Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH KETERAMPILAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA KASUS


KEBIDANAN

Disusun Oleh:
Annisa Nur Amalia (P27824119004)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepan nya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 26 Januari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Umum 2
1.3 Tujuan Khusus 2
BAB 2 PEMBAHASAN 3
2.1 Persiapan Pre Operasi 3
2.2 Perawatan Post Operasi 12
2.3 Jenis Pembedahan dan Anestesi 13
BAB 3 PENUTUP 16
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara
invasif yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri,
atau deformitas tubuh yang akan mencederai jaringan yang dapat
menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh
lainnya. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuka
sayatan.
Tindakan pembedahan dapat menimbulkan stress, karena terdapat
ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Keadaan stress yang
tidak diatasi dapat menimbulkan permasalahan pada saat pra bedah, selama
pembedahan maupun pasca bedah. Petugas kesehatan dituntut untuk dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien agar pemahaman pasien dan
keluarga bertambah, respon psikologis negatif dapat dikurangi dan tuntutan
terhadap kejadian yang tidak diinginkan dapat dicegah (Rhodianto, 2008).
Salah satu upaya yang harus dilaksanakan oleh bidan untuk mengatasi
permasalahan di atas adalah melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah,
yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental klien
dalam menghadapi pembedahan.
Perasaan cemas ini hampir selalu didapatkan pada pasien preoperasi
yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau informasi
yang didapatkan terkait dengan operasi yang akan dilakukan, hal ini bisa
disebabkan oleh kurangnya daya pengingatan, salah interprestasi informasi
tentang operasi atau tidak akrab dengan sumber informasi. Petugas kesehatan
dalam periode pre operatif dituntut untuk dapat memberikan informed consent
kepada pasien agar pemahaman pasien dan keluarga bertambah, respon
psikologis negatif dapat dikurangi dan tuntutan terhadap kejadian yang tidak
diinginkan dapat dicegah, sehingga pasien dalam pemberian informed concent

1
pasien harus ditempatkan sebagai pengambil keputusan tertinggi tanpa
paksaan dari petugas kesehatan (Rhodianto, 2008).
Dalam hal ini, bidan dalam tugas dan fungsinya memiliki banyak
kewajiban terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.Salah satu
kewajibannya adalah memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan
pasien atau dalam hal ini bidan berperan sebagai educator Bidan bertugas
meningkatkan atau mengembangkan tingkat pemahaman pasien serta
memberikan dukungan psikologis kepada pasien
1.2 TUJUAN UMUM
Dapat mengetahui, memahami dan menerapkan asuhan pada pasien pre dan
pasca bedah pada kasus kebidanan
1.3 TUJUAN KHUSUS
1.3.1 Mengetahui persiapan pre operasi meliputi persiapan fisik, psikologi,
dan administrasi
1.3.2 Mengetahui bidanan pada pasien post operasi
1.3.3 Memahami dan mengetahui jenis jenis pembedahan dan anastesi
1.4 MANFAAT
Meningkatkan pemahaman serta wawasan ilmu pengetahuan mengenai asuhan
pada pasien pre dan pasca bedah serta jenis jenis pembedahan dn anestesi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PERSIAPAN PRE OPERASI


Prabedah atau pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien di meja bedah. Asuhan kebidanan pre operasi adalah suatu
bantuan atau bimbingan yang diberikan kepada klien yang dipersiapkan
untuk pembedahan. Persiapan ini dapat dilakukan beberapa hari atau beberapa
jam saja, tergantung dari pada kategori pembedahan.
Keberhasilan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase preoperatif merupakan
tahap awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan selanjutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
berikutnya. Pengakajian secara integral meliputi fungsi fisik biologis dan
psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan tindakan
operasi.
A. Persiapan Fisik
a. Status Nutrisi
1) Mengukur tinggi dan berat badan
2) Mengukur lipat kulit trisep
3) Mengukur lingkar lengan atas
4) Mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
5) Kadar elektrolit darah
6) Asupan makanan pre-operatif
b. Status Pernafasan
1) Berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan
2) Latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
3) Pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
4) Riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain

3
c. Status Kardiovaskuler
1) Penyakit kardiovaskuler
2) Kebiasaan merubah posisi secara mendadak
3) Riwayat immobilisasi berkepanjangan
4) Hipotensi atau hipoksia
5) Kelebihan cairan/darah
6) Tanda-tanda vital
7) Riwayat perdarahan.
d. Fungsi Hepatik Ginjal
1) Kelainan hepar
2) Riwayat penyakit hepar
3) Status asam basa dan metabolisme
4) Riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut
e. Fungsi Endokrin
1) Riwayat penyakit diabetes
2) Kadar gula darah
3) Riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko
insufisiensi adrenal)
f. Fungsi Imunologi
1) Kaji adanya alergi
2) Riwayat transfusi darah
3) Riwayat asthma bronchial
4) Terapi kortikosteroid
5) Riwayat transplantasi ginjal
6) Terapi radiasi
7) Kemoterapi
8) Penyakit gangguan imunitas (aids, leukemia)
9) Suhu tubuh
g. Fungsi Integumen
1) keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia

4
2) warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
3) alergi obat dan plester riwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi,
fraktur mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma
mekanik.
4) Bidanan mulut oleh pasien.
h. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan
fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik
maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut,
nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
i. Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman
dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan bidanan
luka.
j. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi,
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Apabila masih
memungkinkan, klien dianjurkan membersihkan seluruh badannya
sendiri/dibantu keluarga di kamar mandi. Apabila tidak, maka bidan
melakukannya di atas tempat tidur.
k. Pengosongan Lambung dan Kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan yang
bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan

5
tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan.
l. Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.
B. Persiapan Psikososial
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis
(Barbara C. Long). Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat
kecemasan/ketakutan antara lain, pasien dengan riwayat hipertensi jika
mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit
tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa
dibatalkan.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda
pula. Akan tetapi, sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami
setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan antara lain :
1) Takut nyeri setelah pembedahan

6
2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
3) Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
4) Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang
mempunyai penyakit yang sama.
5) Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
6) Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
7) Takut operasi gagal.

Peran bidan dalam pre operasi pada persiapan psikologis adalah:


1) Memberikan dukungan emosional pada pasien
2) Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi
3) Terus mengkaji status emosional pasien
4) Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim bidanan
kesehatan lain yang sesuai.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarga, sehingga tidak jarang pasien
menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien
pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah
sakit setalah merasa sudah siap. Hal ini berarti telah menunda operasi
yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting
untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan bidan.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental
pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang
menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.

7
C. Persiapan Administrasi
1) Proses Kebidanan dan Klien Bedah
a. Pengkajian
(1) Riwayat medis.
Pengkajian ulang riwayat kesehatan klien meliputi riwayat
penyakit yang pernah diderita dan alasan utama klien mencari
pengobatan.
(2) Pemeriksaan fisik
Berfokus pada data yang berhubungan dengan riwayat
kesehatan klien dan sistem tubuh yang akan dipengaruhi oleh
pembedahan.
(3) Kesehatan emosional
Bidan mengkaji perasaan klien tentang pembedahan, konsep
diri, citra diri, dan sumber koping klien untuk memahami
dampak pembedahan pada kesehatan emosional klien.
(4) Riwayat pembedahan
Pengalaman bedah sebelumnya mempengaruhi respon fisik
dan psikologis klien terhadap prosedur pembedahan.
(5) Riwayat obat-obatan
Obat tertentu mempunyai implikasi khusus bagi klien bedah.
Obat yang diminum sebelum pembedahan akan dihentikan
saat klien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta
klien untuk menggunakannya kembali.
(6) Alergi
Bidan harus mewaspadai adanya alergi terhadap obat yang
mungkin diberikan selama fase pembedahan.
(7) Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
Pada klien perokok setelah pembedahan akan mengalami
kesulitan dalam membersihkan jalan nafas dari sekresi lender

8
dan bagi klien pengguna alcohol dapat menyebabkan klien
memerlukan dosis anastesi lebih tinggi.
(8) BudayaKlien yang berasal dari budaya yang berbeda akan
menunjukkan reaksi yang berebeda tentang pengalaman
operasi
b. Diagnosa
Diagnosa kebidanan pada klien preoperatif
(1) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang pembedahan yang akan dilakukan dan adanya
ancaman kehilangan bagian tubuh
(2) Ketidakefektifan koping keluarga : menurun berhubungan
dengan perubahan sementara pada peran klien dan
beratnya operasi yang akan dilaksanakan
(3) Ketakutan yang berhubungan dengan pembedahan yang
akan dilaksanakan dan antisipasi nyeri pascaoperatif
(4) Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan yang
berhubungan dengan kurang pengalaman tentang operasi
dan kesalahpahaman informasi
(5) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan asupan nutrisi yang berlebihan
(6) Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan operasi
darurat
(7) Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan
radiasi preoperatif dan imobilisasi selama operasi
(8) Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketakutan
menghadapi operasi dan jadwal preoperatif rutin di rumah
sakit.
c. Perencaan
Klien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana
bidanan. Dengan melibatkan klien sejak awal pembuatan rencana

9
asuhan kebidanan bedah, risiko pembedahan dan komplikasi pasca
operatif dapat diminimalkan. Misalnya, riset kebidanan
menunjukkan bahwa penyuluhan preoperatif yang diberikan
secara terstruktur dapat mempersingkat masa rawat klien di rumah
sakit.
Rasa takut klien yang telah diinformasikan tentang
pembedahan akan menurun dan klien akan mempersiapkan diri
untuk berpartisipasi dalam tahap pemulihan pasca operatif
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Keluarga juga
merupakan rekan penting dalam memahami hasil akhir yang telah
ditetapkan untuk mencapai pemulihan. Pada setiap diagnosa,
bidan menetapkan tujuan bidanan dan hasil akhir yang harus
dicapai untuk memastikan pemulihan atau mempertahankan status
preoperatif klien.
Untuk klien bedah sehari, tahap perencanaan preoperatif
dilakukan di rumah atau di unit bedah sehari pada pagi hari
sebelum klien menjalani operasi. Idealnya, tahap ini dilakukan di
rumah dengan cara bidan menelepon klien di rumah dan di unit
bedah dan atau tempat praktik dokter dan menjelaskan tentang
informasi dan instrupsi preoperatif. Cara ini member waktu pada
klien untuk memikirkan operasi yang akan dijalaninya, melakukan
persiapan fisik yang diperlukan (misal; mengubah diet atau
berhenti minum obat), dan bertanya tentang prosedur pasca
operatif. Klien bedah sehari biasanya pulang ke rumah pada hari
yang sama ia menjalani opersi.
Jadi, bidanan preoperatif yang direncanakan dengan baik
member kepastian bahwa klien telah mendapat informasi yang
cukup dan mampu berpartisispasi aktif selama tahap pemulihan.
Keluarga atau pasangan klien juga dapat berperan sebagai
pendukung aktif bagi klien.

10
Rencana kebidanan preoperatif dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan individu. Namun, setiap klien harus menjalani
persiapan dasar.
d. Implementasi
(1) Persetujuan tindakan
Secara hukum pembedahan tidak boleh dilakukan sebelum
klien memahami prosedur pembedahan yang akan dilakukan,
tahap – tahap yang harus dilalui, resiko, hasil yang diharapkan
dan terapi alternatifnya. Klien harus memberikan persetujuan
atas tindakan yang akan dilakukan
(2) Penyuluhan klien
Penyuluhan preoperatif tentang perilaku yang diharapkan
yang dilakukan klien saat pascaoperasi, yang diberikan secara
sistematik dan terstruktur sesuai dengan prinsip – prinsip dan
mempunyai pengaruh positif bagi pemulihan klien.
Evaluasi
2) Dokumentasi Bidanan Intra operatif
Fase intraoperatif, petugas kebidanan melanjutkan rencana
asuhan kebidanan operatif. Misalnya, aseptic yang ketat harus
dilakukan untuk meminimalkan risiko infeksi luka bedah. Infuse
cairan IV dan memantau haluaran urine dan haluaran lambung
melalui selang NG adalah tindakan yang harus dilakukan bidan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan. Selama prosedur
pembedahan berlangsung, bidan menjaga agar pencatatan aktivitas
bidanan klien dan prosedur yang dilakukan oleh petugas ruang
operasi tetap akurat. Dokumentasi bidanan intraoperatif memberi
data yang bermanfaat bagi bidan yang akan merawat klien setelah
pembedahan.

11
2.2 PERAWATAN POST OPERASI
A. Definisi
Perawatan post operatif adalah periode akhir dari kebidanan
perioperatif. Selama periode ini proses kebidanan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis
pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian
yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada
fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman. Upaya yang dapat
dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi yang memperlama bidanan di rumah sakit atau
membayakan diri pasien.
Asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di
ruang pemulihan tempat adanya akses yang cepat ke oksigen,
pengisap, peralatan resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan
staf terampil dalam jumlah dan jenis yang memadai.

B. Asuhan Post Operasi


Asuhan pasca operatif secara umum meliputi :
1) Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami
anastesi general, perlu dikaji tingkat kesadaran secara intensif
sebelum dipindahkan ke ruang bidanan. Kesadaran pasien
akan kembali pulih tergantung pada jenis anastesi dan kondisi
umum pasien.
2) Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan
tekanan darah. Tanda-tanda vital pasien harus selalu dipantau
dengan baik.
3) Mempertahankan respirasi yang sempurna. Respirasi yang
sempurna akan meningkatkan supply oksigen ke jaringan.

12
Respirasi yang sempurna dapat dibantu dengan posisi yang
benar dan menghilangkan sumbatan pada jalan nafas pasien.
Pada pasien yang kesadarannya belum pulih seutuhnya, dapat
tetap dipasang respirator.
4) Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
5) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memonitor input serta outputnya.
6) Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan
asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine.
7) Pemberian posisi yang tepat pada pasien, sesuai dengan
tingkat kesadaran, keadaan umum, dan jenis anastesi yang
diberikan saat operasi.
8) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi
secara terapeutik.
9) Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi, dengan teknik-
teknik mengurangi rasa nyeri.
10) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat
otot sebelum ambulatory.
11) Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan bidanan luka
yang benar, ditunjang factor lain yang dapat meningkatkan
kesembuhan luka.
2.3 JENIS JENIS PEMBEDAHAN DAN ANESTESI
A. Pembedahan
Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh (Hancock, 1999). Operasi (elektif atau kedaruratan)
pada umumnya merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan
(Brunner & Suddarth, 2002).
1) Jenis-jenis pembedahan berdasarkan lokasi berdasarkan lokasinya

13
Pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks kardiovaskuler,
bedah neurologi, bedah orthopedi, bedah kepala, bedah  dan lain-
lain.
2) Jenis-jenis pembedahan berdasarkan tujuan
Berdasarkan tujuaannya pembedahan dibagi menjadi:
a. Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab
terjadinya gejala penyakit seperti biopsi, eksplorasi, dan
laparotomi.
b. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari
penyakit, misalnya pembedahan apendektomi.
c. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk
memperbaikideformitas, menyambungdaerah yang terpisah.
d. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala
tanpa menyembuhkan penyakit.
e. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk
dalam tubuh seperti rhinoplasti.

B. Anestesi
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga
menyebabkan hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk
penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan pembedahan.  Hal yang
perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis
pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan
selama operasi dilakukan.
Jenis-jenis anestesia:
1) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak
dengan menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan
hilangnya rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah
dengan inhalasi dan intravena.

14
2) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam
keadaan sadar untuk meniadakan proses konduktivitas pada ujung
atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh tertentu, sehingga dapat
menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut.
Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf,
memblok regional intravena  dengan torniquet, blok daerah spinal,
dan melalui epidural.
3) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf
pada daerah yang akan dilakukan anestesia dan pasien dalam
keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi atau
topikal.
4) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran
menjadi pasif secara artifisial sehingga terjadi peningkatan
ketaatan pada saran atau perintah serta untuk mengurangi 
kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang
digunakan adalah hipnotis.
5) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan
nyeri dengan merangsang keluarnya endofrin tanpa
menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah
jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.

15
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Persiapan pre operasi atau pre bedah merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah. Persiapan pre operasi meliputi
persiapan fisik, persiapan psikologis dan persiapan administrasi.
Persiapan pasca operasi atau pasca bedah merupakan waktu dari akhir
prosedur pada ruang operasi sampai pasien melanjutkan rutinitas normal dan
gaya hidupnya. Pembedahan digolongkan menjadi 2 yaitu, jenis pembedahan
berdasarkan lokasi dan tujuan. Untuk melakukan tindakan pembedahan
diperlukan anestesi yang terdapat 5 jenis anestesi yaitu, umum, regional,
lokal, hipoanestesia, dan akupunktur

3.2 SARAN
Hendaknya mahasiswa dapat benar benar memahami dan mewujudkan peran
tenaga kesehatan yang profesional, serta dapat melakanakan tugas tugas
dengan penuh tangung jawab dan selalu mengembangkan ilmunya.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. nano.pdf. Persiapan dan Perawatan Pre Operasi, Intra dan Post Operasi
2. Gita, K, 2015. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Keterampilan dasar
Kebidanan
3. Desafir.wordpress, (2013, 17 Mei). Persiapan Pre Operasi dan Perawatan Post
Operasi diakses dari https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-
operasi-bidanan-post-operasi/
4. Fanny, (2014, 27 Februari). Makalah Asuhan pada Pasien Pre, Intra, Pasca Bedah.
diakses pada http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-
pasien-pre-intra.html
5. academia.edu. Makalah Pre Post OP. di akses pada
https://www.academia.edu/37761350/MAKALAH_PRE_POST_OP

17

Anda mungkin juga menyukai