Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH IKD II (Ilmu Kebidanan Dasar)

Persiapan dan Perawatan Pre Operasi, Intra Operasi& Post Operasi

Disusun untuk Memenuhi Tugas IKD II (KDPK)

Dosen pembimbing

Kurnia Retno Wulansari, S.ST., M.Kes

                                          Yeni Adriani, S.ST

Disusun Oleh :

 kelompok 1

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI D III KEBIDANAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2015

PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka
tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan
kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa
akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa
sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif
selama proses perioperatif.

Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan
hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang
baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan
yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan
pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan  perioperatif yang berkesinambungan
dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1.2        RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah yang dimaksud Perioperasi?

2.      Apa saja jenis-jenis Pembedahan atau Operasi?

3.      Apakan yang dimaksud Anastesi?

4.      Bagaimana cara melakukan persiapan dan perawatan Pre operasi?

5.      Bagaimana cara melakukan persiapan dan perawatan Intra Operasi?

6.      Bagaimana cara melakukan persiapan dan perawatan Post Operasi?

1.3        TUJUAN PENULISAN

1.3.1     Tujuan Umum

Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KDPK, menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca.

1.3.2   Tujuan Khusus
a.       Mengetahui tentang Pengertian Perioperasi

b.      Mengetahui tentang Jenis-Jenis Operasi atau Pembedahan

c.       Mengetahui tentang Anastesi

d.      Memahami Persiapan dan Perawatan Pre Operasi

e.       Memahami persiapan dan Perawatan Intra Operasi

f.       Memahami persiapan dan Perawatan Post Operasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1        PENGERTIAN  PERIOPERASI

Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi (pre
bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai
pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja
bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah merupakan masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya.

2.2         JENIS-JENIS OPERASI (PEMBEDAHAN)

a.             Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi


Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks kardiovaskuler,
bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala leher, bedah digestif, dan lain-lain.

b.            Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan

Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :

1.      Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit seperti
biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.

2.      Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit. Misalnya pembendahan
apendektomi.

3.      Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, menyambung daerah yang


terpisah.

4.      Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit.

5.      Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti rhinoplasti.

2.3     ANASTESIA

Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang rasa


pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan
pembedahan.  Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis
pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi dilakukan.

a.       Jenis-jenis anestesia

a)      Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya
adalah dengan inhalasi dan intravena.

b)      Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan
proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga
dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode umum yang digunakan
adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena  dengan torniquet, blok daerah spinal, dan
melalui epidural.

c)      Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan dilakukan
anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau topikal.
d)     Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial sehingga
terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi  kesadaran sehingga
perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah hipnotis.

e)      Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum
atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.

2.4           PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI

Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan,


dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan
pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah
inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien tentang prosedur yang akan
dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya
mengenai tindakan tersebut.

A.      Rencana tindakan :

1.         Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.

Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai berbagai


informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis pemeriksaan
yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang
pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.

2.         Persiapan diet

Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum
bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak diperbolehkan
4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.

3.         Persiapan kulit

Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.

4.         Latihan napas dan latihan batuk


Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru.
Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut:

a)      Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.

b)      Tempatkan tangan diatas perut.

c)      Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.

d)     Tahan napas 3 detik.

e)       Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.

f)       Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah napas terakhir,
batukkan untuk mengeluarkan lendir.

g)       Istirahat.

5.         Latihan kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.
Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi otot betis dan paha, kemudian
istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan
membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur,
mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki
ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.

6.         Latihan mobilitas

Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus,


merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien harus
mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan penghalang  agar bsa memutar
badan, melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasiem ke sisi tempat tidur.
Melatih duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi
tempat tidur.

7.         Pencegahan cedera

Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan
bedah adalah:

a.       Cek identitas pasien.

b.      Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan lain-lain.

c.       Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.


d.      Lepaskan kontak lensa.

e.       Lepaskan protesis.

f.       Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.

g.      Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.

h.      Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.

2.5        PERSIAPAN DAN PERAWATAN INTRA OPERASI

Intra operasi (bedah) merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja bedah
dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan.

Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah
yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis perubahan tanda vital,
sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan pengkajian terhadap
tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang diberikan.

A.    Rencana tindakan:

1.      Penggunaan baju seragam bedah.

Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti
dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam celana atau harus menutupi
pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan tutup kepala, masker, sarung
tangan, dan celemek steril.

1.      Mencuci tangan sebelum pembedahan.

2.      Menerima pasien di daerah bedah.

Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di ruang
penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor status registrasi
pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang
dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.

3.      Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.

Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg, litotomi,
lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilakukan.

4.      Pembersihan dan persiapan kulit.

Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari
kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam
membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat, potensi yang baik dan
tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen, atau bahan organik lainnya.

5.      Penutupan daerah steril.

Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya di
daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.

6.      Pelaksanaan anestesia.

Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia
umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.

7.      Pelaksanaan pembedahan.

Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan
ketentuan embedahan.

2.6         PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI

Post Operasi (pasca bedah) merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit,  kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat
yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada menstabilkan
kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang
kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat
dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau
membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan  postoperasi  sama pentingnya dengan
prosedur pembedahan itu sendiri.

A.    Faktor yang Berpengaruh Postoperasi

1.      Mempertahankan jalan nafas

Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.

2.      Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
entilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot
mekanik atau nasal kanul.

3.      Mempertahakan sirkulasi darah

Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.

4.      Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase

Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran
dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga
perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi
terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.

5.      Balance cairan

Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk
mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang
justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.

6.      Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury

Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk
jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya
sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi
terkait dengan agen pemblok nyerinya.

B.     Tindakan:

1.      Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen  luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen
luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. Kemudian  memperbaiki asupan
makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.

2.      Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam dengan
mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan
menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara
perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.

3.      Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis atau pasien
dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk
memperlancar vena.
4.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai kebutuhan
pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.

5.      Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta mencegah


terjadinya retensi urine.

6.      Mobilisasi dini,  dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk
mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir. Mempertahankan
aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.

7.      Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara  terapeutik.

8.      Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat
berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien
seperti sedia kala.

9.      Discharge Planning. Merencanakan  kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.

C.     Ada 2 macam discharge planning :

1)      Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai
dokumentasi)

2)      Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.

BAB III

PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan masa
sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak
ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pra oprasi
merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang
pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif
selama proses perioperatif. Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara
tepat dan berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.

3.2    Saran

Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.

DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik            Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.

Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar  Ketrampilan Dasar Praktik Klinik            Kebidanan
(KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.
http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html

Anda mungkin juga menyukai