Disusun oleh
Kelompok III
1. Rindi Dwi Jayanti : 2215401084
2. Fitri Yani Pitra : 2215401059
3. Nurhani : 2215401076
4. Nurlisa M Djali : 2215401080
5. Suryanti Sitania : 2215401094
6. Humaira Leba : 2215401062
7. Masita Adin : 2215401069
8. Titin Ndariyanti : 2215401096
9. Rosdiana Ela Ela : 2215401087
10. Uni Ismanto : 2215401097
11. Meylan M.A Kafara : 2215401070
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................................2
1.3 Tujuan masalah........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Operasi..................................................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Operasi (Pembedahan)............................................................................................3
2.3 Anastesia..................................................................................................................................3
2.4 Persiapan Dan Perawatan Pre Operasi......................................................................................4
2.5 Persiapan Dan Perawatan Post Operasi....................................................................................20
BAB II PENUTUP.........................................................................................................................26
3.1 kesimpulan ..............................................................................................................................26
3.2 saran.........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................27
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan
tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan
termasuk dalam perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai
keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998). Tindakan operasi
atau pembedahan bisa jadi pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk
bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan
yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan
juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat
diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang
kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan
yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling
penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi
pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah –
langkah perioperatif. Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh
terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN OPERASI
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi (pre bedah),
intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat
pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
C. ANASTESIA
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang rasa
pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan
pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis
pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.
3
Jenis-jenis anesthesia :
a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa.
b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan
proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga
dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut.
c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan
dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar.
d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial sehingga
terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi kesadaran sehingga
perhatian menjadi terbatas.
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran.
D. PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI
Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa dokter obstetri dan dokter anestesi
sebelum operasi dilakukan. Anggota multidisiplin lainnya juga dapat terlibat, misalnya
fisioterapis.
4
2. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai persiapan atau bagian dari
anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan,
antiemetik, analgesik dll.
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan imobilisasi, oleh karena itu lebih
baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap
dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll harus dilepas sebelum
pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandenya akan diberikan anestesi umum, karena adanya
resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar
dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.
5. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit
perawatan dan persiapan di ruang operasi Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain :
Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas klien, riwayat penyakit, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap; antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi imunologi. Selain itu pasien harus
istirahat yang cukup karena pasien tidak akan mengalami stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah pasien dapat stabil serta bagi pasien wanita tidak
akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep,
lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala
bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
5
bagi perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreks sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan.
Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama fase katabolik setelah
pembedahan, memulihkan volume darah dan protein plasma yang hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan
yang meningkat untuk perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao infeksi.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi
dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu),
demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang
bisa mengakibatkan kematian.
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang
biasanya diperiksa adalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal
: 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan fungsi ginjal. Ginjal berfungsi
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri atau anuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal,
kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon
dengan tindakan enema atau lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 – 8 jam. Tujuan pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadi infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera) seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso
gastric tube).
6
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang
dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan
juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
1. Pengertian
Pencukur rambut dilakukan untuk menghilangkan rambut tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme
dan menghambat pandangan lengan pembedahan.
2. Tujuan
a) Mencegah terjadinya infeksi
b) Menurunkan angka terjadinya injuri saat operasi.
3. Indikasi
a) Pencukuran daerah sekitar alat kelamin, dengan tidakan apendiktomi, herniatomi, oretroliasis,
b) pemasangan palte pada fraktur femur, hemoroidektomi
c) Pemasangan infus sebelum pembedahan
d) Bulu mata sebelum operasi katarak
4. Persiapan alat
a) Alat cukur biasa/ listrik
b) Gunting
c) Handuk
d) Bola kapas
e) Larutan antiseptik (tidak menjadi keharusan)
f) Lampu portable
g) Selimut mandi
h) Bengkok
i) Sketsel/Tirai Pasien.
5. Prosedur
a) Inspeksi kondisi umum kulit bila terjadi lesi, iritasi, atau tanda infeksi, pencukuran seharusnya
tidak dilakukan. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan terhadap infeksi luka pasca operasi
b) Tinjau kembali pesanan dokter untuk memastikan area yang akan dipotong. (tinjau prosedur ruang
operasi sesuai kebijakan institusi) area luas untuk pemotongan rambut tergantung pada tempat
insisi, tempat pembedahan.
