Anda di halaman 1dari 23

1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana, yang telah
memberikan segala nikmat dan hidayah-Nya kepada umat manusia supaya selalu
dekat kepada-Nya. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kehadirat Rasulullah SAW baik kepada keluarga, sahabat maupun kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini penulis sampaikan kepada pembimbing mata kuliah Sosial
Budaya Dasar sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Anggraeni,S.KM.,M.Kes yang telah
membimbing kami dan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
penulisan makalah ini.
Alhamdulillah makalah ini akhirnya dapat diselesaikan oleh kami walaupun
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi sub-materinya.
Untuk itu kami memohon kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah kita memohon perlindungan dan hanya
kepada Allah-lah kita memohon ampun. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi yang membacanya kelak. Amin.

Bojonegoro, 14 Oktober 2019

Penulis
2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................1

Daftar Isi.................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Praktik Sosial Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan Kehamilan........6

2.2 Dampak Praktik Sosial Budaya Dasar Yang Berhubungan

Dengan Kehamilan....................................................................................12

2.3 Pendekatan Yang Dapat Dilakukan Bidan Terhadap Praktik

Sosial Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan Kehamilan..................13

2.4 Praktik Sosial Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan Persalinan

Dan Bayi Baru Lahir..................................................................................16

2.5 Dampak Praktik Sosial Budaya Dsar Yang Berhubungan Dengan

Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.................................................................18

2.6 Pendekatan Yang Dapat Dilakukan Bidan Terhadap Praktik Sosial

Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan Persalinan

Dan Bayi Baru Lahir...................................................................................19


3

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat memiliki kebudayaan yang mencakup aturan-aturan, norma-


norma, pandangan hidup yang dijadikan acuan dalam mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat Jawa, kehamilan (dan kemudian
kelahiran bayi) merupakan peristiwa yang penting dalam siklus hidup manusia.
Oleh karena itu ibu dan keluarga melakukan serangkaian aktivitas ritual untuk
menyambutnya.
Beragam budaya dalam masyarakat yang dipercaya mempunyai pengaruh
besar dalam masa kehamilan. Budaya-budaya ini ada yang mem-punyai
dampak positif, tetapi ada juga yang berdampak negatif terhadap kehamilan.
Oleh karena itu, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, adat pantang
yang telah turun-temurun dan mendarah daging di masyarakat, ada yang
bertentangan dengan kesehatan, ada pula yang tidak. Memilah antara yang
benar dan salah memang bukanlah hal mudah. Mengklaim sesuatu salah
tentunya harus didasari oleh bukti, apalagi berkaitan dengan adat yang
dipercaya kebenarannya oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja praktik sosial budaya dasar yang berhubungan dengan


kehamilan?
2. Bagaimana dampak praktik sosial budaya dasar yang berhubungan dengan
kehamilan?
3. Apa saja pendekatan yang dapat dilakukan bidan terhadap praktik sosial
budaya dasar yang berhubungan dengan kehamilan?
5

1.2 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui apa saja praktik sosial budaya dasar yang berhubungan
dengan kehamilan.
2. Dapat mengetahui bagaimana dampak praktik sosial budaya dasar yang
berhubungan dengan kehamilan.
3. Dapat mengetahui apa saja pendekatan yang dapat dilakukan bidan
terhadap praktik sosial budaya dasar yang berhubungan dengan kehamilan.
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Praktik Sosial Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan Kehamilan

