Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN IBU YANG AKAN MENJALANI SECTIO


CESAREA DI RUMAH SAKIT WIRABUANA PALU

SKRIPSI

RAFIKAH AKRAL
201501038

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2019
ABSTRAK

RAFIKAH AKRAL. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu


Yang Akan Menjalani Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Wirabuana Palu. Dibimbing oleh
HADIDJAH BANDO dan DJUWARTINI.

Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010, persalinan sectio caesarea di Indonesia


sebanyak 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir yang di wawancarai di 33 provinsi. Faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea seperti takut nyeri pembedahan, takut
kegansan, dan takut menghadapi ruang operasi. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan
dari keluarga yang mana membantu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi sectio caesarea. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani sectio caesarea di Rumah
Sakit Wirabuana Palu. Jenis penelitian yang digunakan kuantitatif. Desain penelitian yang
digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi dalam
penelitian ini sebanyak 108 orang. Jumlah sampel sebanyak 33 orang dengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan ibu yang akan menjalani sectio caesarea dengan nilai p-value = 0,010 (α =
0,05). Simpulan dalam penelitian ini ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani sectio caesarea di Rumah Sakit Wirabuana
Palu. Saran diharapkan dapat meningkatkan pelayanan untuk menangani respon
kecemasan pada pasien yang akan menjalani sectio caesarea yang mana dalam
menurunkan tingkat kecemasan dengan cara membantu keluarga untuk meningkatkan
dukungan dari keluarga.

Kata kunci : Dukungan keluarga, Tingkat kecemasan, Sectio caesarea


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN IBU YANG AKAN MENJALANI SECTIO
CESAREA DI RUMAH SAKIT WIRABUANA PALU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

RAFIKAH AKRAL
201501038

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2019

i
ii
PRAKATA

Alhamdulillah Wasyukurillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan kesehatan, penunjuk serta limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Akan Menjalani Sectio
Caesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu Provinsi Sulawesi Tengah” tepat pada
waktunya. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai Gelar Sarjana pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
Nusantara Palu.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua penulis Bapak Akral H.Ismail dan Ibu Rubiana serta keluarga yang
dengan tulus dan ikhlas memberi dukungan moril maupun materil selama penulis
menyelesaikan skripsi ini. Dalam menyelesaikan skripsi ini juga, penulis tidak
lepas dari bimbingan, dorongan, arahan, dukungan dan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dengan rasa hormat dan penghargaan yang setinggitingginya
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Pesta Corry S, Dipl.MW., SKM., M.Kes., selaku Ketua Yayasan STIKes
Widya Nusantara Palu
2. Dr. Tigor H Situmorang, MH., M.Kes., selaku Ketua STIKes Widya Nusantara
Palu
3. Hadidjah Bando, STT., M.Kes., selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan.
4. Djuwartini, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan sehingga skripsi
ini dapat penulis selesaikan.
5. Evi Setyawati, SKM., M.Kes, selaku penguji utama yang telah meluangkan
waktu dan banyak memberikan masukan serta saran.
6. Ida Bagus PW, S.Kep, selaku An.Kepala Rumkit Tk. IV 13.07.01 Rumah Sakit
Wirabuana Palu Provinsi Sulawesi Tengah beserta jajarannya yang telah
mengijinkan dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
iii
7. Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Widya Nusantara Palu.
8. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf STIKes Widya Nusantara Palu yang telah
membagi ilmu dalam proses belajar mengajar.
9. Teristimewa untuk sahabat-sahabat terbaikku: Fiani Tantri Sahema,
Nurmalasari, Ni Putu Soma Rianti, Santina, Yulputrisna Olvian Vivis, Nur
Ilmi, Widyanita, Nurkhalifa, Darhana, Irma, Kak Sri Wahyuni Hasan dan Kak
Jumiati terima kasih banyak atas motivasi, bantuan, dukungan, dan
kebersamaannya selama ini. Serta seluruh teman-teman Keperawatan angkatan
2015 yang senantiasa mendukung penulis selama masa kuliah 4 tahun
bersama.
10. Responden yang sudah meluangkan waktu kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyususnan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga bantuan dan budi berupa materil dan spiritual yang telah diberikan
akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu keperawatan.

Palu, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i LEMBAR PERSETUJUAN ii


ABSTRAK iii
PRAKATA iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 5
B. Kerangka Konsep 28
C. Hipotesis 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian 29 C. Populasi dan Sampel Penelitian
29
D. Variabel Penelitian 31 E. Definisi Operasional 31 F.
Instrumen Penelitian 32 G. Teknik Pengumpulan Data 34
H. Analisa Data 35
I. Bagan Alur Penelitian 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Ggambaran Umum dan Lokasi Penelitian 37
B. Hasil Penelitian 38
C. Pembahasan 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 47
B. Saran 47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan
v
Tabel 4.6 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Penurunan Kecemasan Ibu
Yang Akan Menjalani Sectio Caesarea

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Bagan Alur Penelitian

Gambar 2.3 Dokumentasi

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal Penyusunan Proposal-Skripsi


2 Surat Izin Permohonan Pengambilan Data Awal di Rumah Sakit Wirabuana
Palu
3 Balasan Surat Izin Permohonan Pengambilan Data Awal dari Rumah
Wirabuana Palu

vii
4 Surat Izin Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas di Rumah Sakit Undata
Palu
5 Balasan Surat Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas dari Rumah Sakit
Undata Palu
6 Surat Izin Penelitian di Rumah Sakit Wirabuana Palu
7 Balasan Surat Penelitian dari Rumah Sakit Wirabuana Palu
8 Lembar Persetuan Peneliti
9 Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden
10 Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga
11 Lembar Kuesioner Kecemasan
12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
13 Master Tabel
14 Dokumentasi
15 Riwayat Hidup
16 Lembar Bimbingan Proposal-Skripsi

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat Bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduk yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat dan memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah
Republik Indonesia (Riskesdas 2002).
Data World Health Organization (WHO) menetapkan indikator
persalinan caesarea 5-15% untuk setiap negara, jika tidak sesuai dengan
indikator operasi sectio caesarea dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janin. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010,
persalinan caesarea di Indonesia 15,3% sampel dari 20.591 ibu yang
melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang di wawancarai di 33
provinsi. Angka tindakan operasi sectio caesarea di Indonesai sudah melewati
batas maksimal standar WHO (Suryati 2014).
Tindakan pembedahan (operasi) sectio caesarea merupakan salah satu
tindakan yang menyebabkan ketegangan (stress). Ibu yang akan dilakukan
tindakan sectio caesarea umumnya akan menyebabkan suatu masalah salah
satunya adalah mengalami ansietas (kecemasan) yang bervariasi dari tingkat
ringan sampai berat (Ibrahim 2012).
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pre
operasi sectio caesarea. Menurut Poter dan Pery (2006) pasien pre mengalami
kecemasan karena mereka sering berfikir, seperti : Takut nyeri pembedahan,
takut keganasan, takut menghadapi ruang operasi. Oleh karena itu perlu adanya
dukungan keluarga yang mana membantu menurunkan tingkat kecemasan pada
pasien diantaranya pada pasien pre operasi sectio caesarea.
2

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk prilaku melayani yang


dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian,
kasih sayang, empati), dukungan penghargaan (menghargai umpan balik),
dukungan informasi (saran, nasehat, informasi) maupun dalam bentuk
dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu (Bomar 2004).
Menurut penelitian Siska Agustina, 2018 tentang “Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Pre Operasi Sectio Cesarea di RS
PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta”, berdasarkan hasil penelitian
dengan dukungan keluarga pada ibu pre operasi sectio sesarea yang mendapat
dukungan keluarga yang kurang sebanyak (11,8%), dukungan keluarga sedang
sebanyak (17,6%), dan mayoritas mempunyai dukungan yang baik yaitu
(70,6%). Ditinjau dari hasil penelitian tersebut bahwa responden yaitu ibu yang
mendapatkan dukungan kleuarga baik secara emosional, penghargaan,
instrumental dan informasi sehingga dukungan keluarga mampu menurunkan
tingkat kecemasan yang dihadapi oleh ibu pre sectio sesarea.
Menurut penelitian Siska Agustina, 2018 tentang “Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Pre Operasi Sectio Cesarea di RS
PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta”, berdasarkan hasil penelitian
tentang kecemasan pada ibu pre operasi sectio sesarea sebagian besar
mempunyai kecemasan tertinggi terdapat pada kategori ringan yaitu sebantak
14 orang dengan presentasi 41,2%, tidak cemas 7 orang dengan presentase
20,6% dan pada kategori sedang sebanyak 9 orang dengan presentase 26,5%.
Hal ini dapat terjadi mungkin disebabkan adanya persiapan fisik dan mental
sebelumnya dan lebih siap dalam menghadapinya dan juga bisa disebabkan
adanya motivasi untuk belajar tentang risiko setelah operasi sectio
sesareasehingga tidak terlalu panik dalam menghadapinya. Pada tingkat
kecemasan berat didapatkan cukup sedikit yaitu 4 orang dengan presentase
11,8%. Hal ini dapat terjadi mungkin dipengaruhi oleh kehilangan kendali,
panik sehingga tidak dapat melakukan sesuatu dan terjadi peningkatan
kecemasan akibatnya terdapat penurunan dalam kemampuan berhubungan
dengan orang lain.
Berdasarkan pengambilan data awal pada tanggal 04-15 Februari 2019
di Rumah Sakit Wirabuana Palu pada tahun 2017 jumlah ibu yang menjalani
3

sectio caesarea sebanyak 165. Sedangkan pada tahun 2018 terjadi peningkatan
sebanyak 184 ibu yang akan menjalani sectio caesarea. Peneliti merasa hal ini
penting untuk diteliti karena dari data yang diperoleh dilapangan, masih
banyak pasien pre operasi yang merasa cemas saat akan menghadapi operasi
karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Untuk itu, dukungan keluarga
sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan menjalani operasi sectio caesarea.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pada ibu yang akan menjalani sectio cesarea di Rumah
Sakit Wirabuana Palu ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah teranalisis hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani operasi sectio cesarea di
Rumah Sakit Wirabuana Palu.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi dukungan keluarga pada ibu yang akan menjalani sectio
caesareadi Rumah Sakit Wirabuana Palu.
b. Teridentifikasi tingkat kecemasan pada ibu yang akan menjalani sectio
caesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
c. Teranalisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu
yang akan menjalani sectio caesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan (Pendidikan)


Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
bagi pembangunan bangsa dan negara dalam upaya peningkatan mutu
4

kualitas sumber daya manusai dan dapat digunakan sebagai acuan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Masyarakat
Membantu masyarakat memberikan informasi tentang hubungan
dukungan keluarga dengan penurunan kecemasan pada ibu yang akan
menjalani operasi sectio sesarea.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit / Tenaga Kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keluarga khususnya
dalam memberikan dukungan keluarga dan kecemasan pada ibu yang akan
menjalani pre operasi sectio cesarea.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga
5

a. Defenisi dukungan keluarga


Menurut Friedman (2013), dukungan keluarga adalah proses yang
terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan
keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai
hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.
Menurut Friedman (2013) dukungan sosial keluarga merupakan
sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan; sifat dan jenis
dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus
kehidupan. Dalam semua tahap kehidupan, dukungan sosial keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai
akibatnya, hal ini akan meninkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.
b. Sumber dukungan keluarga
Menurut Friedman dalam Setiadi 2008 sumber dukungan sosial
keluarga dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Dukungan sosial keluarga internal : dukungan dari suami atau istri dan
dukungan dari anak
2) Dukungan sosial keluarga eksternal : dukungan sosial eksternal
keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga).
Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan
kerja sosial keluarga inti itu sendiri. Jaringan kerja suatu keluarga ada
teman-teman, tetangga-tetangga, dan jaringan kerja komunitas, dan
jaringan kerja profesional, kelompok-kelompok kerja mandiri,
saudarasaudari kandung atau dari keluarga besar (Setiadi 2008).

