OLEH:
OLEH:
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan berkat serta penyertaan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Non Hemoragic Stroke (Nhs)
Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Labuang Baji Makassar‟‟.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini penulis mendapat
banyak dukungan baik moril, material maupun spriritual dari berbagai
pihak. Tanpa dukungan dan bantuan dari segala pihak penulis tidak
mungkin dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini sebagaimana
mestinya. Penulis karya ilmiah akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu tugas akhir bagi kelulusan mahasiswa/mahasiswi Program
Profesi di STIK Stella Maris Makassar.
Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Siprianus Abdu, S.Si.,Ns.,M.Kes selaku Ketua STIK Stella Maris
Makassar yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan
serta motivasi untuk menyusun karya ilmiah akhir ini.
2. Fransiska Anita, Ns.,M.Kep.Sp.Kep.MB selaku Wakil Ketua Bidang
Akademik STIK Stella Maris Makassar yang telah memberikan banyak
masukan kepada penulis saat penyusunan karya ilmiah akhir.
3. Matilda Martha Paseno, Ns.,M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang
Administrasi, Keuangan, Sarana Dan Prasarana STIK Stella Maris
Makassar yang telah memberikan semangat dan motivasi selama
menjadi mahasiswi.
4. Elmiana Bongga Linggi, Ns., M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang
Kemahasiswaan dan sekaligus selaku penguji 1 yang telah
memberikan saran dan masukkan pada saat melaksanakan ujian
Karya Ilmiah Akhir di STIK Stella Maris Makassar.
vii
5. Mery Sambo, Ns.,M.Kep. selaku ketua Program Profesi Ners STIK
Stella Maris Makassar dan pembimbing akademik yang selaku
membimbing dan memberikan motivasi.
6. Nikodemus Sili Beda, Ns., Kep selaku pembimbing 1 dan Asrijal Bakri,
Ns., M.Kes selaku pembimbing dosen 2 yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama proses
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir ini.
7. Wirmando, Ns., M.Kep selaku penguji 2 yang telah memberikan saran
dan masukkan pada saat melaksanakan ujian Karya Ilmiah Akhir di
STIK Stella Maris Makassar.
8. Segenap Dosen beserta Staf STIK Stella Maris yang telah
membimbing dan membekali penulis berupa ilmu pengetahuan di
bidang keperawatan selama mengikuti pendidikan.
9. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta dari Esra Parereu (Kanna
Parereu dan Martha Dapa) dan kedua orangtua tercinta dari Febrianti
(Lukas Lolo Bua dan Dorkas. M), serta semua keluarga dan sahabat
yang telah memberikan dukungan, motivasi, bantuan doa, perhatian
dan kasih sayang selama penulis mengikuti pendidikan di STIK Stella
Maris Makassar.
10. Untuk teman-teman mahasiswa/i STIK Stella Maris Profesi Ners
angkatan tahun 2022 yang selalu bersama-sama baik suka maupun
duka dalam menjalani penyusunan karya ilmiah akhir ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2. Anatomi Fisiologi 7
3. Etiologi 13
4. Patofisiologi 15
5. Patoflow Diagram 17
6. Klasifikasi 22
7. Manifestasi 24
8. Pemeriksaan Diagnostik 26
9. Penatalaksanaan 27
10. Komplikasi 29
B. Konsep Dasar Keperawatan 30
1. Pengkajian Keperawatan 30
2. Diagnosis Keperawatan 31
3. Intervensi Keperawatan 31
4. Implementasi Keperawatan 38
5. Evaluasi Keperawatan 39
6. Discharge Planning 40
BAB III PENGAMATAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan 44
B. Analisa Data 56
C. Diagnosis Keperawatan 58
D. Intervensi Keperawatan 59
E. Implementasi Keperawatan 61
F. Evaluasi Keperawatan 64
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
A. Pembahasan Askep 73
1. Pengkajian Keperawatan 73
2. Diagnosis Keperawatan 76
3. Intervensi Keperawatan 78
4. Implementasi Keperawatan 80
5. Evaluasi Keperawatan 81
B. Pembahasan Penerapan EBN 82
x
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 87
1. Pengkajian 87
2. Diagnosis Keperawatan 87
3. Intervensi Keperawatan 87
4. Implementasi Keperawatan 87
5. Evaluasi Keperawatan 88
6. Dokumentasi 88
B. Saran 88
1. Bagi Instansi Rumah Sakit 88
2. Bagi Profesi Keperawatan 88
3. Bagi Institusi Pendidikan 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
% : Presentase
< : Lebih kecil dari
≥ : Lebih dari atau sama dengan
Kemenkes : Kementrian kesehatan
WHO : Word Health Organization
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
IV : Intravena
O2 : Oksigen
IGD : Unit Gawat Darurat
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan di era globalisasi menuntut adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut menyebabkan
perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan
menyediakan segalanya dipenuhi dengan cara yang lebih mudah.
Kebiasaan seperti demikian membuat masyarakat semakin malas
untuk beraktivitas dan menjalankan pola hidup yang tidak sehat.
Kesehatan merupakan hal yang harus di prioritaskan dalam hidup,
karena jika tubuh tidak dalam kondisi sehat, maka melakukan
berbagai aktivitas akan sangat terbatas. Seringkali dalam keadaan
tidak sehat merasa tidak memiliki keluhan, banyak orang yang tidak
peduli dan abaikan akan waktu sehatnya. Gaya hidup adalah perilaku
dan aktivitas sehari-hari individu dalam pekerjaan, aktivitas dan
kebiasaan. Pola makan yang tidak sehat dapat mendatangkan
berbagai macam penyakit fisik yaitu salah satunya stroke dimana
stroke ialah penyakit kematian dan menjadi penyebab disabilitas di
seluruh dunia (Wijianto & Yuda, 2023).
Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul mendadak,
progresif dan cepat akibat peredaran darah otak non traumatik atau
gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami
gangguan sehingga nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhi dengan baik. Gangguan tersebut secara mendadak
menimbulkan gejala antara lain kelumpuhan sesisi wajah atau
anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo),
perubahan kesadaran dan gangguan penglihatan (Utama &
Nainggolan 2022). Berdasarkan patologisnya, stroke dibagi menjadi 2
tipe yaitu non hemoragic stroke dan hemoragic stroke. Non hemoragic
stroke merupakan stroke yang disebabkan karena terjadinya
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata dalam
melakukan prosedur asuhan keperawatan di RS pada pasien Non
Hemoragic Stroke (NHS)
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada pasien yang mengalami Non
Hemoragic Stroke (NHS)
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Non
Hemoragic Stroke (NHS)
c. Menetapkan rencana keperawatan pada pasien dengan Non
Hemoragic Stroke (NHS)
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Non Hemoragic Stroke (NHS)
4
3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah sakit
Sebagai pedoman atau acuan dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terutama dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat khusunya mereka yang menderita
penyakit Non Hemoragic Stroke.
