PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
INTAN SUCI LESTARI
NIM. 1420120028
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
judul “Hubungan Kualitas Tidur dengan Gula Darah Sewaktu pada Lansia
2024”.
Kesehatan Universitas Galuh Ciamis. Untuk itu kepada semua pihak yang terkait,
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dan akan
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
1. Tita Rohita, S.Kep., Ners., M.M., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu
ii
3. Hj. Tika Sastraprawira, dr., M.Kes., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
4. Dini Nurbaeti Zen, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Wakil Dekan III dan
dosen wali yang telah membantu memberikan arahan dan semangat untuk
Galuh Ciamis.
penelitian.
9. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan
iii
10. Mukhamad Yusron S.Pd terimakasih telah berkontribusi banyak dalam
tanpa kenal lelah dan menyerah dalam meraih apa yang menjadi impian
peneliti. Terima kasih telah menjadi sosok rumah yang selau ada untuk
Terima kasih, semoga apa yang dicita-citakan kita bersama dikabulkan oleh
Penulis,
DAFTAR ISI
iv
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Kegunaan Penelitian 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Tinjauan Teori4
2. Konsep Lansia 14
C. Hipotesis 26
A. Jenis Penelitian 27
C. Variabel Penelitian 29
D. Definisi Operasional 29
v
E. Instrument Penelitian 29
H. Analisa Data 34
I. Etika Penelitian 36
DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam waktu ke waktu. (Fatimah, 2010) dalam Yuliadarwati et al., 2021. Salah
satu yang berkaitan dengan lansia adalah kualitas tidur. Lansia membutuhkan
waktu tidur 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisiknya, karena semakin tua
insulin ataupun disebabkan pemakaian yang tidak efisien dari produksi insulin.
Hal ini mengacu pada sekelompok penyakit metabolik yang temuan umumnya
2020). Kadar gula darah sewaktu melebihi normal jika ≥ 200 mg/dl dan kadar
gula darah puasa ≥126 mg/dl (Perkeni, 2019). Diabetes merupakan prioritas
1
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi bahwa adanya
Kesehatan global. Pada tahun 2022 sebanyak 300 juta orang berusia 60-79
berkisar 463 juta, dan diperkirakan meningkat menjadi sekitar 700 juta ditahun
2030 sebesar 578 juta jiwa dan pada tahun 2045 diperkirakan sebesar 700 juta
melitus sebesar 10.7 juta jiwa (Kementerian Kesehatan RI., 2020) hal ini
membawa Indonesia sebagai negara anggota Asia tenggara berada pada posisi
ke7 di tahun 2020 dengan angka kejadian sebesar 10. 7 juta jiwa (Kementerian
yang didasarkan hasil pemeriksaan glukosa darah meningkat dari 6,9% pada
tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Provinsi dengan prevalensi tertinggi
yaitu DKI Jakarta dan prevalensi terendah ditempati Nusa Tenggara Timur.
Indonesia (RISKESDAS).
2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
diabetes). Pada tahun 2021, Dinas Kesehatan Jawa Barat menemukan sejumlah
46.837 orang dengan Diabetes dan 17.379 atau 37,1% di antaranya tidak
kedua setelah Hipertensi dengan jumlah kasus 3.211 jiwa. Kasus Diabetes
dari jenis kelaminnya, kasus Diabetes Mellitus lebih banyak perempuan yaitu
2.206 jiwa dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 1.005 jiwa dengan
dan operasi, obat-obatan, kontrol insulin, dan kualitas tidur (pola hidup).
3
ditemui pada penderita diabetes melitus tipe II yaitu kerusakan saraf yang
dapat ditandai dengan mati rasa hingga nyeri di kaki, serta terjadinya
sulit untuk tidur kembali. Jika seseorang merasa tidak adanya kepuasan
Efek dari kadar gula darah yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas tidur.
Kualitas tidur yang buruk biasanya terjadi pada usia lanjut, hal ini dikarenakan
(IGT) (Sitti Hartina, 2017).Menurut (Zhang et al., 2012) apabila aktifitas fisik
dan durasi tidur seseorang rendah maka resistensi insulin akan meningkat.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi respon sel beta pankreas dan
sensitivitas insulin, salah satunya adalah tidur (Haq, 2017). Tidur adalah salah
satu aspek yang mempengaruhi respon sel β pankreas dan sensitivitas insulin
(Sumah, 2019).
4
Tidur merupakan suatu kebutuhan, bukan suatu keadaan yang tidak
bermanfaat. Pada saat tidur, terjadi pembentukan sel-sel tubuh yang baru,
perbaikan sel-sel tubuh yang rusak serta memberikan waktu pada organ tubuh
tidurnya yang dapat dilihat ketika terbangun dari tidurnya akan tampak segar
dan bugar, tidak akan tampak lemah, lesu,tidak tampak kehitaman di bawah
mata, tidak sering menguap dan fokus. Kualitas tidur terdiri dari aspek
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kapur et al., (2020) pada 300 orang
pasien DM tipe 2 di India kualitas tidur yang buruk pada pasien DM tipe 2
antara kadar glukosa darah dan jam tidur disertai durasi penyakit menunjukkan
bahwa durasi tidur pada hari kerja dan hari libur tidak memiliki hubungan yang
kualitas tidur pada lansia yang beresiko diabetes melitus di Desa Kincang
Wetan Kota Madiun. Dengan arah hubungan yang positif yang berarti semakin
tinggi kadar glukosa darah sewaktu (GDS) akan diikuti dengan kualitas tidur
5
Kabupaten Sleman Yogyakarta disebutkan tidak terdapat hubungan yang
darah puasa, kecuali komponen efisiensi tidur. Penelitian lain yang dilakukan
mengalami gangguan tidur akibat sering buang air kecil pada malam hari
dengan frekuensi 3-4 kali dan merasakn haus yang luar biasa sehingga
terbangun untuk buang air kecil dan minum namun sulit untuk tertidur kembali,
mengalami kualitas tidur yang baik, mereka mengatakan tidak ada gangguan
tidur.
(Rusdiana, dkk., 2019). Cara mengontrol gula darah juga bisa dilakukan
dengan terapi diet yang teratur,berolahraga dan menjaga kualitas tidur yang
baik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol kadar glukosa
seperti menjaga pola istirahat tidur dengan waktu tidur sampai 7 jam dan cara
menjaga agar kualitas tidur tidak terganggu pada pasien diabetes mellitus yaitu
6
dengan ciptakan lingkungan yang nyaman seperti cahaya penerangan,suhu
kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Millitus tipe II.
B. Rumusan Masalah
“Apakah Terdapat Hubungan Gula Darah Sewaktu Dengan Kualitas Tidur Pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tuijuian Uimuim
2. Tuijuian Khuisuis
7
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teioritis
perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
c. Bagi puiskeismas
8
Meimbeirikan motivasi keipada keiluiarga dan masyarakat
tipe II.
9
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teori
1) Pengertian Tidur
bangun dini hari dan mengatuk ketika siang (Ari, dkk., 2020).
11
fisiologis akan mengalami penurunan jumlah dan ukuran neuron pada
terhadap otak dalam hal mana lansia terbangun tujuh kali dalam satu
2) Fisiologi Tidur
Regional (BSR) yang terletak pada batang otak (Potter & Perry, 2005
tidur. RAS ini terletak dalam meiseinseifalon dan bagian atas pons.
12
serotonin dari sel khusuis yang berada di pons dan batang otak tengah,
Maghfiroh, 2016).
c. Tahapan Tidur
Terdapat dua jenis tidur, yakni tidur gelombang lambat atau NREM
dan tidur paradoksal atau REM. Tidur dimulai dari fase NREM yang
terdiri dari empat tahap yaitu, tidur tahap I, tidur tahap II, tidur tahap
III dan tidur tahap IV, lalu dikuti oleh fase REM. Fase NREM dan
alfa dan beta pada orang yang bangun. Tidur NREM adalah tidur
13
Pada tahap I ini individu merasa ngantuk dan rileks, bola
matanya bergerak dari satu sisi kei sisi lainnya, denyut dan
c) Tahap III
d) Tahap IV
14
REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-
REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah, denyut nadi dan
aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur
paradoks.
tidur gelombang lambat. Pada tidur yang normal, masa tidur REM
jantung dan nafas tidak teratur (ciri dalam keadaan mimpi), terjadi
bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit
Adapun beberapa manfaat tidur bagi tubuh antara lain (Potter &
15
Tidur dipercaya mengkontribusi pemuilihan fisilogis dan
denyut permenit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut
tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh
fungsi jantung.
2) Pembaruan sel
16
sumsung tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama
3) Penyimpanan energi
kognitif.
tersebut.
durasi tidur normal yang baik adalah 8-9 jam per hari seiring
hanya memliki durasi tidur 7-9 jam per hari yang biasanya dimiliki
oleh lansia umur 60 tahun. Hal ini terjadi karena dipengaruih oleh
17
hormon melatonin yang berperan dalam mengatur siklus bangun
dan tidur. Jika hormon ini berkirang atau terganggu maka siklus
(Kemenkes, 2018).
1) Sering terjaga
sakit dan lain sebagainya) dan telah kita ketahui bahwa tidur
yang lelap atau disebut delta tidur gelombang lambat atau juga
4) Perubahan hormonal
18
tergangagu atau berubah maka durasi tidur juga akan
akan menurun.
1) Latensi tidur
lingkungan.
2) Durasi tidur
19
Durasi tidur adalah lamanya tidur yang didapat pada malam
perkembangan seseorang.
tidur.
5) Gangguan tidur
20
7) Disfungsi disiang hari
1) Penyakit
saat sehat.
2) Lingkungan
tidur seseorang.
3) Kelelahan
21
seseorang, maka semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya.
4) Gaya hidup
5) Stres Emosional
7) Diet
22
penambahan berat badan justru meningkatkan waktu tidur dan
8) Merokok
9) Medikasi
10) Motivasi
kantuk.
23
dalam Ratih 2017). Tidak kekurangan tidur dan masalah tidur
(Gangwisch, 2015)
kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur yang buruk. Kualitas
tidur, untuk membedakan antara tidur yang baik dan buruk, untuk
24
Alat ukur tersebut sudah dibakukan oleh University of
tidur dan disfungsi tidur pada siang hari. Dimensi tersebut dinilai
berat).
1) Latensi tidur
25
sering anda mengalami kesulitan tidur karena anda tidak dapat
Pertanyaan nomor 2 :
≤ 15 menit =0
16-30 menit =1
31-60 menit =2
> 60 menit =3
Pertanyaan nomor 5a :
Tidak pernah =0
Sekali seminggu =1
2 kali seminggu =2
3 kali seiminggu =3
Skor 0 =0
Skor 1-2 =1
Skor 3-4 =2
Skor 5-6 =3
2) Durasi tidur
26
malam hari?” Jawaban responden dikelompokkan dalam 4 kategori
4) Gangguan tidur
nomor 5b-5j dalam PSQI, yang terdiri dari hal-hal yang dapat
27
2. Konsep Lansia
a. Pengertian Lansia
dilahirkan, yakni dimulai dari menjadi anak, dewasa dan tua, cepat
(Kik et al., 2018). Menua adalah hal alamiyah yang terjadi pada
3) Klasifikasi lansia
28
Menurut WHO, 2013 klasifikasi lansia dapat dibedakan menjadi
c. Ciri-Ciri Lansia
2019).
29
kecil atau rendah, begitupun sebaliknya lansia yang memiliki
melambat.
lansia.
dua penyakit tidak menular dan menular pada lansia, penyakit tidak
30
Diabetes Millitus, Asam Urat dan radang sendi sedangkan penyakit
31
a) Definisi
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi
kondisi kronis yang terjadi ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam
darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau cukup hormon insulin
b) Etiologi
32
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor genetik dan
faktor lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja
disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem imun atau kekebalan tubuh
3% setiap tahun. Diabetes tipe 2 atau yang sering disebut Diabetes Non
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal
Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada kasus diabetes
tipe 2, diabetes mellitus tipe lain, dan diabetes mellitus tipe gestasional.
2.1.3. Klasifikasi
33
Diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam kategori umum berikut:
metabolik)
fibrosis dan pankreatitis), dan diabetes yang diinduksi obat atau kimia
kedua atau ketiga kehamilan yang tidak jelas diabetes terbuka sebelum
klasifikasinya :
Diabetes tipe 1 menyumbang 5% -10% dari semua diabetes dan hasil dari
autoimun (tipe 1A) dan yang etiologinya tidak diketahui (tipe 1B,
34
idiopatik). Penderita dengan diabetes yang dimediasi kekebalan tipe I
vitiligo.
didiagnosis pada orang dewasa dan ditandai oleh gangguan sekresi insulin
dan defek kerja insulin. Meskipun penderita dengan diabetes tipe ini
demikian, sekresi insulin rusak pada penderita ini dan tidak cukup untuk
kuat; Namun, genetika bentuk diabetes ini kompleks dan tidak jelas.
diabetes yang paling umum pada anak-anak dan remaja. diabetes tipe 2
remaja, terutama pada populasi ras dan etnis minoritas. Penderita dengan
diabetes tipe 2 yang tidak obesitas dengan kriteria berat badan tradisional
35
sebelumnya dan pada individu dengan hipertensi dan dislipidemia.
tetapi dapat dilihat dalam kaitannya dengan stres penyakit lain seperti
Diabetes jenis lainnya dalam skema klasifikasi saat ini, kelas tipe diabetes
kedua atau ketiga kehamilan yang tidak ada sebelum kehamilan; 1 di masa
36
10% hingga 25% tergantung pada wilayah, populasi, dan metode diagnosis
yang berbeda. GDM membawa risiko bagi ibu dan neonatus. Ukuran bayi
janin, dan neonatal yang merugikan terus meningkat sebagai fungsi dari
glikemia ibu pada usia kehamilan 24-28 minggu, bahkan dalam rentang
glikemik karena mengurangi risiko hasil yang merugikan pada ibu dan
janin.
Dikutip dari (PERKENI 2018) Tipe 2 terbagi menjadi dua, yaitu pertama
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat genetik, umur ≥45
tahun, jenis kelamin, ras dan etnik, riwayat melahirkan dengan berat badan
lahir bayi >4000 gram atau riwayat menderita diabetes mellitus gestasional
dan riwayat lahir dengan berat badan rendah yaitu <2500 gram. Kedua,
faktor yang dapat diubah yaitu obesitas, kurangnya aktivitas fisik, gaya
hidup atau pola makan, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat, merokok
c) Patofisiologi
37
pada diabetes melitus tipe 2 terjadi karena resistensi terhadap insulin
and Santik, 2019 et al., 2020). Patofisiologi diabetes melitus tipe 1 yaitu
βpankreas
sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan
38
glukosa, (2) peningkatan mobilisasi lemak, dan (3) peningkatan
d) Faktor Risiko
diabetes mellitus tipe 2. Faktor risiko tersebut secara garis besar terbagi
dua diantaranya faktor risiko yang tidak dapat kita ubah dan faktor risiko
yang dapat diubah dengan melakukan pola hidup sehat. Factor resiko yang
Umur. Factor risiko yang dapat diubah antara lain; obesitas, kurang
Menurut (Zahra, 2018) dikutip dari Smeltzer dan Bare 2008 Faktor risiko
a. Faktor genetic
b. Usia
c. Jenis kelamin
39
Studi yang dilakukan Center for Disease Control and Prevention tahun
sebesar 4,8% dibandingkan pria yang sebesar 3,2%. Hal ini dikaitkan
dengan pola makan yang tidak seimbang dan aktivitas fisik yang
kurang.
sebagai berikut:
a. Obesitas
d. Stress
Reaksi dari respon stress adalah terjadinya sekresi pada sistem saraf
40
factor yang akan menstimulasi produksi kortisol yang akan
e) Gejala klinis
elektrolit didalam tubuh atau polidipsia, rasa lapar yang meningkat akibat
kadar glukosa yang berkurang di dalam jaringan tubuh atau polifagia, urin
yang mengandung glukosa jika kadar glukosa 180 mg/dl atau glikosuria,
ginjal serta terhambatnya air pada proses reabsorpsi di tubulus ginjal atau
berat badan yang menurun akibat dari hilangnya cairan dan jaringan otot
Adapun keluhan lain yang dirasakan penderita diabetes yakni stress karena
41
pengobatan, gangguan emosional dan kognitif, lemah badan, kesemutan,
gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada
wanita.
sewaktu (GDS) yang normal 2 jam setelah makan berkisar antara 80-180
mg/dl. kondisi yang ideal yaitu 80-144 mg/dl. Glukosa darah sewaktu
(GDS) pada kondisi cukup 145-179 mg/dl. Glukosa darah sewaktu ( GDS)
pada kondisi buruk angka 180 mg/dl (masih dalam katagori aman) (Fahmi
et al., 2020). Kadar gula darah yang melebihi batas normal yaitu ≥200
mg/dL 2 jam PP 80-140 mg/dL dan apabila gula darah puasa ≥126 mg/dL
(Hidayah, 2019).
HbA1c ≥ 6,5%
menderita diabetes mellitus jika memiliki kadar glukosa darah >200 mg/dl.
g) Metode Pemeriksaan
42
Beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan glukosa darah
yaitu:
minimal 3 bulan sekali. Batas normal kadar gula darah puasa adalah
setiap waktu pada pasi dalam keadaan tanpa puasa. Pemeriksaan ini
43
kadar gula darah sewaktu adalah 80144 mg/dL (Suci M. J. Amir,
2018).
nilai normal kadar gula darah 2 jam (PP) adalah kurang dari 140
darah puasa dan 1⁄2jam, 1 jam sertakadar glukosa darah 2 jam sesudah
beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti keadaan status gizi yang
kontrasepsi oral, tidak merokok, dan tidak makan dan minum selama
44
12 jam selain air sebelum dilakukannya pemeriksaan. Batas nilai
normal kadar TTGO adalah 70-11- mg/dL pada saat puasa dan kurang
dapat mengontrol hasil tes dalam kurun 2-3 bulan. Glikosilasi adalah
masuknya gula ke dalam sel darah merah terikat. Maka tes ini berguna
Sepanjang umur sel darah merah (120 hari). Batas nilai normal pada
45
B. Kerangka Konsep Penelitian
(Variabel Independen)
(Variabel Dependen)
Indikator :
Indikator : Latensi tidur
Kadar Gula Darah
2. Durasi tidur
Gula Darah
Hasil ukur Kualitas Tidur
= Diteiliti
= Tidak diteiliti
= Diteiliti
= Tidak diteiliti
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian (Anies, 2021 , Lita, dkk., 2020 &
47
C. Hipotesis
” ada hubungan antara Gula Darah Sewaktu dengan Kualitas Tidur pada
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
2017).
(Sugiyono, 2017).
1. Populasi
49
Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau
2017). Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pasien
Kabupaten Ciamis
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ada (Sugiyono,
2017).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita
n=1+E ( e) 2
50
Keterangan :
N : Jumlah populasi
Kriteria pemilihan sampel dibagi menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan
akan digunakan kriteria sampel, yaitu inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
di Puskesmas.
b. Kriteria eksklusi
51
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab yang bisa
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang dipilih oleh peneliti untuk dijadikan objek
D. Definisi Operasional
52
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2017) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah instrumen yang telah tersedia dan Teknik
Index (PSQI) oleh Buysse et al. dalam Hasanah, S.N (2022). PSQI adalah
membedakan individu dengan kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur
53
melibatkan beberapa dimensi yang seluruhnya dapat tercakup dalam
tidur 1
Baik
2
subjektif
2x seminggu >3x 2
tidur
1
3. Durasi tidur 4 >7 jam 0
2. Latensi tidur 2 <15 menit 16-30 0
menit 1
1
4. Efisiensi 1,3,4 >85% 0
31-60 menit >60 menit
tidur 2
75-84% 65-74% 1
5. rumus :
Gangguan 5b, 5c, <65%
0 03
siang
1x seminggu 1
8 Tidak54antusias 0
hari
1
Sumber : Buysse et al. dalam Hasanah, S.N (2022)
nilai GDS yang diukur dengan memakai glucometer. Hasil dari pengukuran ini
berupa angka dengan nilai tertentu dan satuannya mg/dl. Intepretasi dari nilai
berikut :
3. Alat glucometer
4. Jarum lancet
5. Strip
6. Kapas alcohol
7. Handscoon
55
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
primer merupakan jenis data yang berasaldari orang pertama atau data yang
merupakan kebalikan dari data primer atau data yang didpat berasal dari
orang kedua atau ketiga sering disebut juga data yang diperoleh oleh
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
adalah :
mendapatkan surat izin dari kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
56
Kabupaten Ciamis surat permohonan izin penelitian di serahkan kepada
c. Tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dikarenakan alat ukur PSQI
purposive sampling.
kemudian menandatanginya.
Kuesioner yang telah diisi akan diolah dengan menggunakan aplikasi program
berbentuk tertutup atau terstruktur, yaitu kuisioner yang berisi pertanyaan dan
dilengkapi dengan jawaban. Pada tahap ini lansia akan dilakukan pengisian
57
kuesioner dan pengukuran tekanan darah dengan alat ukur Syphgmomanometer
dan Stetoskop.
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Kuesioner dapat dinyatakan
valid apabila nilai r hitung lebih bedar dari pada r tabel. Jika jawaban yang
didapatkan ketika memberikan pertanyaan nilai lebih besar dari 0,3 , maka
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
item pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Pada penelitian ini tidak
58
dilakukan uji validitas dikarenakan kuesioner atau alat ukur yang
2. Uji Reliabilitas
dapat dikatakan reliabel atau tidak. Alat ukur dikaitkan reliabel jika alat
Keterangan :
∑αb 2= Variabei
αt total
59
H. Analisis Data
1. Pengolahan data
(Sugiyono 2017).
Editing atau memeriksa data adalah proses meneliti dimana hasil pengisian
huruf maupun angka yang bertujuan untuk memberikan identitas data, kode
yang diberikan biasanya memiliki sebuah arti sebagai data kuantitatif yang
berbentuk skor. Pada penelitian ini peneliti memilih kode dengan berbentuk
data.
c. Processing (proses)
60
Processing adalah proses dimana semua hasil kuesioner terisi penuh dan benar
serta telah di kode jawaban responden pada hasil kuesioner ke dalam aplikasi
pengelolaan data di dalam komputer. Pada penelitian ini peneliti akan mengolah
d. Cleaning data
Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah diteliti apakah
2. Analisi data
a. Analisis Univariate
penelitian ini :
Distribusi frekuensi
Keterangan :
P = Populasi
F = Frekuensi kategori
61
N = Jumlah sampel
sebagai berikut :
0 = Baik
1-7 = Cukup
8-14 = Buruk
b. Analisis Bivariate
62
mengidentifikasi hubungan kualitas tidur dengan GDS pada lansia Diabetes
Keterangan :
n : Banyaknya responden
63
I. Etika Penelitian
bertentangan dengan etika agar hak sampel dapat terlindungi dan sebagai
informasi tentang maksud dan tujuan peneliti. Segala bentuk keputusan dan hak
2. Confidentiality (Rahasia)
dan informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti agar tidak diperkenankan
melakukan publikasi pada lembar pengumpulan data, hal ini dilakukan hanya
64
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Ta hun 2023
Kegiatan
Jan Febru Mar Apr Me Jun
Pengajuan
Penyusunan uar ari et il i i
Seminar
Pelaksanaan
Usulan
Perumusan
Penelitian
Sidang
Laporan
65
DAFTAR PUSTAKA
Statistics.
Alfi, W. N., & Yuliwar, R. 2018. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan
Anies. 2021. Waspada Susah Tidur : Seluk Beluk Gangguan Tidur di Segala
Usia.
Ar Razz Media.
Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
66
Azizah, L. M. 2017. Keperawatan Lanjut Usia (Cetakan ke 1 ed.).
Yogyakarta:
Dinkes Jabar. 2021. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2021. Bandung.
Yogyakarta:
Tekanan
pada
Herawati, E., & Sofiatin, Y. 2021. Penyuluhan Penyakit Tidak Menular (PTM)
439.
Tekanan
Jakarta:
Salemba Medika.
67
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta.
Kiik, dkk. 2018. Peningkatan Kualitas Hidup Lnajut Usia (Lansia) di Kota
Darah
PT
Remaja Rosdakarya.
Medika
Medika.
Jakarta:
Salemba Medika.
Puskesmas Cikoneng.
68
P2PTM Kemenkes RI. 2018. Hipertensi, The Silent Killer.
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung- dan-
2023.
pada
Alfabeta.
Bandung:
Alfabeta.
69
Susilo, R. D. 2017. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
Skripsi. Jember.
Indonesia. 2. 28-31.
Yuliadarwati et al., 2021 Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Kualitas
Evidences . 2. 77-84.
70
71