Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD


UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

PROPOSAL

MUTHIARA ANDINI
201901021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

PROPOSAL

MUTHIARA ANDINI
201901021

Tanggal Mei 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Ismunandar Wahyu K. M.Tr.Kep Ns. Sri Marnianti Irawan,S.Kep,M.Kep


NIK. 20220901133 NIK. 20220901144

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA

Ns. Yulta Kadang, S.Kep.,M.Kep


NIK : 20220901145

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 30
C. Hipotesis 31
BAB III METODE PENELITIAN 31
A. Desain Penelitian 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian 31
C. Populasi dan Sampel 32
D. Variabel Penelitian 33
E. Definisi Operasional 33
F. Instrument Penelitian 35
G. Teknik Pengumpulan Data 35
H. Analisis Data 36
I. Bagan Alur Penelitian 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tanda dan gejalah kecemasan 12

Tabel 3.1 Definisi operasional 33

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan 17

Gambar 2.2 Kerangka konsep 30

Gambar 3.1 Desain penelitian 31

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian 37

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres,
psikologis maupun fisiologis. Tindakan pembedahan dapat menimbulkan
kecemasan bagi pasien khususnya pada periode pre operasi, Salah satu cara
mengatasi kecemasan yaitu dengan menggunakan terapi non farmakologi
seperti terapi spirutual atau Terapi Dzikir (Sitinjak dkk, 2022).
World Health Organization (WHO) menyatakan pada tahun 2019
prevalensi pasien bedah di seluruh rumah sakit di dunia adalah 148 juta
pasien bedah. Sedangkan beban global penyakit diperkirakan sekitar 11%
dari penyakit atau kondisi yang sebenarnya dapat diobati dengan
pembedahan (Lestari dkk, 2022). World Health Organization (WHO) juga
menyatakan kasus pembedahan merupakan masalah kesehatan masyarakat
(Kemenkes RI, 2019). Data tabulasi nasional Kementerian Kesehatan RI
tahun 2016 menggambarkan bahwa tindakan bedah di Indonesia menempati
urutan ke-11 dari 50 penyakit dengan persentase 12,8% dimana sekitar 32
persen adalah operasi besar dan 25,1% persen adalah operasi kejiwaan serta
7% mengalami rasa cemas (PPNI, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh
dari RS UD Undata Provinsi Sulawesi Tengah, di ketahui jumlah pasien
yang menjalani tindakan pembedahan atau operasi setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Tahun 2022 terdapat 1.723 pasien bedah, tahun
2021 terdapt 1.966 pasien dan pada tahun 2022 pasien bedah sangat
mengalami peningkatan yaitu 3.530 pasien (Data Rekam Medik UPT RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah, 2023).
Pembedahan menghadirkan ancaman nyata atau potensial yang dapat
menyebabkan stres psikologis dan fisiologis bagi pasien dan merupakan
pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Sebelum operasi, pasien
mengalami berbagai ketegangan yang menimbulkan kecemasan dan
ketakutan, bahkan waktu menunggu dapat menimbulkan kecemasan.

1
2

Kecemasan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis, yang pada


gilirannya dapat mengaktifkan saraf otonom simpatik, sehingga terjadi
peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan, yang biasanya
menurunkan tingkat energi pasien, mempengaruhi kemampuan untuk
melakukan operasi dan proses penyembuhan setelah operasi (Fatmawati dan
Pawestri, 2021).
Sekitar 80% dari pasien yang akan menjalani pembedahan mereka
mengatakan mengalami kecemasan. Kecemasan didefinisikan sebagai
respon terhadap situasi dan keadaan tertentu yang mungkin mengancam,
dan merupakan hal normal yang terjadi dalam konteks perkembangan,
perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah terjadi sebelumnya,
dan penemuan identitas diri dan tujuan hidup. Ketakutan pasien terhadap
pembedahan juga dapat berdampak signifikan pada berbagai aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Sedangkan secara biologis, kecemasan
menyebabkan pusing, jantung berdebar, tremor, kehilangan nafsu makan,
sesak napas, keringat dingin dan rasa lemas pada tubuh serta perubahan
aktivitas motorik tanpa arti atau tujuan, misalnya jari kaki fleksi dan sedikit
menekuk karena syok atau karena syok. suara tiba-tiba mengejutkan.
Sementara itu, secara psikologis, kecemasan dapat menimbulkan
kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, kebingungan, sering melamun atau
bermimpi, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, dan gugup (Worden, 2018).
Tingkat kecemasan yang tinggi dapat mengganggu fungsi fisiologis
tubuh yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut
nadi, dan peningkatan laju pernapasan. Kondisi ini sangat berbahaya bagi
kondisi pasien, sehingga operasi dapat dibatalkan atau ditunda. Konsekuensi
lain adalah perawatan pasien memakan waktu lebih lama dan melibatkan
masalah finansial (Shafrina, 2022).
Dalam menghadapi ketakutan dan kecemasan pada pasien pre operasi
dan pasca operasi, keyakinan spiritual berperan penting dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya perawatan spiritual
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan dalam perawatan di
rumah sakit. Adapun salah satu pendekatan keyakinan spiritual yang
3

diberikan yaitu seperti pemberian terapi dzikir. Terapi Dzikir terbukti efektif
untuk mengurangi kecemasan dan telah sering digunakan adalah Dzikir.
Dzikir adalah mengingat nikmat-nikmat Tuhan. Lebih jauh, berdzikir
meliputi pengertian menyebut lafal- lafal dzikir dan mengingat Allah dalam
setiap waktu, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merasa yakin bahwa
diri manusia selalu berada di bawah kehendak Allah dalam segala hal dan
urusannya. Kalimat dzikir sendiri mengandung makna positif sehingga
pikiran negatif yang dialami seseorang dalam kecemasan akan tergantikan
dengan pikiran yang positif dan dapat menurunkan tingkat kecemasan
(Shafrina, 2022).
Secara fisiologis, terapi dzikir spiritual atau mengingat Allah
merangsang fungsi otak. Saat otak menerima rangsangan dari luar, otak
memproduksi zat kimia yang membuat Anda merasa nyaman yang disebut
endorfin. Setelah zat ini diproduksi oleh otak, zat juga ikut serta diserap oleh
tubuh, yang kemudian memberikan umpan balik berupa ketenangan dan
relaksasi tubuh. Saat tubuh rileks secara fisik, kondisi mental juga terasa
tenang, sehingga kecemasan pun bisa berkurang (Shafrina, 2022).
Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Amalia
Mastuty, 2022) Terapi dzikir dilakukan sebanyak 33 kali dalam 10 menit
untuk membantu orang yang merasa sangat cemas. Sebelum terapi, tingkat
kecemasan kebanyakan orang sangat tinggi. Namun setelah terapi, tingkat
kecemasan mereka menjadi lebih moderat. Selisih antara tingkat kecemasan
mereka sebelum dan sesudah terapi adalah 8,652, yang merupakan
perubahan besar. Perubahan ini sangat signifikan sehingga tidak mungkin
terjadi secara kebetulan. Sedangkan hasil penelitian (Fatmawati dan
Pawestri, 2021) dengan menggunakan pengukuran kecemasan APAIS
bahwa dari 3 responden, 2 pasien (66,7%) mengalami kecemasan berat, dan
1 pasien (33,3%) mengalami cemas sedang sebelum diberikan terapi
murottal dan edukasi pre operasi. Sedangkan setelah diberikan terapi
murottal dan edukasi pre operasi, 2 orang mengalami cemas ringan, dan 1
orang mengalami cemas sedang. (Fatmawati dan Pawestri, 2021)
4

