghadapi ujian,
akan tetap merasa gelisah dan cemas. Mereka merasa begitu panik
sehingga tidak dapat berkonsentrasi dan hasilnya pun tidak akan
maksimal.
c. Kurangnya kesiapan belajar
Bahan kuliah yang sangat banyak serta manajemen waktu yang
kurang akan membuat mahasiswa kesulitan dalam menyiapkan
ujian. Mahasiswa akan lebih sigap dalam belajar ketika semalam
sebelum ujian, dengan begitu hasilnya pun tidak akan semaksimal
mungkin. Hal tersebut, akan memicu kepanikan dan kecemasan pada
mahasiswa karena mereka berpikir belum siap dengan hasil yang
akan diperoleh. Selain faktor di atas yang merupakan faktor
akademis sehingga berkorelasi sebagai pemicu kecemasan,
masih terdapat faktor lain yang tidak dapat dikesampingkan perihal
kecemasan, seperti peristiwa kehidupan pribadi, mengalami luka
fisik maupun psikis, kematian keluarga atau teman dekat, dan
masalah finansial yang juga dapat dipertimbangkan sebagai
faktor risiko kecemasan Fernanda.
3. Konsep Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal
dari bahasa Latin yaitu “angustus” yang berarti kaku, dan
“ango,anci” yang artinya adalah mencekik. Kecemasan adalah
suatu respon normal dan setiap orang pernah mengalami
kecemasan. Kecemasan biasanya dihubungkan dengan ketakutan,
maka itu kecemasan ini sering ditandai sebagai rasa ketakutan yang
menyebar, tidak menyenangkan, dan tidak jelas. Kecemasan sering
disertai dengan gejala otonom, seperti sakit kepala, keringat dingin,
jantung berdebar, sesak nafas, ketidaknyamanan perut ringan, yang
ditunjukkan dengan ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri
diam dalam waktu jangka panjang (Sadock at.el, 2017).
Kecemasan merupakan sinyal peringatan dari hal
berbahaya yang akan datang dan memungkinkan untuk seseorang
mengambil tindakan untuk menghindari bahaya tersebut.
Perbedaan kecemasan dan ketakutan adalah, ketakutan merupakan
sinyal peringatan tetapi itu adalah respons yang telah diketahui ,
eksternal, pasti, dan non-konflik. Kecemasan sendiri adalah
respons terhadap ancaman yang tidak diketahui, internal, tidak
jelas, dan konflik tual (Sadock at.el, 2017).
Jadi dapat disimpulkan, bahwa kecemasan adalah kondisi
terdapat perasaan yang tidak menyenangkan dimana seseorang
merasakan khawatir yang tidak jelas asal – usulnya. Kecemasan
dibutuhkan untuk mempersiapkan diri dari suatu kejadian yang
akan terjadi. Namun, kecemasan yang berlebihan dapat
menyebabkan seseorang kesusahan untuk memutuskan suatu
keputusan (Sadock at.el, 2017)
7
b. Etiologi
Terdapat beberapa teori dan sains yang berkontribusi sebagai
penyebab gangguan kecemasan pada individu, yaitu kontribusi
aspek psikologis, biologis, genetik, dan neuroanatomi (Sadock
at.el, 2017).
1) Aspek psikologis
Ada tiga mayor teori yaitu teori psikoanalitik, teori
perilaku, dan teori eksistensial.
a) Teori Psikoanalitik
Definisi Freud, kecemasan dipandang sebagai hasil
dari konflik psikis antara keinginan seksual atau agresif
sadar dan ancaman sesuai superego atau keadaan
eksternal. Dalam menghadapi keadaan tersebut, ego
akan memberikan respons untuk memberikan pertahanan
dan mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat
diterima yang muncul dari kesadaran.
b) Teori perilaku
Teori perilaku mendalilkan bahwa kecemasan
adalah suatu respon untuk stimulus lingkungan yang
spesifik. Misalnya, adalah anak yang dibesarkan oleh
orang tua yang kasar akan cenderung cemas begitu
melihat orang tuanya. Dalam kesimpulan, seorang anak
akan mengembangkan respons kecemasan dengan
meniru kecemasan di lingkungan sekitarnya, seperti
kecemasan orang tua.
c) Teori Eksistensial
Teori eksistensial memberikan model teori
kecemasan umum, dimana tidak ada stimulus secara
khusus yang dapat diidentifikasi untuk perasaan cemas
yang kronik. Konsep utama teori ini adalah bahwa orang
mengalami perasaan hidup di alam semesta tanpa tujuan.
