Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“Trend dan Isu Terbaru tentang Keperawatan Medikal Bedah”

Dosen Pengampu: Ns.Jufrika Gusni,M.Kep,Sp.Kep.M.B

OLEH

Aufi Auliah (21334019)

Aulia Putri Azzahra (21334020)

Aziza Rahmi (213340224)

Azka Amirul Ramadhan (21334025)

Bintang Rahmadhisa (21334026)

Bitri Suci Ananda (21334027)

Bunga Meylia Herlin (21334028)

Bunga Riyanda (21334029)

Bunga Santika Putri (21334030)

Cantika Ananda (21334031)

Cindy Claudia (21334032)

D-III KEPERAWATAN LOKAL 2 A

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BP. 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamulillahirobbilalamin. Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah swt.


Atas rahmat,nikmat dan karunia-Nya,sehingga Tugas Makalah mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I ini telah dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu syarat untuk tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I.

Pada kesempatan ini,Saya dengan kerendahan hati mengucapkan


Terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen mata kuliah Keperawata Medikal Bedah I
yang telah memberikan ilmu,pengarahan,bimbingan serta motivasi kepada
Saya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini Inshaa Allah dengan baik.
Tak lupa Saya berterimakasih kepada kakak-kakak tingkat yang telah membatu
dan membimbing kami. Juga Saya ucapkan Terimakasih kepada semua rekan-
rekan Saya D-III Keperawatan Universitas Negeri Padang.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan
kelemahan serta keterbatasan yang Saya miliki. Dengan segala kerendahan hati
Saya mengharapkan saran yang sifatnya membangun dari semua pembaca dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kemajuan D-III Keperawatan Universitas
Negeri Padang di masa mendatang.

Pariaman,04 September 2022

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………..………..............….....2

Daftar Isi……………………………………………....………..............…....3

BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……………………………….............………….…..4

b. Rumusan Masalah…………………………..…..............…………...5

c. Tujuan Masalah…………………………....…….............…………..5

BAB 2 ISI

a. Trend dan Issue Dalam Keperawatan Medikal Bedah ........................6


b. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya Di Indonesia.
………………………………….........................................11
c. Issue Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya Di
Indonesia…………………………………..........................................15

BAB 3 PENUTUP

a. Kesimpulan…………………………………............…….................17

b. Perpustakaan ………………………………………...............……...18

3
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan


keilmuannya sebagai wujud untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam
tingkatan kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Unpreklinik maupun klinik. Untuk
dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak
terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan,
variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai peru
bahan yang terjadi akan menimbulkan teknik intervensi keperawatan. Adanya
berbagai peru bahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang
menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena
diatas, kami dari Kelompok 2 Lokal 2A membahas Trend dan Isu Keperawatan
serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN
1. Bagaimana trend dan issue dalam keperawatan medikal bedah ?
2. Bagaimana trend keperawatan medikal bedah dan implikasinya di
Indonesia ?
3. Bagaimana issue keperawatan medikal bedah dan implikasinya Di
Indonesia ?

4
C. TUJUAN PERMASALAHAN
1. Untuk mengetahui dan mempelajari trend dan issue dalam keperawatan
medikal bedah!
2. Untuk mengetahui dan mempelajari trend keperawatan medikal bedah dan
implikasinya di Indonesia !
3. Untuk mengetahui dan mempelajari issue keperawatan medikal bedah dan
implikasinya di Indonesia !

5
BAB II PEMBAHASAN

A. TREND DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH

Seluruh bidang pelayanan kesehatan sedang berubah dan tidak satupun


perubahanyang berjalan lebih cepat dibandingkan yang terjadi di bidang
perawatan akut. Di sini, perawat memberikan bantuan langsung baik untuk pasien
maupun keluarga yang menghadapi penyakit atau cedera. Hal ini memberikan
suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata bagi perawat. Tanggung
jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini membutuhkan perencanaan dan
pencatatan yang yang dengan jelas mengidentifikasi masalah-masalah dan
intervensi-intervensi, juga perencanaan perawatan kesehatan jangka pendek dan
panjang untuk individu dan keluarga.Di bidang perawatan yang tengah berubah
ini, apakah yang bakal terjadi? Pada tahun 1989, kami mencatat tujuh trend utama
yang kami yakin akan mempunyai dampak berkepanjangan pada perawatan dan
perawatan pasien, yaitu:

a. Penurunan biaya perawatan kesehatan


b. Perhitungan biaya asuhan keperawatan
c. Pengurangan lamanya dirawat
d. Peningkatan kepercayaan terhadap teknologi tinggi
e. Kebutuhan akan pengetahuan keperawatan tahap lanjut
f. Kebutuhan akan kolaborasi dan komunikasi
g. Inovasi dalam perencanaan perawatan melalui komputerisasi

Mereka yang memantau kecenderungan ini (juga staf perawat yang


memberikan perawatan langsung) dapat membuktikan bahwa
kecenderungan ini telah benar-benar menimbulkan, dan akan terus
memiliki efek yang sangat mendalam pada profesi dan praktik
keperawatan.