Berdasarkan data yang penulis dapat dari ruangan operasi / ruangan OK


RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah pasien di ruang bedah tiga
bulan terakhir mulai 1 January - 27 Maret 2023 yaitu berjumlah 218 pasien
operasi. Dan pasien yang menjalani operasi dominan berasal dari ruang
rawat bedah (Teratai) yang berjumlah 196 orang. Sedangkan dari hasil
wawancara yang dilakukan peneliti di ruang rawat bedah teratai RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah, ada 8 orang pasien yang akan menjalani
operasi di wawancarai oleh peneliti. Dari wawancara tersebut peneliti
mendapatkan hasil yaitu 6 orang pasien yang dominan mengatakan merasa
gelisah, takut, cemas dan khawatir ketika sudah dijadwalkan untuk operasi.
Sedangkan 1 orang pasien tersebut mengatakan bahwa dia sudah dua kali
melakukan operasi tetapi dia masih merasa takut, gelisah dan sering
terbayang apakah operasinya berhasil atau tidak. Kemudian 1 orangnya lagi
mengatakan bahwa dia sedikit tenang walaupun sesekali timbul perasaan
takut. Setelah itu peneliti menayakan apakah sebelum masuk diruangan
operasi mereka melakukan pendekatan spirutual, dan beberapa pasien
mengatakan tdak ada melakukan pendekatan spirutual.
Maka dari hasil wawancara yang dilakukan, peneliti tertarik untuk
mengangkat judul tentang Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu adakah Pengaruh Terapi Dzikir Pada Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah?
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengatahui
Pengaruh Terapi Dzikir Pada tingkat kecemasan Pasien Pre Operasi Di
RSUD Undata Palu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
sebelum dilakukan terapi dzikir.
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi setelah
dilalukan terapi dzikir.
c. Menganalisis pengaruh pemberian terapi dzikir terhadap tingkat
kecemasan pasien pre operasi.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengatahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi atau sebagai
bahan bacaan, guna menambah wawasan dan ilmu pengatahuan bagi
mahasiswa.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini kiranya dapat menambah wawasan dan juga ilmu
pengatahuan tentang pengaruh terapi dzikir pada tingkat kecemasan
pasien agar bisa diterapkan pada anggota keluarga yang mengalami
tingkat kecemasan saat ingin menjalani operasi.
3. Bagi instansi tempat menelitih
Penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan informasi dan masukan
bagi RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah tentang pengaruh terapi
dzikir pada tingkat kecemasan pasien pre operasi sehingga pasien yang
akan menjalani operasi mampu mengatasi tingkat kecemasan yang
dirasakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Operasi
a. Definisi
Operasi atau pembedahan adalah prosedur medis invasif yang
dilakukan untuk mendiagnosis atau mengobati suatu penyakit,
cedera, atau kelainan bentuk tubuh. Pembedahan menyebabkan
kerusakan jaringan yang dapat mempengaruhi perubahan fisiologis
tubuh dan mempengaruhi organ lainnya. Pembedahan adalah
pengalaman unik dari perubahan tubuh terencana, yang terdiri dari
tiga fase yaitu pre operasi, intra operasi dan post operasi (Sudarto
dan Tunut, 2022).
Sebelum seseorang menjalani operasi, ada saatnya dokter dan
perawat merencanakan segalanya dan bersiap untuk operasi. Ini
disebut pre operasi. Perawat merawat pasien selama ini dan
memastikan semuanya siap untuk operasi. Sangat penting untuk
melakukan segalanya dengan benar pada tahap ini agar operasi
berjalan dengan baik nantinya. Kesalahan yang terjadi pada tahap
pre operasi akan berakibat fatal pada tahap selanjutnya (HIPKABI,
2014).
b. Indikasi Pembedahan
Beberapa indikasi untuk pasien bedah meliputi:
1) Diagnosis: biopsi atau laparotomi eksploitasi.
2) Kuratif: eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang
mengalami inflamasi.
3) Reparatif: memperbaiki luka multiple.
4) Rekonstruktif/kosmetik: mamaoplasti, atau bedah plastik.
5) Paliatif: meringankan rasa sakit atau memperbaiki masalah,
seperti dengan memasang selang gastrotomi yang dipasang

6
7

untuk mengkompensasi ketidakmampuan menelan makanan


(Fitriana, 2020).
c. Klasifikasi
Adapun klasifikasi pembedahan (operasi) yang didasarkan
dengan berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu:

1) Berdasarkan urgensinya, tindakan oprasi dapat dibagi menjadi 5


(lima) tahapan yaitu:
a) Darurat (emergency)
Pembedahan dilakukan karena pasien membutuhkan
pertolongan segera, lemah atau dapat mengancam jiwa.
Indikasi untuk operasi tidak bisa ditunda. Contohnya adalah
operasi untuk pendarahan berat, obstruksi kandung kemih
atau usus, patah tulang tengkorak, luka tembak atau tusukan
dan luka bakar yang luas.
b) Urgen
Pembedahan oprasi dilakukan karena pasien
membutuhkan perhatian segera, namun pembedahan dapat
dilakukan atau ditunda dalam waktu 24-30 jam. Contohnya
adalah pembedahan pada infeksi kandung kemih akut,
hyperplasia prostat dengan obstruksi, batu ginjal atau batu
pada uretra.
c) Diperlukan
Pembedahan yang dilakukan dimana pasien
membutuhkan pembedahan untuk memperbaiki
masalahnya, akan tetapi pembedahan juga dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan.
Contohnya termasuk hiperplasi prostat (BPH) tanpa
obstruksi kandung kemih, gangguan tiroid, dan penyakit
katarak.
d) Elektif
Pasien harus menjalani oprasi jika perlu, dan tidak
terlalu berbahaya jika tidak melakukannya. Salah satu
8

contohnya adalah perbaikan bekas luka, hernia sederhana,


atau perbaikan vagina.

e) Pilihan / keputusan
Keputusan untuk menjalani oprasi diserahkan sepenuhnya
tergantung pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan
pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika.
Contohnya adalah bedah plastik atau kosmetik.

1) Berdasarkan faktor resikonya dibagi menjadi :


a) Bedah minor
Bedah minor atau operasi kecil merupakan operasi
yang paling sering dilakukan dirawat jalan, dan pasien yang
menjalani tindakan bedah minor dapat dipulangkan pada hari
yang sama (Fitriana, 2020)
b) Bedah mayor
Bedah mayor atau operasi besar biasanya membawa
beberapa derajat resiko terhadap nyawa bagi pasien hidup,
atau pasien potensi cacat parah jika terjadi suatu kesalahan
dalam operasi (Fitriana, 2020).

d. Persiapan Operasi
Tahap awal operasi perioperatif adalah periode pre operasi, di
mana orang tersebut memutuskan untuk menjalani operasi sampai
mencapai meja operasi. Perawat harus menilai kondisi fisiologis dan
psikologis untuk memenuhi kebutuhan pasien dan mendukung
keberhasilan operasi (Apriliani, 2019)
Menurut Sjamsuhidajat (2017) persiapan pasien operasi di
ruang perawat meliputi:

1) Persiapan Fisik
Beberapa persiapan fisik yang harus dilakukan pada pasien
pre operasi adalah:
a) Status Kesehatan Fisik Secara Umum
9

Menjadi sehat secara fisik berarti merawat tubuh


Anda dan memastikan semuanya bekerja dengan baik. Ini
termasuk hal-hal seperti riwayat kesehatan Anda, seberapa
baik jantung dan paru-paru Anda bekerja, dan bahkan
seberapa baik sistem kekebalan Anda melawan kuman.
Penting untuk mendapatkan istirahat yang cukup dan tidak
memaksakan tubuh terlalu keras agar tidak sakit atau
terluka.
b) Status Nutrisi
Dokter perlu memeriksa berapa banyak makanan
yang dibutuhkan orang sakit berdasarkan ukuran dan berat
badannya, serta beberapa tes lainnya. Mereka ingin orang
tersebut makan cukup protein agar tubuhnya bisa sembuh
setelah operasi. Jika orang tersebut tidak mendapatkan cukup
makanan, mereka mungkin mengalami masalah setelah
operasi seperti sakit, luka yang membutuhkan waktu lebih
lama untuk sembuh, dan harus tinggal di rumah sakit lebih
lama.

c) Keseimbangan cairan dan elektrolit


Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan fungsi ginjal. Ginjal mengatur mekanisme asam-
basa dan eliminasi metabolik anestesi. Oleh karena itu,
keseimbangan cairan harus diperhatikan untuk melakukan
prosedur dengan benar.
d) Pencukuran Daerah Operasi
Saat dokter perlu melakukan operasi, mereka perlu
mencukur area tempat mereka akan bekerja. Ini karena
bakteri dapat bersembunyi di rambut dan mempersulit
penyembuhan luka. Dokter memutuskan berapa banyak
rambut yang akan dicukur berdasarkan jenis operasi dan di
mana mereka akan bekerja.
10

e) Personal Hygiene
Saat tubuh kita kotor, bisa jadi terdapat kuman yang
bisa membuat kita sakit. Itu sebabnya ketika seseorang akan
dioperasi, mereka disuruh mandi dan mencuci area tempat
dokter akan bekerja dengan sabun. Ini membantu
menjauhkan kuman dan membuat operasi lebih aman.
f) Pengosongan kandung kemih.
Dalam prosedur ini, kateter dimasukkan ke pasien yang
melakukan pembedahan. Selain itu, mengosongkan
kandung kemih dengan kateter dapat digunakan untuk
memantau keseimbangan cairan.

2) Persiapan penunjang
Sebelum operasi, dokter melakukan pemeriksaan
penunjang atau beberapa tes seperti rontgen, tes darah, dan tes
jantung untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
3) Pemeriksaan status anestesi
Selama pemeriksaan anestesi, kondisi fisik pasien dievaluasi
untuk mengetahui apa risiko anestesi terhadap kondisi pasien,
yang dapat mempengaruhi pernapasan, sirkulasi darah, dan
sistem saraf.
4) Informed Consent
Informed consent adalah bagian dari hukum dan tanggung jawab
kepada pasien. Sebelum operasi, Anda akan menerima
informasi tentang prosedur pemeriksaan, operasi, dan anestesi.
Setelah itu, formulir persetujuan untuk operasi akan di
tandatangani oleh pasien dan keluarga, yang berarti pasien dan
keluarga mengetahui manfaat, tujuan, risiko, dan konsekuensi
dari operasi.
5) Persiapan Mental/Psikis

Pikiran pasien sebelum operasi mempengaruhi kondisi


fisiknya. Ini karena pembedahan menimbulkan ancaman
potensial atau aktual terhadap integritas seseorang,
11

menghasilkan respons stres fisiologis dan psikologis. Ketakutan


pasien terhadap operasi dapat dikenali dari perubahan fisik
pasien, seperti: detak jantung meningkat, pernapasan dan
tekanan darah, gerakan tangan yang tidak terkendali, telapak
tangan berkeringat, gelisah, pertanyaan berulang, masalah tidur
dan sering buang air kecil.
Peran perawat adalah mengkaji mekanisme koping pasien untuk
menghadapi stres. Selain itu, perawat juga berperan dalam
membantu pasien mengurangi kecemasan melalui kegiatan
pelengkap. Tindakan pelengkap yang dapat dilakukan antara
lain pijat, relaksasi, psikoterapi, dll (Apriliani, 2019)

2. Konsep Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan adalah perasaan takut, cemas dan khawatir yang
berlebihan terhadap sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin
terjadi. Ketakutan sendiri berasal dari bahasa Latin (anxius) dan
juga dari bahasa Jerman (anst), kata yang menggambarkan suatu
efek berupa efek negatif dari suatu stimulus fisiologis (Muyasaroh,
2020). Kecemasan juga dapat didefinisikan sebagai respon normal
pertama seseorang terhadap ancaman atau stressor yang mungkin
timbul dengan sendirinya.
Kecemasan adalah respons emosional seseorang yang merasa
cemas tentang situasi yang mengancam sebagai kecemasan mental,
kekhawatiran, ketakutan, firasat atau keputusasaan karena mereka
tidak dapat mengidentifikasi diri mereka sendiri. Kecemasan pasien
yang berlebihan tentang pembedahan dapat mengakibatkan
pembedahan tidak dilakukan atau dibatalkan, dan kecemasan dapat
meningkatkan tekanan darah pasien (Mastuty dkk, 2022)
12

b. Manifestasi Klinis
Menurut Mahendra Wekoadi dkk, (2018) Manifestasi klinis
yang akan muncul ketika mengalami kecemasan adalah:
1) Kardiovaskuler : peningkatan denyut jantung, peningkatan
tekanan darah, pingsan.
2) Pernafasan : peningkatan laju pernapasan, sesak dada,
pernapasan dangkal, perasaan mati lemas dan sesak napas.
3) Neuromuscular : gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
tremor.
4) Saluran pencernaan: kehilangan nafsu makan,
ketidaknyamanan perut, mual, diare.
5) Tractus Urinarius : tidak dapat menahan atau sering kencing.
6) Kulit : Kulit: wajah tampak merah, telapak tangan/seluruh
tubuh berkeringat, gatal, menggigil pada kulit dan wajah pucat.
7) Behavioral : perilaku menghindar, terguncang, dan terancam
8) Kognitif : khawatir, Kecemasan, ketakutan, keyakinan bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi, takut kehilangan kendali,
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah dan tidak
terkendali.
13

Sedangkan menurut PPNI (2016), Kecemasan merupakan


diagnose keperawatan dengan tanda gejalah klinis sebagai berikut:
Tanda dan Gejalah Ansietas atau Kecemasan
Tanda dan Gejalah Mayor
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi 3. sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi
Tanda dan Gejalah Minor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Tabel 2.1 Tanda dan Gejalah Kecemasan
(PPNI, 2016)

c. Proses Terjadinya Kecemasan


Respons sistem saraf otonom terhadap kecemasan dan
ketakutan menyebabkan tindakan tidak sadar dalam tubuh yang
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan diri. Situasi stres
fisiologis mengaktifkan hipotalamus, yang pada gilirannya
mengaktifkan dua jalur stres utama, yaitu sistem endokrin (korteks
adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).
Untuk mengaktifkan sistem endokrin, hipotalamus anterior
melepaskan corticotropin releasing hormone (CRH) ketika
14

hipotalamus menerima stimulus stres atau kecemasan yang


mengarahkan kelenjar hipofisis anterior untuk mengeluarkan
hormon adrenokortikotropin (ACTH).
Dengan melepaskan hormon ACTH ke dalam darah, hormon
ini mengaktifkan jaringan ikat korteks adrenal untuk melepaskan
hormon glukokortikoid kortisol. Hormon kortisol juga terlibat
dalam proses umpan balik negatif, yang dikirim ke hipotalamus
dan kemudian diteruskan ke amigdala untuk memperkuat efek stres
pada emosi. Selain itu, umpan balik negatif ini merangsang
hipotalamus anterior untuk melepaskan hormon pelepas tirotropin
(TRH) dan menyebabkan hipofisis anterior melepaskan hormon
pelepas tirotropin (TTH). TTH ini merangsang kelenjar tiroid
untuk mengeluarkan hormon tiroksin yang menyebabkan
perubahan tekanan darah, detak jantung, peningkatan basal
metabolic rate (BMR), peningkatan asam lemak bebas dan juga
peningkatan kecemasan (Mardjan, 2016).
d. Jenis Jenis Kecemasan
Berdasarkan Feist Muyasaroh (2020) membagi kecemasan
menjadi tiga jenis, yaitu:

1.) Kecemasan Neurosis (neurotic anxsiety), merupakan perasaan


cemas akiba bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri
berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
2.) Kecemasan Realistis (realistic anxiety), kecemasan ini
didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan
tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
3.) Kecemasan Moral (moral anxiety), bermula dari konflik antara
ego dan superego. Ketika anak membangun superego biasanya
di usia lima atau enam tahun mereka mengalami kecemasan
yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan realistis dan
perintah superego.
15

Menurut Muyasaroh (2020) dari beberapa teori terkait


kecemasan, didapatkan jenis gagguan kecemasan dengan indikator
sebagai berikut:
1.) Kecemasan umum, menggigil dan keringat dingin, ketegangan
otot, pusing, lekas marah, sering buang air kecil, sulit tidur,
jantung berdebar, mulas. Anda mudah lelah, nafsu makan
menurun, dan kemampuan berkonsentrasi menurun.
2.) Kecemasan gangguan panik, gejalanya ysitu jantung berdebar,
berkeringat, nyeri dada, ketakutan, tercekik gemetar atau
perasaan seperti di ujung tanduk, detak jantung cepat, wajah
pucat.
3.) Kecemasaan sosial, ketakutan atau kecemasan yang ekstrim
tentang situasi sosial atau interaksi dengan orang lain (sebelum,
sesudah, atau sebelum situasi).
4.) Kecemasan obsessiv, Ini ditandai dengan pikiran negatif yang
menyebabkan kecemasan, ketakutan, dan kecemasan, dan
membutuhkan prilaku berulang untuk menghilangkannya.

e. Tingkat Kecemasan
Menurut Sugiatno dan Dery (2015) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh seseorang, yaitu :
1) Kecemasan ringans
Sehubungan dengan ketegangan yang dialami seseorang
dalam kehidupan sehari-hari, hal itu menarik perhatian dan
memperluas bidang persepsi. Kecemasan ringan dapat
memotivasi Anda untuk belajar secara efektif dan memecahkan
masalah untuk mendorong kreativitas. Reaksi fisiologis yang
terjadi terkadang sesak napas, peningkatan tekanan darah dan
denyut nadi, meski tidak drastis, kerutan wajah, terkadang
muncul gejala perut ringan. Reaksi perilaku dan emosional yang
umum termasuk kegelisahan, ketidakmampuan untuk duduk
diam, dan tangan gemetar. Respons kognitif umum termasuk
kemampuan untuk fokus pada masalah, kemampuan untuk
16

menerima rangsangan atau stres yang kompleks, dan


kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif.
2) Kecemasan sedang
Artinya, ketika seseorang hanya berfokus pada pikiran
yang menarik baginya, bidang persepsi menyempit, tetapi ia
masih dapat melakukan sesuatu di bawah bimbingan orang lain.
Respon kognitif yang dihasilkan adalah bahwa bidang persepsi
menyempit dan hanya terfokus pada perhatian. Reaksi fisiologis
yang terjadi pada situasi ini adalah sesak napas lebih sering
daripada kecemasan ringan, peningkatan tekanan darah, dan
gangguan tidur. Ketika respons perilaku dan emosional terjadi,
ada pembicaraan yang lebih cepat, lekas marah, pelupa, marah,
dan menangis.
3) Kecemasan berat
Artinya, penyempitan bidang pandang itu sendiri menjadi
sangat sempit. Dia berkonsentrasi pada detail kecil (spesifik)
dan tidak dapat memikirkan hal lain. Membutuhkan banyak
bimbingan dari orang lain untuk fokus pada bidang lain.
Respons fisiologis terhadap kondisi ini antara lain sakit kepala,
peningkatan tajam tekanan darah dan detak jantung, insomnia,
sesak napas, dan penampilan tegang. Reaksi perilaku dan
emosional yang terjadi berkisar dari perasaan tidak aman hingga
ancaman dan kebingungan hingga gangguan komunikasi
(formulasi cepat), (rapid wording).
4) Panik
Artinya, individu kehilangan kendali diri dan perhatian
terhadap detail hilang. Kehilangan kendali berarti Anda tidak
dapat melakukan apa pun, bahkan saat diperintahkan. Ada
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain, penyimpangan yang terlihat
dan hilangnya pemikiran rasional, dan ketidakmampuan untuk
bertindak secara efektif. Ini biasanya gangguan kepribadian.
17

Respons fisiologis pada kondisi ini meliputi sesak napas,


tersedak dan jantung berdebar, nyeri dada, pucat, dan koordinasi
motorik yang buruk. Respons kognitif terhadap serangan panik
ditandai dengan gangguan pada realitas, persepsi yang
menyimpang dari lingkungan, ketidakmampuan untuk berpikir
secara logis, dan tidak mampuan untuk memahami situasi.
Namun, respon perilaku dan emosional yang terjadi antara lain
gelisah, tantrum, marah, cemas berlebihan, berteriak,
kehilangan kontrol atau kendali diri dengan aktivitas motorik
yang tidak menentu, rasa terancam dan kesempatan untuk
melakukan sesuatu yang baik bagi Anda. dan untuk diri sendiri
itu berbahaya.
5) Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladatif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan
Sumber: (Stuart, 2016)

a) Respon Adaptif
Hasil positif dicapai ketika individu mampu menerima
dan mengelola ketakutan. Ketakutan bisa menjadi tantangan,
motivator yang kuat untuk memecahkan masalah, dan
peluang untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi.
Strategi koping biasanya digunakan untuk mengelola
kecemasan, termasuk berbicara dengan orang lain,
menangis, tidur, berolahraga, dan menggunakan teknik
relaksasi.
b) Respon Maladaptif
18