Kecemasan adalah tanggapan mereka terhadap
8
4) Panik
Tingkat panik berhubungan dengan ketakutan dan teror.
Pola pikir terpecah dari proporsinya, mengalami kehilangan
kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain,
persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional,
dan dapat terjadi kelelahan berat.
e. Alat Ukur Kecemasan
1) Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang
didasarkan oleh munculnya gejala pada individu yang
mengalami kecemasan. Menurut skala HARS, terdapat 14
gejala/symptoms yang muncul pada individu yang mengalami
cemas atau ansietas. Setiap item yang diobservasi diberikan 5
tingkatan skor atau nilai antara 0 (nol) sampai 4 (severe/berat).
Skala HARS pertama kali dibentuk pada tahun 1559,
diperkenalkan oleh Max Hamilton, dan sekarang telah menjadi
standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian
trial clinic. Skala HARS sendiri sudah memiliki validitas dan
reabilitas yang cukup tinggi pada kecemasan yaitu 0,83 dan
0,77. Kondisi ini menyebabkan skala HARS mampu
memperoleh hasil yang valid dan reliabel.Skala HARS
memiliki 14 item yang akan dinilai. Penilaian kecemasan
dengan skala HARS meliputi: (Decha M, Putri D 2012)
a) Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
dan mudah tersinggung.
b) Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah
terganggu, dan lesu.
c) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
14
Sedangkan stres kronis yaitu stres yang terjadi setiap hari dalam
jangka waktu yang panjang yang melibatkan sistem pituitary-
adrenal-kortikol. Hipotalamus akan mengekskresi CRH yang
menurunkan nafsu makan. Setelah beberapa jam atau hari, kortisol
akan menaikkan nafsu makan serta kadar glukokortikoid akan
meningkat (Sominsky at.el, 2014).
.
23
B. Kerangka konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan seperti
pada gambar berikut :
Kecemasan
Pola makan
mahasiswa tingkat
akhir
Stres
C. Hipotesis
1. H1 : Ada Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Stres Terhadap
Pola Makan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Keperawatan Universitas
Widya Nusantara Palu
2. H0 : Tidak Ada Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Stres Terhadap
Pola Makan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Keperawatan Universitas
Widya Nusantara Palu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Jenis penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang secara sistematis pada bagian-bagian
dan hubungan (Notoatmodjo, 2018). Rancangan penelitian ini yaitu cross
sectional design dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan
Tingkat Kecemasan dan Stres Terhadap Pola makan Mahasiswa Keperawatan
Tingkat Akhir di Universitas Widya Nusantara Palu.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Widya Nusantara
Palu
2. Waktu
Penelitian akan dilakukan bulan Juni sampai dengan Juli Tahun
2023.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
dan subjek yang memiliki karakteristik tertentu dan diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017)
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan tingkat akhir
Universitas Widya Nusantara Palu yang berjumlah 131 orang pada Tahun
2023.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Untuk menentukan sampel dari
suatu populasi dapat digunakan rumus slovin sebagai berikut:
28
N
n=
1+N (e)2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
e = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel
Dalam rumus slovin (Sugiono, 2018) ada ketentuan sebagai
berikut Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi > 100 orang dan Nilai e = 0,2
(20%) untuk populasi < 100 orang.
Berdasarkan jumlah populasi (N) sebanyak 131 orang, sehingga
presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan
dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui
sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:
131
n=
1+131 (0,1)2
131
=
1+ 131 (0,01)
131
131
=
1+ 1,31
131
=
2,31
= 56,7 = 57 Sampel
29
untuk menilai tingkat kecemasan pada ibu hamil dan bersalin serta ibu
nifas. HARS telah diuji untuk reliabilitas dan validitas dengan hasil
croncbach’s Alpha sebesar 0.793 dan terbukti reliabel dengan hasil >
0.6 pada penelitian yang dilakukan oleh Kautsar (2015). Kondisi ini
HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable (Kautsar, 2015).
bahwa PSS adalah ukuran stres yang valid dan reliabel digunakan di
Studi Pustaka
Hipotesis
Observasi Penelitian
Data Sekunder
Juni sd Juli 2023
Jurnal
Pengolahan Data
Ambarwati, P.D., Pinilih, S.S. and Astuti, R.T. (2019) ‘Gambaran Tingkat Stres
Mahasiswa’, Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), p. 40. Available at:
https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.40-47.