5
c. Fungsi keluarga
Effendy dalam Mubarak 2006 menjelaskan beberapa fungsi
keluarga sebagai berikut.
1) Fungsi biologis
a) Meneruskan keturunan.
6

b) Memelihara dan membesarkan anak.


c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
2) Fungsi psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga
b) Memberikan perhatian diantara keluarga
c) Memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas anggota keluarga.
3) Fungsi sosiologi
a) Membina sosialisasi pada anak
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing
c) Meneruskan nilai-nilai budaya
4) Fungsi ekonomi
a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang.
5) Fungsi pendidikan
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

d. Tugas keluarga dalam kesehatan


Menurut Friedman dalam Setiadi 2008, keluarga juga memiliki tugas
kesehatan, yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan atau menciptakan susasana rumah yang sehat
7

5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan


masyarakat.
e. Jenis dukungan keluarga
Menurut Friedman (2013) sumber dukungan keluarga terdapat
berbagai macam bentuk seperti :
1) Dukungan informasional
Adalah sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang
dunia. Manfaatnya dapat menahan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
khusus pada indvidu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah
nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
2) Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sabuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah serta sebagai
sumber dan validator identitas keluarga, dianataranya adalah
memberikan support, penghargaan dan perhatian.
3) Dukungan instrumen
Keluarga bertindak sebagai sumber pertolongan praktis dan
konkrit. Dukungan instrumen diantaranya adalah kesehatan dalam hal
makan, minum, istirahat dan terhindarnya dari kelelahan.
4) Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi
diantaranya menjaga hubungan emosional, perasaan aman, nyaman
dan terlindungi, serta hubungan interpersonal. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan atau
didengarkan.
f. Pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan
Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis kepada individu. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana
dukungan sosial mempengarhi kejadian dan efek dari stress. Secara
teoretis, dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya
kejadian yang dapat mengakibatkan stress. Apabila kejadian tersebut
8

muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau merubah


persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh itu akan mengurangi
potensi munculnya stress (Marifatul 2011).
Dukungan sosial juga dapat mencegah hubungan antara responden
individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stress dan stress itu
sendiri. Dukungan tersebut mempengaruhi stress untuk mengatasi stress.
Demikian, hal itu memodifikasi efek yang mengganggu kepercayaan diri,
dukungan sosial dapat memodifikasi efek yang ada (Marifatul 2011)
Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif
dalam mempengaruhi kejadian dan efek setress. Beberapa contoh efek
negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain:
1) Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang
membantu. Hal ini terjadi karena dukungan yang diberikan tidak
cukup, dan individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir
secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang
diberikan.
2) Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan
individu.
3) Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti
melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.
4) Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan
sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program
rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan
menyebabkan individu bergantung pada orang lain (Marifatul 2011).
g. Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial
1) Usia: dalam dukungan sosial dan perubahan peran sosial serta
hubungan yang menyertai dalam proses penuaan. Penuaan ini dapat
terjadi setelah pensiun. Pada saat itu kontak sosial menurun dan
kesempatan untuk bertemu dengan orang banyak berkurang. Pada usia
tua juga sering kita jumpai adanya keterbatasan yang tentu saja
berpengaruh pada intensitas kontak sosial.
2) Jenis kelamin: dinyatakan bahwa wanita memiliki hubungan sosial
yang lebih luas dan lebih erat dibandingkan pria (Turner, Heys &
9

Coates). Lebih lanjut dijelaskan oleh Matt & Dean bahwa terdapat
perbedaan jenis dukungan sosial antara pria dan wanita.
3) Tingkat pendidikan: semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan orang tersebut dan
semakin luasnya hubungan sosial. Hal ini yentu tentu saja berpengaruh
terhadap jumlah dukungan yang didapatkan atau diberikan.
4) Hubungan status keluarga seseorang yang mempunyai hubungan yang
harmonis dengan keluarga dapat memberikan keuntungan terhadap
kesehatan seseorang dengan penyediaan dukungan sosial.

2. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan


1. Defenisi Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi initidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi
tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart 2016).
Kecemasan terjadi sebagai proses respon emosional ketika pasien
atau keluarga merasakan ketakutan, kemudian akan diikuti oleh beberapa
tanda dan gejala seperti ketegangan, ketakutan, kecemasan dan
kewaspadaan (Townsend 2014).
2. Teori Kecemasan
Menurut Stuart (2016), ada beberapa teori yang mnjelaskan
mengenai kecemasan sebagai. Teori tersebut anatar lain:
a. Teori psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yng terjadi
antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya
seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertengtangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
10

b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap


ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan
harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Teori perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Ahli teori prilaku lain menganggap kecemasan
sebagai suatu dorongan yang dipejalari berdasarkan keinginkan dari
dalam diri untuk menghindari kepedihan.
d. Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya
terjdai dlam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih
antara gangguan kecemasan dan depresi.
e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting
dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

3. Etiologi Kecemasan
Menurut Stuart (2016) ada dua faktor yang mempengaruhi kecemasan
yaitu:
a. Faktor predisposisi yang meliputi:
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbullkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
11

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan


ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhdap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena
benzodiazepin dapat menekan neurotransmitter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron diotak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi meliputi:


1) Faktor eksternal
a) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
(1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi
system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal.
(2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisis, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal:
(1) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.
12

(2) Suber ektsernal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,


perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.
2) Faktor internal
a) Potensi stressor
Stressor psikologis merupakan setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang
sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi Stuart (2016).
b) Maturitas
Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar
mengalami gangguan akibat kecemasa, karena individu yang
matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap
kecemasan Kaplan & Sadock (2013).
c) Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikn
akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi
baru termasuk dalam menguraikan masalah baru Lallo (2013).
d) Keadaan fisik
Seseorang akan mengalami gangguang fisik seperti cedera,
operasi, akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih
mudah mengalami kecemasan.
e) Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguang akibat kecemasan daripada orang berkepribadian B,
adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar,
kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu
waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung,
otot-otot mudah tegang. Sedangkan orang dengan tipe
kepribadian B mempunyai ciri-ciri berlawanan dengan tipe
kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah orang yang
panyabar, teliti, dan rutinitas Stuart (2016).
13

f) Lingkungan dan situasi


Seseorang yang berada dilingkungan asing ternyata lebih mudah
mengalami kecemasan dibanding bila dia berada dilingkungan
yang biasa dia tempati Stuart (2016).
g) Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat
sebaliknya Kaplan & Sadock (2013).
h) Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang
ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguang
ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria. Karena pria
lebih aktif, ekporatif, sedngkan perempuan lebih sensitif.
Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks
dibanding perempuan
i) Pengalaman
Pemgalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif atau
negatif yang mempengaruhi perekmbangan keterampilan
menggunakan koping. Keberhasilan seseorang dapat membantu
individu untuk mengembangkan kekuatan koping, sebaliknya
kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang
menggunakan koping yang maladatif terhadap stressor tertentu
Kaplan & Sadock (2013).
4. Tingkat Kecemasan
Menurut konsep adasar keperawatan jiwa Peplau (1963) dalam
Stuart (2016) menjelaskan bahwa ada 4 tingkatan kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu: a. Kecemasan ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.
Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,
menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan
mampu memecahkan serta efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Contoh seseorang yang akan menghadapi ujian akhir,
individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong. Pada tingkatan
14

ini lahan persepsi melebar dan individu akan bertindak hati-hati dan
waspada.
b. Kecemasan sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, masih dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contoh individu yang
mengalami konflik dalam pekerjaan, keluarga yang mengalami
perpecahan.
c. Kecemasan berat
Pada tingkat ini lahan persepsi menjdai sangat sempit dimana individu
tidak dapat memcahkan masalah atau mempelajari masalah. Pusat
perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir
tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi
kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada
area lain. Contohnya individu dalam penyanderan, individu yang
kehilangan harta benda.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil pertaian hialang. Karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpanagan persepsi
dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.
Biasanya disertai dengan disorganisas kepribadian. Contohnya
individu dengan kepribadian pacah/depersonalisasi.
5. Rentang Respon Kecemasan
Stuart (2016), respon kecemasan dapat difluktauasi dalam rentang
rentang adatif-maladatif, anatara lain : a. Respon Adatif
Respon adatif adalah suatu keadaan dimana terjadi stressor dan
bila individu mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut,
maka akan menghasilkan sesuatu yang positif diantaranya:
1) Dapat mencegah masalah dan konflik.
2) Adanya doronganuntuk bermotivasi.
3) Terjadinya peningkatan prestasi fungsional.
b. Respon maladatif
15

Respon maladatif merupakan suatu keadaan dimana tidak


terjadi pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman
kecemasan, sehingga individu akan mengalami kecemasan secara
bertahap mulai dari tingkat sedang ke tingkat berat dan akhirnya
panik.

