Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

TREND DAN ISSUE PERKEMBANGAN PELAYANAN


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pengampu : Tri Anonim, S. ST, M. Kes


Disusun Oleh:
1. Arina Nailal Ulya (P1337420323089)
2. Winta Ummu Aiman (P1337420323111)
3. Nailus Sa'adah (P1337420323123)
4. Indah Dwi Noviana (P1337420323129)
5. Siti Diah Ayu (P1337420323149)
6. Sirajuddin Masyhuri (P1337420323155)
7. Diva Nabilla Choirunnisa (P1337420323139)
8. Fina Sofiyana Aqtina (P1337420323145)
9. Ardeva Naufal Aziz (P1337420323117)
10. Erika Kurniasari (P1337420323152)
11. Pipit Amelia Agustin (P1337420323092)
12. Aprilia Yasin Fatarani (P1337420323118)
13. Rangga MiftahPratama Putra (P1337420323143)
14. Citra Ningrum (P13374203231098)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI KEPERAWATAN PEKALONGAN PROGRAM DIPLOMA III
TAHUN AJARAN 2023 / 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari
adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit
dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan
menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu
Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian keperawatan medikal bedah?
2. Bagaimana trend dan issue dalam keperawatan medical bedah?
3. Bagaimana isu aspek legal?
4. Bagaimana trend keperawatan medikal bedah dan implikasinya di Indonesia?
5. Bagaiman trend keperawatan mandiri masa kini?

1.3 TUJUAN
1. Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
2. Mengidentifikasi issue dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
3. Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di
Indonesia
4. Mengetahui issue aspek legal dalam keperawatan professional
5. Mengetahui trend keperawatan mandiri masa kini.

1.4 MANFAAT
1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu
keperawatan medikal bedah di Indonesia
2. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah
3. Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang
berkembang dalam bidang kesehatan
4. Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Keperawatan medikal bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana
keperawatan itu sendiri adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan
dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan
patofisiologis.

2.2 TREND DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Seluruh bidang pelayanan kesehatan sedang berubah dan tidak satupun perubahan
yang berjalan lebih cepat dibandingkan yang terjadi di bidang perawatan akut. Di sini,
perawat memberikan bantuan langsung baik untuk pasien maupun keluarga yang menghadapi
penyakit atau cedera. Hal ini memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan
nyata bagi perawat. Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini membutuhkan
perencanaan dan pencatatan yang yang dengan jelas mengidentifikasi masalah-masalah dan
intervensi- intervensi. juga perencanaan perawatan kesehatan jangka pendek dan panjang
untuk individu dan keluarga.
Di bidang perawatan yang tengah berubah ini, yang bakal terjadi pada tahun 1989,
kami mencatat tujuh trend utama yang kami yakin akan mempunyai dampak berkepanjangan
pada perawatan dan perawatan pasien, yaitu:
1. Penurunan biaya perawatan kesehatan
Implementasi dari kemungkinan reimbursemen (pengembalian uang) yang dimulai
dengan pasien Medicare yang menggantikan fokus pelayanan kesehatan
menjadi pembendungan biaya. Rumah sakit telah menanggapi pengurangan biaya perawatan
dengan mengurangi jumlah tempat tidur dan staf. Selain itu, meskipun perawatan pasien di
rumah sakit menjadi lebih singkat, namun pasiennya lebih parah, mengakibatkan peningkatan
kebutuhan asuhan keperawatan dan kelebihan beban kerja. Keadaan ini telah mewajibkan
bahwa keperawatan meninjau kembali standar minimum dari perawatan sementara tetap
mempertahankan dan memberikan asuhan keperawatan yang efektif. Sebagai akibat dari
perubahan ini, perawat harus berfungsi lebih efektif. Karena belum pernah sebelumnya,
rencana perawatan pasien harus mencerminkan persiapan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pasien dan standar-standar perawatan di bawah tekanan-tekanan keterbatasan
waktu dan sumber daya yang lebih sedikit.
2. Perhitungan biaya asuhan keperawatan
Perhatian profesi oleh karenanya terfokus pada biaya pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dalam kondisi prospektif pengembalian uang, baiaya lebih sedikit, waktu yang
terbatas, dan pengurangan jumlah tempat tidur dan staf. Perhitungan kontribusi keperawatan
pada perawatan pasien dapat digunakan untuk menentukan biaya pemberian asuhan pada
pasien khusus. Dengan menghitung waktu keperawatan, membutuhkan pengidentifikasian
tingkat asuhan keperawatan yang diperlukan bagi setiap pasien, yang dapat digunakan untuk
"pajak" langsung dari sumbangan pelayanan. Pada rumah sakit-rumah sakit yang telah
menarik pajak untuk pelayanan keperawatan, rencana asuhan pasien sudah merupakan bagian
integral dari penyesuaian biaya asuhan keperawatan.
3. Pengurangan lamanya dirawat
Ketentuan dari perawatan yang dibuat dengan keinginan sendiri harus direncanakan
dan diberikan dengan kontinuitas sejalan dengan penurunan masa perawatan. Banyak pasien
yang meninggalkan rumah sakit lebih dini masih membutuhkan perawatan kesehatan. Rumah
sakit menanggapi kebutuhan ini dengan membuat ruangan/tempat tidurperawatan transisi,
membuat agensi perawatan kesehatan sendiri, atau menyewa koordinator yang berlandaskan
rumah sakit untuk kerja dengan agensi pelayanan kesehatan swasta. Perawat memikul
tanggung jawab yang besar untuk memastikan bahwa pasien yang pulang pada waktu sesuai
dengan penggolongan kelompok diagnosis yang berhubungan. Perencanaan pulang yang
agresif harus dimulai pada penerimaan di unit medikal/bedah dan menggabungkan
pengetahuan tentang sumber-sumber rumah sakitdan komunitas yang tersedia untuk pasien.
Untuk mempermudah pemulangan dini tetapi aman dan untuk menjamin kontinuitas
perawatan, banyak batasan-batasan unit tradisional dilanggar. Manager keperawatan-kasus
mengikuti pasien dari penerimaan sampai unit perawatan umum hingga pemulangan kembali
ke komuniti dalam suatu upaya untuk mencapai hasil yang optimal. Rencana perawatan
terkoordinasi yang efektif dapat membantu menjamin kontinuitas perawatan antara sistem
pelayanan kesehatan dan rumah atau agensi yang menerima pemindahan.
4. Peningkatan kepercayaan terhadap teknologi tinggi
Beberapa tahun yang lalu sebelum "teknologi" menjadi suatu kecenderungan,
perawat-perawat menunjukkan perhatian bahwa pasien dalam bahaya kematian diantara
selang-selang, alat pemantau, dan mesin-mesin karena teknologi yang kompleks menjadi
bagian yang meningkat dengan pesat dalam perawatan kesehatan. Hal ini mengarahkan
perawat-perawat untuk menjadi penasehat hukum bagi individualitas pasien, konsep holistik
tentang interaksi "pikiran-jiwa-tubuh", dan meningkatkan kewaspadaan terhadap dilema isu-
isu etik seperti kualitas hidup/hak untuk mati. Menyertakan konsep-konsep ini dan
pertimbangan dari latar belakang budaya sosioekonomi individual dapat memudahkan
pencapaian keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan-kebutuhan manusia.
5. Kebutuhan akan pengetahuan keperawatan tahap lanjut
Intervensi keperawatan intensif dibutuhkan untuk mengatasi peningkatan akuitas
pasien dalam menghadapi lamanya dirawat yang lebih singkat didalam lingkungan
medikal/bedah. Perawat membutuhkan keahlian-keahlian klinik yang lebih baik, kematangan,
kemampuan berpikir kritis, keasertifan, dan ketrampilan-ketrampilan penatalaksanaan pasien
untuk mengatasi peningkatan tanggung jawab ini.
6. Kebutuhan akan kolaborasi dan komunikasi
Sejalan dengan pemberian pelayanan kesehatan yang makin kompleks dan makin
terpusat secara ekonomis, kebutuhan akan komunikasi dan kolaborasi antar profesi-profesi
kesehatan makin tinggi. Hanya melalui kolaborasi anatar departemen, pelayanan-pelayanan,
serta fasilitas- fasilita memungkinkan profesional-profesional medikal memberikan
perawatan yang paling efisien dan komprehensif. Perawat sebagai koordinator primer
keseluruhan perawatan pasien, berkewajiban untuk menjamin bahwa hal ini berlangsung.
Komunikasi dan kolaborasi intradepartemen dapat dilakukan dalam bentuk konferensi
perawatan pasien. Informasi yang didapatkan dari konferensi ini dimasukkan ke dalam
rencana perawatan yang menyeluruh oleh perawat, yang bekerja sebagai penghubung antara
pemberi perawatan kesehatan. Jadi, rencana perawatan dan pencatatan komunikasi yang
terjadi terus menerus berfungsi sebagai parantara antara perawat dan disiplin lain.
7. Inovasi dalam perencanaan melalui komputerisasi
Institusi yang menggunakan laporan dengan komputer meningkatkan jumlah
perencanaan perawatan yang diberikan dan dipertahankan daripada yang terjadi sebelum
komputerisasi. Kenyataanya, sistem komputer telah memberikan dampak yang
menyenangkan pada proses, karena perawata-perawat dapat dengan cepat memasukkan,
menayangkan, memperbaiki, mengevaluasi, dan mencetak rencana perawatan, sehingga
meningkatkan kualitas penyimpanan catatan.

2.3 ISSUE ASPEK LEGAL


Tenelusuring akan berkaitan dengan isu aspek legal. Perawat memiliki komitmen
menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode
etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti
dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalammerawat pasien adalah:
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetapterjaga.
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan
potensialresiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet
atau telepon)dan keuntungannya.
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol
denganmembuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email.
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan
penyalahgunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

2.4 TREND KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN


IMPLIKASINYA DI INDONESIA
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yaitu, Telenursing ( Pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh). Menurut Martono,
telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa
perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa
batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan
pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis
multimedia (Britton, Kechner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan
mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan
terapicutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem
ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit
Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh
tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.

2.5 TREND KEPERAWATAN MANDIRI MASA KINI


Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok maupun
individu. Hal ini menyebabkan perawat selalu menjadi pusat perhatian dari masyarakat
maupun pasien yang dirawatnya. Mengikuti perkembangan perawatan dunia, para perawat
menginginkan perubahan yang mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya
membantu tugas pelaksanaan tugas dokter, yang menjadi bagian dari upaya pencapaian
tujuan asuhan medis, kini mereka, menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai bergeser yang dulu perawat hanya
sebagai perpanjangan dari dokter untuk merawat pasien selama 24 jam, kini tuntutan itu
sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang tentunya mempunyai
konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung gugat, baik dari pasien,
dokter, maupun profesi kesehatan lainya, dan bahkan kadang harus
mempertanggungjawabkan dirinya baik secara perdata maupun pidana di pengadilan akibat
kesalahan tindakan terhadap pasien maupun malpraktik yang terjadi atas diri perawat itu,
maupun bersama-sama dengan profesi kesehatan lainya, seperti dokter, X-ray, Laboratorium.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keperawatan medikal bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana
keperawatan itu sendiri adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini
membutuhkan perencanaan dan pencatatan yang yang dengan jelas mengidentifikasi
masalah-masalah dan intervensi- intervensi. Karena belum pernah sebelumnya, rencana
perawatan pasien harus mencerminkan persiapan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pasien dan standar-standar perawatan di bawah tekanan-tekanan keterbatasan waktu dan
sumber daya yang lebih sedikit. Perhitungan biaya asuhan keperawatan Perhatian profesi oleh
karenanya terfokus pada biaya pemberian asuhan keperawatan pada pasien dalam kondisi
prospektif pengembalian uang, baiaya lebih sedikit, waktu yang terbatas, dan pengurangan
jumlah tempat tidur dan staf. Rencana perawatan terkoordinasi yang efektif dapat membantu
menjamin kontinuitas perawatan antara sistem pelayanan kesehatan dan rumah atau agensi
yang menerima pemindahan.
Peningkatan kepercayaan terhadap teknologi tinggi Beberapa tahun yang lalu sebelum
"teknologi" menjadi suatu kecenderungan, perawat-perawat menunjukkan perhatian bahwa
pasien dalam bahaya kematian diantara selang-selang, alat pemantau, dan mesin-mesin
karena teknologi yang kompleks menjadi bagian yang meningkat dengan pesat dalam
perawatan kesehatan. Kebutuhan akan kolaborasi dan komunikasi Sejalan dengan pemberian
pelayanan kesehatan yang makin kompleks dan makin terpusat secara ekonomis, kebutuhan
akan komunikasi dan kolaborasi antar profesi-profesi kesehatan makin tinggi. Informasi yang
didapatkan dari konferensi ini dimasukkan ke dalam rencana perawatan yang menyeluruh
oleh perawat, yang bekerja sebagai penghubung antara pemberi perawatan kesehatan. Inovasi
dalam perencanaan melalui komputerisasi Institusi yang menggunakan laporan dengan
komputer meningkatkan jumlah perencanaan perawatan yang diberikan dan dipertahankan
daripada yang terjadi sebelum komputerisasi.
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yaitu: Telenursing ( Pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) Menurut Martono,
telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa
perawat. Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai bergeser yang dulu perawat hanya
sebagai perpanjangan dari dokter untuk merawat pasien selama 24 jam, kini tuntutan itu
sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang tentunya mempunyai
konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung gugat, baik dari pasien,
dokter, maupun profesi kesehatan lainya, dan bahkan kadang harus
mempertanggungjawabkan dirinya baik secara perdata maupun pidana di pengadilan akibat
kesalahan tindakan terhadap pasien maupun malpraktik yang terjadi atas diri perawat itu,
maupun bersama-sama dengan profesi kesehatan lainya, seperti dokter, X-ray, Laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai