Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR KLINIK

KEBIDANAN
ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA
KASUS KEBIDANAN

Dosen Pengajar: Novita Eka KW, SST., M.Keb.


Disusun Oleh:
Arroyani Lu’luil Ula Al Salsabila
NIM : P27824119005

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas remidi dari mata kuliah Ketrampilan
Dasar Klinik Kebidanan. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di
akhirat.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Astuti Setiyani, SST., M.Kes., selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku ketua Prodi D3 Kebidanan
kampus Sutomo Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Novita Eka KW, SST., M.Keb. selaku dosen pengajar Ketrampilan Dasar
Klinik Kebidanan kampus Sutomo Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerjasama dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar menjadi
makalah yang baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 23 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Persiapan Pre Operasi.................................................................................3
2.2 Perawatan Post Operasi..............................................................................13
2.3 Jenis-jenis Pembedahan dan Anestesi........................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang


menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan
membuat sayatan, setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan
tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pasca bedah. Tindakan
pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala.
Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998). Tindakan
operasi atau pembedahan bisa jadi pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan
yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama
maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk
mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit
pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga
faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi
penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi
pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan

1
2

yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah
pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif.
Tindakan  perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui materi-materi
Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan dan dapat mengaplikasikan kepada
diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persiapan pre operasi
2. Untuk mengetahui perawatan post operasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pembedahan dan anestesi
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dan menjadi bahan acuan
dalam pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persiapan Pre Operasi


Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien
di meja bedah. Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra operasi adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis.
Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu
pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur
yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan
dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pengkajian secara
integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
2.1.1 Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain :
a. Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,
riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal
dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain
itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan
tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih
rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan
memicu terjadinya haid lebih awal.

3
4

b. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup bagi perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup untuk perbaikan Protein sangat penting untuk
mengganti massa otot tubuh selama fase katabolic setelah
pembedahan, memulihkan volume darah dan protein plasma yang
hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk
perbaikan jaringan dan daya tahan terhadap infeksi. Kondisi gizi
buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi
pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi
pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak
bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya diperiksa
adalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum
(0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat
dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme
asam basa dan ekskresimetabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika
ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal
akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan
fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
5

d. Kebersihan lambung dan kolon


Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Tindakan
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8
jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang
menbutuhkan operasi CITO (segera) seperti pada pasien kecelakaan
lalu lintas, pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi
kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.
f. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi,
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Apabila masih
memungkinkan, klien dianjurkan membersihkan seluruh badannya
sendiri/dibantu keluarga di kamar mandi. Apabila tidak, maka bidan
melakukannya di atas tempat tidur.
g. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi kandung kemih,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.
6

h. Latihan Pra Operasi


Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
Latihan nafas dalam bermanfaat untuk memperingan keluhan saat
terjadi sesak nafas, sebagai salah satu teknik relaksasi, dan
memaksimalkan supply oksigen ke jaringan. Cara latihan teknik
nafas dalam yang benar adalah :
1. Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2
detik
2. Keluarkan secara perlahan dari mulut
3. Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari
(pagi, siang, sore)

Batuk efektif bermanfaat untuk mengeluarkan secret yang


menyumbat jalan nafas. Cara batuk efektif adalah :

1. Tarik nafas dalam 4-5 kali


2. Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
4. Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan
dengan kebutuhan
5. Perhatikan kondisi klien

Latihan gerak sendi bermanfaat untuk meningkatkan atau


mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertrahankan
fungsi jantung dan pernapasan, serta mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi. Beberapa jenis gerakan sendi: fleksi, ekstensi,
adduksi, abduksi, oposisi, dll.

i. Persiapan/ Pemeriksaan Penunjang


Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan
penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan
7

tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Sebelum dokter


mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit
pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita
pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi
maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi
pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga
memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama
pemeriksaan Pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang
dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium
maupun pemeriksaan lain, seperti: pemeriksaan masa perdarahan
(bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien,
elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan
radiologi berupa foto thoraks, EKG dan ECG.
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,
abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT
scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance
Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL
(Colon in Loop), EKGECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG
(Electro Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah :
hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju endap darah),
jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll.
Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD
dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan
8

rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan


puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post
prandial).
j. Pemeriksaan Status Anastesi
k. Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan
untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi
demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan
status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan
adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA ( American
Society of Anasthesiologist ). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel
pemeriksaan ASA.
Kelas Status Fisik
Seorang pasien yang normal dan sehat, selain penyakit
ASA I
yang akan dioperasi.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
ASA II
sedang.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang
ASA III
belum mengancam jiwa.
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang
ASA IV
mengancam jiwa.
Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam
waktu 24 jam dengan atau tanpa pembedahan, kategori
ASA V ini meliputi penderita yang sebelumnya sehat, disertai
dengan perdarahan yang tidak terkontrol, begitu juga
penderita usia lanjut dengan penyakit terminal.