ADATIF MALATIF

ANTISIPAS RINGAN SED ANG BERAT PANIK


I

Sumber“Stuart (2016)”

6. Alat Ukur Tingkat Kecemasan


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat dapat digunakan alat ukur yang dikenal
dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Skala HARS
pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max
Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran
kecemasan pada penelitian. Skala HARS telah dibuktikan memiliki
validitas dan rabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran
kecemasan pada penelitian yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan
bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan
diperoleh hasil yang valid dan reliable. Skala HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale) yang dikutip Nursalam (2009) penilaian kecemasan terdiri
dari 14 item, meliputi:
a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Ketegangan: merasa tegang, lesu, mudah terkejut, mudah terganggu,
mudah menangis, gemetar, gelisah.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing,
binatang besar, keramaian lalu lintas, kerumunan banyak orang.
16

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,


tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik: telinga berdengung,penglihatan kabur, muka merah
dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskuler: denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri dada,
denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, mual dan muntah, berat badan
menurun, konstipasi, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri
lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas diperut, perut
terasa penuh/kembung.
l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori : 0 = tidak ada gejala, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat, 4 = berat
sekali.
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item
1-14 dengan hasil : Skor kurang dari 1-6 = tidak ada kecemasan, Skor
714 = kecemasan ringan, Skor 15-27 = kecemasan sedang, Skor lebih
dari 27 > kecemasan berat.

3. Tinjauan Umum Tentang Sectio Cesarea (SC)


a. Defenisi sectio cesarea
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn& William, 2010).
17

Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara


melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2013).
Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan
pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan janin dengan cara
melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.
b. Jenis sectio cesarea
1) Sectio Cesareaprimer (efektif)
Sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
sectio cesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasanya. Misalnya
pada panggul sempit (CV kurang dari 8 cm).
2) Sectio Cesarea sekunder
Kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika
tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru
dilakuan sectio cesarea.
3) Sectio Cesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani sectio cesareadan pada
kehamilan selanjutnya juga dilakukan sectio cesarea ulang.
4) Sectio Cesarea histerektomi
Suatu operasi yang meliputi kelahiran janin, dengan sectio
cesareayang secara langsung diikuti histerektomi karena suatu
indikasi.
5) Operasi porro
Suatu operasi tanpa pengeluaran janin dari kavum uteri (tentunya janin
sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada
keadaan infeksi rahim yang berat. (Rustam Mochtar, 2012).
c. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) etiologi sectio caesarea ada dua
yaitu sebagai berikut: 1) Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua di
sertai kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/
panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, placenta previa terutama pada primigravida,
18

solutsio placenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu


preeklamasi-eklamasi, atas permitaan, kehamilan yang disertai
penyakit (jantung, DM), gangguan perjalan persalinan (kista ovarium,
mioma uteri dan sebagainya).
2) Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagaln persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
d. Indikasi dan kontra indikasi
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan
keberhasilan suatu persalinan yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, 10
psikologis ibu dan penolong. Apabila terdapat salah satu gangguan pada
salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan
dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2014).
Adapun indikasi dilakukakannya seksio caesarea adalah
persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi, diproporsi
sefalo-pelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio
plasenta, penyakit pada calon ibu, bedah sesarea ulangan (Simkin dkk,
2008 dalam Maryunani, 2014). Indikasi Seksio Sesarea (SC) dibagi
menjadi dua indikasi, yaitu indikasi medis dan indikasi non-medis, yaitu :
1) Indikasi medis sektio caesarea:
a) Indikasi sektio caesarea:
(1) Cephalopelvic Disproporsional (CPD)
Hal-hal yang menjelaskan disproporsi sefalo-pelvik dengan
pengukuran dan pemeriksaan panggul:
Pengukuran panggul (pelvikmetri) merupakan cara
pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan
lebih banyak tentang keadaan panggul. Pelvimetri dalam
dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah, dan
memberi gambaran tentang pintu bawah panggul.
Pemeriksaan panggul luar dan pemeriksaan panggul dalam
(VT), dievaluasi antara lain: promotorium, linea innominata, spina
19

ischiadika, dinding samping, kurvatura sakrum, ujung sakrum, dan


arkus pubis. Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran;
Kongjungata diagonalis dan konjungtiva vera; Distansia
interspinarum (diameter bispinosum); Diameter antero-posterior
pintu bawah panggul. (2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan
obstruksi
Tumor (neoplasma) pada jalan lahir terbagi menjadi neoplasma
yang berada di vagina, serviks uteri, uterus dan ovarium yang
dapat dijelaskan berikut ini:
(a) Tumor di Vagina
Tumor di vagina dapat merupakan rintangan bagi lahirnya
janin pervaginam. Adanya tumor vagina bisa pula
menyebabkan persalinan pervaginam dianggap
mengandung terlampau banyak resiko. Tergantung jenis
dan besar tumor, perlu dipertimbangkan apakah persalinan
dapat berlangsung pervaginam atau harus diselesaikan
dengan seksio sesarea.
(b) Tumor di Serviks Uteri
Seksio sesarea adalah terapi pilihan atas indikasi dari
kanker serviks, biasanya di diagnosa setelah kehamilan 28
minggu.
(c) Tumor di Uterus
Distosia karena mioma uteri dapat terjadi apabila letak
mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam,
apabila mioma uteri dapat menyebabkan kelainan letak
janin, dan apabila mioma uteri dapat menyebabkan
terjadinya inersia uteri dalam persalinan. Penanganan dari
mioma uteri yang mengganggu lahirnya janin pervaginam
adalah dengan tindakan seksio sesarea.
(d) Tumor di Ovarium
Tumor ovarium dapat mengganggu jalan lahir jika terletak
di kavum douglas, boleh dicoba dengan hati-hati apakah
tumor dapat diangkat ke atas rongga pamggul, sehingga
tidak menghalangi persalinan. Apabila percobaan itu tidak
berhasil, atau persalinan sudah maju sehingga percobaan
20

reposisi lebih sukar dan lebih berbahaya, sebaiknya


dilakukan seksio sesarea diikuti dengan pengangkatan
tumor (Wiknjosastro, 2006 dalam Maryunani, 2014).
(3) HAP (Haemorage Ante Partum)
HAP (Haemorage Ante Partum) merupakan perdarahan
sebelum melahirkan, biasanya terdiri dari plasenta previa dan
solusio plasenta, yang diuraikan berikut ini:
(a) Plasenta Previa
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi
sebagian dan atau seluruh jalan lahir. Dalam keadaan ini,
plasenta mungkin lahir lebih dahulu dari janin. Hal ini
menyebabkan janin kekurangan oksigen dan nutrisi yang
biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan
sectio caesarae, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada
tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan segmen
bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek.
(b) Solusio Plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus
uteri sebelum janin lahir. Sectio Caesarea dilakukan untuk
mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban
pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai dengan
perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang
menumpuk di dalam rahim (Wiknjosastro, 2006 dalam
Maryunani, 2014).
(c) Ketuban Pecah Dini
Kantung ketuban adalah kantung yang berdinding tipis
yang berisi cairan dan janin selama kehamilan. Terdiri dari
dua bagian, yaitu bagian luar disebut juga korion,
sedangkan bagian dalam disebut juga amnion. Cairan
amnion berfungsi untuk meratakan his ke seluruh dinding
rahim dan merangsang pembukaan. Ketuban pecah dini
adalah ketuban yang pecah sebelum proses persalinan
berlangsung, bisa diakibatkan oleh berkurangnya kekuatan
21

membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine. Seksio


sesarea dilakukan jika ketuban pecah sudah terlalu lama.
(d) Pre-eklamsia dan Eklamasia
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3
kehamilan. Preeklamsia dibagi dalam golongan ringan dan
berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih
tanda dan gejala yang ditemukan adalah tekanan sistolik
160 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih; proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam; 3
atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif; oliguria, air kencing
400 ml atau kurang dalam 24 jam; keluhan serebral,
gangguan penglihatan atau nyeri didaerah epigastrium,
edema paru dan sianosis. Eklamsia adalah memburuknya
keadaan preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri
kepala didaerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri
di epigastrium dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak
dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kekejangan.
(e) Usia
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur
waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang
hidup maupun yang mati. Ibu yang melahirkan untuk
pertama kalinya berusia lebih dari 35 tahun memiliki
resiko melahirkan dengan sectio caesarea karena pada
usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti
hipertensi, jantung, diabetes militus, dan preeklampsia.
Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik
alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan
menurun, selain itu bisa terjadi resiko bawaan pada
bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada
kehamilan, persalinan, dan nifas (Arini H. 2012).
(f) Insisi uterus sebelumnya
22

Insisi uterus sebalumnya seperti miomectomi atau operasi


seksio sesarea pada kelahiran sebelumnya yang bisa
membuat dinding uterus jadi lemah dan mudah terjadi
ruptur uterus jika dilakukan persalinan normal. Tetapi
sekarang sudah banyak bukti yang menyatakan bahwa
bekas jahitan diuterus terbukti cukup kuat dan banyak
pasien yang bisa melahirkan secara normal dengan resiko
yang rendah dari pada mengalami seksio sesarea lagi.
(g) Partus Tak Maju
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang
adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada
pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi
dalam selama 2 jam terakhir. Partus tak maju dapat
disebabkan oleh kelainan panggul, kelainan his, pimpinan
partus yang salah, janin besar, primitua, dan ketuban
pecah dini.
(h) Tingkat Pendidikan
Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatannya selama kehamilan bila
dibanding dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih
rendah. Semakin tinggi pendidikan formal seorang ibu
diharapkan semakin meningkat pengetahuan dan
kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan dalam
kehamilan dan persalinannya, sehingga timbul dorongan
untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala
dan teratur (Kasdu, 2005 dalam Maryunani, 2014).
(i) Penyakit ibu yang berat dan penyakit akibat hubungan
seksual
Penyakit pada ibu yang berat, antara lain seperti penyakit
jantung dan penyakit akibat hubungan seksual, seperti
Gonorea, Chlamydia trachomatis, Herpes simpleks, AIDS
dan Hepatitis infeksiosa.
(j) Kelainan tali pusat
23

