Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR KLINIK DALAM

PRAKTIK KEBIDANAN
ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA KASUS
KEBIDANAN

Dosen Pengajar: Novita Eka Kusuma W, SST, M.Keb.

Disusun Oleh :

Rafiqoh Nur Fidiyah (P27824119035)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik
Dalam Praktik kebidanan. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Astuti Setiyani, SST., M.Kes., selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku ketua Prodi D3 Kebidanan
kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Novita Eka Kusuma W, SST, M.Keb. selaku dosen pengajar Keterampilan
Dasar Klinik Dalam Praktik Kebidanan kampus Surabaya Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar menjadi
makalah yang baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 28 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2

1.3 Manfaat ............................................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Persiapan Pre Operasi ........................................................................................ 3

2.2 Perawatan Post Operasi ...................................................................................... 9

2.3 Jenis-Jenis Pembedahan dan Anaestesi ................................................................. 14

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 20

3.2 Saran ................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh
(Hancock,1999). Secara umum, operasi atau bedah merupakan semua
tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini
umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian yang akan
ditangani di tampilkan ,dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka. Dalam melakukan pembedahan yang
diperlukan adalah persiapan, persiapan pembedahan atau pre operasi sangat
penting untuk memperkecil risiko operasi karena hasil akhir suatu
pembedahan sangat bergantung pada persiapan pra bedah. Dalam persiapan
inilah ditentukan adanya indikasi dan kontra indikasi operasi.
Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan
pembedahan adalah untuk mempersiapkan penderita agar penyulit pasca
bedah dapat dicegah sebanyak mungkin.sebagian tindakan tersebut dilakukan
secara rutin, seperti pembersihan kulit, sedangkan yang lain dipilih
berdasarkan keterangan yang diperoleh pada anamnesis pemeriksaan pra
bedah dan rencana pengelolaan . dan penjahitan luka.
Ada tiga faktor penting dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor
tersebut faktor pasien merupakan hal yang sangat penting, karena bagi suatu
penyakit tindakan pembedahan adalah hal yang umum dilakukan. Tetapi bagi
pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan
yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah
penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif.
Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1
2

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis mampu mengetahui
dan memahami mengenai asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada
kasus kebidanan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui persiapan pre operasi
2. Untuk mengetahui perawatan post operasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pembedahan dan anstesi

1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu diharapkan dapat
memberikan informasi dan wawasan kepada mahasiswa dan pembaca untuk
memahami tentang asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus
kebidanan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Pre Operasi


Pre Operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai
pasien di meja bedah. Adapun pengertian dari Asuhan Kebidanan Pre Operasi
adalah suatu bantuan atau bimbingan yang diberikan oleh bidan kepada klien
yang bertujuan Untuk mempersiapkan diri klien baik fisik, mental maupun
emosional dalam menghadapi anasthesi dan operasi. Persiapan ini dilakukan
beberapa hari atau beberapa jam saja, tergantung dari kategori pembedahan.
Persiapan pre operasi meliputi :

1. Persiapan Fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :

a. Status kesehatan fisik secara umum


Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas
klien, riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap; antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi
imunologi. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena pasien
tidak akan mengalami stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah pasien dapat
stabil serta bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.

b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein
darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala

3
4

bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk


memberikan protein yang cukup bagi perbaikan jaringan.
Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh
selama fase katabolik setelah pembedahan, memulihkan volume darah
dan protein plasma yang hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat untuk perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao infeksi.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi
lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang
bisa mengakibatkan kematian.

c. Keseimbangan cairan dan elektrolit


Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar
elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit
yang biasanya diperiksa adalah kadar natrium serum (normal : 135 –
145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar
kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan fungsi
ginjal. Ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oliguri atau anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka
operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.

d. Kebersihan lambung dan kolon


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu.
Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon
5

dengan tindakan enema atau lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7


– 8 jam. Tujuan pengosongan lambung dan kolon adalah untuk
menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadi infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang menbutuhkan operasi CITO (segera) seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan
cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

e. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan
mengakibatkan infeksi pada daerah yang akan dioperasi. Pada pasien
yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri. Sebaliknya,
jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara
mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.

f. Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.

g. Latihan Fisik
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum
operasi antara lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan
gerak sendi.

h. Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif


Tujuannya adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah statis
vena, dan menunjang fungsi pernafasan yang optimal. Pasien
6

ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya
dan cara untuk mengambil posisi lateral. Latihan ekstremitas meliputi
ekstensi dan fleksi lutut dan sendi panggul, telapak kaki diputar seperti
membuat lingkaran sebesar mungkin menggunakan ibu jari kaki. Siku
dan bahu dilatih untuk ROM.

i. Kontrol dan medikasi nyeri


Medikasi praanestesi akan diberikan untuk meningkatkan
relaksasi. Pada pascaoperatif, medikasi akan diberikan untuk
mengurangi nyeri dan mempertahankan rasa nyaman.

j. Latihan nafas dalam dan batuk


Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan praoperatif adalah
untuk mengajarkan pada pasien mengenai cara untuk meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.

1) Pernafasan Diafragmatik
Pernafasan diafragmatik mengacu pada pendataran diafragma
selama inspirasi dengan mengakibatkan pembesaran abdomen
bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk. selam ekspirasi
otot abdomen berkontraksi.

a) Lakukan dalam posisi di atas tempat tidur dengan punggung dan


bahu tersangga oleh bantal.
b) Dengan tangan dalam posisi genggaman kendur, biarkan tangan
berada di atas iga paling bawah dengan jari-jari tangan
menghadap dada bagian bawah.
c) Keluarkan nafas dengan perlahan dan penuh bersamaan dengan
gerakan iga menurun.
d) Ambil nafas dalam melalui hidung dan mulut, biarkan abdomen
mengembang bersamaan dengan paru-paru terisi oleh udara.
e) Tarik nafas dalam hitungan kelima, hembuskan dan keluarkan
semua udara melalui hidung dan mulut.
7

2) Batuk
1. Condong sedikit ke depan dari posisi duduk di tempat tidur,
jalinkan jari-jari tangan dan letakkan tangan melintang letak insisi
untuk bertindak sebagai bebat ketika batuk.
2. Nafas dengan diafragma.
3. Dengan mulut agak terbuka, hirup udara.
4. “Hak”kan keluar dengan keras dengan tiga kali nafas pendek.
5. Dengan mulut tetap terbuka, lakukan nafas dalam dengan cepat
dan dengan cepat batuk dengan kuat satu atau dua kali. Hal ini
membantu membersihkan sekresi dari dada.

3) Kontrol kognitif
Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan dan ansietas yang
berlebihan. Kontrol kognitif tersebut seperti : imajinasi dan distraksi.
Pada kontrol kognitif imajinasi, pasien dianjurkan untuk
berkonsentrasi pada pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan
kontrol kognitif distraksi, pasien dianjurkan untuk memikirkan cerita
yang dapat dinikmati.

2. Persiapan Psikososial
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau
labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun
aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan
fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain, pasien
dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi
dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan
meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam
menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang
berbeda pula. Akan tetapi, sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu
8

dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan


yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi


pengambilan keputusan pasien dan keluarga, sehingga tidak jarang pasien
menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien
pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah
sakit setelah merasa sudah siap. Hal ini berarti telah menunda operasi yang
mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting
untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental
pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang
menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.
9

3. Persiapan Administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib
bertanggung jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi. Selain
itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data yang dibutuhkan untuk
perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan informasikan semua
data ini secara detil kepada anggota keluarga terdekat (suami/istri,
orangtua, adik ataukakak).
Jika kita menggunakan asuransi dari kantor, jelaskan kepada
anggota keluarga bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa saja
yang butuh diisi, difotokopi dan disiapkan. Sama halnya jika
menggunakan BPJS ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan semua
berkas formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus. Ketika kita
sudah mau masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi, sudah tentu
semua dokumen administrasi otomatis menjadi urusan keluarga dekat.
Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur administrasi lebih
efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.

