Anda di halaman 1dari 43

HUBUNGAN PERILAKU CARING DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT

DALAM MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN DI IGD


DAN ICU RSUD KOLONODALE MOROWALI UTARA

PROPOSAL

ALFA PUTRA CAHYANO


201801001

PROGRAM STUDI NERS


SEKОLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERILAKU CARING DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT


DALAM MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN DI IGD
DAN ICU RSUD KOLONODALE MOROWALI UTARA

PROPOSAL

ALFA PUTRA CAHYANO


201801001

Tanggal Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Afrina Januarista, S.Kep.,M.Sc Ns. Abdul Rahman, M.H.,M.Kes


NIK. 201303901030

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep.,M.Erg


NIK. 20110901019
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Tinjauan Teori 7
B. Kerangka Konsep 25
C. Hipotesis 26
BAB III METODE PENELITIAN 27
A. Desain Penelitian 27
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 27
C. Populasi Dan Sampel 29
D. Variabel Penelitian 29
E. Definisi Operasional 31
F. Instrumen Penelitian 32
G. Teknik Pengumpulan Data 32
H. Analisis Data 32
I. Bagan Alur Penelitian 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sound Level Meter 12


Gambar 2.2 Noice Dose Meter 13
Gambar 2.3 Kerangka Konsep 17
Gambar 3.1 Diagram Penelitian 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu peran seorang perawat di instalasi gawat darurat yaitu


mampu memberikan asuhan keperawatan yang mengharuskan perawat
memiliki keterampilan dalam situasi yang darurat dengan kecepatan dan
ketepatan yang dibutuhkan pada situasi gawat darurat. Perawat gawat darurat
memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua pasien dan anggota
keluarga mereka mendapatkan penanganan dan perawatan sebaik mungkin1.
Pemberian asuhan keperawatan dilakukan dengan melihat apa yang
menjadi kebutuhan dasar pasien dengan memberikan pelayanan keperawatan
yang dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks. Sebagai perawat
di instalasi gawat darurat juga harus berkewajiban untuk melakukan seluruh
bagian dalam proses keperawatan di antaranya adalah menilai, merencanakan,
implementasi dan mengevaluasi perawatan yang telah diberikan kepada semua
pasien2.
Setiap pasien yang datang di instalasi gawat darurat harus segera
diberikan tindakan yang benar, hati-hati, cepat dan tepat. Jika tindakan yang
dilakukan salah atau tidak sesuai dengan kondisi pasien akan menyebabkan
kematian dan kegagalan fungsi organ pada pasien. Jumlah kematian di ruang
instalasi gawat darurat pada Negara berkembang masih terdata tinggi3.
Untuk mencegah tingginya angka kematian di instalasi gawat darurat
perawat harus memiliki keterampilan yang baik ketika menangani pasien
dengan kondisi gawat darurat sehingga perawat dan tim medis lainnya bisa
mencegah kematian dan kecacatan yang lebih parah atau memperburuk
keadaan dari pasien tersebut. Namun ketika ada pasien yang ditangani oleh
tenaga kesehatan seperti perawat yang belum memiliki keterampilan yang baik
dan salah dalam melakukan tindakan maka akan mengakibatkan tindakan yang
dilakukan kurang efektif4.

1
2

Keterlambatan dan kurangnya pengetahuan perawat merupakan


indikator yang mempengaruhi pelayanan gawat darurat, keselamatan pasien
menjadi salah satu yang utama dalam upaya pelayanan gawat darurat di rumah
sakit untuk mencegah kematian dan mencegah kecacatan.
Keselamatan pasien adalah variabel yang digunakan untuk mengukur
dan menilai bagaimana kualitas pelayanan mempengaruhi pelayanan
kesehatan. Program keselamatan pasien merupakan upaya untuk mengurangi
jumlah kejadian yang tidak diinginkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien
saat masuk, sehingga sangat merugikan pasien itu sendiri di rumah sakit.
Sasaran keselamatan pasien mencakup enam sasaran: identifikasi pasien yang
akurat, komunikasi efektif yang lebih baik, peningkatan keamanan obat yang
diamati (alarm tinggi), keselamatan di tempat yang tepat, prosedur yang tepat
dan pembedahan yang tepat bagi pasien, dan mengurangi risiko infeksi terkait
perawatan kesehatan, dan mengurangi risiko kasus5.
Pelayanan memegang peranan penting dalam konteks kesehatan. Peran
utama ini tercermin tidak hanya dalam jumlah staf dan perbandingan dengan
profesional kesehatan lainnya, tetapi juga dalam layanan yang diberikan
kepada pengguna secara terus menerus dan berkesinambungan dalam sistem
perawatan kesehatan, dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Peran
optimal profesional kesehatan di dunia berkembang.Dan itu membantu
mendukung kebutuhan akan keselamatan pasien. Perawat adalah kunci
peningkatan kualitas untuk keselamatan pasien6.
Caring adalah kata asing jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia; berarti perawatan, perhatian, perlindungan, perawatan, prinsip dan
perawatan. Caring adalah proses sadar waktu yang membutuhkan kesadaran
diri, pilihan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Caring merupakan esensi
keperawatan yang membedakan keperawatan dengan profesi lain. Caring
menurut Ray7, adalah kekuatan pendorong utama yang memotivasi seseorang
untuk memilih profesi keperawatan.
Menurut Worid Health Organization (WHO) hasil dari pelaporan di
negara-negara Kejadian Tidak Diharapkan atau KTD pada pasien rawat inap
sebesar 3% hingga 16% Di New: Zealand KTD dilaporkan berkisar 12,9% dari
3

angka pasien rawat inap, di negara Inggris Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
sekitar 10.8%, di negara Kanada Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) berkisar
7,5% Joint Commission International (JCI) melaporkan KTD berkisar 10% dan
di United Kingdom, sedangkan di Australia 16,6%. Menurut data KKP-RS
tahun 2018 di berbagai wilayah provinsi Indonesia memiliki data kasus insiden
terjadinya keselamatan pasien sejumlah 145 insiden di wilayah Sabang
Indonesia atau wilayah Aceh sebesar 0,68%, Sulawesi Selatan 0,69%, Bali
1,4%, Jawa Barat 2,8%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Timur 11,7%, Daerah
Istimewa Yogyakarta 13,8%, Jawa Tengah 15,9%, Jakarta 37,9%8.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Janes jainurakhma,dkk9
didapatkan ada hubungan fenomenologi : Caring perawat terhadap klien
dengan kondisi kritis di instalasi gawat darurat – rumah sakit dr. Saiful anwar
malang. Pengalaman caring perawat dalam menangani pasien dengan kondisi
kritis, berdasarkan hasil wawancara seputar nilai-nilai caring yang muncul dari
pengalaman partisipan saat merawat klien dengan kondisi yang kritis di IGD
RS malang. Beberapa tema yang dihasilkan berdasarkan hasil analisis transkrip
wawancara, yaitu : melakukan penyelamatan pasien kritis, meningkatkan
kepercayaan pasien dan keluarga, keinginan berbuat yang terbaik untuk pasien
kritis. Penelitian yang dilakukan oleh Andriani, (2017) yang mana hasil
penelitian menunjukkan bahwa proporsi tingkat kepuasan pasien di poli umum
Puskesmas Bukit Tinggi diperoleh dari 65 orang responden, yang mendapatkan
mutu pelayanan tinggi terdapat lebih dari sebagian yaitu 38 orang dengan
persentase kepuasan sebesar 58,5% dan responden yang mendapatkan mutu
pelayanan rendah terdapat kurang dari separuh yaitu 17 orang dengan
presentase kepuasan sebesar 36.9%10.
Hasil wawancara dan dilakukan observasi yang dilakukan peneliti pada
pada tahun 2021 terdapat 32 tenaga kesehatan, di ruangan IGD sebanyak 18
tenaga kesehatan dan di ruangan ICU sebanyak 14. Para peneliti juga
mewawancarai 6 perawat yang mengatakan telah menerapkan keselamatan
pasien tetapi tidak memahami dengan baik langkah-langkah keselamatan
pasien yang digunakan di rumah sakit.Masih ada tenaga medis yang bekerja
tanpa memperhatikan keselamatan pasien, bekerja hanya untuk mencari nafkah
4

