Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGEMBALIAN BERKAS

REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT: LITERATUR


REVIEW

SKRIPSI

Oleh:

Kesia Stefani Hallatu


NIM G41161534

PROGRAM STUDI D-IV REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021
ANALISIS PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGEMBALIAN BERKAS
REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT: LITERATUR
REVIEW

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan
Kesehatan (S.Tr. Kes.) di Program Studi Rekam Medik Jurusan Kesehatan

Oleh:
Kesia Stefani Hallatu
NIM G41161534

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2021

ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIDKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN KESEHATAN

ANALISIS PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGEMBALIAN BERKAS


REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT: LITERATUR
REVIEW

Kesia Stefani Hallatu (G41161534)

Telah diuji pada tanggal 11 Desember 2020


Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat

Ketua Penguji,

Feby Erawantini, S.KM., M.P.H


NIP. 19840108 201404 2 001

Sekretaris Penguji, Anggota Penguji,

Atma Deharja, S.KM, M.Kes Indah Muflihatin, S.Si, M.kes


NIP. 19841117 201001 1 019 NIP. 19830328 201703 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kesehatan

Sustin Farlinda, S. Kom., MT


NIP. 19720204 200112 2 003

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat waktunya. Oleh karena itu, dengan bangga
dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Allah SWT atas segala ridhonya, syukur Alhamdulillah saya bisa
menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tua saya mama Renny Lydia Hallatu dan Bapak
Sancoko beserta adik saya Raya Abi Wangsa. Terimakasih untuk semua
do’a, perhatian, kasih sayang, pengorbanan, dan cinta kasihnya selama ini
sehingga saya tidak patah semangat untuk mengerjakan tugas akhir ini.
3. Terima kasih kepada Bapak Atma Deharja, S.KM, M.Kes selaku dosen
pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan
Semangat Kepada Peneliti, Sehingga Skripsi Ini Dapat Terselesaikan.
4. Sustin Farlinda, S.Kom.,MT Segenap dosen dan seluruh staf akademik yang
selalu membantu dalam memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada
peneliti hingga dapat menunjang dalam penyelesaian skripsi ini
5. Terima kasih untuk mahasiswa bimbinga Pak Adma yang lainnya karena
telah mensupport saya.
6. Sahabat-sahabat saya Melati, Irda, Inneke, Novia, Septyaning Tyas,
Nabilah, Try. Terima kasih untuk semua nasihat-nasihatnya, mengingatkan
saya untuk jangan pernah menyerah, tetap semangat, jangan malas. Terima
kasih untuk sekali lagi.
7. Mbak Findri, Mbak Estu dan mbak-mbak yang lain yang sudah mengasih
arahan kepada saya.
8. Keluarga besar Rekam Medis Angkatan 2016, khususnya Golongan B
terima kasih untuk kekompakannya dan kebersamaannya.

iv
KATA PENGANTAR

Syukur Alahamdulillah, atas segala nikmat Allah SWT dan ridhonya saya
bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
segenap keluarga besar dosen D4-Rekam Medik Jurusan Kesehatan Politeknik
Negeri Jember karena berkat jasa-jasamu saya bisa menempuh dan menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas
Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit: Literatur review.”.
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyamppaikan terima kasih kepada:
1. Saiful Anwar, S.TP, MP, selaku direktur Politeknik Negeri Jember
2. Sustin Farlinda, S.Kom, MT, selaku Ketua Jurusan Kesehatan.
3. Atma Deharja, S.KM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Rekam Medik
sekaligus dosen pembimbing
4. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Rekam Medik Politeknik Negeri
Jember yang telah memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan.
5. Rekan-rekanm Rekam Medik 2016 yang telah banyak membantu dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan berharap akan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kebaikan masa yang akan datang. Semoga
tulisan ini bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
Jember, 11 Desember 2020

Penulis

v
Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis
Rawat Inap di Rumah Sakit: Literatur review

Kesia Stefani Hallatu


Program Studi Rekam Medik
Jurusan Kesehatan

ABSTRAK

Pengembalian berkas rekam medis adalah suatu sistem yang cukup penting karena
terkait dengan pelaporan rumah sakit dan proses klaim ke asuransi. Namun
beberapa penelitian menunjukkan pengembalian berkas rekam medis rawat inap
tidak sesuai dengan standar yang berlaku di masing-masing rumah sakit dengan
persentase keterlambatan lebih dari 50% dan melebihi batas waktu 2x24 jam. Hal
ini menimbulkan berbagai dampak diantaranya terhambatnya proses pengolahan
data rekam medis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis penyebab
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap di rumah sakit.
Metode penelitian ini adalah literature review dengan menggunakan artikel yang
dipublikasikan tahun 2010-2020 pada 3 database (Google Schoolar, Portal
Garuda, dan Asian Journal of Case Reports in Medicine and Health). Sebanyak
15 artikel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan
12 faktor penyebab terjadinya keterlambatan pengembalian berkas rekam medis
rawat inap yaitu, faktor pengetahuan, faktor sikap, faktor standar prosedur
operasional, faktor monitoring, faktor ketidak lengkapan, faktor motivasi, faktor
jumlah petugas, faktor pendidikan, faktor usia, dan faktor masa kerja. Penyebab
utama terjadinya keterlambatan pengembalian rekam medis dari ruangan ke ruang
rekam medis adalah kurangnya pengetahuan responden tentang batas maksimal
pegembelian rekam medis, kurangnya sikap disiplin responden dalam
pengembalian rekam medis karena rekam medis akan dikembalikan jika rekam
medis sudah menumpuk, dan belum dilakukan sosialisasi terkait batas waktu
pengembalian rekam medis dari ruang perawatan ke ruang rekam medis.

Kata Kunci: keterlambatan, pengembalian, rekam medis

vi
The Analysis of the Causes of Delay in Returning Inpatient Medical Record
Files at the Hospital: Literatur Review

Kesia Stefani Hallatu


Medical Record Study Program
Department of Health

ABSTRACT

The return of medical record files is a system that is quite important because it is
related to hospital reporting and the claim process to insurance. However,
several studies show that the return of inpatient medical record files is not in
accordance with the applicable standards in each hospital with a percentage of
more than 50% delay and exceeding the 2x24 hour time limit. This has resulted in
various impacts including obstruction of the processing of medical record data.
The purpose of this study was to analyze the causes of delay in returning the
medical record files of inpatients at the hospital. This research method is a
literature review using articles published in 2010-2020 in 3 databases (Google
Scholar, Garuda Portal, and the Asian Journal of Case Reports in Medicine and
Health). From 15 articles met the inclusion and exclusion criteria. The results
showed 12 factorsthe cause of the delay in returning inpatient medical record
files, namely, the knowledge factor, the attitude factor, the standard operating
procedure, factor, the monitoring factor, the incompleteness factor, the
motivation factor, the number of officer’s factor, the education factor, the age
factor, and factoryears of service. The main cause of the delay in returning
medical records from the room to the medical record room is the lack of
knowledge of respondents about the maximum limit for purchasing medical
records, the lack of discipline of respondents in returning medical records
because medical records will be returned if medical records have accumulated,
and there has not been any socialization regarding the time limit return of
medical records from the treatment room to the medical record room.

Keywords: delay, return, medical records

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................4
1.4.1 Bagi Tempat Fasilitas Kesehatan...........................................................4
1.4.2 Bagi Politeknik Negeri Jember...............................................................4
1.4.3 Bagi Peneliti.................................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup....................................................................................4
1.6 Keaslian Penelitian..............................................................................4

BAB 2. METODE...................................................................................................7
2.1 Jenis dan Metode Review.....................................................................7
2.2 Rentang Waktu Penelitian..................................................................7
2.3 Kriteria Artikel dan Rencana Alur Pemilihan Artikel.....................7

viii
2.4 Prosedur Review...................................................................................9
2.5 Jadwal Penelitian...............................................................................12

BAB 3. HASIL PENELITIAN............................................................................13


3.1 Jurnal 1...............................................................................................22
3.2 Jurnal 2...............................................................................................23
3.3 Jurnal 3...............................................................................................24
3.4 Jurnal 4...............................................................................................25
3.5 Jurnal 5...............................................................................................26
3.6 Jurnal 6...............................................................................................27
3.7 Jurnal 7...............................................................................................28
3.8 Jurnal 8...............................................................................................28
3.9 Jurnal 9...............................................................................................29
3.10 Jurnal 10...........................................................................................29
3.11 Jurnal 11...........................................................................................31
3.12 Jurnal 12...........................................................................................32
3.13 Jurnal 13...........................................................................................33
3.14 Jurnal 14...........................................................................................34
3.15 Jurnal 15...........................................................................................35

BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................36
4.1 Pengetahuan........................................................................................36
4.2 Sikap....................................................................................................37
4.3 Sarana..................................................................................................39
4.4 Standar Prosedur Operasional (SOP)..............................................40
4.5 Monitoring...........................................................................................42
4.6 Ketidaklengkapan Rekam Medis......................................................44
4.7 Koordinasi...........................................................................................45
4.8 Motivasi...............................................................................................46
4.9 Jumlah Petugas...................................................................................47
4.10 Pendidikan........................................................................................48
4.11 Usia....................................................................................................49

ix
4.12 Masa kerja........................................................................................50
4.13Strategi Mengatasi Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam
Medis Rawat Inap di Rumah Sakit........................................................52

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................57


5.1 Kesimpulan........................................................................................57
5.2 Saran..................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60
LAMPIRAN..........................................................................................................66

x
DAFTAR TABEL

Halaman
1.1 Penelitian terdahulu............................................................................................5

2.1 Hasil temuan artikel/literature...........................................................................8

2.2 Jadwal Penelitian..............................................................................................12

3.1 Hasil Penelitian................................................................................................14

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Prosedur Review...............................................................................................10

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

No : Nomor

RSU : Rumah Sakit Umum

Jl : Jalan

MENKES : Mentri Kesehatan

PER : Peraturan

DEPKES : Departemen Kesehatan

RI : Republik Indonesia

SOP : Standar Operasional Prosedur

TNI : Tentara Nasional Indonesia

POLRI : Kepolisian Negara Republik Indonesia

DKK : Dan Kawan-Kawan

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

UU : Undang-Undang

PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan

xiii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang RI (2009) tentang rumah sakit, yang
dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara  paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Berdasarkan
PERMENKES RI No 269/MENKES/PER/III/2008, bahwa setiap sarana
pelayanan kesehatan wajib menyelenggarakan rekam medis. Dengan demikian
rumah sakit harus menyelenggarakan rekam medis. Rekam medis adalah suatu
proses kegiatan pencatatan data medis pasien selama pasien mendapatkan
pelayanan medis rumah sakit dan dilanjutkan dengan pelayanan berkas rekam
medis yang meliputi penyelenggaraan, penyimpanan serta pengembalian berkas
rekam medis.
Rekam medis dikatakan bermutu apabila rekam medis tersebut akurat,
lengkap, dapat dipercaya, dan tepat waktu. Namun seringkali pengembalian rekam
medis dari ruangan tidak tepat waktu ke ruang rekam medis. Pengembalian berkas
rekam medis adalah suatu sistem yang cukup penting karena terkait dengan
pelaporan rumah sakit dan proses klaim ke asuransi (Aufa, 2018). Menteri
Kesehatan Republik Indonesia (2008) menjelaskan bahwa batas waktu
pegembalian rekam medis ke ruang rekam medis adalah 2x24 jam. Mengingat
pentingnya kegunaan rekam medis dan dampak keterlambatan waktu
pengembalian berkas rekam medis maka akan mempersulit pelaksanaan petugas
bagian assembling. Oleh karena itu berkas rekam medis pasien harus segera di
kembalikan ke instalasi rekam medis paling lambat 2x24 jam setelah pasien
pulang secara lengkap dan benar.
Penelitian yang dilakukan oleh Rachmani (2010) menunjukkan bahwa
keterlambatan pengembalian dokumen rekam medis ke bagian assembling di RS
Tentara dan POLRI Semarang sebesar 95,10%. Data yang didapat yaitu rata-rata
kembalinya dokumen rekam medis (DRM) adalah 5 hari, paling cepat 3 hari dan
paling lama 159 hari. Penyebab keterlambatan terbesar yaitu anggapan responden

1
2

bahwa pelayanan di rawat inap lebih penting daripada mengembalikan DRM ke


assembling dan jauhnya jarak antara ruang rawat inap dengan bagian assembling.
Kemudian Jefriany (2017) juga menunjukkan bahwa seluruh berkas rekam medis
rawat inap di RSPAU dr. Suhardi Hardjolukito yang dikembalikan ke bagian
assembling selama bulan Juli 2017 dari 10 bangsal yaitu sebanyak 272 berkas
rekam medis. Pengembalian berkas rekam medis yang tidak tepat waktu sebanyak
145 atau 53,30% sedangkan pengembalian berkas rekam medis yang tepat waktu
sebanyak 127 berkas atau 46,70%. Rekam medis pasien rawat inap menjadi
tanggung jawab ruang rawat yang terkait Kemenkes (2008). Penelitian-penelitian
tersebut juga diperkuat dengan penelitian Winarti & Supriyanto (2013) yang
menyebutkan bahwa angka kelengkapan rekam medis rawat inap rumah sakit di
Surabaya hanya mencapai 66%. Kepatuhan petugas kesehatan tanggungjawabnya
melengkapi formulir pengisian berkam medis sebanyak 85% sedangkan hanya
58% rekam medis yang dikembalikan secara tepat yakni kurang dari sama dengan
2 kali 24 jam
Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa penyebab dari keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis rawat inap karena petugas memprioritaskan
pelayanan rawat inap serta belum lengkapnya nama terang dan tanda tangan
dokter, sehingga dokumen rekam medis pasien harus menunggu dibangsal agar
pada ssat dokter tersebut praktek lagi untuk di lengkapi (Widiastuty & Astuti,
2013). Selanjutnya Erlindai (2019) juga menyebutkan bahwa penyebab
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis pasien rawat inap yaitu tingkat
kedisiplinan dokter dalam tanggung jawab pengisian data pada berkas rekam
medis terutama pada bagian resume medis masih kurang tertib, tidak adanya
petugas khusus pengembalian berkas rekam medis dan jarak antara instalasi rawat
inap ke instalasi rekam medis cukup jauh. Sehingga banyak rekam medis pasien
yang masih berada di ruang perawatan hingga berhari-hari. Penyebab lainnya juga
diutarakan oleh Mirfat et al. (2017) yang menyebutkan bahwa keterlambatan
pengembalian ini terjadi karena kurang mengertinya pihak perawat dan dokter
bangsal perawatan tentang standar waktu pengembalian berkas rekam medis,
selain itu ada pihak perawat dari bangsal mempunyai persepsi yang berbeda-beda,
3

ada yang mengembalikan ke unit rekam medis setiap hari tetapi tidak terisi
dengan lengkap, ada juga yang menunggu sampai lengkap tetapi waktu
pengembalianya lebih dari 2x24 jam.
Hal-hal tersebut berdampak terhadap pengolahan berkas rekam medis
selanjutnya di unit kerja rekam medis khususnya di bagian assembling karena
harus mengecek kelengkapan, pengolahan data, laporan menjadi terlambat,
pengajuan klaim asuransi serta terhambatnya pelayanan terhadap pasien. dan tidak
respontime. Hal ini senada dengan pernyataan Purba (2016) yang menyatakan
bahwa dampak keterlambatan pengembalian rekam medis yaitu memperlambat
pelayanan dan kecepatan penyediaan dokumen rekam medis. Berdasarkan
permasalahan diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Studi
Literatur Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis
Rawat Inap di Rumah Sakit untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyebab
pengembalian rekam medis di rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian dibuat
dengan menggunakan metode PICO (Population/Patient/Problem/Program,
Intervention, Comparison, Outcome) sebagai berikut :
a. Population/Patient/Problem/Program : Berkas rekam medis rawat inap;
b. Intervention : analisis keterlambatan pengembalian berkas rekam medis;
c. Comparison :-;
d. Outcome : hasil analisis ketepatan pengembalian berkas rekam medis
Sehingga dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat
Inap Di Rumah Sakit?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis penyebab keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis rawat inap di rumah sakit.
4

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Tempat Fasilitas Kesehatan
Penelitian ini bermanfaat untuk tempat fasilitas kesehatan yaitu sebagai
evaluasi tentang keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap ke
instalasi rekam medis. Sehingga dimasa yang akan datang berkerja sesuai dengan
SOP yang berlaku yaitu tepat waktu dalam pengembalian berkas rekam medis
2x24 jam.

1.4.2 Bagi Politeknik Negeri Jember


Penelitian ini bermanfaat untuk Politeknik Negeri Jember yaitu Sebagai
pengatahuan terhadap penyebab keterlambatan pengembalian berkas rekam medis
dan pembelajaran dalam proses belajar mengajar di program studi rekam medis.

1.4.3 Bagi Peneliti


a. Penelitian ini bermanfaat untuk peniti sebagai penerapan ilmu perkuliahan
yang selama ini ditempuh di Politeknik Negeri Jember.
b. Penelitian ini bermanfaat untuk peniti sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan D-IV Rekam Medis di Jurusan
Kesehatan Politeknik Negeri Jember.
c. Penelitian ini bermanfaat untuk peniti sebagai proses pembelajaran,
meningkatkan pengetahuan dan menerapkannya dilingkungan rumah sakit.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan literature
review ini adalah hanya pada lingkup seputar faktor penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis ke ruang rekam medis yang dilihat dari karakteristik
responden.

1.6 Keaslian Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan metode literature review
berjudul “Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis
5

Rawat Inap Di Rumah Sakit: Literature Review:” belum pernah dilakukan.


Literature review digunakan untuk membandingkan, mencari kesamaan,
menemukan perbedaan, memberikan komentar, meringkas artikel, dan
menganalisis keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap.
Literature review juga digunakan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya
sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan berdasarkan referensi atau
informasi yang sudah ada. Begitu pula dengan penelitian ini, penelitian ini
memiliki pembeda dengan penelitian lainnya meskipun dengan tema yang sama.
Berikut merupakan perbandingan dengan penelitian terdahulu.
Tabel 1.1 Penelitian terdahulu
No. Materi (Rachmani, 2010) (Riza Umami KESIA STEFANI
Agustin, Feby HALLATU (2020)
Erawantini,
2020)
1. Judul Analisi Faktor Analisis Penyebab
Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan
Penyerahan Pengembalian Pengembalian
Dokumen Rekam Berkas Rekam Berkas Rekam
Medis Rawat Inap Medis Rawat Inap Medis Rawat Inap
di Rumah Sakit di RSUP Kariadi Di Rumah Sakit:
Polri dan TNI Semarang Literature Review
Semarang
2. Tujuan Mendeskripsikian Menganalisis Menganalisis
penyebab faktor apasaja keterlambatan
keterlambatan yang pengembalian
pengembalian menyebabkan berkas rekam medis
dokumen rekam terjadinya rawat inap
medis rawat inap ke keterlambatan
assembling pengembalian
berkas rekam
medis rawat inap
3. Jenis kualitatif Kualitatif Literature review
penelitian
4. Bentuk Jurnal Jurnal Skripsi
5. Metode Wawancara, Pedoman Literature review
pengumpu observasi, Table wawancara,
lan data checkclist pedoman
observasi

Table 1.1 menjelaskan tentang perbedaan penelitian antara peneliti dengan


peneliti terdahulu. Perbedaan ditemukan pada jenis penelitian, bentuk dan metode
pengumpulan data. Jenis penelitian, bentuk, dan metode pengumpulan data yang
digunakan berturut-turut oleh Rachmani (2010) adalah kualitatif, jurnal, dan
6

wawancara, observasi, table checklist dan untuk penelitian Agustin, Erawantini,


Rozoqin, 2020) menggunakan kualitatif, jurnal, pedoman wawancara dan
pedoman observasi. Namun untuk penelitian ini sendiri berturut-turut
menggunakan deskriptif, skripsi, dan literature review. Literature review memuat
ulasan, rangkuman, serta pendapat peneliti terkait bahan penelitian tentang topik
yang dibahas yaitu Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas
Rekam Medis Rawat Inap Di Rumah Sakit. Proses review terhadap
artikel/literature dilakukan dengan menganalisis, mensintesis, meringkas,
membandingkan hasil-hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya sehingga
peneliti dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut.
7

BAB 2. METODE

2.1 Jenis dan Metode Review


Metode penelitian yang digunakan adalah literature review. Metode
literature review adalah bentuk penelitian yang dilakukan melalui penelusuran
dengan membaca berbagai sumber baik buku, jurnal, tesis, disertasi atau bahan
acuan lain yang berkaitan dengan topik penelitian sehingga dapat menjawab isu
atau permasalahan. Penelitian literature review merupakan penelitian sekunder
yang berarti analisis berupa kritik (membangun/menjatuhkan) dari penelitian yang
telah dilakukan terhadap suatu topik khusus atau pertanyaan terhadap suatu bagian
dari keilmuan tertentu. Penelitian ini menganalisis intervensi kepuasan pasien
rawat inap di rumah sakit. Literatur review bertujuan untuk menghubungkan
kajian yang hendak kita lakukan dengan wacana luas dalam literatur tentang topik
yang relevan dengan penelitian (Marzali, 2016).

2.2 Rentang Waktu Penelitian


Penelusuran literatur dilakukan sejak bulan September 2020. Penelitian
dalam kurun waktu 1 (satu) bulan, 2 minggu untuk pengumpulan data dan 2
minggu untuk mengkaji data artikel serta menyusun dalam bentuk proposal.

2.3 Kriteria Artikel dan Rencana Alur Pemilihan Artikel


Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung akan tetapi dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Pencarian artikel pada
penelitian ini berdasarkan dengan PICO yang telah dirumuskan dan menggunakan
database Google Schoolar, Portal Garuda, dan Asian Journal of Case Reports in
Medicine and Health
. Artikel yang mengandung kata kunci yang sama dengan topik penelitian
yaitu analisis OR analysis AND keterlambatan OR delay AND pengembalian OR
in returning AND berkas rekam medis OR rekam medis OR medical record AND

7
8

rawat inap OR inpatient AND rumah sakit OR hospital. Berikut merupakan


rangkuman dari pencarian dengan beberapa sumber:
Tabel 2.1 Hasil temuan artikel/literature
No Database Temuan Literatur terpilih
1 Google Scholar 250 12
2 Portal Garuda 3 2
3 Asian Journal of Case Reports in 1 1
Medicine and Health
Jumlah 254 15

Hasil temuan artikel pada database Google Scholar sebanyak 250 artikel, untuk
artikel terpilih yang sesuai dengan kriteria sebanyak 12 artikel. Hasil temuan
artikel berupa jurnal pada database Portal Garuda sebanyak 3 artikel, untuk artikel
terpilih yang sesuai dengan kriteria sebanyak 2 artikel. Hasil temuan artikel
berupa jurnal pada database Asian Journal of Case Reports in Medicine and Health
sebanyak 1 artikel, untuk artikel terpilih yang sesuai dengan kriteria sebanyak 1
artikel. Sehingga jumlah artikel yang sesuai dengan kriteria sebanyak 15 artikel.
Adapun kriteria artikel yang akan dijadikan bahan kajian yang digunakan
penelitian antara lain:
a. Kriteria Inklusi
1. Artikel yang dipilih adalah artikel lengkap.
2. Artikel tidak terbatas pada metode penelitian tertentu atau terbatas
pada metode penelitian tertentu, misalkan artikel yang menggunakan
jenis penelitian kualitatif atau deskriptif atau kuantitatif atau dengan
berbagai pendekatan metode penyelesaian masalah.
3. Artikel yang digunakan terbitan 10 tahun terakhir yaitu dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2020.
4. Artikel membahas tentang analisis keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap di rumah sakit
5. Artikel mengandung kata kunci yang sama dengan topik penelitian
dan dicari di sumber terpercaya.

8
9

6. Artikel harus memuat keterlambatan pengembalian rekam medis


rawat inap di rumah sakit bukan rekam medis rawat jalan ataupun di
klinik/puskesmas
b. Kriteria Eksklusi
1) Artikel yang ditampilkan tidak sesuai dengan kata kunci.
2) Artikel tidak lengkap misalnya hanya ada abstrak saja atau
pembahasan saja.
3) Artikel bukan dari skripsi jadi harus jurnal, artikel ilmiah, atau
prosiding.
4) Artikel tidak dapat diunduh.
5) Artikel tidak boleh dari blogspot

2.4 Prosedur Review

Memformulasikan
Pertanyaan Penelitian

Menetapkan Tujuan
Review

Menyusun Metode

Desain Penelitian Seleksi studi Kata


Artikel dan penilaian Kunci
artikel

Identifikasi data artikel melalui Google Scholar n= 250,


Portal Garuda n= 3, Asian Journal of Case Reports in Medicine and
Health = 1

254 Artikel Teridentifikasi 12 Artikel Terduplikasi

9
10

A
A

219 artikel tidak sesuai


242 Artikel Tanpa Duplikasi dengan topik penelitian
misalnya bukan rekam
medis rawat inap, bukan di
RS, bukan keterlambatan
pengembalian rekam
medis

23 artikel teridentifikasi 8 artikel berupa skripsi dan


sesuai dengan topik tidak dapat diunduh

15 artikel teridentifikasi
sesuai dengan topik 0 artikel tidak full text
penelitian dan dapat
diunduh

15 artikel teridentifikasi full 0 artikel terpublikasi


text sebelum tahun 2010

15 artikel terpublikasi tahun


2010-2020

15 artikel teridentifikasi
memenuhi kriteria inklusi

Artikel dimasukkan kedalam literature


review sejumlah 15 artikel

Sintesis Data Artikel

Ekstraksi Data

Analisis Hasil dan Interpretasi Data

10
11

Gambar 2.1 Prosedur Review


Keterangan:
a. Memformulasikan Pertanyaan Penelitian.
Peneliti membuat pertanyaan sesuai dengan isu/permasalahan yang akan
dijadikan penelitian, dengan format PICO yaitu:
P: Population/Problem/Patient/Program;
I : Intervention/Prognostic Factor/Exposure;
C: Comparison/Control;
O: Outcome.
b. Menetapkan Tujuan Review
Membuat tujuan literature review dengan mengacu pada pertanyaan
penelitian.
c. Menyusun Metode
Penelitian ini menggunakan metode kajian literature review untuk
mengumpulkan, mengidentifikasi, mengevaluasi dan juga
menginterpretasikan isu/permasalahan yang dijadikan penelitian. Sumber
data penelitian diperoleh dari Google Schollar, Portal Garuda dan Asian
Journal of Case Reports in Medicine and Health. Artikel dipilih sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi.
d. Desain Penelitian Artikel.
Desain penelitian artikel yaitu kuantitatif, kualitatif, deskriptif.
e. Seleksi Studi dan Penilaian Artikel
Menyeleksistudi dan menilai artikel sesuai kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi artikel yang akan dijadikan bahan kajian literature review
berdasarkan kesesuaian judul, kata kunci, tahun terbit pada artikel yang
didapatkan dari hasil pencarian, dan metode evaluasi.
f. Kata Kunci
Strategi pencarian jurnal menggunakan kata kunci analisis OR analysis
AND keterlambatan OR delay AND pengembalian OR in returning AND
berkas rekam medis OR rekam medis OR medical record AND rawat inap
OR inpatient AND rumah sakit OR hospital.

11
12

g. Sintesis Data Artikel


Penjabaran hasil pencarian artikel dengan langkah-langkah menggunakan
diagram pencarian artikel dan membuat tabel artikel data yang disajikan
pada Bab 3. Hasil Penelitian
h. Ekstraksi Data
Menjelaskan serta mengumpulkan informasi yang akan dibutuhkan dari
artikel dengan membandingkan (mencari kesamaan, mencari
ketidaksamaan) kemudian memberikan komentar, dan meringkas).
i. Analisis Hasil dan Interpretasi Data
Mengidentifikasi dan membandingkan metode seperti jenis penelitian,
desain penelitian, populasi dan sampel, kriteria inklusi/eksklusi, analisis
data antar jurnal yang telah diidentifikasi pada hasil dengan melihat
kelebihan dan kekurangannya. Membandingkan hasil penelitian antara
artikel satu dengan artikel yang lain serta kesimpulan yang ditarik dari
masing-masing penelitian tersebut.

2.5 Jadwal Penelitian


Adapun rincian jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Jadwal Penelitian
Jenis Bulan
No.
Kegiatan September Oktober November Desember
1. Studi
Kepustakaan
2. Pembuatan
Skripsi
3. Seminar
Proposal
4. Proses
Bimbingan
5. Seminar Hasil

12
13

BAB 3. HASIL PENELITIAN

Strategi pencarian artikel penelitian berbahasa Inggris dan berbahasa


Indonesia yang relevan dengan topik penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kata kunci: “return”, “medical record”, “faktor”, “lateness”,
“analisis”, “penyebab” ke beberapa database mayor seperti PORTAL GARUDA,
Asian Journal of Case Reports in Medicine and Health, dan GOOGLE
SCHOLAR, dengan pembatasan waktu yaitu sejak Januari 2010 hingga Oktober
2020. Artikel yang dipilih yaitu artikel full–text yang sesuai dengan kriteria
inklusi sampel. Analisis jurnal hasil penelitian ini menggunakan metode critical
appraisal. Critical appraisal adalah proses sistematis untuk menguji validitas,
hasil, dan relevansi dari sebuah bukti ilmiah (hasil penelitian) sebelum digunakan
untuk mengambil keputusan (Mendrofa, 2010). Aspek yang dikritisi meliputi
tahun publikasi, negara (lokasi penelitian), desain, variabel, dan hasil penelitian.
Analisis kritis terhadap 15 artikel hasil penelitian yang menjadi sampel dalam
literature review ini dituangkan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut.

13
Tabel 3.1 Hasil Penelitian
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
1. Rachmani Indonesia Deskriptif Faktor Presdisposing Pedoman a. Tingkat keterlambatan penyerahan
(2010) Analisa dengan (pengetahuan, sikap) wawancara, dokumen rekam medis ke assembling
Keterlambatan pendekatan Faktor Enabling pedoman adalah sebesar 95,10%.Waktu
Penyerahan cross sectional (sarana, SOP) observasi, keterlambatan dokumen rekam medis
Dokumen Rekam Faktor Reinforcing dokumentasi rawat inap yaitu pada bangsal mawar
Medis Rawat Inap di (Monitoring) yang paling cepat 3 hari paling lama 159
Rumah Sakit Polri hari paling banyak 5 hari.
dan TNI Semarang b. Faktor penyebab keterlambatan terbesar
adalah pada sikap responden yang
menganggap pelayanan di Unit rawat
inap lebih penting daripada
mengembalikan dokumen rekam medis
ke Assembling dan sebanyak 75% setuju
dengan anggapan itu, serta anggapan
jauhnya jarak antara bangsal dengan Unit
Rawat Inap yang dirasakan oleh sekitar
70 % responden.
2. Antara & Faktor – Faktor yang Indonesia Rancangan Keterlambatan Kuisioner Keterlambatan pembuatan resume medis oleh
Arta (2013) Berhubungan dengan cross-sectional pembuatan resume DPJP (p<0.05), keterlambatan pengembalian
Tingkat analitik medis oleh DPJP, tidak berkas rekam medis oleh perawat ruangan
Keterlambatan kuantitatif adanya monitoring dan (p≥0.05), tidak adanya monitoring dan
Pengembalian pengawasan pihak pengawasan pihak manajemen dan komite
Berkas Rekam manajemen dan komite medik (p<0.05), tidak adanya sistem
Medis dari Instalasi mediketerlambatan koordinasi antara pihak DPJP, perawat
Rawat Inap ke pengembalian berkas ruangan, instalasi rekam medis (p≥0.05),
Instalasi Rekam rekam medis oleh tidak adanya keterkaitan antara kinerja dalam
Medis di RSUD perawat ruangan, Tidak hal pengembalian berkas rekam medis dengan
Wangaya Kota adanya sistem sistem remunerasi (p≥0.05), tidak tersedianya

14
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
Denpasar Tahun koordinasi antara pihak formulir resume medis (p≥0.05). Hanya dua
2013 DPJP, perawat variabel bebas yang berhubungan dengan
ruangan, instalasi variabel terikat yaitu variabel keterlambatan
rekam medis, Tidak pembuatan resume medis oleh DPJP dan tidak
adanya keterkaitan adanya monitoring dan pengawasan pihak
antara kinerja dalam manajemen dan komite medik.
hal pengembalian
berkas rekam medis
dengan sistem
remunerasi, Tidak
tersedianya formulir
resume medis
3. Kristina dan Tinjauan Indonesia Deskriptif Kurangnya Informasi Pedoman Faktor-faktor penyebab keterlambatan
Maulana Keterlambatan yang Jelas, wawancara pengembalian rekam medis pasien rawat inap
(2015) Pengembalian Pengetahuan, dari ruang perawatan ke unit
Rekam Medis Pasien Komunikasi, rekammedisdiantaranya kurangnya informasi
Pasca Rawat Inap di Keterbatasan Tenaga, yang jelas tentang standar waktu
Rumah Sakit Mitra Ketidaklengkapan pengembalian rekam medis, kurangnya
Keluarga Kelapa Rekam Medis tenaga baik direkam medis maupun di ruang
Gading perawatan yang khusus dan fokus dalam
pengelolaan rekam medis pasien rawat inap
dan ketidaklengkapan pengisian formulir
rekam medis oleh dokter.
4. Purba (2016) Indonesia Desktiptif Jumlah tenaga, masa Angket Jumlah tenaga: Keterlambatan pemulangan
Analisis Faktor- dengan kerja, pendidikan, berkas rekam medis dari hasil terhadap 7
Faktor Penyebab menggunakan umur, masa kerja responden menggambarkan bahwa masih
Keterlambatan pendekatan kurangnya tenaga rekam medis di rumah
Pemulangan Berkas kualitatif sakit.
Rekam Medis dari Masa kerja: dari 7 responden laki-laki 1 tepat
Instalasi Rawat Inap waktu (14,3%), 1 terlambat (14,3%) dan

15
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
perempuan 3 tepat waktu (42,9%) dan 2
ke Unit Instalasi terlambat (28,6%).
Rekam Medis di Pendidikan: responden yang tamatan terakhir
Rumah Sakit Vina D3 Rekam Medis yang tepat waktu 2 orang
Estetica Medan (28,6%), yang terlambat 1 (14,3%), D3
Periode Mei-Juli Komputer yang tepat waktu orang (14,3%),
Tahun 2016 dan Lainnya (Perawat, Bidan) yang tepat
waktu 1 orang (14,3%) dan yang terlambat 2
orang (28,6%).
Umur: dari 7 responden 3 yang berumur 22-
24 tepat waktu (42,9%), dan terlambat 2
(28,6%), dan yang berumur 25-35 yang tepat
waktu 1 orang (14,3%) dan yang terlambat 1
(14,3%).
Masa kerja: dari 7 responden yang lama kerja
0-1 tahun yang tepat waktu 2 orang (28,6%)
yang terlambat 2 orang (28,6%), dan yang
lama kerja 2-5 tahun yang tepat waktu 2
orang (28,6%) dan yang terlambat 1 orang
(14,3%).
5. Rohman Indonesia Deskriptif Man. Mothod, material Pedoman Faktor Man: pihak perawat belum selesai
(2017) Analisa Faktor- wawancara, melakukan pengisian berkas rekam medis
Faktor Penyebab pedoman pasien secara lengkap. Selain dari pihak
Keterlambatan observasi perawat, dari pihak dokter juga
Pengembalian mempengaruhi dari terjadinya penyebab
Berkas Rekam keterlambatan berkas rekam medis
Medis Pasien Rawat dikarenakan pihak dokter belum
Inap Ke Unit Kerja menandatangani berkas rekam medis pasien
Rekam Medis Di rawat inap yang sudah dinyatakan
Rumah Sakit Umum pulang/selesai mendapatkan pelayanan.

16
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
Faktor Methode: Petugas rawat inap dan
Muhammadiyah petugas rekam medis sudah mengetahui SOP
Ponorogo pengembalian rekam medis namun faktanya
kasus keterlambatan pengembalian berkas
rekam medis masih cukup tinggi karena
beban kerja perawat yang cukup tinggi dan
juga tentang pengisian berkas rekam medis
pasien rawat inap yang sudah pulang belum
diisi secara lengkap sehingga berkas rekam
medis menumpuk di ruang rawat inap.
Faktor Material: Unit rekam medis di RSU
Muhammadiyah Ponorogo sudah
menggunakan buku ekspedisi unuk setiap
kegiatan pengembalian berkas rekam medis.
Setia petugas rawat inap yang
mengembalikan berkas rekam medis sudah
mencatat di buku ekspedisi dengan tepat.
6. Larasati et Indonesia Kuantitatif Masa kerja, Umur, Kuisioner Hasil penelitian didapatkan bahwa
al., (2017) Analisis Faktor- Pendidikan, Masa keterlambatan pengembalian berkas rekam
Faktor kerja, Persepsi medis rawat inap pada bulan Mei 2016
Keterlambatan sejumlah 44,5% dari total berkas yang masuk
Pengembalian ke bagian rekam medis selama bulan Mei
Berkas Rekam 2016 dan 41,5% dari total seluruh berkas
Medis Rawat Inap ke yang masuk kebagian rekam medis selama
Bagian Rekam bulan Juni 2016. Hasil analisis hubungan
Medis RSUD Dr. M. variabel bebas dan variabel terikat
Yunus Bengkulu menggunakan uji Chi-square menunjukkan
hubungan persepsi petugas administrasi
dengan keterlambatan menghasil kan p value
0,023, dan hubungan persepsi dokter dengan

17
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
keterlambatan menghasilkan p value 0,008.
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa
terdapat hubungan antara masa kerja petugas
administrasi, persepsi petugas administrasi
dan persepsi dokter dengan keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis.
7. Mirfat et al., Faktor Penyebab Indonesia Deskriptif Man, material, Pedoman
(2017) Keterlambatan method, money dan wawancara, faktor-faktor yang menyebabkan
Pengembalian machine. pedoman keterlambatan pengembalian dokumen rekam
Dokumen Rekam observasi, medisrawat inap ke bagian rekam medis di
Medis di RS X pedoman RS X sangat kompleks. Faktor yang paling
Kabupaten Kediri brainstorming dominan adalah faktor sumber daya manusia
yang terdiri dari kurangnya kedisiplinan
dokter dalam pengisian rekam medis terutama
resume medis, beban kerja dokter dan
perawat tinggi karena peningkatan BOR,
banyak dokter yang bukan merupakan home
doctor, perawat kurang paham mengenai
kelengkapan klaim BPJS, beberapa DPJP
tidak visite setiap hari sehingga advis pulang
per telepon, perawat lupa mengingatkan
dokter untuk mengisi resume medis dan
tandatangan. Faktor lain yang mempengaruhi
keterlambatan antara lain faktor method,
money, material dan machine.
8. Lubis (2017) Analisa Faktor yang Indonesia Deskriptif SDM dan SPO Pedoman Ketidaktpatan pengembalian berkas rekam
Berhubungan dengan kualitatif observasi, medis yang di sebabkan oleh kurang
Ketidaktepatan pedoman lengkapnya pengisian berkas rekam medis
Pengembalian wawancara oleh dokter saat dikembalikan oleh petugas
Dokumen Rekam ruangan rawat inap dimana dalam pengisian

18
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
Medis Rawat Inap di lembar resume medis pasien, nama, waktu
RSU IPI Medan dan tanggal beserta tanda tangan setiap kali
Tahun 2017 melakukan visitasi kepada pasien, dan
kurangnya pengawasan terhadap perawat
yang bertugas untuk mengingatkan dokter
dalam pengisian berkas rekam medis
khususnya pasien yang selesai
perawatannya/pulang. Perawat sudah
mengetahui waktu yang tepat untuk
pengembalian dokumenrekam medis, tetapi
masih ada kendala dalam pengisian formulir
rekam medis yang telah ditetapkan. Tidak
adanya sanksi yang dilakukan kepada petugas
rawat inap apabila terjadi keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis.
9. Suarjana et Indonesia Deskriptif Faktor Beban kerja, Pedoman Hasil penelitian ini menunjukan bahwa beban
al., (2017) Analisis Faktor – kualitatif Faktor Supervisi, wawancara kerja yang cukup tinggi, belum efektifnya
Faktor Kondisi Kerja Faktor Peralatan, dan supervisi, belum maksimal pengetahuan
yang Faktor Pengetahuan, dokumentasi dokter terkait rekam medis, belum terbiasanya
Melatarbelakangi Faktor Sosialisasi, dokter menggunakan formulir rekam medis
Keterlambatan Faktor di Luar Kondisi yang baru, serta belum efektifnya pelaksanaan
Penyelesaian Kerja sosialisasi melatarbelakangi keterlambatan
Pengisian Dokumen penyelesaian pengisian rekam medis oleh
Rekam Medis Oleh dokter. Selain itu, faktor diluar kondisi kerja
Dokter di Instalasi yang melatarbelakangi keterlambatan
Rawat Inap Rumah penyelesaian pengisian yaitu kebijakan hari
Sakit Umum Daerah libur dan kepulangan pasien diluar jam kerja
Kabupaten dokter spesialis.
Klungkung

19
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
10 Aufa (2018) Analisis Faktor yang Indonesia Kualitatif Sumber Daya Manusia, Pedoman
Berpengaruh Berkas Rekam Medis, wawancara, Faktor-faktor yang mempengaruhi
Terhadap Standar Prosedur pedoman keterlambatan pengembalian BRM di RS X
Ketidaktepatan Operasional, Sarana observasi, Bogor ialah keterbatasan jumlah petugas
Waktu Pengembalian dan Prasarana dokumentasi pelaksana, jarak antar gedung pelayanan
Berkas Rekam rawat inap dan ruang rekam medis yang
Medis Rawat Inap di cukup jauh, serta belum adanya sosialisasi
RS X Bogor SPO secara memadai.
11 Erlindai Faktor Penyebab Indonesia Deskriptif Ketidaklengkapan Pedoman Jumlah ketidaktepatan waktu pengembalian
(2019) Keterlambatan pengisian berkas rekam observasi, berkas rekam medis sebesar 63 atau 72,41%
Waktu Pengembalian medis, petugas pedoman berkas rekam medis rawat inap dan jumlah
Berkas Rekam pengembalian berkas wawancara berkas yang tepat waktu sebesar 24 atau
Medis Rawat Inap di rekam medis yang 27,59%. Faktor penyebab keterlambatan
RS Estomihi Medan pengetahuannya sesuai waktu pengembalian berkas rekam medis
Tahun 2019 dengan bidang rawat inap yaitu disebabkan oleh dokter yang
keilmuannya, arak terlambat mengisi kelengkapan berkas rekam
pengembalian medis, belum adanya petugas khusus
pengembalian berkas rekam medis rawat inap,
serta jarak Instalasi rawat inap ke Instalasi
rekam medis yang cukup jauh sehingga
mengakibatkan keterlambatan pengembalian
berkas rekam medis rawat inap ke Instalasi
rekam medis.
12 Kristi (2019) Faktor yang Indonesia Deskriptif Sumber Daya Manusia, Kuisioner Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor
Berhubungan dengan dengan Kebijakan, Metode keterlambatan pengembalian berkas rekam
Keterlambatan pendekatan medis rawat inap di Rumah Sakit Mohammad
Pengembalian kuantitatif Natsir dari 45 sampel adalah (55,6%) SDM
Berkas Rekam kurang baik dan (44,4%) dengan SDM baik,
Medis Pasien Rawat (55,3%) kebijakan baik dan (46,7%)
Inap kebijakan kurang baik, (55,3%) metode

20
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
kurang baik dan (46,7%) dengan Metode
baik, (53,3%) keterlambatan pengembalian
berkas rekam medis dan (46,7%) dengan
berkas rekam medis tidak terlambat.
13 Hikmah, Adi, Penentu Prioritas Indonesia Kualitatif Man, Method, Pedoman Faktor-faktor penyebab keterlambatan
Rahmadtullah dan Perbaikan deskriptif Machines, Materials wawancara, pengembalian rekam medis adalah
(2019) Masalah pedoman ketidaklengkapan pengisian berkas oleh
Keterlambatan observasi, dokter, belum adanya pelatihan tentang
Pengembalian pedoman pengembalian berkas rekam medis, jarak
Berkas Rekam brainstorming antara ruang rawat inap dengan ruang rekam
Medis Rawar Inap di , dokumentasi medis jauh, sarana komunikasi tidak
Rumah Sakit Daerah digunakan secara maksimal.
Kalisat
14 Widiyanti et Finding The Key Indonesia Deskriptif Ketidaklengkapan Pedoman Kontribusi faktor penyebab keterlambatan
al., (2019) Words Medical kualitatif rekam medis, Motivasi, observasi, rekam medis adalah ketidaklengkapan rekam
Staff's Compliance Monitoring, SPO, pedoman medis dan kurangnya pengetahuan tentang
On The Pengetahuan wawancara, waktu pengembalian rekam medis yaitu 1x24
Completeness And pedoman FGD jam. Komunikasi yang tidak efektif juga
Return Of Speed Of mempegaruhi, kemudian koordinasi yang
Inpatient Medical kurang sehingga resume medis dapat
Record In Cilacap dilegkapi secara cepat.
Hospital
15 Agustin, Faktor Indonesia Kualitatif Predisposing Factors, Pedoman Hasil penelitian menunjukkan keterlambatan
Erawantini, Keterlambatan Enabling Factors, wawancara, pengembalian berkas rekam medis rawat inap
Roziqin Pengembalian Reinforcing Factors pedoman disebabkan oleh kompetensi individu yaitu
(2020) Berkas Rekam observasi pengetahuan serta sikap petugas terhadap
Medis Rawat Inap di pengembalian berkas rekam medis, yang
RSUP Kariadi kedua disebabkan oleh sarana dan prasarana
Semarang yang sangat mendukung namun masih saja
terjadi keterlambatan pengembalian serta

21
Negara Desain
Nama Instrumen
No. Judul Penelitian Tempat Studi/Metode Variabel Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
Publikasi Penelitian
kurangnya motivasi yang diberikan kepada
petugas.

22
23

3.1 Jurnal 1
Adapun penyebab pengembalian rekam medis sebagai berikut
a. Presdisposing Factor
100% petugas sudah mengetahui tentang batas waktu pengembalian dokumen
rekam medis yaitu 2x24jam. Namun pada kenyataanya sikap yang dilakukan
oleh petugas hanya 56,25% yang setuju pengembalian dokumen rekam medis
di Assembling harus tepat waktu 2x24jam. Hal itu menunjukan bahwa
pengetahuan yang dimiliki oleh petugas tidak selalu sesuai dengan sikap dan
praktek yang dilaksanakan. Akan tetapi masih ada petugas yang lebih
mementingkan pelayanan di unit rawat inap dari pada mengembalikan
dokumen rekam medis.
b. Enabling Factor
Hasil wawancara terhadap responden 68,75% petugas menjawab “ya” jarak
antara bangsal ke Assembling jauh sedangkan 75% menjawab tidak merasa
malas untuk mengembalikan dokumen rekam medis. Pengembalian dokumen
rekam medis ke Assembling ditempuh dengan jalan kaki, dan dokumen rekam
medis dibawa dengan tangan maka dari itu perlu ditambahkan sarana atau alat
bantu untuk mempermudah pengembalian dokumen rekam medis ke
Assembling. Karena jarak antara bangsal dengan Unit Rekam Medis jauh.
Sarana seperti sepeda, troli, box merupakan alat bantu yang digunakan oleh
petugas. Berdasarkan hasil wawancara 100% petugas setuju bila ditambahkan
sarana atau alat bantu tersebut untuk mempermudah pengembalian dokumen
rekam medis agar beban petugas menjadi lebih ringan. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap responden 87,5% petugas menjawab bahwa tidak ada
prosedur tetap yang mengatur tentang pengembalian dokumen rekam medis
dari bangsal ke Assembling.
c. Reinforcing Factor
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 56,25 % petugas tidak
pernah diberi isyarat oleh petugas Unit Rekam Medis seperti contoh menelfon
bangsal, petugas unit rekam medis mendatangi bangsal pada saat masuk

23
24

waktu pengembalian dokumen rekam medis, sebanyak 87,5 % tidak pernah


ditegur oleh petugas Unit rekam medis karena belum lengkapnya pengisian
dokumen rekam medis.

3.2 Jurnal 2
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara keterlambatan pengembalian
beras rekam medis oleh perawat ruangan dengan tingkat keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis diperoleh nilai p-value = 0.145 (p-value ≥
0.05). Hasil uji statistik ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan bermakna
antara keterlambatan pengembalian beras rekam medis oleh perawat ruangan
dengan tingkat keterlambatan pengembalian berkas rekam medis. Berdasarkan
hasil analisis hubungan antara tidak adanya monitoring dan pengawasan mengenai
komitmen DPJP dalam menyelesaikan resume medis dengan tingkat
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis diperoleh nilai p-value = 0.012
(p-value < 0.05).
Hasil uji statistik ini mengindikasikan bahwa ada hubungan bermakna
antara tidak adanya monitoring dan pengawasan pihak manajemen dan komite
medis dengan tingkat keterlambatan pengembalian berkas rekam medis. Pada nilai
OR (Odds Ratio) didapatkan sebesar 6.483 yang artinya berkas rekam medis yang
sangat terlambat dikembalikan memiliki peluang 6 kali lebih besar disebabkan
oleh tidak adanya monitoring dan pengawasan pihak manajemen dan komite
medik dibandingkan rekam medis yang terlambat dikembalikan. Berdasarkan
hasil analisis hubungan antara tidak adanya sistem koordinasi antara pihak DPJP,
perawat ruanagan, unit rekam medis dengan tingkat keterlambatan pengembalian
berkas rekam medis diperoleh nilai p-value = 0.329 (p-value ≥ 0.05). Hasil uji
statistik ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tidak
adanya sistem koordinasi antara pihak DPJP, perawat ruanagan, unit rekam medis
dengan tingkat keterlambatan pengembalian berkas rekam medis.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tidak adanya keterkaitan kinerja
dalam hal pengembalian berkas rekam medis terkait sistem remunerasi dengan
tingkat keterlambatan pengembalian berkas rekam medis diperoleh nilai p-value =
25

0.795 (p-value ≥ 0.05). Hasil uji statistik ini mengindikasikan bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara tidak adanya keterkaitan antara kinerja dalam hal
pengembalian berkas rekam medis terkait sistem remunerasi dengan tingkat
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis. Berdasarkan hasil analisis
hubungan antara tidak tersedianya formuli resume medis dengan tingkat
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis diperoleh p-value = 0.795 (p-
value ≥ 0.05). Hasil uji statistik ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara tidak tersedianya formulir resume medis dengan tingkat
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis. Kerena dari hasil wawancara
pendahuluan dengan kepala Instalasi Rekam Medis berkas rekam medis selalu
disiapkan lengkap dengan resume medisnya saat diperlukan oleh dokter yang
melakukan visite.

3.3 Jurnal 3
Penyebab ketidaktepatan waktu pengembalian terdiri dari beberapa faktor
diantaranya kurangnya informasi yang jelas terkait standar waktu pengembalian
rekam medis pasien rawat inap dari ruang perawatan ke unit rekam medis
walaupun dalam SPO yang berlaku tercantum standar waktu pengembalian rekam
medis rawat inap namun ternyata hampir semua petugas di ruang perawatan yang
diwawancarai tidak mengetahui pasti kapan lama waktu pengembalian. Sepanjang
pengetahuan yang mereka tahu bahwa setelah pasien pulang rawat inap
secepatnya rekam medis harus kembali ke unit rekam medis. Kurangnya
komunikasi antara unit rekam medis dengan ruang perawatan menimbulkan
adanya informasi kurang jelas terkait standar watu tersebut sehingga waktu
pengembalian rekam medis pun tidak sesuai dengan standar dan kebijakan yang
dibuat oleh rumah sakit.
Apabila komunikasi lancar dan benar antara petugas rekam medis dengan
perawat maka akan terjalin suatu kerja sama yang baik. Keterbatasan tenaga di
masing-masing unit baik unit rekam medis maupun perawatan ternyata juga
merupakan penyebab lain dari keterlambatan pengembalian rekam medis pasien
rawat inap. Begitu banyaknya pekerjaan yang ditugaskan kepada petugas terkait
26

pelayanan pasien selama rawat inap membuat petugas tidak fokus dalam
mengurus pengembalian rekam medis. Saat memiliki waktu luang dan kosong,
petugas baru merapikan rekam medis yang sudah pulang rawat inap dan baru
mengembalikannya ke unit rekam medis. Tidak lengkanya pengisisan rekam
medis oleh dokter juga merupakan salah satu penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap. Adanya kekurangan diagnosa pada lembar
resume medis, tidak adanya tanda tangan yang dibubuhkan oleh dokter dalam
Catatan Harian Instruksi Dokter (CHID) seringkali menghambat pengembalian
rekam medis inap ke unit rekam medis.

3.4 Jurnal 4
Adapun penyebab pengembalian rekam medis adalah sebagai berikut.
a. Faktor Jumlah Tenaga
Tujuh responden menggambarkan bahwa masih kurangnya tenaga rekam
medis di rumah sakit.
b. Faktor Masa kerja dan Usia
Hasil penelitian dapat di lihat bahwa <30 tahun mayoritas berpengetahuan
sedang di jumpai sebanyak 30%, umur 25-35 tahun di jumpai 20% yang
berpengetahuan baik. Hal ini mengindikasikan semakin dewasa semakin
mencapai puncak pretasinya pada usia petengahan tiga puluh tahun yang
merupakan masa dewasa dini, sedangkan pada masa usia madya 35-60 tahun
ditandai dengan perubahan-perubahan jasmani dan mental, biasanya terjadi
penurunan fisik, sering pula diikuti penurunan daya ingat. Jadi, menurut
asumsi penulis bahwa adanya kesenjangan antara teori dengan kenyataan di
lapangan. Pada umur 30-45 tahun petugas rekam medis itu mencapai
pengetahuan yang baik dikarenakan pengalaman yang cukup lama. Faktor
masa kerja juga mempengaruhi keterlambatan pemulangan berkas rekam
medis ke instalasi rawat inap, sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman
petugas yang masa kerjanya masih baru atau dalam proses penyesuaian.
Kerlambatan perawat dalam melengkapi berkas pasien yang seharusnya
sudah di kembalikan sebelum 2x24 jam. Faktor penyebab keterlambatan yaitu
27

khususnya pemahaman perawat mengenai jangka waktu pengembalian yang


kurang, kurangnya sosialiasi prosedur tetap, ketidaklengkapan
pendokumentasian yang menyebabkan rekam medis yang harus sudah
dikembalikan ke unit rekam medis belum di kembalikan karena harus
melengkapi pengisiannya terlebih dahulu.
c. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pendidikan petugas rekam medis
mayoritas berpendidikan rekam medis sebanyak 3 orang (42.9%) , D3
komputer sebanyak 1 orang (14.3%) dan lainnya sebanyak 3 orang (42.9%).
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa
rumah sakit Vina Estetica Medan masih kekurangan kebutuhan tenaga rekam
medis, Menurut peneliti, tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat
dengan faktor sosial, ekonomi dan perilaku demografi seperti pendapatan,
gaya hidup, pola reproduksi dan status kesehatan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan petugas rekam medis maka akan semakin baik kualitas pelayan
yang akan di berikan.

3.5 Jurnal 5
Persentase keterlambatan pengembalian berkas rekam medis dari masing-
masing ruang rawat inap cukup tinggi. Ruang Mas Mansyur dari 29 berkas rekam
medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 14 berkas rekam medis yang
terlambat jika diprosentasekan sebasar 48%, Ruang Ahmad Dahlan dari 25 berkas
rekam medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 16 berkas rekam medis
yang terlambat jika diprosentasekan sebasar 64%, Ruang Siti Walidah dari 17
berkas rekam medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 9 berkas rekam
medis yang terlambat jika diprosentasekan sebasar 52%, Ruang Fahrudin dari 25
berkas rekam medis yang kembali ke unit rekam medis terdapat 13 berkas rekam
medis yang terlambat jika diprosentasekan sebasar 25%.
Keterlambatan pengembalian berkas rekam medis disebabkan oleh faktor
Sumber Daya Manusia (Man). Petugas rawat inap terlambat mengembalikan
berkas rekam medis dari ruang rawat inap ke unit rekam medis hal ini disebabkan
28

karena pihak perawat belum selesai melakukan pengisian berkas rekam medis
pasien secara lengkap. Selain dari pihak perawat, dari pihak dokter juga
mempengaruhi dari terjadinya penyebab keterlambatan berkas rekam medis
dikarenakan pihak dokter belum menandatangani berkas rekam medis pasien
rawat inap yang sudah dinyatakan pulang/selesai mendapatkan pelayanan.
Keterlambatan pengembalian berkas rekam medis dari faktor prosedur yang
berlaku di rumah sakit (Methode).
Petugas rawat inap dan petugas rekam medis sudah mengetahui SOP
(Standard Operational Procedure) terkait waktu pengembalian berkas rekam
medis pasien rawat inap yang sudah dinyatakan pulang Keluar Rumah Sakit
(KRS). Namun faktanya kasus keterlambatan pengembalian berkas rekam medis
masih cukup tinggi, ini disebabkan beban kerja perawat yang cukup tinggi dan
juga tentang pengisian berkas rekam medis pasien rawat inap yang sudah pulang
belum di isi secara lengkap sehingga berkas rekam medis menumpuk di ruang
rawat inap. Keterlambatan pengembalian berkas rekam medis dari faktor sarana
dan prasarana (Material). Unit rekam medis di RSU Muhammadiyah Ponorogo
sudah menggunakan buku ekspedisi unuk setiap kegiatan pengembalian berkas
rekam medis. Setiap petugas rawat inap yang mengembalikan berkas rekam medis
sudah mencatat di buku ekspedisi dengan tepat.

3.6 Jurnal 6
Standar Prosedur Operasional sub bagian rekam medis tentang alur
dokumen rekam medis rawat inap belum dijalankan sebagaimana mestinnya
karena masih terdapat keterlambatan pengembalian dokumen rekam medis
sebanyak 45,5 % pada bulan Mei 2016 dan 41,4% pada bulan Juni 2016.
Penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja petugas
administrasi, persepsi petugas administrasi dan persepsi dokter terhadap
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis. Pengembalian berkas rekam
medis terhambat pada proses pengembalian dari masing-masing ruang rawat inap
ke instalasi rawat inap. Standar pelayanan medis bagian rekam medis poin
pertama dan poin ketiga masih berada di bawah standar yang telah ditentukan.
29

3.7 Jurnal 7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama keterlambatan
pengembalian DRM rawat inap yaitu faktor SDM (sumber daya manusia) seperti
ketidakdisiplinan DPJP dalam pengisian rekam medis terutama resume medis,
petugas khusus untuk mengantarkan DRM ke bagian rekam medis tidak ada,
beberapa DPJP tidak visite setiap hari sehingga advis pulang per telepon, perawat
lupa mengingatkan dokter untuk mengisi resume medis dan tandatangan serta
banyak dokter yang bukan merupakan home doctor. Faktor lain tentunya juga
banyak mempengaruhi keterlambatan seperti faktor method, money, material dan
machine. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan ini antara lain belum adanya
protap pengembalian dokumen rekam medis dari ruang rawat inap ke bagian
assembling, tidak adanya petugas rekam medis di ruangan yang meneliti
kelengkapan dokumen rekam medis, jarak ruang rawat inap ke ruang rekam medis
yang jauh, belum lengkapnya atau tidak lengkapnya dokumen rekam medis
terutama tanda tangan dokter sehingga DRM rawat inap tidak dapat diserahkan
dalam waktu 2x24 jam.

3.8 Jurnal 8
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di lihat bahwa di RSU IPI
Medan sudah menggunakan SPO tetapi sistem kelengkapan pengisian lembar
resume medis belum terpenuhi dikarenakan DPJP mengalami hambatan dalam
pengisian formulir rekam medis, seperti formulir RM yang rumit dimengerti.
Pengembalian berkas rekam medis 1x24 jam itu sudah terpenuhi namun dokumen
yang dikembalikan ke unit rekam medis belum semua diisi dengan lengkap.
Ketidaktpatan pengembalian berkas rekam medis yang di sebabkan oleh kurang
lengkapnya pengisian berkas rekam medis oleh dokter saat dikembalikan oleh
petugas ruangan rawat inap dimana dalam pengisian lembar resume medis pasien,
nama, waktu dan tanggal beserta tanda tangan setiap kali melakukan visitasi
kepada pasien, dan kurangnya pengawasan terhadap perawat yang bertugas untuk
mengingatkan dokter dalam pengisian berkas rekam medis khususnya pasien yang
selesai perawatannya/pulang. Perawat sudah mengetahui waktu yang tepat untuk
30

pengembalian dokumen rekam medis, tetapi masih ada kendala dalam pengisian
formulir rekam medis yang telah ditetapkan. Tidak adanya sanksi yang dilakukan
kepada petugas rawat inap apabila terjadi keterlambatan pengembalian berkas
rekam medis.

3.9 Jurnal 9
RSUD Kabupaten Klungkung merupakan salah satu rumah sakit yang
belum dapat mencapai indikator mutu kelengkapan rekam medis 24 jam setelah
selesai pelayanan. Kelengkapan, keakuratan, dan ketepatan rekam medis
merupakan tanggungjawab utama dokter. Perilaku dokter dalam penyelesaian
pengisian rekam medis salah satunya dapat dipengaruhi oleh kondisi kerja
tempatnya bertugas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
kondisi kerja yang melatarbelakangi keterlambatan penyelesaian pengisian
dokumen rekam medis oleh dokter di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten
Klungkung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dan studi
dokumentasi yang dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Klungkung
pada bulan April-Mei 2017. Informan pberjumlah delapan orang yang terdiri dari
dokter spesialis dan manajemen rumah sakit. Faktor-faktor kondisi kerja yang
melatarbelakangi keterlambatan penulisan dokumen rekam medis oleh dokter
disebabkan karena beban kerja dokter yang cukup tinggi, kurangnya supervisi,
kurangnya pemahaman dokter terkait rekam medis, belum terbiasanya dokter
spesialis mengisi formulir rekam medis yang baru, serta belum efektifnya
sosialisasi terkait rekam medis.

3.10 Jurnal 10
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan
data secara wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Adapun
penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis adalah sebagai berikut.
31

a. Sumber Daya Manusia


Seluruh perawat yang bertugas pada jadwal yang telah ditentukan
bertanggung jawab atas pengembalian berkas rekam medis. Hal tersebut telah
sesuai dengan alur berkas rekam medis, berkas yang sudah lengkap kemudian
dikembalikan ke unit rekam medis, setelah itu dilakukan pengolahan yaitu
diperiksa kelengkapan isi dan lembaran berkas rekam medis rawat inap,
kemudian dilakukan pengkodingan terhadap diagnosa penyakit pasien
tersebut, selanjutnya berkas tersebut di assembling dan diserahkan kepada
bagian filling.
b. Berkas Rekam Medis
Ketidaklenglengkapan rekam medis menyebabkan ketidaktepatan penyerahan
rekam medis ke unit rekam medis. Ketidaklengkapan terjadi pada resume
medis khususnya item tanda tangan dokter.
c. Standar Prosedur Operasional
Penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis adalah SPO tidak
tersosialisasikan dengan baik serta belum adanya peraturan tegas dan sanksi
mengenai pengembalian berkas rekam medis.
d. Sarana dan Prasarana
Penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis adalah ruang
penyimpanan berkas rekam medis terpisah jauh dengan gedung rawat inap,
hal tersebut membuat pendistribusian berkas rekam medis cukup memakan
waktu. Kemudian tidak ada sarana yang khusus seperti troli, rak box untuk
membawa rekam medis, lift barang, tabung tembak, dan lain-lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor penyebab masalah tersebut
ialah belum adanya petugas khusus untuk melakukan pengembalian BRM pasien
rawat inap, jarak dari nurse station ke unit rekam medis cukup jauh, belum adanya
regulasi yang tegas mengenai pelaksanaan pengembalian BRM serta belum
adanya sosialisasi SOP dengan baik.
32

3.11 Jurnal 11
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab ketidaktepatan waktu
pengembalian berkas rekam medis rawat inap, jenis penelitian ini yaitu deskriptif,
teknik pengumpulan data menggunakan observasi, kuisioner dan wawancara.
Adapun faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis adalah
sebagai berikut.
a. Tingkat Kedisiplinan Dokter dan Tanggung Jawab Dokter dalam Pengisian
Data pada Berkas Rekam Medis Terutama pada bagian Resume Medis.
Hasil penelitian didapatkan bahwa penyebab keterlambatan pengembalian
berkas rekam medis rawat inap disebabkan oleh dokter, perawat yang tidak
disiplin dan kurang teliti dalam pengisian berkas rekam medis sehingga berkas
rekam medis menjadi terlambat dan harus menunggu untuk dilengkapi terlebih
dahulu. Menurut kebijakan Standar Prosedur Operasional yang ditetapkan di
rumah sakit Estomihi bahwa berkas rekam medis rawat inap dikembalikan oleh
perawat dari setiap ruang rawat inap ke bagian rekam medik setelah pasien
pulang. Berkas rekam medis rawat inap harus kembali ke bagian rekam medik
paling lambat 2x24 jam stelah pasien keluar rumah sakit, dan setiap berkas rekam
medis yang kembali harus diperiksa kelengkapannya.
b. Petugas Pengembalian Berkas Rekam Medis yang Pengetahuannya sesuai
dengan Bidang Keilmuan Nya
Hasil penelitian didapatkan bahwa di Rumah Sakit Estomihi masih
kekurangan SDM dalam pengembalian berkas rekam medis rawat inap, karena
yang seharusnya bertugas dalam pengembalian berkas rekam medis rawat inap
ialah petugas rekam medis yang pengetahuaannya sesuai dengan bidang
keilmuannya. Hasil kuisioner diketahui bahwa dari 3 petugas rekam medis
memiliki tingkat pengetahuan baik dengan persentase sebesar 76,7% tentang
ketetapan batas waktu pengembalian berkas rekam medis dan ketentuan
kelengkapan isi rekam medis tetapi petugas belum menjalankan peraturan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional.
33

c. Jarak Pengembalian Berkas Rekam Medis Dari Instalasi Rawat Inap Ke


Instalasi Rekam Medis
Hasil penelitian didapatkan bahwa jarak antara instalasi rawat inap ke
instalasi rekam medis menjadi salah satu penyebab dalam ketidaktepatan waktu
pengembalian berkas rekam medis rawat inap. Hal itu disebabkan karena instalasi
rawat inap terletak di lantai 2 dan 3 sedangkan instalasi rekam medis terletak di
lantai 6 dan dalam pengembalian berkas rekam medis ke Instalasi rekam medis
ditempuh dengan jalan kaki menggunakan fasilitas tangga, karena petugas tidak
diperkenankan menggunakan lift jika tidak bersama pasien dan berkas rekam
medis dibawa dengan tangan. Hal ini menyebabkan perawat mengeluh saat
mengembalikan berkas rekam medis ke Intalasi rekam medis maka dari itu karena
jarak antara Instalasi rawat inap ke instalasi rekam medis jauh seharusnya pihak
rumah sakit memperkenankan petugas menggunakan fasilitas rumah sakit seperti
lift dan perlu ditambahkan sarana atau alat bantu seperti troli untuk mempermudah
pengembalian berkas rekam medis ke Instalasi rekam medis.

3.12 Jurnal 12
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 45 responden di jelaskan bahwa 24
orang responden dengan presentase (53,3%) pengembalian berkas rekam medis
terlambat dan 21 orang responden dengan presentase (46,7%) pengembalian
berkas rekam medis tidak terlambat. Faktor penyebab keterlambatan rekam medis
adalah:
a. SDM
Faktor keterlambatan pengembalian berkas rekam medis pasien rawat inap di
rumah sakit daerah Mohammad Natsir karena Sumber Daya Kemanusiannya
masih Kurang Baik walaupun dari segi usia responden termasuk ke dalam usia
kerja produktif. Hal ini karena terjadi pelimpahan tanggung jawab yang berlebih
kepada perawat selain melakukan tanggung jawab pokok sebagai petugas medis
perawat di rumah sakit daerah Mohammad Natsir, perawat juga bertugas
mengembalikan berkas rekam medis pasien rawat inap ke Instalasi Rekam Medis
serta kurangnya tanda tangan dan asesmen dari dokter.
34

b. Kebijakan
Kebijakan di rumah sakit daerah Mohammad Natsir Baik karena lebih dari
setengah responden menjalankan kebijakan dengan baik. Hal ini di dukung
dengan masa kerja responden yang cukup lama maka responden lebih
berpengalaman karena semakin lama masa kerja semakin tinggi pula tingkat
pengalaman kerja karyawan tersebut dan semakin patuh terhadap kebijakan.
c. Metode
Metode di rumah sakit daerah Mohammad Natsir Kurang Baik karena
sehingga terjadi saling lempar tugas antara perawat dalam pengembalian berkas
rekam medis dan tidak ada kejelasan mengenai job description.

3.13 Jurnal 13
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan
metode pengumpulan data wawancara, dokumentasi, dan brainstorming. Adapun
penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis adalah sebagai berikut:
a. Man (Manusia/Tenaga Kesehatan)
Hasil penelitian didapatkan bahwa penyebab keterlambatan pengembalian
berkas rekam medis adalah belum adanya pelatihan yang dilakukan oleh
rumah sakit berkaitan dengan petugas rawat inap sebagai pengembali berkas
rawat inap ke bagian assembling. Ketidakdisiplinan dokter dalam pengisian
data dokumen rekam medis pada formulir rekam medis, kurangnya ketelitian
perawat dalam pengisian dokumen rekam medis, banyaknya petugas di
bagian assembling sebagai penyebab keterlambatan pengembalian dokumen.
b. Method (Prosedur)
Faktor keterlambatan pengembalian berkas rekam medis salah satunya adalah
fator jarak dimana jarak antara ruang rawat inap dengan ruang rekam medis
jauh. Admin rawat inap yang merasa jarak menjadi salah satu kendala dalam
pengembalian berkas. Jarak ruang rawat inap paling jauh dari bagian
assembling berkisar kurang lebih 15-20meter dan dikarenakan ruang
assembling berada di lantai 2 menjadi kendala bagi admin dalam
pengembalian berkas.
35

c. Machine (Sarana)
Faktor penyebab keterlambatan pengembalian berkas rekam medis salah
satunya adalah faktor komunikasi dimana belum digunakannya sarana telepon
yang ada secara maksimal untuk mempermudah komunikasi di bagian filing
dengan admin rawat inap sehingga petugas filing masih perlu keliling untuk
mengambil berkas rawat inap. Penyebab masalah bukan dari sarana
teleponnya namun dari penggunaan sarana oleh admin rawat inap yang belum
memaksimalkan peggunaan telpon untuk menunjang efektifitas komunikasi
dari admin rawat ina dengan bagian assembling dan filing.
d. Material (Berkas Rekam Medis)
Faktor penyebab pengembalian rekam medis adalah kurang cepatnya
pengisian rekam medis untuk dilengkapi sehingga admisi rawat inap tidak
segera mengembalikan berkas ke bagian assembling karena DPJP tidak cepat
mengisi berkas rekam medis pasien yang pulang. Dokter yang bertugas
mengisi kelengkapan berkas tidak konsisten dalam kerjanya, kadang di salah
satu ruang dokter mengisi kelengkapan tepat waktu namun terkadang di ruang
lain dokter tidak melengkapi berkas pada waktunya.

3.14 Jurnal 14
Faktor pendukung yang mempengaruhi kepatuhan petugas medis dalam
menyelesaikan rekam medis dan pulang cepat 1x24 jam di RSUD Cilacap adalah
kurangnya pengetahuan tentang kebijakan pulang 1x24 jam setelah pasien
dipulangkan. Dengan dokternya yang “tidak memiliki pola pikir pekerjaan rumah”
tentang kewajiban mengisi rekam medis. Komunikasi yang tidak efektif terkait
dengan keinginan mendapatkan reward. Koordinasi terkait dengan percepatan
pengembalian yang tidak stabil dan solid. Ruang dokter dengan tugas tambahan
membantu dokter yang bertanggung jawab atas pasien dalam menulis resume
medis kemungkinan besar akan diterapkan sebagai sarana untuk mempercepat
kelengkapan dan pengembalian.
Keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya wawancara mendalam yang
lebih terkait dengan pemberian reward terkait dengan pengkajian dokumen
36

pengisian ulang kamp medis, karena membutuhkan waktu lebih banyak untuk
belajar.

3.15 Jurnal 15
Tujuan dari penelitian ini adalah melaksanakan menganalisis faktor apasaja yang
menyebabkan terjadinya keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat
inap. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Penelitian ini menggunakan
teori Lawreens Green dengan variabel Predisposing Factors, Enabling Factors,
Reinforcing Factors dan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis yang
dilakukan melalui wawancara, observasi. Teknik pengumpulan data terdiri dari
wawancara dan observasi. Adapun penyebab keterlambatan pengembalian rekam
medis adalah sebagai berikut.
a. Pengembalian berkas rekam medis rawat inap di RSUP Dr Kariadi Semarang
masih terlambat dengan jumlah berkas rekam medis sebanyak 331 berkas dari
1553 atau 21% dengan rata-rata waktu pengembalian yaitu 1x24 jam atau 1
hari.
b. Petugas perawat dan petugas yang sering meminjam berkas rekam medis
masih belum mengetahui batas waktu pengembalian berkas rekam medis
rawat inap ke ruang rekam medis sehingga masih terdapat berkas rekam
medis rawat inap yang terlambat.
c. Sikap petugas masih kurang baik terkait pengembalian berkas rekam medis
rawat inap ke ruang rekam medis.
d. Tidak adanya motivasi yang diberikan kepada perawat dan petugas yang
sering meminjam berkas rekam medis mengenai ketepatan pengembalian
berkas rekam medis rawat inap
e. Sudah terdapat Standart Operasional Prosedur (SOP) atau kebijakan yang
mengatur pengembalian berkas rekam medis ke ruang rekam medis di RSUP
Dr. Kariadi Semarang, namun belum pernah disosialisasikan ke petugas
perawat sehingga masih ada perawat yang belum mengetahui alur
pengembalian berkas rekam medis rawat inap, sehingga masih terdapat
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap.
37

BAB 4. PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapatkan bahwa parameter yang menyebabkan pengembalian


rekam medis adalah pengetahuan, sikap, sarana, SOP, monitoring,
ketidaklengkapan rekam medis, koordinasi, motivasi, jumlah petugas, pendidikan,
usia, dan masa kerja. Berikut merupakan analisis penyebab pengembalian rekam
medis rawat inap di beberapa rumah sakit di Indonesia.

4.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting yang harus dimiliki
oleh seseorang dalam profesi yang dijalaninya (Pusrnamasari & Hernawati, 2013).
Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan yang dimaksud yakni penginderaan mata, hidung, telinga, dan
sebagainya, namun sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi melalui
indera penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga). Delapan (8) dari lima belas
(15) jurnal penelitian yang menjadi sampel penelitian ini meneliti parameter
pengetahuan.
Jurnal yang mengamati parameter pengetahuan terdapat pada jurnal 1, jurnal
3, jurnal 6, jurnal 9, jurnal 11, jurnal 13, jurnal 14, dan jurnal 15. Delapan jurnal
tersebut menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan menyebabkan keterlambatan
pengembalian rekam medis ke ruang rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis adalah
responden tidak mengetahui bahwa batas pengembalian rekam medis 2x24 jam
(Rachmani, 2010; Kristina & Maulana, 2015; Larasati,et al., 2017; Suarjana et al.,
2017; Erlindai, 2019; Hikmah et al., 2019; Widiyanti et al., 2019; Agustin et al.,
2020). Ketidaktahuan waktu pengembalian tersebut sebab belum ada sosialisasi
terkait batas waktu pengembalian rekam medis. Selain itu, perbedaan persepsi
batas waktu pengembalian rekam medis antara petugas ruangan dan petugas
rekam medis.

37
38

Berdasarkan berbagai pernyataan tersebut dapat dilihat faktor pengetahuan


menjadi faktor yang banyak berpengaruh terhadap kejadian keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis rawat inap. Sepanjang pengetahuan yang
mereka tahu bahwa setelah pasien pulang rawat inap secepatnya rekam medis
harus kembali ke unit rekam medis. Kurangnya komunikasi antara unit rekam
medis dengan ruang perawatan juga menimbulkan adanya informasi yang kurang
jelas terkait standar waktu tersebut. Waktu pengembalian rekam medis pun tidak
sesuai dengan standar dan kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit.
Kemenkes RI No. 377 tahun 2007 terkait Standar Profesi Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan pada kompetensi ketujuh tentang kemitraan profesi
dimana disebutkan bahwa perekam medis mampu berkolaborasi inter dan intra
profesi terkait dalam pelayanan kesehatan. Poin pertama juga disebutkan bahwa
perekam medis harus mampu melaksanakan komunikasi efektif pada semua
tingkatan. Apabila komunikasi lancar dan benar antara petugas rekam medis
dengan perawat/admin maka akan terjalin suatu kerja sama yang baik yang dapat
meningkatkan mutu dan kepuasan pelayanan terhadap pasien. Hal ini diperkuat
oleh Syamsudin (2016) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara pengetahuan perawat dengan ketepatan pengembalian rekam
medis rawat inap, maka dapat dinyatakan bahwa semakin baik pengetahuan
perawat maka semakin tepat pengembalian rekam medis.

4.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kedisiplinan petugas ruangan dalam mengembalikan rekam medis ke ruang rekam
medis. Delapan (8) dari lima belas (15) jurnal penelitian yang menjadi sampel
penelitian ini meneliti parameter sikap. Jurnal yang mengamati parameter sikap
terdapat pada jurnal 1 dan jurnal 15 (Rachmani, 2010; Agustin, Erawantini,
Roziqin, 2020). Dua jurnal tersebut menjelaskan bahwa perawat/admin malas
menyerahkan rekam medis ke ruang rekam medis karena jarak antara ruang rawat
inap/bangsal jauh dengan ruang rekam medis. Hikmah, dkk (2017) menjelaskan
39

bahwa admin rawat inap merasa bahwa jarak menjadi salah satu kendala dalam
pengembalian berkas dan juga rata-rata ruang rekam medis berada di lantai 2.
Akibat dari jarak yang jauh, perawat mengaku menumpuk minimal 10
berkas pasien kemudian dikembalikan ke ruang rekam medis (Widiyanti et al.,
2019). Pernyataan ini didukung oleh penelitian Al Aufa (2018) yang menyatakan
bahwa jika nurse station yang jauh dengan ruang rekam medis akan
mengembalikan rekam medis ketika seluruh berkas telah rapi. Penelitian
Trihandoko et al. (2017) juga menyatakan bahwa jika hanya ada 1 dokumen yang
perlu dikembalikan kemungkinan akan muncul rasa malas dari petugas untuk
mengembalikan karena jarak ruang rawat inap dengan rekam medis yang jauh.
Berdasarkan pernyataan tersebut akan lebih baik jika rumah sakit dapat memberi
fasilitas tambahan seperti troli dan keranjang kepada petugas agar dapat
membantu proses pengembalian rekam medis rawat inap. Hal ini juga dapat
membantu rumah sakit mengatasi masalah terkait jarak antara ruang rawat inap
dengan rekam medis cukup jauh.
Selain itu, ketidakdisiplinan petugas dalam mengembalikan tepat waktu
yaitu petugas baru akan mengembalikan dokumen rekam medis rawat inap ke
ruang rekam medis jika tumpukan dokumen rekam medis yang lengkap mencapai
jumlah tertentu seperti 10 tumpukan dokumen rekam medis (Widiyanti et al.,
2019). Ketidakdisiplinan petugas dalam pengembalian dokumen rekam medis
akan menghambat kegiatan petugas rekam medis dalam mengelola data pada
rekam medis seperti assembling, koding, pelaporan dan pelayanan pasien
selanjutnya (Rahayu Susanti et al., 2018).
Menurut Depkes RI (1997), seorang yang menerima dan meminjam rekam
medis berkewajiban untuk mengembalikan dalam keadaan baikdan tepat waktu
2x24 jam setelah pasien keluar dari rumah sakit. Hasil penelitian ini sesuai dengan
studi kasus yang telah dilakukan oleh Rachmani (2010) yang menyatakan bahwa
faktor penyebab keterlambatan terbesar adalah pada sikap responden yang mana
menganggap pelayanan di unit rawat inap lebih penting dari pada mengembalikan
rekam medis ke unit kerja rekam medis. Kerjasama dan komunikasi yang baik
antar unit rekam medis dengan rawat inap sangat diperlukan agar tidak terjadi
40

keterlambatan pengembalian berkas rekam medis karena faktor kedisiplinan


tenaga kesehatan dalam mengembalikan dokumen rekam medis.

4.3 Sarana
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan pengembalian
berkas rekam medis rawat inap ke ruang rekam medis adalah kurang tersedianya
sarana atau alat bantu (Maryani, 2016). Sarana adalah alat bantu/bahan utama
yang digunakan dalam membantu proses pengembalian dokumen rekam medis
(Setyawan, 2013). Sarana merupakan semua benda yang tidak bergerak maupun
bergaerak yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan suatu kegiatan
(Daryanto, 2011). Sarana yang dimaksud dalam penelitian ini bisa berwujud
dalam berbagai hal mulai dari keranjang, troli, lift, SIMRS dan sepeda. Tujuh (7)
dari lima belas (15) jurnal penelitian yang menjadi sampel penelitian ini meneliti
parameter sarana. Jurnal yang mengamati parameter sarana terdapat pada jurnal 1,
jurnal 5, jurnal 7, jurnal 9, jurnal 10, jurnal 13, dan jurnal 15.
Tujuh jurnal tersebut menjelaskan bahwa sarana kurang untuk menunjang
dalam pengembalian rekam medis seperti lift barang, troli, maupun rak box untuk
membawa berkas rekam medis (Rachmani, 2010; Rohman, 2017; Mirfat,
Andadari, Indah, 2017; Sudarsana, Suarjana, Januraga, 2017; Aufa, 2018;
Hikmah, Adi, Rahmadtullah, 2019; Agustin, Erawantini, Roziqin, 2020). Lift
barang cukup penting fungsinya sebab admin ruangan tidak perlu naik tangga
dengan membawa banyak rekam medis yang akan disetor sehingga akan
mengurangi tingkat kelelahan. Kemudian, dengan adanya lift barang, akan
membangkitkan semangat kerja karena mereka tidak akan jauh-jauh untuk
menyetorkan berkas rekam medis.
Selanjutnya untuk ketersediaan troli atau box dapat meringankan beban
admin dalam membawa berkas rekam medis dan alangkah lebih baiknya jika
disediakan Pneumatic Tube (pipa tekanan udara) yang dapat mengantar rekam
medis dengan cepat ke berbagai bagian-bagian. Pneumatic Tube tersbut dapat
terhubung dengan ruang admin dan ruang rekam medis sehingga apabila berkas
rekam medis sudah lengkap, admin tidak perlu berjalan ke ruang rekam medis
41

namun cukup memasukkan rekam medis ke dalam tabung. Ada pula alat
penunjang distribusi berkas rekam medis seperti contohnya dibeberapa rumah
sakit menggunakan Namun, pemakaian pipa ini sering macet karena tebalnya
rekam medis yang dikirim. Penggunaan teknologi di bidang komputer diharapkan
mempercepat proses penyaluran data-data penderita dari satu tempat ke tempat
lain.
Menurut Syaiin (2008) diketahui bahwa sarana/fasilitas kerja berhubungan
dengan penampilan kerja dan motivasi kerja, dimana 86 sarana ini diperlukan
untuk meningkatkan keterampilan petugas kesehatan. Sarana yang lengkap akan
banyak mempermudah pekerjaan admin ruangan maupun petugas rekam medis,
terlebih jika sarana sudah canggih dan pada akhirnya tidak perlu menggunakan
rekam medis yang kertas melainkan sudah menggunakan rekam medis elektronik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kecanggihan dan kelengkapan sarana prasarana
akan mampu meningkatkan kinerja petugas sebab beban kerja mereka dapat
diperkecil untuk memaksimalkan pekerjaan yang lainnya. Kemudian diperkuat
dengan pernyataan Silfani & Achadi (2017) mengatakan bahwa segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat atau media yang disediakan oleh rumah sakit yang
digunakan untuk membantu menunjang kegiatan pengembalian berkas rekam
medis rawat inap.
Sarana prasarana penting yang lainnya adalah telepon. Namun seringkali
telepon tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga masih terjadi salah
komunikasi antar karyawan. Hal ini senada dengan penelitian Hikmah et al.
(2019), rumah sakit memiliki fasilitas berupa telepon antar unit, namun petugas
rekam medis bagian assembling belum menggunakan fasilitas tersebut dengan
maksimal untuk menghubungi admin rawat inap terkait pengembalian rekam
medis rawat inap. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat fasilitas tersebut
dapat membantu petugas assembling sehingga petugas tidak perlu berkeliling
ruangan untuk memeriksa ruang rawat inap yang terlambat mengembalikan rekam
medis rawat inap.
Penelitian Al Aufa (2018) menunjukkan bahwa proses pengembalian berkas
rekam medis rawat inap ke ruang rekam medis masih dilakukan secara manual
42

oleh perawat tanpa alat bantu. Selain dilakukan secara manual, berkas rekam
medis yang dibawa oleh perawat jumlahnya banyak sehingga semakin
memberatkan tugas perawat saat proses pengembalian (Ina, 2013). Hal lain
ditunjukkan melalui penelitian Erlindai (2019), perawat merasa terbebani dalam
proses pengembalian berkas rekam medis rawat inap karena perawat tidak
diperbolehkan menggunakan fasilitas lift kecuali saat perawat sedang bersama
pasien sehingga perawat lebih memilih untuk membawa dokumen saat jumlahnya
sudah banyak kemudian dikembalikan ke ruang rekam medis.
Penelitian lain menunjukkan bahwa perawat boleh menggunakan lift saat
melakukan pengembalian rekam medis rawat inap namun petugas berharap akan
lebih baik jika petugas diberi sarana lain seperti keranjang untuk melakukan
proses pengembalian berkas rekam medis rawat inap (Rachmani, 2010; Setyawan,
2013). Selain itu terdapat sarana lain yaitu SIMRS sebagai alat bantu untuk
mengetahui jumlah rekam medis yang terlambat dikembalikan namun karena
sarana tersebut sering mengalami error maka sarana ini menjadi tidak maksimal
digunakan (Agandhi, 2018). Sebaiknya sarana disediakan sebagai alat bantu agar
proses pengembalian menjadi tepat waktu dan diperlukan perawatan terhadap
sarana yang telah tersedia agar dapat digunakan secara maksimal.

4.4 Standar Prosedur Operasional (SOP)


Standar prosedur operasional merupakan pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaaan sesuai dengan fungsi dari pekerjaan tersebut.
Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan langkah-langkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tersebut (Peraturan Menteri
Kesehatan RI, 2007). Standar Prosedur Operasional (SPO) terkait pengembalian
berkas rekam medis rawat inap perlu disosialisasikan kepada pihak yang
menjalankan Standar Prosedur Operasional (SPO) tersebut sebagai upaya untuk
membantu petugas dalam memaksimalkan kinerja pengembalian berkas rekam
medis rawat inap (Munawaroh, 2018). Delapan (8) dari lima belas (15) jurnal
penelitian yang menjadi sampel penelitian ini meneliti parameter SOP. Jurnal
yang mengamati parameter SOP terdapat pada jurnal 1, jurnal 5, jurnal 8, jurnal
43

10, jurnal 12, jurnal 13, jurnal 14, dan jurnal 15. Delapan jurnal tersebut
menjelaskan bahwa tidak ada prosedur tetap yang mengatur tentang pengembalian
dokumen rekam medis dari bangsal ke ruang rekam medis, SOP tidak
disosialisasikan dengan baik (Rachmani, 2010; Rohman, 2017; Lubis, 2017; Aufa,
2018; Kristi, Susanti, Erpidawati, 2019; Hikmah, Adi, Rahmadtullah, 2019;
Widiyanti, Rahab, Siswandari, 2019; Agustin, Erawantini, Roziqin, 2020).
Tidak adanya prosedur tetap yang mengatur tentang pengembalian dokumen
rekam medis dikarenakan pihak rumah sakit hanya membuat SK tanpa membuat
SOP, jika pun ada SOP, sebagian besar SOP tidak rinsi sehingga terkadang admin
atau petugas rekam medis salah persepsi dengan batas maksimal pengembalian
rekam medis. Ada beberapa juga yang sudah ada SOP namun SOP tersebut tidak
disosialisasikan kepada ruangan sehingga hanya petugas assembling saja atau
petugas rekam medis saja yang mengetahui batas waktu pengembalian rekam
medis. Sosialisasi ini penting sebagai sarana komunikasi antar karyawan dan
meminimalisir adanya kesalapahaman antar karyawan. Sosialisasi dilakukan
untuk memberitahu petugas tentang peraturan pengembalian berkas rekam medis
agar menjadi tepat waktu sebelum waktu pengembalian berakhir dengan harapan
agar petugas perawat mengembalikan berkas rekam medis rawat inap menjadi
tepat waktu sesuai prosedur yang telah ditetapkan (Hikmah, 2019).
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa
keterlambatan pengembalian berkas rawat inap disebabkan oleh kurangnya
sosialisasi Standar Prosedur Operasional (SPO) sehingga dokter dan perawat
mengira bahwa waktu pengembalian rekam medis rawat inap 2 x 24 jam
sedangkan batas waktu yang ditetapkan oleh rumah sakit adalah 1 x 24 jam
setelah pasien pulang sehingga mengakibatkan sebanyak 697 berkas dari 735
berkas terlambat dikembalikan (Widiyanti et al., 2019). Penelitian Kristina &
Maulana (2015) juga menyatakan bahwa tidak adanya sosialisasi terkait Standar
Prosedur Operasional (SPO) berakibat pada pengetahuan perawat hanya sebatas
pengembalian berkas rekam medis rawat inap perlu dikembalikan secepat
mungkin tanpa mengetahui batas waktu yang telah ditentukan oleh rumah sakit.
44

Kurangnya sosialisasi Standar Prosedur Operasional (SPO) juga dapat


berdampak pada ketidaksesuaian antara instruksi dengan kenyataan yang terjadi di
rumah sakit. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dimana petugas admin
rawat inap yang bekerja merupakan pegawai baru dan tidak mendapatkan
sosialisasi sehingga kelengkapan dokumen rekam medis rawat inap diperiksa oleh
admin kemudian jika rekam medis telah lengkap, petugas admin akan
mengembalikan rekam medis tersebut ke ruang rekam medis. Prosedur yang
ditetapkan oleh rumah sakit adalah berkas rekam medis harus dikembalikan paling
lama 2 x 24 jam setelah pasien pulang kemudian diperiksa kelengkapannya oleh
petugas assembling, jika ditemukan ketidaklengkapan maka petugas assembling
akan mengembalikan rekam medis ke ruang rawat inap untuk dilengkapi. Namun
karena Standar Prosedur Operasional tidak disosialisasikan dengan baik maka
keterlambatan pengembalian rekam medis terjadi karena penumpukan berkas di
ruang rawat inap (Setyawan, 2013).
Sosialisasi prosedur perlu dilakukan karena dapat berdampak baik kepada
angka penurunan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian Shinta Devi et al. (2016) yang menyatakan
bahwa setelah dilakukan sosialisasi terjadi penurunan angka keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap salah satunya di Ruang Walet dari 96%
menjadi 31% dan ruang Bangau mengalami penurunan dari 80% menjadi 17%.
Sosialisasi juga dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai target mutu
rumah sakit yaitu ketepatan waktu pengembalian rekam medis rawat inap 100%
(Azizah et al., 2020). Sosialisasi perlu dilakukan secara berkala, tidak hanya
sesekali agar petugas yang bekerja di unit yang bersangkutan seperti rekam medis
dan rawat inap dapat mengetahui kewajiban dan prosedur yang perlu dilakukan.

4.5 Monitoring
Monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu
keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan
agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan
tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya
45

yang diperlukan. Kegiatan pengembalian rekam medis rawat inap ke ruang rekam
medis perlu ditinjau kesesuaian antara Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
berlaku dengan kenyataan yang terjadi di rumah sakit. Hasil peninjauan tersebut
kemudian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi unit rekam medis dan rawat inap
sehingga tidak terjadi keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap
di kemudian hari.
Empat (4) dari lima belas (15) jurnal penelitian yang menjadi sampel
penelitian ini meneliti parameter monitoring. Jurnal yang mengamati parameter
monitoring terdapat pada jurnal 1, jurnal 2, jurnal 9, dan jurnal 14. Empat jurnal
tersebut menjelaskan bahwa kurangnya pengawasan dari ruang rekam medis
terkait pengembalian rekam medis seperti memberikan daftar ruangan yang sering
terlambat dan menagih rekam medis apabila belum diserahkan ke ruang rekam
medis (Rachmani, 2010; Antara dan Arta, 2013; Sudarsana, Suarjana, Januraga,
2017; Widiyanti, Rahab, Siswandari, 2019). Berkas rekam medis yang sangat
terlambat dikembalikan memiliki peluang 6 kali lebih besar disebabkan oleh tidak
adanya monitoring dan pengawasan pihak manajemen dan komite medik
dibandingkan rekam medis yang terlambat dikembalikan. Monitoring sebenarnya
kegiatan yang penting sebab dengan adanya monitoring, atasan dapat memantau
kinerja karyawan. Apabila terjadi penurunan kinerja, atasan dapat membimbing
karyawan tersebut dan menggali penyebab menurunnya kinerja tersebut.
Penelitian Watung & Posangi (2013) menyatakan penanggungjawab rekam
medis dan kepala ruang rawat inap tidak melakukan pengawasan secara rutin
terhadap pengembalian rekam medis rawat inap sehingga terjadi keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap dengan lama waktu pengembalian > 5 hari.
Hal ini juga terjadi pada penelitian Widjaja & Choirunisa (2018) kejadian
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap tidak pernah dilakukan
sehingga tidak ada pembahasan terkait keterlambatan saat rapat komite. Selain itu
sebanyak 87,5% responden perawat menyatakan petugas rekam medis tidak
memberikan teguran kepada perawat jika dokumen tidak lengkap yang kemudian
akan berpengaruh terhadap waktu pengembalian dan sebanyak 50,25% responden
perawat menyatakan bahwa petugas rekam medis tidak pernah menggunakan
46

telepon sebagai sarana untuk melakukan pengawasan jika terjadi keterlambatan


(Rachmani, 2010). Pengawasan yang tidak maksimal juga ditunjukkan pada
penelitian Janwarin et al. (2019) petugas rekam medis tidak melakukan evaluasi
karena tidak memiliki cukup sumber daya manusia sehingga pemeriksaan
keterlambatan hanya dilihat dari buku register.
Hasil penelitian Antara (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tidak adanya pengawasan dan evaluasi dengan kejadian keterlambatan hal
ini dibuktikan dengan hasil uji bivariat yang menunjukkan p value sebesar 0,012
(<0,05) sehingga berkas rekam medis dapat memiliki peluang untuk terlambat
dikembalikan sebanyak 6 kali. Hal ini perlu diatasi untuk mengurangi angka
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap sehingga kegiatan
assembling, coding, pelaporan dan pelayanan selanjutnya tidak terkendala. Upaya
yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan memanfaatkan tool point
sebagai alat bantu untuk memberikan umpan balik pada setiap ruangan jika terjadi
keterlambatan. Alat bantu ini juga akan menunjukkan ruang rawat inap yang
memiliki kedisiplinan dalam pengembalian berkas rekam medis yang kemudian
dapat di evaluasi (Rahayu Susanti et al., 2018). Namun jika unit rekam medis
keberatan menggunakan alat bantu maka cukup dilakukan monitoring secara
berkala.

4.6 Ketidaklengkapan Rekam Medis


Ketidaklengkapan rekam medis seringkali menjadi alasan keterlambatan
pengembalian rekam medis. Enam (6) dari lima belas (15) jurnal penelitian yang
menjadi sampel penelitian ini meneliti parameter ketidaklengkapan rekam medis.
Jurnal yang mengamati parameter ketidaklengkapan rekam medis terdapat pada
jurnal 2, jurnal 3, jurnal 5, jurnal 7, jurnal 11, dan jurnal 14. Enam jurnal tersebut
menjelaskan bahwa ketidaklengkapan rekam medis menyebabkan keterlambatan
pengembalian rekam medis seperti kurangnya diagnosa, tanda tangan, dan terapi
yang diberikan oleh DPJP (Antara dan Arta, 2013; Kristina dan Maulana, 2015;
Rohman, 2017; Mirfat, Andadari, Indah, 2017; Erlina, 2019; Widiyanti, Rahab,
Siswandari, 2019). Tidak dipungkiri bahwa ketidaklengkapan rekam medis
47

merupakan hal yang sering terjadi di beberapa tempat. Ketidaklengkapan tersebut


dikarenakan kesibukan DPJP dan beban kerja yang banyak. DPJP tidak hanya
bekerja di satu tempat melainkan juga bekerja di fasilitas kesehatan lainnya atau
bahkan membuka praktek mandiri. Selain itu, pekerjaan DPJP tidak hanya
melakukan visite melainkan DPJP juga harus mengobati pasien yang berada di
poliklinik, melakukan operasi, dan terkadang ada di UGD. Tingginya beban kerja
tersebut dikaitkan dengan jumlah SDM dan kerjasama antar tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan seperti perawat atau bidan dapat membantu dalam melengkapi
rekam medis sehingga keterlambatan pengembalin rekam medis karena
ketidaklengkapan rekam medis dapat diminimalisir.
Ketidaklengkapan rekam medis dapat menyebabkan keterlambatan
pengembalian karena petugas akan mengembalikan rekam medis rawat inap
setelah dokumen terisi lengkap. Hal ini sejalan dengan penelitian Fitria (2015)
yang menyatakan bahwa ketidaktepatan waktu pengembalian rekam medis rawat
inap dikarenakan dokter belum mengisi resume medis dan diagnosa. Menurut
Kepmenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan rumah
sakit dijelaskan kelengkapan pengisian berkas rekam medis 24 jam setelah selesai
pelayanan dan selambat-lambatnya dalam waktu 2x24 jam harus ditulis dalam
berkas rekam medis.
Kesibukan dan beban kerja tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat
menjadi salah satu alasan untuk tidak segera melengkapi dokumen rekam medis
setelah pasien pulang (Agustin et al., 2020; Fauziah & Sugiarti, 2014; Kristi,
2019). Selain itu dokter juga tidak diingatkan oleh perawat ruangan untuk segera
mengisi kelengkapan dokumen rekam medis pasien sehingga terjadi penumpukan
dokumen rekam medis di ruang rawat inap (Mirfat et al., 2017). Ketidakdisiplinan
petugas dalam mengisi kelengkapan rekam medis akan menghambat kegiatan
petugas rekam medis dalam mengelola data pada rekam medis seperti assembling,
koding, pelaporan dan pelayanan pasien selanjutnya (Rahayu Susanti et al., 2018).
48

4.7 Koordinasi
Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas dari
berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa
tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di
setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi
masing-masing bagian. Dikhawatirkan, tidak terkoordinasinya setia bagian pada
giliran berikutnya justru akan menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya.
Tiga (3) dari lima belas (15) jurnal penelitian yang menjadi sampel penelitian ini
meneliti parameter koordinasi. Jurnal yang mengamati parameter koordinasi
terdapat pada jurnal 2, jurnal 3, dan jurnal 9. Tiga jurnal tersebut menjelaskan
bahwa tidak adanya sistem koordinasi antara (pihak DPJP, perawat ruangan,
instalasi rekam medis) dapat mengakibatkan keterlambatan pengembalian rekam
medis rawat inap (Antara dan Arta, 2013; Kristina dan Maulana, 2015; Sudarsana,
Suarjana, Januraga, 2017).
Kurangnya koordinasi ini disebabkan beban kerja yang terlalu tinggi dengan
tupoksi mereka yang berbeda-beda. Kurangnya koordinasi juga disebabkan belum
ditentukan waktu rapat untuk membahas masalah keterlambatan pengembalian
rekam medis sebab koordinasi harus melibatkan pihak manajemen, pihak ruangan,
dan pihak rekam medis. Perbedaan tugas pokok dan tingginya beban kerja
masing-masing petugas tersebutlah yang menyebabkan sulit untuk menentukan
waktu koordinasi membahas masalah keterlambatan pengembalian rekam medis.
Koordinasi ini merupakan kegiaatan yang sangat penting karena sarana
komunikasi antar karyawan agar tidak terjadi kesalapahaman dalam pekerjaan.
Keterlibatan petugas lainnya akan berpengaruh terhadap kecepatan
pekerjaan sehingga pekerjaan akan lebih cepat selesai. Selain itu, keterlibatan
petugas lainnya akan membangun interaksi antar karyawan meskipun mereka
berbeda unit. Selain itu, dengan adanya koordinasi antar karyawan, permasalahan
dapat diselesaikan bersama jadi akan lebih mudah dalam menemukan solusi
karena akan dipikirkan oleh banyak orang. Evaluasi dapat dijadikan suatu
jembatan untuk penyampaian informasi terkait perubahan kebijakan baru sehingga
akan mudah disampaikan atau disosialisasikan dan sebagai alat koordinasi internal
49

serta eksternal untuk menghindari perbedaan persepsi dan miskomunikasi


(Nurdiah & Iman, 2016).

4.8 Motivasi
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan dorongan
dan/ataupun pembangkit tenaga pada seseorang atau sekelompok orang agar ingin
berbuat dan bekerja sama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Timotius, 2016).
Motivasi juga merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau
dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan,
tenaga, waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian
tujuan serta berbagai sasaran yang telah ditentukan (Siagian, 2016). Tiga (3) dari
lima belas (15) jurnal penelitian yang menjadi sampel penelitian ini meneliti
parameter motivasi. Jurnal yang mengamati parameter motivasi terdapat pada
jurnal 2, jurnal 14, dan jurnal 15.
Tiga jurnal tersebut menjelaskan bahwa responden tidak mendapatkan
motivasi seperti reward dan punishment (Antara dan Arta, 2013; Widiyanti,
Rahab, Siswandari, 2019; Agustin, Erawantini, Roziqin, 2020). reward dan
punishment penting untuk meningkatkan kinerja karyawan sebab mereka merasa
dihargai dengan pekerjaannya. Responden sering melakukan motivasi terhadap
diri sendiri dengan memberikan sugesti bahwa jika bekerja dengan maksimal akan
diberikan remonisasi yang tinggi dan apabila kinerjanya menurun akan
mendapatkan teguran dari atasan. Sebagian besar pada saat awal bekerja diberikan
dukungan oleh karyawan yang lainnya maupun oleh kepala ruangan tapi
seiringnya waktu, hal tersebut semakin hilang disebabkan kesibukan petugas
masing-masing. Apabila terdapat reward dan punishment akan lebih memberikan
gairah dalam bekerja sebab antar petugas akan bersaing untuk dapat mengerjakan
tugasnya dengan baik. Belum ada upaya untuk pemberian reward dan punishment
kepada karyawan lainnnya sebab ditakutkan ada kecemburuan sosial antar unit
dan pemberian reward dengan uang pribadi juga masih berpikir sebab masih baru
50

juga bekerja di rumah sakit dan masih banyak kebutuhan pribadi yang harus
dipenuhi.
Menurut Notoatmodjo (2012), pimpinan atau organisasi memberikan
penghargaan atau reward kepada anggota atau bawahan yang berprestasi dengan
tujuan akan meningkatkan semangat kerja para anggota atau bawahan yang
akhirnya memacu perilaku mereka menjadi lebih meningkat. Penghargaan atau
reward ini dapat berupa uang, barang atau nonmateriil, misalnya piagam, atau
sekedar pujian berupa kata-kata lisan. Hasil penelitian Pamungkas & Hariyanto
(2014) menyatakan bahwa motivasi dokter dan perawat dalam pengisian dokumen
rekam medis masih kurang dikarenakan tidak adanya reward dan punishment.
Motivasi merupakan proses pemberian motiv (penggerak) kepada petugas
sehingga mereka mau bekerja demi tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi
secara efektf dan efisien.
Reward yang diberikan tidak harus berupa uang atau piagam, tetapi reward
juga bisa seperti dimasukkan dalam kriteria Employe of The Month bagi tenaga
medis yang selalu melengkapi berkas rekam medis. Hal ini seperti hasil penelitian
Setyabudi (2011) yang mengatakan bahwa pemberian reward atau penghargaan
seperti dimasukkan dalam kriteria Employe of The Month bagi tenaga medis yang
selalu melengkapi berkas rekam medis dapat memberikan motivasi bagi petugas
rekam medis untuk melengkapi pengisian berkas rekam medis. Menurut Nafisatun
(2011) petugas yang memiliki motivasi rendah akan cenderung mengembalikan
berkas rekam medis lebih dari standar waktu yang telah ditentukan. Sebaliknya
petugas yang memiliki motivasi yang tinggi akan mengembalian berkas rekam
medis tepat waktu sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

4.9 Jumlah Petugas


Manpower merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam organisasi, sumber daya manusia adalah sumber daya yang
terpenting karena sumber daya ini adalah orang-orang yang memberikan tenaga,
bakat, kreativitas, dan usahanya untuk organisasi tempat mereka bekerja agar
organisasi tersebut dapat menjaga eksistensinya. Enam (6) dari lima belas (15)
51

jurnal penelitian yang menjadi sampel penelitian ini meneliti parameter jumlah
petugas. Jurnal yang mengamati parameter jumlah petugas terdapat pada jurnal 3,
jurnal 4, jurnal 8, jurnal 9, jurnal 10, dan jurnal 12. Empat jurnal tersebut
menjelaskan bahwa kurangnya petugas yang menyerahkan berkas rekam medis
rawat inap mengakibatkan keterlambatan pengembalian rekam medis (Kristina
dan Maulana, 2015; Purba, 2016; Lubis, 2017; Sudarsana, Suarjana, Januraga,
2017; Aufa, 2018; Kristi, Susanti, Erpidawati, 2019).
Seringkali penentuan kebutuhan jumlah SDM didasarkan hanya kepada
jumlah kunjungan pasien tanpa memperhatikan beban kerja karyawan. Hal ini
tidak dibenarkan sebab manajemen yang baik harus memperhatikan beban kerja
karyawannya agar kinerja dan produktivitas karyawan dapat meningkat.
Kurangnya jumlah petugas menyebabkan banyaknya pekerjaan yang dibebankan
kepada mereka. beban kerja berlebihan dipercaya sebagai salah satu sumber yang
paling menyebabkan stres kerja. Setiap petugas diharuskan mengerjakan lebih dari
satu pekerjaan agar dapat terselesaikan tepat waktu. Terkadang petugas harus
kerja lembur untuk mengerjakan pekerjaannya sehingga hasilnya belum optimal.
Semakin banyaknya pekerjaan tersebut maka semakin tinggi beban kerja yang
ditanggung oleh responden sehingga menjadi kewajaran apabila terjadi lembur
apalagi saat mendekati proses pengembalian rekam medis.
Manuaba (2010) menjelaskan bahwa dampak beban kerja yang berlebihan
akan menimbulkan kelelahan fisik atau mental atau keduanya dan tampil dalam
bentuk reaksi emosional. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi suatu
kebijakan salah satunya disebabkan oleh manusia yang tidak mencukupi ataupun
tidak memadai sehingga menurunkan mutu dari suatu pelayanan (Nurdiah dan
Iman, 2016). Ketersediaan SDM dikatakan sudah memadai apabila beban kerja
yang didapatkan petugas tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan namun
seimbang (Nurdiah dan Iman, 2016). Sumber daya yang utama dalam
implementasi suatu program adalah sumber daya manusia (Almasri, 2017),
sehingga penting apabila sumber daya manusia terpenuhi.
52

4.10 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI, 2009). Dua (2) dari lima belas
(15) jurnal penelitian yang menjadi sampel penelitian ini meneliti parameter
pendidikan. Jurnal yang mengamati parameter pendidikan terdapat pada jurnal 4
dan jurnal 6. Dua jurnal tersebut menjelaskan bahwa rendahnya pendidikan
menyebabkan keterlambatan pengembalian rekam medis (Purba, 2016; Larasati,
Kodyat, Andarusito, 2017).
Jurnal nomor 4 menunjukkan bahwa responden yang tamatan terakhir D3
Rekam Medis yang tepat waktu 2 orang (28,6%), yang terlambat 1 (14,3%), D3
Komputer yang tepat waktu orang (14,3%), dan lainnya (Perawat, Bidan) yang
tepat waktu 1 orang (14,3%) dan yang terlambat 2 orang (28,6%). Jurnal nomor 6
menunjukkan bahwa pendidikan tidak mempengaruhi keterlambatan
pengembalian rekam medis. (Rohman, 2017) menjelaskan bahwa semua tingkat
pendidikan dapat melakukan kegiatan penyerahan berkas rekam medis ke ruang
rekam medis tidak harus profesi perawat ataupun perekam medis.
Purba (2016) menjelaskan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan
yang erat dengan faktor sosial, ekonomi dan perilaku demografi seperti
pendapatan, gaya hidup, pola reproduksi dan status kesehatan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan petugas rekam medis maka akan semakin baik. Kualitas
pelayan yang akan di berikan. Sama halnya dengan penelitian Ahmad Faizin dan
Winarsih (2018), bahwa pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja
langsung dengan pelaksaan tugas tetap landasan untuk mengembangkan diri serta
kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar kita untuk
kelancaraan tugas, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi produktivitas.
Pengembalian rekam medis yang tepat waktu dapat berpengaruh terhadap
pengolahan data dan informasi yang dibutuhkan oleh rumah sakit. Adanya
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis akan menghambat kegiatan
53

selanjutnya, yaitu kegiatan koding, indeks, serta kemungkinan menyebabkan


hilang atau rusaknya berkas rekam medis. Apabila hal tersebut terjadi secara
berkelanjutan maka akan menghambat penyampaian informasi kepada pemimpin
rumah sakit untuk pengambilan keputuasan. Selain itu juga dapat menghambat
kegiatan pelayanan berikut jika sewaktu-waktu di butuhkan untuk keperluan
hukum.

4.11 Usia
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Oleh yang demikian, umur itu diukur dari lahir hingga semasa (masa kini)
(Depkes, 2009). Dua (2) dari lima belas (15) jurnal penelitian yang menjadi
sampel penelitian ini meneliti parameter usia. Jurnal yang mengamati parameter
usia terdapat pada jurnal 4 dan jurnal 6. Dua jurnal tersebut menjelaskan bahwa
semakin tua usia seseorang maka akan semakin rajin dalam menyerahkan rekam
medis ke ruang rekam medis (Purba, 2016; Larasati, Kodyat, Andarusito, 2017).
Jurnal nomor 3 menunjukkan bahwa dari 7 responden 3 yang berumur 22-24
tepat waktu (42,9%), dan terlambat 2 (28,6%), dan yang berumur 25-35 yang
tepat waktu 1 orang (14,3%) dan yang terlambat 1 (14,3%). Purba (2013)
menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan dengan keterlambatan pengembalian
rekam medis. Hasil penelitian dapat di lihat bahwa <30 tahun mayoritas
berpengetahuan sedang di jumpai sebanyak 30%. Umur 25-35 tahun di jumpai
20% yang berpengetahuan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang di ungkapkan
oleh Hurlock bahwa seseorang semakin dewasa semakin mencapai puncak
prestasinya pada usia petengahan tiga puluh tahun yang merupakan masa dewasa
dini, sedangkan pada masa usia madya 35-60 tahun ditandai dengan perubahan-
perubahan jasmani dan mental, biasanya terjadi penurunan fisik, sering pula
diikuti penurunan daya ingat. Jadi, menurut asumsi penulis bahwa adanya
kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian. Pada umur 30-45 tahun petugas
rekam medis itu mencapai pengetahuan yang baik dikarenakan pengalaman yang
54

cukup lama, kesimpulannya semakin lama seseorang bekerja semakin banyak


pengetahuan yang di perolehnya sehingga kemungkinan terjadinya keterlambatan
pengembalian rekam medis juga semakin kecil/rendah.

4.12 Masa kerja


Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja pada suatu
instansi, kantor, dan sebagainya (Koesindratmono, 2011). Masa kerja juga
merupakan fakor yang bekaitan dengan lamanya sesoang bekerja di suatu tempat
(Andini, 2015). Masa kerja juga merupakan jangka waktu seseorang yang sudah
bekerja dari pertama mulai masuk hingga bekerja. Dua (2) dari lima belas (15)
jurnal penelitian yang menjadi sampel penelitian ini meneliti parameter masa
kerja. Jurnal yang mengamati parameter masa kerja terdapat pada jurnal 4 dan
jurnal 6. Dua jurnal tersebut menjelaskan bahwa masa kerja mempengaruhi
keterlambatan pengembalian rekam medis (Purba, 2016; Larasati, Kodyat,
Andarusito, 2017). Jurnal nomor 4 menjelaskan bahwa dari 7 responden yang
lama kerja 0-1 tahun yang tepat waktu 2 orang (28,6%) yang terlambat 2 orang
(28,6%), dan yang lama kerja 2-5 tahun yang tepat waktu 2 orang (28,6%) dan
yang terlambat 1 orang (14,3%).
Jurnal nomor 6 menyebutkan bahwa masa kerja tidak menyebabkan
keterlambatan pengembalian rekam medis. Larasati (2017) juga menjelaskan
bahwa semakin lama seseorang bekerja dengan tupoksi yang sama maka semakin
tinggi tingkat kejenuhan seseorang. Sehingga apabila seseorang jenuh, tingkat
kemalasan juga semakin tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kerja
mempengaruhi keterlambatan pengembalian rekam medis karena akan
mempengaruhi sikap dan pengetahuan seseorang. Dikatakan lima belas tahun
diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur
itu diukur dari lahir hingga semasa (masa kini) (Depkes, 2009). UU Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa batasan usia pensiun
sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja (PK), peraaturan perusahaan (PP),
dan perjanjian kerja bersama (PKB), atau peraturan perundang-undangan adalah
56 tahun.
55

Menurut Rachma (2012), ketidaktepatan waktu pengembalian berkas rekam


medis mampu menimbulkan reaksi komplain dari keluarga pasien, dimana ketika
pasien kembali untuk kontrol beberapa hari post rawat inap, berkas rekam
medisnya terlambat ditemukan oleh petugas karena tidak tersedia di rak
penyimpanan sehingga pasien mengalami keterlambatan pelayanan kesehatan.
Keterlambatan pengembalian rekam medis pasien dari ruang rawat ke Instalasi
Rekam Medis akan menjadi hambatan bagi pasien tersebut yang datang ke
poliklinik untuk kontrol setelah dirawat, dengan demikian waktu tunggu pasien
untukm mendapatkan pelayanan kesehatan akan menjadi lama. Hal ini akan
berdampak kurang baik secara umum pada pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Pengembalian berkas rekam medis rawat inap yang terlambat pengembaliannya
akan mempengaruhi dan mengakibatkan pada pengolahan data rekam medis
selanjutnya, karena rekam medis rawat inap yang telah dikembalikan akan diolah,
kemudian akan menghasilkan informasi yang tepat waktu dan tepat guna bagi
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

4.13 Strategi Mengatasi Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis


Rawat Inap di Rumah Sakit
a. Pembuatan job description terkait pengembalian berkas rekam medis rawat
inap
Job description dapat membantu pemegang jabatan untuk mengetahui
secara jelas pekerjaan yang yang menjadi tanggung jawab, wewenang dan
hubungan dengan jabatan lain di suatu organisasi serta persyaratan yang
dibutuhkan agar seseorang mampu melaksanakan tugas (Afnawati, Aidas, 2018).
Pembuatan job description yang jelas di unit rekam medis dan ruang rawat inap
akan membantu kegiatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap, unit
rekam medis akan mengetahui siapa petugas yang bertanggungjawab atas
pengembalian berkas rekam medis dan dapat melakukan evaluasi ketika terjadi
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap. Hal ini didukung
dengan penelitian yang menunjukkan bahwa penerapan job description yang jelas
dapat meningkatkan kinerja proses diantaranya penjabaran wewenang, tanggung
56

jawab, kondisi pekerjaan, fasilitas kerja, standar hasil kerja dengan diterapkan
prinsip-prinsip responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas, keadaptasian,
kelangsungan hidup, keterbukaan/transparasi dan empati dalam organisasi
(Pattisahusiwa, 2013).
Berdasarkan penjabaran penelitian tersebut maka pembuatan job description
yang baik dapat membantu petugas dalam melaksanakan tugas dan kewajiban di
suatu pekerjaan. Namun setelah pembuatan job description diperlukan sosialisasi
di masing-masing unit kerja agar setiap petugas baik petugas baru maupun
petugas yang masa kerjanya lama mengetahui tugas dan kewajiban di unit
tersebut. Monitoring dan evaluasi juga perlu dilakukan secara rutin terkait
kesesuaian antara pembagian job description yang telah disepakati dengan kinerja
yang dilakukan oleh petugas sehingga kinerja petugas dapat diukur dan
diperbaiki.
b. Sosialisasi Standar Prosedur Operasional (SPO)
Sosialisasi Standar Prosedur Operasional (SPO) dapat dijadikan sebagai
solusi untuk mengurangi keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat
inap. Hal ini dibuktikan dengan hasil positif yang diberikan yaitu penurunan
angka keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap sebanyak
18,8% (Shinta Devi et al., 2016). Proses sosialisasi sebagai langkah penting dalam
upaya penerapan standar prosedur operasional di setiap unit kerja dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya menyebarluaskan informasi, mendistribusikan
Standar Prosedur Operasional (SPO) dan penetapan pegawai pelaksana,
penanggung jawab dan pemantau sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
(Munsir et al., 2018). Diharapkan sosialisasi secara berkala dengan berbagai
media dapat membantu rumah sakit dalam menurunkan angka keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis rawat inap.
c. Meningkatkan motivasi petugas rawat inap
Motivasi dapat menjadi upaya dalam meningkatkan kinerja karena
berdasarkan penelitian ditemukan bahwa motivasi kerja dan perilaku perawat
dalam pengembalian berkas rekam medis memiliki korelasi dengan nilai
signifikansi 0,021 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perawat dengan motivasi
57

kerja yang baik dapat mempengaruhi perilaku kerja yaitu pengembalian berkas
rekma medis menjadi tepat waktu (Elviandari, 2017). Selain itu kualitas kinerja
pegawai rumah sakit perlu ditingkatkan dengan menerapkan sistem reward
kepada pegawai rumah sakit. Hasil p-value menunjukkan angka 0,032 yang
berarti terdapat hubungan terdapat hubungan antara kinerja petugas rekam medis
dengan pemberian reward. Remunerasi menjadi salah satu bentuk reward reward
yang dapat diberikan namun diperlukan perhitungan dengan indikator kerja
diantaranya kuantitas (jumlah pasien dilayani), kualitas (kepuasan internal dan
eksternal), perilaku (kepatuhan, sikap, kehandalan, kerjasama, inisiatif dan
keberadaan) dan kegiatan tambahan (Simanjuntak, 2018).
Selain remunerasi, reward dapat diberikan dalam bentuk apresiasi sederhana
seperti ucapan terima kasih kepada petugas yang telah melakukan pengembalian
berkas rekam medis rawat inap dan punishment berupa teguran bagi petugas jika
lalai dalam melakukan tugasnya (Agiwahyuanto et al., 2012; Agustinah et al.,
2020). Namun reward and punishment tidak dapat dijadikan solusi utama karena
beberapa penelitian menunjukkan bahwa reward and punishment tidak dapat
mempengaruhi kinerja petugas. Hal ini dibuktikan dengan hasil p-value yang
menunjukkan angka >0,05 sehingga tidak ada hubungan antara reward and
punishment dengan kinerja petugas (Agustinah et al., 2020). Selain itu terdapat
penelitian lain yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel
reward and punishment dengan kualitas data sensus harian rawat inap dengan
hasil p-value yaitu 0,345 (>0,05).
Berdasarkan penjabaran berbagai penelitian, pemberian motivasi dapat
digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja namun diperlukan strategi
yang baik agar pemberian motivasi seperti reward and punishment bisa
berpengaruh terhadap kinerja petugas khususnya terhadap kasus keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis rawat inap. Pemberian reward berupa
remunerasi sangatlah baik namun diperlukan perhitungan yang baik dengan
berbagai indikator penilaian dan melibatkan banyak pihak dalam
implementasinya. Sedangkan punishment yang dapat dilakukan selain teguran
lisan adalah dengan memanfaatkan forum pegawai rumah sakit untuk
58

menyampaikan laporan evaluasi hasil kinerja setiap ruangan terkait pengembalian


berkas rekam medis rawat inap. Solusi lain jika memungkinkan adalah dengan
memanfaatkan tool point atau alat bantu evaluasi yang menunjukkan kinerja
setiap ruang rawat inap terkait pengembalian berkas rekam medis sehingga
seluruh pegawai dapat melihat kinerja pegawai lain dan diharapkan dapat
termotivasi agar dapat meningkatkan kinerja di masing-masing ruang rawat inap.
d. Menambah jumlah sumber daya manusia dan sarana
Perhitungan jumlah sumber daya manusia sangat penting untuk diperhatikan
dalam suatu pekerjaan mengingat kegiatan pengembalian berkas rekam medis
rawat inap dilakukan oleh perawat dengan beban kerja yang tinggi di ruang rawat
inap. Beban kerja yang meningkat akan berakibat pada produktifitas kerja yang
menurun sehingga mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit, sebaliknya jika
jumlah petugas lebih banyak daripada beban kerja maka pekerjaan menjadi tidak
efektif karena waktu luang yang tersisa banyak (Khodriani & Mahawati, 2013).
Penambahan sumber daya manusia dapat menjadi pertimbangan agar tidak terjadi
double job dengan syarat penambahan dilakukan setelah pihak rumah sakit
melakukan perhitungan kebutuhan sumber daya manusia dengan job description
yang jelas.
Penambahan sarana juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
kinerja pengembalian berkas rekam medis rawat inap. Hal ini didukung dengan
pernyataan semakin baik sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit makan
akan semakin puas perawat dalam menjalankan pekerjaannya (Zainaro, 2017).
Sehingga diharapkan dengan menambahkan sarana seperti troli, keranjang atau
sepeda perawat dapat merasa terbantu dalam pelaksanaan pengembalian berkas
rekam medis rawat inap meskipun jarak antara ruang rawat inap dengan ruang
rekam medis cukup jauh.
e. Monitoring dan evaluasi kinerja petugas secara berkala
Kinerja petugas dapat dinilai melalui kegiatan monitoring dan evaluasi.
Melalui monitoring dan evaluasi suatu unit dapat mengetahui bagaimana
kesesuaian antara tugas yang tercantum di job description, Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang berlaku dengan kinerja petugas di unit tersebut.
59

Monitoring dilakukan setiap hari oleh koordinator untuk kemudian saat rapat rutin
dilakukan evaluasi guna meningkatkan kualitas pelayanan (Agiwahyuanto et al.,
2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan
monitoring dan evaluasi akan berpengaruh baik terhadap produktivitas kerja. Hal
ini dibuktikan dengan hasil uji chi square yang menunjukkan nilai p-value 0,000
(<0,05) (Pratiwi et al., 2020). Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap
kinerja pegawai akan membantu manajemen dalam mengetahui kemampuan
perkembangan pegawai dan berakibat pada peningkatan kualitas kinerja dan
disiplin kerja pegawai (Maharani et al., 2015).
Berdasarkan pernyataan tersebut maka monitoring dan evaluasi berkala
perlu dilakukan sebagai upaya mengatasi keterlambatan pengembalian berkas
rekam medis. Monitoring dapat dilakukan tanpa harus menunggu munculnya
kejadian keterlambatan pengembalian berkas rekam medis, monitoring dapat
dilakukan setiap hari oleh petugas rekam medis. Selain sebagai upaya untuk
mengingatkan petugas ruang rawat inap monitoring dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam menilai kinerja petugas rawat inap untuk kemudian di evaluasi
bersama.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis dari ruangan rawat inap
ke ruang rekam medis adalah kurangnya pengetahuan responden tentang
batas pengembalian rekam medis, jarak antara ruang rawat inap/bangsal jauh
dengan ruang rekam medis, kurangnya sarana untuk menunjang dalam
pengembalian rekam medis (lift barang, troli, maupun rak box), tidak ada
prosedur tetap yang mengatur tentang pengembalian dokumen rekam medis
dari bangsal ke ruang rekam medis, SOP tidak disosialisasikan dengan baik,
kurangnya pengawasan dari ruang rekam medis terkait pengembalian rekam
medis, ketidaklengpan rekam medis, kurangnya koordinasi, tidak
mendapatkan motivasi, dan tingginya beban kerja.
b. Strategi yang dapat digunakan adalah membuat job description yang jelas dan
rinci, mengusulkan penambahan sumber daya manusia dan sarana lain seperti
troli, keranjang atau sepeda, melakukan rapat rutin.

5.2 Saran
a. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan berbagai faktor dari teori-teori
lain agar dapat memperkaya hasil penelitian, dapat juga melakukan penelitian
dengan metode Systematic Review atau Meta-analysis.
b. Bagi fasilitas kesehatan dapat penyebaran petugas rekam medis ke
bangsal/ruangan atau petugas rekam medis berkeliling setiap 2 hari sekali
untuk mengambil rekam medis di ruangan.
c. Mengoptimalkan SIMRS dengan cara menambahkan fitur deteksi rekam
medis sehingga petugas rekam medis dapat mengetahui berkas yang belum
diserahkan ke ruang rekam medis.

60
DAFTAR PUSTAKA

Afnawati, Aidas, D. (2018). Ketersediaan Sumber Daya Manusia dan Pelaksanaan


Job-Description dalam Unit Kerja Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah
Sumberejo. Jurnal Science Hospital, 2(2010), 16–21.

Agandhi, I. (2018). Penyebab Permasalahan Pelaksanaan Pengembalian Berkas


Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Wates tahun 2018. Repository Unjaya.

Agiwahyuanto, F., Widianawati, E., Wulan, W. R., & Komara, K. (2012).


Punishment Berdasarkan Assessment Tingkat Kepatuhan. Journal of
Medical Records and Health …, 8 No. 1 Ma, 37–43.

Agustin, R. U., Erawantini, F., & Roziqin, M. C. (2020). Faktor Keterlambatan


Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSUP Kariadi Semarang.
J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(3), 247–254.

Agustinah, N., Agushybana, F., & Suryawati, C. (2020). Hubungan Motivasi,


Pelatihan, Lingkungan Kerja, Reward Dan Punishment, Beban Kerja, Serta
Kompensasi Dengan Kinerja DPJP Dalam Melaksanakan Clinical Document
Improvement. Jurnal Kesehatan Vokasional, 5(1), 17.
https://doi.org/10.22146/jkesvo.52466

Al Aufa, B. (2018). Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketidaktepatan


Waktu Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap Di Rs X Bogor.
Jurnal Vokasi Indonesia, 6(2), 41–46. https://doi.org/10.7454/jvi.v6i2.124

Almasri, M. . (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia: Implementasi dalam


Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 19(2).

Andini, F. (2015). Risk Factory of Low Back Pain in Workers. J Majority, 4(1).

Antara, A. (2013). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat


Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Dari Instalasi Rawat
Inap Ke Instalasi Rekam Medis Di RSUD Wangaya Kota Denpasar Tahun
2013. Community Health, 1(2), 112–121.

Azizah, A., Permata, A., Prasetya, J., & ... (2020). The Prediction of Return
Quality Medical Record Documents William Booth Hospital, Semarang.
Asian Journal of Case …, 3(3), 11–22.
https://www.journalajcrmh.com/index.php/AJCRMH/article/view/30130

Daryanto. (2011). Administrasi Pendidikan. Rineka Cipta.

Depkes RI. (1997). Rekam, Pedoman Pengelolaan Indonesia., Medis Rumah Sakit

61
62

di. Depkes RI.

Elviandari, N. A. K. (2017). Analisis Hubungan Motivasi Kerja Perawat terhadap


Perilaku dalam Pengembalian Berkas Rekam Medis di Unit Rawat Inap
RSIA Srikandi IBI Jember. Jurusan Kesehatan:Program Studi Rekam Medik.

Erlindai. (2019). Faktor Penyebab Keterlambatan Waktu Pengembalian Berkas


Rekam Medis Rawat Inap Di Rs Estomihi Medan Tahun 2019. Faktor
Penyebab Keterlambatan Waktu Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat
Inap Di Rs Estomihi Medan Tahun 2019, Vol 4(2), 626–636.

Fauziah, U., & Sugiarti, I. (2014). Gambaran Pengembalian Dokumen Rekam


Medis Rawat Inap Ruang Vii Triwulan Iv Tahun 2013 Di Rumah Sakit
Umum Daerah Tasikmalaya. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia, 2(1). https://doi.org/10.33560/.v2i1.42

Fitria I. (n.d.). Tinjauan Ketepatan Waktu Pengembalian Rekam Medis Rawat


Inap ke Unit Rekam Medis di Rumah Sakit QADR Tangerang Tahun 2015.

Hikmah, F., Wijayantin, R. A., & Rahmadtullah, Y. P. (2019). Penentu Prioritas


Dan Perbaikan Masalah Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis
Rawat Inap DI RSD Kalisat. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
Indonesia. https://doi.org/10.33560/jmiki.v7i1.214

Ina, Y. T. dan D. E. (2013). Tinjauan Pelaksanaan Prosedur Penyerahan Dokumen


Rekam Medis dari Rawat Inap ke Bagian Filing di RS Panti Wilasa DR.
Cipto Semarang Tahun 2013. Universitas Dian Nuswantoro.

Janwarin, L. M. Y., Makmun, N., Titaley, S., Huliselan, H. J., & The, F. (2019).
Analisis Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit.
Mollucas Health Journal, 1, 30–36.

Jefriany, R. S. (2017). Ketepatan Waktu Pengembalian Berkas Rekam Medis


Rawat Inap Di Rspau Dr.Suhardi Hardjolukito Yogyakarta. Stikes Jenderal
Achmad Yani.

Khodriani, R., & Mahawati, E. (2013). Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja


Berdasarkan Teori WISN di Bagian Filing RSUD Kota Semarang tahun
2013. Jurnal Akuntabel, 3(1).

Koesindratmono, Ferry., Septarini, B.G. (2011). Hubungan masa kerja dengan


perbedaan psikologis pada karyawan PT. Perkebunan Nusantara X (persero).
Jurnal Psikologi.

Kristi, S. D. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterlambatan

62
63

Pengembalian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap. Jurnal Menara


Medika, 1(2), 131–137.

Kristina, I., & Maulana, F. I. (2015). Tinjauan Keterlambatan Pengembalian


Rekam Medis Pasien Pasca Rawat Inap di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kelapa Gading. Medicordhif, 02(1), 1–14.

Larasati, K. P., Kodyat, A. G., & Andarusito, N. (2017). Analisis Faktor-Faktor


Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap Ke Bagian
Rekam Medis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal Manajemen Dan
Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI), 1(1), 10–21.
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI/article/view/430

Lubis, S. (2017). Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidaktepatan


Pengembalian Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Di Rsu Ipi Medan.
Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda, 2(2), 356–362.

Maharani, F. L., Sofianti, S. P. D., & Wardayanti, S. M. (2015). Pengaruh


Pengendalian Internal Terhadap Kinerja Karyawan Pada Divisi Pelayanan
Medis Di Rumah Sakit Jember Klinik. Jurnal Akuntansi Universitas Jember,
13(2), 57. https://doi.org/10.19184/jauj.v13i2.2166

Maryani. (2016). Analisis Dampak Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam


Medis Di Rumah Sakit Kia PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Marzali, A. (n.d.). Menulis Kajian Literatur. Jurnal Etnosia, 1 No. 2.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Standar Pelayanan Minimal


Rumah Sakit. Kemenkes RI.

Mirfat, S., Andadari, N., & Nusaria Nawa Indah, Y. (2017). Faktor Penyebab
Keterlambatan Pengembalian Dokumen Rekam Medis di RS X Kabupaten
Kediri. Jurnal Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, 6(2), 174–
186. https://doi.org/10.18196/jmmr.6140

Munawaroh, V. (2018). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan


Pengembalian Berkas Rekam Medis Dari Ruang BPJS Ke Unit Rekam Medis
Rumah Sakit Islam Lumajang Tahun 2017. Jurusan Kesehatan:Program Studi
Rekam Medik.

Munsir, N., Yuniar, N., Nirmala, F., & Suhadi. (2018). Analisis Pengisian
Dokumen Rekam Medis Pasien Bpjs Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Tahun 2017. Jimkesmas, VOL. 3/NO., 1–7.

Nafisatun. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

63
64

Pengembalian Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Reguler di RSUD Dr.


Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nurdiah,R.S., & Iman, A. . (2016). Analisis Penyebab Unclaimed Berkas BPJS


Rawat Inap di RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia, 4(2).

Pattisahusiwa, S. (2013). Pengaruh Job Description Dan Job Specification


Terhadap Kinerja Proses. Jurnal Akuntabel, 10(1), 57–65.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran. In Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Permenkes Ri No 269/Menkes/Per/III/2008. (2008). permenkes ri


269/MENKES/PER/III/2008. In Permenkes Ri No 269/Menkes/Per/Iii/2008
(Vol. 2008, p. 7).

Pratiwi, D. S., Jati, S. P., & Nandini, N. (2020). Hubungan SUpervisi, Kondisi
Kerja dan Penghasilan dengan Produktivitas Dokter dalam Pengisian
Dokumen Rekam Medis di Rawat Inap RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 128–134.

Purba, E. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Rawat Inap Ke


Unit Instalasi Rekam Medis Di Rumah Sakit Vina Estetica Medan Periode
Mei-Juli Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan
Imelda, 1(2), 111–119.
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JIPIKI/article/view/19/19

Pusrnamasari, D., & H. E. (2013). Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman,


Pengetahuan, dan Perilaku Disfungsional terhadap Kualitas Audit. Neo-Bis,
7(2).

Rachmani, E. (2010). Analisa Keterlambatan Penyerahan Dokumen Rekam Medis


Rawat Inap Di Rumah Sakit Polri dan TNI Semarang. Jurnal Visikes, 9(2),
107–117.

Rahayu Susanti, I., Hamzah, A., Asiyah Anggraeni, S., & Widyaningrum, K.
(2018). “ABED TANGI” As a Solution for Time Inaccuracy in Returning
Medical Record at X Hospital. Jurnal Medicoeticolegal Dan Manajemen
Rumah Sakit, 7(1), 13–21. https://doi.org/10.18196/jmmr.7152

RI, K. (2007). Kemenkes RI No. 377 tahun 2007 terkait Standar Profesi Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan. Kemenkes RI.

64
65

Rohman, R. N. K. (2017). Analisa Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan


Pengembalian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap Ke Unit Kerja
Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo. Pengaruh
Harga Diskon Dan Persepsi Produk Terhadap Nilai Belanja Serta Perilaku
Pembelian Konsumen, 7(9), 27–44.

Rusmala. (2016). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Perawat Terhadap


Ketepatan Waktu Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Di Rsd Kota
Tidore Kepulauan. Jurnal Skripsi, April.

Setyawan, R. (2013). Faktor-faktor Keterlambatan Penyerahan DRM Rawat Inap


ke Bagian Assembling di RSUD. Tugurejo Semarang Pada Periode Bulan
April 2013. Repository Universitas Dian Nuswantoro, April.

Shinta Devi, S., Sri Hidayati Rini, N., & Hakim, L. (2016). Pengaruh
Implementasi Standar Prosedur Operasional Pengembalian Rekam Medis di
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
29(3), 265–268. https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2016.029.03.5

Siagian, S. (2016). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta.

Silfani, Wanda Elsa & Achadi, A. (2017). Manajemen Rumah Sakit. Universitas
Indonesia.

Simanjuntak, M. (2018). Hubungan Pemberian Penghargaan (Reward) Dengan


Kinerja Petugas Rekam Medis Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2017.
Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan, 3(1), 431–437.

Suarjana, K., Januraga, P. P., Studi, P., Masyarakat, K., Kedokteran, F., Udayana,
U., & Kerja, K. (2017). Analisis Faktor-Faktor Kondisi Kerja yang
Melatarbelakangi Keterlambatan Penyelesaian Pengisian Dokumen Rekam
Medis oleh Dokter di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupatan Klungkung. Archive of Community Health, 4(2), 81–88.

Syaiin, S. (2008). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Klinik


Spesialis Bestari Medan.

Timotius. (2016). Kepemimpinan dan Kepengikutan Teori dan Perkembangannya.


Andi.

Trihandoko, N., Rohman, R. N. K. R., & Nurjayanti, D. (2017). Analisa Faktor-


Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Pasien
Rawat Inap Ke Unit Kerja Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Ponorogo. Cakra Buana Kesehatan, 1(2).

Undang-Undang RI. (2009). No Title. In Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun

65
66

2009 tentang Rumah Sakit. Presiden RI.

Watung, L., & Posangi, J. (2013). Analisa Sistem Pengelolaan Rekam Medis
Pasien Rawat Inap Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano. 15–35.

Widiyanti, D. A., Rahab, R., & Siswandari, W. (2019). Finding The Key Words
Medical Staff’s Compliance On The Completeness And Return Of Speed Of
Inpatient Medical Record In Cilacap Hospital. International Conference on
Rural Development and Enterpreneurship 2019 : Enhancing Small, 5(1),
245–251. https://scholar.google.nl/citations?user=tvQxUtkAAAAJ&hl=en

Widjaja, L., & Choirunisa. (2018). Pemanfaatan Metode Fishbone Pada Studi
Kasus Keterlambatan Pengembalian RM Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Taman Puring. Medicordhif, 5(01), 1–8.

Winarti & Supriyanto Stefanu. (2013). Analisis Kelengkapan Pengisian Dan


Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit. Administrasi
Kesehatan Indonesia, 4(1).

Zainaro, A. (2017). Pengaruh Sarana Prasarana, Pendidikan Dan Masa Kerja


Perawat Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung.
11(1), 1–4.

66
LAMPIRAN

GOOGLE SCHOOLAR
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
1. Analisis Kelengkapan Pengisian Dan Pengembalian √
Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit
2. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan √
Pemulangan Berkas Rekam Medis Dari Instalasi Rawat
Inap Ke Unit Instalasi Rekam Medis Di Rumah Sakit
Vina Estetica Medan Periode Mei-Juli Tahun 2016
3. Analisa Keterlambatan Penyerahan Dokumen Rekam √
Medis Rawat Inap Di Rumah Sakit Polri Dan Tni
Semarang
4. Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap √
Ketidaktepatan Waktu Pengembalian Berkas Rekam
Medis Rawat Inap Di RS X Bogor
5. Analisa Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan √
Pengembalian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Ke Unit Kerja Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Ponorogo
6 Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat √
Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Dari
Instalasi Rawat Inap Ke Instalasi Rekam Medis Di Rsud
Wangaya Kota Denpasar Tahun 2013
7 Gambaran Pengembalian Dokumen Rekam Medis Rawat √

67
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Inap Ruang Vii Triwulan Iv Tahun 2013 Di Rumah Sakit
Umum Daerah Tasikmalaya
8 Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap √
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
9 Faktor Penyebab Keterlambatan Waktu Pengembalian √
Berkas Rekam Medis Rawat Inap Di Rs Estomihi Medan
Tahun 2019

10 Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat √


Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Dari
Instalasi Rawat Inap Ke Instalasi Rekam Medis Di Rsud
Wangaya Kota Denpasar Tahun 2013
11 Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penyerahan √
Klaim BPJS Di RS Panti Nugroho
12 Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Pengembalian √
Berkas Rekam Medis Rawat Inap Ke Bagian Rekam
Medis Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu
13 Identifikasi Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis √
Rawat Inap Di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
14 Analisis Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam √
Medis Di Rumah Sakit
15 Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penyediaan √
Berkas Rekam Medis Rj Di Rsup Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten

68
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
16 Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Dokumen √
Rekam Medis Di RS X Kabupaten Kediri
17 Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan √
Ketidaktepatan Pengembalian Dokumen Rekam Medis
Rawat Inap Di Rsu Ipi Medan Tahun 2017
18 ANALISIS PELAKSANAAN REKAM MEDIS PASIEN √
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. RASIDIN PADANG TAHUN 2018
19 Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterlambatan √
Pengembalian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap
20 Analisis Sistem Pelayanan Rekam Medis Rawat Inapdi √
Rsupdr. Kariadi Semarang Tahun 2016
21 Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis Pasien Rawat √
Inap Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano
22 Tinjauan Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis √
Pasien Pasca Rawat Inap Di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kelapa Gading
23 √ √
Analisis Penyelenggaraan Rekam Medis Rawat Inap
Di Rumah Sakit Islam (Rsi) Ibnu Sina Padang Tahun
2016

24 Analisis Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan √


Pengembalian Dokumen Rekam Medis Rawat Inap

69
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Reguler Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta
25 Analisis Faktor – Faktor Kondisi Kerja Yang √
Melatarbelakangi Keterlambatan Penyelesaian Pengisian
Dokumen Rekam Medis Oleh Dokter Di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Klungkung
26 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan √ √
Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Di Upt
Rumah Sakit Khusus Paru Tahun 2019
27 Tinjauan Pelaksanaan Pengembalian Berkas Rekam √
Medis Rawat Inap Di Rsud Panembahan Senopati Bantul
28 Pengaruh Motivasi Perawat Terhadap Ketepatan Waktu √
Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap Di Rsud
Kota Madiun Tahun 2017
29 Penentu Prioritas Dan Perbaikan Masalah Keterlambatan √
Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap Di Rsd
Kalisat
30 Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Perawat √
Terhadap Ketepatan Waktu Pengembalian Rekam Medis
Rawat Inap Di Rsd Kota Tidore Kepulauan
31 Tinjauan Pelaksanaan Prosedur Penyerahan Dokumen √
Rekam Medis Dari Rawat Inap Ke Bagian Filing Di Rs
Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang Tahun 2013
32 Hubungan Kecepatan Pengembalian Berkas Rekam Medis √
Rawat Inap Dengan Kelengkapan Resume Medis Di

70
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Rumah Sakit Daerah Sumberrejo
33 Evaluasi Kinerja Assembling Dalam Pengendalian √
Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis Di
Assembling Rsud Ungaran Tahun 2015
34 Keakuratan Berkas Rekam Medik (Studi Kasus Pada √ √
Pasien Bpjs Rawat Inap Bagian Penyakit Dalam Rumah
Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan Tahun 2018)
35 Analisis Pengajuan Klaim Badan Penyelenggara Jaminan √ √
Sosial (BPJS) Kesehatan Di RSUD Dr. Sam Ratulangi
Tondano
36 Tingkat Ketepatan Waktu Pengembalian Berkas Rekam √
Medis Rawat Inap Di Rsud Wates
37 Hubungan Beberapa Faktor Determinan Dengan Kualitas √ √
Data Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Kota Bekasi Tahun 2015
38 Faktor Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam √
Medis Rawat Inap Di Rsup Kariadi Semarang
39 Analisis Pengelolaan Data Rekam Medis Di Rumah Sakit √
Angkatan Udara (Rsau) Lanud Iswahyudi
40 Analisis Kelengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis √
Pasien Rawat Inap Rsup Dr. Kariadi Semarang
41 Analisis Pelayanan Rekam Medis Di Rumah Sakit X √ √
Kediri Jawa Timur
42 Hubungan Faktor Demografi, Periode Dan Lama Kerja √ √

71
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Dokter Terhadap Keterlambatan Pengisian Resume Medis
Pasien Bpjs Di Ruang Rawat Inap Rsau Dr. Esnawan
Antariksa
43 Sistem Informasi Peminjaman Dokumen Rekam Medis Di √ √
Rumah Sakit X
44 Analisis Faktor Ketenagaan Yang Berhubungan Dengan √
Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pada Pasien Rawat
Inap Di Rs Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
Tahun 2018
45 Pengembangan Sistem Informasi Monitoring Dokumen √ √ √
Rekam Medis Rawat Inap Di RSUP Fatmawati Tahun
2020
46 Analisis Kejadian Missfile Berkas Rekam Medis Rawat √ √ √
Jalan Di Puskesmas Bangsalsari
47 Tinjauan Pengembalian Rekam Medis Rawat Jalan Dan √ √
Kecepatan Pendistribusian Rekam Medis Ke Poliklinik Di
Rumah Sakit An-Nisa Tangerang
48 Alur Prosedur Pengembalian Dokumen Rekam Medis √ √ √
Pasien Rawat Inap Triwulan I Tahun 2014

49 Penyebab Pengembalian Berkas Klaim Badan √ √


Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Pasien Rawat Inap
Ditinjau Dari Syarat-Syarat Pengajuan Klaim Di Rsud

72
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
R.A Kartini Jepara
50 KETEPATAN WAKTU PENGEMBALIAN BERKAS √
REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSPAU
Dr.SUHARDI HARDJOLUKITO YOGYAKARTA
51 TINJAUAN LAMA PELAKSANAAN √ √
PENDISTRIBUSIAN BERKAS REKAM MEDIS
RAWAT JALAN Di RSI SITI RAHMAH PADANG
52 Analisis Luas Ruangan Berdasarkan Kebutuhan Rak Di √ √
Ruang Penyimpanan Berkas Rekam Medis Rawat Jalan
Di Rumah Sakit Umum Madani Medan Tahun 2019
53 Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Dengan Menggunakan √ √
Rumus Work Load Indicator Staff Need Atau WISN
Bagian Filing RSUD Dr. Moewardi Periode Tahun 2016.
54 √ √ √
Evaluasi Sistem Pelaksanaan Rekam Medis Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka
Tahun 2015

55 Analisa Dan Perancangan Sistem Rekam Medis √


Elektronik Rawat Inap Untuk Pelayanan Klinis Di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2013
56 Identifikasi Kelengkapan Informasi Dan Keakuratan Kode √ √
Dokumen Rekam Medis Terkait Penentuan Tarif Biaya
Pasien Bpjs Di Rsud Pandan Arang Boyolali

73
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
57 Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Waktu √ √
Penyediaan Rekam Medis Rawat Jalan Di RSU Madani
Tahun 2019
58 Perancangan Dan Pembuatan Sistem Informasi √ √
Peminjaman Dan Pengembalian Berkas Rekam Medis Di
Rumah Sakit Baladhika Husada Jember
59 Tinjauan Faktor Penyebab Ketidaktepatan Waktu √ √
Pengembalian Sensus Harian Rawat Inap Di Rsup Dr.
Soeradji Tirtonegoro Tahun 2020
60 Analisis Pelaksanaan Penyusutan Berkas Rekam Medis √ √ √
Inaktif
61 Faktor-Faktor Keterlambatan Pengembalian Sensus √ √
Harian Rawat Inap Di Rsud Kab. Ciamis
62 Kepuasan Perawat Bagian Poliklinik Terhadap Pelayanan √ √
Rekam Medis Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tk.II 04.05.01
Dr. Soedjono Magelang
63 Evaluasi Kinerja Petugas Distribusi Berkas Rekam Medis √ √
Rawat Jalan Di Rsud Dr. Saiful Anwar Malang
64 Sistem Informasi Peminjaman Dan Pengembalian √ √ √
Dokumen Rekam Medis Menggunakan Metode Waterfall
(Studi Kasus Puskesmas Banjarsengon)
65 Evaluasi Implementasi Sistem Informasi Manajemen √ √
Rumah Sakit Di Rsud Dr Tjitrowardojo Purworejo
Dengan Metode Task Technology Fit Analysis

74
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
66 Analisis Persetujuan Klaim BPJS Kesehatan Pada Pasien √ √
Rawat Inap
67 Analisis Kebutuhan Tenaga Dengan Metode Workload √ √
Indicator Staffing Need (Wisn) Pada Instalasi Rekam
Medik Rsud Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
68 Tinjauan Resume Medis Pada Berkas Rekam Medis √
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud)
Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo
2017
69 Tinjauan Resume Medis Pada Berkas Rekam Medis √
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud)
Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo
2017
70 Tinjauan Sistem Penyimpanan Berkas Rekam Medis Di √ √
Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Tahun 2019
71 Pengaruh Karakteristik Dokter Penanggung Jawab √ √
Pelayanan (Dpjp) Terhadap Keterlambatan Pengisian
Resume Medis Pasien Bpjs Di Ruang Rawat Inap Rsau
Dr. Esnawan Antariksa
72 Sistem Informasi Peminjaman Dan Pengembalian Berkas √ √
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soebandi
Jember
73 Perancangan Sistem Informasi Kelengkapan Pengisian √ √
Resume Medis Rawat Inap Di Rsud Meuraxa Kota Banda

75
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Aceh
74 Analisis Implementasi Verifikasi Digital Klaim (Vedika) √ √
Dengan Kejadian Tertundanya Klaim Bpjs Kesehatan
Pada Bulan Januari, Februari Dan Maret 2019 Di Rs Panti
Rahayu Purwodadi
75 Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Bagian Assembling √ √
Dengan Metode Wisn Di Rumah Sakit Umu Daerah
Ambarawa Tahun 2017
76 Tinjauan Pelaksanaan Sensus Harian Rawat Inap Di √ √
Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali
Tahun 2013
77 Rancangan Ekspedisi Elektronik Terhadap Keefektifan √ √ √
Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Di Puskesmas
Pauh Padang
78 Tinjauan Pelaksanaan Pengumpulan, Validasi Dan √ √
Verifikasi Data Rekam Medis Pasien Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Rawat Inap Guna Mendukung Pelaporan
Eksternal (RL 4a Dan RL 5) Di RSUD Ratu Zalecha
Martapura
79 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Penyediaan Rekam √ √ √ √
Medis Rawat Jalan Di Rsud Dr. H. Soewondo Kendal

80 PERBEDAAN KELENGKAPAN PENGISIAN √ √


LEMBAR KEPERAWATAN BERDASARKAN SHIFT

76
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
KERJA DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.
SOERATNO GEMOLONG
81 Analisis Kepatuhan Pengisian Berkas Rekam Medis Di √ √ √
Rsd Kalisat Jember Tahun 2017
82 Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Administrasi √ √
Klaim Bpjs Kesehatan Ditinjau Dari Syarat-Syarat
Kelengkapan Administrasi Klaim
83 Pengaruh Kelengkapan Resume Medis Rawat Inap √ √
Terhadap Ketepatan Waktu Klaim Bpjs Di Rsud
Sumberrejo
84 Faktor-Faktor Keterlambatan Penyerahan DRM Rawat √
Inap Ke Bagian Assembling Di RSUD. Tugurejo
Semarang Pada Periode Bulan April 2013 Oleh : Riska
Setyawan
85 Aspek - Aspek Pengendalian Keterlambatan √
Pengembalian Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Ke
Assembling Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang Bulan Januari 2013
86 Rancangan Kebutuhan Rak Dan Luas Ruangan √ √
Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit Putri Hijau
87 Determinan Penyebab Keterlambatan Penyediaan √ √
Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan Poli Gigi Dan Mulut
Di RSAU Dr. Esnawan Antariksa Jakarta Tahun 2019
88 Pengaruh Kelengkapan Formulir Resume Medis Rawat √ √

77
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Inap Terhadap Mutu Rekam Medis Di Rsud Kabupaten
Sumedang
89 Ketidaklengkapan Pengisian Formulir Resume Medis √ √
Section Caesaria Pasien Rawat Inap Di Ruang Bethlehem
Periode Triwulan 1 2017 Di Rumah Sakit Griya Waluya
Ponorogo
90 Tinjauan Pelaksanaan Kars 2012 Mki 16 Berdasarkan Spo √ √
Di Rsu Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2018
91 Pengaruh Design Tracer Terhadap Penyimpanan Berkas √ √
Rekam Medis Rawat Jalan Di Puskesmas Kapas
92 Analisis Pengelolaan Rekam Medis Di Rumah Sakit √ √
Umum Pancaran Kasih Manado
93 Gambaran Mutu Berkas Rekam Medis Gawat Darurat Di √ √
Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten
Tasikmalaya Pada Triwulan Iv Tahun 2015
94 Gambaran Ruang Penyimpanan Dokumen Rekam Medis √
Rawat Inap
95 Hubungan Antara Kelengkapan Informasi Rekam Medis √ √
Dan Ketepatan Kode Diagnosa Utama Menurut Icd-10
Dengan Persetujuan Klaim Bpjs Pada Pasien Rawat Inap
Di Rsud Depok Periode Junijuli Tahun 2017
96 Manajemen Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap √ √
(Rl_2a) Di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Tahun
2011

78
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
97 Analisis Waktu Tunggu Rawat Jalan Di Rumah Sakit √ √
Umum Daerah Dr Achmad Darwis Suliki Tahun 2019
98 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketepatan √
Pengembalian Dokumen Rekam Medis Di Ruang Icu
Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun
2012
99 Dampak Keterlambatan Pembayaran Klaim Bpjs √ √
Kesehatan Terhadap Mutu Pelayanan Rumah Sakit Islam
Jakarta Sukapura
100 Pembuatan Aplikasi Filling Rekam Medis Rumah Sakit √ √

101 Identifikasi Kelengkapan Informasi Dan Keakuratan Kode √ √ √


Dokumen Rekam Medis Terkait Penentuan Tarif Biaya
Pasien Bpjs Di Rsud Pandan Arang Boyolali

102 Tinjauan Pengelolaan Dokumen Rekam Medis Pasien √


Rawat Inap Di Bagian Assembling
103 Evaluasi Mutu Rekam Medis Di Rumah Sakit PKU 1 √ √
Muhammadiyah Yogyakarta : Studi Kasus Pada Pasien
Sectio Caesaria
104 Penyebab Pengembalian Berkas Klaim Badan √ √
Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Pasien Rawat Inap
Ditinjau Dari Syarat-Syarat Pengajuan Klaim Di Rsud
R.A Kartini Jepara

79
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
105 Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja √ √
Terhadap Kinerja Pengisian Rekam Medis Rawat Jalan
106 Gambaran Pelaporan Internal Di Rumah Sakit Umum √ √
Daerah
107 Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pengiriman √ √ √
Dokumen Rekam Medis Dari Filing Ke Poliklinik Rsud
Ra Kartini Jepara Tahun 2016

108 Penyebab Lamanya Waktu Penyediaan Berkas Rekam √ √


Medis Rawat Jalan Pasien Lama Di Rsud Panembahan
Senopati Bantul Tahun 2017
109 Hubungan Kelengkapan Informasi Dengan Persetujuan √ √
Klaim Bpjs Di Rsud Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016
110 Analisis Kebutuhan Tenaga Rekam Medis Berdasarkan √ √
Beban Kerja Di Bagian Pelaporan Rumah Sakit Khusus
Ginjal Rasyida Tahun 2018
110 Penerapan Manajemen Mutu Pelayanan Di Unit Rekam √ √
Medis Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta
111 Faktor Peran Perawat Dalam Pengisian Berkas Rekam √ √
Medis Di Rumah Sakit Harum Sisma Medika Jakarta
Timur
112 Tinjauan Berkas Klaim Tertunda Pasien Jkn Rumah Sakit √ √
Hermina Ciputat 2018
113 Studi Penerapan Sistem Pembayaran Layanan Kesehatan √ √

80
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Dengan Sistem Diagnosis Penyakit (Indonesia Case
Based Groups / Ina-Cbgs) Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Bahteramas Kota Kendari Tahun 2015
114 Analisis Prosedur Pengajuan Klaim Badan Penyelenggara √ √
Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Pancaran Kasih Gmim Manado.
115 Evaluasi Kinerja Petugas Koding & Klaim Jkn Ri Di √ √
Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung
116 Analisis Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Informed √ √
Consent Pasien Bedah Di Rumah Sakit Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang
117 Gambaran Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis Di √ √
Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Tahun 2018
118 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Dokter √ √
Dalam Mengisi Rekam Medis Di Unit Rawat Inap Rumah
Sakit Wava Husada
119 Pengaruh Pengisian Data Administratif Dan Data Klinis √ √
Terhadap Kelengkapan Resume Kasus Stroke Di Rumah
Sakit Tk Ii. 04.05.01 Dr. Soedjono Magelang
120 Tinjauan Prosedur Pelayanan Dokumen Rekam Medis √ √
Poliklinik Dari Filing Rsud Tugurejo Semarang Tahun
2014
121 Beban Kerja Tenaga Rekam Medis Di Rumah Sakit √ √

81
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
122 Analisis Beban Kerja Petugas Assembling Dengan √
Metode Wisn Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah Periode Tahun 2014
123 Evaluation Of Claim Submission And Returning For √ √
BPJS Inpatient Services: A Case Study Of Hospital X In
2017
124 Penerapan Manajemen Mutu Pelayanan Di Unit Rekam √ √
Medis Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta
125 Ketetapan Jumlah Petugas Filing Dengan Ketepatan √ √
Penyimpanan Rekam Medis Di Rumah Sakit X Padang
126 Faktor-Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Resume √ √
Medis IGD RSCM Oleh Verikator BPJS Kesehatan
127 Kerahasiaan Rekam Medis Di Rumah Sakit Aveciena √ √
Medika Martapura
128 Manajemen Data Morbiditas Pasien Rawat Inap (Rl 4a) √ √
Di Rsud Kota Surakarta Triwulan I Tahun 2013
129 Tinjauan Pelaksanaan Kegiatan Sensus Harian Rawat √ √
Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
130 Faktor-Faktor Penyebab Tidak Ditemukan Berkas Rekam √ √
Medis Di Rak Penyimpanan Di Rsud Wates Tahun 2017
131 Proses Pengelolaan Klaim Pasien Bpjs Unit Rawat Inap √ √
Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari Tahun 2016
132 Gambaran Pengelolaan Rekam Medis Di Rsud √ √
Sawerigading Kota Palopo

82
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
133 Determinan Keamanan Dan Kerahasiaan Dokumen √ √
Rekam Medis Di Ruang Filing Rs X
134 “ABED TANGI” As A Solution For Time Inaccuracy In √ √
Returning Medical Record At X Hospital
135 Hubungan Kelengkapan Rekam Medis Dengan Kecepatan √ √
Pelepasan Informasi Kesehatan Di Rs.St.Borromeus
136 Gambaran Stres Kerja Pegawai Bagian Rekam Medis √ √
Rumah Sakit Bhakti Wiratamtama Semarang
137 Gambaran Ketidaktersediaan Dokumen Rekam Medis √ √
Rawat Jalan Di Rsud Dr. Soekardjo Tasikmalaya
138 Analisis Kebutuhan Tenaga Dengan Metode Workload √ √
Indicator Staffing Need (Wisn) Pada Instalasi Rekam
Medik Rsud Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
139 Penyediaan Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Jalan √ √
Pada Klinik Syaraf Rsud Tugurejo Provinsi Jawa Tengah
Periode Triwulan Iii Tahun 2016
140 Penyediaan Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Jalan √ √
Pada Klinik Syaraf Rsud Tugurejo Provinsi Jawa Tengah
Periode Triwulan Iii Tahun 2016
141 Analisis Waktu Tunggu Rawat Jalan Di RSUD Dr. √ √ √
Achmad Darwis Suliki Tahu
142 Kajian Kualitas Dan Kemanfaatan Rekam Medis Di √ √
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro
(Rsst)

83
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
143 Evaluasi Pengelolaan Filling Dalam Rangka √ √
Meningkatkan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Islam
Kendal Tahun 2016
144 Systematic Review: Faktor Yang Mempengaruhi Akurasi √ √
Koding Diagnosis Di Rumah Sakit
145 Kelengkapan Pengisian Formulir Laporan Operasi Kasus √ √
Bedah Obgyn Sebagai Alat Bukti Hukum
146 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja Petugas √ √ √ √
Pengolahan Data Berdasarkan Uraian Pekerjaan Petugas
Rekam Medis Menggunakan Metode Wisn Di Rumah
Sakit Pelabuhan Cirebon
147 Analisis Proses Pengajuan Klaim Jaminan Kesehatan √ √
Nasional Pada Pelayanan Rawat Inap Di Rsud Kabupaten
Empat Lawang
148 Sistem Informasi Rekam Medis Di Bagian Filing Di √ √
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi
149 Prioritas Masalah Di Unit Rekam Medis Rumah Sakit √ √
Griya Waluya Ponorogo Dengan Menggunakan Metode
Mcua (Multiple Criteria Utility
150 Analisis Faktor Kualitas Pelayananterhadap Kepuasan √ √
Pasien Rawat Jalan Rsud Dr. Achmad Darwis
151 Implementasi Pengisian Formulir Informed Consent √ √
Kasus Bedah Umum Sebagai Salah Satu Bukti Transaksi
Terapeutik Di Rsud Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

84
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Tahun 2017
152 Rancangan Kebutuhan Rak Dan Luas Ruangan Filing √ √ √
Rekam Medis Di Puskesmas Ngaglik I Sleman
153 Peranan Rekam Medis Elektronik Terhadap Sistim √ √
Informasi Manajemen Rumah Sakit Di Rumah Sakit
Umum Haji Surabaya
154 Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur Dengan Metode √ √
Grafik Barberjohnson Di Rs Lancang Kuning
155 Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Waktu √ √ √
Tunggu Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Permata
Bunda Tahun 2018
156 Analisa Dan Perancangan Sistem Informasi Puskesmas √ √ √

157 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Missfile Di Bagian √ √


Filing Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas Tahun
2013
158 Tinjauan Pelaksanaan Kegiatan Sensus Harian Rawat √ √
Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
159 Perancangan Aplikasi Monitoring Peminjaman Rekam √ √
Medis (Retrieval) Di RSUD Dr. H. Andi Abdurrahman
Noor Kabupaten Tanah Bumbu
160 Waktu Tunggu Pemulangan Pasien Rawat Inap Rumah √ √
Sakit Swasta X Di Tangerang Selatan
161 Kajian Yuridis Pemakaian Rekam Medis Elektronik Di √ √

85
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Rumah Sakit
162 Analisis Dan Perancangan Data Warehouse Rumah Sakit √ √
Umum Daerah Palembang Bari
163 Analisis Antrian Guna Meningkatkan Pelayanan Pada √ √
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Arifin Achmad Pekanbaru
164 Analisis Antrian Guna Meningkatkan Pelayanan Pada √ √
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Arifin Achmad Pekanbaru
165 Fungsi Manajemen Pada Kegiatan Pengelolaan Sistem √ √ √
Rekam Medis Pasien Di Puskesmas Kedungmundu
Semarang
166 Hubungan Kualifikasi Petugas Filing Dengan Ketepatan √ √
Penyimpanan Rekam Medis Di Rs Bhayangkara Polda
Diy
167 Kajian Kinerja Manajerial Pada Perspektif Proses Bisnis √ √
Internal Dan Pelanggan / Costomer Pasca Penerapan
Pengelolaan Keuangan Badan Pelayanan Umum Daerah
Di Rsu Dr.Koesnadi Bondowoso
168 Pengukuran Usability Sistem Informasi Pendaftaran √ √
Pasien Rawat Jalan Menggunakan Use Question Naire
(Studi Kasus: Rsia Eria Bunda Pekanbaru
169 Analis Penerapan Sistem Informasi Akuntasi Pembayaran √ √
Klaim Pada Asuransi Syariah

86
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
170 Implementasi Program Kebijakan Badan Penyelenggara √ √ √
Jaminan Sosial Dalam Meningkatkan Jaminan Kesehatan
Nasional
171 Gambaran Efektifitas Dan Kepuasan Pasien Pada Unit √ √
Rekam Medis Di Rsu Kota Tangerang Selatan Dan Rsia
Kemang Medical Care Tahun 2017
172 Kajian Kinerja Manajerial Pada Perspektif Proses Bisnis √ √
Internal Dan Pelanggan / Costomer Pasca Penerapan
Pengelolaan Keuangan Badan Pelayanan Umum Daerah
Di Rsu Dr.Koesnadi Bondowoso
173 Studi Proses Pengklaiman Badan Penyelenggara Jaminan √ √
Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
174 Implementasi Program Kebijakan Badan Penyelenggara √ √
Jaminan Sosial Dalam Meningkatkan Jaminan Kesehatan
Nasional
175 Gambaran Tentang Dimensi Mutu Pelayanan Pada Unit √ √
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Karel
Sadsuitubun Langgur Kabupaten Maluku Tenggara Tahun
2013
176 Gambaran Klaim Peserta Jaminan Kesehatan Nasional √ √
Yang Ditolak Pada Layanan Rawat Jalan Di Rumah Sakit
Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat Tahun 2016

87
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
177 Tanggungjawab Petugas Pelayanan Kesehatan Atas √ √
Kesalahan Diagnosis Pada Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit Terhadap Pasien
178 Gambaran Umum Persepsi Pasien Tentang Bauran √ √
Pemasaran Terhadap Keputusan Pasien Menggunakan
Jasa Rawat Inap Di Rumah Sakit Tipe B Kota Makassar
179 Hubungan Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan Dengan √ √
Kepuasan Pasien Spesialis Pribadi Di Rumah Sakit Adma
Jaya
180 Kajian Keterlambatan Pengajuan Klaim Pelayanan Rawat √ √
Jalan Pasien Bpjs Kesehatan Rsud Blambangan Tahun
2017
181 Analisis Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Sebagai √ √
Alat Informasi Manajemen (Studi Kasus Pada Rumah
Sakit Pertamina Jaya)
182 Sistem Informasi Tagihan Bpjs Kesehatan Di Rumah √ √ √ √
Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
183 Evaluasi Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Dari Piutang √ √ √ √
Pasien Jaminan Pribadi Instalasi Rawat Inap Rs. Kasih
Ibu Surakarta
184 Sistem Informasi Rekam Medis Sebagai Upaya Untuk √ √ √
Meningkatkan Pelayanan Di Puskesmas Rancaekek
185 Keluhan Muskuloskeletal Pada Sales Promotion Girl √ √ √
(Spg) Mall Pemakai Sepatu Tumit Tinggi Di Kota

88
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Denpasar Tahun 2012
186 Analisis Pengelolaan Manajemen Logistik Obat Di √ √
Instalasi Farmasi Rsud Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Jeneponto Tahun 2016
187 Studi Kelayakan Pengembangan Rumah Sakit Sumber √ √
Hidup Gereja Protestan Maluku Di Kota Ambon
188 Pertanggungjawaban Hukum Dokter Terhadap √ √
Malapraktik Medis
189 Analisis Pengendalian Internal Atas Pembayaran Dana √ √ √
Pensiun Pada Pt Taspen (Persero) Kcu Medan
190 Analisis Penyebab Penolakan Klaim Nasabah Oleh √ √ √
Perusahaan Asuransi
200 Gambaran Waktu Tunggu Pasien Dan Mutu Pelayanan √ √ √
Rawat Jalan Di Poli Umum UPTD Puskesmas Pesantren 1
Kota Kediri Tahun 2017
201 Desain Sistem Informasi Sensus Harian Rawat Inap Pada √ √
Simetriss Rsup Dr. Sardjito
202 Pengaruh Pengambilan Kredit Terhadap Motivasi Kerja √ √ √
Pegawai Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
203 Analisis Penerapan Sistem Anggaran Berbasis Kinerja √ √ √
Dalam Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (Blud)
204 Mekanisme Pencatatan Dana Bpjs Dalam Laporan √ √

89
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Keuangan Rumah Sakit Umum Sinjai
205 Keluhan Muskuloskeletal Pada Sales Promotion Girl √ √ √
(Spg) Mall Pemakai Sepatu Tumit Tinggi Di Kota
Denpasar Tahun 2012
206 Gambaran Waktu Tunggu Pasien Dan Mutu Pelayanan √ √ √
Rawat Jalan Di Poli Umum Uptd Puskesmas Pesantren 1
Kota Kediri Tahun 2017
206 Stategi Piningkatan Kinirja Bidang Keuangan Pada √ √
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Darsono Kabupaten
Pacitan
207 Kajian Sistem Pengajuan Klaim Pasien Badan √ √
Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rsd
Balung Kabupaten Jember Tahun 2017
208 Perlindungan Hukum Bagi Tertanggung Atas Keabsahan √ √ √ √ √
Klausula Mengenai Batas Waktu Klaim Dan Syarat
Formulir Surat Keterangan Dokter Dalam Polis Asuransi
Kesehatan
209 Evaluasi Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah √ √
Kabupaten Brebes Menuju Badan Layanan Umum Daerah
210 Mekanisme Pencatatan Dana Bpjs Dalam Laporan √ √
Keuangan Rumah Sakit Umum Sinjai
211 Pengembangan Sistem Manajemen Persediaan Dan √ √
Pergerakan Obat Antara Instalasi Farmasi Dengan
Instalasi/Unit Di Rumah Sakit

90
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
212 Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah √ √
Kabupaten Majalengka Tahun 2016
213 Resiliensi Keluarga Pasien Skizofrenia Pasca Diberi √ √
Psychoeducational Multifamily Group (Pmfg)
214 Peran Pembina Dalam Penanaman Nilai Nilai Pendidikan √ √
Agama Islam Pada Pasien Rehabilitasi Narkotika,
Psikotropika, Zat Adiktif (Napza) Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta
215 Penerapan Sistem Informatika Akuntansi Pada Klinik √ √ √
Daqu Sehat Malang
216 Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Web Untuk √ √ √
Perencanaan Persediaan Obat Dan Bahan Habis Pakai Di
Poli Gigi Puskesmas Ambulu Kabupaten Jember
217 Analisis Pengendalian Intern Atas Persediaan Obat- √ √
Obatan Di Rsup H. Adam Malik Medan
218 Evaluasi Penerapan Sistem Anggran Berbaris Kinerja √ √
Dalam Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD)
219 Rekonstruksi Pertanggungjawaban Hukum Perawat √ √ √
Sebagai Subjek Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan
Berbasis Nilai Keadilan
220 Upaya Peningkatan Kinerja Pelaksanaan Program √ √ √
Pemeliharaan Dan Kalibrasi Alat Kesehatan Puskesmas
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan

91
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
221 Evaluasi Sistem Pengelolaan Limbah Padat (Medis Dan √ √
Non Medis) Rs Dr. Soedirman Kebumen
222 Penyelesaian Wanprestasi Asuransi Kepada Jamaah √ √ √
Umroh Menurut Hukum Positif Di Indonesia
223 Mekanisme Pengarsipan Di Sub Bagian Pendidikan Dan √ √
Pelatihan Pada Bagian Diklit Rsud Dr. Moewardi
Surakarta
224 Evaluasi Customer Relations Dalam Penanganan Keluhan √ √
Pelanggan Di Rsu Bethesda Lempuyangan Yogyakarta
225 Interpretasi Makna Laba Pada Entitas Penyedia Jasa √ √ √
Kesehatan
226 Kajian Green Accounting Diajukan Untuk Memenuhi √ √
Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana FAKULTAS
Green Accounting Pada RSUD Labuang Baji Makassar
227 Sistem Lelang Tender Dan Dealing Online Berbasis Web √ √ √

228 Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Dan Pelayanan √ √ √


Terhadap Mandaat Bersih Dengan Menggunakan Model
Delone Dan Mclean
229 Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Perawat Baru √ √ √
Lulusan Psik Uin Jakarta
230 Implementasi Pembayaran Iuran Dan Klaim Bpjs √ √ √
Kesehatan Perspektif Akad Tabarru’ Dan Tijarah
231 Sebagai Wadah Pelayanan Kesehatan Jiwa Bagi √ √ √

92
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Tropis
232 Hubungan Antara Beban Kerja Dan Besar Jasa Pelayanan √ √ √
Jkn Dengan Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas Kalisat
Kabupaten Jember
233 Peran Konsil Kedokteran Indonesia Dalam Melindungi √ √ √
Masyarakat Penerima Jasa Pelayanan Kesehatan Menurut
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
234 Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Dan Employee √ √ √
Engagement Terhadap Turnover Intention
235 Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap √ √ √
Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Seksio
Sesarea Di Rskd Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar
236 Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.M.N.I Di √ √ √
Puskesmas Waipare Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka
Periode Tanggal 16 Mei S/D 28 Juni 2019
237 Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.M.N.I Di √ √ √
Puskesmas Waipare Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka
Periode Tanggal 16 Mei S/D 28 Juni 2019
238 Impelemtasi Kebijakan Perda Nomor 15 Tahun 2012 √ √ √
Tentang Pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan Dikator
Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penamaan Modal
Kabupaten Kepulauan Yapen
239 Evaluasi Program Pemberdayaan Pppa √ √ √

93
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
(Program Pembibitan Penghafal Al-
Qur'an) Daarul Qur'an Terhadap Pedagang
Kecil Di Ketapang Kota Tangerang
240 Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Kehamilan , √ √ √
Persalinan, Bayi Baru Lahir, Dan Neonatus, Nifas Dan
Menyusui, Serta Perencanaan Keluarga Berencanapad Ny
R Umur 28 Tahun Di Desa Kediri Wilayah Kerja
Puskesmas Karangwelas
241 Profil Penggunaan Kortikosteroid Pada Kasus Sedden √ √ √
Hearing Loss
242 ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN √ √ √
PADANY.P.M DI PUSKESMAS KOTA ENDE
KECAMATAN ENDE TIMUR KABUPATEN ENDE
PERIODE 30 APRIL S/D 15 JUNI 2019
243 Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.S.H Di √ √ √
Puskesmas Sikumana Periode 06 Maret - 14 Mei 2019
244 Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.M.M Di √ √ √
Puskesmas Oesapa Periode 16 April S/D 12 Mei 2019
245 Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Sebelum Sc Sampaipost √ √ √
Operasi Hari Ke 4 Pada Ny.L Usia 28 Tahun G1p0a0
Usiakehamilan 38 Minggu Dengan Preeklamsia Ringan
Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018
246 Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.H.H Di √ √ √
Puskesmas Betun Periode Tanggal 23 April – 16 Juni

94
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
2019
247 Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.S Di Bidan √ √ √
Praktik Mandiri Oom Markonah Am.Keb Jakarta Timur
Tahun 2017
248 Manajemen Bencana Dalam Menghadapi Ancaman √ √ √
Bencana Industri Di Pt Lautan Otsuka Chemical Cilegon
Tahun 2012
249 Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny √ √ √
K.L.Bdipuskesmas Padediwatu Kecamatan Wanukaka
Periode 22 April - 28 Juni 2019
250 Proses Resosialisasi Mantan Pecandu Narkoba Di Sahabat √ √ √
Foundation
251 Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny S Masa √ √ √
Hamil Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Klinik
Fauziah Pulung Ponorogo

J-REMI

95
Keterangan
Tidak Hanya Bukan
No Judul Jurnal Skripsi Bukan di
dapat di berupa berkas
RS
unduh abstrak RM RI
1. Evaluasi Kinerja Petugas Distribusi Berkas Rekam Medis Rawat √ √
Jalan Di Rsud Dr. Saiful Anwar Malang
2. Faktor Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat √
Inap Di Rsup Kariadi Semarang
3. Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penyediaan Berkas Rekam √ √
Medis Rj Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
4. Tinjauan Faktor Penyebab Ketidaktepatan Waktu Pengembalian √
Sensus Harian Rawat Inap Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Tahun
2020
5. Sistem Informasi Peminjaman Dan Pengembalian Dokumen Rekam √ √ √
Medis Menggunakan Metode Waterfall (Studi Kasus Puskesmas
Banjarsengon)

96
97

Anda mungkin juga menyukai