Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH PEMBERIAN BACK MASSAGE TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA


PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS
NOSARARA

SKRIPSI

ELIS SRIAPRILIA
201701007

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian


Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Nosarara” adalah benar hasil karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes
Widya Nusantara Palu.
Palu, 16 September 2021

ELIS SRIAPRILIA
NIM 201701007

iii
ABSTRAK
ELIS SRIAPRILIA. Pengaruh Pemberian Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Nosarara. Dibimbing oleh ARDIN
S HENTU dan AHMIL.

Back massage merupakan stimulasi kulit dan jaringan dibawahnya didaerah punggung
yang dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah, memberikan
relaksasi, mengurangi nyeri, ketegangan otot dan bekerja dengan pelepasan endofrin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk dianalisanya pengaruh Back Massage terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Nosarara. Jenis
dari penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain pre-eksperimental menggunakan
rancangan pre-test dalam satu kelompok (One Group Pre Test Post Test Design).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Puskesmas Nosarara. Sampel
berjumlah 10 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel menggunakan teori sugyono
2016 dengan besaran sampel 10-20 orang. Hasil penelitian dari 10 responden dengan
menggunakan uji statistik Paired Sample Test didapatkan nilai p=0,000 (p ≤ 0,05),
dengan demikian secara statistik ada pengaruh pemberian Back Massage terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Nosarara.
Simpulan tekanan darah responden sebelum diberikan Back Massage mengalami tekanan
darah tinggi (100%). Dan tekanan darah tinggi setelah diberikan Back Massage tekanan
darah kategori hipertensi 1 (60%) dan hipertensi 2 (40%). Ada pengaruh Back Massage
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas
Nosarara (p=0,000). Saran diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan atau
masukkan masyarakat dalam menurunkan tekanan darah pada lansia.

Kata Kunci : Back Massage, Tekanan Darah, Lansia

iiii
PENGARUH PEMBERIAN BACK MASSAGE TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS
NOSARARA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjan Pada Program Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ELIS SRIAPRILIA
201701007

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021

ivi
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PEMBERIAN BACK MASSAGE TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
DI PUSKESMAS NOSARARA

SKRIPSI

ELIS SRIAPRILIA
201701007

Skripsi Ini Telah Diujikan Tanggal 16 September 2021

Dr. Tigor H. Situmorang, M.H., M.Kes (.................................................)


NIK. 20110901019
(PENGUJI I)

Ns. Ardin S Hentu, S.Kep., M.Kes (.................................................)


NIK. 20190901099
(PENGUJI II)

Ns. Ahmil, S.Kep., M.Kes (.................................................)


NIK. 20150901051
(PENGUJI III)

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu

Dr. Tigor H. Situmorang, M.H., M.Kes


NIK. 20110901019

vi
PRA KATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
orang tua yang amat penulis cintai Ayahanda Hi. Jasmadi dan Ibunda Almh. Hj.
Sitti Hadijah Madas yang mendidik dan membesarkan juga tak pernah habis-
habisnya memberikan kasih sayang, motivasi dan yang selalu mendoakan demi
keselamatan dan kesuksesan anak-anaknya. Dan juga saudara-saudara penulis
kakak-kakak maupun adik yang telah mendukung dan mendoakan peneliti.
Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian
Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Puskesmas Nosarara”. Skripsi ini dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep). Dalam rangka
penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, kritik, dan saran
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Widyawaty Situmorang, M.Sc, Ketua yayasan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Nusantara Palu.
2. Dr. Tigor Situmorang, M..H, M. Kes, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu. Sekaligus penguji utama yang telah memberikan
banyak masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.
3. Ns. Ardin S Hentu, S.Kep., M.Kep, Selaku Pembimbing I yang telah
membimbing, mengajar, dan memberi motivasi kepada peneliti, dalam
menyusun skripsi ini.
4. Ns. Ahmil, S.Kep., M.Kes, Selaku Pembimbing II yang telah membimbing,
mengajar, dan memberi motivasi kepada peneliti, dalam menyusun skripsi ini.
5. Dosen dan Staf STIKes Widya Nusantara Palu yang telah memberikan
motivasi dan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti
pendidikan.
6. Kepala Puskesmas Nosarara beserta Staf dan Jajarannya yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk pengambilan data awal sekaligus
melaksanakan penelitian.

vii
7. Terima Kasih kepada responden yang telah memberikan izin dan membantu
hingga terlaksannya penelitian ini.
8. Teman teman saya, Siti nahdalia, Eka Fatika Sari, Norma Onggang, Nadia Z
Musa, Mujida Nur Santi, Subaeda, Yuni telah mensuport saya. Dan teman-
teman 4A keperawatan yang dari awal berjuang bersama menyelesaikan
pendidikan ini.
9. Teman-teman Perawat Angkatan 2017 terima kasih atas dukungan, motivasi
dan doanya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih atas masukan dan semua ilmu yang telah diberikan dan juga
dedikasinya terhadap ilmu keperawatan. Dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dan memohon maaf apabila ada kesalahan dan ketidak sopanan yang
mungkin telah saya perbuat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua untu menambah pengeyahuan dalam bidang
kesehatan dan bermanfat bagi pengembangan ilmu.

Palu, 16 September 2021


Penulis

Elis Sriaprilia

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
HALAMAN JUDUL v
LEMBAR PENGESAHAN vi

PRAKATA vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 7
A. Tinjauan Teori 7
B. Kerangka Konsep 26

C. Hipotesis 26
BAB III METODE PENELITIAN 27
A. Desaian Penelitian 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian 27
C. Populasi dan Sampel Penelitian 28
D. Variabel Penelitian 28
E. Definisi Operasional 29
F. Instrumen Penelitian 29
G. Tekhnik Pengumpulan Data 30
H. Analisa Data 30

I. Bagan Alur Penelitian 33

viiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 35
B. Hasil Penelitian 35
C. Pembahasan 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 46
A. Simpulan 46
B. Saran 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ixi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Di Puskesmas


Nosarara 35

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di


Puskesmas Nosarara 35
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas
Nosarara 36

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum Diberikan Back


Massage Di Puskesmas Nosarara 37
Tabel4.5 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Setelah Diberikan Back
Massage Di Puskesmas Nosarara 37
Tabel4.6 Pengaruh Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Nosarara 38

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan Sirkuler Dalam Pemberian Back Massage


Gambar 2.2 Area Usapan Back Massage
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pre Test Post Test Design
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Pustaka
Lampiran 2 : Jadwal Penelitian
Lampiran 3 : Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
Lampiran 4 : Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 5 : Surat Balasan Telah Menyelesaikan Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 7 : Lembar Observasi
Lampiran 8 : Standar Operasional Prosedur Back Massage
Lampiran 9 : Master Tabel
Lampiran 10 : Hasil Pengolahan Data
Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 12 : Riwayat Hidup
Lampiran 13 : Lembar Bimbingan Skripsi

xiii
xiiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu penyakit
kardivaskuler yang sering disebut dengan “the silent disease” karena sering
tanpa gejala dan keluhan, dimana seorang tidak mengetahui bahwa dirinya
mengidap hipertensi sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darahnya.
Hipertensi merupakan tekanan darah dimana sistoliknya melebihi batas
normal yaitu 140 mmHg, dan diastolik lebih dari 90 mmHg1.
Hipertensi merupakan tekanan darah dalam pembuluh darah, dimana
pembuluh darah meningkat secara kronis karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dan suplai
oksigen2. Penyakit hipertensi berproses secara pelan-pelan atau mungkin
tidak dapat dirasakan hingga mengakibatkan rusaknya organ yang bermakna.
Semakin meningkat takanan darahnya maka semakin beresiko terhadap
kerusakan organ3. Pada umumnya, hipertensi banyak terjadi pada penduduk
berusia lanjut, namun pada penduduk remaja dan dewasa juga dapat
mengalami penyakit hipertensi tersebut2.
Dalam peningkatan tekanan darah diperlukan penanganan atau
pencegahan efek samping dan dampak dengan memberikan terapi. Pemberian
terapi farmakologi dan non-farmakologi dapat mengendalikan tekanan darah4.
Melihat terapi farmakologi terlalu sering diberikan dan dapat menimbulkan
efek samping, maka terapi non-farmakologi menjadi pilihan bagi peneliti
untuk diteliti, karena dilihat dari efek samping yang tidak terlalu memberikan
dampak yang buruk. Setiap pemberian terapi antihipertensi sebaiknya dapat
diterapkan terapi non-farmakologi seperti terapi relaksasi4. Terapi relaksasi
dapat diberikan pada tekanan darah yang terlalu tinggi dan mengakibatkan
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, yang menjadikan pembuluh darah
menjadi rileks, tekanan darah akan turun dan kembali normal 5. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin (2009)6, mengatakan bahwa ada
beberapa cara untuk membuat tubuh menjadi rileks seperti: teknik nafas
dalam, yoga, terapi musik, terapi masssage atau terapi back massage. Dari