untuk menghidupi keluarganya, sehingga mengabaikan peraturan yang ada,


bekerja tanpa mengikuti prosedur yang ada untuk membahayakan keselamatan
pasien, misalnya memulai tindakan tanpa mencuci tangan.
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik
meneliti tentang “hubungan perilaku caring dengan kemampuan perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien di IGD dan ICU RSUD Kolononodale
Morowali Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam


penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “apakah ada hubungan perilaku
Caring dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien
di IGD dan ICU RSUD Kolonodale Morowali Utara”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan perilaku caring dengan kemampuan
perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di IGD dan ICU RSUD
Kolononodale Morowali Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi Perilaku caring dengan kemampuan perawat di
IGD dan ICU RSUD Kolonodale Morowali Utara.
b. Untuk mengidentifikasi kemampuan perawat dalam melaksanakan
keselamatan pasien di IGD dan ICU RSUD Kolonodale Morowali Utara.
c. Untuk menguraikan hubungan perilaku caring dengan kemampuan
perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di Instalasi Gawat
Darurat IGD dan ICU RSUD Kolonodale Morowali Utara.
5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini sebagai bahan bacaan di perpustakaan yang
memberikan informasi pada mahasiswa tentang IGD dan ICU RSUD
Kolonodale Morowali Utara khususnya dengan kemampuan perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini seb agai gambaran dalam membantu masyarakat
atau pasien untuk mendapatkan pelayanan yang baik dan sesuai dengan
asuhan keperawatan yang ada.
3. Bagi RSUD Kolonodale Morowali Utara
Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk RSUD Kolonodale
Morowali Utara dalam kemampuan perawat dalam melaksanakan
keselamatan pasien.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Caring
a. Pengertian
Secara bahasa, istilah caring digunakan untuk menggambarkan
tindakan caring. Peduli adalah perasaan empati dan cinta atau kasih
sayang terhadap orang lain, serta pengawasan yang terkontrol. Caring
adalah esensi keperawatan yang membedakan perawat dengan
profesional kesehatan lainnya11.
Caring berbeda dengan care. Caring adalah fenomena manusia,
kepemimpinan, dukungan perilaku bagi individu, keluarga, kelompok
kegiatan, pemenuhan kebutuhan saat ini dan potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas hidup. Tindakan keperawatan yang
tepat menunjukkan rasa peduli dalam proses keperawatan.12.
Penyembuhan Peduli adalah tindakan menunjukkan kepedulian dan
mengambil tindakan untuk membantu seseorang sembuh dengan
menyediakan lingkungan yang bersih, aman, dan damai. Peduli tidak
memiliki definisi yang pasti, tetapi pada dasarnya mengacu pada
perasaan hangat, perhatian, dan perhatian. Penyembuhan adalah proses
yang mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain.Peduli adalah komitmen moral untuk
membantu orang lain, dan mengembangkan hubungan emosional. Peduli
seringkali merupakan perilaku etis yang diekspresikan melalui tindakan
praktis yang mencerminkan kepedulian, simpati, dan kasih sayang
terhadap orang lain. Untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Hidup tidak dapat diprediksi, penuh kejutan dan berbagai tingkat
kebahagiaan dan kesedihan.Ini adalah perjalanan yang kita semua
lakukan bersama dan kita semua harus rela melewati masa-masa sulit dan
juga baik. Sebagai seorang mahasiswa, Anda harus menyadari
pentingnya belajar dan mempersiapkan diri untuk ujian. Belajar dapat
8

membantu Anda meningkatkan nilai, dan mempersiapkan ujian dapat


membantu Anda berhasil di kelas.
Caring merupakan tindakan mendemonstrasikan penggunaan
lingkungan pasien untuk membantu penyembuhan dan memberikan
pasien lingkungan yang bersih, berventilasi, dan damai. Kehati-hatian
tidak memiliki interpretasi yang tetap, ia memiliki tiga makna yang tidak
dapat dipisahkan: hati-hati, bertanggung jawab dan yakin. penyembuhan
adalah fenomena yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa
dan berperilaku relatif terhadap orang lain. Pengasuhan adalah komitmen
moral untuk memelihara, dan mengembangkan hubungan emosional
klien, keluarga dan teman mereka. Dalam berapa hal, penyebuhan adalah
tindakan etis yang sering didasarkan pada kemanusiaan, menunjukkan
kepedulian, simpati dan kasih sayang kepada orang lain, dengan tindakan
praktis, kepedulian, kualitas, substansi untuk meningkatkan kehidupan,
memiliki kondisi untuk meningkatkan kehidupan. Itu terletak di jantung
praktik keperawatandandipelajari dari berbagai perspektif filosofis etis11.
Menurut Watson11, ada tujuh asumsi yang mendasari konsep
caring, yaitu:
1) Caring akan efektif bila dipraktekkan secara interpersonal.
2) Caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien.
3) Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan
keluarga.
4) Caring merupakan respon yang diterima seseorang pada saat itu dan
akan berdampak pada bagaimana orang tersebut akan berperilaku
dimasa yang akan datang.
5) Lingkungan yang peduli memiliki potensi untuk mendukung
mengembangkan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam
memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
6) Keperawatan lebih kompleks dari pada penyembuhan, praktik
keperawatan menggabungkan pengetahuan biofisik dengan
9

pengetahuan tentang perilaku manusia yang berguna dalam


meningkatkan kesehatan dan membantu klien yang sakit.
7) Caring adalah kunci keperawatan. Watson menekankan bahwa untuk
merawat seseorang, Anda harus memiliki nilai-nilai humanistik
disertai dengan pengetahuan dasar.Faktor carative membantu perawat
menghargai orang dari semua perspektif, termasuk pekerjaan mereka
sendiri, kehidupan, dan interaksi dengan orang lain, sehingga mereka
puas dalam pelayanan mereka dan membantu klien.
Menurut Watson11, kesepuluh faktor karatif tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Pembentukan sistim nilai humanistik dan alturistic. Perawat
menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada
klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien.
2) Memberikan kepercayaaan-harapan dengan cara memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu,
perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan
kesehatan.
3) Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain.
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien,
sehingga ia sendiri dapat lebih sensitif,murni dan bersikap wajar
pada orang lain.
4) Mengembangkan hubungan saling percaya. Perawat memberikan
informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yakni turut
merasakan apa yang dialami klien. Sehingga karakter yang
diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen,empati,dan
kehangatan. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif
dan negatif klien.
5) Perawat meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dan
perasaan klien.
10

