Anda di halaman 1dari 44

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEPATUHAN PERAWAT MELAKUKAN


DOKUMENTASI CLINICAL PATHWAY
SECTIO CAESAREA
DI RS X JAKARTA
2018

Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh : Maya Yenny


NIM : 201612140

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
JAKARTA
2018
PERNYATAAN PESETUJUAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
PERAWAT DI RS X MELAKUKAN DOKUMENTASI
CLINICAL PATHWAY
SECTIO CAESAREA

Proposal penelitian

Telah disetujui dan diuji dihadapan tim penguji Proposal Penelitian


Program S1 Keperawatan Sint Carolus

Jakarta, 20 Februari 2018

Pembimbing Metodologi Pembimbing Materi

Fulgensius Surianto, M.Kesos Margaretha Kusmiyanti, SPd, M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini, adapun judul proposal ini
adalah “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
PERAWAT MELAKUKAN DOKUMENTASI CLINICAL PATHWAY SECTIO
CAESAREA DI RS X JAKARTA 2018”.

Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah syarat untuk
melakukan penelitian skripsi untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan STIK Sint
Carolus. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai ada penyusunan makalah proposal penelitian
ini, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Emiliana Tarigan, SKp, M.Kes selaku Ketua STIK Sint Carolus
2. Ibu Theresia
3. Ibu Margaretha Kusmiyanti, SPd, M.Kes selaku dosen pembimbing materi
dan Bapak Fulgensius Surianto, M.Kesos selaku pembimbing metodologi
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarakan penulis
dalam penyusunan makalah proposal penelitian ini.
4. Ibu Justina Purwanti Acihayati, M.Kep.,Sp.Mat selaku dosen penguji
proposal penelitian.
5. Ibu Ani Widiastuti
6. Ibu Cristine Natalia Sinuhaji, Amkeb selaku koordinator ruangan Perawatan
Lantai 7.
7. Pihak Rumah Sakit Pondok Indah Puri Indah terutama rekan- rekan maternity
yang telah banyak membantu dalam memperoleh data yang diperlukan.
8. Mama Samianna Tambunan, papa Baktiar Sibuea, kakak-kakakku Sarma
Dewi Verawati Sibuea dan Ryanto Fredy Sibuea serta adik-adikku Monalisa
Betty Sibuea dan Ivan Erikson Sibuea dan keluarga besar penulis yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan baik secara material dan moral.
9. Sahabat yang tealh banyak membantu penulis menyelesaikan propoal
penelitian ini
10. Teman-teman sarjana keperawatan angkatan kedua RSPI atas semangat dan
dukungannya dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian proposal
penelitian ini.

Jakarta, 13 Februari 2018

Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul Dalam
Halaman Persetujuan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup
Bab II : TINJAUAN KEPUSTAKAAAN
A. Uraian teoritis
B. Analisis rerkait
C. Penelitian terkait
Bab III : KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
B. Hipotesis penelitian
C. Variabel penelitian
Bab IV : METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain penelitian
B. Populasi dan sampel penelitian
C. Tempat dan waktu penelitian
D. Etika penelitian
E. Alat pengumpul data
F. Metode pengumpulan data
G. Tehnik analisis data
H. Jadwal kegiatan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan rumah sakit
adalah rumah tempat merawat orang sakit, menyediakan dan memberikan
pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Rumah sakit
menjadi sebuah sarana kesehatan yang dianggap mampu dalam memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan mempunyai SDM yang terlatih
dalam bidangnya.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan 2017 jumlah
Rumah Sakit Umum sebanyak 2.045 dan jumlah Rumah Sakit Khusus sebanyak
556 dengan total keseluruhan Rumah sakit yang ada di Indonesia sebanyak 2.601
RS yang terdiri dari Rumah Sakit Pemda, Pemprov, Pemkab, Pemkot, RS swasta
non profit, Organisasi swasta & sosial, Swasta perorangan, Perusahaan dan swasta
lainnya. Di DKI Jakarta sendiri menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan 2017 jumlah total keseluruhan Rumah Sakit sebanyak 190. Dengan
banyaknya Rumah sakit yang berdiri maka tenaga kesehatan profesional yang
dibutuhkan semakin banyak dan salah satunya adalah perawat.
Perawat adalah sebuah profesi dalam bidang kesehatan yang berhubungan
langsung dengan klien dan perannya mempunyai dampak besar dalam proses
perawatan pasien selama di Rumah sakit. Perawat sebagai salah satu pemberi
layanan kesehatan yang mempunyai peranan terbesar dan jumlah terbanyak di
Rumah Sakit.
Tercatat jumlah persentasi perawat Berdasarkan data dari Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(BPPSDMK) persentasi jumlah perawat adalah yang terbesar diantara tenaga
kesehatan lain yaitu 29,66% dari seluruh data rekapitulasi tenaga kesehatan di
Indonesia per Desember 2016. Dan menurut Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan 2017 jumlah keseluruhan perawat di Indonesia sebanyak
296.876 orang dan di DKI Jakarta sendiri jumlah keseluruhan perawat sebanyak
22.982 orang.
Karena banyaknya tenaga perawat yang ada di Indonesia proses
keperawatan menjadi salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan yang
diandalkan di Rumah sakit. Keperawatan itu sendiri adalah proses pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan bedasarkan
ilmu dan strategi keperawatan berbentuk pelayanan yang mencakup bio-psiko-
sosial-spiritual yang menyeluruh dan ditujukan pada individu, kelompok,
masyarakat, baik yang sehat maupun sakit.
Peran perawat menurut Hidayat dalam konsorsium ilmu kesehatan tahun
1989 (2008) terdiri dari peran sebagai asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu. Dalam proses
keperawatan, terdapat beberapa komponen yang dapat disimpulkan dengan
melalui tahapan proses keperawatan di antaranya tahap pengkajian, tahap
diagnosa keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan serta tahap evaluasi.
Dan dalam setiap tahapan proses keperawatan ada dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang
berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pencatatan mulai dari
pengkajian, mendiagnosa, merencanakan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan
(Hutahaean, 2010). Jenis dari dokumentasi keperawatan ada berbagai macam baik
dalam bentuk elektronik maupun manual. Salah satu dokumentasi yang
diterapkan di berbagai Rumah sakit adalah Clinical pathway.
Clinical pathway secara internasional diartikan sebagai pengaturan
manajemen kesehatan. Clinical Pathway adalah metode untuk manajemen
perawatan pasien pada sekelompok pasien yang mempunyai diagnosa yang sama
dan lama proses perawatan dalam periode waktu yang ditentukan dengan baik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yurni Dwi Astuti dkk tahun 2017
dengan judul “Evaluasi Implentasi Clinical Pathway Sectio Caesarea di RSUD
Panembahan Senopati Batul”. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
konten dan mutu clinical pathways sectio caesarea (CP SC), mengevaluasi
kepatuhan implementasi CP SC dan mengetahui hambatan yang ada dalam
implementasi CP SC, sehingga dapat menyusun rekomendasi untuk meningkatkan
implementasi CP SC di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dari hasil analisis
data penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan yaitu pada aspek input
dapat disimpulkan bahwa formulir clinical pathway sectio caesarea yang dinilai
adalah benar sebuah clinical pathway menurut standar penilaian ICPAT dan pada
bagian konten dan mutu termasuk dalam kriteria moderate. Peran organisasi
rumah sakit pada aspek konten masuk dalam kriteria baik, sedangkan aspek mutu
termasuk dalam kriteria moderate. Kebutuhan tenaga perawat dan dokter sudah
sesuai dengan kebutuhan tenaga yang diperlukan dan sudah sesuai standar yang
ada. Namun tenaga non keperawatan masih kurang dari jumlah kebutuhan.
Hambatan yang dirasakan dalam implementasi clinical pathways sectio caesarea
adalah kurangnya kesadaran terhadap pentingnya clinical pathways karena
sosialisasi tidak diberikan secara merata dan komprehensif serta rendahnya
kepatuhan pendokumentasian clinical pathway sectio caesarea yang dianggap
sebagai beban kerja tambahan bagi para staf.
Di RS X sendiri terdapat 10 jenis clinical pathways yang berlaku terdiri dari
Clincal Pathway Sectio Caesarea, Appendiktomie, DHF, Thypoid,
Hemoroidectomie, Laser Hemoroidoplasty, Partus Spontan, Peneumonia, TB dan
ORIF. Dan di ruang perawatan Lantai 7 khususnya sering menggunakan Clinical
Pathway Sectio Caesarea dan Clinical Pathway Partus spontan.
Bedasarkan data statistik klien yang diambil dari Perawatan Lantai 7
ditemukan sebanyak 263 klien yang bersalin selama 3 bulan terakhir dimulai
bulan September 2017 sampai dengan November 2017, sebanyak 147 klien
diantaranya melahirkan secara Sectio Caesarea. Dan dari data Medical Record
ditemukan dari 147 file klien post sectio caesarea ditemukan sekitar 121 file atau
sebanyak 82.3% file tidak lengkap dan dikembalikan ke ruang perawatan lantai 7
untuk dilengkapi. Karena jumlah pasien Sectio Caesarea lebih banyak daripada
pesalinan normal maka ini menjadi temuan yang paling banyak dalam audit
medical review dalam hal dokumentasi keperawatan di ruang Perawatan Lantai 7
RSPI Puri Indah. Pada bulan Desember 2017 format clinical pathway di RS X
telah diubah menjadi lebih singkat dari yang sebelumnya terdiri dari 17 halaman
menjadi 4 halaman dengan untuk lembar pengisian dokumentasi keperawatan
lebih mudah dibandingkan sebelumnya, meskipun demikian pada audit medical
record pada bulan Desember 2017 – Januari 2018 masih ditemui sebanyak 82 file
pasien post sectio dari 113 file masih belum lengkap dokumentasi keperawatan
pada clinical pathway.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti berniat untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
perawat dalam melakukan dokumentasi clinical pathway sectio caesarea di RS X
Jakarta 2018”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut : Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam
melakukan dokumentasi clinical pathway sectio caesarea di RS X Jakarta 2018?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan perawat di RS X melakukan clinical pathway Sectio
Caesarea.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik : usia, pendidikan dan masa
kerja perawat melakukan dokumentasi clinical pathway sectio caesarea di
RS X
b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan perawat dmelakukan
dokumentasi clinical pathway sectio caesarea di RS X.
c. Mengetahui distribusi frekuensi sikap perawat melakukan dokumentasi
clinical pathway sectio caesarea di RS X.
d. Mengetahui distribusi frekuensi hubungan karakteristik perawat : usia,
pendidikan dan masa kerja terhadap kepatuhan melakukan dokumentasi
clinical pathway sectio caesarea di RS X.
e. Mengetahui distribusi frekuensi hubungan pengetahuan perawat terhadap
kepatuhan melakukan dokumentasi clinical pathway sectio caesarea di RS
X
f. Mengetahui distribusi frekuensi hubungan sikap perawat terhadap
kepatuhan melakukan dokumentasi clinical pathway sectio caesarea di RS
X.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
peneliti serta menjadi bahan pembelajaran di tempat praktek.
2. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur ilmiah keperawatan secara
umum khususnya keperawatan maternitas, terutama dalam bidang yang
berkaitan dengan hunbungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan
perawatan dalam pengisian clinical pathway.
3. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Rumah sakit
tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam
pengisian clinical pathway.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai landasan dan gambaran dalam melakukan penelitian terkait tingkat
pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam pengisian clinical pathway.

E. Ruang Lingkup
Penelitian yang akan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melakukan dokumentasi clinical
pathway sectio caesarea. Penelitian ini akan dilaksanakan di RS X pada bulan
Februari 2018 sampai dengan April 2018 dengan responden seluruh perawat yang
bertugas di lantai 7.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Teori dan Konsep Terkait
1. Clinical Pathway
a. Pengertian
Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara rinci tahap-
tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan
dengan berbasis pada bukti-bukti ilmiah, mempunyai dampak luas
terhadap jalur klinis, sumber daya rumah sakit dan hasil pada pasien.
Clinical Pathway adalah metode untuk manajemen perawatan pasien
pada sekelompok pasien yang mempunyai diagnosa yang sama dan lama
proses perawatan dalam periode waktu yang ditentukan dengan baik.
(Journal Management of Nursing 2006).
b. Tujuan Clinical Pathway
Tujuan utama utama implementasi clinical pathway adalah untuk
memilih pola praktek terbaik dari berbagai macam variasi pola praktek,
menetapkan standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan
penggunaan prosedur klinik. Selain itu, implementasi clinical pathway
dapat digunakan untuk menilai hubungan antara berbagai tahap dan
kondisi yang berbeda dalam suatu proses serta menyusun strategi untuk
menghasilkan pelayanan yang lebih cepat dengan tahap yang lebih sedikit
(Kinsman dkk., 2010).
Implementasi clinical pathway dapat menjadi sarana dalam
terwujudnya tujuan akreditasi rumah sakit yakni dalam meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit, meningkatkan keselamatan pasien rumah
sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat serta
sumber daya rumah sakit (Kemenkes, 2012). Pada era globalisasi seperti
sekarang ini rumah sakit dituntut untuk melaksanakan akreditasi baik
secara nasional melalui Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) maupun
standar internasional melalui Joint Commission International (JCI) guna
memperbaiki keselamatan dan kualitas dari pelayanan.
Alasan lain yang melatarbelakangi implementasi clinical pathway
adalah adanya penerapan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
telah 2 dilaksanakan sejak Januari 2014 oleh Badan Pengelola Jaminan
Kesehatan (BPJS). Kementerian Kesehatan telah menetapkan Permenkes
nomor 69 tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan akan membayar
kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan sistem kapitasi dan
untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dengan sistem paket
Indonesia Case Based Groups (INA- CBG’s).
Penerapan tarif paket INA-CBGs ini menuntut manajemen rumah
sakit untuk mampu mengefisiensi biaya dan mengoptimalkan pengelolaan
keuangan rumah sakit, serta melakukan kendali mutu, kendali biaya dan
akses melalui penghitungan biaya pelayanan (Cost Of Care) berdasarkan
perhitungan unit cost yang dimiliki rumah sakit (Kemenkes, 2013).
c. Prioritas Clinical Pathway
Menurut DepKes RI Clinical Pathway dibagi menjadi beberapa prioritas
utama :
1) Kasus yang sering ditemui
2) Kasus yang terbanyak
3) Biayanya tinggi
4) Perjalanan penyakit dan hasilnya dapat diperkirakan
5) Telah tersedia standar pelayan medis dan Standar operasional prosedur
d. Manfaat Clinical Pathway
Clinical Pathway mempunyai banyak sekali manfaat diantaranya adalah
1) Variasi diagnosis dan prosedur minimal
2) Sumber daya yang digunakan homogen
3) Menyediakan standar untuk pelayanan secara nyata dan baik
4) Meningkatkan mutu pelayanan yang berkelanjutan
5) Mengurangi Length of Stay rumah sakit
6) Menurunkan penggunaan Clinical Guidelines dan pengobatan berbasis
Evidence
7) Meningkatkan komunikasi, teamwork dan rencana perawatan
8) Menurunkan biaya perawatan
9) Efisiensi penggunaan sumber daya tanpa mengurangi mutu

2. Pengetahuan

a. Definisi
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sampai dipengaruhi intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan
(mata) (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat
pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu
objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang
sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek
atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih
ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagianbagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin capat menerima dan memahami
suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi
(Sriningsih, 2011).
2) Informasi/ Media Massa
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari
pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan
bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan
seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran
maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan
seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah
pengetahuan dan wawasannya.
3) Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga
status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang
yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan
baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan
kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat
pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah
rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas
yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan

4) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam
individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik
akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang
baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.
5) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri
sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu
permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara
menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah
dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai
pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.
6) Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga
akan semakin membaik dan bertambah.
d. Pengukuran tingkat pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang ditetapkan
menurut hal-hal berikut :
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
3) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi.
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Menurut Arikunto (2006) terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan
yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :

1) Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.


2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%
3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

3. Kepatuhan
a. Pengertian
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menurut dan
disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008). Kepatuhan dapat terjadi dalam bentuk apapun, selama
individu tersebut menunjukkan perilaku taat terhadap sesuatu atau
seseorang. Misalnya kepatuhan terhadap norma sosial. Herbert Kelman
(dalam Tondok, Ardiansyah & Ayuni, 2012) mendefinisikan kepatuhan
sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas meskipun individu secara
personal individu tidak setuju dengan permintaan tersebut.

Menurut Shaw (Dalam Umami, 2010), kepatuhan berhubungan


dengan harga diri seseorang di mata orang lain. Orang yang telah memiliki
konsep bahwa dirinya adalah orang yang pemurah, akan menjadi malu
apabila dia menolak memberikan sesuatu ketika orang lain meminta
sesuatu padanya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Niven (2008) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:

1) Usia
Tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya umur. Dari segi
kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai orang yang lebih dewasa
daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal
ini berkaitan dengan pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin
dewasa seseorang, maka cara berpikir semakin matang. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015 ) usia adalah Lama waktu hidup
atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Kategori Usia kerja menurut Nurman (2013) :
a) 21-30 tahun
b) 31-40 tahun
c) > 40 tahun
2) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Pendidikan seseorang dapat meningkatkan kepatuhan,
sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
Menurut Effendi, (2005) Pendidikan adalah segala usaha yang
bertujuan mengembangkan sikap dan kepribadian, pengetahuan dan
keterampilan
3) Jenis Kelamin
Perbedaan nilai dan sifat berdasarkan jenis kelamin ini akan
mempengaruhi pria dan wanita dalam membuat keputusan dan praktik.
Para pria akan bersaing untuk mencapai kesuksesan dan lebih
cenderung melanggar peraturan yang ada karena meraka memandang
pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan. Berbaliklah dengan pria
yang mementingkan kesuksesan akhir atau relative performance, para
wanita lebih mementingkan self performance. Wanita akan lebih
menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik dan hubungan
kerja yang harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh terhadap
peraturan yang ada. Selain itu jenis kelamin memiliki arti perbedaan
antara laki-laki dan perempuan secara biologic sejak lahir (hungu,2007)
4) Masa Kerja
Pengalaman atau masa kerja adalah keseluruhan yang diperoleh
seseorang dari peristiwa yang dialami selama perjalanan kerja. Semakin
lama seseorang bekerja dalam suatu bidang maka semakin terampil
seseorang dalam pekerjaannya
4. Sikap
a. Pengertian sikap
1) Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, objek atau isu (Azwar S dalam Wawan & Dewi,
2011).
2) Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap sesuatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003)
3) Sikap merupakan suatu tindakan afeksi baik yang bersifat positif yang
menyenangkan maupun bersifat negatif yang tidak menyenangkan
dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis (Thurstone cit
walgito dalam setiyajati, 2014).

b. Sifat sikap
Menurut wawan dan Dewi, (2011) terbagi menjadi 2:
1) Sikap Positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,menyenangi
dan mengharapkan obyek tertentu
2) Sikap Negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci dan tidak menyukai obyek tertentu
c. Komponen sikap
Wawan & Dewi ( 2011) mengatakan bahwa ada 3 komponen yang
membentuk sikap yaitu :

1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang


berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal – hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang


berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek
sikap. Rasa senang merupkan hal yang positif sedangkan rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah
sikap, yaitu positif dan negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu


komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu
menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku
seseorang terhadap objek sikap.
d. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni ( Notoatmodjo dalam Wawan &
Dewi, 2011) :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah sesuatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut

3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang
mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb).
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
e. Ciri – ciri sikap menurut Wawan & Dewi, (2011)
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.
2) Sikap dapat berubah – ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
dapat berubah pada orang – orang bila terdapat keadaan – keadaan dan
syarat – syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan sesuatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi – segi motivasi dan segi – segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan – kecakapan atau
pengetahuan – pengatahuan yang dimiliki orang.

f. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap (Wawan& Dewi, 2011) :


1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meningkatkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut menjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dinggap penting
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah.Karena kebudayaanlah yang memberi
corak pengalaman individi – individu masyarakat asuhannya.
4) Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme ego.

e. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap


seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.Pernyataan sikap
mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek
sikap. Pengukuran sikap dengan skala Thurston, mengukur sikap juga
menggunakan metode “ Equel-Appearing Intervals”. Skala yang telah
disusun merupakan range dari yang menyenangkan (favorable) sampai
tidak menyenangkan (unfavorable). Nilai skala bergerak dari 0,0
merupakan eksrem bawah sampai 11,0 yang merupakan ekstrem atas.

Pengukuran sikap dengan skala likert dikenal dengan teknik “Summated


Ratings” responden diberikan pernyataan-pernyataan dengan kategori 1
sampai 5 kategori jawaban seperti sangat setuju diberi nilai (5), setuju (4),
ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) dimana nilai 5 adalah
hal yang paling menyenangkan dan nilai 1 yang tidak menyenangkan
(Nazir, 2017 )

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yurni Dwi Astuti dkk tahun 2017 dengan
judul “Evaluasi Implentasi Clinical Pathway Sectio Caesarea di RSUD
Panembahan Senopati Batul”. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
mengevaluasi konten dan mutu clinical pathways sectio caesarea (CP SC),
mengevaluasi kepatuhan implementasi CP SC dan mengetahui hambatan
yang ada dalam implementasi CP SC, sehingga dapat menyusun
rekomendasi untuk meningkatkan implementasi CP SC di RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian mix
methode dengan desain studi kasus. Data kuantitatif untuk melihat
dokumentasi dan kepatuhan pada rekam medis pasien yang menjalani
operasi SC elektif yang dipilih secara total sampling serta mengevaluasi
CP SC menggunakan Integrated Care Pathway Appraisal Tools (ICPAT)
yang terdiri dari 6 dimensi. Data kualitatif diperoleh dengan cara
melakukan deep interviewdengan menggunakan metode purposive
sampling.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hasbi Nur tahun 2016 dengan
judul “Pengaruh Penerapan Terhadap Kejadian Komplikasi Post Sectio
Caesarea di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang”. Kejadian
komplikasi pasien post sectio caesarea yang masih tinggi menuntut
peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit. Clinical pathway bisa
dijadikan alternatif untuk menurunkan kejadian komplikasi pada pasien
post sectio caesarea. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
penerapan clinical pathway terhadap kejadian komplikasi pasien post
sectio caesarea di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Studi
observasional analitik dengan rancangan potong lintang ini dilakukan pada
128 sectio caesarea di Rumah Sakit Islam Sultan Agung periode Januari
2013 – Desember 2015. Data penerapan dan komplikasi diperoleh dari
catatan medis. Data tersebut diolah dengan menggunakan uji Fisher’s
exact test. Kelompok pasien yang ditangani sebelum penerapan clinical
pathway disertai tidak mengalami komplikasi post sectio caesarea adalah
sebanyak 92,2%, sedangkan pada kelompok pasien yang ditangani sesudah
penerapan clinical pathway sebanyak 98,4% dan pada kelompok pasien
yang ditangani sebelum penerapan clinical pathway disertai mengalami
komplikasi post sectio caesarea adalah sebanyak 7,8%, sedangkan pada
kelompok pasien yang ditangani sesudah penerapan clinical pathway
sebanyak 1,6 %. Data ini diketahui melalui uji analisis Fisher’s exact test
yang pada penelitian ini menghasilkan nilai p sebesar 0,2 (p>0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh penerapan
clinical pathway terhadap kejadian komplikasi pasien post sectio caesarea
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Farida Rozany dkk pada tahun 2017
dengan judul “ Panduan Praktek Klinis dan Clinical Pathway Sebagai
Solusi Efisiensi Pembiayaan Diagnosa Hernia Inguinalis, Appendisitis dan
Sectio Caesarea di RSI Gondanglegi“. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengidentifikasi faktor-faktor dari sumber pembiayaan yang tidak efisien
di dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di RSI Gondanglegi
terutama pada kasus-kasus operatif adalah untuk Penelitian ini dilakukan
dengan metode analisis deskriptif. Diawali dengan melakukan observasi di
status rekam medis pada diagnosis kasus di atas, serta membandingkan
dengan form rincian biaya pasien pada periode triwulan I tahun 2016.
Hasil didapatkan pembiayaan terbesar pada jasa medis dan obat-obatan.
Dengan membuat kebijakan jasa medis dan obat-obatan untuk pasien JKN,
standar asuhan klinis, clinical pathway, komunikasi yang efektif dari tim
JKN dengan unit terkait, dan peningkatan tipe kelas rumah sakit
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dari pelaksaan JKN di RSIG.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Regista Rizky Diaz Septika tahun 2015
dengan judul “ Tinjauan Perbedaan Lama Dirawat RS (LOS RS) Dengan Lama
Dirawat Clinical Pathway (LOS CLINICAL PATHWAY) Kasus Seksio Caesarea
Pasien BPJS Di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2015”. Seksio caesarea
adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan
dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk
mengeluarkan bayi. Lama dirawat (LOS) merupakan indikator yang sering
digunakan dan sekaligus dapat digunakan untuk evaluasi dan perencanaan
sumber daya rumah sakit. Clinical Pathway adalah dokumen perencanaan
pelayanan kesehatan terpadu yang merangkum setiap langkah yang
dilakukan pada saat pasien mulai masuk sampai keluar rumah sakit.
Berdasarkan survey awal diperoleh sebanyak 40% lama dirawat (LOS) riil
RS tidak sesuai dengan lama dirawat (LOS) clinical pathway, sedangkan
sebanyak 60% sesuai dengan lama dirawat (LOS) clinical pathway. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui perbedaan lama dirawat (LOS) RS dengan
lama dirawat (LOS) Clinical Pathway kasus seksio caesarea pasien BPJS
tahun 2015 di RSUD Tugurejo. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dengan pendekatan
cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah dokumen rekam medis
pasien kasus seksio caesarea sebanyak 85 yang didapat dari indeks selama
tahun 2015. Jumlah pasien yang melakukan seksio caesarea pada tahun
2015 sebanyak 573 pasien. Diagnosis utama terbanyak adalah bekas seksio
caesarea (15,3%), diagnosis sekunder adalah delivery by caesarean
section, unspecified (20,0%), jumlah diagnosis sekunder terbanyak adalah
2 diagnosis sekunder (41,2%), diagnosa komplikasi yaitu rupture uteri
iminiens (1,2%). Tingkat keparahan terbanyak pada level 1 (94,1%).
Seksio caesarea banyak dilakukan pada kelompok umur 25-34 (56,4%),
dengan jumlah paritas terbanyak adalah 1 (41,2%). Lama dirawat (LOS)
riil rumah sakit terbanyak adalah 4 hari (42,4%). Kesesuaian lama dirawat
(LOS) riil rumah sakit dengan lama dirawat (LOS) Clinical pathway
sebesar 80,0%, sedangkan yang tidak sesuai 20,0%. Saran dari penelitian
ini yaitu melakukan evaluasi terhadap Clinical Pathway untuk kasus
penyakit yang sudah memiliki Clinical Pathway dan perlunya Clinical
Pathway untuk kasus lain, sehingga dapat menjamin mutu dan efisiensi
rumah sakit.
5. Pada penelitian yang dilakukan oleh Leentje De Bleser et. al dalam Journal
of Nursing Management, Defining Pathways, Walter Sermeus Center for
Health Services and Nursing Research Katholieke Universiteit Leuven
Kapucijnenvoer, pada tahun 2006 disimpulkan bahwa Clinical Pathway
secara eksplisit menyatakan tujuan dan elemen kunci perawatan
berdasarkan Evidence Based Medicine (EBM), praktik terbaik dan harapan
pasien dengan memfasilitasi komunikasi, koordinasi peran dan urutan
kegiatan multidisiplin tim perawatan, klien dan keluarga klien; dengan
mendokumentasikan, memantau dan mengevaluasi varians; dan dengan
menyediakan sumber daya dan hasil yang diperlukan. Tujuan clinical
pathway adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan, mengurangi
risiko, meningkatkan kepuasan pasien dan meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan sumber daya
Kerangka teori
Gambar 2.1

Pendidikan

Karakteristik :
Informasi/ Usia,
media massa Pendidikan, Pengalaman
Masa Kerja pribadi

Sosia, budaya Pengaruh


dan ekonomi orang lain
Pengetahuan Sikap
Pengaruh
Lingkungan kebudayaan

Faktor
Pengalaman emosional

Kepatuhan

Usia

TIDAK
PATUH
PATUH
BAB III

KERANGKA KONSEP

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan kerangka konsep penelitian yang akan
dilakukan, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam
melakukan clinical pathway sectio caesarea di RS X Jakarta 2018. Berdasarkan pada
teori yang ada, peneliti menguraikan kerangka pikir berupa struktur abstrak dan
logika tentang variable -variabel yang terikat dengan penelitian. Kerangka konsep
yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti
(Sugiyono, 2013). Maka kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut
:Variabel independent (variabel bebas) : Merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependent ( Faktor-
faktor yang berhubungan dengan kepatuhan : usia, pendidikan, masa kerja,
pengetahuan, sikap). Variabel dependent (variabel terikat) : Merupakan variable yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas ( kepatuhan
dalam melakukan Clinical Pathway Sectio Caesarea).

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Karakteristik X1
1. Usia
2. Pendidikan
3. Masa Kerja Y
Kepatuhan Perawat dalam
melakukan dokumentasi clinical
Pengetahuan X2 pathway sectio caesarea

Sikap X3

Keterangan :
: Area yang diteliti
: Yang berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Sumber konsep : Olahan peneliti

A. Hipotesis penelitian
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan
apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang
diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada
saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi
(Nazir, 2017).
Adapun hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
Ha : Ada hubungan bermakna antara usia perawat terhadap kepatuhan
melakukan clinical pathway sectio caesarea di RS X
Ha : Ada hubungan bermakna antara pendidikan perawat terhadap kepatuhan
melakukan clinical pathway sectio caesarea di RS X.
Ha : Ada hubungan bermakna antara masa kerja perawat di RS X terhadap
kepatuhan melakukan clinical pathway sectio caesarea.
Ha : Ada hubungan bermakna antara pengetahuan perawat di RS X terhadap
melakukan clinical pathway sectio caesarea.
Ha : Ada hubungan bermakna antara sikap perawat di RS X terhadap kepatuhan
melakukan clinical pathway sectio caesarea.

B. Definisi Operasional Masing-masing Variabel


Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, maka masing-masing variabel
dapat di jelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut :
Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Konseptual Definisi operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
Variabel Dependen

1. Kepatuhan Taat, suka menurut Ketaatan seseorang Skala likert. Kuesioner Median O
dan disiplin terhadap dalam melaksanakan Pada pernyataan 1. Tidak Patuh r
perintah, aturan dan suatu amanat atau postif ≥median (< median) d
sebagainya pekerjaan dengan atau maka skor 2 2. Patuh i
(Depdiknas, 2008) tanpa paksaan. Pada pernyataan (≥ median) n
negatif ≥median a
skor 1 Niven, (2008) l
Kuesioner B
terdiri dari 10
pertanyaan
STS = 1
TS = 2
S =3
SS = 4
Variabel Independen
1 Umur Lama waktu hidup Usia hidup manusia Kuesioner Range
atau ada (sejak sejak dilahirkan 1. 21-30 tahun Ordinal
dilahirkan atau 2. 31 -40 tahun
diadakan) (KBBI, 3. > 40
2015)
Nurman (2013)
2 Pendidikan Segala usaha yang Upaya seseorang Kuesioner 1. D3 Ordinal
bertujuan dalam rangka 2. S1
mengembangkan sikap meningkatkan (RSPI)
dan kepribadian, kemampuan dalam
pengetahuan dan segala bidang.
keterampilan (Effendi,
2005)
3 Masa kerja Keseluruhan yang Pengalaman individu Kuisioner Range
diperoleh seseorang yang akan demografi 1. 1-5 tahun Ordinal
dari peristiwa yang menentukan 2. 6-10 tahun
dialami selama pertumbuhan dalam
perjalanan kerja pekerjaan dan jabatan 3. 11-15 tahun
(Niven, 2008) 4. 15-20 tahun

RSPI
4 Tingkat Semakin tinggi tingkat Segala sesuatu yang Skala likert Kuesioner Range Ordinal
pengetahuan pengetahuan dimiliki seseorang Pada pernyataan 1. baik ≥ 75%
seseorang, maka untuk meningkatkan postif ≥75% 2. cukup 56 – 74%
semakin mudah juga kemampuan maka skor 1 3. kurang < 55%
seseorang tersebut Pada pernyataan
menerima informasi negatif ≥75% Arikunto, (2006)
tentang obyek atau skor 3
yang bekaitan dengan Kuesioner A
pengetahuan terdiri 10
(Notoadmojo, 2010). pertanyaan :
STS = 1
TS = 2
S =3
SS = 4
5 Sikap Suatu tindakan afeksi Suatu perilaku Skala likert Kuesioner Median Ordinal
baik yang bersifat seseorang dalam Pada pernyataan
positif yang berinteraksi dengan postif ≥median 1. Positif
menyenangkan orang lain. maka skor 1 (≥ median)
mapupun yang besifat Pada pernyataan 2. Negatif
negatif yang tidak negatif ≥median (< median)
menyenangkan skor 2
dengan objek-objek Kuesioner C Wawan dan Dewi, (2011)
psikologis (Thurstone terdiri dari 10
cit walgito dalam pertanyaan
setiyajati, 2014). STS = 1
TS = 2
S =3
SS = 4
BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Pemilihan metode ditentukan oleh
beberapa hal, yaitu objek penelitian, sumber data, waktu, dana yang
tersedia dan tehnik yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian kuantitatif. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan desain
penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu penelitian, etika
penelitian, alat pengumpulan data dan tehnik analisis data.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode
kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelatif. Metode pendekatan
yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada saat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010; Supardi dan Rustika, 2013).

B. Populasi dan Sampel


Dalam bagian ini akan diuraikan populasi penelitian dan sampel.
Populasi akan dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana
yang akan diteliti yang menjadi sasaran ini, sedangkan sampel, harus
menyebutkan teknis pengambilan sampel serta besarnya sample
(Notoatmodjo, 2010).

1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri
yang telah ditetapkan (Nazir, 2017) Populasi penelitian ini adalah seluruh
perawat di ruang perawatan lantai 7 di RS X sebanyak 40 orang perawat.
2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel penelitian yang
digunakan dengan teknik non probability sampling (sample non random)

33
34

dengan metode total sampling yaitu: suatu metode pemilihan sampel yang
dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memiliki
kriteria. (Dharma, 2015).

Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi


ketepatan (accurancy) penelitian ini menggunakan rumus untuk populasi
kecil atau lebih kecil dari 1000 (Notoatmodjo, 2010), yaitu:
N
n ¿ 1+ N ( d )
2

Dimana:
n = besar sampel
N = besar populasi
d2 = tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 5% (0,05)
Maka:
N
n ¿ 1+ N (0,05)2

35 37
n ¿ 1+35 (0,0025) ¿ 1+35 (0,0025)

35 37
n ¿ 1.0875 ¿ 1+ 0.875

35 37 37
n ¿ 32 ,18¿ 1.0875 ¿ 1.0875 ¿ 1.875

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka


sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi
maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2010)
Perumusan jumlah sampe juga bisa didapatkan dengan menggunakan
tabel Krejcie dan Morgan dengan tingkat kepercayaan 95%
Tabel 4.1

Jumlah anggota populasi Jumlah sampel


10 10
35

15 14
20 19
25 24
30 28
35 32
Sumber : Krejcie dan Morgan 1970

a. Kriteria inklusi :
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).
1) Perawat yang merupakan karyawan tetap, kontrak dengan masa
kerja > 1 tahun
2) Perawatan yang mau bekerja sama, bersedia mengisi kuisioner dan
menjadi responden
3) Perawat di ruang perawatan lantai 7 RS X.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).
1) Perawat yang bukan karyawan tetap, kontrak dengan masa kerja <
1 tahun
2) Perawatan yang tidak mau bekerja sama, tidak bersedia mengisi
kuisioner dan menjadi responden
3) Perawat yang sedang menjalani cuti

C. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dipilih dengan ditemukan banyaknya fenomena
ketidakpatuhan perawat dalam pelaksanaan clinical pathway sectio caesarea.
Data Medical Record ditemukan dari 147 file klien post sectio caesarea
ditemukan sekitar 121 file atau sebanyak 82.3% file tidak lengkap dan
dikembalikan ke ruang perawatan lantai 7 untuk dilengkapi. Selain itu belum
ada penelitian yang dilakukan di RS X mengenai kepatuhan perawat dalam
36

melakukan clinical pathway sectio caesarea. Maka peneliti akan melakukan


penelitian ini dilakukan di RS X, Jakarta Barat.

D. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2018.
Adapun waktu penelitian akan dijabarkan ke dalam tabel dibawah ini mulai
dari persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan dimulai dari bulan
Desember 2017 sampai dengan Juli 2018.
Waktu Penelitian Tahun 2017- 2018
Tabel 4.2
Sumber: olahan peneliti

No. Kegiatan Bulan

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Memilih Judul

2. Studi Pendahuluan

3. Menyusun proposal

4. Revisi Proposal

5. Persiapan lapangan

6. Uji Coba Instrumen

7. Pengumpulan Data

8. Pengolahan Data

9. Analisis Data

10. Penyusunan Laporan

11. Seminar Hasil Penelitian

12. Revisi Hasil Penelitian

13. Penyerahan Hasil Penelitian

33
46

E
.

E
t
i
k
a

P
e
n
e
l
i
t
i
a
n

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,
melindungi, dan menghormati hak responden dengan digunakannya pernyataan
persetujuan responden dalam mengikuti penelitian. Penelitian dilaksanakan dengan
terlebih dahulu mengajukan permohonan izin kepada institusi Program Studi
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St. Carolus untuk mendapatkan surat
perizinan penelitian. Kemudian peneliti menyerahkan surat izin tersebut kepada

46
47

Kepala Ruangan Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Puri, Jakarta Barat untuk
mendapatkan persetujuan melakukan penelitian ditempat tersebut.
1. Autonomy
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian (autonomy). Tindakan yang terkait dengan prinsip
menghormati harkat dan martabat manusia adalah peneliti mempersiapkan
formulir persetujuan subyek (informed consent).
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
Peneliti tidak akan menuliskan nama lengkap dari setiap sampel. peneliti hanya
akan menuliskan inisial huruf depan dari nama sampel, untuk menjaga
kerahasiaan nama sampel.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Peneliti
tidak akan memberikan infromasi tentang hasil penelitian tanpa persetujuan dari
pihak terkait atau dalam hal ini sampel yang dijadikan objek penelitian. Data
akan dimusnahkan dalam waktu 3 tahun kemudian.
4. Justice (Keadilan)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaan dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi dan semua subyek
diperlakukan dengan baik.

47
48

F. Alat Pengumpulan Data


Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian (Nazir, 2017). Instrumen penelitian yang digunakan dalam
pengumpulan data yaitu menggunakan kuisioner yang dibuat oleh peneliti
dengan mengacu pada konsep dan teori yang diuraikan dalam studi pustaka dan
hasil penelitian sebelumnya.
Instrumen kuisioner pada penelitian ini terbagi dalam 2 bagian pertanyaan.
Bagian pertama berupa data demografi responden yaitu nama (inisial), usia
responden, masa kerja. Kuesioner bagian kedua yaitu berupa pertanyaan tertutup
tentang pengetahuan dan sikap. Kemudian akan dilakukan penjumlahan pada
masing-masing jawaban. Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner ± 15
menit. Selain untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk uji coba juga
merupakan proses untuk melengkapi isi kuesioner yang digunakan.
Uji coba kuesioner akan dilakukan lagi pada saat penelitian berlangsung. Uji
coba kuesioner dilakukan pada bulan Maret 2018, dengan respondennya yaitu
perawat di ruang perawatan lantai 4 di RS X. Kuesioner akan dimasukkan dalam
lampiran.
1. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji
validitas dan reabilitas alat, peneliti melakukan uji coba dengan menggunakan
kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur
tersebut dalam mengukur hasil penelitian. Untuk menguji validitas
menggunakan korelasi product moment.
Kuesioner yang telah dibuat, sebelum digunakan sebagai instrumen
penelitian perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap responden yang
memenuhi syarat sampel yang ditetapkan. Uji coba kuesioner dilakukan untuk
mendapatkan gambaran seberapa jauh pengukuran yang dilakukan
menghasilkan nilai yang sebenarnya. Dari hasil uji kuesioner maka dapat
ditentukan beberapa pernyataan yang dikurangi ataupun disesuaikan.
2. Reliabilitas

48
49

Reliabilitas adalah gambaran seberapa jauh pengukuran yang diperoleh


dengan menggunakan instrumen yang sama jika diulangi akan menghasilkan
nilai yang sama (Supardi dan Rustika, 2013). Hal ini dapat menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap absah bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Standar yang digunakan dalam menentukan reliable atau tidaknya suatu
instrument penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung
diwakili dengan nilai Alpha dengan r table pada taraf kepercayaan 95% atau
tingkat signifikan 5%. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Crobach
diukur berdasarkan skala alpha tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kelas
dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat
dipresentasikan seperti tabel berikut: (Arikunto, 2010).

Tabel 4.3
Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Sumber : Arikunto, 2010, hal.238
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20 Sangat rendah
> 0,20 s.d 0,40 Rendah
> 0,40 s.d 0,60 Cukup
> 0,60 s.d 0,80 Tinggi
> 0,80 s.d 1,00 Sangat tinggi

G. Teknik Pengolahan Data


Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
pengolahan data yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas sifat-sifat yang
dimiliki oleh data yang tealah dikumpulkan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengolahan data (Notoatmodjo, 2010) :
1. Editing
Kuisioner yang telah diisi oleh responden akan dilakukan pemeriksaan isi
kuisioner tentang kelengkapan isian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi

49
50

jawaban yang diberikan responden. Data yang tidak lengkap akan dikembalikan
kepada responden untuk diisi kembali dan dikembalikan pada saat itu juga.
2. Coding
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mengubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka sehingga mempermudah pada saat
analisa data dan mempercepat pada saat pemasukan data.
3. Processing
Pada tahap ini data yang terisi secara lengkap dan telah melewati proses
pengkodean akan dilakukan pemrosesan data dengan memasukkan data (entry
data) dari seluruh kuisioner yang terkumpul ke dalam paket program komputer.
4. Cleaning
Kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk melihat ada
tidaknya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang telah ditetapkan. Saat
ditemukan kesalahan ketika entry data segera diperbaiki sesuai hasil
pengumpulan data.
5. Tabulasi Data
Tabulasi langsung adalah sistem pengolahan data langsung yang ditabulasi
oleh kuisioner. Ini juga metode yang paling sederhana bila dibandingkan dengan
metode yang lain. Tabulasi ini dilakukan dengan memasukkan data dari kuisioner
kedalam kerangka tabel yang telah disiapkan, tanpa proses perantara yang
lainnya. Tabulasi langsung biasanya dikerjakan dengan cara mengelompokkan
kuisioner menurut jawaban yang diberikan, kemudian dihitung jumlahnya, lalu
dimasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan kemudian di olah menggunakan
software komputer.

6. Analisa Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan analisa univariat

dan analisa bivariat, yaitu:

a) Analisa Univariat

50
51

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa variabel karakteristik

responden seperti, usia, pendidikan, masa kerja, sikap dan pengetahuan.

Tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis datanya.

Untuk data numerik digunakan nilai median dan frekuensi. Sedangkan

untuk data katagorik tentunya hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah

presentasi masing-masing kelompok. Dalam penelitian ini, variabel yang

dianalisis dengan analisa univariat adalah usia, pendidikan, masa kerja,

sikap dan pengetahuan.

b) Analisa Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variable

dependen dan variable independen.

Analisa pada penelitian ini di uji dengan menggunakan uji korelasi Kendall

Tau-b. uji ini didasarkan atas ranking data dan dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Kendall Tau-b

2S
τ = n(n−1) .................................................................. (1)

keterangan:

S = selisih antar jumlah data yang lebih besar dengan jumlah data

yang lebih kecil.

n = jumlah data.

51
52

Korelasi Kendall Tau-b digunakan untuk mencari hubungan dan menguji

hipotesis antara dua variable dengan data ordinal kategori 2. Hasil Ha

diterima apabila nilai p-valuenya < 0,05

Rumus Kendall Tau-c

(n c−n d). 2m
f2= n 2(m−1) ................................................................... (2)

Keterangan :

n2 = nomor pasangan yang sesuai

nd = nomor pasangan yang tidak sesuai

m = jumlah baris atau kolom mana yang lebih kecil

Korelasi Kendall Tau-c digunakan untuk mencari hubungan dan

menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih dengan data ordinal

kategori > 2. Hasil yang didapat adalah Ha diterima apabila p-value <

0,05

Selain itu pada penelitian ini juga diuji dengan menggunakan table chi

square atau yang sering disebut juga chi kuadrat digunakan untuk

menguji keselarasan, dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa

ketergantungan dan homogenitas dari suatu data.

Rumus yang digunakan untuk menghitung X² yaitu :

52
( Oi−Ei ) 2
X ∑
2
No (3)

Keterangan

X² = Nilai chi-square

Oi = Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)

Ei = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

No = The number of possible outcomes of each event

Uji chi square ini akan mengamati secara lebih detail ada dan tidaknya

hubungan antara variabel independen dengan variable dependen.

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variable

independen dan dependen. Hubungan antara variable independen

dengan variable dependen digunakan uji statistic dengan tingkat

kepercayaan 95% (α= 0,05).

Anda mungkin juga menyukai