Ketika rasa takut tidak dapat dikendalikan, penderita


menggunakan mekanisme koping yang tidak berhasil dan
tidak tertahankan saat berhadapan dengan orang lain.
Strategi penanggulangan yang canggung datang dalam
berbagai bentuk, termasuk perilaku agresif, bicara cadel,
isolasi diri, makan berlebihan, penggunaan alkohol,
perjudian, dan penyalahgunaan zat.
f. Alat Ukur Kecemasan
1) HARS
Ada beberapa cara untuk mengukur tingkat kecemasan,
antara lain Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Penentuan
tingkat kecemasan pasien apakah tingkat kecemasan ringan,
sedang atau berat, menggunakan alat ukur yaitu Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS). Max Hamilton mengembangkan
skala ini untuk menilai kecemasan sebagai gangguan klinis dan
mengukur gejala kecemasan. Kuesioner HARS berisi empat
belas pertanyaan yang terdiri dari tiga belas kategori pertanyaan
tentang gejala kecemasan dan satu kategori perilaku saat
wawancara (Desy Nurwulan, 2017).
Menurut Prasetyo (2019), skala kecemasan HARS terdiri
dari 14 gejala. Setiap gejala yang diamati memiliki 5 level mulai
dari 0 (tanpa gejala) hingga 4 (sangat parah). Berikut adalah 14
gejala skala HARS: Perasaan cemas: individu merasa cemas,
firasat akan sesuatu yang buruk, takut akan pikiran sendiri, dan
mudah tersinggung.
a) Ketegangan: Beberapa orang cemas, mencurigai sesuatu
yang buruk, takut akan pikirannya sendiri, dan mudah
terluka.
b) Ketakutan: individu takut pada kegelapan saat ditinggal
sendirian, takut pada orang asing, takut pada hewan besar,
takut pada lalu lintas yang padat, dan takut pada keramaian.
19

c) Gangguan tidur: individu sukar tidur, sering terbangun di


malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan keadaan
lesu, sering bermimpi, dan mimpi buruk.
d) Gangguan kecerdasan: individu sulit berkonsentrasi dan
teterjadi penurunan daya ingat.
e) Perasaan depresi: individu mengalami hilangnya minat,
merasa sedih, terbangun pada dini hari, menurunnya minat
terhadap hobi, perasaan berubah ubah sepanjang hari.
f) Gejala somatik: individu merasa nyeri dan terasa kaku pada
bagian otot, terjadi kedutan otot, gigi gemerutuk, suara yang
tidak stabil.
g) Gejala sensorik: individu mengalami timitus (telinga
berdengung), penglihatan menurun (kabur), muka berwarna
merah dan pucat, merasa lemah, perasaan seperti ditusuk-
tusuk.
h) Gejala kardiovaskuler: individu mengalami takikardi
(denyut jantung cepat), perasaan berdebar-debar, terasa
nyeeri di dada, denyut nadi terasa mengeras, merasa lesu dan
lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung menghilang
atau berhenti sekejap.
i) Gejalah pernapasan: individu merasa tertekan atau sempit
dibagian dada perasaan seperti terkecik, merasa nafas
menjadi pendek atau sesak, dan sering menarik nafas
panjang.

j) Gejala gastrointestinal: individu mengalami gangguan


pencernaan, sulit menelan, mual muntah, perut melilit, nyeri
lambung sebelum dan setelah makan, perasaan terbakar atau
panas diarea perut, perut terasa kembung atau penuh, buang
air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), dan
berat badan terus menurun.
k) Gejala urogenital: individu sering buang air kecil (BAK),
sulit menahan kencing, tidak datang bulan, tidak teraturnya
20

waktu menstruasi seperti darah haid tidak normal, masa haid


lebih lama atau sebaliknya, haid beberapa kali dalam
sebulan, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang dan
impoten.
l) Gejala otonom: individu mengalami sakit kepala, terasa berat
dibagian kepala, mulut terasa kering, muka berwarna merah,
mudah sekali berkeringat, dan bulu-bulu berdiri.
m) Perubahan perilaku: individu merasa gelisah, tidak tenang,
jari-jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, gugup saat
berbicara, muka menjadi tegang, peningkatan tonus otot,
nafas menjadi pendek dan cepat, dan muka merah.

2) Amsterdam preoperative anxiety and information Scale


(APAIS).
Intervensi bedah dapat menyebabkan kecemasan,
sehingga setiap pasien yang menjalani operasi harus dalam
kondisi stabil. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat
kecemasan pada pasien pra operasi adalah dengan
menggunakan Amsterdam Preoperative Anxiety and
Information Scale (APAIS).
Menurut Perdana dkk. (2021) untuk mengetahui tingkat
kecemasan antara ringan, sedang, berat dan sangat berat, alat
ukur Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale
(APAIS) terdiri dari enam kuesioner, yaitu:
a) Mengenal anestesi
(1.) Saya merasa cemas dengan tindakan anestesi (1= tidak
cemas, 2= ringan,3= sedang, 4= berat, 5= berat sekali).
(2.) Anestesi selalu dalam pikiran saya (1= tidak cemas, 2=
ringan, 3= sedang, 4= berat, 5= berat sekali).
(3.) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai anestesi
(1= tidak cemas, 2= ringan,3= sedang, 4= berat, 5=
berat sekali).
b) Mengenai pembedahan/ operasi
21

(1) Saya cemas mengenai prosedur operasi (1= tidak


cemas, 2= ringan,3= sedang, 4= berat, 5= berat sekali).
(2) Prosedur operasi selalu dalam pikiran saya (1= tidak
cemas, 2= ringan,3= sedang, 4= berat, 5= berat sekali).
(3) Saya ingin mengetahui banyak hal mengenai prosedur
operasi (1= tidak cemas, 2= ringan,3= sedang, 4= berat,
5= berat sekali).
Jadi, dapat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
a.) a) 1-6 : Tidak ada kecemasan.
b.) 7-12 : Kecemasan ringan.
c.) 13-18 : Kecemasan sedang.
d.) 19-24 : Kecemasan berat.
e.) 25-30 : Kecemasan berat sekali/panik
3) STAI
STAI adalah alat pengukuran kecemasan berbasis bentuk.
STAI State (STAI-S) adalah alat yang terdiri dari 20 pernyataan
dan digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pasien saat
ini, sedangkan STAI Sign (STAI-T) adalah alat yang juga terdiri
dari 20 pernyataan dan digunakan untuk menentukan tingkat
dasar kecemasan. sabar (ketekunan/kepribadian) Setiap
pernyataan dalam STAI-S dinilai pada skala kesepakatan empat
poin yang terdiri dari pernyataan: tidak sama sekali, sampai
batas tertentu, cukup, dan sangat banyak, dan pernyataan dalam
STAI-T juga dinilai pada skala empat poin yang terdiri dari
pernyataan : 19 hampir tidak pernah, kadang-kadang, sering,
dan hampir selalu. Total skor STAI (jumlah) berkisar dari
minimal 20 hingga maksimal 80. STAI terdiri dari 3 kategori,
yaitu kecemasan ringan (20-39), kecemasan sedang (40-59) dan
kecemasan berat (60-80) (Spreckhelsen dkk, 2021).
4) T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)
T-MAS merupakan instrument untuk mengukur kecemasan
yang terdiri dari 38 pertanyaan yang didasarkan pada kebiasaan
22

dan emosi yang dialami seseorang. Masing-masing pertanyaan


terdiri dari jawaban “ya” dan “tidak” (Spreckhelsen dkk, 2021)
5) DASS (Depression, Anxiety Stress Scale)
DASS merupakan instrument yang berisi pertanyaan terkait
tanda dan gejala depresi, ansietas, dan stress, yang mempunyai
2 jenis yaitu DASS 42 (terdiri dari 42 pertanyaan) dan DASS 21
(terdiri dari 21 pertanyaan). Pertanyaan pada DASS 21 berisi
tentang gangguan depresi, ansietas, dan stress yang masing-
masing terdiri dari 7 pertanyaan. Item pada pertanyaan tersebut
terdiri atas 0 (tidak 21 terjadi dalam seminggu terakhir) sampai
3 (sering terjadi dalam waktu seminggu terakhir) (Spreckhelsen
dkk, 2021)

3. Terapi Dzikir
a. Definisi
Secara bahasa kata “therapy” dalam bahasa inggris bermakna
pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab kata
terapi sepadan dengan al-istyisfa’ yang berasal dari syifa-yasyfi-
syifaan yang artinya menyembuhkan.
Secara etimologis, dzikir berasal dari bahasa Arab dzakara
yang artinya mengingat, memperhatikan, mengingat dan mengambil
pelajaran. Dalam kehidupan manusia unsur mengingat sangat
dominan karena merupakan salah satu fungsi intelektual. Menurut
pemahaman psikologis, dzikir (ingatan) adalah “kekuatan jiwa kita
yang dapat menerima, menyimpan dan mengulangi pemahaman dan
tanggapan kita”.Dzikir berarti menyebut Allah dengan membaca
tasbih, tahlil, tahmid, taqdis, takbir, hauqala, hasbala dan doa dewasa
yaitu doa Nabi Muhammad SAW. Proses Melakukan Dzikir
Menurut Fandiani dkk. (2017) Berdzikir memiliki adab atau
tata cara agar terasa khusyu’ dan penuh barakah. Tahapan saat
melakukan dzikir adalah sebagai berikut :
23