1
2

beberapa terapi diatas, terapi back massage salah satu terapi terapi yang dapat
memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah7.
Back massage merupakan pemijatan di punggung, yang dilakukan
dengan beberapa teknik pemijatan, diantaranya seperti eflaurge (menggosok),
friction (menggerus), petrisage (memijat), shaking (menggetarkan dan
menggoncangkan). Yang dilakukan 3-5 kali setiap teknik selama 10-15 menit.
Teknik-teknik back massage dapat memberikan efek relaksasi yang dapat
menurunkan hormon stres seperti hormon kortisol dan katekolamin. Selain itu
dapat memberikan kenyamanan, membantu memperbaiki sirkulasi dan
menurunkan tekanan darah8. Back massage merupakan salah satu tindakan
stimulasi kulit dan jaringan di bawahnya dengan usapan perlahan di daerah
punggung dengan gerakan sirkuler dengan kedua tangan pada area luar tulang
belakang selebar 5 cm dimulai dari kepala hingga area sacrum, yang dapat
mengurangi nyeri, ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah dan
memberikan relaksasi. Stimulus kutaneus merupakan stimulus kulit yang
dilakukan untuk menghilangkan nyeri, bekerja dengan pelepasan endofrin,
sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri9.
Pada penerapan back massage dapat dilakukan pada lansia, melihat
teknik terapi tersebut tidak memberikan dampak yang buruk dan efek
samping pada lansia penderita hipertensi8. Lansia adalah sesorang yang sudah
mencapai 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan. Semua orang secara alamiah
akan mengalami proses masa tua dan menjadi tua yang merupakan masa
hidup manusia yang terakhir dari fase kehidupannya10. Menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2015) lansia dapat dikategorikan menjadi
lansia (60-69 tahun) dan lansia dengan resiko tinggi (lebih dari 70 tahun
dengan masalah). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO)
lansia adalah yang sudah mencapai usia pertengahan (45-59 tahun), usia
lanjut (60-70 tahun), usia tua (75-90 tahun) dan usia sangat tua (diatas 90
tahun)11.
Menurut data dari World Helath Organization menyatakan bahwa di
seluruh dunia sekitar 26,4% atau sama dengan 972 juta jiwa di seluruh dunia
3

yang menderita hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi


29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta jiwa yang menderita hipertensi, 333 juta
jiwa berada di negara maju dan sisanya 639 juta jiwa berada di negara
berkembang, termasuk di Indonesia12. Menurut data dari American Heart
Association, dalam 9623 orang hipertensi, terdapat 4717 jiwa atau (49%) laki-
laki dan 4906 jiwa atau (51%) perempuan yang menderita hipertensi 13.
Sedangkan di Indonesia sendiri prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran
pada penduduk usia ≥18 tahun sekitar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
sekitar (44,1%), sedangkan yang terendah di Papua sekitar (22,2%).
Hipertensi pada kelompok umur 21-44 tahun sekitar (31,6%), umur 45-54
tahun (45,35%), umur 55-64 tahun sebanyak (55,2%)14. Menurut data dari
Dinas Kesehatan Provinsi sulawesi Tengah pada Tahun 2015 kasus hipertensi
tercatat 30.943 jiwa, yang terdiri dari 12.255 laki-laki, dan 18.688
perempuan. Pada Tahun 2016 jumlah kasus hipertensi tercatat 39.946 jiwa
yang terdiri dari 15.655 laki-laki, dan 24.281 perempuan3. Sementara itu,
berdasarkan data di Puskesmas Nosarara bahwa jumlah lansia sekitar 1.502
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Lansia hipertensi di tahun 2020,
usia 45-54 tahun sekitar 131 orang, usia 55-64 tahun sekitar 407 orang, dan
>65 tahun sekitar 212 orang.
Bertambahnya umur pada lansia, akan mengalami penurunan fungsi
fisiologi akibat proses penuaan kemudian penyakit tidak menular akan
banyak timbul pada lansia11. Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun (2014), semakin bertambahnya usia maka keadaan sitem
kardivaskuler akan semakin menurun, yang ditandai dengan terjadi nya
arterioskilosis dan dapat meningkatkan tekanan darah. Kondisi tersebut dapat
menjadikan lansia rentan terhadap resiko menderita hipertensi dengan
tekanan darah yang tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat setiap
tahunnya15. Menurut teori susalit (2001), mengatakan bahwa hipertensi
diakibatkan oleh faktor yang saling mempengaruhi. Usia akan cenderung
mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap suatu kejadian penyakit, usia
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi karena
tekanan diastoliknya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Semakin
4

bertambah usia seseorang maka akan semakin menurun daya tahan tubuh
seseorang3. Selain usia, yang menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu
keturunan, jenis kelamin, faktor lingkungan, obesistas, gaya hidup, stres dan
lain sebagainya2.
Dalam penatalaksanaan hipertensi diperlukan terapi non-farmakologi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan non-farmakologis
sangat diperlukan terutama pada penderita hipertensi, karena tidak
memberikan dampak atau efek samping yang buruk9. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Saputro (2013) yang berjudul “pengaruh pemberian
massage punggung terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi”,
mengatakan bahwa massage punggung dapat berpengaruh pada penurunan
tekanan darah terhadap penderita hipertensi, dan menunjukkan tekanan darah
sebelum diberikan perlakuan sekitar 160,78/96,65 mmHg, dan setelah
diberikan perlakuan 143,43/86,09 mmHg. Penerapan back massage terhadap
lansia dapat menurunkan tekanan darah, kemudian dilihat dari teknik
terapinya tidak menimbulkan efek samping atau mampu mencegah dampak
buruk dari hipertensi terhadap lansia8.
Di Puskesmas Nosarara terapi back massage ini belum diketahui, dan
belum ada intervensi dilakukan yang dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Puskesmas Nosarara. Maka berdasarkan hasil
penelitian Saputro Tahun (2013) dapat di ambil kesimpulan bahwa terapi
back massage ini dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
Puskesmas Nosarara, dari hasil wawancara didapatkan lansia dengan
hipertensi sekitar 407 orang. Dari hasil wawancara didapatkan lansia
penderita hipertensi belum mengetahui adanya terapi back masage untuk
merunkan tekanan darah. Dari hasil wawancara pada petugas puskesmas
bahwa belum mengetahui tentang terapi back massage dan belum pernah
diterapkan terapi back massage dipuskesmas nosarara. Upaya yang sudah
dilakukan petugas puskesmas nosarara untuk mencegah angka kejadian
hipertensi pada lansia ini adalah dengan dibuat program atau kegiatan
mingguan, seperti senam lansia, tetapi karena adanya pandemi Covid-19,
5

maka program senam lansia belum dapat terlaksana kembali. Selain itu,
upaya lain yang dilakukan yaitu dengan mengadakan pengobatan rutin setiap
bulan nya. Namun upaya yang dilakukan masih belum mampu meminimalkan
lansia yang menderita hipertensi.
Oleh karena itu, upaya penurunan tekanan darah pada lansia sangatlah
penting, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti back massage sebagai
terapi alaternatif dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di Puskesmas Nosarara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu apakah ada pengaruh pemberian Back Massage terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di puskesmas Nosarara.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Back Massage terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di Puskesmas Nosarara.
2. Tujuan Khusus
a. Terindentifikasi tekanan darah sebelum di berikan back massage.
b. Terindentifikasi tekanan darah setelah di berikan back massag.
c. Dianalisis pengaruh back massage terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi.
3. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan (Pendidikan)
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan
dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bacaan untuk mahasiswa
STIKes Widya Nusantara Palu, untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan mahasiswa dan wawasan masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan juga
ilmu pengetahuan tentang pengaruh Back Massage terhadap
penurunan tekanan darah.
6

3. Bagi Instansi Tempat meneliti


Penelitian ini di harapkan dapat menjadi altenatif untuk pasien
hipertensi di puskesmas Nosarara, dengan menerapkan Back Massage
sebagai intervensi dalam menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia
di Puskesmas Nosarara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Tinjauan Umum Lansia
a. Pengertian Lansia
Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang sudah melebihi
usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan 10. Lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas baik laki-laki
maupun perempuan, masih mampu menjalankan kegiatan atau
pekerjaan yang bisa menciptakan barang atau jasa atau tidak mampu
untuk mencari nafka sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
Lansia dapat dikatakan sebagai tahapan akhir pada akhir pertumbuhan
manusia. Meningkatnya harapan hidup akan mempengaruhi
peningkatan usia seseorang. Bertambahnya usia seseorang yang
akhirnya akan menjadi proses penuaan (aging)10.
Penuaan adalah proses yang normal dan alamiah yang dapat
dialami setiap masing-masing orang atau individu. Penuaan
merupakan proses yang terjadi terus menerus yang akan
mengakibatkan perubahan fisiologis, anatomis, dan biokimia pada
tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi kemampuan tubuh secara
keseluruhan10.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mengklasifikasikan lansia dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut10:
1) Middle age (usia pertengahan) merupakan seseorang yang telah
mencapai usia 45-59 tahun
2) Elderly (lansia) seseorang yang berusia antara 60-74 tahun
3) Old (lansia tua) seseorang yang berusia 74-90 tahun
4) Very old (usia sangat tua) yaitu seseorang yang lebih dari 90 tahun
b. Status Kesehatan Lansia
Morbidity rates (angka kesakitan) lansia merupakan jumlah
penduduk lansia yang mengalami masalah kesehatan yang dapat