6) Penggunaan metode pemecahan masalah secara sistematis dalam


pengambilan keputusan. Perawat menggunakan pendekatan proses
keperawatan sebagai ide dan pendekatan terhadap asuhan klien.
7) Untuk mempromosikan pembelajaran dan pembelajaran
interpersonal, dan Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk
mengembangkan diri.
8) Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosio, kultural, dans pritual
yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan
internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit
klien.
9) Membantu dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Memberikan
petunjuk dalam memenuhi kebutuhan manusia. Perawat perlu
mengenali kebutuhan holistik diri mereka dan klien mereka.
Kebutuhan paling dasar harus dipenuhi sebelum Anda dapat
melanjutkan ke tingkat berikutnya.
10) Perkembangan faktor eksternal bersifat fenomenologis, oleh karena
itu pertumbuhan pribadi dan kematangan spiritual klien dapat
tercapai. Faktor ini membantu perawat menerima dan mendamaikan.
Kesepuluh faktor tersebut harus diterapkan oleh perawat untuk dapat
menyikapi semua aspek klien guna memperoleh pelayanan medis
yang berkualitas dan profesional. Dengan menerapkan elemen
penyembuhan ini, perawat dapat belajar untuk memahami diri
mereka sendiri lebih baik sebelum mereka dapat memahami orang
lain13.
b. Karakteristik Caring
Karakteristik caring menurut Rogers14, ialah sebagai berikut.
1) Be ourselves
Sebagai pribadi, Anda harus jujur, amanah, tidak bergantung pada
orang lain.
2) Clarity
Keinginan untuk terbuka dengan orang lain
11

3) Respect
Selalu menghargai orang lain
4) Separetenes
Perawat tidak boleh tertawa dalam suasana dan masalah yang dihadapi
pasien dan tetap mempetahankan jarak dengan klien.
5) Freedom
Memberikan kebebasan kepada orang lain untuk mengekspresikan
perasaannya.
6) Emphaty
Merasakan dan memikirkan perasan klien, tetapi tidak larut dalam
masalah tersebut.
7) Evaluation
Dinilai bersama-sama
Karakteristik caring menurut Leininger15, dibagi menjadi 3 yakni
sebagai berikut:
1) Profesional Caring
Sebagai ekspresi kemampuan yang dirasakan perawat untuk
bertindak atas respons pasienberdasarkan pengetahuan, sikap,dan
keterampilan profesional, membantu klien ditentukan oleh kebutuhan,
masalah, dan masalah, serta tujuanyang ditentukan oleh perawatdan
pasien.
2) Scientific Caring
Semua aktivitas aklimatisasi danperawatan didasarkan pada
pengetahuan perawat.
3) Humanistic Caring
Filsafat, fenomenologi, kreatif, intuitif atau proses kognitif untuk
membantu orang lain berdasarkan perasaan subjektif dan objektif.
c. Aspek-aspek yang mendasari perawat bersifat care
Perawat bersifat care terhadaporang lain dibagi menjadi 3
bagian16, yaitu:
1) Aspek kontrak
12

Seorang perawat memiliki tugas fungsional untuk care pada


pasien, yaitu merawat pasien.
2) Aspek etika
Pernyataanetik adalah pernyataan tentang apa yang benar dan
salah,membuat keputusan yang benar, dan bertindak dalam situasi
tertentu yang mempengaruhi cara perawat memberikan asuhan.
3) Aspek spiritual
Subjek spiritualitas adalah pertanyaan yang kompleks. Setiap
perawat memiliki beberapa bentuk komitmen religius yang dapat
membangkitkan keinginan untuk merawat oranglain, dan darisinilah
ide-ide spiritual berasal.
d. Indikator yang menunjukan perilaku Caring
Perry & Potter17, menjelaskansikap perawat terhadap kehadiran,
menyentuh hati, selalu mendengarkan dan memahami klien. Swanson
mendefinisikan perawat yang memberikan pelayanan keperawatan dalam
kaitannya dengan nilai-nilai seperti karakter, komitmen,dan tanggung
jawab. TeoricaringSwanson memberikan awal yang baik dalam
memahami rutinitas dan proses yang menjadi ciri keperawatan. Teori
caring Swanson menggambarkan proses keperawatan termasuk
bagaimana perawat memahami peristiwa penting dalam kehidupan
seseorang, bagaimana mereka mengekspresikan emosi, bagaimana
mereka bertindak dengan diri mereka sendiri, bagaimana mereka
memberikan informasi dan jalur mengubah kehidupan seseorang, dan
bagaimana mereka mendapatkan keyakinan dalam hidup. Teori yang
mendefinisikan perawatan mencakup lima item atau proses untuk
mengukur kinerja perawat13.
1) Mengetahui (knowing )
Mengetahui ialah upaya untuk belajar tentang peristiwa
kehidupan yang penting. Dalam praktiknya, perawat perlu mengetahui
makna dan peristiwa hidup, fenomena yang terjadi, proses berpikir
yang berfokuspada perhatian dan empati, serta harus berusaha untuk
terus belajar dan meningkatkan informasi tambahan. Bagian:
13

Menghindari Prasyarat, Berfokus pada Layanan, Pengawasan,


Penentuan Nasib Sendiri, atau Keduanya.
2) Keberadaan diri (being with)
Eksistensi perawat itu sendiri merupakan eksistensi emosional.
Presensi atau kehadiran dapat diartikan dalam pelayanan asuhan.
Perawat mampu mengungkapkan perasaannya tanpa hambatan dan
berbagi perasaan, sedangkan perawat diharapkan dapat merasakan
sesuatu di sekitarnya dan bekerja dengan tulus dan jujur terhadap
perawat yang memiliki kecerdasan emosional.
3) Melakukan tindakan yang tepat (doing for)
Hal yang benar untuk dilakukan ialah melakukannya untuk diri
sendiri dan juga untuk orang lain. Mengambil tindakan pada
keterampilan keperawatan berdasarkan data yang tersedia. Klien
membutuhkan kenyamanan klien sebelumnya untuk mencegah
kejadian yang sebenarnya dapat dihindari dengan disiplin, berhati-hati
dan latar belakang, serta memiliki berbagai keterampilan (soft skill)
sebagai perawat.
Sub-dimensi: kenyamanan, harapan, kinerja, perlindungan, dan
kepercayaan.
4) Kemampuan (enabliting)
Kemampuan merupakan pemberdayaan dimana perawat
memfasilitasi perubahan hidup dan peristiwa yang tidak diketahui
yang dikenali klien. Bagaimana memandu pengalaman pelanggan,
memberikan informasi melalui komunikasi yang baik,mencoba
mencari cara untuk memecahkan masalah, memberikan dukungan,
berpikir positif dan memberikan umpan balik kepada pasien selama
komunikasi.
Dimensi sekunder: menjelaskan, mendukung/mengizinkan,
mengubah, memberi umpan balik/membenarkan.
5) Menjaga kepercayaan (maintaning belief)
Mempertahankan kepercayaan diri adalah memiliki keyakinan
pada kemampuan Anda untuk hidup atau transisi dalam hidup dan
14

menentukan masa depan. Mereka menciptakan untuk diri mereka


sendiri belas kasih dan harapan untuk apa yang diinginkan orang lain.
Ada beberapa indikatornya, yaitu: Selalu memiliki harga diri yang
tinggi, perilaku yang memberi harapan kepada orang lain, pemikiran
yang realistis, selalu berpihak pada pelanggan.
Subdimensi: Percaya/mempertahankan kepercayaan diri,
menunjukkan sikap penuh harapan, menunjukkan keyakinan yang
realistis.
e. Atribut Caring dalam keperawatan
Atribut Caring perawat meliputi13:
1) Kemampuan berkomunikasi
Keterampilan komunikasi adalah kemampuan perawat untuk
melakukan proses pengiriman dan penerimaan pesan atau pesan
antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat di
pahami. Komunikasiini dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan
antara perawat dan pasien, keluarga, rekan kerja, dan kelompok
kesehatan lainnya.
2) Keterampilan interpersonal
Kemampuan untuk membentuk hubungan pribadi dengan
satu orang atau lebih
3) Kejujuran
Suatu struktur yang mulia dan jujur dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
4) Empati
Dapat dirasakan keluhan atau suatu masalah dari pasien yang
telah dirawat.
5) Kerjasama dalam tim
Ini merupakan upaya kebersamaan individu atau kelompok.
6) Semangat Kerja
Tulus dengan kemauan yang kuat untuk bekerja dalam
kondisi apapun.
7) Kemampuan mendengarkan orang lain.
15

Kemampuan menyampaikan pesan, menjalin hubungan


interpersonal, dan memberikan dukungan dengan cepat.
8) Kesabaran
Perawat dapat menunjukkan sikap tenang dalam semua
keluhan atau karakteristik pasien.
9) Rasa kasih sayang
Perawat memiliki belas kasihan terhadap orang lain.
10) Kemampuan berorganisasi
Kemampuan membentuk kelompok kooperatif dengan orang
lain untuk mencapai tujuan bersama.
f. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Caring Perawat
Menurut Yuliawati18, faktor-faktor yang mempengaruhi asuhan
keperawatan adalah:
1) Beban Kerja
Beban kerja perawat yang tinggi menyebabkan stres yang besar
bagi perawat dan hal ini menurunkan motivasi caregiver untuk
merawat. Beban kerja yang berat menyebabkan rasa kantuk pada
perawat dan menurunkan motivasi caring.
Tingginya beban kerja menyebabkan perawat memiliki waktu
yanyang bersifat lebih sedikit untuk memahami dan memberikan
perhatian terhadap pasien secara emosional dan hanya berfokus
terhadap kegiatan yang bersifat rutinitas, seperti memberikan obat dan
menulis catatan perkembangan.
2) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang nyaman akan menimbulkan kenyamana
dalam bekerja pada perawat sehingga memungkinkan perawat untuk
menerapkan perilaku caring. Lingkungan kerja tidak hanya terpaku
pada lingkungan fisik saja, namun lebih dari itu iklim kerja yang
kondusif, kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan upah dan
penghasilan berdampak pada meningkatnya kinerja dan motivasi
perawat melakukan caring.
3) Pengetahuan dan pelatihan
16

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa caring


tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi timbul berdasrkan nilai-nilai
dan pengalaman menjalin hubungan dengan orang lain. Peningkatan
pengetahuan dan pelatihan caring yang diberikan kepada
perawatdapat meningkatkan kesadaran perawat untuk melakukan
caring sesuai dengan teori yang dikembangkan. Pengetahuan yang
tinggi tentang caring, menunjukan perilku caring yang lebih baik.
2. Kemampuan Perawat
a. Pengertian kemampuan
1) Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti
kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Kemampuan (ability) berarti
kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan19.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu
dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan
beragamtugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan keseluruhan
seorang individu pada dasarnya terdiri atasmdua kelompok faktor,
yaitu20 :
a) Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas
mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah).
b) Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan,
kekuatan, dan karakteristik serupa.
2) Kemampuan Kognitif
Kognitif berhubungan dengan atau melibatkan kognisi.
Sedangkan kognisi merupakan kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Kemampuan kognitif
17

adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil


kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
sendiri. Menurut Anas Sudijono21, ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak).Ruang gerak pengaturan kegiatan
kognitif adalah aktivitas mentalnya sendiri. Lebih lanjut Gagne
menjelaskan bahwa ”pengaturan kegiatan kognitif mencakup
penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila
sedang menghadapi suatu problem.” W.S. Winkel19, menyatakan
bahwa:
Salah satu ciri pembelajaran kognitif adalah belajar
memperoleh dan menggunakan representasi yang mewakili objek
yang ditemui, baik objek itu orang, benda, atau peristiwa. Objek-objek
ini direpresentasikan atau direpresentasikan dalam diri manusia
dengan jawaban, ide atau simbol, yang kesemuanya bersifat spiritual.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pertimbangan di
atas:
Kemampuan kognitif adalah jenis aktivitas mental (otak) yang
diamati untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman pribadi.
Menyesuaikan aktivitas mental dengan bantuan aturan dan konsep
yang ada, yang kemudian direpresentasikan dengan jawaban, ide atau
simbol.
Benjamin S. Bloom dkk menyarankan bahwa klasifikasi
domain kognitif mencakup enam proses berpikir:
a) Pengetahuan adalah kemampuan seseorang mengingat atau
mendiagnosis ulang nama, istilah, ide, arah, rumus, dll.
Mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan
atau ingatan ini adalah proses berpikir yang paling rendah.
b) Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami atau memahami
sesuatu setelah mengetahui dan mengingat sesuatu. Dengan kata
lain, pemahaman adalah mengetahui sesuatu dan melihatnya dari
sudut pandang yang berbeda. Siswa diberitahu bahwa dia mengerti
ketika dia dapat menjelaskan atau menggambarkannya secara lebih
18

rinci dengan kata-katanya sendiri. Pemahaman adalah tingkat


berpikir yang lebih tinggi daripada ingatan atau ingatan.
c) Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau gagasan umum, proses atau metode, prinsip,
rumus, teori, dll. dalam situasi baru dan spesifik. menerapkan atau
menerapkan. Amalan atau amalan ini merupakan proses berpikir
tingkat tinggi daripada pemahaman.
d) Analisis melibatkan kemampuan untuk membagi keseluruhan
menjadi bagian-bagian sehingga keseluruhan struktur atau
organisasi dapat dipahami dengan lebih baik.
e) Sintesis ialah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menggambarkan suatu bahan atau situasi dalam bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami keterkaitan bagian-bagian
atau unsur-unsur tersebut. Sintesis adalah suatu proses
penggabungan secara logis bagian-bagian atau elemen-elemen
untuk membentuk suatu pola yang terstruktur atau membentuk
suatu pola baru. Tingkat sintesis berada pada tingkat yang lebih
tinggi daripada tingkat analisis.
f) Evaluasi, menurut Bloom, adalah tingkat berpikir tertinggi dalam
domain kognitif. Judgment atau evaluasi disini adalah kemampuan
seseorang untuk mengambil keputusan tentang suatu keadaan, nilai
atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada pilihan yang
berbeda, ia akan dapat membuat pilihan yang terbaik berdasarkan
standar atau kriteria yang ada.
3) Kemampuan Psikomotorik
Keterampilan motorik berhubungan dengan serangkaian
gerakan tubuh dalam urutan tertentu melalui koordinasi gerakan
kompleks dari berbagai bagian tubuh W.S.Winkel19, memaparkan:
“Biarpun belajar keterampilan motorik mengutamakan gerakan-
gerakan seluruh otot, urat-urat dan persendian dalam tubuh, namun
diperlukan pengamatan melalui alat-alat indera dan pengolahan secara
kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman”.
19