2.1.2 Persiapan Psikososial


Dengan mengumpulkan riwayat kesehatan secara cermat,
bidan menemukan kekhawatiran pasien yang dapat menjadi beban
langsung selama pengalaman pembedahan. Tidak diragukan lagi
9

pasien yang mengalami pembedahan ini dilungkupi oleh kecemasan,


termasuk ketakutan akan ketidaktahuan dan lain sebagainya.
Akibatnya bidan harus memberikan dorongan untuk pengungkapan,
dan harus mendengarkan, memahami, dan memberikan informasi
yang membantu menyingkirkan kekhawatiran tersebut.
Untuk pasien pre operasi berbagai kecemasan yang cukup
besar cemas dan takut terhadap anestesi, takut terhadap rasa nyeri
dan kematian atau ancaman lain yang dapat menimbulkan
ketidaktenangan dan anestesi berat. Bidan dapat melakukan banyak
hal untuk menghilangkan kekhawatiran itu supaya dapat memberikan
perasaan tenang pada pasien apabila memungkinkan.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien
yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondidi
fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan anacamman potensial
maupun actual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan
reaksi stress fisiologis maupun psikologis. Contoh perubahan
fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan anatara lain :
pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum
operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya
akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang
terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih
cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Setiap
orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengaaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda
pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu
dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan
ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara
lain :
1. Takut nyeri setelah pembedahan
10

2. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak


berfungsi normal
3. Takut keganasan
4. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain
yang mempunyai penyakit yang sama
5. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan
dan petugas
6. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi
7. Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat


dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti :
meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan
tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah,
menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering
berkemih. Bidan perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stress. Disamping itu
bidan perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu
pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini,
seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor
pendukung. Untuk mengurangi/megatasi kecemasan pasien, bidan
dapat menanyakan hal0hal yang terkait dengan persiapan operasi,
antara lain :

1. Pengalaman operasi sebelumnya


Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan
operasi.
2. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar
operasi dan petugas kamar operasi.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur pre operasi.
Pengethuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum
operasi dan harus dijalankan setelah operasi, seperti ; latihan
nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
11

Peranan bidan dalam memberikan dukungan mental :

1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang


dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada
pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh
pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar
operasi, dll.
2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka
diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi,
meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien
mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi
yang akan dialami pasien
3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan
bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus
puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai
kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien
perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang
dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang
lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-
sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi
5. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan
dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien.
6. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre
medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien
tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur
sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
12

7. Pada saat pasien telah berada di ruangan serah terima pasien ri


kamar operasi, petugas kesehatan disitu akan memperkenalkan
diri sehingga membuat pasein merasa lebih tenang. Untuk
memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan
kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar
operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu
yang terletak di depan kamar operasi.
2.1.3 Persiapan Administrasi

Keluarga pasien yang akan dilakukan prosedur operasi wajib


bertanggung jawab membaca dan mendatangani surat izin operasi.
Selain itu persiapkan segala surat, dokumen, dan data yang
dibutuhkan untuk perihal administrasi yang akan kita urus di RS, dan
informasikan semua data ini secara detil kepada anggota keluarga
terdekat (suami/istri, orangtua, adik atau kakak). Jika kita
menggunakan asuransi dari kantor, jelaskan kepada anggota keluarga
bagaimana prosedur pengurusan dan formulir apa saja yang butuh
diisi, difotokopi dan disiapkan. Sama halnya jika menggunakan
BPJS ataupun cara pembiayaan yang lain. Satukan semua berkas
formulir dan fotokopi dokumen dalam satu map khusus. Ketika kita
sudah mau masuk ruang operasi sampai nanti pasca operasi, sudah
tentu semua dokumen administrasi otomatis menjadi urusan keluarga
dekat. Dengan penjelasan sejak awal akan membuat prosedur
administrasi lebih efektif dan meminimalisir kebingungan keluarga.