6
1. Penurunan Biaya Perawatan Kesehatan

Implementasi dari kemungkinan reimbursemen (pengembalian uang)


yangdimulai dengan pasien Medicare yang menggantikan fokus pelayanan
kesehatanmenjadi pembendungan biaya. Rumah sakit telah menanggapi
pengurangan biaya perawatan dengan mengurangi jumlah tempat tidur dan staf.
Selain itu, meskipun perawatan pasien di rumah sakit menjadi lebih singkat,
namun pasiennya lebih parah,mengakibatkan peningkatan kebutuhan asuhan
keperawatan dan kelebihan beban kerja.

Keadaan ini telah mewajibkan bahwa keperawatan meninjau kembali


standarminimum dari perawatan sementara tetap mempertahankan dan
memberikan asuhankeperawatan yang efektif. Sebagai akibat dari perubahan ini,
perawat harus berfungs ilebih efektif. Karena belum pernah sebelumnya, rencana
perawatan pasien harus mencerminkan persiapan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pasien dan standar-standar perawatan di bawah tekanan-tekanan
keterbatasan waktu dan sumber daya yang lebih sedikit.

2. Perhitungan Biaya Asuhan Keperawatan

Perhatian profesi oleh karenanya terfokus pada biaya pemberian asuhan


keperawatan pada pasien dalam kondisi prospektif -pengembalian uang, baiaya
lebih sedikit, waktu yang terbatas, dan pengurangan jumlah tempat tidur dan staf.
Perhitungan kontribusi keperawatan pada perawatan pasien dapat digunakan
untuk menentukan biaya pemberian asuhan pada pasien khusus.

Dengan menghitung waktu keperawatan, membutuhkan pengidentifikasian


tingkat asuhan keperawatan yang diperlukan bagi setiap pasien, yang dapat
digunakan untuk “pajak” langsung dari sumbangan pelayanan. Pada rumah sakit-
rumah sakit yang telah menarik pajak untuk pelayanan keperawatan, rencana
asuhan pasien sudah merupakan bagian integral dari penyesuaian biaya asuhan
keperawatan. Penjabaran tentang bidang keperawatan telah menjadi tantangan
yang berkelanjutan sejak awalanya profesi kita. Tentang apa dan bagaimana dari
bidang keperawatan telah dijelaskan pada bagian-bagian dalam sejumlah publikasi
yang telah ada yang membantu operasionalisasi pekerjaan keperawatan.

7
3. Pengurangan Lamanya Dirawat

Ketentuan dari perawatan yang dibuat dengan keinginan sendiri


harusdirencanakan dan diberikan dengan kontinuitas sejalan dengan penurunan
masa perawatan. Banyak pasien yang meninggalkan rumah sakit lebih dini masih
membutuhkan perawatan kesehatan. Rumah sakit menanggapi kebutuhan ini
denganmembuat ruangan/tempat tidur perawatan transisi, membuat agensi
perawatan kesehatan sendiri, atau menyewa koordinator yang berlandaskan rumah
sakit untuk kerja denganagensi pelayanan kesehatan swasta.

4. Meningkatnya Ketergantungan terhadap Teknologi Tinggi

Dalam lingkungan “bermusuhan” dari masyarakat yang tunduk pada


hukum,praktik kedokteran defensive telah mengakibatkan peningkatan
ketergantungan pada teknologi diagnostik dan intervensi pengobatan yang
canggih. Beberapa tahun yang lalu sebelum “tekti” menjadi suatu kecenderungan,
perawat-perawat menunjukkan perhatian bahwa pasien dalam bahaya kematian
diantara selang-selang, alat pemantau, danmesin-mesin karena teknologi yang
kompleks menjadi bagian yang meningkat dengan pesat dalam perawatan
kesehatan. Hal ini mengarahkan perawat-perawat untuk menjadi penasehat hukum
bagi individualitas pasien, konsep holistik tentang interaksi “pikiran- jiwa-tubuh”,
dan meningkatkan kewaspadaan terhadap dilema isu-isu etik seperti kualitas
hidup/hak untuk mati. Menyertakan konsep-konsep ini dan pertimbangan dari
latar belakang budaya/sosioekonomi individual dapat memudahkan pencapaian
keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan-kebutuhan manusia.

5. Kebutuhan akan Pengetahuan Keperawatan Tahap Lanjut

Intervensi keperawatan intensif dibutuhkan untuk menagatasi peningkatan


akuitas pasien dalam menghadapi lamanya dirawat yang lebih singkat didalam
lingkungan medikal/bedah. Perawat membutuhkan keahlian-keahlian klinik yang
lebih baik, kematangan, kemampuan berpikir kritis, keasertifan, dan ketrampilan-
ketrampilan penatalaksanaan pasien untuk mengatasi peningkatan tanggung jawab
ini.

8
Program-program sertifikasi keperawatan spesialis memberikan tujuan-
tujuanyang umum: untuk memberikan perlindungan konsumen, untuk memajukan
pengetahuan dan kompetensi keperawatan, untuk meningkatkan otonomi
keperawatan,dan untuk memperkuat kolaborasi. Sertifikasi memberikan
pengakuan pada hasil yangtelah dicapai perawat tentang standar-standar yang
sebelumnya telah ditetapkan olehkelompok yang mengeluarkan sertifikasi, dan
oleh karenanya sertifikasi ini menjadi sesuatu yang penting dalam era yang
semakin memperhatikan biaya karena paramanajer mencari para profesionalyang
kompeten untuk di pekerjakan. Selain itu,kepercayaan semacam ini bisa menjadi
kerangka kerja untuk reimbursement oleh pembayar ketiga.

6. Kebutuhan akan Kolaborasi dan Komunikasi

Sejalan dengan pemberian pelayanan kesehatan yang makin kompleks dan


makinterpusat secara ekonomis, kebutuhan akan komunikasi dan kolaborasi antar
profesi- profesi kesehatan makin tinggi. Hanya melalui kolaborasi anatar
departemen, pelayanan-pelayanan, serta fasilitas-fasilita memungkinkan
profesional-profesional medikal memberikan perawatan yang paling efisien dan
komprehensif. Perawat sebagai koordinator primer keseluruhan perawatan pasien,
berkewajiban untuk menjamin bahwa hal ini berlangsung. Komunikasi dan
kolaborasi intradepartemen dapat dilakukan dalam bentuk konferensi perawatan
pasien.

Informasi yang didapatkan dari konferensi ini dimasukkan ke dalam


rencana perawatan yang menyeluruh oleh perawat, yang bekerjasebagai
penghubung antara pemberi perawatan kesehatan. Jadi, rencana perawatan dan
pencatatan komunikasi yang terjadi terus menerus berfungsi sebagai parantara
antara perawat dan disiplin lain. Pasien dan keluarga, karena mempunyai
tanggung jawab untuk mereka sendiri (kontrol lokus-internal), juga turut serta
dalam banyak keputusan berkenaan dengan tingkat dan besarnya asuhan
kesehatan yang mereka inginkan. Hal-hal yang berkenaan dengan moral dan etik
mereka, seperti keputusan-keputusan no code/keinginan hidup,dengan tanggal,
waktu, dan nama-nama dari mereka, yang turut serta harus dimasukkan dalam

9
rencana perawatan. Hal ini memberikan pencatatan legal dan etik dari proses
pembuatan keputusan/komunikasi.

7. Inovasi dalam Rencana Asuhan melalui Komputerisasi

Banyak perawat meyakini bahwa waktu mereka yang terbatas lebih


baikdihabiskan untuk pemberian perawatan pasien di tempat tidur daripada
mengisi kertaskerja. Penggunaan rencana perawatan tertulis hanya menunjukkan
devisi tugas fungsional dan kewajiban menghidupkan terus menerus gagasan
bahwa rencana-rencana perawatan adalah kerja sibuk, tidak berhubungan dengan
pemberian asuhan.

Pembuatan kembali rencana asuhan untuk menggunakan model-model


keperawatan meningkatkan penggunaan dan memberikan pencatatan singkat,
memperlihatkan hubungan antara perencanaan dan pencatatan. Institusi yang
menggunakan laporandengan komputer meningkatkan jumlah perencanaan
perawatan yang diberikan dan dipertahankan daripada yang terjadi sebelum
komputerisasi. Kenyataanya, system komputer telah memberikan dampak yang
menyenangkan pada proses, karena perawata-perawat dapat dengan cepat
memasukkan, menayangkan, memperbaiki,mengevaluasi, dan mencetak rencana
perawatan, sehingga meningkatkan kualitas penyimpanan catatan.