7
c) Jelaskan mengenai prosedur dan rasionalisasinya untuk pemotongan rambut diatas permukaan yang
luas. Meningkatkan kerja sama dan meminimalkan ansietas karena klien dapat berpikir insisi akan
seluas tempat pemotongan rambut.
d) Cuci tangan Mengurangi transmisi infeksi.
e) Tutup pintu ruangan atau tirai tempat tidur memberikan privasi pada klien
f) Atur posisi tempat tidur yang sesuai (tempat tidur di tinggikan) Menghindari bekerja sambil
membungkuk dalam waktu yang lama.
g) Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan posisi pembedahan. Pemotongan rambut dan
persiapan kulit dapat memerlukan waktu beberapa menit.
h) Keringkan area yang dipotong dengan handuk. Menghilangkan kelembaban, yang mempengaruhi
kebersihan potongan dari pemotongan.
i) Pegang pemotong pada tangan dominan, sekitar 1 cm diatas kulit, dan gunting rambut pada arah
tumbuhnya. Mencegah penarikan rambut dan abrasi kulit
j) Atur selimut sesuai kebutuhan. Mencegah pemajangan bagian tubuh yang tidak perlu
k) Dengan ringan, sikat rambut yang tercukur dengan handuk. Menghilangkan rambut yang
terkontaminasi dan meningkatkan kenyamanan klien memperbaiki penglihatan terhadap area yang
dipotong
l) Bila memotong area diatas permukaan tubuh (missal umbilicus atau lipat paha) bersihkan lipatan
dengan aplikator berujung kapas yang telah dicelupkan ke arah larutan antiseptik, kemudian
dikeringkan. Menghilangkan secret, kotoran, dan sisa potongan rambut, yang menjadi tempat
pertumbuhan mikroorganisme.
m) Berikan klien bahwa prosedur telah selesai. Menghilangkan ansietas klien
n) Bersihkan dan rapikan peralatan sesuai kebijakan institusi, buang sarung tangan. Pembuangan
peralatan yang kotor sesuai tempatnya mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi resiko cidera.
o) Inspeksi kondisi kulit setelah menyelesaikan pemotongan rambut. Menentukan bila terdapat sisa
rambut atau bila kulit terpotong
p) Dokumentasikan prosedur (nama, waktu, area yang dipotong atau dicukur, dan kondisi kulit
sebelum dan sesudah tindakan)
q) Hal yang perlu diperhatikan
r) Lakukan kewaspadaan ekstra bila klien memiliki kecenderungan perdarahan sebelumnya seperti
pada leukemia, anemia aplikasi, atau hemofilia atau telah menerima terapi anti koagulan. Bila klien
memiliki kecenderungan perdarahan atau pada terapi antikoagulan, pencukuran kering mungkin
dianjurkan
f. Personal Hygine
8
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat menjadi
sumber kuman dan mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya
kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya,
jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.
h. Latihan Fisik
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan
pasien dalam menghadapi kondisi pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir
pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam,
latihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
a) Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam, latiihan
batuk efektif dan latihan gerak sendi. Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan saat
terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan memaksimalkan supply oksigen ke jaringan.
Cara latihan teknik nafas dalam dan batuk efektif yang benar adalah :
9
c) Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup
rapat.
d) Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui mulut.
e) Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
f) Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
b) Latihan Kaki.
Pengertian : suatu tindakan latihan persiapan fisik yang diajarkan ke pasien pada saat periode sebelum
operasi (pre operasi)
Tujuan :
Tindakan:
a. Ajarkan pada pasien tiga bentuk latihan yang berisi tentang kontraksi dan relaksasi otot
quadriceps (vastus intermedius, vatus lateralis, rectus femoris, dan vastus medialis)
b. Lakukan dorsifikasi dan flantar fleksi pada kaki.
c. Fleksi dan ekstensi pada lutut dan penekanan kembali lutut kedalam bed.
d. Naikan dan turunkan kaki dari permukaan bed. Ekstensikan lutut untuk menggerakkan kaki
10
6. Latihan Gerak Sendi.
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat
segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah
operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau
takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai
operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut / flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi
ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan
ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan
tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri. Beberapa jenis gerakan sendi: fleksi, ekstensi,
adduksi, abduksi, oposisi, dll.
Cara melakukan:
a. Leher
b. Bahu
11
Ekstensi 180⁰ mengembalikan lengan ke posisi semula
Hiperekstensi 45-60⁰ menggerakkan lengan kebelakang
Abduksi 180⁰ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu gerakkan kearah kepala
Adduksi 360⁰ lengan kembali ke posisi tubuh
Rotasi internal 90⁰ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakkan dari bagian siku kearah kepala secara
berulang
Rotasi eksternal 90⁰ dan kearah bawah secara berulang
ROM bahu dengan gambar
c. Siku
d. Lengan bawah
12
e. Pergelangan tangan
f. Jari-jari tangan
13
g. Pinggul
h. Lutut
i. Mata kaki
14
ROM mata kaki dengan gambar
j. Kaki
k. Jari-jari kaki
i. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa
adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan
operasi yang harus dilakukan pada pasien. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan
operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien
15
sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan
untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak
menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium
terutama pemeriksaan Pemeriksaan penunjang yang dimaksud antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur),
USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance
Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKGECG (Electro
Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED
(laju endap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium,
natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan
penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah
kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa
10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan
KGD 2 jam PP (post prandial).
16
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam
ASA IV
jiwa.
Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam waktu 24 jam
dengan atau tanpa pembedahan, kategori ini meliputi penderita yang
ASA V
sebelumnya sehat, disertai dengan perdarahan yang tidak terkontrol,
begitu juga penderita usia lanjut dengan penyakit terminal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena
mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan
pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis
yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien dengan riwayat hipertensi jika
mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya
akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi
dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Setiap
orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan
memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu
dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
17
Takut nyeri setelah pembedahan.
Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal ( body image ).
Takut keganasan ( bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti ).
Takut / cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang
sama.
Takut / ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
Takut mati saat dibius / tidak sadar lagi.
Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan -
perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan - gerakan tangan yang
tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali,
sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien
dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal - hal yang bisa digunakan untuk
membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang
terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung / support system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal - hal yang terkait
dengan persiapan operasi, antara lain :
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi / kondisi kamar operasi dan petugas kamar
operasi.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi )
Pengetahuan tentang latihan - latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah
operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan mental yang kurang memadai
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien
menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa
hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari / minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan
mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga / orang terdekat
18
pasien.Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan
keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi
pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati
pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi,
memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien
selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap
menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui
tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan
tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,
perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika
diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan,
dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan
dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang
ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien
di antar ke kamar operasi.
5. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian
yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
6. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam
tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
7. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ
akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan
ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas
kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar
operasi.
7. Persiapan administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab membaca dan
mendatangani surat izin operasi. Selain itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data yang dibutuhkan
untuk perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan informasikan semua data ini secara detil kepada
19
anggota keluarga terdekat (suami/istri, orangtua, adik atau kakak). Jika kita menggunakan asuransi dari
kantor, jelaskan kepada anggota keluarga bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa saja yang
butuh diisi, difotokopi dan disiapkan. Sama halnya jika menggunakan BPJS ataupun cara pembiayaan
yang lain. Satukan semua berkas formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus. Ketika kita
sudah mau masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi, sudah tentu semua dokumen administrasi
otomatis menjadi urusan keluarga dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur
administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.
E. PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien
dapat menjadi kompleks akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post
operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pengkajian keperawatan preoperative.
Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur pembedahan dan hal - hal yang terjadi selama
pembedahan berlangsung.Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan. Tindakan
pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan
setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam
1 sampai 2 jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah
sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1hari atau lebih
tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien. Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi),
beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan
perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan
sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan
diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan
nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien
kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan
mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan postoperasi sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
A. Faktor yang Berpengaruh Postoperasi
20
o Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
o Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot
mekanik atau nasal kanul.
o Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.
o Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh
anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk
dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
o Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance
untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan
cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
o Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk
jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri
biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi
dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
B. Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen
luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian memperbaiki
asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam dengan
mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan
dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan
secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
21
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis atau pasien
dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk
memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai
kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta mencegah
terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat
berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien
seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
22
Observasi adanya muntah.
Catat intake dan out put cairan.
Hal - hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
a) Pengkajian awal
1. Status Respirasi
Meliputi : Kebersihan jalan nafas, Kedalaman pernafasaan, Kecepatan dan sifat pernafasan, Dan
Bunyi nafas
2. Status sirkulator
Meliputi :Nadi, Tekanan, darah, Suhu,Warna kulit
3. Status neurologis
23
Meliputi : tingkat kesadaran
4. Balutan
Meliputi : Keadaan drain. Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainase.
5. Kenyamanan
Meliputi :Terdapat nyeriMualMuntah
6. Keselamatan
Meliputi : Diperlukan penghalang samping tempat tidur. Kabel panggil yang mudah dijangkau.
Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7. Perawatan
Meliputi : Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan. Sistem drainase : bentuk
kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
8. Nyeri
Meliputi : Waktu Tempat.
9. Frekuensi.
10. Kualitas.
11. Faktor yang memperberat / memperingan.
B. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan dan
pengobatan, body image dan pola / gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk
denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik
post operasi.
24
A. Diagnosa Umum
B. Diagnosa Tambahan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
4. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah,
nyeri, mual.
7. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah (preoperasi), bedah
(intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir
sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pra oprasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan
yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan
antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang
dilakukan secara tepat dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan
dan kesembuhan pasien.
B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran tenaga kesehatan
yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu
mengembangkan ilmunya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta: CV Trans Info
Media
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.
http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html
http://theurbanmama.com/articles/5-hal-yang-perlu-dipersiapkan-sebelum-operasi-elektif-M20914.html
https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-operasi-perawatan-post-operasi/
27