1. Melengkapi status dengan :


- Form surat ijin operasi
- Laporan pembedahan.
- Formulir PA disesuaikan.
2. Mintakan tanda tangan surat persetujuan operasi kepada pasien
atau penanggung jawab pasien atau wali (sebaiknya ada saksi
lain dari pihak pasien atau perawat dan ikut tanda tangan).
3. Menghubungi kamar operasi melaporkan secara ditulis :
13

- Nama pasien, umur. Diagnosa.


- Jenis operasi.
- Dokter yang merawat.
4. Mencatat hal-hal yang akan dioperkan ke petugas IBS pada
check list overan pasien ke IBS, misalnya :
- Darah.
- Hasil rontgen.
- CT Scan, USG dll.
- Obat-obatan (transamin, vitamin K, dll)
- Alat-alat medik (NGT, cateter, dll).

2.2 Perawatan Post Operasi


Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien
keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan
klinik ataudirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi
kompleks akibatfisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi
pasca atau post operasiini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari
hasil pengkajian keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien
tentang prosedur pembedahan dan hal - hal yang terjadi selama pembedahan
berlangsung.Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan.
Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan
segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien
yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 sampai 2
jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di
rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan
berlangsung selama 1hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan
respon klien.
Asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang
pemulihan tempat adanya akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan
resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan staf terampil dalam jumlah dan
jenis yang memadai. Asuhan pasca operatif secara umum meliputi :
1. Pengkajian tingkat kesadaran. Pada pasien yang mengalami anastesi
general, perlu dikaji tingkat kesadaran secara intensif sebelum dipindahkan
14

ke ruang perawatan. Kesadaran pasien akan kembali pulih tergantung pada


jenis anastesi dan kondisi umum pasien.
2. Pengkajian suhu tubuh, frekuensi jantung/ nadi, respirasi dan tekanan
darah. Tanda-tanda vital pasien harus selalu dipantau dengan baik.
3. Mempertahankan respirasi yang sempurna. Respirasi yang sempurna akan
meningkatkan supply oksigen ke jaringan. Respirasi yang sempurna dapat
dibantu dengan posisi yang benar dan menghilangkan sumbatan pada jalan
nafas pasien. Pada pasien yang kesadarannya belum pulih seutuhnya, dapat
tetap dipasang respirator.
4. Mempertahankan sirkulasi darah yang adekuat. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memonitor input serta
outputnya serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan asupan dan
output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6. Pemberian posisi yang tepat pada pasien, sesuai dengan tingkat kesadaran,
keadaan umum, dan jenis anastesi yang diberikan saat operasi.
7. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara
terapeutik.
8. Mengurangi rasa nyeri pada luka operasi, dengan teknik-teknik
mengurangi rasa nyeri.
9. Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatory.
10. Meningkatkan proses penyembuhan luka dengan perawatan luka yang
benar, ditunjang factor lain yang dapat meningkatkan kesembuhan luka.

Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah


masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan
yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang
memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien.
Memperhatikan hal ini, asuhan  postoperasi sama pentingnya dengan prosedur
pembedahan itu sendiri. Faktor yang Berpengaruh Post operasi :
o Mempertahankan jalan nafas
15

Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan


mayo/gudel.
o Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
o Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan
pemberian caiaran plasma ekspander.
o Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga
perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat
penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang dialami pasien.
o Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran
klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan,
seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan
yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait
dengan fungsi eleminasi pasien.
o Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada
tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya
sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang
tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok
nyerinya.
a. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan / Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk
perawatan / observasi diruang pemulihan :
16

 Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional
posisi semi fowler.
 Pasang pengaman pada tempat tidur.
 Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
 Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
 Beri O2 2,3 liter sesuai program.
 Observasi adanya muntah.
 Catat intake dan out put cairan.

b. Pengeluaran dari Ruang Pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

 Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.


 Tanda-tanda vital harus stabil.
 Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
 Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
 Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah
sempurna.
 Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat
dan dilaporkan.
 Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
 Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada
unit dimana pasien akan dipindahkan.
 Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.

c. Pengangkutan Pasien keruangan

Hal - hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara
lain :
17

 Keadaan penderita serta order dokter.


 Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
 Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila
muntah sewaktu - waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada
perubahan sewaktu - waktu terlihat.
2.3 Jenis-Jenis Pembedahan dan Anestesi
2.3.1 Jenis-Jenis Pembedahan
1. Jenis pembedahan berdasarkan lokasi terdiri dari:
a. Bedah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
b. Bedah toraks  (dada)N
c. Bedah neurologi (syaraf)
d. Bedah orthopedic (tulang)
e. Bedah urologi (saluran perkemihan)
f. Bedah kepala leher
g. Bedah digestif (saluran pencernaan)
h. Bedah caesar.
2. Jenis pembedahan berdasarkan tujuan terdiri dari:
a. Pembedahan diagnostic, yang bertujuan untuk menentukan sebab
terjadinya gejala dari penyakit seperti biopsy, eksplorasi dan
laparotomi.
b. Pembedahan kuratif, pembedahan yang dilakukan untuk
mengambil bagian dari penyakit, seperti pembedahan
apendiktomy.
c. Pembedahan restorative, pembedahan yang dilakukan untuk
memperbaiki deformitas (kecacatan) dan untuk menyambung
daerah yang terpisah.
d. Pembedahan paliatif adalah pembedahan yang dilakukan untuk
mengurangi gejala saja dan tidak untuk  mengurangi penyakit
e. Pembedahan kosmetik adalah pembedahan yang dilakukan untuk
memperbaiki bentuk dalam tubuh misalnya rhinoplasty (operasi
untuk membuat hidung menjadi lebih mancung)
18

2.3.2 Jenis-Jenis Anestesi


1. Anestesi umum merupakan suatu tindakan pembiusan yang
dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran dan menimbulkan relaksasi serta
hilangnya perasaan. Pada umumnya metode pemberiannya adalah
dengan inhalasi dan intravena
2. Anestesi regional merupakan jenis anestesi yang dilakukan untuk
meniadakan proses kejutan pada ujung atau serabut syaraf serta ada
hilangnya perasaan pada daerah tubuh tertentu akan tetpai pasien
masih sadar. Metode pemberian yang digunakan adalah melakukan
blok syaraf, memblok regional intravena dengan tourniquet, blok
daerah spinal dan melalui epidural.
3. Anestesi lokal merupakan anestesi yang dilakukan untuk memblok
transmisi impuls syaraf pada daerah yang akan dilakukan tindakan
serta perasaan pada daerah tertentu dan pasien tetap dalam kondisi
sadar. Metode yang digunakan adalah inflitrasi atau topical.
4. Hipno anestesi merupakan anestesi yang dilakukan untuk membuat
status kesadaran pasif secara artificial/ buatan sehingga terjadi
peningkatan ketaatan kepada saran atau perintah serta mengurangi
kesadaran dan membuat perhatiannya menjadi terbatas.
5. Akupuntur merupakan anestesi yang dilakukan untuk memblok
rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya endorphin tanpa
menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah
jarum atau electrode pada permukaan tubuh.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai


prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah
(postoperasi). Pre operasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien
di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak
ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan. Pra oprasi merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang
dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung
pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di
samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan
dan kesembuhan pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kostania, Gita. 2015. Ketrampilan Dasar Kebidanan. Makalah. Dikutip dari


https://oshigita.files.wordpress.com/2015/03/modul-kdk-prodi-d3-
materi-gita-k.pdf (diakses 27 Maret)

Mardawati, Vena. 2016. Makalah KDM. Makalah. Dikutip dari


https://veraniarimardawati.wordpress.com/makalah-kdm/ (diakses
28 Maret)

Husen, Saddam. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre dan Post Operasi
Sistem Pernafasan di
https://www.academia.edu/31277285/ASUHAN_KEPERAWATA
N_PADA_KLIEN_PRE_DAN_POST_OPERASI_SISTEM_PER
NAFASAN (diakses 28 Maret)

Cahyaning, Anis. 2017. Spo Persiapan Pasien Sebelum Operasi Secara Umum
Rsa 16 di https://www.scribd.com/document/353108307/5-Spo-
Persiapan-Pasien-Sebelum-Operasi-Secara-Umum-Rsa-16 (diakses
28 Maret)

20

Anda mungkin juga menyukai