Masyarakat memiliki kebudayaan yang mencakup aturan-aturan, norma-


norma, pandangan hidup yang dijadikan acuan dalam mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat. Pada masyarakat Jawa yang menganut pola garis
keturunan patrilineal maka dalam adat kebiasaan keluarga, peranan suami /
ayah sangat berpengaruh. ayah / suami sebagai kepala rumah tangga adalah
perantara dalam penentuan nasib termasuk yang menguasai sumber-sumber
ekonomi keluarga (Herkovits dalam Susilowati, 2001). Dalam masyarakat
Jawa, kehamilan (dan kemudian kelahiran bayi) merupakan peristiwa yang
penting dalam siklus hidup manusia. Oleh karena itu ibu dan keluarga
melakukan serangkaian aktivitas ritual untuk menyambutnya. Faktor
kekerabatan (suami, orang tua, nenek) masih memberikan peran yang penting
dalam tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan
pasca persalinan, baik dalam memberikan nasehat (karena mereka sudah
berpengalaman menjalani peristiwa tersebut) maupun pengambilan keputusan
siapa penolong persalinan dan sarana pelayanan apakah yang akan
dipergunakan.
Beragam budaya dalam masyarakat yang dipercaya mempunyai
pengaruh besar dalam masa kehamilan. Budaya-budaya ini ada yang mem-
punyai dampak positif, tetapi ada juga yang berdampak negatif terhadap
kehamilan. Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga kesehatan janin dan menjaga
pertumbuhan.Memahami perawatan kehamilan adalah penting untuk
mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. 
Menguak Kebenaran Di Balik Adat Pantang Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, adat pantang yang telah turun-temurun dan mendarah
7

daging di masyarakat, ada yang bertentangan dengan kesehatan, ada pula yang
tidak. Memilah antara yang benar dan salah memang bukanlah hal mudah.
Mengklaim sesuatu salah tentunya harus didasari oleh bukti, apalagi ber-kaitan
dengan adat yang dipercaya kebenarannya oleh masyarakat. Dewasa ini,
kemajuan teknologi telah melahirkan penelitian-penelitian terbaru dan
pengetahuan yang up to date.
Pengetahuan itu dinamis. Seyogianya manusia juga mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat memilah antara perbuatan
yang harus dilakukan dan dijauhi. Ilmu pengetahuan, baik ilmu duniawi dan
ukhrawi, menjadi jendela untuk mengungkap fakta di balik adat pantang di
masyarakat. Berikut fakta menarik di balik adat pantang tersebut:
1. Tidak boleh duduk di pintu supaya tidak mengalami kesulitan saat
melahirkan

Fakta : Pada kehamilan lewat waktu (post date) otot rahim tidak
sensitive terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis
atau kelainan pada rahim. Jadi tidak ada hubungannya dengan
perbuatan duduk di pintu. Larangan duduk di depan pintu
sesungguhnya mempunyai makna tuntunan akhlak dan sopan
santun yang tinggi. Sebab duduk di depan pintu dapat
mengganggu orang lain yang keluar masuk rumah, di sisi lain
tentu saja kurang elok dipandang jika seorang perempuan
duduk-duduk di depan pintu.

2. Tidak boleh mandi saat maghrib atau senja hari supaya kulit bayi tidak
kemerah-merahan.

Fakta: Menurut ilmu medis, mandi di waktu maghrib dapat merusak


saraf. Sebaiknya menghindari mandi di waktu itu. Namun,
mandi di waktu magrib atau senja tidak ada kaitan dengan kulit
bayi yang kemerah-merahan.
8

3. Tidak boleh keluar pada saat maghrib, malam hari, hujan rintik-rintik karena
dikhawatirkan ada makhluk halus yang mengikuti dan mengganggu
kandungannya.

Fakta : Menjelang waktu maghrib, alam berubah ke warna merah dan


di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar
tidak berada di luar rumah. Ini karena spektrum warna pada
waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan
ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga
karena mereka beresonansi dengan alam. Mereka yang sedang
dalam perjalanan juga sebaiknya berhenti dahulu pada waktu
ini (shalat maghrib dulu). Warna merah yang dipancarkan oleh
alam ketika itu mempunyai resonansi yang sama dengan jin
dan syaitan. Sehingga kita lebih baik untuk berada di dalam
rumah pada waktu maghrib. Sebagaimana sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Rasulullah: “Bila kamu
menghadapi malam atau kamu telah berada di sebagian malam
maka tahanlah anak-anakmu karena sesungguhnya setan
berkeliaran ketika itu dan apabila berlalu sesuatu ketika malam
maka tahanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu rumahmu serta
sebutlah nama Allah, padamkan lampu-lampumu serta
sebutlah nama Allah, ikatlah minumanmu serta sebutlah nama
Allah dan tutuplah sisa makananmu serta sebutlah nama Allah
(ketika menutupnya)” Jadi, dalam hal ini ilmu pengetahuan
dan agama sejalan, yaitu waktu maghrib dan malam hari
merupakan waktu yang tidak baik untuk keluar rumah. Akan
tetapi hal ini tidak hanya berlaku terhadap ibu hamil semata,
melainkan untuk semua umat manusia.
9