Annisa Ayu Wardhani (2022) ‘HUBUNGAN ANTARA TINGKAT
KECEMASAN DAN POLA MAKAN PADA MAHASISWA
PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2020’,
Energies, 6(1), pp. 1–8. Available at:.
Barseli, M., Ifdil, I. and Nikmarijal, N. (2017) ‘Konsep Stres Akademik Siswa’,
Jurnal Konseling dan Pendidikan, 5(3), pp. 143–148. Available at:
https://doi.org/10.29210/119800.
Evindri, N. and Susilawati (2022) ‘Hubungan Tingkat Stres dan Kecemasan
Dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Bengkulu’, Jurnal Ners
Generation, (September), pp. 8–15.
Hasmawati, Usman and Fitriani Umar (2021) ‘Hubungan Stres Dengan Pola
Konsumsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di Universitas Muhammadiyah
Parepare’, Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 4(1), pp. 122–134.
Available at: https://doi.org/10.31850/makes.v4i1.409.
Kessler, R.C. et al. (2016) ‘Screening for Serious Mental Illness in the General
Population’, 60.
Kustanti, C.Y. and Gori, M. (2019) ‘Studi Kualitatif Perilaku Emotional Eating
Mahasiswa Tingkat Iv Program Studi Sarjana Keperawatan Di Stikes
Bethesda Yakkum Yogyakarta Tahun 2018’, Jurnal Kesehatan, 6(2), pp.
88–98. Available at: https://doi.org/10.35913/jk.v6i2.120.
Nasution, M.S. (2018) ‘PENGARUH PENULISAN SKRIPSI TERHADAP
SIMTOM DEPRESI DAN SIMTROM KECEMASAN PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMADIYAH SUMATERA UTARA ANGKATAN 2014’.
Ramadani, A. (2017) ‘Hubungan Jenis, Jumlah dan Frekuensi Makan dengan Pola
Buang Air Besar dan Keluhan Pencernaan pada Mahasiswa Muslim Saat
Puasa Ramadhan’, Skripsi Universitas Airlangga, pp. 1–110. Available at:
http://repository.unair.ac.id.
Rizkiyati, R.B. (2019) ‘DALAM MENYUSUN SKRIPSI DI PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH
IAIN PURWOKERTO ANGKATAN 2015 SKRIPSI Diajukan Kepada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah’.
Sadock BJ, Sadock VA, R.P. (2017) Kaplan & Sadock’s Concise Textbook of
Clinical Psychiatry 4th Edition. Philadelphia.
sumarna u, sumarni n, rosidin u (2022) ‘HUBUNGAN TINGKAT STRES
TERHADAP PERILAKU MAKAN DAN STATUS GIZI PADA
MAHASISWA DI PONDOK PESANTREN A.P.I AL-MASYKUR
JOMBOR’, bahaya kerja serta faktor fakto yang mempengaruhinya
[Preprint].
Syarofi, Z.N. and Muniroh, L. (2020) ‘Apakah perilaku dan asupan makan
berlebih berkaitan dengan stress pada mahasiswa gizi yang menyusun
skripsi ?’, Jurnal Media Gizi Indonesia, 15(1), pp. 38–44.
Trimawati, T. and Wakhid, A. (2018) ‘Studi Deskriptif Perilaku Emotional Eating
Mahasiswa’, Jurnal Smart Keperawatan, 5(1), pp. 52–60. Available at:
www.stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkp.
Wirawan (2017) ‘Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam menghadapi
Pandemi Covid 19’, LP2M UNUGHA Cilacap, p. 3. Available at:
http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858.
Wulandari (2016) HUBUNGAN ANTARA STRES AKADEMIK DENGAN
EMOTIONAL EATING PADA MAHASISWA