Perawat memikul tanggung jawab yang besaruntuk memastikan bahwa


pasien yang pulang pada waktu sesuai dengan penggolongan kelompok diagnosis
yang berhubungan. Perencanaan pulang yang agresif harus dimulai pada
penerimaan di unit medikal/bedah dan menggabungkan pengetahuan tentang
sumber-sumber rumah sakit dan komunitas yang tersedia untuk pasien. Untuk
mempermudah pemulangan dini tetapi aman dan untuk menjamin kontinuitas
perawatan, banyak batasan-batasan unit tradisional dilanggar. Manager
keperawatan-kasus mengikuti pasien dari penerimaan sampai unit perawatan
umum hingga pemulangan kembali ke komuniti dalam suatu upaya untuk
mencapai hasil yang optimal. Rencana perawatan terkoordinasi yang efektif dapat
membantu menjamin kontinuitas perawatan antara sistem pelayanan kesehatan
dan rumah atau agensi yang menerima pemindahan.

10
B. TREND KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN IMPLIKASINYA
DI INDONESIA
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi
dalam berbagai bidangyang meliputi:
a) Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh)
adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat.
Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan
tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari
rawat,meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model
pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still &
Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi
antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga
konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini
baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah
SakitInternasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan
teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih
belum memadai.

b) Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka


Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban
area luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi berbagai growt factor
yang berperan dalam proses penutupan luka, antara lain TGF beta 1-3,
PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah durasi
waktu dalam memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya
infeksi dapat diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat
aliran oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting lainnya serta merupakan
wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara
optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk penyembuhan
luka. Hal ini akan berdampak pada layanan keperawatan,meningkatkan

11
kepuasan pasien serta memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian,
prinsip ini belum diterapkan di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.

c) Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group


Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang,
hal ini akan berdampak pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual
yang rentan akan memberikan dampak terjadinya HIV-AIDS yaitu seks
bebas. Saat ini sedang dikembangkan model ”peer group” sebagai salah satu
cara dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan remaja akan
kesehatan reproduksinya dengan harapan suatu kelompok remaja akan dapat
mempengaruhi kelompok remaja yang lain. Metode ini telah diterapkan pada
lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya
masyarakat. Adapun angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga
Juni 2008 adalah sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap
AIDS/IDU. Hal ini akan sangat mengancam masa depan bangsa dannegara
ini.

d) Program sertifikasi perawat keahlian khusus


Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam
tatanan layanan keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan medikal
bedah misalnya sertifikasi perawat luka oleh INETNA, sertifikasi perawat
anastesi, perawat emergency, perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat
ICCU, perawat instrument OK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah
standarisasi setiap sertifikasi sudah sesuai dengan kompetensi perawat
profesional karena menurut analisa kami program tersebut berjalan sendiri-
sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi profesi dan terkesan hanya
proyek dari lembaga-lembaga tertentu saja.
e) Hospice Home Care
Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di
rumah setelahdilakukan perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah
tidak perlu dilakukan lagi.Bidang garapnya meliputi aspek bio-psiko-sosio-
spiritual yang bertujuan dalam memberikan dukungan fisik dan psikis,

12
dukungan moral bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan
pelatihan perawatan praktis. Di Indonesia, metode perawatan ini di bawah
pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia. Sedangkan di beberapa rumah sakit
yang lain program ini sudah dikembangkan, namun belum dilakukan secara
legal.
f) One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan
perawatan lebihdari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan
perawatan, pasien boleh pulang.Biasanya dilakukan pada kasus minimal.
Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, diIndonesia didapatkan
bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari
perawatansehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah
sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat
berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal
mungkin.

g) Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit
pemerintah maupun swasta.Hal ini dilakukan dalam usaha mendeteksi dini
akan HIV dan mencegah penyebaran HIV dimasyarakat. Target penderita
adalah kelompok masyarakat dengan resiko tinggi, misalnya pekerja sex,
penderita HIV-AIDS, remaja, kelompok IDU (injection drug use). Klinik
inimasih terbatas dikembangkan dibeberapa rumah sakit saja. Hal ini
disebabkan karena kurangnya persiapan tenaga yang kompeten dalam bidang
tersebut serta sarana dan prasarana yang masih minimal. Selain itu
masyarakat masih belum siap untuk memanfaatkan klinik ini,karena ada
stigma dimasyarakat masih menganggap bahwa penyakit ini adalah
penyakitkutukan dan harus dikucilkan. Namun demikian, dalam praktik
nyata, telah ada wadahkhusus dari Depkes RI untuk menjaring pengidap
HIV/AIDS oleh VCT (VoluntaryCounselling and Testing). Usaha ini telah
berhasil menjaring sejumlah pengidap AIDS dimana hingga bulan Juni 2008
telah terdeteksi 12.686 (Depkes, 2008). Dari sejumlah pasienini, apabila