7
8

mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kesakitan juga merupakan


salah satu faktor yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
penduduk. Angka kesakitan dapat dikategorikan seperti faktor
kesehatan negatif, dengan kata lain, semakin tinggi angka kesakitan
maka dapat menunjukkan penduduk yang buruk10.
Bertambahnya usia mengakibatkan fungsi fisiologis menurun
yang disebabkan oleh proses degeneratif (penuaan) yang dapat
menimbulkan penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh
lansia. Sementara itu, degeneratif juga bisa mengakibatkan adanya
rentan penyakit infeksi dikarenakan lansia telah mengalami penurunan
fungsi tubuh sehingga lebih rentang terserang penyakit infeksi atau
penyakit menular. Beberapa penyakit lansia yang ada di Indonesia10:
1) Gangguan pernafasan (paru-paru)
Penurunan fungsi paru-paru disebabkan oleh elastisitas
jaringan paru-paru serta dinding dada makin menurun. Semakin
bertambah usia seseorang, kekuatan kontraksi otot pernafasan
akan berkurang sehingga kesulitan dalam bernafas.
2) Penyakit jantung (kardiovaskuler)
Dengan bertambahnya usia akan mengalami perubahan
ukuran jantung sedikit mengecil pada lansia, yang mengakibatkan
aktivitas pada jantung akan sedikit berkurang yang menyebabkan
penurunan curah jantung terutama pada rongga bilik kiri. Ukuran
sel-sel jantung juga menurun sehingga kekuatan otot jantung akan
mengalami penurunan. Setelah berusia 20 tahun, dengan
bertambahnya usia kekuatan otot jantung berkurang dan denyut
jantung atau fungsi lain dari jantung akan mengalami penurunan.
3) Hipertensi
Beberapa hasil penelitian epidemiologi di dapatkan data
yang menyatakan bahwa dengan meningkatnya umur juga akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi menjadi
salah satu masalah pada lansia karena sering ditemukan dan
menjadi penyebab utama terjadinya stroke pada lansia, lemah
9

jantung, atau penyakit jantung koroner. Lebih 50% kematian di


atas 60 tahun di akibatkan oleh penyakit jantung cerebrovaskuler.
4) Gastritis (gangguan pencernaan)
Gangguan pencernaan merupakan penyakit gastritis yang
menyerang lambung dan menimbulkan inflamasi pada lapisan
mukosa dan submukosa lambung. Jumlah penderita gangguan
pencernaan pada lansia semakin tinggi seiring terjadinya proses
penuaan, hanya saja sering kali kondisi ini tidak disadari oleh
lansia karena menganggap bahwa nyeri lambung merupakan
proses penuaan.
5) Rematik (nyeri sendi)
Nyeri sendi yang dialami lansia yang dikenal banyak orang
adalah penyakit rematik. Penyakit ini di akibatkan karena proses
degenarasi atau kerusakan pada permukaan sendi-sendi tulang
yang banyak di jumpai pada lansia dengan berat badan berlebih.
Tidak jarang 8% orang-orang berusia 50 tahun ke atas memiliki
keluhan sendi seperti pegal, linu-linu, dan kadang-kadang nyeri.
Nyeri sendi kebanyakan tang di alami oleh lansia berada dibagian
persendian jari-jari, tulang punggung, tulang pinggul dan lutut.
Nyeri akut pada lansia di akibatkan oleh metabolisme asam
uratdalam tubuh.
6) Penyakit lain
Penyakit syaraf yang disebabkan oleh pembuluh darah otak
yang mengalami perdarahan otak yang mengakibatkan kepikunan
(senilis).
2. Tinjauan Umum Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan saat tekanan sirkulasi dalam darah
terlalu tinggi. Tekanan sirkulasi darah yang diberikan terhadap
dinding pembuluh darah utama tubuh yaitu arteri disebut juga
tekanan darah2.
10

Hipertensi merupakan keadaan dimana terjadi suatu peningkatan


tekanan darah lebih dari batas normal pada sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg16.
Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah tinggi yang
merupakan suatu keadaan kronis yang ditandai dengan terjadi
peningkatan tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri, yang
menyebabkan jantung memompa lebih cepat atau keras untuk
mengantarkan darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal
ini dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah bahkan
menyebabkan penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan
kematian2.
Hipertensi salah satu masalah kesehatan yang cukup berbahaya
di seluruh dunia karena hipetensi merupakan resiko utama yang
mengarah pada penyakit kardiovaskuler, seperti serangan jantung,
stroke dan penyakit ginjal2.
Menurut AHA atau American Heart Association, hipertensi
merupakan silent killer dimana ada bermacam-macam gejala pada
setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala
tersebut seperti sakit kepala, fertigo, jantung berdebar kencang,
mudah letih, penglihatan kabur, telinga berdenging dan mimisan17.
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah Menurut American Heart Association
(AHA) (2018) terbagi menjadi lima, yaitu17:
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi TD
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-129 <80
Hipertensi Stadium I 130-139 80-89
Hipertensi Stadium II >140 >90
Hipertensi Stadium III >180 >120
11

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Departemen Kesehatan


Republik Indonesia (2016):
Tekanan Darah TekananDarah
Kategori
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal Tinggi 130-139 89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi Derajat 3 >180 > 110
c. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan18:
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi
yang tergolong kurang lebih 90% tidak diketahui faktor
penyebabnya. Beberapa faktor yang berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Keturunan (genetik)
Genetik merupakan individu yang mempunyai keluarga
penderita hipertensi yang memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi. Jika mempunyai
keluarga yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, maka
faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan.
b) Usia dan jenis kelamin
Saat perempuan berusia 65 tahun keatas, perempuan
memiliki resiko tinggi lebih tinggi dari pada laki-laki.
Sebaliknya sebelum laki-laki berusia 45 tahun keatas laki-
laki memiliki resiko lebih tinggi dari pada perempuan.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh hormon. Resiko
hipertensi akan lebih meningkat pada wanita yang
memasuki menapause.
c) Kurang aktivitas fisik
Pergerakan otot tubuh yang membutuhkan energi atau
pergerakan yang berfungsi untuk meningkatkan kesehatan
12

yang disebut juga aktivitas fisik. Seperti : berepeda,


berenang, menari, yoga dan berkebun. Untuk kesehatan
tubuh aktivitas fisik sangat berguna pada organ paru-paru
dan jantung. Aktivitas fisik juga dapat mencegah hipertensi
serta menyehatkan pembuluh darah. Dan jika menjalankan
diet sehat, berhenti merokok serta dibarangi dengan
beraktvitas fisik maka usaha pencegahan hipertensi akan
optimal.
d) Obesitas
Resiko menderita hipertensi akan lebih besar jika
seseorang mengalami kegemukan atau obesitas (>25%
diatas BB ideal) yang berkaitan dengan berkembangnya
peningkatan tekanan darah.
e) Gaya hidup konsumsi alkohol dan merokok
Gaya hidup yang tidak sehat seperti seringnya merokok
dan mengkonsumsi alkohol berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan zat yang
terkandung dalam keduanya
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus
hipertensi, hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang
diketahui penyebabnya seperti penyakit ginjal atau gangguan
tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat
yang menyebabkan hipertensi. Dari penyakit tersebut hipertensi
sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal
(renal hypertension). Gangguan ginjal paling banyak
menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya penyempitan
pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama
penyuplai darah ke organ ginjal. Bila pasokan darah menurun,
maka ginjal akan memproduksi barbagai zat yang meningkatkan
tekanan darah serta gangguan yang terjadi pada tiroid
merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah
13

yang mengakibatkan hipertensi. Selain itu faktor pencetus


hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coorctation aorta, neurogik (tumor otak), kehamilah, luka bakar,
dan stres. Karena stres bisa memicu sistem saraf simpatis
sehingga meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada
pembuluh darah.
Menurut (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) Penyebab
hipertensi pada lansia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menjadi kaku
2) Katub jantung menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi
karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5) Meningkatnya retensi pembuluh darah perifer
d. Patofiologi
Pada vasomotor di medula di otak merupakan tempat
mekanisme pengontrolan konstruksi dan relaksasi pembuluh darah.
Pusat vasomotor terdiri dari kumpulan serabut saraf simpatis yang
mana dapat mempengaruhi curah jantung dan pembuluh darah.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstruksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriktor. Vasokontriksi pembuluh darah yang terjadi
diakibatkan aktivitas sistem saraf simpatis juga terjadi pada kelenjar
adrenal, sehingga dapat mengakibatkan tambahan aktivitas
14

vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epineprin, yang


menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respons vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang menyebabkan penurunan aliran
darah ke ginjal sehingga terjadi pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang yang
kemudian diubah menjadi agitensin II, suatu vasokontriktor kuat,
sehingga merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskular. Semua
faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Peningkatan tekanan darah pada lansia disebabkan oleh perubahan
struktur dan fungsi arteri yang dikaitkan dengan penuaan. Pada
lapisan intima terdapat sel endotel yang mengalami penurunan
produksi nitric oxide (NO). Berperan dalam vasodilatas tonus
pembuluh darah. Penurunan produksi nitric oxide (NO) dapat
mengakibatkan kelakuan arteri dan penyempitan lumen pembuluh
darah. Perubahan struktur lapisan media juga menyebabkan
elastisitas atau gaya rengang aorta berkurang. Penurunan elastisitas
aorta diakibatkan oleh berkurangnya jaringan elastin, deposit
kolagen dan kalsifikasi akibat arterisklerosis. Vasokontriksi
pembuluh darah dan adanya penyempitan lumen pembuluh darah
dapat meningkatkan tahanan vaskuler perifer sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah. Meskipun peningkatan tekanan darah
pada lansia adalah bagian dari proses penuaan, namun faktor lain
yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia adalah
gaya hidup seperti kurangnya aktivitas, konsumsi natrium tinggi,
obesitas dan merokok19.
e. Komplikasi Hipertensi
Ada beberapa komplikasi penyakit Hipertensi sebagai berikut6:
15

1) Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi membuat otot jantung
bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi ini
mengakibatkan otot jantung akan menebal dan merengang dan
daya pompa otot menurun. Hal ini lah yang dapat menyebabkan
terjadinya kegagalan kerja jantung secara umum. Ditandai
dengan sesak nafas, nafas pendek, dan terjadi pembengkakan
pada tungkai bawah serta kaki.
2) Ensefalopati
Pada hipertensi yang cepat (hipertensi maligna) dapat
menyebabkan terjadinya ensefalopati. Pada kelainan tekanan
yang tinggi mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler serta
mendorong cairan kedalam ruang intersium disemua susunan
saraf pusat
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini mengakibatkan
peningkatan kapiler dan mendesak cairan ke dalam ruang
intersium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di
sekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian.
3) Kerusakan Pembuluh Darah Otak
Peneliti diluar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi
menjadi faktor pencetus atau penyebab utama pada kerusakan
pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang dapat
ditimbulkan seperti pecahnya pembuluh darah dan rusaknya
dinding pembuluh darah, yang dapat menyebabkan stroke
bahkan kematian.
4) Stroke
Stroke merupakan kondisi ketika sel pada suatu area yang
di otak mati. Hal ini terjadi akibat terputusnya pasokan darah ke
otak yang disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah dimana hal tersebut disebabkan oleh berbagai
hal seperti arterosklerosis dan hipertensi yang tidak terkontrol.
16

Stroke biasanya terjadi secara mendadak yang dapat


menyebabkan kerusakan otak.
5) Gagal Ginjal
Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif karena
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus dapat
mengakibatkan gagal ginjal. Dengan rusaknya membran
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotic koloid plasma berkurang, mengakibatkan edema yang
sering ditemukan pada hipertensi kronik. Rusaknya glomerolus,
mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Hipertensi membuat ginjal harus bekerja
lebih keras, yang menyebabkan sel-sel pada ginjal akan lebih
cepat mengalami kerusakan.
f. Manifestasi Klinis
Kejadian hipertensi pada umumnya tidak memiliki tanda dan
gejala. Kepala berat, sakit kepala, rasa panas di tengkuk merupakan
gejala yang sering muncul. Namun, gejala tersebut tidak dapat
dijadikan tolak ukur apakah seseorang menderita hipertensi atau
tidak. Dengan melakukan pengontrolan tekanan darah salah cara
untuk mengetahuinya. Seorang pasien biasanya tidak mengetahui
bahwa dirinya menderita hipertensi hingga didapatkan kerusakan
dalam organ, seperti terjadinya gagal ginjal, jantung koroner dan
stroke.
Gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, sesak nafas, gelisah
kelelahan, pandangan menjadi kabur yang terjadi akibat adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal dapat muncul bila
hipertensinya menahun atau berat dan tidak diobati. Kadang pada
hipertensi berat akan mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma yang disebabkan oleh pembengkakan otak. Kondisi ini
disebut ensolopati hipertensi, yang memerlukan penanganan segera
mungkin.
17

g. Penatalaksanaan Hipertensi
Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler serta mortalitas dan
morbidiras yang berkaitan merupakan tujuan dari deteksi dan
penatalaksanaan hipertensi. Tujuan pengobatan yaitu mencapai dan
menjaga tekanan sistolik ≤140 mmHg dan tekanan darah ≤90 mmHg
serta mengendalikan faktor resiko. Hal ini bisa dicapai dengan
perubahan gaya hidup atau dengan obat antihipertensi.
1) Penatalaksanaan hipertensi primer
Hipertensi primer tidak dapat diobati, tetapi dapat
diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Langkah awalnya adalah mengubah pola hidup penderita:
a) Dianjurkan untuk menurunkan berat badan sampai batas ideal
pada penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat
badan.
b) Seseorang yang menderita kegemukan atau kadar kolestrol
darah tinggi dianjurkan untuk mengubah pola makan. Setiap
harinya mengurangi konsumsi garam sampai ≤2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida (disertai dengan asupan
kalium yang cukup dan magnesium) dan mengurangi
konsumsi alkohol.
c) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat
Selama tekanan tekanan darhnya terkendali penderita
hipertensi esensial tidak harus membatasi aktivitasnya.
d) Berhenti merokok

Pemberian obat-obatan yaitu:


a) Diuretik thiaziden
Diuretik yang membantu ginjal menguluarkan garam dan air
yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubh
sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga
mengakibatkan pelebaran pembukuh darah. Diureti
mengakibatkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga
18

kadar diberikan tambahan kalium atau penahan kalium.


Diuretik sangat efektif pada lanjut usia, obesitas, orang yang
kulit hitam, penderita gagal jantung atau penyakit ginjal
menahun.
b) Penghambat adrenergik
Beta bloker, blocker labetatol, serta alfabloker merupakan
kelompok obat penahan adrenergik. Yang menghambat
dampak sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatisny
merupakan sistem saraf yang dengan cepat akan memberikan
respon kepada stres, dengan cara meningkatkan tekanan
darah.
c) Angiostension coverting enxyminhibitor (ACE-inhibitor)
mengakibatkan turunnya tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri.
d) Angiotensin-II blocker merupakan suatu metode yang
menyerupai ACE-inhibitor yang mengakibatkan penurunan
tekanan darah.
e) Antagonis kalsium mengakibatkan penurunan tekanan darah
dengan metode yang benar-benar berbeda.
f) Vasodilator langsung
g) Obat dari kategori ini hampir selalu digunakan sebagai
tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya. Obat ini
mengakibatkan pelebaran pembuluh darah.
h) Kedaruratan hipertensi (contohnya: hipertensi maligna)
membutuhkan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi
dengan cepat. Beberapa obat dapat menurunkan tekanan
darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan melalui
pembuluh darah atau secara intervena seperti diazoxide,
nitroprusside, nitroglycerin, labetatol.
2) Penatalaksanaan hipertensi sekunder
Pengobatan hipertensi sekunder tergantung pencetusnya.
Mengembalikan tekanan darah terkadang dapat dilakukan
19

dengan mengatasi penyakit ginjalnya. Memasukkan selang yang


pada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon
tersebut dapat mengatasi penyempitan arteri atau bisa dilakukan
(obrasi bypass) yaitu oprasi untuk membuat jalan pintas. Tumor
yang mengakibatkan hipertensi biasanya dihilangkan dengan
cara operasi.
Adapun penangan hipertensi dengan non-farmakologi:
a) Relaksasi
Ketegangan otot fisik dan mental dapat diturunkan
dengan relaksasi termasuk relaksasi otot, pernafasan
diafragma, latihan otogenil, yoga, meditasi, dan terapi
lainnya yang melibatkan pikiran dan tubuh
b) Olahraga teratur
Kesehatan dan kesegaran tubuh dapat ditingkatkan
dengan olahraga teratur dan dapat membuat terasa lebih
baik dan memicu pertumbuhan sel-sel baru.
c) Massage
Dengan memberikan massage dapat melancarkan aliran
darah, serta memberikan rasa nyaman dan dapat digunakan
sebagai metode penurunan tekanan darah.
h. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa penunjang yang dapat dilakukan pada hipertensi:
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengindikasikan
disfungsi ginjal serta diabetes melitus.
b) Bun atau kreatinin : memberi informasi mengenai
perfusi/fungsi ginjal
c) Hb ; untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) serta mampu mengedukasi faktor resiko
seperti : anemia
d) Glukosa : hiperglikemia (diabetes melitus merupakan
pencetus hipertensi)
20

e) CT Scan : mengkaji adanya tumor serebral, ensolopati


f) EKG : dapat menunjukkan pola renggangan, salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi yaiti peninggian gelombang
EKG.
g) IUP : mengidentifikasi pencetus hipertensi seperti batu ginjal
perbaikan ginjal
h) Fhoto Dada : menampakkan destruksi klasifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.
3. Tinjauan Umum Back Massange
1. Pengertian Back Massange
Back Massange adalah stimulasi kulit dengan usapan secara
perlahan di daerah punggung, dengan menggunakan lotion atau
balsam yang dapat memberikan sensasi hangat yang mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah. Back Massange merupakan proses
pemijatan yang dilakukan dipunggung, dengan menerapkan beberapa
teknik pemijatan. Teknik ini diantaranya : Eflauragen (menggosok),
frction (menggerus), petrisage (memijat), Shaking (menggetarkan
dan mengoncangkan)8. Massage punggung merupakan tindakan
stimulasi kulit dan jaringan dibawahnya dengan variasi tekanan
tangan dan usapan secara perlahan di daerah punggung selama 3-10
menit yang dapat mengurangi nyeri, ketegangan otot, memberikan
relaksasi dan meningkatkan sirkulasi. Stimulasi kutaneus adalah
stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri, bekerja
dengan mendorong pelepasan endofrin, sehingga memblok transmisi
stimulasi nyeri9.
Back massage merupakan salah satu usapan perlahan pada
daerah kulit yang merupakan intervensi keperawatan yang diberikan
dengan cara memberikan usapan secara perlahan dengan gerakan
sirkuler, tegas, beririma dengan kedua tangan pada area diluar tulang
belakang selebar 5 cm yang dimulai dari kepala sampai area
sakrum8.
21

2. Manfaat Back Massange


Manfaat back massange adalah dapat memberikan sensasi
relaksasi sehingga mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pada
pembuluh darah yang meningkatkan peredaran darah pada area yang
diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa
sakit dan dapat menunjang proses penyembuhan. Pada otot-otot
memiliki efek mengurangi ketegangan, penurunan intensitas nyeri,
kecemasan, dan tekanan darah20
3. Mekanisme Back Massange
Back massage dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah yang
dapat mempengaruhi penurunkan aktivitas saraf simpatis dan
meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis. Mekanisme ini
mengakibatkan vasodilatasi sistemik dan penurunan kontraktilitas
otot jantung, dan mempengaruhi terjadinya penurunan kecepatan
denyut jantung, curah jantung, dan volume sekuncup yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada tekanan darah. Cara kerja back
massage ini dengan menstimulasi saraf-saraf dipermukaan kulit yang
kemudian akan dialirkan ke otak bagian hipotalamus, sehingga
penderita dapat mempersepsikan sentuhan tersebut sebagai respon
relaksasi dan menyebabkan penurunan tekanan darah. Lancarnya
peredarah darah karena pemijatan memungkinkan darah
menghantarkan lebih banyak oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh,
sehingga akan mengalami penurunan tekanan darah20.
Menurut Potter & Perry (2010) menyatakan bahwa massage dan
sentuhan merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi
aktivitas sistem saraf otonom. Sistem saraf desenden bekerja
melepaskan neuroregulator yang menghambat transmisi stimulus
nyeri. Neuron beta-A menstimulasi mekanoreseptor yang
menyebabkan menurunnya transmisi delta-A dan C sehingga
menutup mekanisme pertahanan dan mengurangi persepsi nyeri.
Teknik untuk menstimulasi kutaneus back massage dilakukan
dengan beberapa pendekatan, salah satu metode yang dilakukan
22

adalah mengusap kulit klien secara perlahan dengan gerapan sirkuler


dengan waktu 3-10 menit. Gerakan dimulai pada bagian punggung
bawah kemudian kearah atas area belahan bahu kiri dan kanan.
Metode stimulus dapat dilihat pada gambar dibawah ini20.

Gambar 2.1 Gerakan Sirkular dalam Pemberian Back massage


Sumber: Potter & Perry (2010)

Gambar 2.2 Area Usapan Back Massage


Sumber: Potter & Perry (2010)
4. Indikasi dan kontraindikasi pemberian back massage
Indikasi back massage menurunkan fatigue, penurunan
intensitas nyeri, menurunkan kecemasan, meningkatkan kualitas
tidur, dan dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan
kontraindikasi Back massage yaitu tidak diperbolehkan dilakukan
23

pada area kulit yang mengalami luka bakar, luka memar, ruam kulit,
dan fraktur8.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian back massage
Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu8:
a. Menanyakan kepada klien apakah klien menyukai kontak fisik,
dikarenakan ada beberapa klien tidak menyukai dengan kontak
fisik.
b. Mengidentifikasi kondisi klien seperti luka bakar, fraktur tulang,
daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka
c. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
d. Memperhatikan adanya tanda-tanda ketidaknyamanan selama
dilakukannya tindakan.
6. Prosedur Terapi Back Massange
Standar Operasional Prosedur (SOP) Back Massange sebagai
berikut:
a. Alat dan bahan
a) Selimut
b) Lotion/Minyak zaitun/balsam
c) Handuk
b. Tahap prainteraksi
a) Mengecek program terapi
b) Siapkan alat
c) Mencuci tangan
c. Tahap Orientasi
a) Beri salam
b) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
c) Infromed consent
d. Tahap kerja
a) Berikan kesempatan kline bertanya sebelum diberikan
tindakan
b) Menanyakan keluhan klien
c) Jaga privasi klien
24

d) Dekatkan alat
e) Atur posisi klien sesuai yang diinginkan klien, bisa tidur,
terlungkup, atau duduk
f) Minta klien membuka pakaian sampai kebokong, bila perlu
bantu
g) Tutup bagian tubuh lain kline yang tidak di massange
dengan menggunakan selimut
h) Oleskan minyak,lotion atau balsam pada punggung klien
i) Mulai massange dengan gerakan menggosok atau mengusap
(eflaurge), massange dari bokong menuju bahu dengan
gerakan yang kuat, kemudian dari bahu ke bokong dengan
gerakan yang lebih ringan.
j) Massange menggunakan gerakan sirkuler khususnya daerah
pinggang.
k) Ubah gerakan dengan menggunakan gerakan petrisage
(memijat atau meremas), dimulai dari bokong ke bahu dan
kembali dari bahu ke bokong
l) Ubah gerakan menjadi gerakan shaking(menggetarkan dan
mengoncangan) dimulai dari bokong ke bahu, dan kembali
dari bahu ke bokong
m)Ubah gerakan menjadi firction (menggerus), dimulai dari
bokong ke bahu. Kemudian ubah gerakan effluage
(menggosok) saat bergerak ke arah bahu menuju bokong
dan kemudian ulangi friction menuju bahu
n) Lengkapi dengan gerakan stroking (mengusap) beberapa
kali sebagai penutup
o) Katakan pada klien bahwa massage telah selesai dilakukan
p) Bersihkan punggung klien dengan menggunakan handuk
q) Bantu klien memakai pakaian dan kembali keposisi nyaman
klien
e. Tahap terminasi
a) Evluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
25

b) Kontrak pertemuan selanjutnya


c) Akhiri dengan baik
d) Bereskan alat dan cuci tangan
e) Dokumentasi
26

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada
gambar di bawah ini :
Variable Independen Variabel Dependen

Penurunan
Back massage Tekanan Darah
Pada Lansia
Keterangan :

: Variabel yang mempengaruhi (independen)

: Variabel yang dipengaruhi (dependen)

: Pengaruh
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Hipotesisi dalam penelitian ini adalah :
H0 = Tidak ada pengaruh back massage terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia
H1 = Ada pengaruh back massage terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia di Puskesmas Nosarara
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, penelitian ini
menggunakan desain penelitian Pre-Eksperimen, dengan pendekatan one
grup pre test dan post test design, desain rancangan penelitian ini
menggunakan satu kelompok subjek yang diberikan dengan suatu intervensi
yang tertentu untuk melihat hasilnya dan dibandingkan dengan keadaan
setelah diberikan intervensi. Perlakuan ini dinilai dengan cara
membandingkan nilai post test dengan pre test21.

Pre test X Post Test


A B

Gambar 3.1 Desain Penelitian


(Sumber : Notoatmodjo, 2018)
Keterangan :
A : Pengukuran menggunakan tensi meter dan stetoscop sebelum diberikan
back massage
X : Pemberian back massage dilakukan selama 3 hari berturut-turut pada
bulan juni 2021.
B : Pengukuran menggunakan tensi meter dan stetoscop setelah diberikan
back massage
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Nosarara Kota Palu.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 26-28 Juni Tahun 2021.

27
28

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Seluruh objek yang akan diteliti disebut sebagai populasi 22. Dalam
penelitian ini populasinya adalah seluruh lansia hipertensi di Puskesmas
Nosarara yang aktif selama penelitian berlangsung dengan jumlah
populasi 1.502 orang.
2. Sampel
Populasi yang benar-benar mampu mewakili dan keadaan
sebenarnya adalah sampel . Besar sampel pada kelompok eksperimen
22

minimal 10-20 orang 23. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah
10 lansia penderita hipertensi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
nonprobality sampling dengan teknik Purpusive Sampling adalah
pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan srata yang ada dalam populasi itu23.
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah8 :
1. Merupakan lansia hipertensi umur 60-74 tahun
2. Tekanan darah sistol ≥140 mmHg, dan diastol ≤ 90 mmHg
3. Lansia yang mengkonsumsi obat hipertensi harian
4. Lansia hipertensi bersedia menjadi responden
5. Tidak memiliki kontraindikasi : Tidak dalam suhu tinggi dan demam,
tidak memiliki penyakit menular, tidak mengalami fraktur, dislokasi,
memar, dan luka bakar
Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini8 :
1. Lansia umur ≤60 tahun
2. Tekanan darah sistol ≤140 mmHg, dan diastol ≤90 mmHg
3. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden
4. Lansia yang menderita hipertensi maligna
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Variabel Independen)
29

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya


ditentukan variabel lain (variabel terikat) 22. Variabel independen dalam
penelitian ini yaitu pemberian back massage.
2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel terikat adalah variabel dependen yang nilainya
dipengaruhi atau yang muncul menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas22. Variabel terikat atau variabel dependen pada penelitian ini
adalah penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
E. Definisi Operasional
1. Tekanan darah : Tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana

seseorang memiliki tekanan darah sistolik lebih


dari 140 mmHg, dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg.
Alat Ukur : Lembar obserbavasi Tensi meter dan stetoscop.
Skala : Ordinal
Hasil ukur : - Tekanan darah normal
≤140/90 mmHg
- Tekanan darah tidak normal
≥140/90 mmHg
2. Back massage : Back massage merupakan salah satu tindakan
massage pada punggung dengan usapan secara
perlahan, dengan menggunakan lotion atau
balsam. Dilakukan 3 kali seminggu selama tiga
hari berturut-turut, dimana sebelum dilakukan
tindakan massage diberikan pre test dan pada
hari keempat diberikan post test.

Alat ukur : SOP (standar operasional prosedur)


Cara ukur : Intervensi dengan melakukan back massage
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen yang digunakan adalah
30

lembar observasi dan alat pengukuran tekanan darah (tensi meter dan
stetoscop)8.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder pada penelitian ini berupa total dari data lansia
hipertensi di Puskesmas Nosarara. Data yang diperoleh langsung dari sumber
data disebut data primer, baik lisan maupun tercatat. Responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini akan di ukur tekanan darah dengan
menggunakan tensimeter dan stetosckop untuk memenuhi data primer.
Langkah-langkah berikut adalah teknik pengumpulan data22:
1. Editting dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurangnya
data yang di isi oleh reponden.
2. Coding adlah legiatan mengklasifikasi data dengan cara memberi kode
untuk memudahkan peneliti pada saat melakukan entri data.
3. Tabulating adalah penyusunan data yang berdasarkan variabel yang
diteliti.
4. Entri adalah proses pemasukan data kedalam program komputer untuk
selanjutnya di analisa.
5. Cleaning yaitu membersihkan data dengan melihat variabel yang telah
di gunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.
6. Describing yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah di
kumpulkan.
H. Analisa Data
Data yang diperoleh akan diolah dengan program pada komputer
kemudian dianalisa sebagai bahan pertimbangan pengambilan kesimpulan
dan keputusan.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan dalam
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Tujuan analisis
univariat untuk memperoleh karakteristik saetiap variabel penelitian
31

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi


variabel akan diteliti dengan rumus 23:

f
P= x 100%
n
Dimana :
P = Presentase
F = Jumlah jawaban benar
n = Jumlah
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan dalam melihat perbedaan antara
dua variabel22. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui pengaruh back massage terhadap penurunan tekanan
darah di Puskesmas Nosarara. Sebelum dilakukan uji statistik
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak.
Apabila data berdistribusi normal, statistik yang digunakan
ialah statistik uji Paired sampel t-test, dan apabila data berdistribusi
tidak normal allternatifnya adalah dapat menggunakan uji
nonparametic Wilcoxon.
Tabel 3.1 Test Of Normality
Kelompok Shapiro- Wilk
responden Statistik df Sig.
PRETEST ,886 10 ,152
POSTTEST ,895 10 ,191
Sumber : Data Primer (2021)
Pada tabel 3.1 menunjukkan hasil uji normalitas data dengan
Shapiro- Wilk adalah sebagai berikut : tekanan darah sebelum
diberikan back massage memiliki nilai probabilitas (Sig) dengan ,152
dan tekanan darah setelah diberikan back massage memiliki nilai
probabilitas (Sig) dengan jumlah ,191. Mengacu pada ketentuan bahwa
jika nilai Sig >0,05 data berdistribusi normal, dari hasil Output tesebut
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka yang
32

digunakan ialah uji statistic Paired sampel t-test. Analisis penelitian


menggunakan Paired sampel t-test melalui komputerisasi pada tingkat
kepercayaan 95% (ɑ=0,05). Uji statistik dikatakan ada pengaruh jika
nilai p ≤ 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak.
Rumus Uji Paired t – test dapat dilihat sebagai berikut :

x1-x2

t=

Keterangan :
√ s 1(2) s 2(2) 2 r (s 1)( s 2)
nl
+
n2

√n 1 √ n2

x1 = Rata-rata sampel 1
x2 = Rata-rata sampel 2
s1 = Simpangan baku sampel 1
s2 = Simpangan baku sampel 2
s1(2)= Variasi sampel 1
s2(2)= Variasi sampel 2
2 = Kolerasi antar dua sampel
33

I. Bagan Alur Penelitian

Mengurus surat izin pengambilan data awal dari pihak kampus


STIKes WN palu untuk dibawa ke Puskesmas Nosarara

Penyusunan Proposal Penelitian

Uji Turnitin

Seminar Proposal

Proses Penelitian

Waktu Penelitian Bulan Mei Mengajukan Surat Rekomendasi


Sampai Juni 2021 Penelitian Dari Pihak Kampus
Stikes WN Palu Ke Puskesmas
Nosarara

Pelaksanaan Penelitian

Populasi, Seluruh Lansia Penderita Hipertensi Dengan


Umur 60 Tahun Ke Atas Sebanyak 407 Orang

Sampel, Sebagian Lansia Penderita Hipertensi Sesuai Dengan


Kriteria Insklusi, Sebanyak 10 Orang Menggunakan Teori Dan
Teknik Pengambilan Sampel Adalah Purpusive sampling

Sampel, sebagian lansia hipertensi sesuai dengan kriteria


inklusi,sebanyak 10 orang menggunakan teori dan tehnik
pengambilan sampel adalah purposive sampling

Pemberian Terapi Back Massage

Pengolahan data

Analisa data univariat Analisa data bivariat

Interprestasi hasil Tekanan Darah sebelum dan


sesudah dilakukan Back Massage
34

Pembahasan

Penyajian data

Kesimpulan dan saran

Uji Turnitin

Ujian Skripsi

3.2 Skema Bagan Alur Penelitian


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Nosarara terletak di kelurahan
pengawu tepatnya di Jl. Malontara Pengawu kecamatan Tatanga Kota Palu
Sulawesi Tengah dengan kode pos 94222. Puskesmas nosarara berada di
koordinat Garis Lintang : -09230992 dan garis bujur: 119,8467206 dengan
luas tanah 1500 m² dan memiliki bangunan baru dan didalamnya memiliki
gedung bersalin, gedung rawat inap dan poli. Puskesmas Nosarara dipimpin
oleh oleh kepala Puskesmas Nosarara yang bernama Rita Amu S.KM, dan
memiliki tenaga kesehatan 50 orang pegawai. Puskesmas Nosarara juga
memiliki posyandu di beberapa kelurahan, yaitu kelurahan Palupi, Tavanjuka,
dan Pengawu. Puskesmas Nosarara palu memberikan pelayanan pada
posyandu di setiap kelurahan terutama memberikan pelayanan pada posyandu
lansia setiap bulannya. (Sumber : Data Primer 2021)
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Karakteristik responden dalam penelitian ini dikategorikan
bersadarkan usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Berdarkan hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 10 responden di puskesmas
Nosarara maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia di Puskesmas
Nosarara
Karakteristik Frekuensi Persentase
No
Usia (f) (%)
1. 60-64 Tahun 5 50.0
2. 65-69 Tahun 4 40.0
3. 70-74 Tahun 1 10.0
Total 10 100.0
Sumber: Data Primer (2021)

35
36

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden


yang berumur 60-64 Tahun sebanyak 5 responden (50%), umur 65-69
Tahun sebanyak 4 responden (40%), umur 70-74 sebanyak 1
responden (10%).
b. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Perempuan 7 70.0
2. Laki-Laki 3 30.0
Tota
10 100.0
l
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa responden
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 7 responden (70%)
dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 3 responden (10%).
c. Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Irt 4 40.0
2 Petani 2 20.0
3 Pensiunan 2 20.0
4 Buruh 2 20.0
Total 10 100.0
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa pekerjaan
responden Irt sebanyak 4 responden (40%), petani sebanyak 2
responden (20%), pensiunan sebanyak 2 responden (20%), dan buruh
sebanyak 2 responden (20%).
37

2. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap
variabel penelitian dengan mendeskripsikan hasil penelitian dalam
bentuk distribusi frekuensi. Hasil analisis univariat dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Distribusi frekuensi tekanan darah responden sebelum diberikan
back massage
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tekanan darah responden
sebelum diberikan Back Massage
No Tekanan Darah Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Normal 0 0
2 Normal Tinggi 0 0
3 Hipertensi Derajat 1 3 30.0
4 Hipertensi Derajat 2 7 70.0
Total 10 100.0
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah
responden dengan tekanan darah derajat 1 sebanyak 3 responden
(30%) dan responden dengan tekanan darah derajat 2 sebanyak 7
responden (70%).
b. Distribusi frekuensi tekanan darah responden sesudah diberikan
Back Massage
Tabel 4.5 frekuensi tekanan darah responden sesudah
diberikan Back Massage
No Tekanan Darah Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Normal 0 0
2 Normal Tinggi 1 10.0
3 Hipertensi Derajat 1 6 60.0
4 Hipertensi Derajat 2 3 30.0
Total 10 100.0
Sumber : Data Primer (2021)
38

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden


mengalami penurunan tekanan darah sesudah diberikan Back
Massage. Responden dengan tekanan darah normal tinggi
sebanyak 1 responden (10%), responden dengan hipertensi derajat
1 sebanyak 6 responden (60%), sedangkan responden yang
mengalami hipertensi derajat 2 sebanyak 3 responden (30%).
3. Analisis Bivariat
Analisi bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
antara variabel dependen dengan variabel independen. Dimana untuk
mengetahui pengaruh pemberian back massage terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Pusekesmas Nosarara.
Uji statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Paired
Sample t-Test dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6 Pengaruh Back Masaage terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi Di Puskesmas Norarara
Tekanan
Mean SD SE N P Value
Darah
Sebelum 148.00 10.328 3.266
10 0,000
Sesudah 159.00 9.944 3.145
Sumber : Data Primer (2021)
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil test statistik uji paired
sample t-test (uji-t berpasangan) tingkat stres rata-rata sebelum
dilakukan pemberian back massage adalah 148.00 dan standar deviasi
berjumlah 10.328. Sedangkan hasil tingkat stres rata-rata setelah
dilakukan pemberian back massage adalah 159.00 dengan standar
deviasi berjumlah 9.944. Terlihat nilai dari perbedaan antara sebelum
dan sesudah dilakukan pemberian back massage adalah -11.000 dengan
standar deviasi 3.162. Hasil uji statistik didapatkan nilai p Value yaitu
0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sebelum dan
sesudah dilakukan pemberian back massage terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di Pusekesmas Nosarara.
39

C. Pembahasan
1. Tekanan darah sebelum diberikan Back Massage pada lansia di Puskesmas
Nosarara.
Berdasarkan data hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.4
dengan jumlah responden 10 orang sebelum diberikan Back Massage
didapatkan 100% lansia yang mengalami tekanan darah yang sangat tinggi
atau melebihi batas normal. Penelitian ini menggunakan desain rancangan
pre ekperimental, one group pretest-postest, dimana sebelum diberikan
perlakuan peneliti terlebih dahulu melakukan pre test untuk mengetahui
tekanan darah responden, setelah itu diberikan perkauan Back Massage,
setelah diberikan Back Massage dilakukan post test untuk mengukur
kembali tekanan darah responden21.
Menurut asumsi peneliti sebelum dilakukan back massage terlebih
dahulu mengukur tekanan darah responden dengan menggunakan tensi
meter dan lembar observasi tekanan darah dan dinilai berdasarkan
klasifikasi tekanan darah menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2016)24. Dan didapatkan hasil bahwa tekanan darah sebelum
diberikan back massage dengan kategori hipertensi derajat 1 adalah
sebanyak 3 responden (30%) dan kategori hipertensi derajat 2 sebanyak 7
responden (70%). Peneliti berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya hipertensi pada penelitian ini, pertama dapat disebabkan karena
usia. Seiring bertambahnya usia seseorang, akan terjadi penurunan
kemampuan organ-organ tubuh termasuk sistem kardiovaskuler, dalam hal
ini jantung dan pembuluh darah menjadi sempit dan terjadi kekakuan pada
dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.
Faktor yang kedua yaitu jenis kelamin, dimana jenis kelamin perempuan
lebih cenderung terkena hipertensi di bandingkan pada laki-laki, karena
perempuan mengalami menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada perempuan sehingga
tekanan darah lebih banyak ditemukan pada wanita. Selain itu faktor pola
makan adalah suatu cara atau perilaku seseorang dalam memilih bahan
makanan untuk di konsumsi setiap hari, yaitu meliputi jenis makanan,
40

status nutrisi dengan maksud mempertahankan kesehatan, dan membantu


kesembuhan penyakit. Terlihat dari hasil penelitian bahwa cukup banyak
lansia yang mempunyai pola makan yang kurang baik. Dimana pada usia
lansia pola makan ini sangat perlu diperhatikan karena kebutuhan lansia
sangat berbeda dengan kebutuan usia muda karena aktifitas fisik yang
sudah mulai berkurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Lusiane Adam (2019) dengan judul “Determinan Hipertensi Pada Lanjut
Usia” didapatkan hasil bahwa semakin meningkat umur seseorang maka
resiko terkena hipertensi sangatlah besar. Hal ini terjadi karena pada usia
lansia akan mengalami penurunan fungsi fisiologi akibat proses penuaan
dimana arteri besar kehilangan kelenturan menjadi kaku sehingga darah
yang dipaksa untuk melalui pembuluh darah sempit atau pada arteri
tersebut sudah mengalami arteriosklerosis yang sudah terjadi
penumpukkan plak, sehingga jantung dipaksakan untuk memopa/bekerja
keras untuk menyebarkan darah keseluruh tubuh sehingga tekanan darah
menjadi naik25.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Riamah (2019) dengan judul “Kolerasi Umur Dan Jenis Kelamin Dengan
Penyakit Hipertensi” didapatkan hasil bahwa pria juga sering mengalami
tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan, sedangkan pada
wanita sering mengalami hipertensi setelah menapouse. Setelah 55 tahun,
wanita memang mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya yaitu perbedaan antara dua
hormon kedua jenis kelamin. Produksi hormon estrogen menurun saat
menapose, sehingga wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menapouse oleh hormon estrogen yang berperan meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL)26.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Roza
Agustin (2019) dengan judul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia” didapatkan hasil bahwa pola makan sangat
mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia. Dimana pola makan yang
41

kurang baik akan menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran darah


sehingga dapat meningkatkan volume tekanan darah. Pola makan
merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah pada lansia,
pada umumnya orang menyukai jenis makanan masakan balado, rendang,
santan, jeroan, dan berbagai macam olahan daging yang memicu kolestrol
tinggi, serta makanan cepat saji yang mengandung lemak dan garam
dengan kadar yang tinggi. Mereka yang senang makan makanan asin,
berlemak dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi, karena memiliki
kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air
(retensi) sehingga jumlah volume darah meningkat yang mengakibatkan
jantung memompa darah lebih keras dan tekanan menjadi naik. Agustin
(2019) juga menyatakan bahwa pola makan yang biasanya menyebabkan
hipertensi yaitu : kolestrol yang terlalu tinggi dalam darah dapat
mempersempit arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah dan juga
meningkatkan resiko arterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan
tekanan darah, saat kadar kolestrol (Law Density Lipoprotein) meningkat
maka akan terjadi perubahan bentuk plak yang mengakibatkan
penyempitan arteri ini, sehingga mengakibatkan aliran darah menjadi
lambat dan memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompakan
darah yang berujung pada hipertensi27.
2. Tekanan Darah Setelah Diberikan Back Massage Pada Lansia Di
Puskesmas Nosarara.
Berdasarkan data hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4.5
dengan jumlah responden 10 orang didapatkan 10% kategori normal
tinggi 60% kategori hipertensi derajat 1, dan 30% kategori hipertensi
derajar 2.
Menurut asumsi peneliti, penurunan tekanan darah tersebut
disebabkan oleh pemberian back massage. Back massage dapat
menurunkan tekanan darah dimana dengan memberikan stimulasi pada
kulit dan jaringan di bawahnya dengan beberapa teknik gerakan
diantaranya : Efflurage (menggosok), firction (menggerus), petrisage
(memijat), shaking (menggetarkan atau menggoncangkan). Teknik-teknik
42

tersebut dilakukan di daerah punggung untuk memberikan stimulus


kutaneus atau stimulasi kulit dan jaringan dibawahnya yang dilakukan
untuk mengurangi nyeri, ketegangan otot, memberikan relaksasi dan
meningkatkan sirkulasi.
Hal ini sesuai dengan teori Setiono dan Nur (2010) menyatakan
bahwa teknik dalam massage memiliki fungsi masing-masing. Teknik
efflurage adalah gerakan menggusap atau menggosok menggunakan
seluruh telapak tangan dan jari-jari dengan tekanan dan gerakan sirkular
secara berulang untuk menggosok bagian tubuh yang lebar dan tebal
seperti punggung yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah
pada area yang dipijat. Selanjutnya petrisage merupakan gerakan
meremas atau memijat yang berfungsi untuk memberikan relaksasi pada
area otot juga merangsang sistem saraf. Selanjutnya friction (menggerus)
dilakukan dengan menggunakan ujung jari dengan cara menggerus
melingkar secara spiral pada bagian otot tertentu. Dengan tujuan
menghancurkan myloglosis, yaitu timbunan dari sisa pembakaran energi
yang terdapat pada otot atau yang menyebabkan otot mengeras. Dan
shaking (menggetarkan atau menggoncangkan) dilakukan dengan kedua
telapak tangan, tujuan nya adalah memberikan ketenangan pada saraf
yang sedang mengalami ketegangan28.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwinta Nule
(2018) dengan judul “Efektifitas Slow Stroke Back Massage Terhadap
Penurunan Tekanan Darah” menyatakan bahwa back massage dapat
memberikan efek relaksasi pada pembuluh darah sehingga pembuluh
darah akan mengalami vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah
menjadi lebih baik yang dapat menurunkan tekanan darah29.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Meisena Fatimah
(2020) dengan judul “Pengaruh Slow Struk Back Massage Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia” menyatakan bahwa stimulasi kutaneus ini
adalah tindakan massage pada punggung atau bahu dengan usapan
perlahan yang akan menurunkan tekanan darah. Back massage ini
dilakukan 3-10 menit dengan beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh
43

stimulus kutaneus back massage yaitu memperbaiki peredaran darah dan


terjadi vasodilatasi pembuluh darah dalam jaringan. Keadaan ini
berdampak pada penyaluran zat asam dan bahan ke sel-sel diperbesar dan
pembuangan dari zat-zat yang tidak terpakai diperbaiki. Maka akan
timbul proses penukaran zat yang lebih baik, mengurangi ketegangan
pada otot-otot, meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis, penurunan
secara bermakna pada intensitas nyeri, kecemasan, hipertensi, denyut
jantung dan pelepasan enorphin30.
3. Pengaruh Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Nosarara
Setelah dilakukan uji paired sample t-test maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan nilai yang signifikan terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan
back massage diperoleh nilai p=0,000 atau p<0,05. Nilai p value lebih
kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan secara statistik bahwa ada pengaruh
back massage terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di Puskesmas Nosarara.
Menurut asumsi peneliti bahwa tindakan pemberian back massage
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
disebabkan oleh teknik gerakan back massage yang dilakukan didaerah
punggung dan jaringan dibawahnya sebanyak 3 kali dalam seminggu dan
dilakukan secara berturut-turut. Dimana back massage dan metode/teknik
gerakan dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah dengan
menstimulasi saraf-saraf dipermukaan kulit yang kemudian akan dialirkan
ke otak bagian hipotalamus sehingga penderita dapat mempersepsikan
sentuhan tersebut sebagai efek relaksasi dan memicu pelepasan hormon
endorphin dan peredaran darah akan menjadi lancar. Lancarnya peredarah
darah memungkinkan darah menghantarkan lebih banyak oksigen dan
nutrisi ke sel-sel tubuh sehingga akan mengalami penurunan tekanan
darah.
Hal ini menunjukkan bahwa secara teori Potter & Perry dalam
Hidayah (2018), back massage signifikan dalam menurunkan tekanan
44

darah. Back massage merupakan salah satu jenis terapi relaksasi dengan
menggunakan metode massage atau pijat area punggung. Back massage
disebut juga dengan stimulasi kutaneus, hal ini disebabkan karena
massage ini dilakukan dikulit dan jaringan dibawahnya yang dapat
menurunkan persepsi nyeri berkurang dan mengurangi ketegangan otot.
Massage ini mampu merangsang hormon edhorphin yang memberikan
efek tenang dan rileks pada klien sehingga tekanan darah menurun30.
Menurut teori Pearce (2017) menyatakan bahwa punggung
merupakan tempat sumsum tulang belakang berada, dimana sumsum
tulang belakang merupakan bagian dari sistem saraf pusat. Fungsi dari
sistem saraf pusat adalah sebagai pengendali utama tubuh. Sehingga jika
diberikan msaage pada punggung dapat memberikan relaksasi pada otot
dan sumsum tulang belakang. Sehingga sumsum tulang belakang akan
menyampaikan impuls ke otak, dan otak akan menyampaikan informasi
keseluruh tubuh sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan
nyeri berkurang31.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah
ratnawati (2018) dengan judul “Efektifitas Back Massage Terhadap
Tekanan Darah Pada Lansia” menyatakan bahwa back massage dapat
membuat vasodilatasi pembuluh darah yang dapat mempengaruhi
aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis. Pada
mekanisme ini melepaskan hormon endorphin, vasodilatasi sistemik dan
penurunan kontraktilitas jantung yang terjadi akibat peningkatan aktivitas
saraf parasimpatis yang mengeluarkan neurotransmitter asetikolin yang
dapat menghambat depolarisasi SA node dan AV node yang berakibat
pada penurunan aktivitas saraf simpatis sehingga menimbulkan dampak
penurunan kecepatan denyut jantung, curah jantung dan volume sekuncup
sehingga terjadi penurunan tekanan darah29.
Hal ini sejalan dengan pendapat Akoso 2009, menyebutkan bahwa
terapi massage dan teknik massage dapat merangsang otot,
menghilangkan toksin, merileksasikan persendian, meningkatkan aliran
oksigen, menghilangkan ketegangan otot sehingga berdampak pada
45

penurunan tekanan darah. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa


responden yang mengalami penurunan tekanan darah dan menyatakan
bahwa mereka merasa nyaman setelah diberikan perlakuan dan sebagian
ada yang tertidur9.
Hasil penelitian ini dibuktikan dengan uji paired sample t-test
dengan hasil didapatkan p value 0,000 (p<0.05), sehingga H0 ditolak
yang berarti ada penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di Puskesmas Nosarara setelah dilakukan back massage.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Nosarara
mengenai pengaruh pemberian Back Massage terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi, maka dapat disimbulkan bahwa :
1. Tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Nosarara
sebelum diberikan back massage dengan presentase 30% mengalami
hipertensi derajat 1, 70% mengalami hipertensi derajat 2.
2. Tekanan darah lansia penderita hipertensi di Puskesmas Nosarara
sesudah diberikan back massage mengalami penurunan dengan 10%
normal tinggi, 60% hipertensi derajat 1, dan 30% hipertensi derajat 2.
3. Ada pengaruh pemberian back massage terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia hipertensi di Puseksmas Nosarara.
4. Dalam penurunan tekanan darah dapat juga memberikan obat
farmakologi yang diresepkan oleh dokter.
B. Saran
1. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian Back Massage ini dapat digunakan dalam
mengatasi tekanan darah. Oleh kerena itu, back massage ini dapat
dijadikan intervensi dalam menurunkan tekanan darah pada lansia.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan (Pendidikan)
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan baca dan dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang Back Massage dalam menurunkan
tekanan darah.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian
yang telah dilakukan dan melakukan penelitian tentang terapi non
farmakologi lainnya yang dapat menurunkan tekanan darah pada lansia.

46
47

DAFTAR PUSTAKA

1. Badjo, S. et al. E-Jurnal Sariputra, Februari 2020, Volume 7. (1). 7, 24–29


(2020).
2. Arum, Y. T. G. Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun).
HIGEIA (Journal Public Heal. Res. Dev. 3, 345–356 (2019).
3. Linda, L. the Risk Factors of Hypertension Disease. J. Kesehat. Prima 11,
150 (2018).
4. Kowalski, R. Terapi Hipertensi. (PT. Mizan Pustaka., 2010).
5. Saputro, F. Pengaruh Pemberian Massage Punggung Terhadap Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi. (STIKES Telogorejo Semarang, 2013).
6. Muttaqin, A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskuler dan Hematologi. (Salemba Medika, 2009).
7. Padila. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. (Nuha Media, 2013).
8. Wulansari, N. K. H., Endriyani, L. & Santoso, N. K. Pengaruh Pemberian
Back Massage Terhadap Penurunan Tekanan darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Bpstw Unit Budhi Luhur Yogyakarta 2016. (2016).
9. Alma, U. & Yogyakarta, A. T. A. PENGARUH PEMBERIAN BACK
MASSAGE TERHADAP PENURUNAN YOGYAKARTA UNIT BUDHI
LUHUR Di Susun Guna Memenuhi Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan di Program Studi Profesi Ners , Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan , Universitas Alma Ata Yogyakarta Oleh : Nor. (2016).
10. Ekasari, M. fatma, Riasmini, D. N. M. & Hartini, T. Meningkatkan
Kualitas Hidup Lansia Konsep Dan Berbagai Strategi Intervensi. (Wineka
Media, 2018).
11. Dewi, N. R. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun. (Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun, 2018).
12. Zaenurrohmah, D. H. & Rachmayanti, R. D. Hubungan Pengetahuan dan
Riwayat Hipertensi dengan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah pada
Lansia. Fkm_Unair 39, 833–843 (2017).
13. American, A. H. High Blood Pressure Clinical Practice Guil. (2017).
48

14. Riskesdas. Hipertensi Paling Banyak di Idap Masyarakat.


https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html (2018).
15. Kumala, O. D., Kusprayogi, Y. & Nashori, F. Efektivitas Pelatihan Dzikir
dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa pada Lansia Penderita Hipertensi.
Psympathic J. Ilm. Psikol. 4, 55–66 (2017).
16. Ansar J, Dwinata I, M. A. Determinan Kejadian Hipertensi Pada
Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota
Makassar. J. Nas. Ilmu Kesehat. 1, 28–35 (2019).
17. AHA & American, A. H. Hypertension : The Silent killer.
hhttps://doi.org/0178-0000-15-104-H01-P (2017).
18. Ardiansyah, M. Medikal Bedah. (DIVA Press, 2012).
19. Potter & Perry. Fundamental Of Nursing. (22 March 2012, 2012).
20. Yolanda dwi kusuma anggraini. Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien Hipertensi Dengan Terapi Slow Stroke Back Massage Dan Kompres
hangat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD AJI MUHAMMAD
PARIKESIT TENGGARONG TAHUN 2016. (SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MUHAMMADIYAH SAMARINDA, 2016).
21. Notoamojo. Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi. Rineka Cipta;
2018).
22. Nursalam. Proses dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmi
Keperawatan. (Salemba Medika).
23. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitif,
dan R & D. (Alfabeta; 2016 Jun, 2016).
24. Kementrian Kesehatan RI. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kesehatan
Hipertensi. 1–6 (2014).
25. Adam, L. Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jambura Heal. Sport J.
1, 82–89 (2019).
26. Aristoteles. Korelasi umur dan jenis kelamin dengan penyakit hipertensi di
emergency center unit Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2017.
Indones. J. Perawat 3, 9–16 (2018).
27. Agustin, R. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
49

Lansia Di Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2019. Stikes Perintis Sumbar 1,


41–57 (2019).
28. Purnomo, A. M. I. Manfaat Swedish Massage Untuk Pemulihan Kelelahan
Pada Atlet. Efektor 3, 1–11 (2016).
29. Kusumoningtyas, D. N. & Ratnawati, D. Efektifitas Terapi Slow Stroke
Back Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di RW 001 Kelurahan
Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. JIKO (Jurnal Ilm.
Keperawatan Orthop. 2, 39–57 (2018).
30. Fatimah, M. & Punjastuti, B. Pengaruh Slow Stroke Back Massage
Terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi: Literatur Review.
J. Kesehat. Madani Med. 11, 167–175 (2020).
31. Putri, R. M., Lutfi, A. & Alini. Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap
Penurunan Nyeri Rheumatoid Atrhiritis Pada Lansia. J. Prodi Keperawatan
Profesi Ners FIK UP 2020 volume 4, halaman 40-46 (2020).

Anda mungkin juga menyukai