Keterampilan motorik tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk


memperoleh gerakan fisik, tetapi juga aktivitas mental/psikologis
(aktivitas kognitif) untuk membentuk koordinasi gabungan yang
disebut penggerak. keterampilan psikomotor. W.S. Winkel19,
menyatakan bahwa ada dua tahap dalam belajar keterampilan motorik:
fase kognitif dan fase fiksasi; Selama pembentukan prosedur,
informasi deklaratif (termasuk informasi prosedural seperti konsep
dan aturan dalam bentuk informasi deklaratif) dikumpulkan tentang
urutan langkah-langkah operasional atau urutan di mana mereka
dilakukan. Ini melibatkan apa yang disebut "fase kognitif" dari belajar
keterampilan motorik. Kemudian, dipandu oleh pengetahuan tentang
proses, urutan gerakan dimulai secara perlahan, hingga semua gerakan
mulai mengalir lebih lancar dan akhirnya seluruh urutan gerakan
mengalir dengan sangat lancar. Ini dikenal sebagai "fase fiksasi", yang
berakhir ketika program latihan dimulai secara otomatis tanpa tingkat
kesadaran yang lebih tinggi.
W.S. Winkel19, selanjutnya mengklasifikasikan domain
psikomotor ke dalam tujuh tingkatan sebagai berikut:
a) Persepsi (perception), termasuk kemampuan untuk menjaga
Perbedaan yang tepat antara dua atau lebih rangsangan didasarkan
pada perbedaan sifat fisik yang khas dari setiap rangsangan.
b) Kesiapan (set), meliputi kemampuan untuk memobilisasi untuk
memulai suatu gerakan atau rangkaian tindakan.
c) Gerakan terbimbing (guided response), yang meliputi kemampuan
melakukan serangkaian gerakan dalam pola tertentu (imitasi).
d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response), termasuk
kemampuan untuk melakukan berbagai gerakan dengan lancar,
karena mereka sepenuhnya terlatih tanpa memperhatikan contoh.a)
e) Gerakan yang kompleks (complex response), termasuk kemampuan
untuk mengeksekusi suatu keterampilan dengan lancar, akurat dan
efisien dari berbagai komponen.
20

f) Penyesuaian pola gerakan (adjustment), suatu pola gerak, termasuk


kemampuan untuk mengubah dan menyesuaikan suatu pola gerak
dengan kondisi setempat atau untuk menunjukkan pencapaian
keterampilan melalui tingkat keterampilan.
g) Kreativitas (creativity), termasuk kemampuan untuk menciptakan
bentuk-bentuk tindakan baru sepenuhnya atas prakarsa dan
prakarsa sendiri. Edward Norman, tertarik untuk mengembangkan
tujuan penilaian pembelajaran, menciptakan alat penilaian,
mengkategorikan indikator pada semua tingkatan dalam area
keterampilan psikomotorik sebagai berikut:
Tabel 2. Taksonomi Ranah Psikomotorik
Tingkat/hasil Ciri-cirinya
belajar
Perception 1. Mengenal obyek melalui pengamatan inderawi
2. Mengolah hasil pengamatan (dalam fikiran)
3. Melakukan seleksi terhadap obyek (pusat
perhatian)

Set 1. Mental set, atau kesiapan mental untuk


bereaksi
2. Physical set, kesiapan fisik untuk bereaksi
3. Emotional set, kesiapan emosi/perasaan untuk
bereaksi
Guided Response 1. Melakukan imitasi (peniruan)
2. Melakukan trial and error (coba-coba salah)
3. Pengembangan respon baru
Mechanism 1. Mulai tumbuh performance skill dalam
berbagai bentuk
2. Respons-respons baru muncul dengan
sendirinya
Complex Overt Sangat terampil (skillful performance) yang
Response digerakkan oleh aktivitas motoriknya

Adaptation 1. Pengembangan keterampilan individu untuk


gerakan yang dimodifikasi
2. Pada tingkat yang tepat untuk menghadapi
(problem solving)
Origination Kemampuan untuk mengembangkan kreativitas
dan gerakan baru untuk memecahkan situasi yang
berbeda atau masalah tertentu
21

3. Tinjauan Teori kegawatdaruratan.


Gawat darurat merupakan suatu keadaan yang mengharuskan pasien
diberikan tindakan medis segera untuk menyelarnatan nyawa pasien dan
untuk rnencegah kecacatan yang lebih parah lagi. Pelaksanaan tindakan
kegawatdaruratan dilaksanakan secara tim pada instalasi gawat darurat,
dengan pemahaman bahwa tindakan pada pasien gawat darurat berbeda
dengan penanganan pada pasien dengan kondisi yang tidak gawat darurat.
Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan harus dilaksanakan secara tim
dan akan dipimpin oleh ketua tim atau leader tim yang harus memberikan
arahan pada anggotanya secara keseluruhan mengenai pelaksanaan tindakan
pada pasien yang mengalami injuri. "Tindakan keperawatan gawat darurat
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai tahapan dan
professional, cepat, dan tepat yang diberikan kepada pasien oleh perawat
yang professional. Kondisi gawat darurat yang sering kali muncul pada
suatu insiden maupun bencana, yang biasanya tidak dapat diprediksi kapan
terjadinya dan jumlah korbannya serta tindakan seperti apa yang harus
dilakukan merupakan salah satu keterbatasan sumber daya atau kurangnya
tenaga kesehatan. Pada tindakan gawat darurat di awali dengan pengkajian
awal seperti status kesehatan pasien sangat penting dilakukan untuk
meminimalkan jumlah korban dan merencanakn tindakan selanjutnya23.
4. Tinjauan Umum Tentang Patient Safety
a. Definisi
Salah satu prinsip utama perawatan kesehatan yang aman adalah
memastikan bahwa pasien aman. Setiap proses yang dirancang untuk
memastikan keselamatan pasien adalah penting. Efek samping dapat
disebabkan oleh masalah dengan praktik, prosedur, atau sistem.
Keamanan proses pengintegrasian sistem dipastikan dengan upaya untuk
memastikan bahwa sistem tersebut aman untuk dioperasikan.
Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan efisiensi,
keamanan, dan manajemen risiko. Ini termasuk pengendalian penyakit,
penggunaan obat yang aman, peralatan keselamatan, praktik klinis yang
aman, dan perawatan yang aman24.
22

Menurut Menkes ' s Order No. 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien di Rumah Sakit, memberikan perawatan pasien yang
lebih aman, termasuk penyelidikan pasien, penilaian dan resolusi,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar, tindak lanjut, dan
tindak lanjut. Ini adalah sistem rumah sakit. Berurusan dengan risiko,
yang disebabkan oleh kecurangan atau kegagalan bertindak.
Implementasi keputusan untuk mencegah cedera yang akan diambil25.
b. Tujuan Keselamatan Pasien
Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit Indonesia pada tahun
2017 antara lain:
1) Menciptakan budaya aman dan ramah pasien
2) Memastikan rumah sakit bertanggung jawab kepada pasien dan
masyarakat
3) Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4) Menerapkan program pencegahan untuk menghindari kejadian yang
tidak diharapkan26.
c. Insiden Keselamatan Pasien
Insiden adalah setiap peristiwa atau kondisi yang tidak ada yang
dapat mengakibatkan atau dapat mengakibatkan cedera. Beberapa insiden
keselamatan pasien melibatkan:
1) Kejadian tak terduga (KTD). Kejadian tersebut dapat menyebabkan
cedera pada pasien.
2) Near-injury adalah ketika masih terjadi insiden yang dekat dengan
pasien.
3) Non-injury event (KTC) adalah insiden yang tidak mengakibatkan
cedera pada pasien.
4) Ada kemungkinan besar terjadi cedera, tetapi sejauh ini tidak ada
insiden.
5) Kejadian sentinel adalah kejadian yang menyebabkan kematian atau
cedera serius.
23

d. Kebijakan Terkait Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien merupakan hal yang harus diperhatikan oleh
seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatannya di rumah
sakit. Sehingga perawat harus mengetahui kebijakan keselamatan pasien
yang harus di terapkannya dalam rumah sakit khususnya terhadap klien
rawat inap, agar terhindarnya klien dari segala resiko kejadian yang tidak
diharapkan terjadi di rumah sakit, begitu juga terhadap perawat.
Kebijakan keselamatan pasien sangat penting diterapkan di rumah sakit
terutama kepada pasien yang dirawat inap, karena resiko terjadinya
kecelakaan ataupun kejadian yang tidak diharapkan sangat tinggi terjadi
di rumah sakit. Seorang perawat tentunya harus mengetahui kebijakan
keselamatan pasien agar dapat mengurangi atau bahkan menghindari
terjadinya resiko kejadian yang tidak diharapkan kepada klien yang
dirawat ataupun terhadap perawat itu sendiri27.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas menjadi faktor penentu
tingkat kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan yang diberikan semakin
baik maka juga akan meningkatkan kepuasan. Keselamatan pasien rumah
sakit adalah suatu sistem yang memberikan asuhan yang lebih aman
melalui upaya, pencegahan, manajemen risiko dan pembelajaran dari
risiko, agar tidak terulang di kemudian hari. Secara lebih sederhana dapat
dikatakan bahwa keselamatan rumah sakit, dengan mencoba belajar dari
kesalahan, mencegah kecelakaan jika tidak mungkin mencoba
menghindari kecelakaan lebih lanjut. Keselamatan merupakan dasar
pedoman pelayanan pasien dan merupakan komponen penting dalam
manajemen mutu KKP-R dalam Prinsip Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Nasional.
e. International Patient Safety Goals (IPSG) memiliki sasaran sebagai
berikut28:
1) Identifikasi pasien yang benar;
2) Meningkatkan komunikasi;
3) Meningkatkan keamanan obat agar
4) Pastikan tempat kerja yang tepat telah diatur
24

5) mengikuti prosedur yang benar, dan bahwa pasien berperilaku dengan


cara yang bertanggung jawab.
6) mengurangi risiko infeksi dari pelayanan kesehatan dan mengurangi
risiko cedera pada pasien karena jatuh.

B. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan


atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan29. Kerangka Konsep pada
penelitian yang dilakukan digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku caring Kemapuan Perawat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Ket :
: Variabel Yang Diteliti
: Mencari Hubungan

C. Hipotesis

Hipotesis untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui ada Hubungan


Perilaku caring dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan
pasien di IGD dan ICU RSUD Kolonodale Morowali Utara.
Ho :Tidak ada hubungan antara Perilaku caring dengan kemampuan perawat
dalam melaksanakan keselamatan pasien di IGD dan ICU RSUD
Kolonodale Morowali Utara.
Ha :Ada hubungan Perilaku caring dengan kemampuan perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien di IGD dan ICU RSUD Kolonodale
Morowali Utara.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif


merupakan penelitian dimana data-datanya dalam bentuk sesuatu yang bisa
dihitung dengan cara merubah kualitatif kedalam kuantitatif 30. Dan
menggunakan desain analitik yaitu penelitian yang mencari tahu kenapa dan
bagaimana masalah itu bisa terjadi. Menggunakan pendekatan Cross Sectional
yaitu sebuah penelitian yang bertujuan agar bisa mengetahui hubungan antara
variabel dimana variabel independen dan dependen diindentifikasi pada waktu
yang bersamaan.31

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruangan IGD dan ICU RSUD
Kolonodale Morowali Utara.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2022

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data atau subjek penelitian
yang diperlukan dalam suatu penelitian. 32 Populasi dalam penelitian ini
adalah perawat yang ada di Ruangan IGD dan ICU RSUD Kolonodale
Morowali Utara sebanyak 32 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap bisa mewakili seluruhan populasi 33. Teknik dalam pengambilan
sampel penelitian ini yaitu menggunakan teknik total sampling. Total

26
27

sampling sendiri merupakan pengambilan sampel yang dimana besar


sampel sama dengan populasi. Alasan menggunakan teknik total
sampling karena menurut jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh
populasi dijadikan sebagai sampel semuanya. Maka dari itu peneliti
mengambil sampel dengan jumlah 32 orang perawat.
D. Variabel Penelitian

Variabel independen adalah suatu atribut atau sifat atau pun nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya 34. Penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang sering disebut variabel
stimulus, prediktor, dan antecendent. Dalam bahasa indonesia sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen (terikat35. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah perilaku caring.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang sering biasa disebut
dengan output, kriteria, dan konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering
disebut variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas 36.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan perawat
dalam melaksanakan keselamatan pasien.
E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional


berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan penelitian
melakukan observasi atau pengukuran berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian. Definisi operasional ditentukan cara pengukuran
yaitu cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karateristiknya.37
28

1. Perilaku Caring
Definisi perilaku caring adalah Perilaku yang ditunjukkan oleh
perawat saat memberikan asuhan keperawatan dengan kasih sayang,
sentuhan, kehadiran, selalu mendngarkan dan memahami pasien.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Caring Baik : 43-56 (76-100%)
Caring Cukup : 29-42 (51-75%)
Caring Kurang : 14-28 (25-50%)
2. Keselamatan pasien
Keselamatan pasien adalah kemampuan tenaga kesehatan untuk
menerapkan standar keselamatan pasien, yang meliputi: tidak ada rekam
medis, tidak ada vaksin, tidak salah obat, tidak ada risiko penyakit dan
tidak jatuh.
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : Pengisian lembar kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Baik jika total nilai > mean/ median
Kurang jika total nilai < mean/ median
F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian


ini adalah lembar kuesioner. Pertanyaan tertulis yang berguna untuk
mendapatkan informasi dari responden adalah kuesioner38. Alat ukur yang
digunakan pada penelitian ini disusun secara sistematis dan berisikan
pertanyaan yang dijawab oleh responden. Tujuan dari alat ukur sebagai alat
memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penlitian dan penjabaran dari
hipotesi. Adapun kuesioner dalam penelitian ini adalah
29

1. Kuesioner Data Demografi


Kuesioner merupakan lembar data demograf yang terdiri dari 6 pertanyaan
meliputi nama,umur,jenis kelamin,tingkat pendidikan dan masa kerja di
unit keperawatan
2. Kuesioner Caring
Pada variabel caring perawat peneliti mengguanakan alat ukur
Caring professional scale (CPS) yang disempurnakan oleh Swanson, CPS
terdiri dari subskala analitik yaitu Compasoionate healer dan compotent
practitioner yang berasal dari 5 komponen caring swanson yaitu
mengetahui (Knowing), kehadiran (Being with), melakukan tindakan
(Doing for), memampukan (Enabling), dan mempertahankan kepercayaan
(Maintenancing Believe), (Kusnanto, 2019). CPS terdiri dari 14 ittem
dengan 5 skalla likert, uji valididtas dan reliabillitas CPS dikembangkan
alat ukurr CPS dengan subskalla empati the barret-llenart relattionship
inventory (r=0,61, p<0,001). Nilai estimasi allpa crobach untuk
konsisttensi internal digunakan untuk membandingkkan beberapa tenaga
kesehatan advance practice nurse (0,74 – 0,96), nurse (0,97), dan dokter
(0,96).
3. Kuesioner Keselamatan Pasien
Mempraktikkan keselamatan pasien adalah semua yang perawat
ketahui tentang keselamatan pasien. Gejala pengukuran jenis ini adalah
tidak adanya kesalahan diagnostik, tidak adanya kesalahan klinis, tidak
adanya kesalahan klinis, penurunan risiko penyakit, dan tidak adanya
jatuh. Pengukuran perbedaan praktik keselamatan pasien dengan
menggunakan kuesioner dan panduan saat digunakan memberikan skor 1
jika tidak digunakan memberikan nilai 0 dan ukuran data, dimana 13
pertanyaan dan menggunkan skala guttmen. Penelitian ini dilakukan oleh
Asri prasasti dendan judul hubungan pengetahuan petugas kesehatan
terhadap penerapan keselamatan pesian dipuskesmas balerejo kabupaten
madiun tahun 2017.
30

G. Teknik Pengumpulan Data

Datass dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari objek yang
akan diteliti39. Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui
wawancara kepala ruangan dan pembagian kuesioner kepada perawat
yang ada di ruangan IGD dan ruangan ICU di RSUD Kolonodale
Morowali Utara.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dipakai untuk membantu data primer 40.
Dalam penelitian ini data sekunder yaitu data dari buku, jurnal dan
skripsi.

H. Analisis data

Sebelum dilakukan analisis data, maka terlebih dahulu data diperiksa


melalui beberapa tahapan sebagai berikut36:
1. Editing :dilakukan dengan cara mengamati kembali data yang
telah dikumpulkan agar diketahui apakah ada kekeliruan
atau tidak.
2. Conding :dilakukan dengan cara memberikan kode atau nilai pada
jawaban yang bersifat kategori sehingga peneliti untuk
memasukan data pada komputer.
3. Tabulating :dilakukan setelah pemeriksaan dan pemberian kode.
Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel agar
lebih mempermudah dalam menganalisis data sesuai
dengan tujuan penelitian.
4. Entry :memasukan data kedalam program komputer untuk
mempermudah proses perhitungan dalam analisis.
5. Cleaning :untuk melihat variabel yang digunakan apakah datanya
sudah benar atau belum, oleh karena itu dilakukan
pembersihan data.
31

6. Describing :setelah data diolah maka data ditampilkan dan diberi


keterangan.

Setelah itu, akan dilakukan analisis data secara univariat dan bivariat
menggunakan program komputer.

1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dipakai untuk menganalisis setiap
variabel dari hasil penelitian yang mewujudkan suatu distribusi frekuensi
dan presentasi dari masing-masing variabel. Variabel independen
(Caring) dan variabel dependen (Kemampuan perawat) rumus yang
digunakan untuk menghitung frekuensi tiap-tiap variabel adalah:
f
P = x 100%
n

Keterangan:
P : Presentasi jawaban responden
f : Frekuensi
n : Jumlah sampel
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkoreksi untuk melihat hubungan antara “Caring
dengan Kemampuan perawat di ruangan IGD dan ICU” dengan
pengolahan data menggunakan aplikai SPSS 116 selanjutnya akan
dilakukan uji Spearman Rank yang dirumuskan sebagai
6 ∑ ❑d
2
r s=1− 2
n (n −1)
Keterangan:
r s : Nilai korelaksi Spearman Rank
2 :
d Selisi Setiap Pasangan Rank
n :
Jumlah Pasangan Rank Untuk Spearman
Persyaratan penggunaan Uji Spearman Rank
a. Apabila Koreksi r > r2 tabell datta menunjjukkan ada korellasi
anttara X dan Y (Ho diitolak, Ha diteriima)
32

b. Apabilla korellaksi r < r2 tabell datta menunjjuhkan tiidak


korellaksi yang signiifikan antara X dan Y ( Ho diiterima, Ha
ditollak)
Kriteria :
0.00 – 0.25 : hubungan lemah ataupun tidak ada
0.26 – 0.50 : Hubungan Sedang
0.51 – 0.75 : Hubungan Kuat
0.76 – 1.00 : Hubungan yang sangat kuat atau sangat baik
Semakin tinggi nilai kekuatan korelasi maka semakin kuat
hubungan antara kedua variabel tersebut.
33

I. Bagan Alur Penelitian

Indetifikasi dan perumusan


Mulai Studi Lapangan masalah

Pengambilan data
3. Tujuan Penelitian
awal
Populasi
perawat
yang
bekerja di
ruangan
IGD dan Teknik total
ICU sampling Sampel 32 Pengumpulan
perawat data kuesioner

Variabel
Analisis data univariat Independe(Caring)
dan bivariat

Variabel dependen
(keselamatan pasien)
Hasil dan

pembahasan

Kesimpulan

dan saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Shilmy SAM. Peran Perawat Dalam Pengambilan Keputusan pada Pasien


di Ruang Gawat Darurat. J Keperawatan. 2019;1–9.
2. Ficy Yuliana Sari. Analisis Penerapan Proses Asuhan Keperawatan Terkait
Manajemen Nyeri terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura. J Chem Inf Model [Internet]. 2018;8(9):1–58. Available
from: file:///C:/Users/A C E R/Downloads/33513-75676603418-1-PB.pdf
3. Rahman IY, Studi P, Keperawatan S, Keperawatan F, Bhakti U, Bandung
K. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Respon Time Perawat Pada
Pelayanan Pasien Igd Berdasarkan Triase Ats 1 – 5 Di Rsud Kota Bandung.
2019;
4. Koerniawan D, Daeli NE, Srimiyati S. Aplikasi Standar Proses
Keperawatan: Diagnosis, Outcome, dan Intervensi pada Asuhan
Keperawatan. J Keperawatan Silampari. 2020;3(2):739–51.
5. Penerapan DAN. HIGH ALERT MEDICATION SESUDAH
PELATIHAN. 2021;8(2).
6. Nisa K. Hubungan Budaya Carring Dengan Keselamatan Pasien Di Rumah
Sakit. 2020.
7. Angkasa MP, Maela N, Martyastuti NE. Literature Review: Hubungan
Perilaku Caring Dan Kinerja Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pelayanan
Keperawatan Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap. J Litbang Kota
Pekalongan. 2021;19(2):161–7.
8. Huriati H, Shalahuddin S, Hidayah N, Suaib S, Arfah A. Quality of service
for patient safety in hospitals. Forum Ekon [Internet]. 2022;24(1):186–94.
Available from:
http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/FORUMEKONOMI
9. Lombogia A, Rottie J, Karundeng M. Hubungan Perilaku Dengan
Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan pasien di Ruang
Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. e-
journal Keperawatan (e-Kp). 2017;4(2):1–8.
10. Kritis K, Instalasi DI, Darurat G, Sakit R, Malang SA. Setyoadi. 2(1).
11. Watson J. Assesing and measuring Caring in nursing and health science (e-
book), diakses tanggal 22 Desembar 2021. 2011.
12. Nursalam. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. edisi 4. Jakarta: Salemba Medika; 2014.
13. Kusmiran, Eny. Soft Skill Caringdalam Pelayanan Keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media; 2015.
14. Roger, A. The Impact of work overload and coping mechanism on different
dimensions of stress among university teachers. Diperoleh tanggal 15
januari 2022 [Internet]. Cairn Info; Available from:
https://www.cairn.info/revue-@grh2013-3-page-93.htm
15. Leininger, M. Culture Care Theor: A Mayor Kontribusi to Advance
Transcultural Nursing Knowlwdge and Parties. Transcultural; 2011. p. 189.
16. Paul M, Philip B. Caring & Communicating alih bahasa Widyawati. Edisi
2. Jakarta: EGC. Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori
dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi. 2009.
17. Potter, Perry. Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 5. Jakarta:
Erlangga;
18. Yuliawati, A. Gambaran Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien di
Ruang Rawat Inap Umum Rs DR.H.Marzoeki Mahdi Bogor. 2017;
19. Winkel WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.; 2004.
20. Damanik BE. Pengaruh Kemampuan Intelektual Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru. Idaarah J Manaj Pendidik. 2018;2(2):143.
21. Sudijono A. Pengantar Evaluasi Pendidikan Kemampuan Kognitif. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada; 2012.
22. Benjamin S. Bloom et. al. Taxonomy of educational Objective, Handbook
I: Cognitive Domain. New York: David McKay; 2011.
23. Profil Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2019. Dinas Kesehat Sulawesi Teng. 2019;1–363.
24. World Health Organization. Safety Patient, [Dikutip 15 Maret 2022].
Tersedia dalam: http://www.who.int/topics/patient_safety/en/p/0. 2017;
25. Research NI for H. Patient Safety : NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre. https://www.who.int/teams/integrated-
health-services/patient-safety. London; 2020.
26. RI KK. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien. Berita Negara Republik Indonesia, 308, 2017; 1–48.
27. Melliany O. Peran Perawat Terhadap Kebijakan Keselamatan Pasien Di
Rumah Sakit. Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. 2018;
28. Solehati DE. Pengaruh Supervisi Terhadap Perilaku Perawat Dalam
Menerapkan Patient Safety Di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo.
[Skripsi]. Semarang. Program Studi Ilmu Keperawatan Departemen Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2017;
29. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. jakarta: Rineka Cipta;
2012.
30. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika; 2017.
31. Hermawan H. Riset Hospitalitas Metode Kuantitatif untuk Riset Bidang
Kepariwisataan. 2019;
32. Susilana R. Modul Populasi dan Sampel. Modul Prakt. 2015;3–4.
33. Dahlan, Sopiyudin. langkah langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Jakarta; 2012.
34. Notoatmodjo PDS. metode penelitian kesehatan. Jakarta: RINEKA CIPTA;
2012.
35. Ridha N. Proses Penelitian, Masalah, Variabel, dan Paradigma Penelitian. J
Hikmah. 2017;14(1):62–70.
36. Japarianto E, Laksmono P, Khomariyah NA. Analisa Kualitas Layanan
Sebagai Pengukur Loyalitas Pelanggan Hotel Majapahit Surabaya Dengan
Pemasaran Relasional Sebagai Variabel Intervening. J Manaj Perhotelan.
2007;3(1):34–42.
37. Di K, Umkm K, Tegal K. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Literasi Keuangan Di Kalangan Umkm Kota Tegal. Manag Anal J.
2015;4(3):252–7.
38. Prof. Dr. Sugiyono. metode penelitian kuantatif kualitatif. ALFABETA;
2019. 346 p.
39. Sihombing, R, M. Manajemen Keperawatan. Medan: Yayasan Kita
Menulis; 2020.
40. Dahlan, Sopiyudin. langkah langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Jakarta; 2012.
KUESIONER PENELITIAN
CARING PERAWAT
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan seksama
2. Setiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban, yang sesuai dengan apa
yang anda rasakan dan anda alami.
TP (tidak pernah) : Apabila hal pernyataan tidak pernah dilakukan
KD (kadang-kadang) : Perlakuan akan sesuatu yang dilakukan hanya
kalau lagi mau aja
SR (Sering) : perlakuan akan sesuatu yg terus menerus namun
tidak tiap hari/hampir tiap hari
SL (selalu) : perlakuan akan sesuatu yang dilakukan secara
terus menerus dan setiap hari/tiap saat
3. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
saudara rasakan.
4. Isi keterangan bila check list (√) lainnya.
5. Bila ada hal-hal yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan.

No Pernyataan TP KD SR SL
1 Perawat memperkenalkan diri
2 Perawat menemui saya untuk menawarkan bantuan
3 Perawat menunjukkan perhatian kepada saya
(menanyakan keadaan/keluhan yang dirasakan saat
menemui pasien)
4 Perawat melibatkan keluarga saya atau orang yang
dianggap berarti ke dalam perawatan saya
5 Perawat menjelaskan kepada saya dan keluarga,
terutama mereka yang bertanggungjawab
6 Perawat menanyakan apa yang saya rasakan dan apa
yang bisa perawat lakukan untuk membantu saya
7 Perawat suka mendengarkan keluhan, perasaan, dan
masukan dari saya
8 Perawat menunjukkan sikap sabar dalam melakukan
proses keperawatan
9 Perawat memberikan kenyamanan yang mendasar
seperti ketenangan (control suara), selimut yang
memadai dan tempat tidur yang bersih
10 Perawat melakukan tindakan sesuai profesional dalam
penampilannya sebagai perawat profesional
11 Perawat memberikan perawatan dengan tepat waktu
12 Perawat menghormati hak- hak saya sebagai pasien
13 Perawat memberikan saya motivasi untuk berfikir
positif tentang kondisi sakit yang saya alami
14 Perawat mengajarkan pada saya cara untuk merawat
diri sendiri setiap kali Memungkinkan
(Swanson Dalam(Kusnanto, 2019))
KESELAMATAN PASIEN

No. Responden :
Tanggal Di isi :
Identitas Responden
1. Usia : tahun
2. Jenis Kelamin : L/P
3. Pendidikan Terakhir :
4. Masa Kerja di Unit Keperawatan :
5. Status Perkawinan :

Berikan tanda centang pada kolom di bawah ini

Menerapkan
NO PERNYATAAN Ya Tidak
Petugas selalu menanyakan identitas sebelum pemberian obat,
1
darah atau produk darah.
Perawat selalu menanyakan identitas sebelum
2 mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
3 Pasien menggunakan gelang identifikasi.
4 Petugas memberi label nama di setiap obat.
5 Perawat menyebutkan jenis-jenis obat kategori high alert
Petugas melakukan verifikasi sebelum melakukan tindakan
6
medis.
Memeriksa kelengkapan alat sebelum melakukan
7 tindakan medis.
Petugas menanyakan ulang identitas pasien sebelum
8
dilakukan tindakan medis.
9 Alat yang digunakan selalu dalam keadaan steril.
10 Menggunakan alat injeksi sekali pakai.
11 Petugas melakukan identifikasi pasien risiko jatuh
Petugas menjelaskan langkah-langkah apa saja yang
12
diterapkan untuk mengurangi risiko pasien jatuh.
13 Petugas memasang alat pengaman pada bed pasien.
56

KUESIONER OBSERVASI PENELITI

Dilakukan
NO PERNYATAAN Ya Tidak
Petugas selalu menanyakan identitas sebelum pemberian obat,
1
darah atau produk darah.
Perawat selalu menanyakan identitas sebelum mengambil darah
2 dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
3 Pasien menggunakan gelang identifikasi.
4 Petugas memberi label nama di setiap obat.
5 Perawat menyebutkan jenis-jenis obat kategori high alert
Petugas melakukan verifikasi sebelum melakukan tindakan medis.
6
Memeriksa kelengkapan alat sebelum melakukan tindakan medis.
7
Petugas menanyakan ulang identitas pasien sebelum dilakukan
8
tindakan medis.
9 Alat yang digunakan selalu dalam keadaan steril.
10 Menggunakan alat injeksi sekali pakai.
11 Petugas melakukan identifikasi pasien risiko jatuh
Petugas menjelaskan langkah-langkah apa saja yang
12
diterapkan untuk mengurangi risiko pasien jatuh.
13 Petugas memasang alat pengaman pada bed pasien.
57

Anda mungkin juga menyukai