2. Bagi Profesi Ners
Sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja profesi
keperawatan dalam mengatasi masalah keperawatan pada
pasien yang mengalami Non Hemoragic Stroke, baik dalam
pencegahan maupun menanggulangi masalah keperawatan
yang telah terjadi.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan acuan dalam menunjang pengetahuan bagi
peserta didik dalam melaksanakan asuhan keperwatan pada
pasien Non Hemoragic Stroke (NHS)
4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir ini adalah:
1. Studi kepustakaan
Mengambil beberapa literature sebagai sumber dan acuan
teori dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir mengenai Non
Hemoragic Stroke
5
2. Studi kasus
Dengan melakukan pengamatan langsung di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Labuang Baji Makassar
3. Wawancara
Data-data pendukung lainya didapatkan dari hasil
wawancara dengan keluarga pasien
5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Ilmiah tentang Non Hemoragic
Stroke ini dimulai dengan Bab I pendahuluan yang berisi latar
belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan. Pada Bab II tinjauan pustaka yang berisi
definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflow diagram,
manifestasi klinis, tes diagnostik, penatalaksanaan medis,
komplikasi. Selain itu, ada juga konsep dasar keperawatan dan
diakhiri dengan perencanaan pulang (discharge planning).
Selanjutnya pada Bab III pengamatan kasus yang berisi ilustrasi
kasus, pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan. Pada Bab IV pembahasan kasus yang berisi
pembahasan askep dan pembahasan penerapan evidence based
nursing dan Bab V simpulan dan saran yang berisi simpulan dan
saran dari keseluruhan Karya Ilmiah Akhir ini. Kemudian pada akhir
Bab V dilengkapi daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2. Anatomi Fisiologi
Otak mengendalikan semua fungsi tubuh, otak merupakan
pusat keseluruhan tubuh. Jika otak sehat maka akan mendorong
kesehatan mental. Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal
dengan cairan cerebrospinalis. Cairan cerebrospinalis ini
mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan medulla spinalis.
Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma
darah dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh pleksus koroid dan
sekresi oleh sel-sel ependemal yang mengelilingi pembuluh darah
serebral dan melapisi kanal sentral medulla spinalis. Fungsi cairan
ini adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan
medulla spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrient
dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis
(Nusatirin, 2018).
3. Etiologi
Menurut Sulistiyawati (2020), penyebab Non Hemoragic Stroke
(NHS) yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Usia
Stroke dapat menyerang siapa saja, semakin tua usia
seseorang maka semakin besar kemungkinan orang
tersebut terkena stroke. Penderita stroke lebih banyak yang
berusia diatas 50 tahun. Dimana pada usia tersebut semua
organ tubuh termaksud pembuluh darah otak menjadi rapuh
2) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga seseorang yang memiliki anggota keluarga
seperti ayah atau ibu, kakek atau nenek, dengan riwayat
13
2) Merokok
Merokok dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah dan
peningkatan plak pada dinding pembuluh darah yang dapat
menghambat sirkulasi darah. Asap rokok mengandung
beberapa zat tersebut menimbulkan kerusakan dinding arteri
diseluruh tubuh termaksud otak, jantung dan tungkai.
Sehingga merokok dapat menyebabkan terjadinya
arteriosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan
darah menggumpal sehingga resiko terkena stroke
3) Penyakit Jantung
Faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama
penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung
dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas.
Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih
cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini
menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara
insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpulan-
gumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan
menyebabkan stroke
4) Diabetes Melitus
Penyakit diabetes melitus dapat mempercepat timbulnya
plak pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan risiko
terjadinya stroke iskemik. Seseorang dikatakan menderita
diabetes melitus jika pemeriksaan gula darah puasa > 140
mg/dL, atau pemeriksaan 2 jam post prandial > 200 mg/dL.
Penderita diabates cenderung menderita obesitas, obesitas
dapat mengakibatkan hipertensi dan tingginya kadar
kolestrol, dimana keduanya merupakan faktor risiko stroke
5) Alkohol
Makin banyak komsumsi alkohol dapat menyebabkan
penyakit hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan
15
4. Patofisiologi
Stroke iskemik atau stroke penyumbatan disebabkan oleh
oklusi cepat dan mendadak pada pembuluh darah otak sehingga
aliran darah terganggu. Jaringan otak yang kekurangan oksigen
selama lebih dari 60-90 detik akan meurun fungsinya. Thrombus
atau penyumbatan seperti aterosklerosis menyebabkan iskemia
pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron
sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli
yang terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam system peredaran
darah yang bisa terjadi di dalam jantung atau sebagai komplikasi
dari fibrilasi atrium yang terlepas dan masuk ke sirkulasi darah otak,
dapat pula menganggu system sirkulasi otak (Wijaya, 2013).
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat daerah
otak terbagi menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu
daerah inti dan daerah penumbra. Daerah inti adalah daerah atau
bagian otak yang memiliki aliran darah kurang dari 10 cc/100 g
jaringan otak tiap menit. Daerah ini berisiko menjadi nekrosis dalam
hitungan menit. Sedangkan daerah penumbra adalah daerah otak
yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik daripada
daerah inti karena daerah ini masih mendapat suplai perfusi dari
pembuluh darah lainnya. Daerah penumbra memiliki alirah darah
10-25 cc/100 g jaringan otak tiap menit. Daerah penumbra memiliki
prognosis lebih baik dibandingkan dengan daerah inti. Deficit
neurologis dari stroke iskemik tidak hana bergantung pada luas
daerah inti dan penumbra, tetapi juga pada kemampuan sumbatan
menyebabkan kekakuan pembuluh darah atau vasopasme (Suarez,
2022).