2.2 Perawatan Post Operasi


Perawatan post operasi adalah pemulihan kesehatan fisiologi dan
psikologi pasien agar kembali normal dan pulih. Periode post operasi meliputi
waktu dari akhir prosedur di ruang operasi sampai pasien melanjutkan
rutinitas normal dan gaya hidupnya. Secara umum, perawatan post operasi ini
dibagi dalam tiga fase. Fase pertama, stabilisasi perioperatif, menggambarkan
perhatian para ahli bedah terhadap permulaan fungsi fisiologi normal,
utamanya sistem respirasi, kardiovaskuler, dan saraf. Biasanya periode
pemulihan ini berlangsung selama 24-28 jam.
Fase kedua, pemulihan post operasi, biasanya berakhir 1-4 hari. fase
ini dapat terjadi di rumah sakit dan di rumah. Selama masa ini, pasien akan
mendapatkan diet teratur, ambulasi, dan perpindahan pengobatan nyeri dari
parenteral ke oral. Sebagian besar komplikasi tradisional postoperasi bersifat
sementara pada masa ini.
10

Fase terakhir dikenal dengan istilah “kembali ke normal”, yang


berlangsung pada 1-6 minggu terakhir. Perawatan selama masa ini muncul
secara primer dalam keadaan rawat jalan. Selama fase ini, pasien secara
gradual meningkatkan kekuatan dan beralih dari masa sakit ke aktivitas
normal. Berikut tatalaksana yang harus dilakukan pada pasien post operasi
meliputi :

1. Tanda Tanda Vital


Evaluasi tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan dilakukan setiap 15-
30 menit sampai pasien stabil kemudian setiap jam setelah itu paling tidak
untuk 4-6 jam. Beberapa perubahan signifikan harus dilaporkan sesegera
mungkin. Pengukuran ini, termasuk temperatur oral, yang harus direkam 4
kali sehari untuk rangkaian sisa pasca operatif. Anjurkan pernapasan
dalam setiap jam pada 12 jam pertama dan setiap 2-3 jam pada 12 jam
berikutnya. Pemeriksaan spirometri dan pemeriksaan respirasi oleh terapis
menjadi pilihan terbaik, utamanya pada pasien yang berumur tua, obesitas,
atau sebaliknya pada pasien lainnya yang bersedia atau yang tidak bisa
berjalan

2. Perawatan Luka
Fokus peerawatan luka adalah mempercepat penyembuhan luka dan
meminimalkan komplikasi dan biaya perawatan. Fokus utama dalam
penanganan luka adalah dengan evakuasi semua hematoma dan seroma
dan mengobati infeksi yang menjadi penyebabnya. Perhatikan perdarahan
yang terlalu banyak (inspeksi lapisan dinding abdomen atau perineal).
Lakukan pemeriksaan hematokrit sehari setelah pembedahan mayor dan,
jika perdarahan berlanjut, diindikasikan untuk pemeriksaan ulang. Luka
abdomen harus diinspeksi setiap hari. Umumnya luka jahitan pada kulit
dilepaskan 3-5 hari postoperasi dan digantikan dengan Steri-
Strips.Idealnya, balutan luka diganti setiap hari dan diganti menggunakan
bahan hidrasi yang baik. Pada luka yang nekrosis, digunakan balutan tipis
untuk mengeringkan dan mengikat jaringan sekitarnya ke balutan dalam
setiap penggantian balutan. Pembersihan yang sering harus dihindari
11

karena hal tersebut menyebabkan jaringan vital terganggu dan


memperlambat penyembuhan luka

3. Penanganan Nyeri
Penanganan nyeri dilakukan dengan menggunakan analgetik secara
intravena atau intratrakea utamanya untuk pembedahan abdomen terbuka.
Kombinasi anestesi spinal-epidural dapat memanfaatkan anestesi spinal.
Dengan anestesi spinal continu, pasien yang menjalani pembedahan mayor
dibawah level umbilikus akan mendapatkan analgetik post operasi jangka
panjang dan efektif. Kelanjutan dari pembedahan mayor, pemberian
analgetik narkotik (contohnya: meperidin, 75-100 mg secara intramuscular
setiap 4 jam, atau morfin, 10 mg intramuskuler setiap 4 jam) untuk
mengontrol nyeri jika dibutuhkan.
Ketika pasien mentoleransikan intake oral dengan baik, regimen
obatnya harus diganti menjadi analgetik oral dan harus didukung oleh
ambulasi. Dua kelas besar untuk terapi non-opioid adalah acetaminophen
dan obat-obat anti inflamasi (NSAIDs). Secara umum, obat-obat ini
ditoleransi secara baik dan mempunyai resiko rendah terhadap efek
samping yang serius. Meskipun demikian, acetaminophen bersifat toksik
untuk hati jika digunakan dalam dosis yang besar. Dosis acetaminophen
yang lebih dari 4.000 mg/hari harus dihindari, khususnya jika kombinasi
terapi obat opioid dan non-opioid oral digunakan. Jika diberikan secara
preoperatif, NSAIDs menurunkan nyeri pasca operasi dan mengurangi
jumlah kebutuhan opiate (Adachi, 2007; Akarsu, 2004; Chan, 1996;
Mixter, 1998).
Meskipun efek samping dari opiate berupa depresi saluran
pernapasan, mual serta muntah. Akan tetapi terapi opiate merupakan
pilihan utama untuk mengelola nyeri sedang sampai berat. Ketiga obat
opiat yang biasanya diresepkan setelah pembedahan adalah morfin,
fentanil, dan hydromorphin.