1) Dzikir dilakukan dengan keikhlasan semata mengharap ridha


Allah SWT.
2) Khusyu’ menghadirkan hati dan pikiran akan makna dari bacaan
dzikir yang diucapkan serta berusaha menghayati setiap bacaan.
3) Berdzikir dengan suara yang pelan-pelan dan tidak terburu-buru.
4) Berdzikir jika dilakukan berjamaah sebaiknya tidak mendahului
atau terlambat dalam bacaan.
5) Bersih badan dan pakaian dari hadast dan najis waktu-waktu
yang sesuai, tujuannya yaitu semakin menambah kejernihan hati
dan ketulusan niat.
6) Mengakhiri dengan penuh khusyu’an dan menjauhi kesalahan
yang telah di perbuat terdahulu.
b. Bentuk Bentuk Dzikir
Secara umum dzikir terbagi menjadi empat yaitu:
1) Dzikir lisan berarti mengucapkan kalimat tertentu berulang-
ulang untuk mengingat dan menunjukkan cinta kepada Allah.
Kalimat ini diajarkan oleh Rasulullah SAW. yaitu kalimat
thayyibah antara lain sebagai berikut: “subhanallah wal
hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar”,
“subhanallah wa bihamdih”, “laa ilaha illallah wahdahu laa
syarikala lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa, ala kulli syai-
in qodiir”.
2) Dzikir dengan fikir, Dzikir dengan pikiran berarti memikirkan
hal-hal indah yang diciptakan Allah. Ini seperti cara khusus
mengingat Allah yang dapat memperkuat iman kita dan
membantu kita dalam kehidupan kita sehari-hari..
3) Dzikir dengan perasaan, dzikir dengan perasaan dengan
berhuznuzan kepada Allah Swt. Mengingat Allah dengan emosi
yang kuat membantu kita merasa lebih dekat dengan-Nya.
Ketika kita fokus pada semua hal baik yang telah Dia berikan
kepada kita, itu dapat membuat kita merasa lebih baik ketika
kita merasa sedih atau kesal. Beberapa contohnya adalah
24

merasa Allah selalu bersama kita, merasa aman karena Allah


melindungi kita, merasa bahagia karena Allah mencintai kita,
dan mensyukuri hal-hal baik yang Allah berikan kepada kita.
Penting untuk diingat bahwa ketika hal buruk terjadi, biasanya
karena kita melakukan kesalahan, bukan karena Allah.
4) Dzikir dengan keyakinan, dzikir dengan keyakinan adalah
mantapnya aqidah tauhid dalam perjalanan hidup, bahwa
segala sesuatu terjadi hanya menurut kehendak Allah. Yang
disebut dengan Tauhid Rububiyah, dan adanya keyakinan yang
utuh bahwa hanya Allahlah yang berhak disembah, yang
kemudian dikenal dengan Tauhid Uluhiyah. Orang yang selalu
mengamalkan dzikir dengan keyakinan yang sampai ke lubuk
hati terdalam tidak akan terkagum-kagum kepada apapun dan
siapapun kecuali hanya kepada Allah Swt. Godaan terbesar
dalam dzikir ini adalah syirik.
5) Dzikir dengan perbuatan, yaitu dzikir dengan perbuatan
dilakukan dengan sikap taat dan patuh terhadap aturan Allah
Swt, baik dalam hal aqidah, ibadah maupun muamalah.
Sehingga segala gerak dan langkah serta tutur kata
memancarkan akhlak Allah Swt yang penuh rahmah, berbudi
luhur dan jauh dari akhlak tercela (madzmumah).
c. Struktur Bacaan Dzikir
Struktur bacaan dzikir Struktur bacaan dalam dzikir terdiri
dari himpunan kalimah toyyibah yang terdiri dari istighfar, tasbih,
tahmid, tahlil, takbir, dan bacaan-bacaan lain yang dianjurkan oleh
Islam. Berikut paparan secara detil struktur bacaan dzikir antara
lain:
1) Tawassul
Tawassul merupakan salah satu jalan dari berbagai jalan
tadzorru’ (mendekatkan diri) dengan memohon atau berdoa
kepada Allah SWT. Sedangkan Wasilah adalah suatu ikatan
25

pertalian untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagaimana


firmannya : Al-Maidah ayat 35

َّ ‫يأيُّها ٱلَّذِين ءامنُوا ٱتَّقُوا‬


‫ٱّلل وٱبتغُوا ِإلي ِه ٱلو ِسيلة‬
‫وج ِهدُوا فِى س ِبي ِلِۦه لعلَّ ُكم تُف ِل ُحون‬

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wabtagū ilaihil-


wasīlata wa jāhidụ fī sabīlihī la’allakum tufliḥụ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.”

2) Bacaan Dzikir
Adapun bacaan-bacaan yang dianjurkan dalam dzikir
menurut Hawari adalah sebagai berikut:

a) Membaca Tasbih:
Subhanallah ‫للا‬
ِ ‫سبحان‬
ُ yang artinya Maha Suci Allah.
b) Membaca Tahmid:
Alhamdulillah ‫ُّلل‬
ِ ِ ‫ الحمد‬yang artinya segala puji bagi Allah.
c) Membaca Tahlil:
La illaha illallah ُ‫ َلاِله ا ََِّل للا‬yang artinya tiada Tuhan selain
Allah
d) Membaca Takbir:
Allahu akbar ‫ اللُ اكبر‬yang artinya Allah Maha Besar.
e) Membaca Hauqalah:
La haula wala quwwata illa billah yang artinya tiada daya
upaya dan kekuatan kecuali Allah.
f) Membaca Hasballah:
Hasbiallahu wani’mal wakil yang artinya cukuplah Allah
dan sebaik-baiknya pelindung.
26

g) Membaca Istighfar:
Astaghfirullahal adzim ‫ظيم‬
ِ ‫ أستغ ِف ُر للا الع‬yang artinya saya
memohon ampun kepada Allah yang maha agung.
h) Membaca Baqiyatussalihah:
Subhanallah wal hamdulillah wala illaha illallah Allahu
akbar yang artinya maha suci Allah dan segala puji bagi
Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.
i) Membaca Shalawat:
Allahumma shalli a’laa sayyidina Muhammadin wa’alaa
ali sayyidina Muhammad yang artinya Ya Allah
tambahkanlah rahmat ta’dzim atas pemimpin kami Nabi
Muhammad dan atas keluarga pemimpin kami Nabi
Muhammad.

d. Unsur - Unsur Dzikir


Para ulama menjelaskan bahwa dzikir terdiri dari tujuh unsur
yakni sebagai berikut :
1) Dzikir kedua mata yaitu menangis karena takut kepada Allah
Swt.
2) Dzikir kedua telinga yaitu dengan mendengarkan ayat-ayat
Allah Swt.
3) Dzikir lisan yaitu dengan memuji Allah Swt.
4) Dzikir kedua tangan yaitu dengan memberikan sedekah.
5) Dzikir badan yaitu dengan memenuhi tugasnya.
6) Dzikir hati yaitu dengan rasa takut dan rasa harap kepada Allah
swt.
7) Dan Dzikir ruh dengan berserah diri dan ridha kepada
ketetapan-Nya.
e. Fungsi Dzikir
Shaleh Bin Ghanim As-Sadlan menyebutkan beberapa
faedahfaedah atau keutamaan dzikir adalah sebagai berikut:
1) Mengusir, mengalahkan dan menghancurkan setan.
2) Menghilangkan rasa susah dan kegelisahan hati.
27

3) Membuat hati menjadi senang, gembira dan tenang.


4) Dapat menghapus dan menghilangkan dosa-dosa.
5) Dapat menyelamatkan seseorang dari kepayahan di hari
kiamat.

f. Manfaat Dzikir
Menurut Nasution ada beberapa manfaat dari dzikir yang
diterangkan oleh Alquran adalah sebagai berikut:
1) Menetramkan, membuat hati menjadi damai. Sebagaimana
firman Allah SWT (QS. Ar-ra‟d; 15;28)

َّ ‫ٱلَّذِين ءامنُوا وتطمئِ ُّن قُلُوبُ ُهم بِذِك ِر‬


َّ ‫ٱّللِ ۗ أَل بِذِك ِر‬
ِ‫ٱّلل‬
ُ ُ‫تطم ِئ ُّن ٱلقُل‬
‫وب‬

Arab-Latin: Allażīna āmanụ wa taṭma`innu qulụbuhum


biżikrillāh, alā biżikrillāhi taṭma`innul-qulụb.
Artinya: hati manusia, akan menjadi tenang dengan
rahmat-Nya. Melalui dzikir, hati menjadi tenteram dan
damai, melalui kedama ian ini maka jiwa dipenuhi oleh
emosi positif seperti bahagia dan optimis.

2) Menambah keyakinan, keberanian. Sebagaimana firman Allah


SWT,: (QS.Al-Anfal 8:2)

َّ ‫ِإنَّما ٱل ُمؤ ِمنُون ٱلَّذِين ِإذا ذُ ِكر‬


‫ٱّللُ و ِجلت قُلُوبُ ُهم‬
‫و ِإذا ت ُ ِليت علي ِهم ءايت ُ ۥهُ زادت ُهم ِإيمنًا وعلى ربِ ِهم‬
‫يتو َّكلُون‬

Arab-Latin: Innamal-mu`minụnallażīna iżā żukirallāhu


wajilat qulụbuhum wa iżā tuliyat ‘alaihim āyātuhụ zādat-
hum īmānaw wa ‘alā rabbihim yatawakkalụn.
28

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman


ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal”.
Melalui dzikir jiwa bertambah yakin akan kebesaran
Allah swt. Sehingga menjadikan kita berani menghadapi
tantangan apapun, asalkan tidak bertentangan dengan
larangan Allah Swt.