16
PATOFLODIAGRAM
ETIOLOGI
PRESIPITASI PREDISPOSISI
Usia Gen (riwayat Jenis Hipertensi Merokok Alkohol Diabetes melitus Jantung
stroke dalam Kelamin
(>50 tahun)
keluarga)
Mempercepat Efek Zat Merusak sistem Kadar gula darah Stenosis mitral
Laki-Laki pergeseran kimia metabolisme meningkat
Penurunan
dinding (nikotin dan
elastisitas Keluarga yang
pembuluh monoksida) Pembendungan
pembuluh mempunyai Agregasi trombosit
Hormon darah Darah mengandung darah pada
darah stroke menjadi estrogen banyak glukosa dan daerah atrium
pembawa Peningkatan
awal genetis Mengaktivasi lemak
Aliran darah Penghancur konsentrasi
dengan tidak Meningkatkan fibrinogen kaskade
ke otak berfungsinya lemak pada Pembentukan
kadar LDL hematokrit koagulasi Aliran darah melambat thrombus dan
berkurang lapisan sel otot polos
darah dan emboli
pembuluh agregasi
darah dengan platelet Peningkatan Berlangsung lama
baik Penekanan
Plak pada sel hematokrit Terlepasnya
pembuluh endotel gumpalan-
Genetis yang darah lapisan dalam Darah tertahan dan gumpalan
Vaskositas tertumpuk kecil
sama dinding arteri
darah meningkat dipembuluh darah
diwariskan
pada garis
keturunan
18
ATEROSKLEROSIS
Trombosis serebral
K: Herniasi/pergeseran
Sindrom Kerusakan
neurovaskuler nervus I
Aliran darah keotak Kontraksi Sindrom (Olfaktorius),
yang terkena iskemik duodenum dan neurovaskuler nervus IV
Sirkulasi terganggu antrum lambung (Troklearis),
posterior nervus VI
Sirkulasi posterior (Abdusen),
nervus IX
Tekanan
Arteri (Glosofaringeus)
antrum
vertebralis Jantung Oksigen
lambung Arteri vertebralis
memompa lebih menurun dan
meningkat
cepat untuk glukosa
memenuhi menurun
kebutuhan otak
20
SIKI:
1. Manajemen TIK
2. Pemantauan TIK
21
K: Peningkatan TIK
T&G:
KEMATIAN
22
5. Klasifikasi
Menurut Rahmawati (2022) Klasifikasi stroke yaitu:
a. Stroke iskemik/Non Hemoragik
Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti
karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat
di pembuluh darah. Biasanya terjadi setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Stroke iskemik dapat dibagi
menjadi 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
1) Stroke trombotik
Stroke trombotik adalah pembentukan gumpalan darah
(trombus) terbentuk di salah satu arteri yang memasok darah
ke otak. Gumpalan tersebut disebabkan oleh deposit lemak
(plak) yang menumpuk di arteri dan menyebabkan suplai
darah, oksigen berkurang (aterosklerosis) atau terhenti yang
dapat menyebabkan kematian jaringan pada otak. Stroke
trombolitik yang berkaitan dengan hipertensi dan diabetes
mellitus sebanyak 2/3 karena dapat mempercepat proses
aterosklerosis. Faktor yang lain karena pemakaian
kontrasepsi, policetamia vera, hipoksia kronik dan dehidrasi.
Trombus mengakibatkan oklusi lumen arteri yang dapat
menurunkan perfusi, iskemik dan infark.
2) Stroke embolik
Emboli cerebral adalah sumbatan arteri cerebral oleh suatu
emboli yang dapat mengakibatkan nekrosis dan edema area
yang di aliri oleh pembuluh darah yang terlibat. Jenis stroke
ini terjadi akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah
otak seperti bekuan lemak, udara dan darah. Thrombus yang
terlepas dari jantung dan tersumbat pada sistem arteri
disebut emboli. Mayoritas emboli berasal dari lapisan
23
6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis stroke non hemoragik menurut Nggebu (2017)
yaitu:
a. Pembagian stroke menurut manifestasi klinisnya:
1) Transient Ischemic Attack (TIA): Serangan akut deficit
neurologis fokal yang berlangsung singkat, kurang dari 24
jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan.
Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malam menetap.
2) Residual Ischemic Neurological Defisit (RIND): Sama
dengan TIA tetapi berlangsung lebih dari 24 jam dan
sembuh sempurna dalam waktu kurang dari 3 minggu.
3) Completed stroke: Stroke dengan defisit neurologis berat
dan menetap dalam waktu 6 jam, dengan penyembuhan
tidak sempurna dalam waktu lebih dari 3 minggu.
4) Progressive stroke: Stroke dengan deficit neurologis fokal
yang terjadi bertahap dan mencapai puncaknya dalam
waktu 24-48 jam (sistem karotis) atau 96 jam (sistem VB)
dengan penyembuhan tidak sempurna dalam waktu 3
minggu.
b. Tanda dan gejala stroke non hemoragik berdasarkan pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi gangguan
peredaran darah sebagai berikut:
1) Arteri Cerebri Anterior
a) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan yang
lebih ringan.
b) Gangguan mental.
c) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
d) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
e) Bisa terjadi kejang-kejang
25
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
dengan non hemoragik stroke sebagai berikut (Sulistiyawati, 2020).
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vascular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
carespiratori ratean lumbal menunjukkan adanya hernoragi
pada subaraknoid atau perdarahan pada intracranial.
Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likur merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-
hari pertama.
c. CT-Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan
terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetic untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya
27
8. Penatalaksanaan
Menurut Rahmawati (2022), penatalaksanaan stroke terbagi atas:
a. Pada fase akut
1) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi
cairan ini penting untuk mempertahankan sirkulasi darah
dan tekanan darah. The American Heart Association sudah
menganjurkan normal saline 50 ml/jam selama jam-jam
pertama dari stroke iskemik akut. Segera setelah stroke
hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan bisa diberikan
sebagai KAEN 3B/KAEN 3A. Kedua larutan ini lebih baik
pada dehidrasi hipertonik serta memenuhi kebutuhan
hemostasis kalium dan natrium. Setelah fase akut stroke,
larutan rumatan bisa diberikan untuk memelihara
hemostasis elektrolit, khususnya kalium dan natrium.
2) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik
mengalami gangguan aliran darah ke otak. Sehingga
kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi
hipoksia dan juga untuk mempertahankan metabolisme
otak. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen,
penggunaan ventilator, merupakan tindakan yang dapat
28
9. Komplikasi
Menurut Adeba (2022), komplikasi pada penderita stroke,
yaitu:
Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke adalah hemiparese atau
hemiplegia yang berperan satu sisi tubuh lemah atau bahkan bisa
lumpuh atau bahkan bisa lampu. Akibatnya, zat-zat terlarut seperti
kolestrol, kalsium dan lain sebagainya akan mengedap pada
dinding pembuluh darah bila penyempitan pembuluh darah terjadi
dalam waktu lama, akan mengakibatkan suplai darah ke otak
berkurang, bahkan terhenti
a. Hipoksia
Otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan
kejaringan
b. Penurunan Darah Serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, darah integritas pembuluh darah serebral
c. Luasnya Area Cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau
fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katub jantung prostetik.
Embolisme akan menurunkan aliran darah leotak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Distrimia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak tidak konsisten dan
penghentian thrombus lokal.
30
2) Riwayat Penyakit
Apakah pasien pernah mengalami dada akibat Infark
Miokard akut, hipertensi, diabetes melitus
3) Pemeriksaan Head To Toe
Terdapat kelemahan fisik, edema ekstermitas, denyut nadi
perifer melemah, terdengar bunyi jantung tambahan
1) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
b) Pemeriksaan CT Scan
c) Pemeriksaan foto Thorax
2. Diagnosa keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah masalah yang timbul bagi klien
dengan stroke non hemoragik, dengan menggunakan standar
diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) dalam Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, (2017).
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor
risiko embolisme atau hipertensi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas, hipersekresi jalan napas, sekresi yang tertahan
c. Pola napas tidak efektit dibuktikan dengan hambatan upaya
napas
d. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan
serebrovaskuler.
e. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan usia lanjut
3. Intervensi
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan
tolak ukur yang dipergunakan sebagai panduan dalam menyusun
intervensi keperawatan dalam rangka memberikan asuhan
keperawatan yang aman, efektif dan etis (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI 2018).
32
(3) Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu.
b) Pemantauan Tekanan Intrakranial
(1) Observasi
(a) Dentifikasi penyebab peningkatan TIK
(misalnya, lesi menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebral, peningkatan
tekanan vena, obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi intrakranial idiopatik).
(b) Monitor peningkatan TD.
(c) Monitor penurunan frekuensi jantung.
(d) Monitor ireguleritas irama napas.
(e) Monitor tingkat penurunan kesadaran.
(f) Monitor tekanan perfusi serebral.
(2) Terapeutik
(a) Pertahankan posisi kepala dan leher netral.
(b) Dokumentasikan hasil pemantauan.
(3) Kolaborasi
(a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
(b) informasikan hasil pemantauan.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas, hipersekresi jalan napas, sekresi yang tertahan
1) Luaran Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…jam
diharapkan bersihan jalan napas meningkat (L.01001)
dengan kriteria hasil :
a) Produksi sputum menurun
b) Mengih menurun
c) Dipsnea menurun
d) Frekuensi napas membaik
34
(4) Kolaborasi
(a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik.
b) Pemantauan repirasi
(1) Observasi
(a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas.
(b) Monitor pola napas.
(c) Monitor adanya sumbatan jalan napas.
(d) Auskultasi bunyi napas.
(e) Monitor saturasi oksigen.
(2) Terapeutik
(a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien.
(b) Dokumentasikan hasil pemantauan.
(3) Edukasi
(a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
(b) Informasikan hasil pemantauan.
d. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan
serebrovaskular
1) Luaran Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…jam
diharapkan status menelan membaik (L.06052) dengan
kriteria hasil:
a) Mempertahankan makanan dimulut meningkat.
b) Refleks menelan meningkat.
c) Kemampuan mengosongkan mulut meningkat.
d) Kemampuan mengunyah meningkat.
e) Frekuensi tersedak menurun
37
d) Konsentrasi membaik
2) Intervensi Keperawatan (SIKI)
a) Observasi
(1) Identifikasi status mental, status sensori, dan
tingkat kenyamanan (mis. Nyeri, kelelahan)
b) Terapeutik
(1) Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
(mis. Bising, terlalu terang)
(2) Batasi stimulus lingkungan (mis. Suara, cahaya,
aktivitas)
(3) Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istrirahat
c) Edukasi
(1) Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi
stimulus
4. Implementasi
Impelementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan
melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada
tahap ini perawata siap untuk melaksanakan intervensi dan aktvitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan
klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyakit perawatan
kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
kepewaratan berikutnya.
39
6. Discharge Planning
Adapun perawatan dirumah untuk penderita stroke secara garis
besar adalah sebagai berikut:
a. Menganjurkan pasien untuk mengontrol tekanan darah dan gulah
darah secara teratur minimal sekali seminggu.
b. Menganjurkan pasien untuk menjaga pola hidup sehat, seperti
diet rendah kalori, diet rendah garam dan mengurangi makanan
yang manis.
c. Menganjurkan kepada pasien untuk berolahraga secara teratur.
d. Menganjurkan kepada pasien untuk teratur mengkonsumsi obat
yang telah diberikan dokter sesuai dengan dosis.
e. Menganjurkan kepada keluarga untuk melakukan ROM pada
pasien dan membantu dalam memenuhi kebutuhan pasien di
rumah.
f. Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mengenali
gejala stroke berulang dengan metode FAST yaitu:
41
PENGAMATAN KASUS
Pasien atas nama Ny. S usia 67 tahun beragama Islam datang di IGD
RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 27 Maret 2023 pukul 21.40
WITA. Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh kelemahan sisi
tubuh sebelah kanan, pasien diajak bicara kaku/kurang jelas bicara dan
tidak bisa jalan secara tiba-tiba setelah pasien beristirahat melakukan
pekerjaan rumah sekitar jam 17.20, setelah itu pasien meminta tolong
kepada tetangganya (perawat) untuk dilakukan mengecek tekanan
darahnya karena pasien memiliki riwayat hipertensi sejak lama ±10 tahun
namun pasien tidak teratur minum obat dan ketika dicek tekanan
darahnya didapatkan TD: 200/100 mmHg, sehingga keluarga
memutuskan untuk membawa Ny.S ke Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar. Keluarga pasien mengatakan ketika pasien sementara dalam
perjalanan menuju RS pasien mengalami penurunan kesadaran hingga
sampainya di IGD RSUD Labuang Baji Makassar dan langsung di datangi
oleh dokter dan perawat dan tindakan yang dilakukan adalah pemasangan
infus, pemberian oksigen nasal kanul 5 liter, pemasangan kateter dan
pemberian obat. Pada saat pengkajian didapatkan suara napas tambahan
ronchi pada lapang paru. Hasil observasi TTV: tekanan darah: 202/117
mmHg, nadi, 74 x/menit, pernapasan: 28 x/menit, suhu: 36 ºC, spo2: 93%.
Tampak terpasang infus Rl 500 cc pada tangan (20 tetes/menit) dan
terpasang oksigen nasal kanul 5 liter. Hasil pemeriksaan foto thorax,
kesan: Edema paru limfangitik + efusi pleura basal kiri, CT-Scan kepala,
kesan: infarc lacunar pada gyrus post centralis sinister dan putamen
bilatera, infarc pada centrum semiovale dexter.
42
43
A. Identitas Pasien
Nama Pasien (Initial) : Ny. S
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal/Jam MRS : 27 Maret 2023/21.40
Tanggal/Jam Pengkajian : 27 Maret 2023/21.50
Diagnosa Medis : Non Hemoragic Stroke (NHS)
B. Pengkajian
1. Keadaan Umum: Tampak pasien mengalami penurunan kesadaran
2. Triase
☐ Prioritas 1 Prioritas 2 ☐ Prioritas 3 ☐ Prioritas 4☐ Prioritas 5
Alasan (kondisi pada saat masuk):
Pasien penurunan kesadaran dan mengalami defisit neurologis
hemiparese dextra.
3. Penanganan yang telah dilakukan di pre-hospital:
Tidak ada ☐ Neck collar ☐ Bidai ☐ Oksigen ☐ Infus ☐ RJP
☐ Lainnya:
4. Keluhan Utama: Kelemahan sisi tubuh sebelah kanan
Riwayat Keluhan Utama (Kaji Mekanisme Trauma Jika Pasien
Trauma):
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh kelemahan sisi
tubuh sebelah kanan, pasien diajak bicara kaku/kurang jelas bicara
dan tidak bisa jalan secara tiba-tiba setelah pasien beristirahat
melakukan pekerjaan rumah sekitar jam 17.20, setelah itu pasien
meminta tolong kepada tetangganya (perawat) untuk dilakukan
mengecek tekanan darahnya karena pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak lama ±10 tahun namun pasien tidak teratur minum
obat dan ketika dicek tekanan darahnya didapatkan TD: 200/100
mmHg, sehingga keluarga memutuskan untuk membawa ny.s
kerumah sakit labuang baji. Keluarga pasien mengatakan ketika
45
☐ Sputum ☐ Stridor
☐ Cairan/darah ☐ Snoring
Lainnya : Lainnya:
Fraktur servikal
☐ Ya
Tidak
Data lainnya: -
46
b. Breathing
Frekuensi : 28 x/menit
Saturasi Oksigen: 93 %
☐ Napas Spontan
☐ Apnea
☐ Orthopnue
Sesak
Tanda distress
pernapasan:
☐ Retraksidada/interkosta Vocal Fremitus
Penggunaan otot bantu
napas Suara Tambahan
☐ Dangkal ☐ Sonor
Pekak
Pengembangan Dada ☐Redup
Simetris Lokasi:
☐ Tidak Simetris
Krepitasi
Suara Napas ☐ Ya
☐ Vesikuler Tidak
Broncho-vesikuler
☐ Bronkhial
47
c. Circulation
Tekanan Darah: 202/117 mmHg
Suhu: 36 ºC
Nadi : 75 x/menit
Frekuensi: 28x/menit Kulit dan ekstremitas
☐ Tidak Teraba ☐ Hangat
☐ Kuat Dingin
☐ Lemah ☐ Sianosis
Teratur ☐ Pucat
☐ Tidak teratur ☐ CRT >2 detik
Mata cekung ☐ Edema
☐ Ya ☐ Lainnya: -
Tidak
Turgor kulit Diaphoresis
☐ Elastis ☐ Ya
Menurun Tidak
☐ Buruk
Nyeri Dada
Bibir Tidak
☐ Lembab ☐ Ya (Jelaskan PQRST)
Kering Data Lainnya:-
48
Perdarahan
☐ Ya, Jumlah: -
☐ Tidak: -
Warna: -
Melalui: -
d. Disability
Tingkat Kesadaran GCS Refleks cahaya
Kualitatif : Somnolen Positif
Kuantitatif : M: 4 ☐ Negatif
V: 3
E: 4 Test Babinsky:
∑:11 Fisiologis
☐Patologis
Pupil
Isokor Kaku kuduk
☐ Anisokor ☐ Ya
☐ Midriasis Tidak
Data Lainnya: -
f. Foley Chateter
Terpasang, Output: 30 cc/jam
Warna: kuning keruh
Lainnya: -
Tidak terpasang
g. Gastric Tube
☐ Terpasang, Output: -
Warna: -
Lainnya: -
Tidak terpasang
h. Heart Monitor
☐ Terpasang, Gambaran: -
Lainnya: -
Tidak terpasang
Tanda-Tanda Vital:
TD : 202/117 mmHg
FP : 28 x/menit
Nadi: 75 x/menit
Suhu: 36 ºC
Saturasi: 93 %
☐ Lainnya:
t) Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi
Ictus cordis : Ictus cordis teraba pada bagian ICS V
linea midcalivicularis
Perkusi
Batas atas jantung : ICS II
Batas bawah jantung : ICS V
Batas kanan jantung : Linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : Linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi
Bunyi jantung IIA : Terdengar bunyi tunggal
Bunyi jantung II : Terdengar bunyi tunggal
Bunyi jantung IM : Terdengar bunyi tunggal
Bunyi jantung III Irama Gallop : Tidak terdengar
Bruit aorta renalis : Tidak terdengar
Bruit femoralis : Tidak terdengar
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Nama : SAMO Tanggal/jam : 27/04/2023
Tanggal lahir : 30/12/1955 Ruangan : IGD
No RM : 418016
No Sampel :1
54
Tabel 3.1
Pemeriksaan Laboratorium
b. Foto Thorax
Kesan: Edema paru limfangitik + Efusi pleura basal kiri
55
c. CT-Scan Kepala
Kesan:
Infarc lacunar pada gyrus post centralis sinister dan putamen
bilateral
Infarc pada centrum semiovale dexter
C. ANALISA DATA
Nama/umur : Ny. S / 67 Tahun
Ruang : IGD
Tabel 3.2
Analisa Data
Do :
- Tampak lemah
- Tampak kesadaran pasien
menurun
- Gcs : 11
- TTV :
TD : 202/117 mmHg
N : 75 x/menit
57
S : 36 ºC
P : 28 x/menit
SPO2 : 93 %
- Hasil Lab :
RBC : 3.95 10^6/uL
HGB : 9.6 g/dL
HCT : 29.2 %
- Hasil CT Scan Kepala :
- Infarc lacunar pada gyrus
post cantralis sinister dan
putamen bilateral
- Infarc pada cetrum
semiovale dexter
58
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/umur : Ny. S / 67 Tahun
Ruang : IGD
Tabel 3.3
Diangnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(Cairan di rongga pleura) (D.0005)
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama/umur : Ny. S / 67 Tahun
Ruang : IGD
Tabel 3.4
Intervensi Keperawatan
2. Risiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I.09325)
efektid d.d hipertensi keperawatan 1x8 jam, maka Observasi:
(D.0017) diharapkan, maka diharapkan - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.lesi, gangguan
perfusi serebral meningkat metabolisme, edema serebral)
dengan kriteria hasil: - Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
60
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama/umur : Ny. S / 67 Tahun
Ruang : IGD
Tabel 3.5
Implementasi Keperawatan
G. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama/umur : Ny. S / 67 Tahun
Ruang : IGD
Tabel 3.6
Evaluasi Keperawatan
O:
- Tampak pasien sesak
- Tampak pasien menggunakan otot bantu
pernapasan
- Tampak irama pernapasan tidak teratur
- Frekuensi napas: 26x/menit
- SPO2: 99 x/menit
- Tampak terdengar suara napas tambahan:
ronchi
P: Intervensi dilanjutkan
A:
- Tampak kesadaran umum lemah
- Tampak kesadaran pasien menurun
- GCS : 13
- TTV:
TD : 148/87 mmHg S: 36,5 ºC
N : 89 x/menit P: 26 x/menit
65
SPO2: 99 %
P: Intervensi dilanjutkan
GOING TO ICU
66
Daftar obat
1. Terapi cairan (RL 500 cc)
Ringer laktat adalah cairan isotonis dengan darah dan dimaksudkan
untuk cairan pengganti. Ringer laktat merupakan cairan kristaloid
digunakan antaranya luka bakar, syok, dan cairan preload pada
operasi. Ringer laktat merupakan cairan yang memiliki komposisi
elektrolit mirip dengan plasma. Satu liter cairan ringer laktat memiliki
kandungan 130 mEq ion natrium setara dengan 130 mmol/L, 109 mEq
ion klorida setara dengan 109 mmol/L, 28 mEq laktata setara dengan
28 mmol/L, 4 mEq ion kalium setara dengan 1,5 mmol/L. Anion laktat
yang terdapat dalam ringer laktat akan dimetabolisme di hati dan
diubah menjadi bikarbonat untuk mengkoreksi keadaan asidosis,
sehingga ringer laktat baik untuk mengkoreksi asidosis.
2. Terapi oksigen (O2 Nasal kanul)
Nasal kanul adalah alat bantu pernapasan yang diletakkan pada lubang
hidung untuk mendukung kebutuhan oksigen pada pasien yang dapat
bernapas spontan tapi membutuhkan dukungan oksigen tambahan
misalnya pada kondisi hipoksia ringan sampai sedang. Indikasi terapi
oksigen secara umum adalah hipoksia, yang ditandai dengan paO2 <
60 mmHg dan SaO2 < 90%, yang dapat ditentukan dari pemeriksaan
analisa gas darah maupun pulse oximetry.
3. Ranitidine
1. Nama obat: Ranitidine
2. Klasifikasi/ golongan obat: Histamin H2
3. Dosis umum:
Dewasa: 50 mg yang diberikan melalui intravena sebagai dosis
utama, dengan dosis lanjutan 0,125-0,25 mg/kg berat badan/jam
melalui infus. Lalu, diberikan secara oral dengan dosis 150 mg,
minum sebanyak dua kali per hari.
Anak: 1 mg/kg berat badan (maksimal 50 mg) melalui intravena.
Lakukan 6-8 jam.
67
5. Vascon
a. Nama obat: Vascon
b. Golongan/ klasifikasi obat: Vasonkonstriktor
c. Dosis umum:
Tujuan: Mengatasi pasien dengan hipotensi akut Dosis awal 8–12
mcg per menit, melalui infus. Dosis dapat ditingkatkan untuk
mencapai respon terapi yang diinginkan. Dosis perawatan 2–4 mcg
per menit, melalui infus.
Tujuan: Menangani pasien dengan henti jantung Dosis awal 8-12
mcg per menit, melalui infus. Dosis dapat ditingkatkan untuk
mencapai respon terapi yang diinginkan. Dosis perawatan 2-4 mcg
per menit, melalui infus.
Selain itu, norepinephrine juga bisa digunakan dalam pengobatan
syok septik, dengan dosis 0,01-3,3 mcg/kgBB per menit, melalui
infus.
d. Dosis yang diberikan kepada pasien: 0,03 mcg
e. Cara pemberian obat: Bolus intravena melalui syringe pump
f. Mekanisme kerja dan fungsi obat:
Mengatasi hipotensi yang mengancam nyawa dan menangani kondisi
henti jantung. Obat ini memiliki efek pada reseptor alfa dan beta.
Obat ini akan menyempitkan pembuluh darah sehingga bisa
meningkatkan tekanan darah. Selain itu, norepinephrine juga bisa
memicu kerja jantung dalam memompa darah
g. Alasan pemberian obat pada pasien: Obat ini diberikan pada pasien
karena pasien mengalami penurunan tekanan darah dari waktu ke
waktu, sehingga diberikan vascon untuk mengatasi hipotensi yang
dapat mengancam nyawa
h. Kontraindikasi: Pada pasien hipertensi, wanita hamil, pasien dengan
trombosis vaskular perifer atau mesenterika kecuali diperlukan
sebagai prosedur penyelamatan jiwa
71
PEMBAHASAN KASUS
A. Pembahasan Askep
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan
yang di peroleh dari hasil perawatan yang dilakukan selam 8 jam,
dengan membandingkan antara tinjauan teoritis dengan kasus nyata
pada Ny. S dengan diagnosa medis Non Hemoragic Stroke (NHS) di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Labuang Baji Makassar.
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan proses
keperawatan melalui 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi pada
pasien NHS.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Airway
Pada teori menurut Reichenbach et al., (2019), penilaian
jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi
jalan napas dan adanya benda asing, pada pasien yang dapat
berbicara dianggap jalan napas bersih. Benda asing dapat
berupa sputum yang terjadi akibat bendungan progresif darah
dalan sirkulasi paru yang menyebabkan terjadinya penebalan
dinding alveoli akibat penumpukan cairan yang menimbulkan
tanda dan gejala kongestif pulmonal seperti batuk bisa kering
dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah
yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah
banyak, yang kadang disertai bercak darah. Masalah jalan
napas, umumnya terjadi pada pasien dengan stroke
perdarahan. Bagi pasien stroke iskemik, jalan napas biasanya
stabil kecuali infark batang otak atau kejang yang berulang.
Usaha kita adalah memelihara oksigen yang adekuat adalah
73
74
c. Circulation
Biasanya pada pasien non hemoragic stroke memiliki
riwayat tekanan darah dengan sistol >140 dan diastol > mmHg.
Tekanan darah akan meningkat dan menurun secara spontan
perubahan tekanan darah akibat stroke akan kembali stabil
dalam 2-3 hari pertama. Nadi >100 kali/menit dan teraba cepat.
Akral teraba hangat, CRT kembali <3 detik, elastisitas turgor
kulit menurun, tidak ada perdarahan, nyeri kepala, mual muntah
menyembur dan mukosa bibir kering. Adanya penyakit jantung,
polisitemia, riwayat hipertensi postural (Ayu, 2018).
Nadi teraba lemah dan tidak teratur, takikardia, tekanan
darah meningkat atau menurun, akral teraba dingin, adanya
sianosis perifer (Reichenbach et al., 2019).
Sedangkan pada Ny. S pasien mengalami meningkatan
tekanan darah yaitu 202/107 mmHg dan akral teraba dingin.
Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara
terori dan kasus karena ditemukan data pada pasien yang ada
dipengkajian dan teori sebagian tanda dan gejalanya sama
seperti tekanan darah pasien di dapatkan tekanan darahnya
meningkat dan menurun.
d. Disability
Biasanya pasien NHS mengalami tingkat kesadaran
pasien mengantuk namun dapat sadar saat diberi ransangan
(somnolen), pasien acuh tak acuh terhadap lingkungan (apatis),
mengantuk yang dalam (sopor), soporocoma, hingga
penurunan kesadaran (coma), dengan GCS <12 pada awal
serangan stroke. Sedangkan pada saat pemulihan biasanya
klien memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos mentis
dengan GCS 13-15. Pupil isokor dan refleks cahaya positif
(Ilmiah, 2022).
76
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengindentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut tim
pokja (Tim Pokja SDKI DPP, 2019), diagnosa yang dapat muncul
pada pasien dengan Non Hemoragic Stroke (NHS), antara lain:
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor
risiko embolisme atau hipertensi
77
3. Intervensi Keperawatan
Setelah melakukan proses pengkajian menentukan masalah
dan menegakkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun
rencana asuhan keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah
yang dialami pasien. Perencanaan yang dilakukan meliputi
tindakan mandiri perawat, tindakan observatif, dan tindakan
kolaboratif. Pada setiap diagnosa perawat memfokuskan sesuai
dengan kondisi pasien (SIKI PPNI, 2019).
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas (cairan dirongga pleura)
Intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan oksigenasi menurut (Rosdhal, 2019) bisa dilakukan
dengan pemberian oksigen, memberikan posisi semi fowler,
auskultasi suara napas, dan memonitor respirasi dan status O2.
Pada kasus Ny.S penulis memberikan intervensi menurut
standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI) dalam hal ini
merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai panduan
dalam menyusun intervensi keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (Tim Pokja
79
4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien dibagi dalam
empat komponen yaitu tindakan observasi, tindakan terapeutik,
tindakan observasi dan tindakan kolaborasi. Pelaksanaan
tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
Tindakan utama yang dilakukan pada pasien adalah
memberikan terapi oksigen dan pemberian posisi semi fowler.
Hasil pemeriksaan SPO2 saat masuk yaitu 93% sehingga
diberikan nasal kanul 5 liter dengan SPO2 98%. Pemberian terapi
oksigen bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan
agar tetap adekuat. Pada pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD
202/107 mmHg sehingga pasien diberikan obat anti hipertensi
yaitu furosemid 2 mg/IV. Furosemid dapat diberikan pada pasien
dengan hipertensi untuk membantu mengurangi volume darah
dalam pembuluh darah sehingga TD akan berkurang. Selain itu
81
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai perkembangan kesehatan pasien
sebagai bentuk keberhasilan dari tindakan keperawatan atau
tercapainya tujuan yang diharapkan pada pasien. Pada tahap ini
penulis mengevaluasi penatalaksanaan keperawatan yang telah
diberikan kepada pasien. Dari 2 diagnosa yang diangkat penulis,
masalah keperawatan belum teratasi selama 8 jam perawatan.
Pada diagnosa pertama yaitu pola napas tidak efektif
behubungan dengan hambatan upaya napas, masalah ini belum
teratasi karena pada hasil evalusasi SOAP pasien merasa
nyaman saat berada dalam posisi semi fowler, tampak
pernapasan tidak teratur dan tampak penggunaan otot bantu
pernapasan dengan RR: 26 x/menit, SPO2: 99 %, tampak pasien
masih sesak.
Pada diagnosa kedua yaitu resiko perfusi serebral tidak
efektif ditandai dengan hipertensi, masalah ini belum teratasi
karena pada hasil evaluasi SOAP tingkat kesadaran dan refleks
saraf pasien belum membaik, pasien tampak terbaring lemah.
Oleh karena hasil dari evaluasi penanganan gawat darurat
pada pasien tidak mengalami kondisi yang stabil dan masih
memerlukan perawatan yang intensive untuk memantau kondisi
pasien secara kontinyu sehingga akan melakukan perawatan di
ruang ICU RSUD Labuang Baji Makassar.