13
diibaratkan dengan fenomena gunung es, maka sebenarnya disekeliling kita
sudah terdapat banyak pasien dengan HIV/AIDS.
h) Klinik Rawat Luka
Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang dikelola oleh
sekelompok perawat yang minat dalam perawatan luka. Klinik ini tidak lepas
dari kolaborasi dokter-ners. Sifatlayanannya dapat berupa home visit atau
pasien berkunjung ke klinik secara langsung.
i) Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan
Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai
bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam keperawatan
medikal bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah
Indonesia), InETNA (Indonesia EnterostomalTherapy Nursing Association),
IOA (Indonesia Ostomy Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi
sarana bagi perawat untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih
professional dalam bidang garapan tertentu, namun demikian akan timbul
permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi lebih bervariasi dan
berdampak lebih luas pada organisasi keperawatan lebih luas karena akan
terkesan terpetak-petak. Selain itu standar dari masing-masing kekhususnan
belum jelas.
j) Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah
Sakit dalamLingkup Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan
keperawatandalam mendukung sistem pelayanan kesehatan.
Kegiatan tersebut meliputi membentuk komite riset, menciptakan lingkungan
kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya dan
pendidikan berkelanjutan. Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia belum
maksimal. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kegiatan ilmiah keperawatan
di rumah sakit, hasil penelitian jarang didiseminasikan dan dimanfaatkan
untuk pengembangan praktikklinis keperawatan.

14
C. ISUE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAL DAN IMPLIKASINYA DI
INDONESIA

a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk
mencuci awal tepi luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan
agar kotoran-kotoran yang menempel pada lukadapat terbawa oleh aliran
air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah
diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi
pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi karena
kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam
pengenceran betadine.
b. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi
rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri.
c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat
bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam
kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai
area abu-abu.Apabila ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai
kewenangan mandiri sesuaidengan seni dan keilmuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengankerusakan integritas
kulit.c. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.Saat ini
mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia
aktifmerupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat
seseorang meninggal.Sedangkan euthanasia pasif adalah tindakan
mengurangi ketepatan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama
sekali atau tindakan pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian
seseorang. Batas keduanya kabur, bahkan merupakan sesuatu yangtidak
relevan. Di Nederland euthanasia sudah dalam proses untuk dilegalisasi.
Dikatakan bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk menjadi
relawan euthanasia aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat telah
melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi.Diyakini bahwa
30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu

15
yang”samar -samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat
berada dalam posisi yangsangat baik untuk mengkajinya secara lebih
obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan terbaik bagi perawat untuk
mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-
kebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.
d. Pengaturan sistem tenaga kesehatan. Sistem tenaga kesehatan di Indonesia
saat ini belum tertata dengan baik, pemerintah belum berfokus dalam
memberikan keseimbangan hak dan kewajibaan antar profesi
kesehatan.Rasio penduduk dengan tenaga kesehatan pada tahun 2003
menunjukkan perawat 108,53, bidan 28,40 dan dokter 17,47 per 100.000
penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dari DEPKES menyebutkan
bahwa puskesmas belum mempunyai sistem penghargaan bagi perawat.
e. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit
pemerintah dibandingkanS1
Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1 Keperawatan,
banyak rumah sakit pemerintah dan swasta yang menyerap lulusan D3
keperawatan. Dilihat dari jumlah formasi seleksi CPNS, jumlah S1 sedikit
dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan. Hal ini akan berdampak pada
kualitas layanan asuhan keperawatan pada lingkup medikal bedah yang
hanya berorientasi vokasional tidak profesional.
f. Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang
pendidikansehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum
jelas terlihat.

16
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di
Indonesia.
Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di
Indonesia, diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture
Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja
dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice
Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya
organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence
Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup
Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum
seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.

b. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di


Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di
Indonesia, antara lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang
diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku
sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya
sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter,
Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan
sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap
di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung
jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga
implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

17
B. PERPUSTAKAAN

 https://www.scribd.com/doc/217907852/Trend-Dan-Issue-Keperawatan-
Medikal-Bedah-Di-Indonesia
 https://mkep.umy.ac.id/isu-dan-tren-keperawatan-medikal-bedah-2/
 https://pdfdokumen.com/download/trend-dan-isu-keperawatan-medikal-
bedah-di-indonesia_59c262f41723dd79ca34e348_pdf
 https://pdfslide.tips/documents/trend-dan-isu-keperawatan-medikal-bedah-
di-indonesia-56574b5c67de5.html?page=9

18

Anda mungkin juga menyukai