Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF

Poltekkes_Tjk.jpg

DISUSUN OLEH :

1. Putri Miranda Afrilia (1714401038)

2. Doni Apriyanto (1714401013)

3. Ria Susanti (1714401001)

4. Alvinia Nabila (1714401015)

5. Shella Nesti Ayu (1714401019)

6. Doni Wenza (1714401048)

7. Devi Yulia (1714401006)

8. Aputya Afrian Dora (1714401009)

POLITEKKNIK TANJUNG KARANG JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Adapun isi dari makalah ini mengenai “Asuhan Keperawatan Pre-Operatif” yang akan membahas
tentang bagaimana auhan keperawatan pre-operatif

Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Ibu
Musiana, S.Kep,. Ners., M.Kes yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat di kehidupan dan menambah wawasan teman-teman
tentang apa yang penulis bahas.
Demikian makalah ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa, mohon maaf
jika dalam penulisan terdapat banyak kekurangan, penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, Maret 2019

Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... iii

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 5

2.1 Konsep Dasar Pre-Operatif..................................................................................... 6

2.2 Asuhan Keperawatan Pre-Operatif......................................................................... 6

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 11

3.2 Saran........................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang
menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa
prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan
unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan
mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju.

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu
istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu? preoperative phase,
intraoperative phase dan post operative phase. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan
berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan
masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh
perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien.
Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran
jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami
dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan
perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.

Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang
dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling
penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi
pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah –
langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar operatif ?


Bagaimana askep preoperative ?

1.3 Tujuan

Mengetahui dan memahami konsep dasar operatif.

Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan preoperative.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PERIOPERATIF

PENGERTIAN PERIOPERATIF

Perioperatif atau perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai dari
prabedah(preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pascabedah (postoperatif).

Praoperatif merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak
ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada dimeja bedah.

ASPEK LEGAL DALAM PEMBEDAHAN

Aspek legal adalah hal yang penting dalam melaksanakan pembedahan untuk mengantisipasi
kemungkinan dampak yang terjadi. Melalui surat persetujuan dilakukannya tindakan (informed
consent),berbagai informasi mengenai sifat, prosedur yang akan dilakukan, adanya pilihan terhadap
prosedur pembedahan, serta resiko terhadap pilihan dari pembedahan dapat diketahui oleh pasien.
Informed consent pada dasarnya bertujuan untuk melindungi pasien dari tindakan yang dilakukan, serta
melindungi tim pembedah dari pengaduan atau tuntutan hukum.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

2.2.1 PRABEDAH
A. Pengkajian Keperawatan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan tentang persiapan
pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja
obat dan anestesi, seperti anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan
hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak seimbanganpotasium, dan lain-lain. Selain itu
terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat
protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.

Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi thoraks, kapasitas
vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemautan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan
elektroradiogram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin,
blood urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan
pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.

Persiapan administrasi

Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib bertanggung jawab membaca dan
mendatangani surat izin operasi.

1. Persiapan Administrasi

a. Surat ijin operasi

b. Surat rawat atau pengantar

c. Keuangan

d. Penjadwalan operasi dan kolaborasi dengan dokter

2. Proses Keperawatan dan Klien Bedah

a. Pengkajian

a) Riwayat medis.

Pengkajian ulang riwayat kesehatan klien meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan
utama klien mencari pengobatan.

b) Pemeriksaan fisik

Berfokus pada data yang berhubungan dengan riwayat kesehatan klien dan sistem tubuh yang akan
dipengaruhi oleh pembedahan.
c) Kesehatan emosional

Perawat mengkaji perasaan klien tentang pembedahan, konsep diri, citra diri, dan sumber koping klien
untuk memahami dampak pembedahan pada kesehatan emosional klien.

d) Riwayat pembedahan

Pengalaman bedah sebelumnya mempengaruhi respon fisik dan psikologis klien terhadap prosedur
pembedahan.

e) Riwayat obat-obatan

Obat tertentu mempunyai implikasi khusus bagi klien bedah. Obat yang diminum sebelum pembedahan
akan dihentikan saat klien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta klien untuk
menggunakannya kembali.

f) Alergi

Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap obat yang mungkin diberikan selama fase
pembedahan.

g) Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol

Pada klien perokok setelah pembedahan akan mengalami kesulitan dalam membersihkan jalan nafas
dari sekresi lender dan bagi klien pengguna alcohol dapat menyebabkan klien memerlukan dosis
anastesi lebih tinggi.

h) Budaya

Klien yang berasal dari budaya yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang berebeda tentang
pengalaman operasi .

B. Diagnosa Keperawatan

Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah adalah :

1. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.

2. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.

3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau menurunnya nutrisi.

4. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :

1. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.

2. Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.

3. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.

Rencana Tindakan :

1. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan psikologis pada pasien
melalui pendidikan kesehatanm penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan
seterusnya.

2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan dengan persiapan
prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan
kaki, latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.

D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

1. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah

Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai informasi mengenai tindakan
pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang
diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah
operasi.

2. Persiapan Diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal pengaturan diet. Pasien boleh
menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan
makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam
lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3. Persiapan Kulit

Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya sesuai
dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.

4. Latihan Bernafas dan Latihan Batuk

Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru sedangkan batuk dapat
menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat
meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah
pernafasan diagfragma, dengan cara seperti dibawah ini :

a. Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.

b. Tempatkan tangan di atas perut.

c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.

d. Tahan napas selama 3 detik.

e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.

f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3 kali, setelah napas terakhir,
batukkan untuk mengeluarkan lendir.

g. Istirahat.

5. Latihan Kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.
Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot
kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokkan lutut
kaki rata pada tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki
ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.

6. Latihan Mobilitas

Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang
peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu
menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih
duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tiduratau dengan cara
menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak
dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.

7. Pencegah Cedera

Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah
adalah :

a. Cek identitas pasien


b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang dan lain-lain.

c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi

d. Lepaskan lensa kontak

e. Lepaskan protesa

f. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar

g. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing

h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami tromboplebitis

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam
memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan,
ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau cedera lainnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu
istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu? preoperative phase,
intraoperative phase dan post operative phase. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan
berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan
masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh
perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan tentang persiapan
pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja
obat dan anestesi, seperti anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan
hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak seimbanganpotasium, dan lain-lain. Selain itu
terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat
protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
3.2 Saran

Lebih rajinlah membaca agar lebih paham apa itu keperawatan pre-operatif dan diharapkan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

1. Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

2. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

3. Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi. Sahabat
Setia : Yogyakarta.

4. Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif Nursing,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

5. Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

6. Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

7. Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta, Tidak
dipublikasikan : Yogyakarta.

8. Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.

9. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner
Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.

10. Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press :
Surabaya.

11. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

12. .www.elearning.unej.ac.id

Anda mungkin juga menyukai