PRAKTIK KEBIDANAN
ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA KASUS
KEBIDANAN
Disusun Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik
Dalam Praktik kebidanan. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar menjadi
makalah yang baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis mampu mengetahui
dan memahami mengenai asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada
kasus kebidanan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu diharapkan dapat
memberikan informasi dan wawasan kepada mahasiswa dan pembaca untuk
memahami tentang asuhan pada pasien pre dan pasca bedah pada kasus
kebidanan
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Persiapan Fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein
darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala
3
4
e. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan
mengakibatkan infeksi pada daerah yang akan dioperasi. Pada pasien
yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri. Sebaliknya,
jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara
mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
g. Latihan Fisik
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum
operasi antara lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan
gerak sendi.
ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya
dan cara untuk mengambil posisi lateral. Latihan ekstremitas meliputi
ekstensi dan fleksi lutut dan sendi panggul, telapak kaki diputar seperti
membuat lingkaran sebesar mungkin menggunakan ibu jari kaki. Siku
dan bahu dilatih untuk ROM.
1) Pernafasan Diafragmatik
Pernafasan diafragmatik mengacu pada pendataran diafragma
selama inspirasi dengan mengakibatkan pembesaran abdomen
bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk. selam ekspirasi
otot abdomen berkontraksi.
2) Batuk
1. Condong sedikit ke depan dari posisi duduk di tempat tidur,
jalinkan jari-jari tangan dan letakkan tangan melintang letak insisi
untuk bertindak sebagai bebat ketika batuk.
2. Nafas dengan diafragma.
3. Dengan mulut agak terbuka, hirup udara.
4. “Hak”kan keluar dengan keras dengan tiga kali nafas pendek.
5. Dengan mulut tetap terbuka, lakukan nafas dalam dengan cepat
dan dengan cepat batuk dengan kuat satu atau dua kali. Hal ini
membantu membersihkan sekresi dari dada.
3) Kontrol kognitif
Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan dan ansietas yang
berlebihan. Kontrol kognitif tersebut seperti : imajinasi dan distraksi.
Pada kontrol kognitif imajinasi, pasien dianjurkan untuk
berkonsentrasi pada pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan
kontrol kognitif distraksi, pasien dianjurkan untuk memikirkan cerita
yang dapat dinikmati.
2. Persiapan Psikososial
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau
labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun
aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long). Contoh perubahan
fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain, pasien
dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi
dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan
meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam
menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang
berbeda pula. Akan tetapi, sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu
8
3. Persiapan Administrasi
Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib
bertanggung jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi. Selain
itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data yang dibutuhkan untuk
perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan informasikan semua
data ini secara detil kepada anggota keluarga terdekat (suami/istri,
orangtua, adik ataukakak).
Jika kita menggunakan asuransi dari kantor, jelaskan kepada
anggota keluarga bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa saja
yang butuh diisi, difotokopi dan disiapkan. Sama halnya jika
menggunakan BPJS ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan semua
berkas formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus. Ketika kita
sudah mau masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi, sudah tentu
semua dokumen administrasi otomatis menjadi urusan keluarga dekat.
Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur administrasi lebih
efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.
2. Perawatan Luka
Fokus peerawatan luka adalah mempercepat penyembuhan luka dan
meminimalkan komplikasi dan biaya perawatan. Fokus utama dalam
penanganan luka adalah dengan evakuasi semua hematoma dan seroma
dan mengobati infeksi yang menjadi penyebabnya. Perhatikan perdarahan
yang terlalu banyak (inspeksi lapisan dinding abdomen atau perineal).
Lakukan pemeriksaan hematokrit sehari setelah pembedahan mayor dan,
jika perdarahan berlanjut, diindikasikan untuk pemeriksaan ulang. Luka
abdomen harus diinspeksi setiap hari. Umumnya luka jahitan pada kulit
dilepaskan 3-5 hari postoperasi dan digantikan dengan Steri-
Strips.Idealnya, balutan luka diganti setiap hari dan diganti menggunakan
bahan hidrasi yang baik. Pada luka yang nekrosis, digunakan balutan tipis
untuk mengeringkan dan mengikat jaringan sekitarnya ke balutan dalam
setiap penggantian balutan. Pembersihan yang sering harus dihindari
11
3. Penanganan Nyeri
Penanganan nyeri dilakukan dengan menggunakan analgetik secara
intravena atau intratrakea utamanya untuk pembedahan abdomen terbuka.
Kombinasi anestesi spinal-epidural dapat memanfaatkan anestesi spinal.
Dengan anestesi spinal continu, pasien yang menjalani pembedahan mayor
dibawah level umbilikus akan mendapatkan analgetik post operasi jangka
panjang dan efektif. Kelanjutan dari pembedahan mayor, pemberian
analgetik narkotik (contohnya: meperidin, 75-100 mg secara intramuscular
setiap 4 jam, atau morfin, 10 mg intramuskuler setiap 4 jam) untuk
mengontrol nyeri jika dibutuhkan.
Ketika pasien mentoleransikan intake oral dengan baik, regimen
obatnya harus diganti menjadi analgetik oral dan harus didukung oleh
ambulasi. Dua kelas besar untuk terapi non-opioid adalah acetaminophen
dan obat-obat anti inflamasi (NSAIDs). Secara umum, obat-obat ini
ditoleransi secara baik dan mempunyai resiko rendah terhadap efek
samping yang serius. Meskipun demikian, acetaminophen bersifat toksik
untuk hati jika digunakan dalam dosis yang besar. Dosis acetaminophen
yang lebih dari 4.000 mg/hari harus dihindari, khususnya jika kombinasi
terapi obat opioid dan non-opioid oral digunakan. Jika diberikan secara
preoperatif, NSAIDs menurunkan nyeri pasca operasi dan mengurangi
jumlah kebutuhan opiate (Adachi, 2007; Akarsu, 2004; Chan, 1996;
Mixter, 1998).
Meskipun efek samping dari opiate berupa depresi saluran
pernapasan, mual serta muntah. Akan tetapi terapi opiate merupakan
pilihan utama untuk mengelola nyeri sedang sampai berat. Ketiga obat
opiat yang biasanya diresepkan setelah pembedahan adalah morfin,
fentanil, dan hydromorphin.
5. Selang Drainase
Hubungkan bladder dengan kateter untuk sistem drainase berdasarkan
gravitasi. Penulisan intruksi untuk drainase postoperatif lainnya,
penggunaan kateter suksion, pemintaan tekanan negatif dan interval
pengukuran volume drainase harus spesifik dan jelas
6. Penggantian Cairan
Pemberian cairan secara oral atau intravena dibutuhkan. Untuk
penentuan cara pemberian cairan pasien dibutuhkan, selalu ambil
berdasarkan faktor-faktor jumlah seperti kehilangan cairan intraoperatif
dan output urin, waktu pembedahan, penggantian cairan intraoperatif, dan
jumlah cairan yang diterima pada waktu pemulihan. Meskipun setiap
pasien dan jenis operasi berbeda, rata-rata pada pasien muda yang sehat
mendapatkan penggantian cairan intraoperatif sebanyak 2400 mL sampai 3
liter cairan kristaloid dan glukosa, seperti Dekstrose 5% dalam setengah
larutan garam normal selama 24 jam pertama.
Laju hidrasi intravena harus dilakukan secara individu, seperti banyak
pasien lainnya yang memerlukan volume yang kurang dan menyebabkan
cairan overload pada laju cairan yang lebih cepat. Pada pasien dengan
fungsi ginjal normal, penggantian cairan adekuat dapat dinilai pada output
urin paling tidak sebesar 30 mL/jam
7. Diet
Tujuan utama pemberian makan setelah operasi adalah untuk
meningkatkan fungsi imun dan mempercepat penyembuhan luka yang
meminimalisir ketidakseimbangan metabolik. Dari penelitian random
didapatkan bahwa pemberian makan harus sesuai dan bermanfaat. Untuk
pembedahan minor, pemberian makanan dibutuhkan dan ditoleransi,
ketika pasien sadar secara penuh. Waktu yang dibutuhkan untuk
13
2.3.1 Pembedahan
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh (LeMone dan Burke, 2004). Prosedur bedah pada dasarnya
terbagi dalam tiga kelompok besar, yang di dalamnya masih akan
terbagi lagi sesuai kategorinya, yaitu:
a. Mendiagnosis
15
b. Mencegah
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah suatu kondisi yang
lebih buruk lagi. Misalnya, operasi pengangkatan polip usus yang
bila tak ditangani akan dapat tumbuh menjadi kanker.
c. Menghilangkan
Operasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat sejumlah
jaringan dalam tubuh. Biasanya, operasi jenis ini memiliki
akhiran -ektomi. Misalnya saja masketomi (pengangkatan
payudara) atau histerektomi (pengangkatan rahim).
d. Mengembalikan
Operasi juga dilakukan untuk dapat mengembalikan suatu fungsi
tubuh menjadi normal kembali. Contohnya, pada payudara yang
dilakukan oleh orang yang telah melakukan mastektomi.
e. Paliatif
Jenis operasi ini ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh pengidap yang biasanya mengalami penyakit
kronis stadium akhir.
1) Bedah mayor
Operasi yang dilakukan di bagian tubuh seperti kepala, dada, dan
perut. Salah satu contoh operasi ini adalah operasi cangkok organ,
operasi tumor otak, atau operasi jantung. Pengidap yang
16
2) Bedah minor
Operasi ini tidak membuat pengidap harus menunggu lama untuk
pulih kembali. Bahkan dalam beberapa jenis operasi, pengidap
diperbolehkan pulang pada hari yang sama. Contoh operasinya
seperti biopsi pada jaringan payudara.
2) Laparoskopi.
Pada laparoskopi, ahli bedah hanya akan menyayat sedikit dan
membiarkan alat seperti selang masuk ke dalam lubang yang telah
dibuat, untuk mengetahui masalah yang terjadi di dalam tubuh.
2.3.2 Anestesi
Anestesi merupakan penghilangan kesadaran sementara
sehingga menyebabkan mati rasa pada bagian tubuh yang di anestesi.
Anestesi memiliki tujuan untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan
tindakan pembedahan. Ada 4 jenis anestesi, yaitu:
1. Anestesi umum
17
Anestesi umum atau sering juga disebut bius total dilakukan untuk
membuat pasien menjadi tidak sadar sepenuhnya selama proses
pembedahan berlangsung, serta tidak memiliki ingatan apapun
mengenai proses pembedahan.Anestesi umum ini dipergunakan pada
jenis pembedahan seperti operasi jantung, paru-paru, dan operasi lutut.
Anestesi umum diberikan kepada pasien melalui 2 cara yaitu:
a. Menggunakan infus
Obat akan diberikan dengan suntikan melalui infus. Metode ini
merupakan metode paling cepat dalam memberikan anestesi, dimana
sang pasien akan tertidur dalam waktu 10 hingga 20 detik sejak
pemberian obat.
b. Menggunakan masker
Pasien akan menghirup gas anestesi melalui masker yang dipasang di
atas hidung dan mulut. Jenis pemberian anestesi ini lebih umum
diberikan untuk anak-anak.