3) Menghilangkan rasa takut. Sebagaimana Allah swt Berfirman


QS.Al-Imran 122 & 171 yaitu:

َّ ‫ان ِمن ُكم أن تفشل و‬


ۗ ‫ٱّللُ و ِليُّ ُهما‬ َّ ‫ِإذ ه َّمت‬
ِ ‫طائِفت‬
‫ٱّللِ فليتو َّك ِل ٱل ُمؤ ِمنُون‬
َّ ‫وعلى‬

Arab-Latin: Iż hammaṭ ṭā`ifatāni mingkum an tafsyalā


wallāhu waliyyuhumā, wa ‘alallāhi falyatawakkalil-
mu`minụn. (Al-Imran 122)
Artinya: “Ketika dua golongan dari padamu ingin
(mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi
kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal”.

۞ َّ ‫ٱّللِ وفضل وأ َّن‬


‫ٱّلل َل‬ َّ ‫يستبش ُِرون بِنِعمة ِمن‬
‫ضي ُع أجر ٱل ُمؤ ِم ِنين‬
ِ ُ‫ي‬

Arab-Latin: Yastabsyirụna bini’matim minallāhi wa faḍl, wa


annallāha lā yuḍī’u ajral-mu`minīn (Al-Imran 171)
29

Artinya: “Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia


yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-
nyiakan pahala orangorang yang beriman”.
Dari 2 ayat diatas dapat disimpulkan bahwasannya
melalui dzikir rasa takut yang meliputi jiwa kita, perlahan-
lahan dapat kita tundukkan. Hilangnya ketakutan ini
membuat kita teguh pendirian. Keteguhan ini membuat kita
pantang berputus asa sehingga kita tetap berusaha secara
maksimal mencapai keridhaan-Nya dalam kehidupan kita
ini.
4) Mendapatkan kenikmatan, keselamatam, dan kesejahteraan
lahir batin. Sebagaimana Allah Swt. Berfirman: Al-Imran 174

ُ ‫ٱّللِ وفضل لَّم يمسس ُهم‬


‫سوء‬ َّ ‫فٱنقلبُوا ِبنِعمة ِمن‬
‫ٱّللُ ذُو فضل ع ِظيم‬ َّ ‫وٱتَّبعُوا ِرضون‬
َّ ‫ٱّللِ ۗ و‬

Arab-Latin: Fangqalabụ bini’matim minallāhi wa faḍlil lam


yamsas-hum sū`uw wattaba’ụ riḍwānallāh, wallāhu żụ
faḍlin ‘aẓīm
Artinya: “Maka mereka kembali dengan nikmat dan
karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat
bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.
Melalui dzikir kita senantiasa dilindungi Allah Swt. Dari
segala bencana. Keselamatan selalu menyertai kita, hingga
kehidupan kita menjadi tentram. Keselamatan merupakan
rahmat yang besar dari Allah Swt., yang akan menjamin
tercapainya kehidupan yang damai dan sejahtera di dunia
dan akhirat kelak”

5) Melepaskan manusia dari kesulitan hidup. Hal ini ditegaskan


Allah Swt. Didalam Qs. Al-Imran:160
30

‫ٱّللُ فل غا ِلب ل ُكم ۖ و ِإن يخذُل ُكم فمن ذا ٱلَّذِى‬


َّ ‫صر ُك ُم‬
ُ ‫ِإن ين‬
‫ٱّللِ فليتو َّك ِل ٱل ُمؤ ِمنُون‬
َّ ‫ص ُر ُكم ِمن بع ِدِۦه ۗ وعلى‬
ُ ‫ين‬

Arab-Latin: Iy yanṣurkumullāhu fa lā gāliba lakum, 30 ama


yakhżulkum 30 aman żallażī yanṣurukum mim ba’dih, wa
‘alallāhi falyatawakkalil-mu`minụn.
Artinya: “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah
orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah
membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka
siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari
Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakkal”.

4. Hubungan Kecemasan dan Terapi Dzikir


Dalam menghadapi ketakutan dan kecemasan, aspek spiritual
merupakan salah satu upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada
pasien dirumah sakit. Aspek Spirutul yang umum digunakan adalah
pendekatan spiritual berupa terapi dzikir. Terapi dzikir merupakan terapi
pelengkap non medis yang membantu dan mengurangi kecemasan. Dari
hasil penelitian Amalia Mastuty (2022), didapatkan nilai p = 0,000 yang
membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dzikir. Adapun
metode yang digunakan yaitu pasien diberi terapi dzikir sebanyak 33
kali dengan waktu 10 menit dan menggunakan alat Hand Tally Counter
sebagai alat hitung saat berdzikir.
Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Octary dkk.
(2020) menggunakan Control Group Design dengan mengucapkan
bacaan dzikir Subhanallah, Alhamdulillah, Laailaha Illallah, dan
Allahu Akbar, dapat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi kelompok intervensi di RSUD Pemangkat.
31

Kemudian dari hasil penelitian Fajrin dkk. (2016), Terdapat


pengaruh pemberian terapi dzikir terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi appendiktomi. Peneliti ini menggunakan pengukuran HRSA
sebagai alat ukur kecemasan dan intervensinya melafalkan bacaan dzikir
Astagfirullahalazhim kemudian dilanjutkan dengan Subhanallah. wal
hamdulillah. wa la ilaaha illallah. wallaahuakbar dalam waktu 10-15
menit dengan jumlah sampel 12 orang.

B. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini yaitu:

Variabel independen Variabel dependen

Tingkat Kecemasan Pasien


Terapi Dzikir Pre Operasi Di RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.

Keterangan
: Variabel
: Diteliti

Gambar 2.2 Kerangka konsep

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh Antara


Terapi Dzikir Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
Ha : Ada pengaruh antara Terapi Dzikir Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi Di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan penelitian ini
menggunakan desain penelitian pre-experimental dengan pendekatan one
group pre test and post test design. Yaitu rancangan penelitian yang
menggunakan satu kelompok subjek dengan cara melakukan pengukuran
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan tanpa adanya kelompok kontrol
atau pembanding. Keefektifan perlakuan ini dievaluasi dengan
membandingkan pre-test dengan post-test.

Pre Test Post Test


X
01 02
Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

01 : Pengukuran dengan kuesioner kecemasan sebelum melakukan terapi


dzikir.
X : Pemberian Terapi Dzikir

02 : Pengukuran menggunakan kuesioner kecemacan setelah melakukan


Terapi Dzikir

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di ruangan perawatan bedah (Teratai)
di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Waktu Penelitian
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2023.

32
33

C. Populasi dan Sample Penelitian


1. Populasi
Seluruh objek yang akan diteliti disebut populasi. Populasi pada
penelitian ini yaitu pasien yang akan menjalani operasi (pasien pre op)
di ruang rawat bedah (Teratai) RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap bisa mewakili seluruh populasi. Sedangkan menurut
Sugiyono (2018) Besar sampel minimal pada kelompok eksperimen 10-
20 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Purposive sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan anggota sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun
kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:


1.) Pasien beragama islam.
2.) Pasien pre operasi dengan kesadaran komposmentis.
3.) Pasien yang mengalami kecemasan ringan, sedang dan berat
dimana sebelumnya diukur instrumen APAIS.
4.) Pasien yang koperatif.
5.) Bersedia menjadi responden secara tertulis.
b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1.) Pasien cyto.
2.) Pasien dibawah umur 20 tahun.
3.) Pasien yang mengonsumsi obat penenang.
4.) Pasien yang mengalami gangguan pendengaran dan bisu.
Adapun untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan rumus estimasi proporsi (Notoatmodjo, 2012)
𝑎
𝑍1− 𝑃(1−𝑃)
2
𝑛=
𝑑

Keterangan:
𝑛 : Besar sampel
34

Z1-a/2 : Nilai z dalam tingkat signifikansi (biasanya 95% = 1,96)


P : Proporsi kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui
proporsinya, ditetapkan 50% = 0,50
d : Derajat penyimpanan terhadap populasi yang diinginkan
(10% (0,10%), 5% (0,05%), 1% (0,01%)).
Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan jumlah sampel minimal,
sebagai berikut:
1,96𝑥0,50𝑥(1−0,50)
n=
0,05
1,96𝑥0,50𝑥(1−0,50)
n=
0,05
0,49
n=
0,05

n= 9,8
n= 10 sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
10 orang.

D. Variabel Peneliti
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
menyebabkan perubahan atau munculnya variabel dependen (terkait)
(Purwanto, 2019). Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Terapi Dzikir.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Purwanto, 2019).
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Tingkat kecemasan
35

E. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Skala Hasil Ukur
Ukur Ukur
Terapi Terapi dzikir Pemberian Nominal Dilakukan
Dzikir adalah praktik intervensi atau Tidak
keperawatan (Pasien Dilakukan
yang mendengarkan
melibatkan audio dzikir)
ingatan,
menyebut nama
Allah SWT
secara ulang,
yang disertai
kesadaran akan
Allah SWT
dengan tujuan
menyembuhkan
keadaan
patologis.
Tingkat Kecemasan Wawancara Kuesioner Ordinal Jika nilai,
7-12
Kecemasan yaitu ketakutan APAIS
(kecemasan
berlebihan, ringan).
kecemasan, Jika nilai
malapetaka 13-18
(kecemasan
yang akan
sedang).
datang,
Dan nilai
kekhawatiran, 19-24
atau ketakutan (kecemasan
berat).
akan ancaman
nyata atau yang
dibayangkan.
Tabel 3.1 Definisi Oprasional
36

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar kuesioner APAIS.
1. Kuesioner APAIS
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
Amsterdam Pre Operative Anxiety And Information Scale (APAIS),
yang dirancang khusus untuk mengukur tingkat kecemasan pada pasien
pra operasi. Kuesioner ini berisi 6 pertanyaan singkat. Enam item APAIS
dibagi menjadi tiga bagian: Kecemasan Anestesi (Total A = Pertanyaan
1 dan 2), Kecemasan Bedah (Total S = Pertanyaan 4 dan 5), dan
Komponen Kebutuhan Informasi (Pertanyaan 3 dan 6). Kombinasi
komponen kecemasan yaitu jumlah komponen kecemasan yang
berhubungan dengan anestesia dan prosedur bedah (sum C = sum A +
sum S) dengan keterangan nilai atas pertanyaan kuesioner ini, yaitu
Nilai 1 = sangat tidak sesuai, nilai 2 = tidak sesuai, nilai 3 = ragu-ragu,
nilai 4 = sesuai, dan nilai 5 = sangat sesuai. Sedangkan skor terendah
kuesioner ini yaitu 6 dan skor tertinggi kuesioner ini 30. Jadi semakin
tinggi nilai yang diperoleh pasien, berarti semakin tinggi kecemasan
pasien pre operasi (Perdana dkk, 2020).

G. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah segala bentuk penerimaan data dengan cara
mencatat kejadian, menghitung kejadian, mengukur kejadian dan mencatat
secara manual dan dengan bantuan computer. Dalam penelitian ini data
yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder dari
penelitian ini diperoleh dari Rekam Medik RSUD Undata. Data yang
diperoleh langsung dari responden disebut data primer, responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian akan diminta untuk mengisi kuesioner
secara langsung untuk memenuhi data primer (Notoatmodjo, 2018)
37

1. Pengumpulan data
Sebelum memilih responden, Peneliti mencari data pasien yang
akan dilakukan operasi. Setelah memilih responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan,
serta meminta persetujuan menjadi responden dengan memberikan
lembar informed consent.
2. Pre test
Pre test merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan
intervensi terapi dzikir. Pasien yang telah bersedia menjadi responden
kemudian diminta mengisi lembar wawancara untuk menilai tingkat
kecemasan sebelum diberikan intervensi. Peneliti menggunakan
kuesioner APAIS sebagai alat ukur kecemasan. Setelah semua
wawancara dijawab, kemudian skornya dijumlahkan untuk
mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.
3. Intervensi
Setelah dilakukan pre test, responden yang memiliki hasil
tingkat kecemasan ringan, sedang, dan berat akan diberikan intervensi
satu per satu selama 15 menit menggunakan media audio dzikir.
Kemudian saat responden mendengarkan audio, peneliti mengisi
lembar observasi. Adapun intervensi yang diberikan 1 hari sebelum
operasi dilakukan.
4. Post test
Post test dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat
pengetahuan responden setelah diberikan intervensi. Post test
diberikan kepada responden dengan menggunakan instrumen yang
sama saat pre test. Jadi, jumlah pengukuran tingkat kecemasan
responden dilakukan 2 kali.

Adapun Langkah-langkah berikut untuk tekhnik pengumpulan data.


(Notoatmodjo, 2018).
1. Editting dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurangnya
data yang di isi oleh responden.
38

2. Coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dengan cara memberi


kode untuk memudahkan peneliti pada saat melakukan entri data.
3. Tabulating adalah penyusunan data yang berdasarkan variabel yang
diteliti.
4. Entri adalah proses pemasukan data kedalam program komputer untuk
selanjutnya di analisa.
5. Cleaning yaitu membersihkan data dengan melihat variabel yang telah
digunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.
6. Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah
dikumpulkan.

H. Analisa Data
Data yang diperoleh akan diolah dengan program pada komputer
kemudian dianalisa sebagai bahan pertimbangan pengambilan kesimpulan
dan keputusan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian tersebut
meliputi:

1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis dimana setiap variabel hasil
penelitian dianalisis. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel penelitian.
Dengan Rumus :

𝑓
p = 𝑛 x 100%

Keterangan :
P = Presentase
ƒ = jumlah jawaban benar
n = jumlah

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan (Notoatmodjo, 2018). Dalam
penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Terapi Dzikir terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD
39

Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Sebelum dilakukan uji statistik


terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Adapun jika data
berdistribusi normal, maka digunakan statistik uji Paired Sampel t-Test
(uji-t berpasangan) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Terdapat
pengaruh antara variabel bebas dan terikat, namun ketika p-value lebih
besar dari α = 0,05 maka variabel bebas dan terikat tidak berpengaruh.
dan data yang berdistribusi tidak normal dapat menggunakan uji
Nonparametic Wilcoxon.
Rumus uji T-Test :
𝑥1 − 𝑥2

𝑠1(2) 𝑠2(2) 2𝑟(𝑠1)(𝑠2)


𝑡=√ + −
𝑛𝑙 𝑛2 √𝑛1√𝑛1
Keterangan
x1 = Rata-rata sampel 1
x2 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
s1 (2) = variasi sampel 1
s2 (2) = variasi sampel 2
2 = korelasi antar dua sampel
40

I. Bagan Alur Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan alur yang digambarkan
dalam bentuk skema sebagai berikut:

Pengajuan Judul

Pasien Pre Operasi

Sampel 10 Responden
(Diberikan Ingervensi)

Pre Test : Pengukuran Tingkat Kecemasan Pasien Pre OP

Intervensi : Pemberian Terapi Dzikir

Post Test : Pengukuran Tingkat Kecemasan Pasien Pre OP

Uji Statistik

Ujian Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Mastuty, V.Y. (2022) Pengaruh Dzikir Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi di Ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RSUD Praya.
Apriliani, D.R. (2019) ‘Gambaran Tingkat Religiusitas Pada Pasien Pre Operasi
Di Rumah Sakit Baladhika Husada (Dkt) Kabupaten Jember’, Digital
Repository Universitas Jember [Preprint].
Data Rekam Medik UPT RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah (2023). Palu.
Desy Nurwulan (2017) ‘Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di
RSUD Sleman’. Available at:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/433.
Dr. H Mardjan, M.K. (2016) ‘Petunjuk Praktis EFT (emotional freedom
techniques) untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil’, in M.K. Abrori (ed.).
Fajrin, Ristyana, E. and Nabhani, C.N.F. (2016) ‘Pengaruh Pemberian Terapi
Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi
Appendiktomi’, Repository.Itspku.Ac.Id [Preprint].
Fandiani, Y.M., Wantiyah, W. and Juliningrum, P.P. (2017) ‘the Effect of Dzikir
Therapy on Sleep Quality of College Students At School of Nursing
University of Jember’, NurseLine Journal, 2(1), p. 52. Available at:
https://doi.org/10.19184/nlj.v2i1.5196.
Fatmawati, L. and Pawestri, P. (2021) ‘Penurunan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea dengan Terapi Murotal dan Edukasi Pre
Operasi’, Holistic Nursing Care Approach, 1(1), p. 25. Available at:
https://doi.org/10.26714/hnca.v1i1.8263.
Fitriana, C. (2020) ‘Manajemen Non Frmokologis Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi’.
HIPKABI (2014) Buku pelatihan dasar-dasar keterampilan bagi perawat kamar
bedah. Jakarta.
Kemenkes RI (2019) Injeksi 2018, Health Statistics. Available at:
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2018.pdf.
Lestari, B., Wahyuningtyas, E.S. and Kamal, S. (2022) ‘The Effect of Health
Education with Javanese Videos on the Anxiety of Preoperative Surgical
Major Patients Pengaruh Edukasi Kesehatan dengan Video Berbahasa Jawa
terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah’, pp. 151–161.
Mahendra Wekoadi, G. et al. (2018) ‘Writing Therapy Terhadap Penurunan
Cemas Pada Remaja Korban Bullying’, Jurnal Riset Kesehatan, 7(1), pp.
37–44. Available at: http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk.
Mastuty, A. et al. (2022) Pengaruh Dzikir Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi di Ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RSUD Praya.
Muyasaroh, H. (2020) ‘Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam
menghadapi Pandemi Covid 19’, LP2M UNUGHA Cilacap, p. 3. Available
at: http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858.
Notoatmodjo..., S. (2018) ‘Metodologi penelitian kesehatan’, in. Jakarta: Rineka
Cipta.,.
Notoatmodjo, S. (2012) ‘Metodologi Penelitian’, in. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Octary, T., Akhmad, A.N. and S, S. (2020) ‘the Effect of Dhikr Therapy on
Anxiety in Preoperative Patients At Surgical Room in Pemangkat General
Hospital in 2020’, Tanjungpura Journal of Nursing Practice and Education,
2(2). Available at: https://doi.org/10.26418/tjnpe.v2i2.44526.
Perdana, A. et al. (2020) ‘Uji Validasi Konstruksi dan Reliabilitas Instrumen The
Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) Versi
Indonesia’, Majalah Anestesia & Critical Care, 33(1), pp. 279–286.
Perdana, P.A., Lumbessy, S.Y. and Setyono, B.D.H. (2021) ‘Pengkayaan Pakan
Alami Artemia sp. dengan Chaetoceros sp. pada Budidaya Post Larva
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)’, Journal of Marine Research,
10(2), pp. 252–258. Available at: https://doi.org/10.14710/jmr.v10i2.30375.
PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Prasetyo, B.A. (2019) ‘Hubungan Pengatahuan Dengan Kecemasan Pada Pasien
Pra Operasi Katarak Di Rumah Sakit Mitrah Husda Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung’, pp. 3–4.
Purwanto, N. (2019) ‘Variabel Dalam Penelitian Pendidikan’, Jurnal Teknodik,
6115, pp. 196–215. Available at:
https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554.
Shafrina, E. (2022) ‘Pengaruh Tekhnik Relaksasi Autogenik Terhadap Kecemasan
Pasien Pre Operasi Bedah Mayor Di Ruang Bedah Sentral RSUD Dr.
H.Abdul Moelok Provinsi Lampung’, Braz Dent J., 33(1), pp. 1–12.
Sitinjak, M.P., Dewi, D.A.M.S. and Sidemen, I.G.P.S. (2022) ‘Gambaran Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Pembedahan Ortopedi di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah’, Jurnal Medika Udayana, 11(2), pp. 25–29.
Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/68737/43519.
Sjamsuhidajat (2017) ‘Buku Ajar Ilmu Bedah: Masalah Pertimbangan Klinis
Bedah dan Metode Pembedahan’, in EGC. Jakarta.
Spreckhelsen, V. T., & Chalil, M.J.A. (2021) ‘Tingkat Kecemasan Preoperatif
Pada Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Anastesi Pada Operasi
Elektif.’, Jurnal Ilmiah Kohesi, 5(4), 32-41. [Preprint]. Available at:
https://kohesi.sciencemakarioz.org/index.php/JIK/article/download/306/30
%0A8 diakses 30 Januari 2022.
Stuart.Gail.W (2016) ‘Keperawatan Kesehatan Jiwa’.
Sudarto and Tunut, T. (2022) ‘Efektivitas Guide Imagery, Slow Depp Breathing
dan Aromaterapi Mawar Terhadap Kecemasan Operasi’, Jurnal Vokasi
Kesehatan, 2(2), pp. 126–131. Available at: http://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/view/67/59.
Sugiatno and Dery, P. (2015) ‘Tingkat Dan Faktor Kecemasan Matematika Pada
Siswa Sekolah Menengah Pertama (online)’, Pendidikan matematika, (4),
pp. 1–12.
Sugiyono (2018) Metodelogi Penelitian Kuantitatif,Kualitatif. Bandung.
Worden, J. William, PhD, A. (2018) Grief Counseling and Grief Therapy, 5th
Edition A Handbook for the Mental Health Practitioner. Edited by 5th
Edition Grief Counseling and Grief Therapy. may 2018. Available at:
https://doi.org/10.1891/9780826134752.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
JADWAL PENELITIAN
No. Jenis kegiatan 2023
2 3 4 5 6 7 8 9
1 Konsultasi judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Perbaikan hasil ujian
proposal
6 Penelitian
7 Bimbingan hasil
8 Ujian hasil
Lampiran 2 Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 3 Surat Balasan
Lampiran 4 Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa tingkat akhir
Program Studi Ners (Jenjang S1 Ilmu Keperawatan) Universitas Widya Nusantara
Palu yang bermaksud melakukan penelitian:
Nama : Muthiara Andini
Nim : 201901021
Institusi : Jln. Maleo lorong.2 Kel.Mantikolore
Akan bermaksud melakukan penelitin yang berjudul “Pengaruh Terapi Dzikir
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan
bagi saudara(i) sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan
akan tetap dijaga dan hanya digunakan uktuk kepentingan peneliti.