82
a) P (Problem/Population):
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 16
responden.
b) I (Intervation):
Pemberian posisi elevasi kepala 30º.
c) C (Comparison):
Tidak ada perbadingan dalam artikel ini. Pemberian
elevasi kepala 300 pada pasien stroke berpengaruh
terhadap saturasi oksigen pada pasien dimana tindakan
ini dapat mempertahankan kestabilan fungsi dari kerja
organ agar tetap lancar khususnya system pernapasan
dan system regulasi dini yang bisa bekerja secara
optimal serta memberkan kenyamanan bagi pasien
stroke.
d) O (Outcome):
Hasil penelitian bahwa pengukuran saturasi oksigen
pada responden setelah dilakukan pemberian elevasi
kepala 30 derajat pada kelompok perlakuan diperoleh
rata-rata 96 mengalami peningkatan sedangkan pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi elevasi
kepala 30 derajat didapatkan rata-rata 92 mengalami
penurunan.
e) T (Time):
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juni 2019.
2) Judul Artikel
Pengaruh pemberian posisi head up 30 derajat terhadap
saturasi oksigen pada pasien stroke di Igd Rsud Dr. T.C
Hillers Maumere Kabupaten Sikka (Trisila et al., 2022).
a) P (Problem/Population):
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30
responden.
84
b) I (Intervation):
Pengaruh pemberian posisi head up 30 derajat terhadapt
saturasi oksigen pada pasien stroke.
c) C (Comparison):
Tidak ada perbadingan dalam artikel ini. Didalam artikel
tersebut, hasil observasi terhadap saturasi oksigen pada
6 pasien stroke menunjukan bahwa, adanya perubahan
saturasi oksigen sesudah pemberian posisi head up 30
derajat yang diberikan selama 30 menit.
d) O (Outcome):
Pasien diposisikan head up 30 derajat dapat
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien stroke.
Posisi head up 30 derajat mempengaruhi venous return
menjadi maksimal sehingga aliran darah ke serebral
menjadi lancar, meningkatkan metabolisme jaringan
serebral dan memaksimalkan oksigenasi jaringan otak,
sehingga otak dapat bekerja sesuai fungsinya.
e) T (Time):
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2023.
3) Judul Artikel
The Enhancement of Oxygen Saturation Value in Stroke
Patients Using The Head Elevation Model (Ambar and
Wahyu, 2018).
a) P (Problem/Population):
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 32
responden.
b) I (Intervention):
Penerapan evidance based practice nursing yaitu
pemberian posisi head up 30o terhadap peningkatan
saturasi oksigen pada pasien stroke.
85
c) C (Comparation):
Ada perbandingan dalam artikel ini. Penelitian yang
dilakukan oleh Martina & Cahyaningtyas
(2017), menunjukkan hasil adanya pengaruh elevasi
kepala 30o terhadap saturasi oksigen pada pasien
stroke, dimana pada saat posisi supinasi saturasi
oksigen 96% sedangkan saat kepala dielevasi 30o
saturasi meningkat menjadi 99%. Hasil riset lain yang
dilakukan oleh Ugraz (2018) menunjukkan saturasi
oksigen lebih baik pada posisi head up 30o dibandingkan
posisi 0o, 15o, dan 45o.
d) O (Outcomes):
Pasien diposisikan head up 30o untuk meningkatkan
aliran darah di otak dan memaksimalkan oksigenasi
jaringan serebral. Pada pasien stroke biasanya terjadi
penurunan saturasi oksigen dengan kompensasi adanya
retraksi dinding dada yang menyebabkan pola napas
tidak efektif. Penerapan evidance based practice nursing
yaitu pemberian posisi head up 30o terbukti efektif dalam
menaikkan kadar saturasi oksigen pada pasien stroke.
e) T (Time):
Peneliti tidak mencantumkan waktu dari penelitian.
4) Kesimpulan
Pemberian posisi head up 30 derajat pada pasien
stroke adalah memperbaiki status hemodinamik dengan
memfasilitasi peningkatan aliran darah ke serebral dan
memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral.
Penelitian ini di dukung (Pertami Sumirah & Munawaroh
Siti, 2019) dimana dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pemberian elevasi kepala 30 derajat pada kelompok
diperoleh rata-rata 96% mengalami peningkatan sedangkan
86
A. Simpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil analisa kasus penulis dapat
membandingkan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus
dilapangan mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan non
hemoragic stroke di ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Labuang
Baji Makassar, maka penulis mengambil kesimpulan antara lain:
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terdapat tanda
dan gejala pada pasien seperti penurunan kesadaran, sesak napas,
lemah pada tubuh sebelah kanan dan bicara kaku/kurang jelas.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa kasus yang dilakukan pada pasien
diagnosis keperawatan yang ditemukan yaitu pola napas tidak
efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dan risiko
perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan faktor risiko
hipertensi.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan rencana keperawatan yang telah penulis susun
pada prinsipnya sama dengan yang terdapat dalam tinjauan teoritis
yang meliputi tindakan observasi, tindakan terapeutik, tindakan
edukasi keperawatan dan kolaborasi
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan kasus terlaksana dengan baik sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat berdasarkan kebutuhan pada
pasien dengan non hemoragic stroke dan tindakan utama
87
88
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyampaikan
beberapa saran dan kiranya bermanfaat bagi peningkatan kualitas
pelayanan yang ditujukan.
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Pihak RS diharapkan selalu memperhatikan mutu pelayanan
dalam hal ini perawat mampu melakukan penanganan
kegawatdaruratan serta mampu mengenali tanda dan gejala pada
pasien stroke. Pihak Rs juga diharapkan dapat melakukan tentang
pemberian untuk meningkatan saturasi oksigen pada pasien stroke
melalui pemberian head up.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Tetap mempertahankan dan meningkatkan asuhan
keperawatan yang komprehensif agar perawatan yang diberikan
membawa hasil yang baik dan memberikan kepuasan bagi pasien,
keluarga, masyarakat dan perawat itu sendiri.
89
Hartaty, & Haris. (2020). Hubungan gaya hidup dengan kejadian stroke.
Jurnal Keperawatan.
Ilmiah, Karya Tulis. 2022. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Di Ruang Unit Stroke Anggrek 2 Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di Ruang Unit Stroke Anggrek 2
RSUD DR . Moewardi Surakarta.”
Wijianto, and Wanda Kunia Yuda. 2023. “Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Stroke Di Rumah Sakit Relationship Between Lifestyle And
Stroke Incidence In Hospital.” Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi 7(1):
47–52.
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
Nama : Esra Parereu
Tempat/Tanggal Lahir : Wasuponda, 17 Juli 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Cendrawasih IV, No. 53
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
Nama : Febrianti
Tempat/Tanggal Lahir : Posa‟a, 12 Februari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Andi Djemma Ir.II