2. Anestesi lokal
Anestesi lokal atau sering juga disebut dengan istilan bius lokal
merupakan upaya untuk memblok sensasi dan rasa sakit pada bagian
tubuh tertentu. Jenis anestesi ini tidak mempengaruhi kesadaran
pasien. Anestesi lokal dapat dipergunakan untuk berbagai prosedur
pembedahan, namun paling umum dipergunakan untuk operasi mata,
prosedur perawatan gigi, biopsi, vasektomi, dalam proses menjahit
luka kecil, dan berbagai operasi minor lainnya. Anestesi lokal
umumnya diberikan dengan cara:
a. Suntikan
b. Menggunakan semprotan atau krim
18
3. Anestesi regional
Anestesi regional merupakan upaya untuk memblok sensasi rasa
sakit pada sebagian besar anggota tubuh. Jenis anestesi ini umumnya
diberikan untuk prosedur yang lebih kompleks dan rumit misalnya
operasi kaki, operasi prostat, dan operasi caesar. Dalam prosedur
seperti ini, pasien akan tetap terjaga namun tidak mampu merasakan
sebagian dari anggota tubuhnya. Anestesi regional ini terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
1) Anestesi spinal
Anestesi spinal merupakan prosedur dimana obat anestesi
disuntikkan kedalam cairan yang berada disekeliling spinal cord.
Setelah disuntikkan obat anestesi tadi akan bercampur dengan
cairan spinal di punggung bagian bawah dan membuat urat syaraf
yang terkena kontak kehilangan sensasi atau mati rasa.
2) Anestesi epidural
Anestesi epidural merupakan prosedur dimana obat anestesi
disuntikkan ke dalam area epidural dengan menggunakan jarum
suntik atau kateter. Anestesi epidural dapat disuntikkan pada area
yang berbeda mulai dari leher hingga tulang ekor, sesuai dengan
kebutuhan.
3) Nerve block
19
4. Sedation anesthesia
Sedation anesthesia atau anestesi dengan menggunakan obat
penenang pada umumnya dilakukan untuk melengkapi anestesi lokal
dan regional dengan tujuan agar pasien merasa lebih nyaman dan
rileks. Ada 3 tingkatan sedation anesthesia yaitu:
1) Minimal sedation
Pada tingkat ini, pasien akan merasa lebih rileks namun tetap
terjaga dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
dokter
2) Moderate sedation
Pada tingkat ini, pasien umumnya akan tertidur selama prosedur
berlangsung namun dapat dengan mudah dibangunkan dengan
sentuhan
3) Deep sedation
Pada tingkat ini, pasien akan tertidur lelap selama prosedur
berlangsung dan tidak akan mengingat apapun mengenai prosedur
yang telah dilakukan, mirip dengan anestesi umum.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre Operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai
pasien di meja bedah. Adapun pengertian dari Asuhan Kebidanan Pre Operasi
adalah suatu bantuan atau bimbingan yang diberikan oleh bidan kepada klien
yang bertujuan Untuk mempersiapkan diri klien baik fisik, mental maupun
emosional dalam menghadapi anasthesi dan operasi. Persiapan pre operasi
yang harus dilakukan pasien meliputi persiapan fisik, persiapan psikologis,
dan persiapan administrasi.
Perawatan post operasi adalah pemulihan kesehatan fisiologi dan
psikologi pasien agar kembali normal dan pulih. Periode post operasi meliputi
waktu dari akhir prosedur di ruang operasi sampai pasien melanjutkan
rutinitas normal dan gaya hidupnya. Perawatan post operasi yang dilakukan
bidan terhadap pasien meliputi tanda-tanda vital, perawatan luka, penanganan
nyeri, posisi tempat tidur selang drainase, penggantian cairan, diet, dan
kebutuhan nutrisi pasien post operasi.
Jenis-jenis pembedahan pada umumnya dibagi dalam tiga kelompok
besar yang di dalamnya masih akan terbagi lagi sesuai dengan kategorinya.
adapun jenis-jenis anaestesi terbagi menjadi empat jenis yang meliputi
anestesi umum, anestesi lokal, anestesi regional, dan nerve block.
3.1 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
para pembaca khususnya bagi para mahasiswi kebidanan yang akan
menjalankan tugasnya dan tanggung jawab. Sehubungan dengan masalah yang
terkait diatas, penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan permohonan maaf
yang sebesar besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21