4. Posisi Tempat Tidur


12

Pasien biasanya ditempatkan pada posisi miring untuk mengurangi


inhalasi muntah atau mukus. Posisi lainnya yang diinginkan oleh ahli
bedah harus dinyatakan dengan jelas, contohnya, posisi datar dengan kaki
tempat tidur yang elevasi.

5. Selang Drainase
Hubungkan bladder dengan kateter untuk sistem drainase berdasarkan
gravitasi. Penulisan intruksi untuk drainase postoperatif lainnya,
penggunaan kateter suksion, pemintaan tekanan negatif dan interval
pengukuran volume drainase harus spesifik dan jelas

6. Penggantian Cairan
Pemberian cairan secara oral atau intravena dibutuhkan. Untuk
penentuan cara pemberian cairan pasien dibutuhkan, selalu ambil
berdasarkan faktor-faktor jumlah seperti kehilangan cairan intraoperatif
dan output urin, waktu pembedahan, penggantian cairan intraoperatif, dan
jumlah cairan yang diterima pada waktu pemulihan. Meskipun setiap
pasien dan jenis operasi berbeda, rata-rata pada pasien muda yang sehat
mendapatkan penggantian cairan intraoperatif sebanyak 2400 mL sampai 3
liter cairan kristaloid dan glukosa, seperti Dekstrose 5% dalam setengah
larutan garam normal selama 24 jam pertama.
Laju hidrasi intravena harus dilakukan secara individu, seperti banyak
pasien lainnya yang memerlukan volume yang kurang dan menyebabkan
cairan overload pada laju cairan yang lebih cepat. Pada pasien dengan
fungsi ginjal normal, penggantian cairan adekuat dapat dinilai pada output
urin paling tidak sebesar 30 mL/jam

7. Diet
Tujuan utama pemberian makan setelah operasi adalah untuk
meningkatkan fungsi imun dan mempercepat penyembuhan luka yang
meminimalisir ketidakseimbangan metabolik. Dari penelitian random
didapatkan bahwa pemberian makan harus sesuai dan bermanfaat. Untuk
pembedahan minor, pemberian makanan dibutuhkan dan ditoleransi,
ketika pasien sadar secara penuh. Waktu yang dibutuhkan untuk
13

pengembangan diet secara lengkap bergantung pada prosedur


pembedahannya, durasi anestesi, dan variasi individu pasien. Pada dua
penelitian random didapatkan bahwa pasien tertentu dapat diberikan
makan sesegera mungkin 1 hari setelah operasi pembedahan ginekologi
intra-abdomen.
Kurangnya asupan protein-kalori yang besar pada pasien yang
mengalami pembedahan dapat menyebabkan gangguan pada penyembuhan
luka, penurunan fungsi jantung dan paru, perkembangan bakteri yang
berlebih dalam traktus gastrointestinal, dan komplikasi lainnya yang
menambah jumlah hari rawat inap dan morbiditas pasien (Elwyn, 1975;
Kinney, 1986; Seidner, 2006). Jika substansial intake kalori terlambat
diberikan dalam 7-10 hari, maka perlu pemberian makanan tambahan.
Berikut ini adalah kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan setelah operasi

8. Kebutuhan Nutrisi Pasien Pos Operasi


Karena tidak adanya kontra indikasi, pemberian nutrisi secara enteral
lebih dipilih dibanding rute parenteral, khususnya jika terdapat komplikasi
infeksi (Kudsk, 1992; Moore, 1992). Keuntungan lain dari nutrisi enteral
adalah penurunan biaya penyembuhan (Nehra, 2002). Setelah operasi telah
ditemukan efektif, dimulai sesegera mungkin setelah operasi. Makan
segera setelah operasi telah menunjukkan peningkatan penyembuhan luka,
merangsang motilitas usus, menurunkan stasis usus, meningkatkan aliran
darah usus, dan merangsang refleks sekresi hormon gastrointestinal yang
dapat mempermudah kerja usus setelah operasi (Anderson, 2003; Braga,
2002; Correia, 2004; Lewis, 2001). Keputusan inisiasi “makan sesegera
mungkin” dengan cairan atau makanan lunak telah diteliti secara
prospektif (Jeffery, 1996). Pada pasien yang diberikan makanan lunak
sebagai makanan pertama setelah operasi
Di Indonesia keperluan early ambulation tidak seberapa mendesak
karena disini bahaya tromboflebitis pascaoperasi tidak besar. Pada
umumnya pengangkatan jahitan pada laparatomi dilakukan pada hari ke-7
pasca operasi untuk sebagian dan diselesaikan pada hari ke-10.
14

Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan


pemulihan kondisi pasien pasca operasi, perlu kita perhatikan tips di
bawah ini:

1. Usahakan pasien makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk,


sayur, susu, buah.
2. Pastikan pasien konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi,
seperti: daging, ayam, ikan, telor dan sejenisnya
3. Pastikan pasien minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
4. Usahakan pasien cukup istirahat.
5. Lakukan mobilisasi bertahap hingga pasien dapat beraktivitas seperti
biasa.
6. Memandikan seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari
7. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tubuh.
8. Pastikan pasien minum obat sesuai anjuran dokter.

2.3 Jenis-Jenis Pembedahan dan Anestesi

2.3.1 Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh (LeMone dan Burke, 2004). Prosedur bedah pada dasarnya
terbagi dalam tiga kelompok besar, yang di dalamnya masih akan
terbagi lagi sesuai kategorinya, yaitu:

1. Kelompok Operasi Berdasarkan Tujuan


Kelompok pertama ini menggolongkan prosedur bedah
berdasarkan tujuan dari tindakan medis ini dilakukan. Pada dasarnya
operasi dianggap sebagai metode pengobatan, namun tindakan medis
ini juga dapat digunakan untuk:

a. Mendiagnosis
15

Operasi yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit tertentu,


seperti operasi biopsi yang sering dilakukan untuk memastikan
dugaan adanya kanker padat atau tumor pada bagian tubuh
tertentu.

b. Mencegah
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah suatu kondisi yang
lebih buruk lagi. Misalnya, operasi pengangkatan polip usus yang
bila tak ditangani akan dapat tumbuh menjadi kanker.

c. Menghilangkan
Operasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat sejumlah
jaringan dalam tubuh. Biasanya, operasi jenis ini memiliki
akhiran -ektomi. Misalnya saja masketomi (pengangkatan
payudara) atau histerektomi (pengangkatan rahim).

d. Mengembalikan
Operasi juga dilakukan untuk dapat mengembalikan suatu fungsi
tubuh menjadi normal kembali. Contohnya, pada payudara yang
dilakukan oleh orang yang telah melakukan mastektomi.

e. Paliatif
Jenis operasi ini ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh pengidap yang biasanya mengalami penyakit
kronis stadium akhir.

2. Kelompok Operasi Sesuai Tingkat Risiko


Setiap operasi bedah pasti memiliki risiko, tetapi tingkat
risikonya tentu berbeda-beda. Berikut adalah pengelompokkan
operasi berdasarkan tingkat risikonya:

1) Bedah mayor 
Operasi yang dilakukan di bagian tubuh seperti kepala, dada, dan
perut. Salah satu contoh operasi ini adalah operasi cangkok organ,
operasi tumor otak, atau operasi jantung. Pengidap yang
16

menjalani operasi ini biasanya membutuhkan waktu yang lama


untuk kembali pulih.

2) Bedah minor
Operasi ini tidak membuat pengidap harus menunggu lama untuk
pulih kembali. Bahkan dalam beberapa jenis operasi, pengidap
diperbolehkan pulang pada hari yang sama. Contoh operasinya
seperti biopsi pada jaringan payudara.

3. Kelompok Operasi Berdasarkan Teknik


Pembedahan itu sendiri dapat dilakukan dengan beragam teknik
berbeda, tergantung dari bagian tubuh mana yang harus dioperasi
dan penyakit apa yang diidap, berikut pembedahan berdasarkan
teknik antara lain :

1) Operasi bedah terbuka. 


Metode ini biasa juga disebut dengan operasi konvensional, yaitu
tindakan medis yang membuat sayatan pada bagian tubuh dengan
menggunakan pisau khusus. Contohnya adalah operasi jantung,
dokter menyayat pada bagian dada pengidap dan membukanya
agar organ jantung terlihat jelas.

2) Laparoskopi.
Pada laparoskopi, ahli bedah hanya akan menyayat sedikit dan
membiarkan alat seperti selang masuk ke dalam lubang yang telah
dibuat, untuk mengetahui masalah yang terjadi di dalam tubuh.

2.3.2 Anestesi
Anestesi merupakan penghilangan kesadaran sementara
sehingga menyebabkan mati rasa pada bagian tubuh yang di anestesi.
Anestesi memiliki tujuan untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan
tindakan pembedahan. Ada 4 jenis anestesi, yaitu:

1. Anestesi umum
17

Anestesi umum atau sering juga disebut bius total dilakukan untuk
membuat pasien menjadi tidak sadar sepenuhnya selama proses
pembedahan berlangsung, serta tidak memiliki ingatan apapun
mengenai proses pembedahan.Anestesi umum ini dipergunakan pada
jenis pembedahan seperti operasi jantung, paru-paru, dan operasi lutut.
Anestesi umum diberikan kepada pasien melalui 2 cara yaitu:

a. Menggunakan infus
Obat akan diberikan dengan suntikan melalui infus. Metode ini
merupakan metode paling cepat dalam memberikan anestesi, dimana
sang pasien akan tertidur dalam waktu 10 hingga 20 detik sejak
pemberian obat.

b. Menggunakan masker
Pasien akan menghirup gas anestesi melalui masker yang dipasang di
atas hidung dan mulut. Jenis pemberian anestesi ini lebih umum
diberikan untuk anak-anak.

Selama proses operasi, kadar anestesi yang diberikan akan dikontrol


dan disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Setelah operasi selesai,
anestesiologist akan membalikkan efek anestesi untuk membangunkan
pasien.

2. Anestesi lokal
Anestesi lokal atau sering juga disebut dengan istilan bius lokal
merupakan upaya untuk memblok sensasi dan rasa sakit pada bagian
tubuh tertentu. Jenis anestesi ini tidak mempengaruhi kesadaran
pasien. Anestesi lokal dapat dipergunakan untuk berbagai prosedur
pembedahan, namun paling umum dipergunakan untuk operasi mata,
prosedur perawatan gigi, biopsi, vasektomi, dalam proses menjahit
luka kecil, dan berbagai operasi minor lainnya. Anestesi lokal
umumnya diberikan dengan cara:

a. Suntikan
b. Menggunakan semprotan atau krim
18

Untuk anestesi dalam bentuk semprotan biasanya menggunakan


cocaine untuk menghilangkan sensasi pada bagian dalam hidung
dan tenggorokan. Sementara untuk mengangkat benjolan atau
daging tumbuh biasanya dipergunakan anestesi dalam bentuk
krim. Untuk prosedur yang lebih rumit, anestesi lokal akan
diberikan bersamaan dengan obat penenang. Pemberian obat
penenang akan membuat pasien merasa lebih rileks dan nyaman,
tanpa membuat pasien tertidur.

3. Anestesi regional
Anestesi regional merupakan upaya untuk memblok sensasi rasa
sakit pada sebagian besar anggota tubuh. Jenis anestesi ini umumnya
diberikan untuk prosedur yang lebih kompleks dan rumit misalnya
operasi kaki, operasi prostat, dan operasi caesar. Dalam prosedur
seperti ini, pasien akan tetap terjaga namun tidak mampu merasakan
sebagian dari anggota tubuhnya. Anestesi regional ini terdiri dari
beberapa jenis yaitu:

1) Anestesi spinal
Anestesi spinal merupakan prosedur dimana obat anestesi
disuntikkan kedalam cairan yang berada disekeliling spinal cord.
Setelah disuntikkan obat anestesi tadi akan bercampur dengan
cairan spinal di punggung bagian bawah dan membuat urat syaraf
yang terkena kontak kehilangan sensasi atau mati rasa.

2) Anestesi epidural
Anestesi epidural merupakan prosedur dimana obat anestesi
disuntikkan ke dalam area epidural dengan menggunakan jarum
suntik atau kateter. Anestesi epidural dapat disuntikkan pada area
yang berbeda mulai dari leher hingga tulang ekor, sesuai dengan
kebutuhan.

3) Nerve block
19

Nerve block merupakan prosedur dimana obat anestesi


disuntikkan ke area sekitar kumpulan urat syaraf tertentu untuk
memblokir rasa sakit pada area tersebut. Contoh
penggunaan nerve block adalah adductor canal nerve block yang
dilakukan untuk operasi lutut dan supraclavicular nerve
block untuk operasi lengan.

4. Sedation anesthesia
Sedation anesthesia atau anestesi dengan menggunakan obat
penenang pada umumnya dilakukan untuk melengkapi anestesi lokal
dan regional dengan tujuan agar pasien merasa lebih nyaman dan
rileks. Ada 3 tingkatan sedation anesthesia yaitu:

1) Minimal sedation
Pada tingkat ini, pasien akan merasa lebih rileks namun tetap
terjaga dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
dokter

2) Moderate sedation
Pada tingkat ini, pasien umumnya akan tertidur selama prosedur
berlangsung namun dapat dengan mudah dibangunkan dengan
sentuhan

3) Deep sedation
Pada tingkat ini, pasien akan tertidur lelap selama prosedur
berlangsung dan tidak akan mengingat apapun mengenai prosedur
yang telah dilakukan, mirip dengan anestesi umum.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pre Operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai
pasien di meja bedah. Adapun pengertian dari Asuhan Kebidanan Pre Operasi
adalah suatu bantuan atau bimbingan yang diberikan oleh bidan kepada klien
yang bertujuan Untuk mempersiapkan diri klien baik fisik, mental maupun
emosional dalam menghadapi anasthesi dan operasi. Persiapan pre operasi
yang harus dilakukan pasien meliputi persiapan fisik, persiapan psikologis,
dan persiapan administrasi.
Perawatan post operasi adalah pemulihan kesehatan fisiologi dan
psikologi pasien agar kembali normal dan pulih. Periode post operasi meliputi
waktu dari akhir prosedur di ruang operasi sampai pasien melanjutkan
rutinitas normal dan gaya hidupnya. Perawatan post operasi yang dilakukan
bidan terhadap pasien meliputi tanda-tanda vital, perawatan luka, penanganan
nyeri, posisi tempat tidur selang drainase, penggantian cairan, diet, dan
kebutuhan nutrisi pasien post operasi.
Jenis-jenis pembedahan pada umumnya dibagi dalam tiga kelompok
besar yang di dalamnya masih akan terbagi lagi sesuai dengan kategorinya.
adapun jenis-jenis anaestesi terbagi menjadi empat jenis yang meliputi
anestesi umum, anestesi lokal, anestesi regional, dan nerve block.

3.1 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
para pembaca khususnya bagi para mahasiswi kebidanan yang akan
menjalankan tugasnya dan tanggung jawab. Sehubungan dengan masalah yang
terkait diatas, penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan permohonan maaf
yang sebesar besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bari Saifudin, Abdul. Trijatmo Rachimhadhi. 2015.  Ilmu Bedah


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

De’safir. 2013. “Persiapan Pre Operasi & Perawatan Post Operasi”,


https://desafir.wordpress.com/2013/05/17/persiapan-pre-operasi-perawatan-post-
operasi/, diakses pada 31 Maret 2020 pukul 16.47.

Ayyu, Hayuk. “Makalah Pre Post OP”,


https://www.academia.edu/37761350/MAKALAH_PRE_POST_OP, diakses pada
31 Maret 2020 pukul 18.34.

Halodoc, Redaksi. 2018. “Ketahui Prosedur Pembedahan Saat Operasi”,


https://www.halodoc.com/ketahui-prosedur-pembedahan-saat-operasi, diakses
pada 30 Maret 2020 pukul 12.04.

https://www.anestesiologi-indonesia.org/tipe-tipe-anestesi/, diakses pada 30 Maret


2020 pukul 13.57.

21

Anda mungkin juga menyukai