Kelainan tali pusat terdiri dari: Pelepasan tali pusat (tali


pusat menumbung), suatu keadaan dimana tali pusat
berada didepan atau disamping bagian bawah janin, atau
tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan
keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan; Terlilit
Tali Pusat, dimana lilitan tali pusat ke tubuh janin akan
berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit atau terpelintir
sehingga aliran oksigen dan nutrisi ke tubuh janin tidak
lancar.
b) Faktor Bayi/Janin sebagai Indikasi SC
(1) Janin besar
(2) Gawat janin
(3) Letak lintang
(4) Letak sungsang
(5) Bayi abnormal
(6) Bayi kembar (Gemmely)
2) Indikasi non-medis sectio caesarea:
Selain indikasi medis terdapat indikasi non-medis yaitu:
a) Artinya tidak ada kedaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu
dan janin yang ada dikandungannya.
b) Indikasi sosial timbul karena permintaan pasien walaupun tidak ada
masalah atau kesulitan dalam persalinan normal.
c) Persalinan yang dilakukan dengan sectio sesarea sering dikaitkan
dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia.
d) Masih banyak penduduk di kota-kota besar mengaitkan waktu
kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor
ekonomi.
e) Adanya kekuatan ibu-ibu akan kerusakan jalan lahir (Vagina)
sebagai akibat dari persalinan normal, menjadi alasan ibu untuk
memilih bersalin dengan cara seksio sesarea.
f) Di sisi lain, persalinan dengan resiko seksio sesarea dipilih oleh ibu
bersalin karena tidak mau mengalami rasa sakit dalam waktu yang
lama. Hal ini terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan
24

menghadapi rasa sakit pada persalinan normal (Wiknjosastro, 2006


dalam Maryunani, 2014).
3) Kontra Indikasi SC
a) Infeksi pada peritonium.
b) Janin mati. (tapi janin mati bukan merupakan kontra indikasi
mutlak, terlebih waktu yang digunakan untuk melahirkan janin
mati secara pervagina lebih lama dari pada waktu yang diperlukan
untuk melahirkan janin mati perabdominam atau secara seksio
cesarea).
c) Kurangnya fasilitas dan tenaga ahli (Williams, 2005 dalam
Maryunani, 2014).
e. Komplikasi Sectio Cesarea
Menurut Wikjosastro (2007) komplikasi sectio caesarea sebagai berikut:
1) Komplikasi pada ibu
a) Infeksi puerperal, komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas; atau bersifat
berat, seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi ini
postoperatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejalagejala yang merupakan predisposisi terhadapap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya).
b) Perdarahan, banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
c) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,
embolisme paru-paru, sebagainya sangat jarang terjadi.
d) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini
lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
2) Komplikasi pada anak
Nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea tergantung
dari keadan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea,
kematian perinatal akibat sectio caesarea berkisar antara 4 dan 7%
(Prawirohardjo 2002).
25

f. Persiapan Umum Sectio Cesarea (SC)


Keputusan untuk melakukan persalinan sectio caesarea diharapkan
dapat menjamin turunnya morbiditas dan moralitas sehingga sumber daya
manusia dapat ditingkatkan.
Persiapan umum meliputi : peningkatan keadaan umum sehingga
mampu menerima resiko operasi, perawatan setelah operasi, dan
kembalinya kesehatan secara optimal, yaitu :
1) Pemasangan infus untuk :
a) Rehidrasi cairan pengganti, sekitar 2 liter
(1) Dextrose 5-10%
(2) Chlored
(3) Ringer laktat atau Ringer dextrose
b) Mempermudah pemberian transfuse darah
c) Mempermudah pemberian premedikasi narkose
d) Mempermudah pemberian antibiotika
2) Pemasangan dauer kateter
a) Untuk mengukur keseimbangan cairan
b) Menghindari trauma
c) Meningkatnya kemampuan untuk sembuh
3) Reposisi dan evaluasi penderita
a) Tidur terlentang dengan posisi kepala sedikit direndahkan
b) Tanda-tanda vital diukur
(1) Tekanan darah
(2) Nadi
(3) Temperatur
(4) Pernapasan dan keadaan ektremitas
c) Tanda-tanda vital kehamilan
(1) Terdapat his dan tindakan mengejan
(2) Lingkaran bandle
(3) Detak jantung janin
(4) Pendarahan
4) Narkose penderita sectio caesarea
a) Kombinasi
(1) Halontene
26

(2) 2O
(3) O2
b) Anastesi lumbal
c) Anastesi lokal
5) Transfusi darah
Pada umumnya pendarahan pada sectio cesarea lebih banyak pada
persalinan pervagina. Perdarahan tersebut diakibatkan insisi pada
dinding uterus, ketika pelepasan plasenta mungkin juga karena
terjadinya atonia uteri post partum. Berhubungan dengan itu tiap-tiap
operasi sectio caesarea perlu diadakan persediaan darah.
6) Pemberian antibiotik
Walaupun pemberian antibiotik sesudah sectio caesarea secara efektif
dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

B. Kerangka Konsep
Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik
variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam
2011).

Variabel Independen Variabel Dependen


Penurunan tingkat kecemasan
Dukungan
ibu yang akan menjalani sectio
Keluarga
caesarea

Gambar 2.1 Kerangka konsep

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Hubungan antar variabel
27

C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani sectio cesarea di Rumah
Sakit Wirabuana Palu.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode
kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitiannya (Sugiyono 2013). Penelitian ini menggunakan desain
analitik merupakan desain yang bertujuan untuk mencari hubungan antar
variabel dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan
pada saat bersamaan antara variabel independen dan dependen (Notoatmodjo
2012).
Maksud penelitian ini untuk melihat hubungan tentang dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani sectio cesarea di
Rumah Sakit Wirabuana Palu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli tahun 2019.
28

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data atau subjek penelitian yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Notoatmodjo 2012), Populasi pada
penelitian ini adalah semua pasien yang akan menjalani tindakan operasi
sectio cesarea dimana jumlah pasien yang akan menjalani pre operasi
sectio caesarea dari bulan Januari-April 2019 sebanyak 108 pasien di
Rumah Sakit Wirabuana Palu.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2014).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

29
nonprobability sampling dengan cara purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel secara sengaja dengan menentukan sendiri sampel
yang diambil karena suatu pertimbangan tertentu.
Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti
dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang
diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian, sedangkan kriteria
eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon responden
yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian.
Cara menentukan besar sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

rumus Slovin (Notoatmodjo 2012), yaitu : n =

Keterangan: n =
Sampel N= Jumlah
populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,15)²

n=
29

= 33 responden

Kriteria Inklusi
1) Keluarga yang anggota keluarganya atau pasien yang akan menjalani
operasi sectio sesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
2) Bersedia menjadi responden/Informed consent.
3) Pasien sectio sesarea dengan infeksi atau indikasi Ketuban Pecah Dini
(KPD).
4) Pasien sectio sesarea dengan indikasi Cephalopelvic Disproporsional
(CPD).
5) Pasien sectio sesarea dengan indikasi Haemorage Ante Partum (HAP).
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu populasi yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya yang merupakan karakteristik dari objek yang diteliti dalam suatu
penelitian (Sugiyono 2015). Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi 2
yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen atau disebut juga variabel bebas, yaitu
keberadaan dari karakteristik tertentu dari subjek penelitian yang membawa
perubahan terhadap variabel lainnya (Sugiyono 2015). Variabel independen
(variabel bebas) dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dapat
berubah akibat pengaruh variabel independen (Sugiyono 2017). Variabel
dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
pada ibu yang akan menjalani sectio caesarea.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah, yaitu suatu definisi yang dibuat untuk
mempermudah pengumpulan data, menghindari perbedaan pemahaman atau
30

interpetasi data, dan membatasi ruang lingkup variabel yang akan diteliti
(Notoatamodjo 2012).
1. Dukungan keluarga
Defenisi : Dukungan keluarga yang dimaksud adalah segala hal
yang berasal dari luar responden (keluarga) yang
mempengaruhi pasien (Ibu) yang akan menjalani
operasi sectio caesarea

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala ukur : Nominal
Hasil ukur : Ada dukungan jika skor ≥ 10 median
Tidak ada dukungan jika skor jawaban < 10 median
2. Kecemasan
Definisi : Tingkat kecemasan pasien adalah suatu perasaan takut
atau cemas yang dirasakan oleh keluarga yang
dirasakan oleh keluarga yang disebabkan oleh akan
dilakukannya tindakan operasi sectio cesarea.

Alat ukur : Kuesioner


Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Tidak ada kecemasan jika jawaban responden dengan
skor
= 1-6
Kecemasan ringan jika jawaban responden dengan skor =
7-
14
Kecemasan sedang jika jawaban responden dengan skor =
15-27
Kecemasan berat jika jawaban responden dengan skor >
27
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini proses pengambilan dan pengumpulan data diperoleh
dengan menggunakan 2 bagian yaitu kuesioner dukungan keluarga, dan
kuesioner tingkat kecemasan, diuraikan dibawah ini :
1. Kuesioner dukungan keluarga diambil dari modifikasi penelitian Desy
Nurwulan (2017) yang digunakan untuk mengkaji alternatif jawaban
dukungan keluarga yang berisi 13 pertanyaan/pernyataan dengan
31

menggunakan kuesioner yang meliputi dukungan emosional dengan nomor


1-4 (pernyataan positif), dukungan instrumental dengan nomor 5-8
(pernyataan positif), dukungan informasi dengan nomor 9-10 (pernyataan
positif), dan dukungan penghargaan dengan nomor 11-13 (pernyataan
positif) dimana ketika responden menjawab Ya diberi poin 1, Tidak diberi
poin 0.
2. Kuesioner kecemasan diambil dari modifikasi penelitian Desy Nurwulan
(2017) yang digunakan untuk mengkaji alternatif jawaban tingkat
kecemasan yang terdiri dari 14 pertanyaan/pernyataan. Untuk mengetahui
sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat
dapat digunakan alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS). Pemberian skor pada jawaban kuesioner
pertanyaan/pernyataan penilaian kecemasan adalah dengan memberikan
nilai dengan kategori : 0 = tidak ada gejala, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 =
berat, 4 = berat sekali. Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah
nilai skor dan item 1-6 dengan hasil : Skor kurang dari 6 = tidak ada
kecemasan, Skor 7-14 = kecemasan ringan, Skor 15-27 = kecemasan
sedang, Skor lebih dari 27 > kecemasan berat (Nursalam 2009).
Kuesioner telah di Uji Validitas dan Reliabilitasnya pada tanggal
1724 Juni 2019 di Rumah Sakit Undata Palu dengan jumlah sampel
sebanyak 10 responden sengan ketentuan r tabel < r hitung kemudian
dianalisis menggunakan perangkat lunak. Dari hasil analisis terdapat
beberapa pernyataan yang tidak valid digunakan lagi. Dari hasil uji validitas
untuk masing-masing item pernyataan, didapat nilai r hitung ≥ r tabel yaitu
0,576. Dan uji reliabilitas didapat nilai alpha untuk dukungan keluarga
0,971. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus Person Product
Moment yaitu :

r hitung =

r hitung = Koefisien Korelasi

n = Jumlah Responden

∑Xi = Jumlah Skor Item


32

∑Yi = Jumlah Skor Total

Untuk mengetahui suatu kevalidan yaitu dengan cara membandingkan antara


r hitung dengan r tabel (Wiratama Sujarweni 2014), yaitu :
Valid : r hitung ≥ r tabel

Tidak Valid : r hitung < r tabel

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach


yaitu:

r=

r = Reliabilitas

Instrumen k = Jumlah

Item ∑σb² = Jumlah

Varians σ1² = Varians Total

Kuesioner dinyatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach ≥ 0,6 (Wiratama


Sujarweni 2014)

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Cara pengumpulan data
Adalah data yang diperoleh melalui responden pada penelitian data preimer
yang digunakan, yaitu dengan cara pengisian kuesioner, wawancara dan
observasi.
a. Pengisian kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden
b. Wawancara
Adalah tanya jawab antara peneliti dan responden untuk memperoleh
data yang dibutuhkan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang telah tersedia dari
hasil pengumpulan data untuk keperluan tertentu, yang dapat digunakan
sebagai sumber penelitian, dalam penelitian ini data sekunder dari Rumah
Sakit Wirabuana Palu.
33

H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari setiap variabel yang termasuk dalam variabel penelitian dengan rumus
distribusi frekuensi sebagai berikut (Sujarweni 2014).

