Anda di halaman 1dari 106

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn ”B” YANG MENGALAMI


POST OP HEMOROID DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT DI RUANG MERAK RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR

OLEH :

AINUN JARIAH INDAH SARI


NIM :1408004

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2017
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn ”B” YANG MENGALAMI


POST OP HEMOROID DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT DI RUANG MERAK RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

OLEH:
AINUN JARIAH INDAH SARI
NIM :1408004

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2017

i
SURAT PERNYATAAN PENELITI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : AINUN JARIAH INDAH SARI

NIM : 1408004

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn ”B” yang mengalami Post

Op Hemoroid dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di

Ruang Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah sebagaimana

disebutkan dengan judul di atas adalah benar merupakan karya saya sendiri dan

belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar Akademik.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Makassar, 10 Juli 2017

Peneliti,

ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : AINUN JARIAH INDAH SARI
Tempat/ Tanggal Lahir : Ujung Pandang/ 10 Oktober 1996
Suku/ Bangsa : Makassar/ Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Lengkap : BTN. Pao-Pao Permai Blok B 13 No 4

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pada Tahun 2002-2008 SD Inpres Minasa Upa Makassar
2. Pada Tahun 2008-2011 SMP Negeri 21 Makassar
3. Pada Tahun 2011-2014 SMK Negeri 1 Somba Opu
4. Pada Tahun 2014-2017 AKPER Mappa Oudang Makassar

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan

karunia-Nya serta tak lupa salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabiyullah

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya.

Tidak lupa pula Peneliti mensyukuri segala Rahmat dan Karunia yang

telah dilimpahkan sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn ”B” YANG

MENGALAMI POST OP HEMOROID DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUANG MERAK RUMAH SAKIT

BHAYANGKARA MAKASSAR”

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar,

tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini

dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah Peneliti untuk

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Bapak KOMBES. Pol. Dr. Farid Amansyah Sp.PD., selaku kepala Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar, sekaligus sebagai Ketua Yayasan Brata Utama

Bhayangkara Makassar,

2. Bapak Dardin, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Direktur AKPER Mappa Oudang

Makassar

3. Ns. H. Hataul Madja S.ST S.Kep., M.Kes., selaku pembimbing I dan penguji

yang begitu banyak memberikan ilmu kepada Peneliti, sekaligus sebagai

Dosen Keperawatan,

vi
4. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

yang telah memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada Peneliti yang

penuh

kesabaran, keikhlasan dan menyalurkan ilmu pengetahuan.

5. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga secara khusus disampaikan kepada

Ayahanda Drs.Muh Yusuf dan Dra. Anidah A tercinta yang dengan penuh

cinta dan kasih sayangnya selama ini dengan ikhlas mengasuh, mendidik,

serta doa yang tulus di setiap sujudnya agar Peneliti menjadi orang yang

dapat membanggakan untuk mereka.

6. Sahabat-sahabat Peneliti angkatan Angkatan-VIII, khusunya tingkat III C

serta tingkat I dan II, yang selama 3 tahun ini telah menemani Peneliti baik

suka maupun duka Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan

maupun saran-saran dari pihak yang bersifat membangun Peneliti akan

menerima dengan senang hati.

Makassar, 10 Juli 2017

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM i
SURAT PERNYATAAN PENELITI ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
ABSTRAK xi
BAB I PENDAHULUAN 01
A. Latar Belakang 01
B. Rumusan Masalah 02
C. Tujuan 03
1. Tujuan Umum 03
2. Tujuan Khusus 03
D. Manfaat 04
1. Teoritis 04
2. Praktis 04
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 06
A. Tinjauan Tentang Nyeri Akut 06
1. Defenisi 06
2. Batasan Karakteristik 06
3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan 07
4. Hasil 07
5. Tujuan dan krireria evaluasi 08
6. Intervensi NIC 08
B. Tinjauan Tentang Hemroid 10
1. Konsep Dasar Medis 10
a. Defenisi 10
b. Anatomi Dan Fisiologi 11
c. Etiologi 13
d. Klasifikasi 14
e. Manifestasi Klinik 14
f. Patofisiologi 15
g. Pemeriksaan Penunjang 16
h. Penatalaksanaan 16
i. Komplikasi 18
2. Konsep Dasar Keperawatan 18
a. Pengkajian 18
b. Penyimpangan KDM 20
c. Diagnosa Keperawatan 21
d. Intervensi Keperawatan 21
e. Implementasi 33
f. Evaluasi 33
BAB III METODE PENELITIAN 34
A. Pendekatan Penelitian 34
viii
B. Subjek Penelitian 34
C. Fokus Studi 34
D. Defenisi Operasional Fokus Studi 35
E. Instrumen Penelitian 35
F. Metode Penelitian Data 35
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian 39
H. Analisa Data Dan Penyajian Data 39
I. Etika Penelitian 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42
A. Hasil 42
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data 42
2. Karakteristik Partisipan 42
3. Data Asuhan Keperawatan 44
a. Pengkajian 44
b. Diagnosa Keperawatan 55
c. Perencanaan/ Intervensi Keperawatan 56
d. Pelaksanaan/ Implementasi Keperawatan 57
e. Evaluasi Keperawatan 60
B. Pembahasan 64
1. Pengkajian 64
2. Diagnosis Keperawatan 65
3. Perencanaan 66
4. Tindakan 67
5. Evaluasi 68
BAB V PENUTUP 69
A. Kesimpulan 69
B. Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN

ix
ABSTRAK

AINUN JARIAH INDAH SARI, Asuhan Keperawatan pada Klien Tn ”B” yang
mengalami Post Op Hemoroid dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang
Merak (Dibimbing oleh Hataul Madja)

Hemoroid merupakan suatu penyakit dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Hal ini
terjadi karena gejala-gejala klinis pada penderita hemoroid yang sangat khas yaitu
perdarahan pada waktu defekasi yang merupakan gejala utama prolapsus suatu massa
pada waktu defekasi, pengeluaran lendir, hygiene yang sulit dijaga dan rasa sakit. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dengan
masalah keperawatan nyeri pada pasien post OP Hemoroid di Ruang Merak R.S.
Bhayangkara Makassar. Desain penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan pada 1
pasien yaitu Tn ”B” yang di diagnosa menderita penyakit Hemoroid dengan masalah
nyeri akut. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengkajian
keperawatan medical bedah, dengan melakukan observasi. Hasil yang didapatkan setelah
dilakukan Implementasi Keperawatan yaitu mampu menurunkan skala nyeri dari skala
nyeri 5 (sedang) menjadi skala nyeri 3 (ringan) dalam 3 hari diterapkan. Simpulan
laporan akhir profesi ini penerapan teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan selama
15 menit pada penderita hemoroid memberikan dampak penurunan skala nyeri dari skala
5 dengan intensitas nyeri sedang menurun menjadi skala 2 dengan intensitas nyeri ringan.
Disarankan pada klien dapat tetap menerapkan teknik relaksasi nafas dalam setiap nyeri
timbul.

Kata Kunci : Post Op Hemoroid, Nyeri Akut,


Referensi: 2014 - 2017

x
ABSTRACT

AINUN JARIAH INDAH SARI, Nursing Care for Clients experiencing Post Op
Hemorrhoids with Nursing Problems with Acute Pain (Supervised by Hataul
Madja)

Hemorrhoids are a disease that can interfere with daily activities. This happens
because the clinical symptoms in hemorrhoids are very typical, namely bleeding during
defecation which is the main symptom of prolapse in a mass during defecation, mucus
removal, hygiene that is difficult to maintain and pain. The purpose of this study was to
determine the gap between theory and practice with the problem of nursing pain in post
OP hemorrhoid patients in O.K Room. R.S. Bhayangkara Makassar. The design of this
study was a case study conducted on 1 patient, Mr.B who was diagnosed with
hemorrhoids with acute pain problems. Data collection was performed using medical
surgical nursing assessment sheets, by conducting interviews, observations and physical
examinations. The results obtained after the implementation of Nursing is able to reduce
the pain scale from the pain scale 5 (moderate) to the pain scale 3 (mild) in 3 days
applied. The conclusions of the final report of this profession the application of deep
breathing relaxation techniques performed for 15 minutes on hemorrhoid sufferers gives
the impact of decreasing the pain scale from scale 5 with moderate pain intensity
decreasing to scale 2 with mild pain intensity. It is recommended that clients can continue
to apply breathing relaxation techniques in each pain arising
.

Keywords: Nursing Care, Acute Pain, Post Op Hemorrhoids

Reference: 2014 – 2017

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemoroid adalah pembengkakan dan peradangan pembuluh vena pada

anus. Hemoroid adalah penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang

sangat umum terjadi di masyarakat dan sudah ada sejak jaman dahulu.

Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring bertambahnya usia

seseorang, di mana insidennya lebih tinggi pada seseorang yang berusia 20-50

tahun. Pada usia di atas 50 tahun ditemukan 50% populasi mengalami

hemoroid (Adeodatus, 2017).

Menurut WHO ( World Health Organization), jumlah hemoroid di dunia

pada tahun 2017 mencapai 230 juta jiwa dan meningkat menjadi 350 juta jiwa

pada tahun 2019. Berdasarkan data dari The of Health Statistics di Amerika

Serikat, prevalensi hemoroid sekitar 20,69% (Setiyaningsih, 2019).

Di Indonesia sendiri untuk penelitian pravelensi dalam skala nasional

juga belum diketahui pasti. Belum banyak data mengenai pravelensi hemoroid

di Indonesia. Menurut data Kemenkes tahun 2015 pravelensi hemoroid di

Indonesia setidaknya 5,7% dari total populasi atau sekitar 10 juta orang,

namun lainnya 1,5% saja yang terdiagnosa. Jika data Riskesdas (Riset

Kesehatan Dasar) 2015 menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia

mengalami hemoroid (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan pada tahun 2017 kasus Haemoroid terjadi di Provinsi

Sulawesi Selatan mencapai 5.334 kasus. Sebagian besar penderita Haemoroid

1
2

Terjadi pada usia dewasa dan kemungkinan besar terjadi setelah usia 25 tahun.

Penderita Haemoroid di usia 25-35 tahun pada tahun 2017 sebanyak 1.272

kasus (23,84%) , dan pada usia 40-65 tahun sebanyak 1.428 kasus (26,77%).

Pada tahun 2017 , penderita Hemoroid mencapai 5,885 kasus, di usia 25-35

tahun sebanyak 5.334 kasus (29,87%) dan pada usia 40-65 tahun sebanyak

1910 kasus (32,45%) dan diperkirakan akan terus meningkat hingga pada

tahun 2020. ( Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan,2018).

Di Kota Makassar sendiri, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota

Makassar pada Tahun 2018 pada penyakit Hemoroid mencapai 972 kasus, dan

pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 1.630 kasus (Dinas

Kesehatan Kota Makassar, 2019).

Menurut catatan rekam medik di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

klien yang mengalami hemoroid sebanyak 73 klien (0,37 %) dari 19.257 jiwa,

yang dirawat inap pada tahun 2018 dan dari 23.402 jiwa, yang dirawat inap

pada tahun 2019 penderita Hemoroid sebanyak 110 klien (0,47%). Data di

atas menunjukkan tingginya angka penderita penyakit Hemoroid disebabkan

karena konsumsi makanan yang rendah serat (Rekam medik RS.Bhayangkara,

2019).

Berdasarkan kasus di atas maka penulis mengambil judul “Asuhan

Keperawatan Pada Tn”B” Yang Mengalami Post Op Hemoroid Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Merak Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar”
3

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Tn ”B” Yang Mengalami Post Op

Hemoroid Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Merak Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek Asuhan

Keperawatan Pada Tn ”B” Yang Mengalami Post Op Hemoroid Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Merak Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam

melaksanakan pengkajian keperawatan pada Tn ”B” yang mengalami

Post Op Hemoroid dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Ruang

Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

b. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam

menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn ”B” yang mengalami Post

Op Hemoroid dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Ruang

Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

c. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam

menetapkan rencana keperawatan pada Tn ”B” yang mengalami Post

Op Hemoroid dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Ruang

Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.


4

d. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam

mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada Tn ”B” yang

mengalami Post Op Hemoroid dengan masalah keperawatan Nyeri

Akut di Ruang Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

e. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam

melaksanakan evaluasi Keperawatan pada Tn ”B” yang mengalami

Post Op Hemoroid dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Ruang

Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

f. Untuk mengetahui pendokumentasian Asuhan Keperawatan pada Tn

”B” yang mengalami Post Op Hemoroid dengan masalah keperawatan

Nyeri Akut di Ruang Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Meningkatkan pengembangan Ilmu Keperawatan dan pengetahuan

bagi pembaca agar dapat menambah wawasan dan dapat melakukan

pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena

Hemoroid.

2. Praktisi

a. Perawat

Dapat menjadi masukan bagi Perawat dalam meningkatkan kualitas

Asuhan Keperawatan pada Tn ”B” yang mengalami Post Op Hemoroid

dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Ruang Merak Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar.

b. Rumah Sakit
5

Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit sebagai acuan Asuhan

Keperawatan pada Tn ”B” yang mengalami Post Op Hemoroid dengan

masalah keperawatan Nyeri Akut di Ruang Merak Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

c. Institusi Pendidikan

1) Sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan

program Diploma III Keperawatan pada masa yang akan datang.

2) Sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

3) Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program

Diploma III Keperawatan di Akper Mappa Oudang Makassar

program khusus Diploma III.

d. Klien dan Peneliti

1. Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang pencegahan, cara

perawatan dan pengobatan pada klien Hemoroid.

2. Sebagai pembelajaran untuk penulis dalam mengembangkan

kemampuan diri penulis dalam menerapkan Asuhan Keperawatan

pada Tn ”B” yang mengalami Post Op Hemoroid dengan masalah

keperawatan Nyeri Akut di Ruang Merak Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

3. Sebagai salah satu persyaratan dalam meneyelesaikan program

Diploma III Keperawatan di Akper Mappa Oudang Makassar

program khusus Diploma III.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Tentang Nyeri Akut

1) Defenisi

Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2016)

Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang

digambarkan dengan kerusakan jaringan (Samuel, 2018)

2) Batasan karakteristik

Batasan Karakteristik Nyeri Menurut Amin & Hardhi (2015)

terbagi menjadi 2 yaitu:

a) Subjektif :

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan

isyarat

b) Objektif :

1) Posisi untuk menghindari nyeri

2) Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak

bertenaga sampai kaku)

3) Respon autonomik (misalnya, diaphoresis, perubahan tekanan

darah, pernapasan, atau nadi, dilatasi pupil)

6
7

4) Perubahan selera makan

5) Perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang

dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang)

6) Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis,

kewaspadaan berlebihan, peka terhadap ransangan, dan

menghela napas panjang)

7) Wajah topeng (nyeri)

8) Perilaku menjaga atau sikap melindungi

9) Focus menyempit (misalnya, gangguan persepsi waktu,

gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain atau

lingkungan menurun)

10) Bukti nyeri yang dapat diamati

11) Berfokus pada diri sendiri

12) Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau

tidak menentu, dan menyeringai)

3) Faktor yang berhubungan

Faktor yang berhubungan dengan nyeri Akut Menurut Amin &

Hardhi (2015) adalah agens-agens penyebab cedera (misalnya,

biologis, kimia, fisik, dan psikologis).

4) Hasil Nursing Outcome Classification (NOC)

Nursing Outcome Classication nyeri Menurut Wilkinson &

Ahern (2014) adalah sebagai berikut:

a) Tingkat Kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan

fisik dan psikologis


8

b) Pengendalian Nyeri: tindakan individu untuk mengendalikan nyeri

c) Tingkat Nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan

5) Tujuan dan kriteria Evaluasi

Tujuan dan Kriteria Evaluasi adalah Menurut Wilkinson &

Ahern (2015) sebagai berikut :

contoh menggunakan bahasa Nursing Outcome Classification (NOC).

a) Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh

indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, kadang-

kadang, sering, atau selalu):

1) Mengenali awitan nyeri

2) Menggunakan tindakan pencegahan

3) Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

b) Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai

berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak

ada):

1) Ekspresi nyeri pada wajah

2) Gelisah atau ketegangan otot

3) Durasi episode nyeri

4) Merintih dan menangis

5) Gelisah

6) Intervensi Nursing Income Classification (NIC)

Intervensi Pada konsep keperawatan nyeri Akut Menurut

Wilkinson & Ahern (2015) adalah sebagai berikut :


9

a) Pemberian analgesik: menggunakan agens-agens farmakologi

untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

b) Manajemen medikasi: memfasilitasi penggunaan obat resep atau

obat bebas secara aman dan efektif

c) Manajemen nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai

pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

d) Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien Patient

Controlled Analgesia (PCA): memudahkan pengendalian

pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien

e) Manajemen sedasi: memberikan sedatif, memantau respons pasien,

dan memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama

prosedur diagnostik atau terapeutik.

7) Skala Nyeri

Gambaran skala nyeri menurut Lilis, dkk (2015) sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skala Nyeri

(Lilik, dkk 2015)

Keterangan

Skala 0 : Tidak nyeri, Secara objektif klien menunjukan wajah ceria

Skala 1-3 : Nyeri ringan, Secara objektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik
10

Skala 4-6 : Nyeri sedan, Secara objektif klien mendesis dan dapat

menunjukan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat

mendiskripsikan nyeri.

Skala 7-8 : Nyeri berat, Secara objektif klien dapat menunjukan lokasi

nyeri tapi tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat di

atsi dengan posisi, napas panjang, dll.

Skala 10 : Sangat nyeri dan tidak di control,Secara objektif klien tidak

mau berbicara dengan baik berteriak dan histeris, tidak

dapat mengikuti perintah lagi, tidak dapat menujukan lokasi

nyeri.

B. Tinjauan tentang Hemoroid

1. Konsep Dasar Medis

a. Defenisi

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh

darah vena di daerah anusyang berasal dari plexus hemorrhoidalis.

Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada dibawah

kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna

adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa)

di atas atau di dalam linea dentate (Amin & Hardhi, Asuhan

Keperawatan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2, 2015).

Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari pleksus

venosis hemoroidalis yang diketemukan pada anal kanal.

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di

daerah anus yang berasal dari plexus hemorhoidalis.Hemoroid


11

adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal.Hemoroid

sangat umum terjadi. Pada usia 50 an, sekitar 50% individu

mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang

terkena. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu

hemoroid interna yang terjadi diatas sfingter anal dan hemoroid

eksternal yang terjadi diluar sfingter anal (Diyono & Mulyanti,

2015).

b. Anatomi dan fisiolgi

Gambar 2.1 Anatomi Rektum


(Syarifuddin, 2016)

Rektum merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang

menghubungkan intestinum mayor dengan anus sepanjang 12 cm,

dimulai dari pertengahan sacrum dan berakhir pada kanalis anus.

Rektum terletak dalam rongga pelvis, di depan os sacrum dan os

koksigis. Rektum terdiri dari dua bagian adalah :

1) Rektum propia: Bagian yang melebar disebut ampula rekti.

Jika ampula rekti terisi makanan akan timbul hasrat defekasi.

2) Pars analis rekti: Sebelah


12

3) awah ditutupi oleh serat-serat otot polos ( M. sfigter ani

internus) dan serabut otot lurik ( M.sfingter ani eksternus).

Kedua otot ini berperan pada waktu defekasi tunika mukosa

rectum banyak mengandung pembuluh darah. Jaringan

mukosa dan jaringan otot membentuk lipatan disebut

kolumna rektalis. Bagian bawah kolumna rektalis terdapat

pembuluh darah V. rektalis ( V. hemoroidalis superior, V.

gemoroidalis inferior). Sering terjadi pelebaran atau atau

varises yang disebut hemoroid (wasir).

Bagian dari saluran pencernaan dengan dunia luat terletak

di dasar pelvis dan dindingnya diperkuat oleh sfingter ani yang

terdiri dari:

1) Sfingter ani internus , sebelah dalam bekerja tidak menurut

kehendak

2) Sfingter levator ani, bagian tengah bekerja tidak menurut

kehendak

3) Sfingter ani eksternus, sebelah luar bekerja menurut kehendak

Defekasi adalah hasil reflex apabila bahas feses masuk ke

dalam rectum. Dinding rectum akan meregang menimbulkan

implus aferen yang disalurkan melalui pleksus mesentikus dan

menimbulkan gelombang peristaltic pada kolon desenden.

Kolon sigmoid mendorong feses ke arah anus. Apabila

gelombang peristaltic sampai di anus, sfingter ani internus


13

dihambat dan sfingter ani eksternus melemas sehingga terjadi

defekasi.

Refleks ini sangat lemah harus diperkuat dengan reflex lain

melalui segmen sacral medulla spinalis, dikembalikan ke kolon

desendens, kolon sigmoid, rectum dan anus melalui saraf

parasimpatik. Ini memperkuat gelombang lemah menjadi proses

defekasi yang kuat. Orang normal dapat mencegah defekasi

sampai waktu dan tempat yang sesuai dengan reflex defekasi,

hilang beberapa menit dan timbul kembali sampai beberapa jam.

Pada bayi baru lahir reflex defekasi berjalan secara otomatis dan

mengosongkan usus besar bagian bawah. (Syarifuddin, 2016).

c. Etiologi

Etiologi Hemoroid Menurut Amin & Ahern (2015),

Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi

vena hemoroidalis yang disebabkan oleh factor-faktor

resiko/pencetus, seperti :

1) Mengedan pada buang air besar yang sulit

2) Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan

jamban duduk, terlalu lama duduk dijamban sambil membaca,

merokok)

3) Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,

tumor abdomen)

4) Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan

perubahan hormonal)
14

5) Usia tua

6) Konstipasi kronik

7) Diare akut yang berlebihan dan diare kronik

8) Hubungan seks peranal

9) Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur

dan buah)

10) Kurang olahraga/imobilisasi

d. Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinik Hemoroid Menurut Amin & Ahern

(2015), adalah :

1) Timbul rasa gatal dan nyeri

2) Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi

3) Pembengkakan pada area anus

4) Nekrosis pada area sekitar anus

5) Perdarahan/prolaps

e. Klasifikasi Hemoroid

Klasifikasi Hemoroid Menurut Amin & Hardhi (2015),

berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna dibagi atas :

1) Derajat 1 : pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar

kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.

2) Derajat 2 : pembesaran hemoroid yang prolaps dan

menghilangkan atau masuk sendiri ke dalam anus secara

spontan.
15

3) Derajat 3 : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk

lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.

4) Derajat 4 : prolapse hemoroid yang permanen. Rentan dan

cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark.

Secara anaskopi hemoroid dapat dibagi atas :

1) Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentate)

2) Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)

f. Patofisiologi

Hemoroid atau wasir berkembang ketika jaringan

pendukung bantal anal hancur atau memburuk. Oleh karena itu,

hemoroid adalah istilah patologis untuk menggambarkan

pergeseran abnormal dari bantalan anal yang menyebabkan dilatasi

vena. Biasanya ada tiga bantalan anal utama, yang terletak di

anterior, kanan posterior dan kiri aspek lateral dari lubang anus,

dan berbagai jumlah bantalan kecil yang terletak di antara mereka.

Bantalan anal pasien dengan hemoroid menunjukkan

perubahan patologis yang signifikan. Perubahan ini termasuk

dilatasi vena yang abnormal, thrombosis vascular, proses

degenerative pada serabut kolagen dan jaringan fibroelastik,

distorsi, daan pecahnya otot subepitel dubur. Selain temuan

tersebut, reaksi peradangan parah yang melibatkan dinding

pembuluh darah dan jaringan ikat di sekitarnya telah ditinjukkan

pada specimen hemoroid, dengan ulserasi mukosa terkait, iskemia,

dan thrombosis.
16

Berdasarkan temuan histologi dari dilatasi vena yang

abnormal dan distorsi pada hemoroid, disregulasi nada vaskuler

memainkan peran dalam perkembangan hemoroid. Pada dasarnya,

otot polos pembuluh darah diatur oleh system saraf otonom,

hormone, sitokin, dan endothelium diatasnya. Ketidakseimbangan

antara faktor relaksasi yang diturunkan dari endothelium (seperti

nitrit oksida, prostasiklin, dan faktor hiperpolarisasi hipothelium

yang diturunkan) dan faktor hiperpolariasis endothelium yang di

turunkan (radikal oksigen reaktif dan endotelin) menyebabkan

beberapa gangguan vascular. (Ni Ketut, 2019)

g. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang Menurut Amin & Hardhi (2015)

hemoroid ada 3 jenis yaitu:

1) Pemeriksaaan colok dubur

Diperlukan umtuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma

rectum. Pada haemoroid interna tidak dapat diraba sebab

tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya

tidak nyeri

2) Anoskop: diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang

tidak menonjol keluar

3) Proktosigmoidoskopi: untuk memastikan bahwa keluhan

bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di

tingkat yang lebih tinggi.

h. Penatalaksanaan
17

Penatalaksanaan Hemoroid Menurut Amin & Hardhi (2015)

adalah sebagai berikut :

1) Penatalaksanaan konservatif

a) Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat,

laksatif, dan menghindari obat-obatan yang dapat

menyebabkan kostipasi seperti kodein.

b) Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan

konsumsi cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi

mengejan saat buang air besar.

c) Kombinasi antara anastesi lokal, kortikosteroid, dan

antiseptik dapat mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak

nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-

lama harus di hindari untuk mengurangi efek samping.

Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi

tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek anti

inflamasi meskipun belum diketahui bagaimana

mekanismenya.

2) Pembedahan

Apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik

dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan

tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid Intitute of South

Texas) menetapkan indikasi penatalaksanaan pembedahan

hemoroid antara lain :

a) Hemoroid internal derajat II berulang.


18

b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.

c) Mukosa rectum menonjol keluar anus.

d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti

fisura.

e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif.

f) Permintaan pasien.

Pembedahan yang sering dilakukan yaitu :

a) Skleroterapi.

b) Rubber band ligation.

c) Infrared thermocoagulation.

d) Bipolar Diathermy.

e) Laser haemorrhoidectomy.

f) Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation.

g) Cryotherapy.

h) Stappled hemorrhoidopexy.

i. Komplikasi

Komplikasi Hemoroid Menurut (Ni Ketut, 2019), ,

komplikasi hemoroid jarang terjadi, tetapi dapat termasuk:

1) Anemia: Kehilangan darah kronis dari hemoroid dapat

menyebabkan anemia`

2) Hemoroid strangulata: Suplai darah ke hemoroid internal

yang terhambat akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.

2. Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian
19

Langkah pertama dalam pengkajian klien dengan masalah hemoroid

adalah mengumpulkan data. Data-data yang akan dikumpulkan

adalah sebagai berikut:

1) Data Riwayat Kesehatan

a) Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?

b) Adakah nyeri pendarahan dari rectum? Berapa banyak,

seberapa sering, apa warnanya?

c) Adakah mucus atau pus?

d) Bagaimana pola eliminasi klien? Apakah sering menggunakan

laktasif?

2) Riwayat Diet

a) Bagaimana pola eliminasi klien?

b) Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung

serat?

3) Riwayat Pekerjaan

Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau

berdiri dalam waktu lama?

4) Pemeriksaan Fisik

a) Kaji tingkat kesadaran ( kacau mental, letargi, tidak merespon).

b) Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/menurun,takikardi).

c) Auskultasi bunyi nafas

d) Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).

e) Kaji terhadap nyeri atau mual.

f) Abdomen: Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.


20

g) Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada

anus, terdapat benjolan pada anus, nyeri pada anus,

pendarahan.
21

b. PenyimpanganKDM

Kehamilan obesitas,Konstipasi Penurunan relative venous


dan mengejan dalam jangka yang retuen didaerah perianal
lama, duduk terlalu lama, sering (yang disebut dengan efek
angkat beban berat, kondisi tourniquet)
penuaan, hipertensi portal
( sirosis hepatis)
Aliran vena balik terganggu

Tekanan periver meningkat


pelebaran vena anus
(hemoroid)

Peradangan pada pleksus


hemoroidalis

Prolaps vena hemorhoidalis

Ruptur vena Membesar di luar


Membesar di spinchter
rectum
perdarahan
Intoleransi aktivitas Vena menegang

Anemia operasi Resiko syok


( hivopolemi)
Pre operasi Continuitas jaringan rusuk

Ansietas
Ujung saraf rusak Port d’entrée

Nyeri di persepsikan
Pelepasan prostaglanding Resiko infeksi

Gangguan rasa nyaman Gangguan defekasi Konstipasi


nyeri
Nyeri
Gambar 2.2 penyimpangan KDM

(Amin & Hardi, 2015 )


22

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hemoroid Menurut Amin & Hardhi

(2015), mengatakan bahwa masalah yang sering muncul pada

klien hemoroid adalah:

1) Nyeri akut b.d iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area

rectal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme

sfingter pada pascaoperatif.

2) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring dan imobilisasi

3) Resiko syok b.d terjadinya hipovolemik

4) Resiko infeksi b.d ada pelukaan didaerah rektum

5) Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat

nyeri selama eliminasi

6) Ansietas b.d rencana pembedahan dan rasa malu

c. Intervensi

Intervensi Hemoroid Menurut Amin & Hardhi (2015), sebagai

berikut :

1. Nyeri akut b.d iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area

rectal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme

sfingter pada pascaoperatif.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan


Nyeri Akut
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut  Pain level Pain Managemen


Definisi : pengalaman  Pain control 1. Lakukan
sensori dan emosional  Comfort level pengkajian nyeri
yang tidak menyenangkan secara
yang muncul akibat Kriteria hasil : komprehensif
kerusakan jaringan yang termasuk lokasi,
 Mampu
23

aktual atau potensial atau mengontrol nyeri karakteristik,


digambarkan dalam hal (tahu penyebab durasi, frekuensi,
kerusakan sedemikian nyeri, mampu kualitas, dan
rupa (International menggunakan faktor presipitasi
Association for the study tehnik 2. Observasi reaksi
of pain) : awitan yang nonfarmakologi nonverbal dari
tiba-tiba atau lambat dari untuk mengurangi ketidaknyamanan
intensitas ringan hingga nyeri, mencari 3. Gunakan teknik
berat dengan akhir yang bantuan) komunikasi
dapat diantisipasi atau  Melaporkan terapeutik untuk
diprediksi dan bahwa nyeri mengetahui
berlangsung <6 bulan. berkurang dengan pengalaman nyeri
Batasan karakteristik: menggunakan pasien
 Perubahan selera menggunakan 4. Kaji kultur yang
makan manajemen nyeri mempengaruhi
 Perubahan tekanan  Mampu mengenali respon nyeri
darah nyeri (skala, 5. Evaluasi
 Perubahan frekwensi intensitas, pengalaman nyeri
jantung frekuensi dan masa lampau
 Perubahan frekwensi tanda nyeri) 6. Evaluasi bersama
pernapasan  Menyatakan rasa pasien dan tim
 Laporan isyarat nyaman setelah kesehatan lain
 Diaphoresis nyeri berkurang tentang
ketidakefektifan
 Perilaku distraksi
control nyeri
(mis., berjalan
masa lampau
mondar-mandir
7. Bantu pasien dan
mencari orang lain
keluarga untuk
dan atau aktivitas
mencari dan
lain, aktivitas yang
menemukan
berulang)
dukungan
 Mengekspresikan
8. Control
perilaku (mis.,
lingkungan yang
gelisah, merengek,
dapat
menangis)
mempengaruhi
 Masker wajah(mis.,
nyeri seperti suhu
mata kurang
ruangan,
bercahaya, tampak
pencahayaan dan
kacau, gerakan mata
kebisingan
berpencar atau tetap
9. Kurangi faktor
pada satu focus
presipitasi nyeri
meringis)
10. Pilih dan lakukan
 Sikap melindungi
penanganan nyeri
area nyeri
(farmakologi, non
 Focus menyempit
farmakologi dan
(mis., gangguan
inter personal)
persepsi nyeri,
11. Kaji tipe dan
hambatan proses
sumber nyeri
berfikir, penurunan
untuk
interaksi dengan
menentukan
orang dan
24

lingkungan) intervensi
 Indikasi nyeri yang 12. Ajarkan tentang
dapat diamati teknik non
 Perubahan posisi farmakologi
untuk menghindari 13. Berikan analgetik
nyeri untuk mengurangi
 Sikap tubuh nyeri
melindungi 14. Evaluasi
 Dilatasi pupil keefektifan
 Melaporkan nyeri control nyeri
secara verbal 15. Tingkatkan
 Gangguan tidur istirahat
16. Kolaborasi
Faktor yang dengan dokter
berhubungan: jika ada keluhan
dan tindakan
 Agen cedera (mis., nyeri tidak
biologis, zat kimia, berhasil
fisik, psikologis) 17. Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic
Administration

1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
25

dosis optimal
7. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
9. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala

2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring dan imobilisasi

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan


Intoleransi Aktivitas
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

2 Intoleransi aktivitas  Energy conservation Activity Therapy


Definisi: ketidakcukupan  Activity tolerance 1. Kolaborasi dengan
energy psikologis atau  Self care : ADLs tenaga rehabilitas
fisiologis untuk medic dalam
melanjutkan atau Kriteria hasil : merencanakan
menyelesaikan aktifitas program terapi
 Berpartisipasi
kehidupan sehari-hari yang tepat
dalam aktivitas fisik
yang harus atau yang 2. Bantu klien untuk
tanpa disertai
ingin dilakukan. mengidentifikasi
peningkatan
Batasan karakteristik : aktivitas yang
tekanan darah, nadi
 Respon tekanan mampu dilakukan
dan RR
darah abnormal 3. Bantu untuk
 Mampu melakukan
terhadap aktivitas memilih aktivitas
aktivitas sehari-hari
 Respon frekwensi konsisten yang
(ADLs) secara
jantung abnormal sesuai dengan
mandiri
terhadap aktivitas kemampuan fisik,
 Tanda tanda vital
 Perubahan EKG psikologi dan
normal
yang mencerminkan social
 Energy psikomotor
aritmia 4. Bantu untuk
 Level kelemahan
 Perubahan EKG mengidentifikasi
 Mampu berpindah :
yang mencerminkan dan mendapatkan
dengan atau tanpa
iskemia sumber yang
bantuan alat
 Ketidaknyamanan diperlukan untuk
 Status
aktivitas yang
kardiopulmunari
26

setelah beraktivitas adekuat diinginkan


 Menyatakan merasa  Sirkulasi status baik 5. Bantu untuk
letih  Status respirasi : mendapatkan alat
 Menyatakan merasa pertukaran gas dan bantuan aktivitas
lemah ventilasi adekuat seperti kursi roda,
krek
Factor yang 6. Bantu untuk
berhubungan : mengidentifikasi
aktivitas yang
 Tirah baring atau disukai
imobilisasi 7. Bantu klien untuk
 Kelemahan umum membuat jadwal
 Ketidakseimbangan latihan diwaktu
antara suplei dan luang
kebutuhan oksigen 8. Bantu
 Imobilitas pasien/keluarga
 Gaya hidup untuk
monoton mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik, emosi, social
dan spiritual.

3. Resiko syok b.d terjadinya hipovolemik

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan


Resiko Syok ( Hipovolemi)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

3 Resiko syok  Syok prevention Syok prevention


Definisi : Beresiko  Syok management 1. Monitor status
terhadap ketidakcukupan sirkulasi Bp,
aliran darah kejaringan Kriteria hasil : warna kulit, suhu
tubuh, yang dapat kulit, denyut
 Nadi dalam batas
mengakibatkan disfungsi jantung, HR, dan
yang diharapkan
seluler yang mengancam ritme, nadi perifer,
 Irama jantung
jiwa dan kapiler refill.
dalam batas yang
2. Monitor tanda
diharapkan
27

Faktor resiko  Frekuensi nafas inadekuat


 Hipotensi dalam batas yang oksigenasi
 Hipovolemi diharapkan jaringan
 Hipoksemia  Irama pernapasan 3. Monitor suhu dan
 Hipoksia dalam batas yang pernapasan
 Infeksi diharapkan 4. Monitor input dan
 Sepsis  Natrium serum output
 Sindrom respons dbn 5. Pantau nilai
inflamasi sistemik  Klorida serum dbn labor : HB, HT,
 Kalsium serum AGD, dan
dbn elektrolit
 Magnesium serum 6. Monitor
dbn hemodinamik
 PH darah serum invasi yang yang
dbn sesuai
7. Monitor tanda dan
Hidrasi gejala asites
8. Monitor tanda
 Indicator
awal syok
 Mata cekung tidak
9. Tempatkan pasien
ditemukan
pada posisi
 Demam tidak
supine, kaki
ditemukan
elevasi untuk
 TD dbn
peningkatan
 Hematocrit DBN
preload dengan
tepat
10. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan
nafas
11. Berikan cairan iv
dan atau oral yang
tepat
12. Berikan
vasodilator yang
tepat
13. Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok
14. Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala
syok

Syok management

1. Monitor fungsi
neurologis
2. Monitor fumgsi
renal (e.g BUN
28

dan Cr Lavel)
3. Monitor tekanan
nadi
4. Monitor status
cairan, input
output
5. Catat gas darah
arteri dan oksigen
dijaringan
6. Monitor EKG,
sesuai
7. Memanfaatkan
pemantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan
akurasi
pembacaan
tekanan darah
sesuai
8. Menggambar
darah gas arteri
dan memonitor
jaringan
oksigenasi
9. Memantau tren
dalam parameter
hemodinamik
(misalnya, CVP,
MAP, tekanan
kapiler
pulmonal/arteri)
10. Memantau faktor
penentupengirima
n jaringan oksigen
(misalnya, PaO2,
CO), jika tersedia
11. Memantau tingkat
karbon dioksida
sublungual
dan/atau
tonometry
lambung, sesuai
12. Memonitor gejala
gagal pernafasan
(misalnya, rendah
PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat,
kelelahan otot
pernafasan)
13. Monitor nilai
29

laboratorium
(misalnya, CBC
dengan deferensial
koagulasi profil,
ABC, tingkat
laktat, budaya,
dan profil kimia)
14. Masukkan dan
memelihara
besarnya
kebosanan akses
IV

4. Resiko infeksi b.d ada pelukaan didaerah rektum


Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan
Resiko Infeksi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

4 Resiko infeksi  Immune status Infection Control


Definisi : mengalami  Knowledge: ( Kontrol infeksi)
peningkatan resiko Infection control 1. Bersihkan
terserang organisme  Risk control lingkungan
patogenik setelah dipakai
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil: pasien lain
 Penyakit kronis 2. Pertahankan
 Klien bebas dari
– Diabetes teknik isolasi
tanda dan gejala
mellitus 3. Batasi
infeksi
– Obesitas pengunjung bila
 Mendiskripsikan
 Pengetahuan yang perlu
proses penularan
tidak cukup untuk 4. Instruksikan pada
penyakit faktor
menghindari pengunjung dan
yang
pemanjanan setelah
mempengaruhi
pathogen berkunjung untuk
penular serta
 Pertahanan tubuh mencuci tangan
penatalaksanaanny
primer yang tidak saat berkujung
a
adekuat meninggalkan
 Menunjukkan
– Gangguan pasien
kemampuan untuk
peristalsis 5. Gunakan sabun
mencegah
– Kerusakan antimikrobia
timbulnya infeksi
integritas kulit untuk cuci tangan
 Jumlah leukosit
(pemasangan 6. Cuci tangan setiap
dalam batas
kateter sebelum dan
normal
intravena, sesudah tindakan
 Menunjukkan
prosedur keperawatan
perilaku hidup
invasif) 7. Gunakan baju,
sehat
– Perubahan sarung tangan
sekresi pH sebagai alat
– Penurunan pelindung
30

kerja siliaris 8. Pertahankan


– Pecah ketuban lingkungan
dini aseptic selama
– Pecah ketuban pemasangan alat
lama 9. Ganti letak IV
– Merokok perifer dan line
– Stasis cairan central dan
tubuh dressing sesuai
– Trauma dengan petunjuk
jaringan (mis., umum
trauma 10. Gunakan kateter
distruksi intrmiten untuk
jaringan) menurunkan
infeksi kandungan
kencing
11. Tingkatkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotic bila
perlu infection
protection
(proteksi terhadap
infeksi)
13. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
16. Batasi
pengunjung
17. Sering
pengunjung
terhadap penyakit
menular
18. Pertahankan
teknik asepsis
pada pasien yang
beresiko
19. Pertahankan
teknik isolasi k/p
20. Berikan
perawatan kulit
pada area epidema
21. Inspeksi kulit dan
membrane
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
31

drainase
22. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
23. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
24. Dorong masukan
cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan
pasien untuk
minum antibiotic
sesuai resep
27. Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
28. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
29. Laporkan
kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur
positif

5. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat

nyeri selama eliminasi

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan


Konstipasi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

5 Defenisi: Penurunan pada  Bowel Constipation


frekuensi normal defekasi elimination management:
yang disertai oleh  Hydration 1. Monitor tanda
kesulitan atau dan geajla
pengeluaran tidak lengkap Kriteria Hasil: konstipasi
feses/ atau pengeluaran 2. Monitor
 Mempertahank
feses yang kering, dan bisisng usus
an bentuk
banyak 3. Monitor feses
feses
Batasan karakteristik: frekuensi,
 Lunak setiap
 Nyeri abdomen kosistensi, dan
1-3 hari
 Nyeri tekan volume
 Bebas dari
abdomen dengan 4. Konsultasi
ketidaknyaman
teraba resistensi otot dengan dokter
an dan
 Nyeri tekan tentang
konstipasi
abdomen tanpa penurunan dan
 Mengidentifuk
teraba resistensi otot peningkatan
32

 Anoreksia asi indicator bising usus


 Penampilan tidak untuk 5. Monitor gejala
khas pada lansia mencegah rupture usus
 Borbogirigmi konstipasi 6. Identifikasi
 Darah merah pada  Feses lunak konstribusi
feses dan berbentuk konstipasi
 Perubahan pola 7. Pantau tanda
defekasi dan gejala
 Penurunan frekuensi konstipsi
8. Ajarkan
 Penurunan volume
pasien/keluarg
feses
a bagaimana
 Distensi abdomen
untuk diet
 Rasa rektal penuh
tinggi serat
 Keletihan umum
 Feses keras dan
berbentuk
 Sakit kepala
 Bising usus
hiperaktif
 Bising usus
hipoaktif
 Peningkatan tekanan
abdomen
 Tidak dapat makan,
mual
 Pembesaran feses
lunak
 Perkusi abdomen
pekak
 Sering flatus
 Mengejan pada saat
defekasi
 Muntah

Faktor yang
berhubungan:

 Fungsional
– Kelemahan otot
abdomen
– Kebiasaan
mengambaikan
dorongan defekasi
– Ketidakadekuatan
toileting
– Kebiasaan
defekasi tidak
teratur
 Psikologi
33

– Depresi.stress,emo
si
– Konfusi mental
 Farmakologi
– Antasida
– Antikolinergik
– Agens antilimetik
– Garam bismuth
– Kalsium karbonat
– Diuretik
– Penyalagunaan
laksatif
 Mekanis
– Ketidakseimbanga
n elektrolit
– Kemoroid
– Obesitas
– Obstruksi pasca
bedah

Kehamilan

– Abses rekta

 Fisiologis
– Perubahan pola
makan
– Perubahan
maknanan
– Dehidrasi
– Asupan serat tidak
cukup
– Asupan cairan
tidak cukup

6. Ansietas b.d rencana pembedahan dan rasa malu

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan


Ansietas
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

6 Defenisi:  Anxiety self- Anxienty Reduction


Perasaan yang tidak control ( Penurunan
nyaman atau  Anxiety level Kecemsan)
kekhawatiran yang samar  Coping 1. Gunakan
disertassi respond pendekatan yang
autonomy( sumber sering Kriteria hasil:
34

kali tidak spesifik atau  Klien mampu menenangkan


tidak diketahui oleh mengidentifikasi 2. Nyatakan jelas
individu); perssaan takut dan harapan terhadap
yang disebakan oleh mengungkapkan pelaku Pasien
antisipasi terhadap gejala cemas 3. Jelaskan semua
bahaya. Hal ini  Mengidentifikasi prosedur dan apa
merupakan isyarat mengungkapkan yang di rasakan
kewaspadaan yang dan menunjukkan selama prosedur
memperingatkan individu teknik untuk 4. Pahami presfektif
untuk bertindak mengontrol stress pasien terhadap
menghadapai ancaman.  Postur tubuh, situasi stress
Batasan karakteristik: ekspresi wajah, 5. Temani pasien
 Perilaku bahasa tubuh dan untuk memberikan
– Penurunan tingkatan aktivitas keamanan dan
produktivitas menunjukkan mengurangi rsa
– Gerakan yang berkurangnya takut
irelevan kecemasan 6. Dorong keluarga
– Gelisah lakukan neck/rub
– Melihat sepintas 7. Dengarkan dengan
– Insomnia penuh perhatian
– Kontak mata yang 8. Identifikasi
buruk tingkat kecemasan
– Mengekspresikan 9. Bantu pasiem
kekhawatiran mengenal situasi
– Agitasi yang
– Mengintai menimbulkan
 Affektif: kecemasan
– Gelisah, distress 10. Instruksikna
– Kesedihan yang pasien
mendalam mengunakan
– Ketakutan teknik relaksassi
– Perasaan tidak 11. Berikan obat
adekuat untuk mengurangi
– Berfokus pada diri kecemasan
sendiri
– Gugup senang
– Bingung menyesal
– Khawatir
 Fisiologis
– Ejah tegang,
tremor
– Penigkatan
keringat
– Peningkatan
ketegangan
 Simpatik:
– Anoreksia
– Diare, mulut
kering
35

– Wajah merah
– Kesulitan bernafas
– Peningkatan
denyut nadi
– Lemah
 Parasimpatik:
– Nyeri abdomen
– Penurunan
tekanan darah
– Diare, mual
muntah
– Sering berkemih
– Letih ganggua
tidur
 Kognitif
– Menyadari gejala
fisiologis
– Bloking
– Kesulitan
konsentrasi
– Ketakutan
terhadap
kosekuensi
– Lupa
– Khawatir,
melamun

Faktor yang
berhubungan:

 Perubahan dalam
status ekonomi,
lingkungan,
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, statsu peran
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Infeksi
 Penularan penyakit
 Stress
 Penyalagunaan zat
 Konflik tidak
disadari
 Kebutuhan yang
tidak terpenuhi

d. Implementasi
36

Implementasi merupakan tindakan yang sudah

direncanakan dalam rencana perawatan. Dalam tahap ini perawat

harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik,

dan perlindungan pada Klien, teknik komunikasi, kemampuan

dalam prosedur tindakan. (Induniasih & Hendarsih, Metodologi

Keperawatan, 2017)

e. Evaluasi

Evaluasi dalam Keperawatan merupakan kegiatan dalam

menilai Tindakan Keperawatan yang telah di tentukan, untuk

mengetahui pemenuhan kebutuhan Klien secara optimal dan

mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan

Subjektif, Objektif, Assesment, Planning (SOAP) dan disesuaikan

dengan Kriteria Hasil yang terdapat pada Intervensi Keperawatan

(Hidayat, 2017).
37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi dokumentasi dan pustaka

untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Tn ”B” yang

Mengalami Post Op Hemoroid dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di

Ruang Merak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien Post Op Hemoroid dengan

masalah keperawatan nyeri Akut di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam karya tulis ilmiah penelitian ini adalah Klien Post Op

Hemoroid dengan masalah keperawatan Nyeri Akut.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Klien yang dirawat inap di RS Bhayangkara dengan diagnose medic

Hemoroid.

b) Klien dengan diagnose Hemoroid yang mengalami masalah Nyeri.

c) Klien yang dirawat inap lebih 3 hari selama penelitian.

2) Kriteria eksklusi

a) Perubahan diagnosa medis

b) Pasien meninggal

c) Tidak bersedia untuk diteliti

38
39

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Post Op Hemoroid adalah pembengkakan dan peradangan pembuluh

vena pada anus. Hemoroid adalah penyakit wasir atau ambeien merupakan

penyakit yang sangat umum terjadi di masyarakat dan sudah ada sejak jaman

dahulu.

Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik yang dirasakan seseorang

ditandai dengan kerusakan jaringan baik secara actual maupun potensial

yang menimbulkan sensasi tidak menyenangkan dan berlangsung kurang

lebih 3 bulan dengan intensitas ringan hingga berat sehingga berpengaruh

terhadap aktivitas, bahkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar.

E. Instrumen Penelitian

Pada kasus ini instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data

adalah :

1. Format Pengkajian Bedah

2. Lembar observasi Nyeri

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik

yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

tekhnik observasi dan dokumentasi pustaka :

a) Observasi (pengamatan)

Menurut (Induniasih, Metodologi Keperawatan, 2018) observasi

adalah perilaku klien/ pasien sangat vital. Observasi ini berlangsung

selama perawat melakukan wawancara terhadap pasien yang bertujuan


40

untuk mengumpulkan data pasien bisa menambah ketajaman data yang

perawat peroleh.

Dalam studi kasus ini observasi pada klien hemoroid adalah nyeri

yang dirasakan klien.

b) Dokumentasi

Menurut (Induniasih, Metodologi Keperawatan, 2018),

menyatakan dokumentasi yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan

kertas atau orang, namun ada juga peneliti dapat menyelidiki benda-

benda tertulis.

Peneliti dalam pendokumentasian dapat juga melihat dan mempelajari

catatan medik, catatan keperawatan dan hasil-hasil pemeriksaan

(penunjang/laboratorium).

c) Studi kepustakaan

Menurut (Induniasih, Metodologi Keperawatan, 2018),

menyatakan mencari rangka landasan teoritis dari permasalahan

yang ada seperti mengumpulkan bahan-bahan dan buku

keperawatan maupun sumber lain yang berkaitan dengan

hemoroid.

G. Lokasi & Waktu Penelitian

1) Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di ruang merak RS Bhayangkara

Makassar.

2) Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 s/d 08 Juli 2020 .


41

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis data yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil

interprestasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh

peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data. Untuk selanjutnya

di interprestasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dan intervensi tersebut.

I. Etika Penelitian

Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan-

santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan di

masyarakat, norma hokum mengenai pegenaan sanksi ketika terjadi

pelanggaran, dan norma moral yang meliputi itikad dan kesadaran yang baik

dan jujur dalam penelitian. Yang perlu diperhatikan antara lain sebagai

berikut :

1) Informed Consent

Informed consent yaitu suatu lembar persetujuan yang diberikan

oleh peneliti kepada responden untuk menjalankan suatu kegiatan atau

tindakan yang berhubungan dengan penelitian. Adapun isi informed

consent yaitu:

a) Penjelasan manfaat penelitian

b) Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat

ditimbulkan
42

c) Penjelasan manfaat yang akan didapatkan

d) Persetujuan penelitian dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian

e) Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja

f) Jaminan anonimitas dan kerahasiaan

2) Anonimity (tanpa nama)

Dalam melakukan penelitian peneliti juga harus menjaga privacy

atau kerahasiaan responden dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang disajikan, untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan responden. Jadi, Cukup dengan memberikan kode atau tanda

pada lembar pengumpulan data.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Apabila telah selesai dilakukan penelitian.Peneliti harus

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian kepada responden,

baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan telah dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar merupakan salah satu

Rumah Sakit POLRI yang ada di Indonesia tepatnya di Kota Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan. Rumah Sakit ini beralamat di Jl. Letjen. Pol.

Mappa Oudang No. 63. Makassar 90223. Telepon: 0411-830841. Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar memiliki visi menjadi Rumah Sakit terbaik

di kawasan Timur Indonesia dan jajaran Polri, dengan Pelayanan Prima

dan mengutamakan penyembuhan serta terkendali dalam pembiayaan.

Rumah Sakit Bhayangkara memiliki 1 Ruangan Bedah yaitu Ruangan

O.K. berada di lantai 2. Keadaan ruangan tersebut cukup bagus dimana

situasi lingkungannya aman, nyaman dan bersih serta memiliki Pelayanan

yang baik.

2. Karakteristik Partisipan

a. Identitas Klien

1) Nama : Tn. “B”

2) Usia : 51 Tahun

3) Tempat Tanggal Lahir : Gowa, 17 Oktober 1968

4) Jenis Kelamin : Laki-laki

43
44

5) Agama : Islam

6) Alamat : Limbung

7) Pendidikan : Tamat SMA

8) Tanggal M.R.S. : 04 Januari 2020

9) Tanggal Pengkajian : 06 Juli 2020

10) Diagnosa Medis : Post Op Hemoroid

11) Rencana Terapi : Injeksi Ranitidin, coctail, Oral Radium 3

x 1, dan Cefotaxim

b. Penanggung Jawab

a) Nama : Ny. “F”

b) Hubungan dengan Klien : Anak

c) Usia : 30 Tahun

d) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e) Agama : Islam

f) Alamat : Limbung

3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Keluhan Utama: Nyeri Anus

2) Riwayat keluhan utama: Nyeri pada anus saat BAB (Buang Air

Besar) dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit,

sehingga Anak Klien membawa Klien ke Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar pada tanggal 04 Januari 2020.


45

3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan sekarang

Klien mengatakan mengalami Nyeri pada anus saat BAB

(Buang Air Besar), Klien tampak meringis kesakitan.

b) Riwayat Kesehatan lalu

Klien mengatakan bahwa orang tuanya tidak pernah

menderita Penyakit yang sama yaitu Hemoroid.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan keluarganya tidak pernah menderita

penyakit yang sama.

d) Riwayat Psikososial

Klien tinggal di Rumah pribadi, lingkungan rumahnya

berada di Kota. Hubungan Klien dengan suami dan anaknya

baik dan harmonis.

e) Riwayat Spiritual

Keluarga Klien selalu memberikan suport, dukungan dan

semangat pada Klien agar cepat sembuh. Keluarga selalu

mendoakan Klien agar lekas sembuh.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Tingkat Kesadaran composmentis

(1) GCS : E=4, M=5, V=6

b) Tanda-tanda vital

(1) Tekanan Darah (TD) : 110/80 mmHg


46

(2) Nadi (N) : 90 x / menit

(3) Pernapasan (P) : 20 x / menit

(4) Suhu (S) : 36.5 °C

c) Antropometri

(1) Tinggi Badan : 155 cm

(2) Berat Badan : 64 kg

d) Kepala

(1) Inspeksi : Tidak tampak adanya lesi, warna kulit kepala

putih, dan tidak ada ketombe.

(2) Palpasi : Ada benjolan pada kepala bagian atas.

e) Wajah

(1) Inspeksi : Tidak tampak adanya acne (jerawat), warna

kulit wajah putih dan kedua pipi simetris.

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan

f) Mata

(1) Inspeksi : Sclera mata tampak putih, konjungtiva

berwarna merah muda, kedua bola mata

simetris, , tidak ada udem pada kelopak mata,

dan tidak ada pendarahan pada konjungtiva

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan

g) Telinga

(1) Inspeksi : Daun telinga simetris, dan tidak ada serumen

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan


47

h) Hidung

(1) Inspeksi : Dapat membedakan bau (balsem dan minyak

gosok), tidak epistaksis, dan lubang hidung

simetris

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan

i) Mulut

(1) Inspeksi : Berbicara normal, dapat menelan dan

menggigit secara normal, bibir kering, tidak

ada lesi pada bibir, dan tidak ada

perdarahan pada gusi.

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan

j) Leher

(1) Inspeksi : Tidak tampak adanya lesi

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran getah bening

k) Dada

(1) Inspeksi : Dada tampak simetris dan tidak ada lesi

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan

(3) Perkusi : Tidak terdapat pelebaran pada jantung

(4) Auskultasi : S1=lup, S2=dup / I dan II (lup-dup) (artinya

bunyi jantung teratur)

l) Paru-Paru

(1) Inspeksi : Frekuensi napas normal yaitu 20x per menit

(2) Auskultasi : Suara napas normal yaitu Bronchial (suaranya


48

terdengar nyaring, dengan hembusan yang

lembut. Fase ekspirasinya lebih pajang

daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara

kedua fase tersebut).

m) Abdomen

(1) Inspeksi : Bentuk tampak datar dan tidak ada lesi

(2) Palpasi : Ada benjolan

(3) Auskultasi : Suara bising usus 7x/menit

n) Genetalia

(1) Inspeksi : Tidak tampak adanya peradangan pada

genetalia, dan tidak memiliki penyakit gonore

(infeksi bakteri menular seksual)

(2) Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan

o) Rektum

(1) Inspeksi : Terdapat tampon pada anus

(2) Palpasi : Terasa sakit saat ditekan

p) Sistem Integumen

(1) Inspeksi : Warna rambut hitam bercampur putih

(beruban), warna kulit coklat, tampak pecah-

pecah dan kelembapan kering.

(2) Palpasi : Kulit teraba kering.


49

5) Aktivitas Sehari-hari

Tabel 4.1
N Jenis Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
o Kegiatan

Selera makan Baik Kurang

Menu makan Nasi + Sayur + Bubur


Lauk pauk

3 x sehari
1. Nutrisi Frekuensi makan 3 x sehari, namun
tidak dihabiskan
Makan sendiri semua
Cara makan
Disuap oleh
Suaminya

Jenis minuman Air putih+Teh Air putih+cairan RL

Frekuensi minum 6-10 gelas per 4-6 gelas per hari


hari /1000cc - /1000cc - 2500cc per
2500cc per hari hari + Cairan Infus
RL
Cara pemenuhan Oral (melalui
mulut) Oral (melalui mulut)
2. Cairan dan melalui Intra
Vena Ringer Laktat
20 tpm selama 36-48
jam,

= 20 x 60’ = 1200
Hs (macro 1cc = 20
Hs).

Jam tidur:

a. Siang 2 Jam Tidak menentu

Istirahat / b. Malam 8 Jam 5 Jam


3.
Tidur
Pola tidur Teratur Tidak teratur

Kebiasaan Nonton bersama Tidak ada


sebelum tidur keluarga

4. Eliminasi Tempat Kamar Mandi Pisvot


BAB pembuangan (jamban)
50

Frekuensi 1 x sehari 2 x sehari

Konsistensi Lunak Lunak

Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Tempat Kamar Mandi Pisvot


pembuangan

Frekuensi
3-4x/hari 3-4x/hari
Eliminasi
5. Bau
BAK Amoniak Amoniak
Kesulitan
Tidak ada Tidak ada
Warna
Kuning Kuning

Tidak dilakukan
6. Olahraga Program olahraga Jalan pagi karena terpasang
Infus

7. Rekreasi Waktu luang Nonton TV Istirahat

6) Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Adapun pemeriksaan tingkat perkembangan Klien yaitu meliputi:

a) Perkembangan kognitif

Klien telah bisa mengenal situasi di lingkungan sekitar dan

dapat membedakan berbagai macam objek, angka, dan benda.

b) Perkembangan psikoseksual

Klien tampak dapat mengatur emosi dan kesabaran dalam

Perawatan di Rumah Sakit. Klien sudah dapat mengenal lawan

jenis. Dan sudah mengerti tentang memberi dan menerima cinta

dari lawan jenis.

c) Perkembangan psikososial
51

Klien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar terutama

dengan Keluarga, teman sekamarnya, Perawat, dan Dokter.

7) Test Diagnostik

a) Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Satuan Hasil Unit Nilai


Normal

Neu % H 72.7 % 50.0 – 70.0

Lym % L 17.8 % 20.0 – 40.0

RBC L 3.44 10^6/Ul 4.00 – 5.50

HGB L 8.7 9/Dl 11.0 – 16.0

MCV L 78.0 FL 80.0 – 100.0

MCH L 25.3 Pg 27.0 – 34.0

RDW-CV H 17.6 % 11.0 – 16.0

RDW-SD H 58.3 FL 35.0 – 56.0

8) Terapi Saat Ini

a) Injeksi Ranitidin

b) Coctail

c) Oral radium 3x1

d) Cefotaxim

9) Pengumpulan data

a) Klien mengatakan mengalami nyeri pada bekas operasi

b) Klien mengatakan gelisah akibat nyeri pada bekas operasi

c) Klien mengatakan sakit bila BAB


52

d) Klien mengatakan sebelumya dia sudah diopeasi

e) Klien tampak meringis

f) Klien tampak kesakitan

g) Klien tampak gelisah

h) Klien tampak lemas

i) Klien tampak memegang area yang sakit

j) Skala nyeri

- P : nyeri

- Q : tertusuk-tusuk

- R : daerah bekas operasi

- S : 5 (sedang)

- T : hilang timbul

k) Jam tidur Klien dibawah normal (dari jam 12 malam sampai 5

subuh)

l) Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg

N : 90 x/menit

S : 36.5 °C

P : 20x/menit

m) Bising usus 7x/menit

n) Tampak tampon pada luka post op

o) Perut tampak keras saat dipegang

p) Tampak luka operasi pada bagian anus


53

q) Klien tampak membatasi gerakannya

10) Klasifikasi Data

Tabel 4.2
Data Subjektif Data Objektif

a. Klien mengatakan mengalami nyeri a. Klien tampak meringis


pada bekas operasi b. Klien tampak kesakitan
b. Klien mengatakan gelisah akibat c. Klien tampak gelisah
nyeri pada bekas operasi d. Klien tampak memegang area yang
sakit
c. Klien mengatakan sakit bila BAB e. Skala nyeri
- P : nyeri
d. Klien mengatakan sebelumya dia
- Q : tertusuk-tusuk
sudah diopeasi
- R : daerah bekas operasi
- S : 5 (sedang)
- T : hilang timbul
f. Jam tidur Klien dibawah normal
g. Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg

N : 90 x/menit

S : 36.5 °C

P : 20x/menit

h. Bising usus 7x/menit

i. Tampak tampon pada luka post op

j. Tampak terpasang tampon

k. Perut tampak keras saat dipegang

l. Tampak luka operasi pada bagian


anus

m. Klien tampak area luka klien


memerah

11) Analisa Data

Tabel 4.3
No Data Etiologi Masalah
54

1. Data subjektif: Ruptur vena hemoroidalis superior Nyeri Akut

a. Klien mengatakan
mengalami nyeri pada
bekas operasi
b. Klien mengatakan gelisah
Pedarahan
akibat nyeri pada bekas
operasi

Operasi
Data objektif:

c. Klien tampak meringis


d. Klien tampak kesakitan Terputusnya continuitas jaringan
e. Klien tampak gelisah
f. Klien tampak memegang
area yang sakit
Ujung saraf rusak
g. Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg
Pelepasan prostaglandin
N : 90 x/menit

S : 36.5 °C
Nyeri dipersepsikan
P : 20x/menit

h. Skala nyeri
P : nyeri Nyeri Akut
Q : tertusuk-tusuk
R : daerah bekas operasi
S : 5 (sedang)
T : hilang timbul

2. Data subjektif: Ruptur vena hemoroidalis superior Konstipasi

a. Klien mengatakan sakit bila


BAB
Pedarahan

Data objektif:
Operasi
a. Tampak tampon pada lokasi
Post Op

b. Bising usus 7x/menit Post Op


55

c. Perut tampak keras saat


dipegang

Gangguan defekasi

Konstipasi

3. Data Subjektif: Ruptur vena hemoroidalis superior Resiko


Infeksi
a. Klien mengatakan ia sudah
dioperasi
Pedarahan

Data Objektif:
Operasi
a. Tampak terpasang tampon

b. Tampak luka operasi pada


bagian anus Terputusnya continuitas jaringan

c. Klien tampak area luka klien


memerah
Luka terbuka

Resiko Infeksi

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.4
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

1. Nyeri Akut berhubugan dengan agen Senin 06 juli 2020 Rabu 08 juli 2020
cidera fisik

2. Konstipasi berhubungan dengan Senin 06 juli 2020 Rabu 08 juli 2020


mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama eliminasi

3. Resiko Infeksi berhubungan dengan Senin 06 juli 2020 Rabu 08 juli 2020
ada lesi didaerah rectum
56
54

c. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 4.5
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri Akut b.d agen cidera fisik 1. Pain Level Pain Management:
2. Pain Control
3. Comfort Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, kualitas, dan
Kriteria Hasil: faktor presipitasi.

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu pnyebab 2. Monitor vital sign


nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri dan 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam (non
mencari bantuan. farmakologi)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
4. Anjurkan klien banyak istirahat
menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 5. Pemberian obat / terapi farmakologi
frekuensi dan tanda nyeri).
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang

2. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan 1. Bowel Elimination Constipation Management


untuk defekasi akibat nyeri selama 2. Hydration
eliminasi Kriteria Hasil: 1. Monitor bising usus
1. Mempertahankan bentuk faeces
2. Ajarkan pasien dan keluarganya untuk diet
2. Lunak setiap 1-3 hari
serat
3. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
4. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah 3. Kolaborasi pemberian obat seperti dulcolax
konstipasi
5. Faeces lunak dan berbentuk
55

3. Resiko Infeksi b.d ada lesi di daerah 1. Immune Status Infection Control (kontrol infeksi)
rektum 2. Knowledge : infection control
3. Risk Control 1. Berikan terapi antibiotik bila perlu infection
protection (proteksi terhadap infeksi)
Kriteria Hasil: 2. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
3. Ajarkan cara menghindari infeksi
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Mendiskripsikan proses penularan penyakit
factor yang mempengaruhi penyebab
penularan serta penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
56

d. Catatan Tindakan Keperawatan

Tabel 4.6

Dx Hari I Hari II Hari III

Senin 06 juli 2020 Selasa 07 juli 2020 Rabu 08 juli 2020

Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi

I 13:30 1. Melakukan pengkajian 13:30 1. Melakukan pengkajian nyeri 13:30 1. Melakukan pengkajian nyeri
nyeri secara komprehensif secara komprehensif termasuk secara komprehensif termasuk
termasuk lokasi, kualitas, lokasi, kualitas, dan faktor lokasi, kualitas, dan faktor
dan faktor presipitasi. presipitasi. presipitasi.

Hasil: Hasil: Hasil:

- P : nyeri - P : nyeri - P : nyeri


- Q : tertusuk-tusuk - Q : tertusuk-tusuk - Q : tertusuk-tusuk
- R : daerah bekas - R : daerah bekas operasi - R : daerah bekas operasi
operasi - S : 4 (sedang) - S : 3 (ringan)
- S : 5 (sedang) - T : hilang timbul - T : hilang timbul
- T : hilang timbul

2. Memonitor vital sign


2. Menganjurkan klien banyak 2. Menganjurkan klien banyak
Hasil:
istirahat istirahat
TD : 110/80 mmHg
Hasil: Klien mengatakan akan Hasil: Jam tidur klien 6-7 jam
N : 90 x/menit
lebih meningkatkan istirahat
S : 36.5 °C
P : 20x/menit
3. Memberikan obat / terapi
57

3. Memberikan obat / terapi farmakologi


farmakologi
3. Mengajarkan tekik Hasil: diberikan injeksi Ranitidine
relaksasi nafas dalam (non Hasil: diberikan injeksi Ranitidine
farmakologi)

Hasil: klien merasa nyaman

4. Menganjurkan klien
banyak istirahat

Hasil: Klien dapat


melaksanakannya

5. Memberikan obat / terapi


farmakologi

Hasil: diberikan injeksi


Ranitidine

II 14:10 1. Memonitor bising usus 14:10 1. Memonitor bising usus 14:10 1. Memonitor bising usus

Hasil: bising usus 7x/menit Hasil: bising usus 7x/menit Hasil: bising usus 7x/menit

2. Mengajarkan pasien dan 2. Mengajarkan pasien dan 2. Mengajarkan pasien dan


keluarganya untuk diet keluarganya untuk diet serat keluarganya untuk diet serat
serat
Hasil: klien sudah Hasil: klien masih
58

Hasil: klien dan mengonsumsi makanan tinggi mengonsumsi sayuran dan


keluarganya dapat mengerti serat (sayuran dan buah) buah-buahan
tentang apa yang
dianjurkan

3. Kolaborasi pemberian terapi 3. Kolaborasi pemberian terapi


farmakologi farmakologi
3. Kolaborasi pemberian
terapi farmakologi Hasil: diberikan terapi melalui Hasil: klien diberikan terapisu
supositoria positoria denganhasil BAB lancar
Hasil: klien mengatakan ia
BAB dengan lancar

III 14:45 1. Mengobservasi kondisi 14:45 1. Mengobservasi kondisi luka / 14:45


luka / insisi bedah insisi bedah
Hasil: keadaan luka Klien Hasil: kondisi luka klien mulai 1. Mengobservasi kondisi luka /
masih basah mengering dan sudah tidak insisi bedah
terlihat adanya darah di anus Hasil: keadaan luka Klien
sudah membaik
2. Mengajarkan cara mencegah
2. Mengajarkan cara
infeksi
mencegah infeksi
Hasil: klien mengatakan sudah 2. Mengajarkan cara mencegah
Hasil: klien mengerti dan
mengikuti arahan infeksi
mau mengikuti arahan
3. Memberikan terapi antibiotik Hasil: klien mengatakan sudah
3. Memberikan terapi bila perlu infection protection mengikuti arahan
antibiotik bila perlu (proteksi terhadap infeksi) 3. Memberikan terapi antibiotik
infection protection Hasil : Telah diberikan bila perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi) sefotaksim (proteksi terhadap infeksi)
Hasil : Telah diberikan Hasil : Telah diberikan
cefotaxim sefotaksim
59

e. Catatan Perkembangan

Tabel 4.7
Dx Hari I Hari II Hari III

Senin 06 juli 2020 Selasa 07 juli 2020 Rabu 08 juli 2020

Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi

I 13:30 S: 13:30 S: Klien mengatakan nyerinya 13:30 S: Klien mengatakan sudah tidak nyeri
sudah berkurang lagi
1. Klien mengatakan nyeri
pada lokasi operasi

2. Klien mengatakan O: O: Klien sudah tidak meringis lagi


gelisah akibat nyeri
1. Klien tampak meringis - P : nyeri
- Q : tertusuk-tusuk
- P : nyeri - R : daerah bekas operasi
O: - Q : tertusuk-tusuk - S : 5 (sedang)
- R : daerah bekas - T : hilang timbul
1. Klien tampak meringis operasi
- S : 4 (sedang)
2. Klien tampak memegang
- T : hilang timbul A: Masalah teratasi
area yang sakit

- P : nyeri
A: Masalah belum teratasi
- Q : tertusuk-tusuk P: Pertahankan Intervensi.
- R : daerah bekas
60

operasi P: Lanjutkan Intervensi.


- S : 5 (sedang)
- T : hilang timbul 1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi, kualitas,
A: Masalah belum teratasi dan actor presipitasi.

2. Anjurkan klien banyak


istirahat
P: Lanjutkan Intervensi.
Pemberian obat / terapi
1. Lakukan pengkajian farmakologi
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, kualitas, dan
faktor presipitasi.

2. Anjurkan klien banyak


istirahat

Kolaborasi Pemberian obat


analgetik

II 14:10 S: Klien mengatakan sakit bila 14:10 S: Klien mengatakan masih 14:10 S: Klien mengatakan BAB nya sudah
BAB sulit BAB lancer

O: O: O:

1. Bisinng usus 7x/menit 1. Bising usus 7x/menit 1. Bising usus sudah normal

2. Tampak tampon pada luka 2. Perut tampak keras saat 2. Tampak tampon sudah terlepas
post Op dipegang
3. Tidak ada nyeri tekan diperut
61

3. Perut tampak keras saat A: Masalah belum teratasi


dipegang
A: Masalah teratasi

P: Lanjutkan Intervensi.
A: Masalah belum teratasi
1. Monitor bising usus P: Pertahankan Intervensi.

2. Ajarkan pasien dan


P: Lanjutkan Intervensi. keluarganya untuk diet
serat
1. Monitor bising usus
3. Kolaborasi pemberian obat
2. Ajarkan pasien dan seperti dulcolax
keluarganya untuk diet
serat

3. Kolaborasi pemberian obat


seperti dulcolax

III 14:45 S: Klien mengatakan ia 14:45 S: Klien mengatakan luka 14:45 S: Klien mengatakan luka operasinya
sebelumnya sudah Post OP operasinya belum sembuh sudah sembuh

O: Tampak adanya luka O: Kondisi luka klien mulai


mengering
O: Kondisi luka klien sudah mengering

A: Masalah belum
teratasi A: Masalah belum
teratasi A: Masalah teratasi

P: lanjutkan intervensi.
62

1. Berikan terapi antibiotic P: lanjutkan intervensi. P: Pertahankan intervensi


bila perlu infection
protection (proteksi 1. Berikan terapi antibiotik
terhadap infeksi) bila perlu infection
2. Observasi kondisi luka / protection (proteksi
insisi bedah terhadap infeksi)
3. Ajarkan cara mencegah 2. Observasi kondisi luka /
infeksi insisi bedah
Instruksikan pasien 3. Ajarkan cara mencegah
menggunakan teknik relaksasi infeksi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
63

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti akan membahas perbandingan antara

tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang ditemukan pada Pelaksanaan

Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.”A” Yang Mengalami Post Op

Hemoroid Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Merak

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal 6 – 8 Juli 2020 yang

disajikan untuk menjawab tujuan khusus. Pembahasan ini disusun sesuai

dengan tujuan khusus yaitu Pengkajian, Diagnosis Keperawatan,

Perencanaan, Tindakan, dan Evaluasi.

1. Pengkajian

Teori yang dikaji pada pasien Hemoroid yaitu: Keluhan Utama:

Nyeri Anus. Riwayat Kesehatan di riwayat kesehatan itu sendiri terbagi

lagi menjadi 3 yaitu: Riwayat Kesehatan Sekarang (Pada pasien hemoroid

dapat di sebabkan oleh timbulnya rasa gatal dan nyeri, serta

pembengkakan pada area anus. Riwayat Kesehatan Masa Lalu (Apakah

pasien pernah mengalami penyakit ini (hemoroid) atau pernah punya

penyakit yang menular/menurun sebelumnya), Riwayat Kesehatan

Keluarga (Pada keluarga pasien ada/tidak yang menderita osteoporoses,

arthritis dan tuberkolosis/penyakit lain yang sifatnya menurun dan

menular). (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015). Adapun

manifestasi klinis yang terdapat pada hemoroid yaitu: timbulnya rasa

gatal dan nyeri, perdarahan berwarna merah terang saat defekasi,

pembengkakan pada area anus, nekrosis pada area sekitar anus,


64

perdarahan/prolapse atau dengan gejala-gejala lain (Amin Huda Nurarif

& Hardhi Kusuma, 2015).

Sedangkan berdasarkan kasus dari hasil Pengkajian penelitian

pada Klien Ny “A” ditemukan keluhan utama adalah Klien merasakan

nyeri pada anus, riwayat Kesehatan sekarang Klien mengatakan

merasakan nyeri saat BAB (Buang Air Besar) dirasakan sejak 3 hari yang

lalu, tampak aktivitas Klien hanya baring ditempat tidur.

Riwayat Kesehatan lalu ditemukan Klien mengatakan sebelumnya

pernah diopname dan dioperasi. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan

pada klien, didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu

- Tekanan Darah (TD) : 110/80 mmHg

- Nadi (N) : 90 x/menit

- Pernapasan (P) : 20 x/menit

- Suhu (S) : 36.5 °C

hasil pemeriksaan Palpasi pada Abdmen nampak keras.

Dari hasil perbandingan antara teori dan kasus maka di temukan

kesenjangan. Dimana ada beberapa tanda dan gejala yang ada pada

teori tapi tidak di temukan pada kasus seperti pembengkakan pada

area anus dan nekrosis pada area sekitar anus karena sering mengejan

ketika BAB.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Hemoroid Menurut Amin & Hardhi (2015),

mengatakan bahwa masalah yang sering muncul pada klien hemoroid

adalah:
65

7) Nyeri akut b.d iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal

sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter pada

pascaoperatif.

8) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring dan imobilisasi

9) Resiko syok b.d terjadinya hipovolemik

10) Resiko infeksi b.d ada pelukaan didaerah rectum

11) Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri

selama eliminasi

12) Ansietas b.d rencana pembedahan dan rasa malu

Sedangkan berdasarkan kasus dari hasil Pengkajian penelitian pada

Klien Ny “A” Diagnosa yang ditemukan yaitu:

1) Nyeri Akut berhubugan dengan agen cidera fisik

2) Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk

defekasi akibat nyeri selama eliminasi

3) Resiko Infeksi berhubungan dengan ada lesi didaerah rektum

Dari hasil perbandingan antara teori dengan kasus maka ditemukan

kesenjangan. Ada 4 Diagnosa pada teori tetapi tidak ditemukan pada

kasus yaitu:

1) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring dan imobilisasi

2) Resiko syok b.d terjadinya hipovolemik

3) Ansietas b.d rencana pembedahan dan rasa malu

Dan ada 3 Diagnosa pada teori ditemukan pada kasus yaitu:


66

1) Nyeri akut b.d iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rectal/anal

sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter pada

pascaoperatif.

2) Resiko infeksi b.d ada pelukaan didaerah rectum

3) Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri

selama eliminasi

3. Perencanaan

Berdasarkan teori Intervensi Hemoroid Menurut Amin & Hardhi (2015),

sebagai berikut :

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Intervensi, menurut Amin & Hardi, (2015) yaitu :

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

2) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan

3) Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

7) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

8) Kurangi faktor prespitasi nyeri

9) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

10) Tingkatkan isterahat


67

11) Cek riwayat alergi

12) Berikan analgetik tepat waktu terutama nyeri hebat

13) Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala

Sedangkan, perencanaan/intervensi yang di lakukan Ny

“A” yaitu:

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

kualitas, dan factor presipikasi

2) Monitor vital sign

3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam (non farmakologi)

4) Anjurkan klien banyak istirahat

5) Pemberian obat/terapi farmakologi

Sedangkan kesenjangan yang di temukan pada kasus, yaitu:

1) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan

2) Gunakan teknik komunikasi trapiutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

3) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

5) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

6) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

7) Kurangi faktor prespitasi nyeri

8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

9) Tingkatkan isterahat
68

10) Cek riwayat alergi

11) Berikan analgetik tepat waktu terutama nyeri hebat

12) Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala

c. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk

defekasi aakibat nyeri selama eliminasi

Intervensi, menurut amin & hardi, (2015) yaitu:

1) Monitor tanda dan gejala konstipasi

2) Monitor bisisng usus

3) Monitor feses frekuensi, kosistensi, dan volume

4) Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan

bising usus

5) Monitor gejala rupture usus

6) Identifikasi konstribusi konstipasi

7) Pantau tanda dan gejala konstipsi

8) Ajarkan pasien/keluarga bagaimana untuk diet tinggi serat

Sedangkan, perencanaan/intervensi yang di lakukan Ny “A”

yaitu:

1) Monitor bising usus

2) Ajarkan klien dan keluarganya untuk diet serat

3) Kalaborasi pemberian terapi farmakologi

Sedangkan kesenjangan yang ditemukan pada kasus, yaitu:

1) Monitor tanda dan gejala konstipasi

2) Monitor feses frekuensi, kosistensi, dan volume


69

3) Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan

bising usus

4) Monitor gejala rupture usus

5) Identifikasi konstribusi konstipasi

6) Pantau tanda dan gejala konstipsi

d. Resiko infeksi berhubungan dengan ada lesi di daerah rectum

Intervensi menurut amin & hardi, (2015) yaitu:

1) Monitor status sirkulasi Bp, warna kulit, suhu kulit, denyut

jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill.

2) Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan

3) Monitor suhu dan pernapasan

4) Monitor input dan output

5) Pantau nilai labor : HB, HT, AGD, dan elektrolit

6) Monitor hemodinamik invasi yang yang sesuai

7) Monitor tanda dan gejala asites

8) Monitor tanda awal syok

9) Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk

peningkatan preload dengan tepat

10) Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas

11) Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat

12) Berikan vasodilator yang tepat

13) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya

syok
70

14) Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi

gejala syok

Sedangkan, perencanaan/intervensi yang dilakukan Ny “A” yaitu:

1) Berikan terapi antibiotic bila perluh infection protection (proteksi

terhadap infeksi)

2) Observasi kondisi luka/insisi bedah

3) Ajarkan cara mencegah infeksi

Sedangkan kesenjangan yang di temukan pada kasus, yaitu:

1) Monitor status sirkulasi Bp, warna kulit, suhu kulit, denyut

jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill.

2) Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan

3) Monitor suhu dan pernapasan

4) Monitor input dan output

5) Pantau nilai labor : HB, HT, AGD, dan elektrolit

6) Monitor hemodinamik invasi yang yang sesuai

7) Monitor tanda dan gejala asites

8) Monitor tanda awal syok

9) Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk

peningkatan preload dengan tepat

10) Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas

11) Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat

12) Berikan vasodilator yang tepat

13) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya

syok
71

14) Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi

gejala syok

4. Implementasi

Pada Pelaksanaan Tindakan Asuhan Keperawatan telah dilakukan

berdasarkan

rencana yang telah disusun pada kasus dengan mengarah ke pencapaian

tujuan

Asuhan Keperawatan selama tiga hari.

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Intervensi, menurut Amin & Hardi, (2015) yaitu :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi trapiutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

8. Kurangi faktor prespitasi nyeri

9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

10. Tingkatkan isterahat

11. Cek riwayat alergi


72

12. Berikan analgetik tepat waktu terutama nyeri hebat

13. Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala

Sedangkan, tindakan/implementasi yang di lakukan Ny “A” yaitu:

1. Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan

2. Gunakan teknik komunikasi trapiutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

5. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

6. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

7. Kurangi faktor prespitasi nyeri

8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

9. Tingkatkan isterahat

10. Cek riwayat alergi

11. Berikan analgetik tepat waktu terutama nyeri hebat

12. Evaluasi efektivitas analgetik, tanda dan gejala

b. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk

defekasi aakibat nyeri selama eliminasi

Intervensi, menurut amin & hardi, (2015) yaitu:

1. Monitor tanda dan gejala konstipasi

2. Monitor bisisng usus

3. Monitor feses frekuensi, kosistensi, dan volume


73

4. Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan

peningkatan bising usus

5. Monitor gejala rupture usus

6. Identifikasi konstribusi konstipasi

7. Pantau tanda dan gejala konstipsi

8. Ajarkan pasien/keluarga bagaimana untuk diet tinggi serat

Sedangkan, tindakan/implementasi yang di lakukan Ny “A” yaitu:

1. Monitor bising usus

2. Ajarkan klien dan keluarganya untuk diet serat

3. Kalaborasi pemberian terapi farmakologi

Sedangkan kesenjangan yang ditemukan pada kasus, yaitu:

1. Monitor tanda dan gejala konstipasi

2. Monitor feses frekuensi, kosistensi, dan volume

3. Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan

peningkatan bising usus

4. Monitor gejala rupture usus

5. Identifikasi konstribusi konstipasi

6. Pantau tanda dan gejala konstipsi

c. Resiko infeksi berhubungan dengan ada lesi di daerah rectum

Intervensi menurut amin & hardi, (2015) yaitu:

1. Monitor status sirkulasi Bp, warna kulit, suhu kulit, denyut

jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill.

2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan

3. Monitor suhu dan pernapasan


74

4. Monitor input dan output

5. Pantau nilai laboratorium : HB, HT, AGD, dan elektrolit

6. Monitor hemodinamik invasi yang yang sesuai

7. Monitor tanda dan gejala asites

8. Monitor tanda awal syok

9. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk

peningkatan preload dengan tepat

10. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas

11. Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat

12. Berikan vasodilator yang tepat

13. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala

datangnya syok

14. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk

mengatasi gejala syok

Sedangkan, tindakan/implementasi yang dilakukan Ny “A” yaitu:

1. Berikan terapi antibiotic bila perluh infection protection

(proteksi terhadap infeksi)

2. Observasi kondisi luka/insisi bedah

3. Ajarkan cara mencegah infeksi

Sedangkan kesenjangan yang di temukan pada kasus, yaitu:

1. Monitor status sirkulasi Bp, warna kulit, suhu kulit, denyut

jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill.

2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan

3. Monitor suhu dan pernapasan


75

4. Monitor input dan output

5. Pantau nilai laboratorium : HB, HT, AGD, dan elektrolit

6. Monitor hemodinamik invasi yang yang sesuai

7. Monitor tanda dan gejala asites

8. Monitor tanda awal syok

9. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk

peningkatan preload dengan tepat

10. Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas

11. Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat

12. Berikan vasodilator yang tepat

13. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala

datangnya syok

14. Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk

mengatasi gejala syok

5. Evaluasi

Setelah peneliti melakukan Implementasi Keperawatan yang

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan Perawatan pada Klien Ny “A”

saat dirawat, maka diperoleh Evaluasi Keperawatan pada Masalah Nyeri

Akut dapat teratasi dengan baik pada tanggal 08 Juli 2020 ditandai dengan

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, serta data yang ditemukan

pada Pelaksanaan Tindakan yaitu data Subjektif meliputi: Klien

mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi, Klien mengatakan BAB

nya sudah lancar dan Klien mengatakan luka operasinya sudah sembuh.

Dan data Objektif meliputi Klien sudah tidak meringis lagi, Bising usus
76

sudah normal, Tampak tampon sudah terlepas, Tidak ada nyeri tekan

diperut dan Kondisi luka Klien sudah mengering.

Maka berdasarkan data tersebut dapat dipastikan bahwa sudah tidak

ada masalah keperawatan yang belum teratasi dengan kriteria hasil:

1) klien sudah tidak nyeri

2) klien mengatakan BAB lancar

3) klien mengatakan luka mengering


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah Peneliti melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien yang

dirawat selama 3 hari, maka Peneliti menyimpulkan bahwa:

1. Pada Pengkajian, didapatkan Keluhan Utama Klien yaitu Nyeri Akut dan

Nyeri pada anus saat BAB (Buang Air Besar) dirasakan sejak 3 hari yang

lalu sebelum masuk Rumah Sakit, sehingga Anak Klien membawa Klien

ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada tanggal 04 Januari 2020.

2. Diagnosa Keperawatan utama yang ditemukan pada kasus Ny. “A”

dengan Post Op Hemoroid adalah Nyeri Akut berhubungan dengan agen

cidera fisik. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan

untuk defekasi akibat nyeri selama eliminasi dan Resiko Infeksi

berhubungan dengan ada lesi didaerah rektum.

3. Perencanaan Keperawatan pada Diagnosa Nyeri Akut sesuai dengan teori,

yaitu berdasarkan Nursing Intervension Classification (NIC) dan Nursing

Outcome Classification (NOC). Intervensinya yaitu Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, kualitas, dan faktor

presipitasi, Monitor vital sign, Ajarkan tekik relaksasi nafas dalam (non

farmakologi), Anjurkan klien banyak istirahat dan Pemberian obat / terapi

farmakologi.

4. Tindakan Keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sesuai dengan

Rencana yang telah ditetapkan pada Diagnosa Nyeri Akut yaitu

Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


77
78

kualitas, dan faktor presipitasi, Memonitor vital sign, Mengajarkan

tekhnik relaksasi nafas dalam (non farmakologi), Menganjurkan klien

banyak istirahat dan Memberikan obat / terapi farmakologi.

5. Evaluasi Keperawatan yang telah dilaksanakan selama tiga hari pada

Masalah Nyeri Akut dapat teratasi ditandai dengan melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri, serta data yang ditemukan pada Pelaksanaan

Tindakan yaitu data Subjektif meliputi: Klien mengatakan sudah tidak

merasakan nyeri lagi, Klien mengatakan BAB nya sudah lancar dan Klien

mengatakan luka operasinya sudah sembuh. Dan data Objektif meliputi

Klien sudah tidak meringis lagi, Bising usus sudah normal, Tampak

tampon sudah terlepas, Tidak ada nyeri tekan diperut dan Kondisi luka

Klien sudah mengering.

B. Saran

Setelah Peneliti melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. “A”

yang mengalami Post Op Hemoroid dengan Masalah Keperawatan Nyeri

Akut di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, maka saran yang dapat

diberikan untuk dijadikannya pengalaman ke arah lebih baik maka Peneliti

tujukan kepada :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan Penelitian Karya Tulis Ilmiah yang benar-benar Ilmiah

dalam Pengkajian maupun Pendokumentasian lebih ditingkatkan.

Penyediaan lahan praktek yang memadai memudahkan Peneliti untuk

mendapatkan data secara akurat serta pemahaman persepsi dari berbagai

pihak perlu dikaji kembali, sehingga Peneliti dapat melaporkan hasil


79

Pengkajian dengan baik. Serta memperbanyak buku dan literatur

mengenai Post Op Hemoroid dan Asuhan Keperawatan Post Op

Hemoroid dengan tahun penerbitan yang baru, sehingga dapat

memperbanyak wawasan bagi pembacanya.

2. Bagi Rumah Sakit / Staff

Diharapkan untuk dapat memberikan Pelayanan kepada Klien

seoptimal mungkin, meningkatkan mutu Pelayanan Rumah Sakit, dan

meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan khususnya dalam

penanganan Klien yang mengalami Penyakit Post Op Hemoroid.

3. Bagi Klien Dan Keluarga

Diharapkan Klien dan keluarga dapat memahami cara Pencegahan

dan Pengobatan Post Op Hemoroid serta keluarga dapat selalu mengawasi

dan membantu Klien untuk menghindari faktor-faktor pencetus yang

dapat

membuat Penyakit Post Op Hemoroid pada Klien kambuh.

4. Bagi Tenaga Keperawatan

Diharapkan untuk dapat meningkatkan kualitas Asuhan

Keperawatan khususnya bagi Klien Post Op Hemoroid untuk membantu

penyembuhan.

5. Bagi Pembaca / Masyarakat

Diharapkan untuk dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan

Post Op Hemoroid sehingga dapat dilakukan upaya-upaya yang

bermamfaat untuk mencegah maupun menangani Penyakit ini. Serta


80

dapat memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk dapat menerapkan Ilmu Keperawatan yang telah

dipelajari dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat

memberikan Asuhan Keperawatan pada Klien secara optimal khususnya

pada Klien Post Op Hemoroid. Serta diharapkan dapat memperbanyak

bahan bacaan sebagai literatur sehingga wawasan lebih banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad et al. 2014. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2 Agustus 2010. Diambil
dari:.http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusda
tin/buletin/buletin-dbd.pdf. (diakses pada 18 Januari 2018)

Andriani et al. 2014. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam


Berdarah Dengue (Dbd) Pada Penderita Anak Yang Menjalani
Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Tahun 2013. Manado:
Jurnal Ilmiah Farmasi - Unsrat. Vol. 3, No. 2.

Budi et al. 2015. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Defenisi & Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Budiono dan Pertami, Sumirah Budi. 2015. KONSEP DASAR


KEPERAWATAN. Jakarta: Bumi Medika

Bulechek et al. 2013. Edisi Keenam Nursing Interventions Classification (NIC).


Yoggyakarta:Mocomedia

Candra, Aryu. 2013. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan


Faktor Risiko Penularan. Semarang: Vol. 2 No. 2: 110 –119

Giyatmi, Tri. 2015. Asuhan Keperawatan Pada An. I Dengan Dengue


Haemorrhagic Fever Di Ruang Mawar Rsud Banyudono. Juli
2015. Diambil
dari:http://eprints.ums.ac.id/33964/1/1.%20NASKAH
%20PUBLIKASI.pdf. (diakses pada 18 Januari 2018)

Impartina, Ati’ul. 2014. Dengan Hubungan Motivasi Perilaku Pencegahan


Penyakit Dhf Di Desa Karangcangkring Kedungpring Lamongan.
Lamongan: Vol. 03, No. 19

Kusuma dan Sukendra. 2016. Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah


Dengue Berdasarkan Kepadatan Penduduk. Juli 2015. Diambil
dari:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/download/970
3/6200. (diakses pada 18 Januari 2018)

Moorhead et al. 2013. Edisi Kelima. Nursing Outcomes Classification (NOC).


Yoggyakarta:Mocomedia Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-
Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: MediAction.

Pangemanan et al. 2016. Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn)


Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Desa
Watutumou I, II & III Wilayah Kerja Puskesmas Kolongan.
81
Watutumow: e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2.

Peristiowati et al. 2014. Evaluasi Pemberantasan Demam Berdarah Dengue dengan


Metode Spasial Geographic Information System (GIS) dan
Identifikasi Tipe Virus Dengue di Kota Kediri. Kediri:. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, No. 2.

Pranata dan Artini. 2013. Gambaran Pola Penatalaksanaan Demam Berdarah


Dengue (Dbd) Pada Anak Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2013. Buleleng: E-
JURNAL MEDIKA, VOL 6 NO 5, HAL 21-27.

Sahrir et al. 2016. Pemetaan Karakteristik Lingkungan Dan Densitas Nyamuk Aedes
Aegypti Berdasarkan Status Endemisitas Dbd Di Kecamatan Kolaka.
Kolaka: JST Kesehatan, Vol.6 No.1 : 70 – 75.

Sipahutar, Mei Delima. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Sikap Dalam
Pencegahan Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (Dhf) Pada
Balita Di Jl. Karya Lingkungan Xiv Medan. Medan: Jurnal Ilmiah
Keperawatan Vol. 1, No. 1

Sucipto et al. 2015. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit


Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan Jenis Serotipe Virus Dengue
Di Kabupaten Semarang. Semarang: Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Vol. 14 No. 2.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Defenisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Wijaya dan Putri. 2013. KMB 2 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


(KEPERAWATAN DEWASA). Yogyakarta: Muha Medika

82
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini, saya:

Nama/intial :

Umur :

Alamat :

memberikan persetujuan untuk mengisi lembar persetujuan menjadi


responden yang diberikan peneliti. saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui "ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN YANG MENGALAMI HEMOROID DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR ".

saya telah diberi tahu peneliti bahwa jawaban yang diberikan akan
dijamin kerasihannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian. oleh
karena itu secara sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini.

Makassar, .........2017

Responden

1
LAMPIRAN 2

INSTRUMEN PENELITIAN

I. IDENTITAS

A. Anak

1. Nama : ..............................................

2. Anak yang ke : ..............................................

3. Tanggal lahir/umur : ..............................................

4. Jenis kelamin : ..............................................

5. Agama : ..............................................

B. Orang Tua

1. Ayah

a. Nama : ..............................................

b. Umur : ..............................................

c. Pekerjaan : ..............................................

d. Pendidikan : ..............................................

e. Agama : ..............................................

f. Alamat : ..............................................

2. Ibu

a. Nama : ..............................................

b. Umur : ..............................................

c. Pekerjaan : ..............................................

d. Pendidikan : ..............................................

e. Agama : ..............................................

2
f. Alamat : ..............................................

II. GENOGRAM

Gambar Genogram

Keterangan :

G1 = ..............................................

G2 = ..............................................

G3 = ..............................................

III. RIWAYAT PENYAKIT

A. Riwayat Penyakit sekarang

1. Keluhan utama : ..............................................

2. Riwayat keluhan : ..............................................

3. Keluhan saat pengkajian : ..............................................

B. Riwayat kesehatan Anak (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

1. Prenatal care

a. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh

ibu : ..............................................

b. Imunisasi TT : Ya/Tidak

2. Natal

a. Jenis persalinan : ..............................................

b. Penolong persalinan : ..............................................

c. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirnnya dan

setelah melahirkan : .............................

3
3. Post natal

a. Kondisi bayi : ..............................................

b. BB lahir : .... kg

C. Riwayat penyakit keluarga

..............................................

IV. RIWAYAT IMUNISASI LENGKAP

Tempat
Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi
Imunisasi

HB 0 bulan

BCG bulan

Pentavalen 1 bulan

Pentavalen 2 bulan

Pentavalen 3 bulan

Polio 1 bulan

Polio 2 bulan

Polio 3 bulan

Campak bulan

Hib ulangan bulan

Campak Ulangan bulan

V. TUMBUH KEMBANG

A. Pertumbuhan fisik

1. PB/TB : .... cm

2. BB : .... Kg

3. LK : .... cm

4
4. LLA : .... cm

B. Perkembangan (Gunakan KPSP untuk menilai perkembangan anak)

Lingkari yang sesuai dengan perkembangan anak : sesuai dengan umur.

PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

A. Pola persepsi dan Penanganan kesehatan

Pengetahuan keluarga tentang status kesehatan anak saat ini, perlindungan

terhadap kesehatan :

.....................................................................................................................

Sebelum sakit Setelah sakit

B. Pola nutrisi metabolik .............................. ..............................

C. Pola eliminasi .............................. ..............................

Pola aktivitas dan


D. .............................. ..............................
latihan

E. Pola tidur dan istirahat .............................. ..............................

F. Pola persepsi kognitif

..............................................

G. Pola konsep diri

..............................................

H. Pola peran dan hubungan

..............................................

I. Pola seksualitas dan reproduksi

..............................................

J. Pola koping dan toleransi stres

5
..............................................

K. Pola nilai dan keyakinan

..............................................

VI. PENGAWASAN KESEHATAN

.............................................................................................................................

.........................................................................................................

VII. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Jenis Akut/Kronis/ Umur saat Pertolonga


No Lamanya
Penyakit Menular/Tidak sakit n

1 ................... ..................... ................. ............... .................

2 .................... ..................... ................. ............... .................

VIII. KESEHATAN LINGKUNGAN

.............................................................................................................................

IX. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : ..............................................

A. Kesadaran : ..............................................

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu : .... oC

2. Nadi : .... x/i

3. Pernafasan : .... x/i

4. Tekanan darah : .... mmHg

C. Kepala : ..............................................

6
D. Mata : ..............................................

E. Hidung : ..............................................

F. Telinga : ..............................................

G. Mulut : ..............................................

H. Leher : ..............................................

I. Thorak/pernafasan : ..............................................

J. Jantung : ..............................................

K. Abdomen : ..............................................

L. Ektremitas : ..............................................

M. Genitalia : ..............................................

N. Anus : ..............................................

O. Neurologi :

1. Nervus I : ..............................................

2. Nervus II : ..............................................

3. Nervus III : ..............................................

4. Nervus IV : ..............................................

5. Nervus V : ..............................................

6. Nervus VI : ..............................................

7. Nervus VII : ..............................................

P. Antropometri

1. BB : .... kg.

2. TB : .... cm.

3. Lingkar Kepala : .... cm.

4. Lingkar Dada : .... cm.

7
5. Lingkar Lengan : .... cm.

8
LAMPIRAN 3

LEMBAR OBSERVASI KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN


NAPAS

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas sebelum melakukan terapi nebulizer,


fisioterapi dada dan batuk efektif

Tanggal Pengukuran:

Bersihan Jalan Napas Ada Tidak Ada

Suara napas tambahan

Batuk

Perubahan pola pernapasan

Perubahan frekuensi
pernapasan

Sianosis, kesulitan
berkomunikasi (bicara)

Suara napas berkurang

Dahak berlebihan

Anda mungkin juga menyukai