Apabila saudara(i) menyetujui, maka dengan ini saya minta kesediaan


saudara untuk menandatangani lembar persertujuan dan menjawab pertanyaan yang
saya ajukan.
Atas perhatian saudara(i) sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Palu, Juni 2023


Peneliti

Muthiara Andini
Lampiran 5 Persetujuan Responden

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia berpartisipasi


sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Saudari Muthiara
Andini, Mahasiswa tingkat akhir S1 Ilmu Keperawatan Universitas Widya
Nusantara Palu dengan judul “Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah”.
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif pada diri
saya sehingga jawaban yang saya berikan adalah sebenar benarnya.
Demikian pernyataan ini saya dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Palu,...................2023
Responden

(.................................)
Lampiran 6 Kuesioner

LEMBAR KUESIONER APAIS


No. Responden:

A. Identitas Klien
1. Nama :
2. Umur :
3. Ruangan / Bad :
No Pertanyaan Sama Tidak Sedikit Agak Sangat
sekali terlalu
tidak
1. Saya takut dibius
Saya terus menerus
2. memikirkan tentang
pembiusan
3. Saya ingin tahu
banyak tentang
pembiusan

4. Saya takut dioperasi

Saya terus menerus


5. memikirkan tentang
operasi
Saya ingin tahu
6. banyak tentang
operasi
Total :

Keterangan skor tingkat kecemasan: Keterangan Nilai:


1. 1 – 6 : Tidak ada kecemasan. 1. Nilai 1 = sama sekali tidak
2. 7 – 12 : Kecemasan ringan. 2. Nilai 2 = tidak terlalu
3. 1 3 – 18 : Kecemasan sedang. 3. Nilai 3 = sedikit
4. 19 – 24 : Kecemasan berat. 4. Nilai 4 = agak
5. 24 30 : Kecemasan berat sekali / panik. 5. Nilai 5 = sangat
Lampiran 7 Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
No. Responden:

A. Identitas Klien
1. Nama :
2. Umur :
3. Ruangan / Bad :

B. Lembar Observasi

Tidak
NO Bacaan Dzikir Didengarkan
Didengarkan

1. Bismillahirahmannirohim

2. “Astagfirullahul adzim laa haula


walaquwwata illabillahi aliyul
adzim”

3. Subhanallah 33x

4. Alhamdulillah 33x

5. Laaillaahaillallah 33x

6. Allahuakbar 33x

7. Laa haula walakuwwata illa


billahil aliyyul adzim

8. Sholawat Nabi “Allahumma


shalli ala Muhammadin wa ala
alihi wa sallim”

9. Membaca Alfatiha.
LEMBAR OBSERVASI

A. Identitas Klien
1. Nama :
2. Umur :
3. Ruangan / Bad :

B. Lembar Observasi
Hasil Pengukuran Kecemasan Sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Dzikir pada pasien Pre Operasi
Intervensi
No. Kode Responden
Pre Post
1

10

11

12
Lampiran 8 Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Dzikir

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TERAPI DZIKIR
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
No. Kegiatan

1 Identifikasi kebutuhan pasien untuk dilakukan tindakan :


1. Salam terapeutik disampaikan pada pasien.
2. Adanya data pasien akan dilakukan tindakan terapi dzikir.
2 Persiapan :
1. Lembar terapi dzikir
2. Tasbih Digital
3 Persiapan pasien :
1. Tujuan disampaikan dengan bahasa yang jelas.
2. Mengukur tingkat kecemasan pasien sebelum pemberian terapi dzikir.
3. Peneliti memberikan pengarahan kepada pasien bahwa perasaan dan
keadaan sakit yang diderita adalah suatu ujian dari Allah Ta’ala terhadap
hamba-hamba-Nya untuk meningkatkan keimananannya. Adapun dzikir
yang dipanjatkan yaitu suatu bentuk taqarrub dan harapan hamba nya
untuk tetap bisa sabar dan tawakkal menghadapi ujian-Nya dan katakan
semua itu adalah kehendak Allah, sebagai seorang hamba hanya bisa
berusaha adapun hasil itu Allah yang menentukan.
4 Pelaksanaan :
1. Memberikan Lembar terapi dzikir.
2. Waktu pelaksanaan pemberian terapi dzikir 15 menit.
3. Pasien diposisikan dalam keadaan nyaman boleh duduk / baring dan
menarik nafas dalam hingga merilexkan anggota tubuh, boleh sambil
memejamkan mata.
4. Memurnikan niat untuk Allah.
5. Mendengarkan audio dzikir.

5 Evaluasi :
1. Menilai respon kecemasan setelah dilakukan terapi dzikir dengan
lembarpai skala pengukuran APAIS.
2. Kemudian minta pasien untuk istirahat dan berserah diri kepada
Allah, sehingga akan meningkatkan kesabarannya dan pikiranpun
akan menjadi lebih tenang, sehingga perasaan cemas yang dialami
bisa berkurang.
3. Lakukan salam terapeutik / salam penutup
Lampiran 9 Lembar Terapi Dzikir

LEMBARAN TERAPI DZIKIR

Bacalah ayat ini dengan penuh penghayatan / resapi dalam hati.

‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫للا‬
ّ ‫س ِم‬
ْ ‫ِب‬
Bismillahirrahmanirrahim

1. Astagfirullahul adzim laa haula walaquwwata illabillahi aliyul


adzim.
Artinya : “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah
yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."

2. Subhanallah “Maha suci Allah” ‫للاه‬ َ ‫س ْب َح‬


ّ ‫ان‬ ‫ه‬

3. Alhamdulillah “Segalapuji bagi Allah” ِ‫اَ ْل َح ْمد ِ ّهِل‬

4. Laaillaahaillallah “Tiada Tuhan selain Allah” ‫لاإله إالهللا‬

5. Allahuakbar “Allah maha besar” ‫هللا أَ ْكبَر‬

6. Laa haula walakuwwata illa billahil aliyyul adzim.


Artinya : "Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah
yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."

7. Allahumma shalli 'ala sayyidina muhammadin shahibin nasabisy-


syarifi wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallim
Artinya : "Ya Allah, berikanlah shalawat dan salam sejahtera
kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, pemilik nasab yang
mulia dan semoga shalawat tercurah kepada para keluarga dan
para sahabat beliau, dan juga berikanlah keselamatan."

8. Membaca Alfatiha...
Lampiran 10 Lembar Bimbingan Proposal
Lampiran 11 Hasil Uji Turnitin

Anda mungkin juga menyukai