P = x 100%
Keterangan : P =
Persentase f = Frekuensi
tiap kategori n = Jumlah
Sampel
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah untuk melihat hubungan bermakna antara
variabel dependen dengan variabel independen. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada
ibu yang akan menjalani sectio caesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan uji statistik. Dikarenakan
variabelvariabel dalam penelitian ini berskala kategorikal (ordinal dan
ordinal), jenis hipotesis yang digunakan adalah komparatif/asosiatif dengan
data 2 kelompok tidak berpasangan dan penyajian data disajikan dalam
bentuk tabel 2x2, maka analisis data teknik untuk mengolah dan
menganalisis data dalam penelitian ini digunakan rumus Chi Square.
Syarat memenuhi Uji Chi Square adalah :
a. Tidak ada sel yang nilai expected nya bernilai nol.
b. Sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari
jumlah sel.
c. Bila jumlah subjek penelitian > 40, tanpa melihat nilai expected.
Pengambilan kesimpulan dari Uji Chi Square adalah :
a. Ada hubungan jika nilai p-value < 0,05
b. Tidak ada hubungan jika nilai p-value ≥ 0,05
34

I. Bagan Alur Penelitian


Proposal Penelitian

Mengurus surat izin penelitian

S1 Keperawatan

Tata usaha STIKes WN Palu

Bagian Diklat RS Wirabuana Palu

Populasiibu yang akan menjalani


sectio sesareasebanyak 108 orang

Tehnik pengambilan sampel


non probability sampling

Sampel ibu yang akan menjalani


sectio sesareasebanyak 32 orang

Informed consent menjelaskan


dan meminta persetujuan

Pengumpulan data menggunakan instrumen Kuesioner yang


disebarkanan pada responden yang memenuhi kriteria inklusi

Variabel independen Variabel dependen

Dukungan keluarga Tingkat kecemasan pada Ibu


yang akan menjalani
sectio
caesarea

Analisis Data Univariat danbivariat

Analisis Datadengan ujichi square

Hasil dan pembahasan Gambar 2.2


Bagan Alur
Kesimpulan dan saran
Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


35

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Rumah Sakit TK. IV 13.07.01 Wirabuana terletak di Jl. Sisinga
Mangaraja No. 4 Palu. Bangunan Rumah Sakit Tk. IV 13.07.01 Wirabuana di
oprasionalkan sejak tahun 1983 yang mempunyai luas tanah 14.998 M 2, dan
luas bangunan 1,788,50 M2.
Meliputi bangunan ruang perawatan, perkantoran dan penunjang
umum, dan terdapat berapa perumahan staf/anggota. Pelayanan yang ada di
Rumah Sakit TK. IV 13.07.01 Wirabuana adalah pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang, dan pelayanan khusus.
Jumlah tenaga di Rumah Sakit TK. IV 13.07.01 Wirabuana yaitu 389
orang dengan rincian jumlah Personil Militer 29 orang (Dokter, Para Medis),
Personil PNS 17 orang (Paramedis dan Non Paramedis), Personil BP 1 orang
(Kudam VII/Wrb), Karyawan 140 orang (Paramedis dn Non Paramedis).
Dokter Spesialis 29 orang, Dokter umum 8 orang (Militer 1), Dokter Gigi
Tamu 1 orang, Dokter Spesialis Tamu 28 orang. Kualitas Tenaga Paramedis
berjumlah 162 orang.
Saat ini jumlah tempat tidur secara keseluruhan sebanyak 106 buah
dengan rincian ruang perawatan Vip 6 TT, Kelas I 6 TT, Kelas II 24 TT,
Kelas III - . Ruang Perawatan Anak Vip 3 TT, Kelas I 8 TT, Kelas II 7 TT,
Kelas III - . Ruang Perawatan Kebidanan Vip 3 TT, Kelas I 2 TT, Kelas II 5
TT, Kelas III 12 TT, PK 4 TT. Ruang Perawatan ICU 16 TT, dan Ruang
Observasi 10 TT.

37
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
36

Karakteristik responden dalam penelitian ini dikelompokkan


berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 33 responden di Rumah Sakit
Wirabuana Palu maka didapatkan hasil sebagai berikut: a. Umur
Hasil analisis umur responden dapat dilihat pada tabel dibawaha ini.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit
Wirabuana Palu
Umur Frekuensi (f) Presentase (%)
23-35 Tahun 22 66,1
36-45 Tahun 11 33,3
Total 33 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.1 dari 33 responden sebagian besar berumur


23-35 tahun sebanyak 22 responden (66,1%) dan umur 36-45 tahun
sebanyak 11 responden ((33,3%).

b. Pendidikan
Hasil analisis pendidikan responden dapat dilihat pada tabel
dibawaha ini.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Rumah
Sakit Wirabuana Palu
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
SD 10 30,3
SMP 7 21,2
SMA 13 39,9
S1 3 9,1
Total 33 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan pendidikan SD sebanyak 10


responden (30,3%), Pendidikan SMP sebanyak 7 responden (21,2%),
Pendidikan SMA sebanyak 13 responden (39,9%), dan Pendidkan S1
sebanyak 3 responden (9,1%).

c. Pekerjaan
Hasil analisis pendidikan responden dapat dilihat pada tabel
dibawaha ini.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Rumah
Sakit Wirabuana Palu
37

Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)


IRT 19 57,6
Wirausaha 11 33,3
PNS 3 9,1
Total 33 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan pekerjaan kategori IRT


sebanyak 19 responden (57,6%), Wirausaha sebanyak 11 (33,3%),
dan pekerjaan kategori PNS sebanyak 3 responden (9,1%).

2. Variabel penelitian
a. Dukungan keluarga
Hasil penelitian pada variabel dukungan keluarga menunjukkan
bahwa pembagian kategori dukungan keluarga terbagi dua yaitu ada
dukungan dan tidak ada dukungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Keluarga di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
Dukungan keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)
Ada dukungan 14 42,4
Tidak ada dukungan 19 57,6
Total 33 100
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang


memiliki dukungan dari keluarga sebanyak 14 responden (42,4%), yang
tidak memiliki dukungan dari keluarga sebanyak 19 responden (57,6%).

b. Tingkat kecemasan
Hasil penelitian pada tingkat kecemasan menunjukkan bahwa
pembagian kategori tingkat kecemasan terbagi dua yaitu cemas ringan
dan cemas sedang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecemasan di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
Tingkat kecemasan Frekuensi (f) Persentase (%)
Cemas ringan 15 45,5
Cemas sedang 18 54,5
Total 33 100
Sumber: Data Primer 2019
38

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 33 responden cemas


ringan sebanyak 15 responden (45,5%) dan cemas sedang sebanyak 18
responden (54,5%).

3. Analisis Bivariat
Tujuan dari analisis bivariat adalah untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan
adalah chi-square, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Ibu Yang Akan Menjalani Sectio Caesarea di Rumah Sakit
Wirabuana Palu.
Dukungan Tingkat kecemasan
Keluarga Cemas ringan Cemas sedang Total p-value
f % f % f
Ada dukungan 10 71,4 4 28,6 14
Tidak ada dukungan 5 28,6 14 73,7 19 0,010

Total 15 45,5 18 54,5 33


Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil penelitian dari 33


responden terdapat 14 responden yang memiliki dukungan dari keluarga
terdapat 10 responden (71,4%\) yang mempunyai tingkat kecemasan
kategori cemas ringan dan 4 responden (28,6%) yang mempunyai tingkat
kecemasan kategori sedang. Sedangkan dari 19 responden yang tidak
memiliki dukungan dari keluarga terdapat 5 responden (28,6) yang
mempunyai tingkat kecemasan kategori cemas ringan dan 14 responden
(73,7) mempunyai tingkat kecemasan kategori cemas sedang. Berdasarkan
hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value = 0,010
(p-value > 0,05) yang artinya ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan penurunan kecemasan pada ibu yang akan menjalani sectio
caesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu.

C. Pembahasan
1. Dukungan Keluarga
Hasil penelitian tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 33 responden
dalam penelitian ini, sebagian besar memiliki dukungan dari keluarga
sebanyak 14 responden (42,4%) sedangkan yang tidak memiliki dukungan
39

dari keluarga sebanyak 19 responden (57,6%), hal ini menunjukkan


kebanyakan pasien yang akan menjalani sectio caesarea tidak
mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga.
Berdasarkan tabel 4.2 bahwa pasien yang tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga rata-rata pada kelompok dewasa awal, dewasa
awal menempuh pendidikan sesuai tingkat pendidikan dengan rata-rata
pendidikan terakhir adalah SMA. Masa dewasa awal adalah masa dimana
hidupnya belum matang untuk dapat menerima dukungan keluarga yang
diberikan dari keluarga (Potter & Perry 2006).
Menurut asumsi peneliti, bahwa responden yang tidak
mendapatkan dukungan dari keluarga menyebabkan kecemasan pada
responden karena kurangnya pengetahuan atau informasi dari keluarga
yang dapat mengakibatkan pasien tidak mendapat dukungan yang baik dari
keluarga, hasil penelitian menggunakan kuesioner dukungan emosional
ditandai dengan keluarga yang tidak mendampingi responden dalam
menjalani operasi sectio caesarea, keluarga yang kurang memperhatikan
keadaan responden, keluarga yang kurang dalam berusaha mendengarkan
setiap kali pasien mengeluh dan keluarga yang kurang ramah dalam
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien. Menurut Rinto
(2012) dukungan informasi dari keluarga juga sangat berguna dan
membantu pasien untuk mengatasi rasa cemas yang dialami.
Berdasarkan hasil penelitian 4.3 bahwa responden yang tidak
mendapatkan dukungan dari keluarga kategori berpendidikan SD sebanyak
10 responden (30,3%) dan SMA sebanyak (39,9%), hal ini sejalan dengan
penelitian Ilham (2016) tingkat pendidikan pasien sangat berkaitan dengan
dukungan informasi dari keluarga, kurangnya pengetahuan dapat
mengakibatkan pasien tidak mendapatkan dukungan kurang baik dari
keluarga. Sedangkan pendidikan terakhir adalah S1, semakin tinggi
pendidikan maka keluarga akan mendukung pasien serta dapat menerima
informasi dengan baik dari keluarga (Ilham 2016). Tidak hanya dari
tingkat pendidikan, namun ada faktor lain yang mempengaruhi dukungan
dari keluarga diantaranya adalah kurangnya kedekatan antar anggota
keluarga (Liandi 2011).
40

Secara teori bahwa faktor dukungan keluarga adalah dukungan


yang diberikan secara optimal yang diberikan kepada anggota keluarganya
oleh karena keluarga yang telah mampu memahami fungsi keluarga dalam
pemeliharaan kesehatan yaitu; mengenal gangguan perkembangan
kesehatan setiap anggotanya, memberikan perawatan kepada anggota
keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
karena tidak dapat melakukannya, mempertahankan kepribadian anggota
keluarga keluarganya, dan mempertahankan hubungan timbal balik antara
anggota dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga sangatlah penting dalam
memberikan semangat terutama dalam hal operasi. Semakin banyak
dukungan keluarga yang diberikan semakin berkurang kecemasan yang
dirasakan.
2. Tingkat Kecemasan
Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33
responden dalam penelitian ini, sebagian besar responden mengalami
cemas ringan yaitu 15 responden (45,5%) dan yang cemas sedang yaitu 18
responden (54,5%).
Peneliti berasumsi bahwa respon cemas seseorang disebabkan oleh
adanya ancaman terhadap diri sendiri ataupun terhadap orang-orang yang
dicintai, dikasihi dan disayangi. Setiap individu akan mengalami tingkat
kecemasan yang berbeda-beda terhadap stimulus yang sama. Tingkat
kecemasan tergantung pada kematangan pribadi, pengalaman dalam
menghadapi tantangan, harga diri dan mekanisme koping yang digunakan
dan juga mekanisme pertahanan diri yang digunakan. Pendapat ini
didukung oleh Stuart (2007) tingkat kecemasan orang berbeda-beda
meskipun permasalahan yang dihadapi sama.
Salah satu faktor penyebab responden mengalami kecemasan
sebelum operasi sectio caesarea adalah faktor usia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 23-35 tahun
sebanyak 22 responden (66,1%). Penelitian yang dilakukan oleh Ahsan, et
all (2017) yang menyimpulkan bahwa usia rata-rata sampel penelitian
adalah 20-30 tahun sebanyak 15 responden (50%) merupakan salah satu
41

faktor internal yang berkonstribusi terhadap timbulnya kecemasan pada


pasien sectio caesarea hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa usia 35 tahun memberi dampak terhadap perasaan
takut dan cemas menjelang persalinan, karena usia ini merupakan kategori
kehamilan beresiko tinggi dan seseorang lanjut akan menanggung resiko
yang semakin tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir (Manuaba 2006).
Hasil penelitian berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa
responden yang mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 13
responden (39,9%). Ahsan et all (2017) memaparkan bahwa tingkat
pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut
lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan mereka yang
mempunyai status pendidikan tinggi. Menurut Majid et all (2011) faktor
pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan salah satunya
adalah status pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
tingkat kecemasan cenderung semakin menurun dibandingkan dengan
orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah (Hawari 2016).
Tingkat kecemasan sangatlah berhubungan dengan tingkat
pendidikan seseorang dimana orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi
akan berusaha mencari informasi dengan baik untuk mengetahui keadaan
yang dialaminya sekarang dan penyebab apa yang membuat dirinya akan
dilakukan tindakan operasi sectio caesarea karena semakin tinggi
pendidikan semakin tinggi pula pengetahuannya (Wahyudi 2017)
Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa
responden mayoritas pekerjaan IRT yaitu sebanyak 19 responden (57,6%).
Penelitian yang dilakukan Hety (2015) dari 26 responden yang mengalami
kecemasan sedang , 15 diantaranya adalah tidak bekerja (75%), 5
responden yang mengalami kecemasan berat, dianataranya adalah tidak
bekerja (20%), dan 4 responden yang mengalami kecemasan ringan, 1
diantaranya adalah tidak bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang,
khususnya wanita yang bekerja akan memiliki pergaulan yang luas
sehingga para ibu akan selalu dapat bertukar pikiran tentang sesuatu hal
yang menyangkut tentang pengalaman pribadi masing-masing, dengan
demikian akan saling mendapatkan informasi yang jauh lebih banyak dari
pada wanita yang tidak bekerja, sehingga cara berpikir wanita yang
42

bekerja juga dapat lebih luas, terutama dalam menghadapi sesuatu yang
terjadi dalam dirinya.
3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang
Akan Menjalani Sectio Caesarea
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani
operasi sectio caesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu. Hal ini
dibuktikan dengan menggunakan uji chi-square dan diperoleh nilai pvalue
= 0,010 (p-value > 0,05).
Peneliti berasumsi bahwa hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan ibu yang akan menjalani sectio caesarea
sebaiknya harus lebih ditingkatkan dari segi bentuk dukungan keluarga,
dilakukan dengan cara seperti memberikan pujian kepada pasien,
menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman, hal ini sangat
mempengaruhi tingkat kecemasan khususnya pada ibu yang akan
menjalani operasi sectio caesarea. Selain itu perlu adanya informasi dari
para petugas kesehatan terhadap keluarga pasien untuk selalu
memperhatikan anggota keluarganya karena efek dari dukungan keluarga
terhadap pasien sangat berpengaruh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
dukungan keluarga sangat penting dalam memberikan semangat terutama
dalam hal operasi sectio caesarea. Semakin banyak dukungan keluarga
yang diberikan semakin berkurang kecemasan yang dirasakan pasien.
Kecemasan terhadap tindakan operasi disebabkan oleh berbagai
faktor. Salah satu faktornya adalah kurangnya pengetahuan pasien dan
keluarga tentang tindakan yang dilakukan. Selain itu juga dapat
disebabkan karena kurangnya sikap perawat, dalam mengaplikasikan
pencegahan kecemasan pada pasien dan keluarga yang berhubungan
dengan tindakan yang dilakukan (Yani 2008).
Pendapat ini didukung oleh pendapat Setiadi (2008) dukungan
keluarga berkaitan dengan tingkat kecemasan seseorang dimana peran
keluarga adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang
dalam situasi tertentu. Pendapat ini juga didukung oleh pendapat Potter
dan Perry (2005) ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan
atau kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain adalah
43

takut nyeri setelah pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, dan takut
operasi akan gagal. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait
dengan segala prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam pembedahan dan tindakan
pembiusan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila pasien tidak pernah atau
kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan operasi, dengan
penyakit, dan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
Sejalan dengan hasil penelitian Lely & Ari (2013) dalam
penelitian Siska Agustina (2018) tentang dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di Rumah Sakit
Umum Daerah Al-Ihsan Bandung yang menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi sectio caesarea dengan p-value = 0,002. Bentuk dari dukungan ini
membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperlukan dan
dicintai oleh sumber dukungan keluarga sehingga dapat menghadapi
suatau masalah dengan baik dan bentuk dukungan ini membantu individu
membangun harga diri dan kompetisi dukungan emosional mencakup
empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
Peneliti berasumsi bahwa dalam menghadapi persiapan tindakan
operasi sectio caesarea banyak ditemui pasien, suami serta keluarga
mengalami kecemasan yang dimulai dari cemas ringan sampai cemas
berat. Apabila suami dan keluarga terlalu cemas ketika pasien akan
menghadapi tindakan operasi sectio caesarea, hal ini dapat mengakibatkan
suami dan keluarga tidak dapat menunjukkan dukungan penuh kepada
pasien pada saat akan menghadapi tindakan oeprasi sectio
caesarea.sedangkan peran keluarga sangat berpengaruh dalam kesehatan
terkait dengan kseiapan pasien yang akan menjalani tindakan operasi
section caesarea. Dukungan yang didapatkan dari keluarga akan
mengurangi rasa cemas yang dirasakan oleh pasien selain itu, dapat
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri pasien.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga
sangatlah penting dalam memberikan semangat terutama dalam hal
operasi. Semakin banyak dukungan keluarga yang diberikan semakin
berkurang kecemasan yang dirasakan. Penelitian dari Carmel (2012)
44

mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam


menangani suatu permasalahan misalnya stres pada saat persalinan dan
kelahiran.
Menurut penelitian Lely & Ari (2013) mengatakan bahwa apabila
keluarga menilai bahwa stimulus yang datang sebagai situasi yang
mengancam, menuntut, menekan, atau bahkan dapat menimbulkan frustasi
serta dirasakan melebihi kemampuan pasien maka keluarga melakukan
upaya untuk menanggulanginya namun apabila keluarga sudah mengetahui
stimulus yang datang sebelumnya dengan pengetahuan dan informasi
maka hal tersebut sebagai hal biasa dan dapat dikatakan keluarga
mendukung pasien sehingga pasien tidak memiliki rasa kecemasana. yang
dialami ibu pre operasi sectio caesarea

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dukungan keluarga pada ibu yang akan menjalani sectio caesarea di
Rumah Sakit Wirabuana Palu sebagian besar tidak memiliki dukungan dari
keluarga.
2. Tingkat kecemasan pada ibu yang akan menjalani sectio caesarea di
Rumah Sakit Wirabuana Palu sebagian besar mengalami cemas sedang.
3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada
ibu yang akan menjalani sectio caesarea di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
B. Saran
1. Bagi Instansi Tempat Meneliti
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat
mempertahankan kinerja, meningkatkan pelayanan dan merencanakan
upaya-upaya untuk menangani respon kecemasan pada pasien yang akan
menjalani sectio caesarea yang mana dalam menurunkan kecemasan
dengan cara membantu keluarga memiliki kemampuan dalam
45

meningkatkan dukungan keluarga dan membantu mengatasi permasalan


pasien.
2. Bagi Stikes Widya Nusantara Palu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
dapat di jadikan bahan bacaan di perpustakaan sebagai acuan dalam
menunjang proses pembelajaran ataupun sebagai tambahan referensi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan
ilmu pengetahuan keperawatan tentang dukungan keluarga dengan
penurunan kecemasan pada ibu yang akan menjalani sectio caesarea dan
bagaimana menerapkan metode penelitian.

47
DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, Lestari, R & Sriati. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


pre operasi pada pasien sectio caesarea di Ruang Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kanjuruhan Kapanjen Kabupaten Malang. Vol 8 (1), Januari 2017.

Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA NIC NOC, Jilid 1,2. Yogyakarta: MediAction Publishing.

Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui ?. Yogyakarta. Flash Books

Bomar, P. 2004. Promoting Health in Families: Appliying Family Research and


Theori to Nursing Practice, 3 rd ed. Phiadephia: Library of Congress in
Publication Data

Dahlan S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta (ID): Salemba
Medika.

Friedman, M.M.,et al,. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, &
Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC

, M.2013. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktek, EGC. Jakarta.

Ghofur, A, & Porwoku, E. 2009. Pengaruh Teknik Nafas dalam Terhadap


Perubahan Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di Pondok
Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen. Jurnal Kesehatan
Surya Medika Yogyakarta, 1-16.

Hawari, D. 2016. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Bidan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidayat A.A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknisi Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Ibrahim, A. 2012. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Tangerang: Jelajah Nusa.

Ilham, M. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan


Pada Pasien Hipertensi diruang Rawat Inap RSUD Kota Surakarta.
Skripsi tidak dipublikasi. Proram Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta.

Kusmiyati, B.A. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Kaplan, & Sadock. (2013). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis.
(Jilid 1). Jakarta: Gina Rupa Aksara.
Lallo, D. A., Kandou, L. F. J., & Munayang, H. (2013). Hubungan kecemasan
dan hasil ujian UAS-1 mahasiswa baru fakultas kedokteran universitas
Sam Ratulangi Manado tahun ajaran 2012/2013. E-Journal Universitas
Sam Ratulangi. Vol 1, no 2.

Leli, H. & Ari, M.F. 2013. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum
Daerah Al-Ihsan Bandung: Jurnal Stikes Budi Luhur Cimahi Vol. 7, No 1
Januari 2014

Lilik Marifatul, 2011. Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Liandi, R. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pre


Operasi pada Anak Usia Sekolah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Skripsi tidak dipublikasikan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiah.

Marifatul. L. A. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : GrahaIlmu

Majid, A, Judha, M. & Istianah, U. 2011. Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Manuaba. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk


Pendidikan Bidan ed. 2 Jakarta: EGC

Mubarak, et al. 2006. Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta : CV. Agung seto.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum). Jakarta: Trans
Info Media.

. 2014.Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan


Komplikasi. Jakarta: Trans Info Media

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.


Nursalam, 2009. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta (ID): Salemba Medika

. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen, Edisi 5.
Jakarta:Salemba Medika.

Oxorn, H., et al. 2019. Imu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
Yayasan Esentia Medika

Prawirohardjo, 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


Poter & Perry. 2006. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik. Edisi 4, vol 2. Jakarta: EGC

Riskesdas. 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Menuju Indonesia


Sehat. 2010.Depkes RI. Jakarta

Rinto Ningrum, S. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Makan


Pada Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Minggir Sleman
Jogjakarta. Skripsi. Stikes Aisyiah Yogyakarta.

Rustam Mochtar. 2013. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi (2 ed., Vol. 1).
Jakarta:
EGC.

Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sujarweni, V. Wiratama. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

.2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Stuart W. G dan J. Sunden. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Cetakan
Pertama. Buku Penerbit Kedokteran Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, & Sundeen. (2006). Keperawatan Psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa
Edisi 5. Jakarta: EGC. Stuart, G. W., Laraia, M. T., & Sundeen, S. J.
(2009). Generalised Anxiety Disorder in Adults-Diagnosis and
Management. Mosby: Universitas Michigan.

Stuart, G. W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Setiadi . 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Graha
Ilmu: Yogyakarta
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,
dan R & D. Bandung (ID): Alfabeta

. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,


dan R & D. Bandung (ID): Alfabeta.

Suryati, T. 2014. Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010: Presentasi Operasi


Caesarea di Indonesia Melebihi Standard Maksimal, Apakah Sesuai
Indikasi Medis. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 331-338.
Sumarah, Yani Widyastuti, Nining Wiyati. (2008). Persalinan Ibu Bersalin
(Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.
Townsend, C.M. 2014. Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing.6 th ed.
Philadelphia: F.A Davis Company

Wahyudi. 2017. Perbedaan Kecemasan Ibu Sebelum dan Sesudah Pembedahan


Pada Pasien Sedi RSUD Penambahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Yogyakarta: STIKES Achmad Yani Yogyakarta.

Wiknjosastro. 2007. Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 total
P1

Pearson Correlation 1 1.000** 1.000** .667* 1.000** .764* .667* .667* .a .667* .102 -.500 .667* .764* .667* .925**

.764*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .010 .035 .035 . .035 .779 .141 .035 .010 .010 .035 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P2

Pearson Correlation 1.000** 1 1.000** .667* 1.000** .764* .667* .667* .a .667* .102 -.500 .667* .764* .764* .667* .925**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .010 .035 .035 . .035 .779 .141 .035 .010 .010 .035 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P3

Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1 .667* 1.000** .764* .667* .667* .a .667* .102 -.500 .667* .764* .764* .667* .925**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .010 .035 .035 . .035 .779 .141 .035 .010 .010 .035 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P4

Pearson Correlation 1.00 1.00 1.00 -


.509
* * * * a
.667 .667 .667 1 .667 .509 0** 0** . 0** .272 -.333 1.000** .509 1.000** .849**

Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .035 .133 .000 .000 . .000 .447 .347 .000 .133 .133 .000 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P5

Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1.000** .667* 1 .764* .667* .667* .a .667* .102 -.500 .667* .764* .764* .667* .925**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .035 .010 .035 .035 . .035 .779 .141 .035 .010 .010 .035 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P6 Pearson Correlation

* * * * a
.764 .764 .764 .509 .764 1 .509 .509 . .509 .089 -.218 .509 1.000** 1.000** .509 .754*

Sig. (2-tailed) .010 .010 .010 .133 .010 .133 .133 . .133 .807 .545 .133 .000 .000 .133 .012

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P7 Pearson Correlation

1.00 1.00 -

* * * ** * a
.667 .667 .667 1.000 .667 .509 1 0** . 0** .272 -.333 1.000** .509 .509 1.000** .849**

Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .000 .035 .133 .000 . .000 .447 .347 .000 .133 .133 .000 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P8 Pearson Correlation

1.00 1.00 -

* * * ** * a
.667 .667 .667 1.000 .667 .509 0** 1 . 0** .272 -.333 1.000** .509 .509 1.000** .849**

Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .000 .035 .133 .000 . .000 .447 .347 .000 .133 .133 .000 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P9

Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a

Sig. (2-tailed) . . . . . . . . . . . . . . . .

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P10 Pearson Correlation
1.00 1.00 -

.667* .667* .667* 1.000** .667* .509 0** 0** .a 1 .272 -.333 1.000** .509 .509 1.000** .849**

Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .000 .035 .133 .000 .000 . .447 .347 .000 .133 .133 .000 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P11 Pearson Correlation


- - - -

.102 .102 .102 -.272 .102 .089 .272 .272 .a .272 1 .000 -.272 -.089 -.089 -.272 .014

Sig. (2-tailed) .779 .779 .779 .447 .779 .807 .447 .447 . .447 1.000 .447 .807 .807 .447 .969

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P12
Pearson Correlation - - - -

-.500 -.500 -.500 -.333 -.500 .218 .333 .333 .a .333 .000 1 -.333 -.218 -.333 -.314

-.218
Sig. (2-tailed)
1.00
.141 .141 .141 .347 .141 .545 .347 .347 . .347 0 .347 .545 .347 .377

.545
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P13
Pearson Correlation 1.00 1.00 1.00 -
.509
.667* .667* .667* 1.000** .667* .509 0** 0** .a 0** .272 -.333 1 .509 1.000** .849**

Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .000 .035 .133 .000 .000 . .000 .447 .347 .133 .133 .000 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P14 Pearson Correlation


1.00 -

.764* .764* .764* .509 .764* 0** .509 .509 .a .509 .089 -.218 .509 1 1.000** .509 .754*

Sig. (2-tailed) .010 .010 .010 .133 .010 .000 .133 .133 . .133 .807 .545 .133 .000 .133 .012

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P15 Pearson Correlation


1.00 -

.764* .764* .764* .509 .764* 0** .509 .509 .a .509 .089 -.218 .509 1.000** 1 .509 .754*

.010 .010 .010 .133 .010 .000 .133 .133 . .133 .807 .545 .133 .000 .133 .012

Sig. (2-tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P16 Pearson Correlation


1.00 1.00 1.00 -

* * * ** * a
.667 .667 .667 1.000 .667 .509 0** 0** . 0** .272 -.333 1.000** .509 .509 1 .849**

Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .000 .035 .133 .000 .000 . .000 .447 .347 .000 .133 .133 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

total Pearson Correlation

.849* .849* .849*

.925** .925** .925** .849** .925** .754* * * .a * .014 -.314 .849** .754* .754* .849** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .000 .012 .002 .002 . .002 .969 .377 .002 .012 .012 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

Case Processing Summary


N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.971 13

Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha if Item
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-
Deleted
Item Deleted Item Deleted Total Correlation
P1 9.90 16.100 .906 .967

P2 9.90 16.100 .906 .967

P3 9.90 16.100 .906 .967

P4 9.80 17.067 .834 .969

P5 9.90 16.100 .906 .967

P6 10.00 16.000 .805 .970

P7 9.80 17.067 .834 .969

P8 9.80 17.067 .834 .969

P10 9.80 17.067 .834 .969

P13 9.80 17.067 .834 .969

P14 10.00 16.000 .805 .970

P15 10.00 16.000 .805 .970

P16 9.80 17.067 .834 .969


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
Alamat: Jl. Untad 1 Kel. TondoKec.Palu Utara – Sulawesi Tengah
Email :stikeswitara@ymail.comWibsite : www.stikeswitara.ac.id
Telp. (0451) 429852. Fax. (0451) 429852

KUESIONER PENELITIAN DUKUNGAN KELUARGA Identitas responden


Nama : (Inisial)
Tempat/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
Jawablah pernyataan dibawah ini menurut anda benar dan berilah tanda checklist (√)
untuk jawaban yang anda anggap benar.
No Pernyataan Ya Tidak
Dukungan emosional
1. Keluarga mendampingi pasien dalam menjalani operasi
sectio caesarea

2. Keluarga tetap memperhatikan keadaan ibu yang akan


menjalani operasi sectio caesarea

3. Keluarga berusaha mendengarkan setiap kali pasien


mengeluh

4. Keluarga dengan ramah membantu pasien untuk


memenuhi kebutuhannya

Dukungan instrumental
5. Keluarga menyediakan waktu dan fasilitas jika pasien
memerlukan untuk bantuan kebutuhan

6. Keluarga berperan aktif dalam setiap pengobatan dan


perawatan

7. Keluarga bersedia membiayai perawatan dan


pengobatan pasien
8. Keluarga mencarikan kebutuhan sarana dan peralatan
yang pasien perlukan
Dukungan informasi/pengetahuan
9. Keluarga menyembunyikan tentang hasil pemeriksaan
dan pengobatan dari dokter yang merawat pasien

10. Keluarga mengingatkan pasien untuk minum obat dan


makan

11. Keluarga memberikan informasi pada pasien tentang hal-


hal yang bisa memperburuk operasi sc

12. Keluarga menjelaskan kepada setiap pasien bertanya hal-


hal yang tidak jelas tentang penyakitnya

13. Keluarga menganggap masalah pasien adalah masalah


biasa

Dukungan penghargaan
14. Keluarga memberi pujian kepada pasien ketika pasien
melakukan yang dianjurkan oleh dokter/perawat/bidan

15. Keluarga berusaha mensupport pasien yang akan


menjalani operasi sc

16. Keluarga berusaha menghibur pasien setiap kali pasein


mengeluh kesakitan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA
NUSANTARA PALU
Alamat: Jl. Untad 1 Kel. TondoKec.Palu Utara – Sulawesi Tengah
Email :stikeswitara@ymail.comWibsite : www.stikeswitara.ac.id
Telp. (0451) 429852. Fax. (0451) 429852

KECEMASAN KUESIONER TINGKAT KECEMASAN HARS


(Hamilton Rating Scale of Anxiety)
1. Identitas responden
Nama : (Inisial)
Tempat/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
2. Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan.
No Gejala Kecemasan Nilai Angka (Score)
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas (ansietas) ditandai dengan
a. Pikiran terasa was-was
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Ditinggal sendiri
d. Pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur
a. Sukarang masuk tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi
f. Mimpi buruk
g. Mimpi menakutkan
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Berkurangnya kesenangan pada hobi
c. Sedih
d. Bangun dini hari
e. Perasaan nerubah-ubah sepanjang hari
7 Gejala somatik/fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot-otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemeruk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala somatik/fisik (sensorik)
a. Tinitus (telinga berdenging)
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskuler (Jantung dan
Pembuluh darah)
a. Takikardia (denyut jantung cepat)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
f. Detak jantung menghilang (berhenti
sekejap)

1 Gejala respiratori (pernapasan)


a. Rasa terkekan/sempit di dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik napas
d. Napas pendek/sesak
1 Gejala gastrointestinal (pencernaan)
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum dan sesudah makan
e. Perasaan terbakar diperut
f. Rasa penuh atau kembung
g. Mual
h. Muntah
i. Buang air besar lembek
j. Sukar buang air besar (konstipasi)
k. Kehilangan berat badan
1 Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
1 Gejala autonom
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala pusing
e. Kepala terasa berat
f. Kepala terasa sakit
g. Bulu-bulu berdiri
1 Tingkah laku (sikap) pada wawancara)
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening dan muka tegang
e. Otot tegang/mengeras
f. Napas pendek dan cepat
g. Muka merah

Sumber “Nursalam (2009)”

Jumlah Score :

Kesimpulan :

( 1-6 ) Tidak ada kecemasan

( 7-14 ) Kecemasan ringan

( 15-27 ) Kecemasan sedang

( > 27 ) Kecemasan berat


MASTER TABEL
No Inisial Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan Dukungan Keluarga 8 T K P11 P12 P13
Kelamin P9 P10
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P
R 31 L SMP Wirasuasta 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 9 1
1
F 35 L SMP Wirasuasta 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2
2
L 31 L SMA Petani 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7 1
3
P 29 L SMA Wirasuasta 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 9 1
4
R 47 L SD Petani 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2
5
A 41 L SMA Petani 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 2
6
K 31 L S1 PNS 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 9 1
7
B 41 L SD Wirasuasta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 2
8
9 A 25 L SMA Wirasuasta 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 9
1
10 S 29 L SMP Wirasuasta 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2
11 F 30 L SMP Wirasuasta 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 9
1
12 L 24 L SMA Wirasuasta 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 8
1
13 M 66 P SMP IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12
2
14 B 30 L SD Petani 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 8
1
15 U 63 P SMA IRT 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 9
1
16 A 35 L S1 PNS 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2
17 S 28 L SMA Petani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
2
18 R 39 L SD Wirasuasta 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 9
1
19 G 32 L SD Wirasuasta 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11
1
20 N 28 L SMA Wirasuasta 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 9
1
21 A 44 L SMP Wirasuasta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12
2
22 F 33 L SD Wirasuasta 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 9
1
23 K 41 L SMA Petani 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11
2
24 N 23 L SMP Petani 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11
2
25 Y 45 P SMA IRT 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 8
1
26 I 45 L SMA Petani 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
2
27 I 36 L SD Petani 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 9
1
28 P 47 P SMP Petani 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11
2
29 N 16 P SMA IRT 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 8
1
30 D 26 L SMP Petani 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
2
31 A 33 L SMA Petani 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 9
1
32 S 28 L SMA Petani 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 7
1
33 R 35 L SMA Petani 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11
2
6 32 27 28 30 30 27 31 31 13 29 24 23 331

Keterangan:
Ada dukungan = 14
responden 42,4%)
Tidak ada dukungan = 19
responden (57,6%)

MASTER TABEL
Tingkat
Jenis Kecemasan
No Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P

2 1 0 4 0 1 1 1 1 0 1 2 1
1 S 36 P SD IRT
1 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 2 1
2 D 25 P SMA IRT
1 2 1 1 0 1 1 1 2 0 1 2 1
3 M 32 P SMP IRT
1 2 1 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1
4 N 39 P SMP IRT
0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1
5 L 23 P SMP IRT 0
0 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 2 1 1
6 A 27 P SMA Wirausaha
1
2 2 0 1 1 1 1 1 2 0 1 2 1
1
7 L 28 P SMA Wirausaha
1 2 0 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1 1

8 A 23 P SMP IRT 0
0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 2 0 0
9 M 29 P SMP IRT
1
1 3 1 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1
1
10 F 32 P SD IRT
1
2 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 2 1
11 A 29 P SD IRT 1

0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 2 1 1
12 F 28 P S1 PNS 1
1 2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 2 1
1
13 D 45 P SMP IRT
1
1 3 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 2
0
14 A 23 P SMA Wirausaha
2 3 1 3 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1

15 E 37 P SMA Wirausaha 0
1 3 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 2
0
16 N 33 P SD Wirausaha
1
1 2 1 2 0 1 1 1 0 0 2 2 1
1
17 M 39 P S1 PNS
1 2 0 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1 0

18 K 23 P SD IRT 1
2 2 1 3 0 1 1 1 0 0 2 2 1 1
19 M 28 P SMA Wirausaha
1
1 2 1 2 1 1 1 1 0 1 2 1 1
1
20 N 38 P SMA IRT
1
2 1 1 2 0 1 1 1 1 0 1 2 0
21 D 32 P S1 PNS 1

2 3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 2 1 1
22 R 34 P SMA Wirausaha 1
2 2 1 1 0 0 1 1 0 0 1 2 1
1
23 I 27 P SMA IRT
1
1 2 1 4 0 1 1 1 0 0 2 2 1
0
24 P 29 P SMP Wirausaha
0 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1
25 M 26 P SD IRT
1 3 1 2 0 1 1 0 1 1 1 2 1
26 A 36 P SMA IRT
2 2 1 2 0 1 1 1 0 0 1 2 1
27 Y 30 P SMA IRT
0 2 1 3 0 1 1 1 0 0 1 1 0
28 D 25 P SMP IRT
1 3 0 4 0 1 1 1 0 0 2 2 0
29 H 23 P SD IRT
0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 2 1 1
30 S 37 P SD IRT
2

Keterangan:
Cemas ringan = 15 responden
(45,5%)
Cemas sedang = 18 responden
(54,5%)

HASIL OLAH DATA


1. Analisis Univariat
a. Karakteristik responden

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 23-35 22 66.7 66.7 66.7

36-45 11 33.3 33.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 10 30.3 30.3 30.3


SMP 7 21.2 21.2 51.5
SMA 13 39.4 39.4 90.9
S1 3 9.1 9.1 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid IRT wirausaha 19 57.6 57.6 57.6

PNS 11 33.3 33.3 90.9

Total 3 9.1 9.1 100.0

33 100.0 100.0

b. Variabel peneitian
Dukungan_keluarga
Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ada dukungan 14 42.4 42.4 100.0


19 57.6 57.6 57.6

Tidak ada dukungan 33 100.0 100.0

Total

Tingkat_kecemasan
Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid cemas ringan 15 45.5 45.5 45.5

cemas sedang 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Explore
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

total_score 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%


3 3

Descriptives

Statistic Std. Error


total_score Mean 9.97 .306
Lower Bound
9.35

95% Confidence Interval for 10.59

Mean 9.99

5% Trimmed Mean Upper Bound

Median 10.00

Variance 3.093

Std. Deviation 1.759

Minimum 7
Maximum 13

Range 6

Interquartile Range 3

Skewness -.098 .409

Kurtosis -1.220 .798

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

total_scor
e .194 33 .003 .912 33 .011

a. Lilliefors Significance Correction

2. Analisis Bivariat
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungan_keluarga *
3 3
tingkat_kecemasan 100.0% 0 .0% 100.0%
3 3

dukungan_keluarga * tingkat_kecemasan Crosstabulation


tingkat_kecemasan Total
cemas ringan cemas sedang

dukungan_ ada dukungan Count 10 4 14

keluarga 71.4% 28.6% 100.0%


% within dukungan_keluarga

tidak ada dukungan Count 5 14 19

% within dukungan_keluarga 26.3% 73.7% 100.0%

Total Count 15 18 33

% within dukungan_keluarga 45.5% 54.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2sided) (2sided) (1sided)
Pearson Chi-Square 6.617a 1 .010

Continuity Correctionb 4.922 1 .027

Likelihood Ratio 6.822 1 .009

Fisher's Exact Test .015 .013

Linear-by-Linear
Association
6.416 1 .011

N of Valid Casesb 33

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,36.

b. Computed only for a 2x2 table


DOKUMENTASI
Gambar 2.3 Dokumentasi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pasangkayu pada tanggal 28 Juni 1996 dari Ayah Akral
H.Ismail dan Ibu Rubiana. Penulis adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Tahun
2015 penulis lulus dai SMA Negeri 1 Pasangkayu dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk STIKes Widya Nusantara Palu dan diterima di
Program Studi Ilmu Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai