NPM : 19210100045
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
SEMINAR KASUS
Oleh :
NPM : 19210100045
Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan dihadapan Tim
Penguji.
Jakarta, …….2022
Mengetahui,
NIDN : 0317119401
i
LEMBAR PENGESAHAN
SEMINAR KASUS
Oleh :
NPM : 19210100045
Telah dipresentasikan pada tanggal …… bulan….. tahun ….. dihadapan tim penguji Program
Menyetujui,
Mengesahkan,
NIDN : 0317119401
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
Seminar Kasus ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Profesi
di Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju. Dalam penyusunan seminar kasus ini penulis telah mendapatkan banyak
bimbingan dan bantuan dari bebagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin
iii
10. Andhini Widiasari, S.ST, S.PSi Sebagai Dosen Penguji dalam Praktek Kebidanan Profesi
Program Profesi Universitas Indonesia Maju,
11. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Profesi dalam Program Profesi Universitas
Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan membimbing
penulis selama mengikuti proses pendidikan,
12. Seluruh teman-teman dalam kelompok Praktek Kebidanan Profesi Program Profesi
Universitas Indonesia Maju yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat sehingga
seminar kasus ini terselesaikan dengan baik.
13. Suami dan serta keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material sehingga
seminar kasus ini terselesaikan dengan baik.
Akhir kata saya berterimakasih kepada Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga seminar kasus ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
iv
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Halaman Judul
Lembar Persetujuan i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang. 1
B. Tujuan 3
a. Tujuan Umum. 3
b. Tujuan Khusus. 3
C. Manfaat . 3
a. Manfaat teoritis. 3
1). Bagi Institusi Kesehatan. 3
2). Bagi peneliti. 4
3). Bagi Klien. 4
b. Manfaat Praktik . 4
1). Bagi Responden .4
2). Bagi Pelayanan Kesehatan . 4
3). Bagi Peneliti . 4
4). Bagi Istitusi Pendidikan .4
BAB II TINJAUAN TEORI . 5
A. Nifas . 5
1. Definisi Masa Nifas . 5
2. Tahapan Masa Nifas . 6
3. Pelayanan Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui . 6
4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas . 6
5. Perubahan Psikologis Masa Nifas . 10
6. Penyulit dan Komplikasi Masa Nifas . 11
B. Mastitis . 12
v
a. Definisi . 13
b. Penyebab Mastitis . 13
c. Etiologi . 13
d. Patofisiologis Mastitis . 13
e. Gejala Mastitis . 14
f. Pencegahan dan Pengobatan . 15
g. Penanganan dan Penatalaksanaan Mastitis . 17
BAB III TINJAUAN KASUS . 20
a. Data Subyektif . 20
b. Data Obyektif . 23
c. Analisis Data . 24
d. Penatalaksanaan . 24
e. Penanganan dan Peran Bidan . 26
BAB IV PEMBAHASAN . 27
BAB V PENUTUP . 27
A. Simpulan . 27
B. Saran . 27
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
insiden mastitis pada ibu menyusui sekitar 2,6% - 33% dan prevalensi global adalah sekitar
10%. Persentase ibu post partum yang menyusui melaporkan dirinya mengalami tanda
gejala mastitis di Amerika Serikat adalah 9,5% dari 1000 wanita. Data masalah menyusui
pada bulan April hingga Juni 2012 di Indonesia menunjukkan 22,5% mengalami puting
susu lecet, 42% ibu mengalami bendungan ASI, 18% ibu mengalami air susu tersumbat,
11% mengalami mastitis, dan 6,5% ibu mengalami abses payudara yang disebabkan oleh
Menyusui telah terbukti mampu melindungi bayi dari seangan penyakit dan juga
mampu membantu meningkatkan kondisi kesehatan ibu. Lembaga kesehatan dunia (WHO)
merekomendasikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif kepada bayi selama
enam bulan pertama kehidupan bayi. Air putih merupakan makanan terbaik bagi bayi dan
pada tahun 2010 melaporkan bahwa ibu yang menyusui bayinya secara ekslusif hanya
kurang dari 15%, ternyata hal ini menjadi kondisi sangat memprihatinkan bagi dunia.
Berdasarkan laporan rutin Direktorat Gizi Masyarakat tahun 2021 per tanggal 4
Februari 2022, diketahui bahwa dari 1.845.367 bayi usia < 6 bulan yang di recall
terdapat1.287.130 bayi usia < 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif, sehingga dapat
disimpulkanbahwa capaian indikator bayi usia < 6 bulan mendapat ASI Eksklusif sebesar
69,7%. Capaian ini sudah memenuhi target tahun 2021, yaitu sebesar 45%. Berdasarkan
1
distribusi provinsi, terdapat 3 provinsi dengan capaian masih di bawahtarget yaitu Papua
(11,9%), Papua Barat (21,4%), dan Sulawesi Barat (27,8%), sementaraitu 31 provinsi
lainnya telah mencapai target dengan capaian tertinggi adalahprovinsi Nusa Tenggara
Barat (86,7%). Jika membandingkan dengan capaian tahun ini sebesar 69,7% dengan target
sebesar 45%maka capaian tahun 2021 ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan
prevalensi pemberian ASI ekslusif adalah 66,2 (72,4%), 53,6 (66,6%), dan 28,5 (46,9%)
pada 6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan, masing – masing setelah lahir (Pilar Mediano, 2014).
Masalah menyusui seseorag terjadi pada masa pasca persalinan. Masalah yang sering
terjadi adalah masalah pembengkakan payudara (breast engorgement) atau disebut dengan
bendungan susu. Bendungan air susu atau membengkaknya payudara terjadi karena
peningkatan aliran vena dan linfe sehingga menyebabkan bendungan air susu dan terasa
nyeri pada bagian payudara disertai naiknya suhu badan. Kegagalan dalam menyusui
sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah ibu ataupun masalah
bayi. Salah satu masalah ibu yang terjadi adalah mastitis. Mastitis dapat terjadi kapan saja
pada saat menyusui, namun paling sering terjadi antara hari ke 10 sampai hari ke 28 setelah
Gejala mastitis yaitu payudara bengkak disertai nyeri, pada titik tertentu atau secara
keluruhan payudara berwarna merah. Payudara terasa keras dan benjol serta disertai
2
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
26 hari dengan Mastitis di PMB Zuraina SST Kenanga pada tanggal 7 juli 2022.
b. Tujuan Khusus
3. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan membuat studi kasus dan dosen di
UIMA Jakarta.
3
2) Bagi penelitian
3) Bagi Klien
of care mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, neonates dan keluarga berencana.
b. Manfaat Praktik
1) Bagi Responden
postpartum.
Dapat dijadikan sebagai masukan dan gambaran informasi yang penulis dapatkan
3) Bagi Peneliti
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
Masa nifas disebut juga postpartum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari Rahim,sampai enam minggu
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berate malhirkan (Anggraini,
2010).
1) Puerperium dini : Masa Kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
5
3) Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni, Hesty &
Anita, 2010)
Adapun tujuan dari asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui adalah sebagai
berikut :
b) Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, cara
System tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi post
partum. Organ – organ tubuh ibu mengalami perubahan setalah melahirkan antara lain
(Anggraini, 2010).
1) Uterus
hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
6
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan
a) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
b) Lohkea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kunin kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
d) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati. Lokhea laba ini berlangsung selama2-6 minggu post
partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau
selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan
7
adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan
demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut
dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea
statis”.
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina 11 secara
4) Perubahan Perineum
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5,
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter
8
dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang
besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut
disebut “diuresis”.
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 38◦
C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari
9
ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi
sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/
menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan, fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri,
ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal
sampai akhir.
10
b. Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah malehirkan,
pda fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya
c. Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai
a. Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah peradangan yang terjadi pada organ reproduksi yang
tersebut selama proses persalinan dan masa nifas. Adapun macam-macam infeksi nifas
diantaranya :
Infeksi ini merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi pada masa nifas.
2) Peritonitis, adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada peritoneum (selaput
dinding perut).
3) Mastitis, adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada payudara atau mammae.
4) Thrombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena. Hal ini terjadi pada masa
11
b. Perdarahan Post Partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi pada jalan lahir yang
volumenya lebih dari 500 ml dan berlamgsung 24 jam setelah bayi lahir. Perdarahan
1) Post partum dini (early post partum) atau disebut juga perdarahan postpartum primer.
Perdarahan pada post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.
2) Post partum lanjut (late post partum) atau disebut juga perdarahan postpartum
sekunder. Terjadi setelah 24 jam pertama sejak bayi lahir (Dewi, 2014).
B. Mastitis
a. Definisi
Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang
menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan. ditandai
dengan demam, menggiil, nyeri pada payudara, bengkak dan kemerahan di area
pemberian antibioka. Ibu yang menyusui mungkin mengalami putting merasa sakit, Let-
down reflex (selain saat menyusui), kurangnya pasokan susu dan kesulitan mengetahui
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja
saat ibu menyusui. Namun paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah
Mastitis adalah masalah umum yny signifikan pada ibu menyusui yang dapat
(RSUD, Margono & Purwokerto). Pada mastitis terdapat dua hal yang perlu
12
diperhatikan yaitu, mastitis biasanya dapat menurunkan produksi ASI sehingga ibu akan
(Nurhafni, 2018).
b. Penyebab Mastitis
4) Asupan nutrisi ibu kurang sehat, disertai kurang beristirahat sehinggah memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara bila terjadi luka atau lecet sedikit, karena daya tahan
c. Etiologi
Mastitis dapat terjadi sebagai akibat dari faktor ibu maupun faktor bayi. Penyebab
mastitis pada ibu meliputi praktik menyususi yang buruk seperti kesalahan dalam posisi
yang tersumbat, putting pecah atau system kekebalan tubuh ibu yang terganggu, yang
kerentanan terhadap infeksi atau mengurangi suplai susu sebagai respons terhadap
nutrisi yang buruk. Beberapa penyebab mastitis, termasuk drainase payudara yang tidak
d. Patofisiologi Mastitis
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus
sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau
melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah
13
Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadang-kadang ditemukan
pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.
( Zadrozny et al,2018).
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus
sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau
melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah
pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.
( Zadrozny et al,2018).
e. Gejala Mastitis
Gejala mastitissupuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas
dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketingga atau keempat. Bendungan yang
menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera diikuti olh kenaikan suhu
tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nasi. Payudara kemudian menjadi keras serta
Mastitis beresiko ibu tidak menyusui dan memberikan susu formula. Menyusui
memberikan anak awal terbaik dalam hidupnya. Gejala mastitis yaitu payudara bengkak
disertai nyeri, pada titik tertentu atau secara keseluruhan payudara berwarna merah.
Payudara terasa keras dan benjol – benjol serta disertai dmam (Susanto, 2018).
14
Wulandari dan handayani (2010) gejala mastitis yaitu apabila ibu menyusui
mastitis bisa dilakukan dengan ibu melahirkan cukup istirahat dan secara teratur
menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai
dengan ukuran payudara. Usahakan selalu dengan cara membersihkan payudara dengan
cara memberihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui.
faktor risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya
menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang.
Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 – 4 jam dengan cara memerah
dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan
menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan
yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif.
ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau
sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya
15
feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI. ( Yu Z. et
al, ,2018)
tepat sesuai dengan tanda gejala dan diagnosis nya merupakan pilihan yang bijak.
dekat karena peningkatan pesat patogen resisten antibiotik . Oleh karena itu, pengobatan
inflamasi, dan tindakan antibakteri, yang diberikan secara oral . Banyak herbal TCM
lainnya memiliki efek farmakologis yang dapat membersihkan panas internal dan
umumnya digunakan sebagai agen antibiotik dan antipiretik. Selain itu dianggap
memiliki antiinflamasi dan antimikroba efek dan efektif dalam mengobati penyakit
Manajemen mastitis saat ini umumnya berpusat pada manajemen gejala (misal.
16
(termasuk mengosongkan payudara yang terkena, menyusui lebih sering, dan mengubah
posisi makan sering), dan terapi antibiotik memeriksa efektivitas terapi antibiotik dalam
dekat karena peningkatan pesat patogen resisten antibiotik . Oleh karena itu, pengobatan
inflamasi, dan tindakan antibakteri, yang diberikan secara oral . Banyak herbal TCM
lainnya memiliki efek farmakologis yang dapat membersihkan panas internal dan
umumnya digunakan sebagai agen antibiotik dan antipiretik. Selain itu dianggap
memiliki antiinflamasi dan antimikroba efek dan efektif dalam mengobati penyakit
Penanganan mastitis mnurut Susanto (2018) ada beberapa hal yang dapat
dilakukan yaitu :
2) Bayi dianjurkan mulai menyusu saat payudara mulai terasa ada peradangan
3) Berikan antibiotic untuk mengatasi infeksi, diberikan amoxilin 500 mg, diberikan 3
kali sehari
4) Berikan pengobatan analgetik untuk mengurangi rasa sakit asam mefanamat 300 mg
17
5) Lakukan pengompresan dengan air hangat pada payudara (Susanto, 2018).
Pasien dengan abses payudara perlu dirujuk ke ahli bedah untuk terapi definitif.
langkah manajemen yang paling penting dans eringkali efektif dalam menangani
mastitis karena salah satu penyebab terjadinya mastitis adalah aliran susu yang statis.
Ibu harus didorong untuk menyusui lebih sering, dimulai dari payudara yang sakit.
Jika rasa sakit mengganggu let down reflex, mulai menyusui dari payudara yang
tidak sakit kemudian setelah let down reflex muncul, beralih menyusi di payudara
yang sakit
Posisikan bayi dipayudara dengan dagu atau hidung mengarah pada sumbatan
Memijat payudara selama menyusui dengan minyak nabati, atau pelumas yang
lain yang aman jika termakan, juga dapat membantu pengosongan payudara
2) Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat dilakukan adalah istirahat, konsumsi cairan yang cukup
dan nutrsisi yang adekuat. Selain itu kompres hangat pada payudara sesaat sebelum
18
3) Terapi Farmakologi
seprti ibuprofen dan paracetamol. Jika gejala mastitis terus berlanjut melebihi 24-48
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Telp : Telp :
1. Keluhan Utama :
20
2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan : RS
d. Lama persalinan
f. Amniotomi : Ya / Tidak
i. Plasenta
j. Perineum
- Utuh : Ya / tidak
21
- Robekan : Ya /tidak, jika Ya tingkat ……………..
- Episiotomi : Ya / tidak
- Anastesi : Ya / tidak
- Jahitan dengan :-
k. Perdarahan
- Kala I : 10 ml
- Kala II : 50 ml
- Kala IV : 30 ml
- Selama operasi :-
Tindakan lain :-
l. Bayi
- BB : 2800 gr
- PB :48 cm
- Masa gestasi : 38 mg
m. Komplikasi
22
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
- Nadi : 80 x/i
- Pernapasan : 18 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
- Pengeluaran : ASI
b. Uterus
- Posisi uterus :
c. Pengeluaran lochea
23
- Bau : khas
- Jumlah : 30 cc
- Konsistensi : encer
d. Perineum : utuh
f. Ekstremitas
- Oedema :-
- Kemerahan :-
- Tanda Homan :-
3. Pemeriksaan Penunjang
- HB : 12 gr%
C. ANALISIS DATA
D. PENATALAKSANAAN :
24
Evaluasi : sudah dilakukan konseling perawatan payudara
4) Memberitahu ibu untuk teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau
5) Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat
6) Cukup istirahat dan tidur agar tubuh aktif memperoduksi system imun guna mengurangi
infeksi mastitis
8) Berikan antibiotic
sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotic, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap
9) Memberitahu ibu tanda bahaya nifas seperti : demam, lochea berbau, pendarahan
pervaginam, kontraksi lembek, nyeri pada tungkai dan sakit kepala hebat.
Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong, payudara selama menyusui dan bayi
25
11). Memberi konseling keluarga berencana
Evaluasi : ibu bersedia menggunakannya, dan ibu memilih kontrasepsi jangka panjang.
6) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
7) Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustasi dan membuat
banyak wanita merasa sangat skait. Selain dengan penangana yang efektif dan
kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dan payudara
Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk
sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu
peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusii dimulai
lagi.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny”S” di Rumah tanggal 7 Juli 2022 penulis
akan membahas dan menguraikan isi dari laporan kasus ini. Khususnya tinjauan kasus untuk
melihat kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada asuhan ibu nifas dengan mastitis.
Dari data pemeriksaan di dapatkan identitas “Ny”S” dengan usia 28 tahun Mastitis
adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi berat atau tidak diobati, bisa terbentuk
abses payudara (penimbunan nanah didalam payudara). Mastitis adalah peradangan pada
payudara. Mastitis ini dapat terjai kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhakn adalah payudara membesar, keras, nyeri,
kulit merah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan
keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik, mengigil. Jika suda
ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan, tetapi
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini
terjadi karena di ibu tidak menyusui atau putting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ibi
bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus. Namun, tidak semua perempuan menderita
penyakit ini. Diantaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga
27
Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari denga terapi yang adekuat teemasuk
Beberapa faktor resiko utama timbulnya mastitis adalah putting lecet, frekuensi menyusui
yang jarang dan pelekatan bayi yang kurang baik.melancarkan aliran ASI merupakan hal penting
dalam tatalaksana mastitis. Selain itu ibu perlu beristirahat, banyak mibum, mengkonsumsi
28
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
2. Penulis mampu menegakkan interpretasi data atau diagnose secara tepat dalam asuhan
3. Penulis mampu melakukan antisipasi masalah potensial dalam asuhan kebidnaan nifas
4. Penulis mampu menentukan tindakan kebituhan nifas dengan mastitis pada Ny”S” di
7. Penulis mampu mengevaluasi tindakan yang diberikan dalam asuhan kebidanan nifas
29
8. Penulis mampu melakukan pendokumentasian dalam asuhan kebidanan nifas dengan
B. Saran
a. Bagi penulis
Penulis dapat menerapkan secara langsung teori-teori yang telah didapat selama masa
perkuliahan dan dilahan praktik. Serta dapat memiliki pengalaman mengenai pemberian
pelayanan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
2. Dewi Marlita. 2014. Asuhan Kebidanan Nias dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Jurnal Ilmiah Simantek. Vol.2, No.1, 114-123
Proper treatment, and Potential Complications. J Clin Med. 2020 aug :9(8):2328
6. Pilar Mediano, Leonides Femandes, Juan M Rodrigues and Maria Marin, case – control
study of risk factors for infectious mastitis in Spanish breastfeeding women, Mediano et
7. Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati. 2010. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta :
Fitramaya
8. Susanto, Vita, Andina, 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Penerbit : Pustaka
Baru Yogyakarta
9. Wan-Ting Yang, Chun-Yen Ke, Wen-Tien Wu , Ru-Ping Lee ,1 and Yi-Hsiung Tseng.,
10. Walyani, E.S (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta : Pusktaka Baru
11. Zadrozny et al., 2018 July 03. Effect of postnatal HIV treatment on clinical mastitis and
(Jurnal NCBI)