4. Larangan makan yang dianggap “tajam” seperti nanas karena dikhawatirkan


akan keguguran.

Fakta: Yang berbahaya bagi ibu hamil sebetulnya buah nanas muda
dan sangat asam, serta dikonsumsi dalam jumlah banyak. Buah
nanas yang matang, justru banyak mengandung zat-zat gizi
untuk perkembangan janin, seperti vitamin A, vitamin C,
kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), zat besi (Fe),
natrium (Na), kalium (K), gula dektrosa, sukrosa dan serat.
Sebelum dimakan, rendamlah di dalam air garam untuk
menghilangkan getahnya.

5. Tidak boleh minum es agar bayinya tidak besar sehingga tidak mengalami
kesulitan ketika melahirkan.

 Fakta : Sebenarnya yang tidak boleh itu adalah air Es Doger, Es


Teler, Es Campur, Es Teh Manis dan es lain-lain yang serba
mengandung gula. Jika ibu hamil minum es yang banyak
mengandung gula tiap habis makan bisa jadi bayinya akan
besar karena kalori yang dimakan ibu lebih banyak. Jadi bukan
air es yang menyebabkan bayi besar tapi kandungan pemanis
atau gula (glukosa).

6. Larangan makan nasi kerak karena dikhawatirkan ari-ari tidak keluar


(lengket) pada saat melahirkan.

 Fakta : Nasi kerak memang tidak baik dikonsumsi karena teksturnya


yang keras sehingga organ pencernaan harus bekerja ekstra
untuk mencernanya, apalagi jika menderita maag, tapi tidak
ada penelitian yang mengatakan bahwa makan nasi kerak
berhubungan dengan tidak keluarnya ari-ari saat melahirkan.
10

7. Tidak boleh makan makanan dingin karena dikhawatirkan badan ibu


menggigil kedinginan saat melahirkan.

 Fakta : Mengkonsumsi makanan dan minuman dingin tidak baik bagi


kesehatan karena dapat meningkatkan asam lambung dan
menyebabkan masuk angin. Masuk angin akan menyebabkan
berbagai macam keluhan seperti meriang atau menggigil.
Namun, makan-makanan dingin tidak selalu menyebabkan
masuk angin, tergantung kondisi tubuh mampu menerimanya
atau tidak. Jadi, rasanya agak berlebihan jika dikatakan makan
makanan dingin serta merta akan menyebabkan kedinginan
saat melahirkan. Kedinginan saat melahirkan bisa disebabkan
karena perdarahan yang banyak sehingga ibu mengalami
anemia dan pada ibu yang melahirkan secara caesar
diperkirakan karena efek samping dari obat bius yang
digunakan.

8. Jangan tidur di pagi hari karena akan mengalami kesulitan saat melahirkan.

Fakta : Dalam Islam, tidur setelah subuh itu tidak baik karena akan
menghalangi rizki. Seperti Sabda Rasulullah “Ya Allah
berikanlah berkah kepada umatku di pagi harinya (HR. Abu
Dawud). Selain itu, mengapa kita tidak dibenarkan tidur
selepas subuh adalah karena warna biru mempertenagakan
kelenjar tyroid. Bila kelenjar tyroid kita lemah, maka kita akan
mengalami masalah kehausan sepanjang hari. Pada waktu
subuh alam berada dalam spektrum warna biru muda yang
bersamaan dengan frekuensi tyroid yang mempengaruhi sistem
metabolisme tubuh.Jadi warna biru muda atau waktu subuh
mempunyai rahasia yang berkaitan dengan rizki dan
komunikasi. Mereka yang kerap tertinggal waktu subuhnya
ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan
11

akan menghadapi masalah komunikasi dan rizki. Ini karena


tenaga alam yaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tyroid
saat roh dan jasad dalam keadaan tidur, dalam arti kata lain
lebih baik terjaga daripada tidur. Jadi, tidur setelah subuh tidak
baik untuk setiap orang, bukan hanya untuk ibu hamil dengan
alasan akan mempersulit ketika melahirkan nanti.

9. Pantang berhubungan intim di bulan-bulan terakhir biar bayi waktu lahir


bersih

Fakta : Hubungan seks aman dilakukan selama kehamilan trimester


pertama sampai usia kandungan tujuh bulan. Hanya saja,
sperma yang masuk ke dalam rahim saat hamil bisa
membahayakan janin. Sperma mengandung suatu zat tertentu
yang bisa menyebabkan reaksi sensitif pada mulut rahim. Zat
dalam sperma ini akan memicu reaksi kontraksi dini, sehingga
bisa menyebabkan kelahiran prematur, atau ancaman
keguguran jika usia kehamilan masih muda. Maka ketika
berhubungan seks saat hamil, sebaiknya sperma dikeluarkan di
luar vagina atau dengan menggunakan kondom. Pengurangan
frekuensi seks sebaiknya dilakukan ketika usia kandungan
sudah mencapai tujuh sampai sembilan bulan. Jika kehamilan
beresiko sehingga rentan terjadi keguguran atau kelahiran bayi
prematur, sudah seharusnya menghindari aktivitas seksual
untuk sementara waktu. Ada kondisi tertentu dimana tidak
diperbolehkan melakukan hubungan seksual selama hamil
yaitu jika terjadi placenta previa, resiko kehamilan prematur,
perdarahan (flek/ vaginal bleeding), mulut rahim (cervix)
lemah, janin kembar (setelah kehamilan 28 minggu), herpes
kelamin atau penyakit infeksi akibat hubungan seksual lain.
Mungkin atas dasar alasan itulah masyarakat awam melarang
melakukan hubungan intim di bulan-bulan terakhir kehamilan. 
12

10. Tidak boleh minum obat-obatan dari dokter karena bayinya akan besar
sehingga susah lahir

Fakta : Beberapa jenis obat ter-tentu dapat membahayakan janin,


seperti obat anti kanker, talidomid, obat anti kejang, vaksin,
obat tiroid, obat hipoglikemik oral, obat anti peradangan non-
steroid, obat anti cemas dan anti depresi, anti-biotik,
antikoagulan, obat untuk penyakit jantung dan pembuluh
darah. Efek yang ditimbulkan bisa berupa cacat bawaan, gigi
bayi berwarna kuning dan rentan karies, hipoglikemia pada
bayi, keterbelakangan mental, bahkan sampai berakibat
kematian janin. Namun, tidak semua obat-obatan berbahaya
dikonsumsi oleh ibu hamil.

2.2 Dampak Praktik Sosial Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan


Kehamilan

Permasalahan praktik sosial budaya yang cukup besar pengaruhnya pada


kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan
dan pantangan pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara kegiatan
mereka sehari hari tidak berkurang. Ditambah lagi dengan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan yang sebetulnya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan
janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup
tinggi terutama di pedesaan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari
tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya gizi
yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Beberapa kepercayaan yang ada misalnya di Jawa Tengah, ada kepercayaan
bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan
pantang makan daging karena akan meyebabkan perdarahan yang banyak.
Sementara disalah satu daerah Jawa Barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-
9 bulan sengaja harus mengurangi makanannya agar bayi yang dikandungnya
13

kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan


ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI
menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang pantang makan dengan piring yang
besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga mempersulit persalinan.
Dan memang selain ibunya kurang gizi berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si
bayi. Selain itu larangan untuk memakan buah buahan seperti pisang, nanas,
ketimun bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan
masyarakat terutama masyarakat didaerah pedesaan. Keanekaragaman budaya
yang ada di masyarakat memunculkan berbagai adat istiadat yang terkait
dengan kehamilan. Pantang selama masa kehamilan dalam masyarakat baik
yang berpengaruh pada kesehatan atau yang tidak mempengaruhi kesehatan ibu
dan bayinya masih cukup banyak.
2.3 Pendekatan Bidan Terhadap Praktik Sosial Budaya Dasar Yang
Berhubungan Dengan Kehamilan

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan
diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai
tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya
adalah sebagai berikut:
14

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,


mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman
medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan
permasalahan kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun
bayi.
4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya
masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian
kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi
sesuai dengan kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan
dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri
Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai wilayah, struktur
kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa
dengan cara:
1.    Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta
mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.
2.   Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang
taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-
lain.
3.   Mempelajari data penduduk yang meliputi:
a. Jenis kelamin
b. Umur
15

c. Mata pencaharian
d. Pendidikan
e. Agama
4.   Mempelajari peta desa
5.   Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara
efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan
masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah
komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang
ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh
masyarakat setempat.
Pada masa kehamilan ini masih banyak yang menggunakan
beragam budaya yang jika ditinjau secara kedokteran tidak memiliki
manfaat bagi kehamilan, bahkan terkadang budaya yang turun temurun
dilakukan terbilang memiliki resiko yang bis membahayakan bagi ibu
hamil. Berikut peran bidan yang bisa dilakukan dalam mengatasi beragam
budaya ataupun perilaku social yang ada didalam masyarakat :

1. KIE tentang menjaga kehamilan dengan ANC teratur,


konsumsi makanan bergizi, batasi aktivitas fisik, tidak perlu
pantang makanan karena pada keadaan hamil justru lebih
dibutuhkan pola makan yang sehat dan bergizi untuk
mensuplai makanan bagi ibu dan bayi.
2. KIE tentang segala sesuatu telah diatur oleh Tuhan Yang
Maha Esa, mitos yang tidak benar harus ditinggalkan karena
tidak memilki nilai manfaat bahkan terkadang
membahayakan.
3. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat untuk mengubah
tradisi negative yang berpengaruh terhadap kehamilan.
16

2.4 Praktik Sosial Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan Persalinan Dan
Bayi Baru Lahir

Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun


beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan
dirumah.Beberapa penelitian yang pernah dilaku-kan mengungkapkan bahwa
masih ter-dapat praktek praktek persalinan oleh dukun yang membahayakan si
ibu. Penelitian Iskandar dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek yang
membawa resiko infeksi seperto “ngolesi”( membasahi vagina dengan min-yak
kelapa untuk memperlancar per-salinan), “kodok” (memasukkan tangan ke
vagina dan uterus untuk mengeluarkan placenta) atau “nyanda” (setelah
persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan
selama bejam jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya
disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya
murah, mengerti dan dapat memabantu upacara adat yang berkaitan dengan
kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi sampai 40 hari.Disamping itu juga
masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.Walaupun
sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek praktek tradisional
tertentu masih dilakukan. Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan
kemampuan penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian
atau bertahan hidup.Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat
melahirkan adalah perdarahan , infeksi, eksklamsia (keracunan kehamilan).
Persalinan memang menyenangkan tapi terkadang juga bisa menjadi
gugup atau penakut karena banyaknya mitos-mitos soal bayi yang dibawa turun
temurun dari orang-orang tua kita dulu yang mungkin kita sendiri menjadi
bagian dari mitos-mitos yang dianut orang tua kita.

