OLEH
BP. 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan
kelemahan serta keterbatasan yang Saya miliki. Dengan segala kerendahan hati
Saya mengharapkan saran yang sifatnya membangun dari semua pembaca dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kemajuan D-III Keperawatan Universitas
Negeri Padang di masa mendatang.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………..………..............….....2
Daftar Isi……………………………………………....………..............…....3
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang……………………………….............………….…..4
b. Rumusan Masalah…………………………..…..............…………...5
c. Tujuan Masalah…………………………....…….............…………..5
BAB 2 ISI
BAB 3 PENUTUP
a. Kesimpulan…………………………………............…….................17
b. Perpustakaan ………………………………………...............……...18
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
1. Bagaimana trend dan issue dalam keperawatan medikal bedah ?
2. Bagaimana trend keperawatan medikal bedah dan implikasinya di
Indonesia ?
3. Bagaimana issue keperawatan medikal bedah dan implikasinya Di
Indonesia ?
4
C. TUJUAN PERMASALAHAN
1. Untuk mengetahui dan mempelajari trend dan issue dalam keperawatan
medikal bedah!
2. Untuk mengetahui dan mempelajari trend keperawatan medikal bedah dan
implikasinya di Indonesia !
3. Untuk mengetahui dan mempelajari issue keperawatan medikal bedah dan
implikasinya di Indonesia !
5
BAB II PEMBAHASAN
6
1. Penurunan Biaya Perawatan Kesehatan
7
3. Pengurangan Lamanya Dirawat
8
Program-program sertifikasi keperawatan spesialis memberikan tujuan-
tujuanyang umum: untuk memberikan perlindungan konsumen, untuk memajukan
pengetahuan dan kompetensi keperawatan, untuk meningkatkan otonomi
keperawatan,dan untuk memperkuat kolaborasi. Sertifikasi memberikan
pengakuan pada hasil yangtelah dicapai perawat tentang standar-standar yang
sebelumnya telah ditetapkan olehkelompok yang mengeluarkan sertifikasi, dan
oleh karenanya sertifikasi ini menjadi sesuatu yang penting dalam era yang
semakin memperhatikan biaya karena paramanajer mencari para profesionalyang
kompeten untuk di pekerjakan. Selain itu,kepercayaan semacam ini bisa menjadi
kerangka kerja untuk reimbursement oleh pembayar ketiga.
9
rencana perawatan. Hal ini memberikan pencatatan legal dan etik dari proses
pembuatan keputusan/komunikasi.
10
B. TREND KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DAN IMPLIKASINYA
DI INDONESIA
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi
dalam berbagai bidangyang meliputi:
a) Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh)
adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat.
Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan
tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari
rawat,meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model
pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still &
Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi
antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga
konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini
baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah
SakitInternasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan
teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih
belum memadai.
11
kepuasan pasien serta memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian,
prinsip ini belum diterapkan di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.
12
dukungan moral bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan
pelatihan perawatan praktis. Di Indonesia, metode perawatan ini di bawah
pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia. Sedangkan di beberapa rumah sakit
yang lain program ini sudah dikembangkan, namun belum dilakukan secara
legal.
f) One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan
perawatan lebihdari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan
perawatan, pasien boleh pulang.Biasanya dilakukan pada kasus minimal.
Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, diIndonesia didapatkan
bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari
perawatansehingga tidak menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah
sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat
berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal
mungkin.
g) Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit
pemerintah maupun swasta.Hal ini dilakukan dalam usaha mendeteksi dini
akan HIV dan mencegah penyebaran HIV dimasyarakat. Target penderita
adalah kelompok masyarakat dengan resiko tinggi, misalnya pekerja sex,
penderita HIV-AIDS, remaja, kelompok IDU (injection drug use). Klinik
inimasih terbatas dikembangkan dibeberapa rumah sakit saja. Hal ini
disebabkan karena kurangnya persiapan tenaga yang kompeten dalam bidang
tersebut serta sarana dan prasarana yang masih minimal. Selain itu
masyarakat masih belum siap untuk memanfaatkan klinik ini,karena ada
stigma dimasyarakat masih menganggap bahwa penyakit ini adalah
penyakitkutukan dan harus dikucilkan. Namun demikian, dalam praktik
nyata, telah ada wadahkhusus dari Depkes RI untuk menjaring pengidap
HIV/AIDS oleh VCT (VoluntaryCounselling and Testing). Usaha ini telah
berhasil menjaring sejumlah pengidap AIDS dimana hingga bulan Juni 2008
telah terdeteksi 12.686 (Depkes, 2008). Dari sejumlah pasienini, apabila
13
diibaratkan dengan fenomena gunung es, maka sebenarnya disekeliling kita
sudah terdapat banyak pasien dengan HIV/AIDS.
h) Klinik Rawat Luka
Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang dikelola oleh
sekelompok perawat yang minat dalam perawatan luka. Klinik ini tidak lepas
dari kolaborasi dokter-ners. Sifatlayanannya dapat berupa home visit atau
pasien berkunjung ke klinik secara langsung.
i) Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan
Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai
bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam keperawatan
medikal bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah
Indonesia), InETNA (Indonesia EnterostomalTherapy Nursing Association),
IOA (Indonesia Ostomy Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi
sarana bagi perawat untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih
professional dalam bidang garapan tertentu, namun demikian akan timbul
permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi lebih bervariasi dan
berdampak lebih luas pada organisasi keperawatan lebih luas karena akan
terkesan terpetak-petak. Selain itu standar dari masing-masing kekhususnan
belum jelas.
j) Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah
Sakit dalamLingkup Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan
keperawatandalam mendukung sistem pelayanan kesehatan.
Kegiatan tersebut meliputi membentuk komite riset, menciptakan lingkungan
kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya dan
pendidikan berkelanjutan. Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia belum
maksimal. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kegiatan ilmiah keperawatan
di rumah sakit, hasil penelitian jarang didiseminasikan dan dimanfaatkan
untuk pengembangan praktikklinis keperawatan.
14
C. ISUE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAL DAN IMPLIKASINYA DI
INDONESIA
a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk
mencuci awal tepi luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan
agar kotoran-kotoran yang menempel pada lukadapat terbawa oleh aliran
air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah
diencerkan dan dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi
pemakaian prosedur ini masih menimbulkan beberapa kontroversi karena
kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan dalam
pengenceran betadine.
b. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi
rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri.
c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat
bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam
kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai
area abu-abu.Apabila ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai
kewenangan mandiri sesuaidengan seni dan keilmuannya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengankerusakan integritas
kulit.c. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.Saat ini
mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia
aktifmerupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat
seseorang meninggal.Sedangkan euthanasia pasif adalah tindakan
mengurangi ketepatan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama
sekali atau tindakan pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian
seseorang. Batas keduanya kabur, bahkan merupakan sesuatu yangtidak
relevan. Di Nederland euthanasia sudah dalam proses untuk dilegalisasi.
Dikatakan bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk menjadi
relawan euthanasia aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat telah
melegalkan euthanasia pasif terutama dalam proses aborsi.Diyakini bahwa
30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari sesuatu
15
yang”samar -samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat
berada dalam posisi yangsangat baik untuk mengkajinya secara lebih
obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan terbaik bagi perawat untuk
mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-
kebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.
d. Pengaturan sistem tenaga kesehatan. Sistem tenaga kesehatan di Indonesia
saat ini belum tertata dengan baik, pemerintah belum berfokus dalam
memberikan keseimbangan hak dan kewajibaan antar profesi
kesehatan.Rasio penduduk dengan tenaga kesehatan pada tahun 2003
menunjukkan perawat 108,53, bidan 28,40 dan dokter 17,47 per 100.000
penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dari DEPKES menyebutkan
bahwa puskesmas belum mempunyai sistem penghargaan bagi perawat.
e. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit
pemerintah dibandingkanS1
Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1 Keperawatan,
banyak rumah sakit pemerintah dan swasta yang menyerap lulusan D3
keperawatan. Dilihat dari jumlah formasi seleksi CPNS, jumlah S1 sedikit
dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan. Hal ini akan berdampak pada
kualitas layanan asuhan keperawatan pada lingkup medikal bedah yang
hanya berorientasi vokasional tidak profesional.
f. Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang
pendidikansehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum
jelas terlihat.
16
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di
Indonesia.
Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di
Indonesia, diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture
Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja
dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice
Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya
organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence
Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup
Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum
seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
17
B. PERPUSTAKAAN
https://www.scribd.com/doc/217907852/Trend-Dan-Issue-Keperawatan-
Medikal-Bedah-Di-Indonesia
https://mkep.umy.ac.id/isu-dan-tren-keperawatan-medikal-bedah-2/
https://pdfdokumen.com/download/trend-dan-isu-keperawatan-medikal-
bedah-di-indonesia_59c262f41723dd79ca34e348_pdf
https://pdfslide.tips/documents/trend-dan-isu-keperawatan-medikal-bedah-
di-indonesia-56574b5c67de5.html?page=9
18