Namun mitos-mitos itu tidak selalu salah, mungkin hanya beda


pengertian saja namun juga tidak semuanya benar, bahkan ada yang benar-
benar salah menurut dokter. Inilah beberapa mitos yang masih beredar di
masyarakat.
17

1. Dibedong agar kaki tidak bengkok.


Ternyata di bedong bisa membuat peredaran darah bayi menjadi
terganggu, kerja jantung akan lebih berat memompa darah akibatnya bayi
akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan nafasnya. Selain itu
dibedong akan menghambat perkembangan motorik si bayi karena tidak ada
kesempatan untuk bergerak Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk
melindungi dari dingin atau saat cuaca dingin itu pun dibedong longgar. Jadi
dibedong itu tidak ada hubungannya dengan pembentukan kaki karena
semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok, sebab di dalam perut
tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu
lahirpun masih bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.

2. Hidung ditarik-tarik agar mancung


Sebenamya tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung
tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu
sudah bawaan, lagi pula kasihan si bayinya "sakit tau... Jadi mau ditarik-
tarik setiap detik pun kalo memang tidak mancung ya ga bakal mancung

3. Pemakaian gurita agar tidak buncit


Ini jelas salah karena pemakaian gurita akan menghambat
perkembangan organ-organ perut. Sekarang bayangkan kalau perut anda di
ikat seperti itu tentu akan merasa sesak dan tidak nyaman bukan. Jika
memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang
terutama di bagian dada agar jantung n paru-parunya bisa berkembang
dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di
pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.

4. Menggunting bulu mata agar lentik


Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungu
mata dari benda-benda asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi
bawaan dari bayi itu sendiri.
18

5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)


Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung
kafein yang akan memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula
bayi itu minumnya susu bukan kopi.

6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan


gelisah tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi
gelisah saat tidur karena dia pipis pub gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan
karena saat memeras pakaiannya, mungkin lebih masuk akal lagi jangan
memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi yang kalau
sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena
harus membelikan pakaian yang baru lagi

2.5 Dampak Praktik Sosial Budaya Dsar Yang Berhubungan Dengan


Persalinan Dan Bayi Baru Lahir

1. Humoral Medical Practise


Kondisi kesehatan dan fisiologis yang baik selama kehamilan dan
laktasi merupakan cerminan dari keseimbangan antara elemen fisik dan
cairan tubuh. Dalam sistem keseimbangan Cina (Yin dan Yang) ada istilah
panas dingin, dimana kehamilan ditetapkan sebagai kondisi panas, dan
pengaturan makanan harus didasarkan pada asupan makanan dingin yaitu
makanan yang pada umumnya kadar air tinggi, rendah kalori dan protein.
Pandangan tradisional ini berpendapat, jika ibu mengikuti sistem ini maka
sang ibu akan mudah melahirkan. Pengaturan diet seperti ini adalah keliru
karena akan menyebabkan ibu hamil yang bersangkutan mengalami
kekurangan gizi yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada
janin dan dapat menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Sedangkan periode post partum dianggap sebagai kondisi dingin
yang harus di imbangi dengan makanan panas, yaitu makanan padat kalori
dan tinggi energi dan protein. Pengaturan diet seperti ini menyebabkan ibu
19

dapat memulihkan kekuatan dan meningkatkan produksi ASI sehingga


kesehatan cepat membaik dan proses laktasi menjadi lancer
2. Kelahiran dan Pesta
Ada suatu tradisi di daerah ter-tentu yang dikenal dengan
placentophalgia (memakan plasenta) dan memakan daging kehidupan
setelah bayi lahir, plasenta dicuci kemudian dimasak dan disajikan pada
tamu yang hadir. Placentophalgia adalah proses yang alami. Dengan
memakan plasenta, maka ibu yang baru melahirkan dapat memperoleh
nutrien pengganti yang hilang dengan lebih cepat.
3. Aspek Sosial Ekonomi
Aspek sosial ekonomi, termasuk tingkat pendapatan keluarga adalah :
a. Pendapatan yang rendah mengakibatkan perhatian terkonsentrasi pada
makanan pokok (staple food).
b. Pendapatan menengah, memusatkan perhatian pada makanan pokok
ditambah dengan konsumsi susu.
c. Pendapatan yang tinggi menunjukkan pola konsumsi: makanan, susu,
buah dan sayuran ditambah makanan lain.
2.6 Pendekatan Yang Dapat Dilakukan Bidan Terhadap Praktik Sosial
Budaya Dasar Yang Berhubungan Dengan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir

A. Masa Persalinan
Masa Persalinan Berikut adalah beberapa peran bidan di komunitas
terhadap prilaku selama persalinan yang sering muncul dalam masyarakat :
1. Memberikan pendidikan kepada penolong persalinan mengenai tempat
persalinan,proses persalinan, perawatan selama persalinan serta pasca
persalinan,
2. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi
tempat maupun peralatan
3. Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan
setempat
20

4. Memberikan edukasi tentang ke-percayaan yang mengatakan minum


rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang rumput
Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya
belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter
sebelum meminumnya. Karena rumput ini hanya boleh di minum bila
pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk
panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun
kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang,
tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika
pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirang-sang mulas pakai
rumput ini, karena bisa berakibat pada janin, bahkan naik ke atas dan
membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan
operasi.
5.Memberikan edukasi kepada ibu bahwa minyak kelapa, memang
konotasinya membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran,
minyak tidak memiliki kegunanya dalam melancarkan keluarnya sang
janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum
dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya
6. Memberikan edukasi bahwa madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi
ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena
bisa mengakibatkan overweight. Karena madu termasuk karbonhi-drat
yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-
nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera
dihentikan. Akan halnya telur tak masalah, karena mengandung protein
yang juga menambah kalori.
B. Masa Nifas Dan Bayi Baru Lahir 
Berikut beberapa peran bidan di komunitas terhadap prilaku selama
masa nifas dan bayi baru lahir:
1. KIE prilaku positif dan negative
21

2. Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas


dan menyusui sebenarnya tidak menguntungkan ibu dan bayi karena
justru ibu membutuhkan makanan yang kaya akan nutrisi dan sehat.
3. Memberikan pendidikan tentang perwatan bayi baru lahir yang benar
dan tepat meliputi pemotongan tali pusat, memandikan/
membersihkan, menyusukan dan menjaga kehangatan.
4. Memberikan penyuluhan penting-nya pemenuhan gizi selama masa
pascapersalinan, bayi dan balita dan keuntungan serta kerugian dari
beragam pantangan makan yang diadopsi masyarakat.
5. Memberikan pengertian dengan menggunakan pendekatan logis
bahwa budaya-budaya yang dilakukan semata-mata tidak ada
hubungannya dengan yang berbau mistik. Akan tetapi memilkiki alas
an lain yang lebih logis untuk dijadikan dasar yang kuat.
22

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat memiliki kebudayaan yang mencakup aturan-aturan, norma-


norma, pandangan hidup yang dijadikan acuan dalam mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga kesehatan janin dan menjaga
pertumbuhan. Adat pantang yang telah turun-temurun dan mendarah daging di
masyarakat, ada yang bertentangan dengan kesehatan, ada pula yang tidak.
Diantaranya adalah tidak boleh duduk di pintu supaya tidak mengalami kesu-
litan saat melahirkan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya
angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya gizi yang
dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat memunculkan berbagai
adat istiadat yang terkait dengan kehamilan. Bidan sebagai salah seorang
anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran
yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan
tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam
peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980.
23

DAFTAR PUSTAKA

Sri Handayani.2010.Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2/ No. 1/ Januari


2007.13 Oktober 2019.

Tim Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Malang.2012,Modul


Pembelajaran KDM,Malang.13 Oktober 2019

Rosmalati,Ni Wayan Dwi.2014. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi


Kesehatan. US Diklat Tenaga Kesehatan,Badan BPSDM Kesehatan
Kementrian Kesehatan.Jakarta.13 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai