TAHUN 2020
DISUSUN OLEH:
TANIA DAMAYANTI MOTIEC
P17324417018
DISUSUN OLEH:
TANIA DAMAYANTI MOTIEC
P17324417018
i
ii
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh
TANIA DAMAYANTI MOTIEC
NIM. P17324417018
Irna Trisnawati, SKM, MKM Ida Farida H, SST, M. Keb Dr. Jundra Darwanty, SST, M. Pd
NIP. 197811022006042013 NIP. 197903302002122002 NIP. 196906051991012001
Mengetahui
Ketua Program Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha-Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Penulisan LTA ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu Ujian Akhir
meluangkan waktu dan bimbingan yang sangat berjasa tidak dapat terselesaikan.
Laporan Tugas Akhir ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikannya
bila tanpa adanya dukungan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis banyak
Tugas Akhir dan selaku ketua sidang dalam Laporan Tugas Akhir yang
4. Ida Farida H, SST, M. Keb selaku penguji 1 dalam sidang Laporan Tugas
Akhir.
v
6. Kepada Ny.S beserta keluarga, selaku subjek dalam melaksanakan
7. Kepada kedua orang tua saya, Bapak Eman Sulaeman dan Ibu Cicih
Hodijah yang selalu dan tak pernah bosan memberikan semangat, doa dan
dukungan dalam berbagai hal dari segi moril maupun materil, yang
8. Kepada adik saya, Shafira Tasya Alifia yang selalu menghibur dikala
9. Kepada teman spesial saya, Panji Satrio yang selalu memberikan motivasi
Akhir.
10. Sahabat saya, (Vachlia, Mulyawati, Eka, Windi, Lim, Syifa) yang selalu
maupun duka hingga 6 tahun terakhir ini serta yang telah membantu dan
dan Tya) yang selalu memberikan kisah nyata suka maupun duka dalam
vi
12. Sahabat saya, Mila dan Inda yang selalu memberikan motivasi semangat
Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini tidak luput dari
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang bersifat
berharap apa yang ada di laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
vii
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
ABSTRAK
Latar Belakang Salah satu penyebab angka kematian ibu yaitu terjadinya infeksi
yang disebabkan oleh Ketuban Pecah Dini (KPD). KPD menyumbangkan angka
kematian ibu (5%) karena KPD memiliki beberapa komplikasi yang begitu serius.
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden PROM
(premature rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran.
Pada tahun 2019 data kematian ibu di Kabupaten Karawang sebanyak 45 kasus
dari 44.850 persalinan. Infeksi termasuk adanya Ketuban Pecah Dini (2 kasus)
(4,4%). Kejadian Ketuban Pecah dini berdasarkan data dari Rumah Bersalin
Assalam di Purwasari Karawang Tahun 2019 yaitu 145 kasus rujukan terdapat 26
kasus (17,9%) rujukan KPD. Tujuan Penelitian mengetahui gambaran kasus
Ketuban Pecah Dini pada Ibu G2P1A0 di Rumah Bersalin Purwasari tahun 2020.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
menggunkan pendekatan wawancara mendalam ( In Depth Interview), hasil
observasi dan buku KIA Hasil penelitian yang didapatkan faktor predisposisi
kehamilan kembar/hamil ganda, kelainan letak, usia kehamilan, hubungan seksual
dan perilaku merokok, Penatalaksaan ANC secara kuantitas sudah memenuhi
standar, hanya secara kualitas bidan belum melakukan konseling tentang tanda-
tanda bahaya pada ibu hamil, Penatalaksanaan pra rujukan belum sepenuhnya
memeuhi standar karena bidan belum melakukan tes lakmus, pemberian antibiotik
dan tidak membawa maternal kit pada proses rujukan, pada pelaksanaan PNC
bidan tidak melakukan kunjungan nifas pertama seperti tidak melakukan
pemeriksaan fisik pada saat nifas dan tidak memberikan konseling pada pasien.
Saran diharapkan tenaga kesehatan terutama bidan dapat mengerti gambaran
penatalaksanaan yang tepat seperti, melakukan pemeriksaan lakmus dan
pemberian antibotik.
Kata kunci: Ketuban Pecah Dini; Faktor Predisposisi; Penatalaksanaan
Prarujukan
Daftar Pustaka: 35 literatur (2001-2019)
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN ORSINALITAS ii
LEMBAR PERSETUJUAN KTI iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK……………………………………………………………………...viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 6
1.3 Manfaat 7
1.4 Asumsi Penelitian 8
1.5 Pertanyaan Penelitian 8
BAB II TINJAUAN TEORI 10
2.1 Ketuban Pecah Dini 10
2.1.1 Pengertian 10
2.1.2 Penyebab 10
2.1.3 Faktor Predisposisi 12
2.1.4 Patofisiologi 18
2.1.5 Tanda dan Gejala 19
2.1.6 Diagnosis 20
2.1.7 Penatalaksanaan di Tingkat Pelayanan Dasar dan Tingkat Pelayanan
Rujukan 21
2.1.8 Komplikasi 23
2.1.9 Wewenang Bidan Sesuai Permenkes dalam Penatalaksanaan Ketuban
Pecah Dini (KPD) 24
ix
2.2 Asuhan Kehamilan 24
2.2.1 Definisi 24
2.2.2 Tujuan 25
2.2.3 Standar Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan Untuk Deteksi Dini
Komplikasi 25
2.2.4 Tugas dan Wewenang Bidan dalam Penatalaksanaan Asuhan Kehamilan
dengan Komplikasi 35
2.3 Asuhan Postpartum 37
2.3.1 Pengertian 37
2.3.2 Tujuan 37
2.3.3 Standar Pelayanan Asuhan Nifas dengan Riwayat Ketuban Pecah
Dini 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 40
3.2 Teknik Pengumpulan Data 40
3.3 Sumber Data 41
3.4 Instrumen Penelitian 41
3.5 Pelaksanaan Pengumpulan Data 42
3.6 Analisis Data 42
3.7 Penyajian Data 43
BAB IV TEMUAN PENELITIAN, INTERPRESTASI DAN
PEMBAHASAN 44
4.1 Temuan Penelitian 44
4.1.1 Gambaran Umum 44
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian 44
4.2 Interprestasi dan Pembahasan 58
4.2.1 Faktor Predisposisi Terjadinya Ketuban Pecah Dini 58
4.2.2 Kuantitas dan Kualitas ANC 66
4.2.3 Penatalaksanaan Prarujukan Ketuban Pecah Dini pada Ny. S 68
x
4.2.4 Tatalaksana Postpartum pada Ny. S 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 77
5.1 Kesimpulan 77
5.2 Saran 78
DAFTAR REFERENSI 80
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2015 menurut GHO (Global Health Observatory) data milik
WHO (World Health Organization) tercatat ada 303.000 kematian ibu yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas. Setiap hari pada tahun 2015
sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi saat kehamilan dan persalinan,
hampir semua kematian ini muncul di lingkungan dengan sumber daya rendah dan
sebagaian besar dapat dicegah. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan,
persalinan, dan nifas selama hidupnya sekitar 35 kali lebih tinggi dibandingkan
hidup. Terjadi penurunan AKI dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebanyak
hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi yang termasuk dalam
ketuban pecah dini (5%), dan abourtus (1%). Selain penyebab obstetrik, kematian
1
2
Salah satu penyebab angka kematian ibu yaitu terjadinya infeksi yang
kematian ibu (5%) karena KPD memiliki beberapa komplikasi yang begitu serius
komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan KPD yang pertama adalah infeksi
eklampsi, komplikasi abosrsi, partus macet dan sepsis. Infeksi yang banyak
sebanyak 65% adalah karena KPD yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu
berasal dari vagina dan servik. KPD merupakan suatu kejadian obstetrik yang
banyak ditemukan, dengan infeksi sekitar 10,7% dari seluruh persalinan, dimana
94% diantaranya terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ini terjadi pada sekitar 6-
20% kehamilan. Apabila terjadi sebelum kehamilan aterm maka lebih banyak
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden PROM
KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada
prematur.1
kasus dari 44.850 persalinan. Faktor penyebab kematiannya adalah perdarahan (15
dan lain-lain (6 kasus) (13,3%). Infeksi termasuk adanya Ketuban Pecah Dini (2
157 kasus dari 44.850 penyebabnya adalah BBLR (65 kasus) (41,4%), asfiksia (37
kasus) (21%).5
Kejadian Ketuban Pecah Dini berdasarkan data Rekam Medik Tahun 2018
dari 334 persalinan di RSUD Karawang terdapat 118 (35,3%) kasus KPD. Untuk
Purwasari Tahun 2019 yaitu 145 kasus rujukan terdapat 26 kasus (17,9%) rujukan
KPD, namun angka ini tidak menimbulkan efek signitifikan terhadap mortalitas
ibu tetapi morbiditas ibu. Efek yang bisa terjadi pada ibu antara lain
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi akan
resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin pada aterm. Faktanya dalam kasus
dengan gizi yang baik dan sesuai, dan memeriksakan kandungan secara teratur
pasien lebih dapat berhati-hati dan cepat tanggap bila ketuban pecah dini terjadi
maka komplikasi yang membahayakan bagi ibu dan janin dapat di hindari.
Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup
efektif. Mengurangi aktifitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atu awal
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ivansri dan Andini (2017)
dengan judul “Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini
Di Rumah Sakit Martha Friska” didapatkan dari 45 ibu bersalin hasil Asymp.Sig
pada variabel usia 20-35 sebanyak 39 orang (86,7%) dengan nilai p= 0,011,
artinya ada hubungan yang signifikan antara usia dengan KPD. Variabel paritas
artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan KPD. Variabel
dengan status pekerjaan IRT sebanyak 33 orang (73,3%) dengan nilai Asymp.Sig
p = 0,014 artinya ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan KPD.9
(2014) dengan judul “Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil
bahwa dari 68 subjek penelitian sebagian besar subjek pada kasus terdapat usia
reproduksi sehat umur 20-35 tahun 85.3%, pendidikan menengah 70,60%, dan
status paritas tidak berisiko 61,80%, status paritas tidak berisiko 11,8%. hubungan
yang bermakna antara IMS dengan kejadian KPD yang ditunjukkan dengan nilai p
value< 0,05. Proporsi IMS pada kelompok kasus dibandingkan kelompok kontrol
adalah (14(73,07% : 5 (26,03%). Jika dilihat dari aspek risiko IMS berpeluang
kelompok ibu hamil yang tidak IMS. Variable yng tidak begitu penting adalah
pendidikan, usia dan perokok. Berdasarkan status paritas diperoleh hasil bahwa
proporsi kejadian KPD dan tidak KPD sebagian besar ibu mempunyai paritas 2-3
anak (tidak berisiko) 42,0%; 54,50%. Dan dilihat dari kelompok paritas 3,59 kali
lebih besar (95% CI: 1,11-11,62 ) pada kelompok paritas ≤1 dan >4 anak
mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan
kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD). Umur berisiko akan meningkatkan kejadian
6
KPD sebanyak 1.9 kali lebih tinggi dibandingkan umur yang tidak berisiko.
mengalami kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi pada umur kehamilan
Dalam penelitian akhir ini akan membahas gambaran kasus ketuban pecah
pecah dini pada pasien, mengetahui kuantitas dan kualitas ANC pada pasien,
tatalaksana postpartum.
penelitian pada ibu G2P1A0 yang mengalami KPD di Rumah Bersalin Purwasari
tahun 2020 .
Untuk mengetahui gambaran kasus Ketuban Pecah Dini pada Ibu G2P1A0
Bersalin
Bersalin
1.3 Manfaat
Bersalin.
Rumah Bersalin.
Laporan kasus ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan dan
Bersalin.
8
rinci dan lebih baik sebagai proses pembelajaran agar lebih memahami dan dapat
G2P1A0
Bersalin
Rumah Bersalin
1.4 Asumsi
diberikan susai dengan SOP yang ada serta mengetahui faktor predisposisi dan
penyebab yang dapat memicu terjadinya Ketuban Pecah Dini pada kehamilan.
Bersalin?
9
Bersalin?
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
persalinan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari
3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Bila ketuban pecah dini
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
2.1.2 Penyebab
1. Serviks inkompeten
2. Overdistensi uterus
10
11
genetik)
5. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nur Rohmawati dan Arulita
Ika Fibriana, 2017) penyebab kejadian KDP yaitu hasil menunjukkan ada
value = 0,033), paritas (p value = 0,003), riwayat KPD (p value = 0,005), status
pekerjaan ibu (p value = 0,019), status anemia (p value = 0,010), paparan asap dan
perilaku merokok ibu (p value = 0,004) dengan kejadian ketuban pecah dini.
Tidak ada hubungan antara kehamilan kembar (ganda) (p value = 0,31), riwayat
1. Usia
Usia reproduksi normal pada umur 20-35 tahun, karena pada usia
hamil pada usia < 20 tahun dianggap kehamilan resiko tinggi karena
2. Usia Kehamilan
pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan
ketuban pecah dini sebanyak 8-10% kehamilan cukup bulan. Pada umur
3. Paritas
4. Pekerjaan
Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama jam
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu
2013.14
ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi
persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada
prematur.
7. Perilaku Merokok
seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang
lebih tinggi. 20
pasif lebih tinggi dibandingkan perokok aktif. Selain itu asap rokok dapat
dkk (2013) menunjukkan bahwa toksin yang terkandung dari asap rokok
melekat pada pakaian, tertinggal dalam ruangan, pintu dan perabotan yang
16
untuk merokok. Pada saat pintu dan jendela dibuka atau kipas angin
8. Hubungan Seksual
karena coitus saat kehamilan trimester III degan frekuensi >3 kali
seminggu, penetrasi penis yang sangat dalam dan posisi suami menekan
KPD.13
9. Tekanan Intrauterin
amniosintesis.
berlehihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang
lahir tunggal. 11
tidak bekerja cenderung mengalami kelainan letak, hal ini bisa disebabkan
ibu yang tidak bekerja melakukan aktifitas lebih sedikit dibandingkan ibu
bekerja. Sesuai dengan teori Prawiroharjo (2011) hal ini terjadi karena
posisi janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir, misalnya
kelainan letak yaitu letak lintang dan letak sungsang. Pada letak lintang
sungsang tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul
2.1.4 Patofisiologi
urerus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah
dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara
lain merokok.
dihambat oieh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu
mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini. Selaput
ketuban sangat kuat pada kehamiian muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir
kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan
menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna
pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
2.1.6 Diagnosis
vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus Q{itrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia
20
kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-unda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta air ketuban keruh
dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia,
skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan
Diagnosa banding ada du acara yaitu cairan dalam vagina (bisa urine/flour
albus) dan hasil water dan fore water rupture of membrane (pada kedua keadaan
Pelayanan Rujukan
yang banyak secara tiba-tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo
dengan spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah
janin, atau minta ibu untuk mengedan/batuk. Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak
21
dengan memperhatikan : Bau cairan ketuban yang khas, Tes Nitrazin : lihat
apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap diingat bahwa
darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu, Gambaran pakis
1. Konservatif
selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keiuar. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
sebanyak 4 kali.
2. Aktif
tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik
dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan
persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
1. Prognosis ibu
23
2. Prognosis janin
hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor
profesi bidan yang terdapat pada kompetensi ke-3 tentang asuhan dan konseling
selama kehamilan yaitu bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. Dalam hal ini bidan harus
24
sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu salah satunya adalah kejadian
2.2.1 Definisi
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk
memantau, mendukung kesehatan ibu dan cara mendeteksi ibu apakah ibu hamil
2.2.2 Tujuan
dan bayi.
25
perdarahan.
eksklusif.
Komplikasi
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu
dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada
kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status
imunisasi TT lagi.
pembentukan
kekebalan tubuh
terhadap penyakit
tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 ≥25 Tahun
Sumber: Depkes, 2013
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet
yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan
29
meliputi:
hamil.
g. Pemeriksaan HIV
h. Pemeriksaan BTA
deteksi risiko ibu hamil oleh bidan termasuk bidan desa meliputi alat
9. Tatalaksana/penanganan Kasus
rujukan.
a. Kesehatan ibu
32
transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila
menghadapi komplikasi
hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan
lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar
33
kesehatan.
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting
Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera
i. KB paska persalinan
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih
yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan.
kehamilan
35
2. Pengukuran tinggi badan yang dilakukan satu kali dan penimbangan berat
10. Pemberian suntikan Tetanus Toksoid (TT) lengkap 2 kali untuk mencegah
dengan kompetensinya.
36
perundang-undangan.26
2.3.1 Pengertian
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa
atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,sampai
2.3.2 Tujuan
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
Dini
dan 24 jam setelah pemberian pertama, minum tablet darah setiap hari.
keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina minum tablet tambah
keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina minum tablet tambah
METODOLOGI PENELITIAN
deskriptif,
2. Observasi
3. Dokumentasi
ini dilakukan untuk mendapatkan data yang ada dalam dokumen sesuai
39
40
peneliti menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah bidan, pasien,
sumber pertama. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah
dilampirkan dalam penelitian ini. Hasil wawancara ini dilakukan dengan cara
pengumpulan data dengan cara wawancara atau tatap muka dengan pasien, pada
oleh pasien tersebut maka dilakukanlah wawancara pada suami pasien, pada
tanggal 17 Februari 2020 pasien melakukan kunjungan nifas yang kedua, pada
tanggal 12 Maret 2020 pasien melakukan kunjungan nifas lagi yang ketiga,
kemudian pada tanggal 13 Maret 2020 dilakukannya wawancara pada bidan, dan
pada tangggal 29 Maret 2020 dilakukannya proses pengumpulan data pada pasien
Analisa data pada penelitian ini menggunakan metode analisis isi (Content
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data secara narasi dalam bentuk
dapat melibatkan suatu jenis analisis, dimana isi komunikasi (percakapan, teks
data kemudian diseleksi dan disederhanakan sehingga menjadi sebuah data yang
yang diteliti serta penyajian data dalam bentuk narasi yang bertujuan untuk
purwasari tahun 2020. Temuan penelitian ini peneliti menyajikan dengan narasi
agar pembaca mudah memahami tujuan dan hasil penelitian. Dalam proses
dengan data yang ada di RB Assalam. Adapun hasil penellitian ini secara in depth
G2P1A0
1. Usia
43
44
2. Usia kehamilan
berikut:
Data dari buku KIA pasien bahwa HPHT Ny. S ialah 04-06-2019.
3. Paritas
adalah kehamilan yang kedua, pernah melahirkan sekali, dan tidak pernah
“Ini hamil kedua teh, pernah melahirkan sekali tapi belum pernah
keguguran” (P1.11.02.2020).
4. Pekerjaan
“Teu, teh normal, pas mules pagi teh terus malem tos magrib teh dibawa
ka Bd. Yayat tos pembukaan tapi acan eta cuman pembukaan 4 teuing 2
hilap deui tos lami, tapi normal teu aya penyakit nanaon”(P1.11.02.2020).
sebagai berikut:
7. Merokok
sebagai berikut:
“Teu ngarokok istri mah, amun saya ngarokok teh nyacuman teu kos
batur teu beak sabungkus paling oge peuting doang, nya 5 batanglah
(S1.22.02.2020).
8. Hubungan seksual
(P1.11.02.2020).
”Cuma sekali doang, Sekali saminggu neng, Nteu, cuman di daerah perut
Tetehna anu dibawah dan suami di atas, kos kitu wae ari berhubungan
mah. (P1.25.04.2020)
9. Jumlah janin
“Aya 2 teh pas diparios USG ku dokter jenis kelamina awewe sadaya”
(P1.11.02.2020).
perkiraan kiloannya teh ceuk dokter 1,5 kg-an semua, posisi kepalana anu
sebagai berikut:
47
“Posisi janinna asaan teh kadang kepala kabeh anu dibawah mah,
kadang aya usik anu di luhur kabeh gitu neng ieu teh kepala na apa
bokongna kitu beda, ceuk bu yayat sae posisi na ngan aya anu bokongna
di handap” (P1.11.02.2020).
perkiraan kiloannya teh ceuk dokter 1,5 kg-an semua, posisi kepalana anu
“Aduh teu tentu teh da ieu mah soalna bidang jasa lain kos pabrik
sabulana jelas kitunya, da ieu mah teu tentu nya kadang amun di
“Paling ibu rumah tangga mah paling berasnya neng, paling naon si
“Tara meuli nanaon paling resiko sapopoe weh istri teu balanja anu
aneh-aneh” (S1.22.02.2020).
Dari hasil wawancara dan dari data sekunder bahwa ibu melakukan
“Periksa ke bidan 9 kali, terus pas udah umur 8 bulan di USG ke bidan
cuman kata bidan disuruh ke dokter kandungan Rumah Sakit Karya
Husada, memeriksakan kehamilan pertama sama suami, kesini-sininya
kan sama ponakan soalnyakan suami kerjanya jauh jadi ngga bisa
nganter. Pernah juga USG 2 kali pas usia 8 bulan pertama USG ke bidan
hasil USG dari bidan keadaan bayinya bagus sehat kembar, terus
disarankan untuk USG ke dokter yang ada di Rumah Sakit Karya Husada
hasil dari dokter kandunganya bagus, bayinya sehat kembar, dan jenis
kelaminnya perempuan semua” (P1.29.02.2020)
“Umur 5 minggu, 8 minggu, 18 minggu 2 kali, pas umur 24 minggu, 26
minggu, 31 minggu, 32 minggu, 36 minggu. Pas periksa ke bidan pertama
di timbang, di tensi, terus periksa lengan, terus tinggi badan, terus di
tanya-tanya kapan terakhir haidna, terus di raba perut na pas diraba can
ka raba perutna tapi pas di tes pack mah positif. Terus dianjurkeun ku
bidan teh di suruh makan cukup sedikit tapi sering, terus di suruh tidur
yang cukup, terus sama dikasih vitamin. Teruskan control nah bidan di
pariksa deui, di timbang deui, di tensi, keluhana naon, terus di suruh bobo
buat diperiksa perutnya, pas ku bidan di periksa perutna dianjurkan
untuk ke dokter soalna besar perutna beda buat di USG ke dokter, terus di
anjurkan untuk cek lab ke Puskesmas Purwasari, terus bidan
menganjurkan istirahat yang cukup, makan yang sehat, sama mengurangi
aktifitas yang berat-berat. (P1.27.04.2020)
Bidan menegaskan bahwa:
Assalam
prarujukan sudah sesuai dengan SOP prarujukan yang ada Kabupaten Karawang,
mengantarkan pasien ke rumah sakit yang telah di tetapkan oleh pihak SI JARI
berwarna jernih.
1. Pemeriksaan Objektif
Stabil
b. Tanda-tanda Vital:
2. Assesment
Ibu G2P1A0 usia kehamilan 35 minggu 2 hari inpartu kala 1 fase laten
sedang tidak baik-baik saja dan harus segara dilakukan rujukan. B1 pun
tangan kiri pasien dengan cairan infus Ranger Laktat (RL) 20 tpm.
KTP P1, dan BPJS P1 untuk kelengkapan proses rujukan dan posisi P1
sampai di Rumah Sakit Citra Sari Husada (Intan Barokah) dan langsung
bentuk lisan dan tulisan bidan menuliskan nama pasien, alamat, keadaan
pasien, dan diagnosa kepada bidan jaga di Rumah Sakit Citra Sari Husada
selesai dan dialihkan pada bidan dan dokter di rumah sakit tersebut.
Setelah itu pasien diganti selang infusan beserta cairan infusan, cairan
cesaria, bayi lahir tanggal 06-02-2020 pukul 22.00 WIB dengan jenis
kelamin perempuan. berat badan bayi pertama 2000 gram dan bayi kedua
2300 gram.
postpartum pada Ny. S sudah berdasarakan teori yang ada seperti melakukan
kunjungan nifas kedua pada hari nifas ke 4-28 hari dan kunjungan nifas ketiga
“Diparios ku Bidan mah atos sae di raba teh ngga ada apa-apa udah
ngga keraba rahimnya, terus luka bekas operasi teu aya nanaon tos kering
kitu teu aya infeksi nanaon, saur Bidan mah menganjurkan makan telur
sehari 8 sama sayur-sayuran jeung buah-buahan. Nya ku abdi dilakukeun
teu aya pantrangan nanaon, amun peuting mah sok gentian jeung
bapakna jadi abdi tidurna cukup, bobo siang ge osok, nya otot perutna tos
normal, pas diparios ku Bidan teh telapak kakina ditekuk teh teu karasa
da teu aya rasa pegel teu aya nanaon, nya si dede mah nenna kuat, terus
posisi na teh teu aya nanaon tos bener, terus nyaman-nyaman wae teu aya
nanaon, setiap hari mandinya sehari 2 kali, terus langsung dijemur,
perawatan tali pusatna cuman pake kassa doang, si dede biar anget ya di
bedong”. (P1.19.04.2020)
Pada tanggal 17 Februari 2020 pukul 10.52 WIB P1 melakukan
1. Pengkajian Objektif
Stabil
b. Tanda-tanda Vital
c. Pemeriksaan Fisik: Payudara tidak ada benjolan dan ASI sudah keluar,
TFU tidak teraba, luka bekas operasi SC kering dan bersih, kontraksi
2. Assesment
jam/hari dan siang hari ± 1-2 jam/ hari. Apabila tidur malam P1 terganggu
P1 bisa istirahat pada siang hari pada saat bayi sedang tidur, karena tidak
proses penyembuhan pada luka operasi SC ibu dan tidak ada makanan
55
“Alhamdulillah tos kering teu aya nanaon, pas di parios ku Bidan mah teu
aya nanaon, tos normal, pas diparios ku bidan teh telapak kakina di tekuk
nah abdi teu karasa nanaon teu aya pegel-pegel, teu aya nanaon cuman
bayi na kan kembar jadi sedikit repot, Bidan memberitahukan Kb suntik,
pil, IUD sama implan, terus saya mah pilih yang suntuk 3 bulan di suntik
pas 40 hari nifas”. (P1.19.04.2020)
Pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 11.00 WIB Ny. S melakukan
1. Pengkajian Objektif
Stabil
b. Tanda-tanda Vital
c. Pemeriksaan Fisik: Payudara tidak ada benjolan dan ASI sudah keluar,
TFU tidak teraba, luka bekas operasi SC kering dan bersih, kontraksi
uterus baik, diastasis rekti 1/2, lochea alba, bidan pun memeriksa
2. Assesment
mengatakan bahwa tidak ada masalah dalam proses BAK, BAB, proses
kepala, dan nyeri punggung. Namun, rasa lelah dirasakan oleh P1 karena
tidak ikut mngurus setiap hari karena terhalang oleh pekerjaan yang
perawatan bayi yang benar seperti, memandikan bayi 2x sehari dengan air
pemeriksaanya.
preterm.
(2011) usia kehamilan preterm adalah 28-36 minggu (<37 minggu) pada
rahim dan gerakan janin. Hal ini dikarenakan pecahnya selaput ketuban
kejadian KPD pada ibu hamil preterm <37 minggu (1,14). Pada penelitian
Susilowati dan Astuti dikutip dari penilitian Budi dan Ayu bahwa sebagian
besar ibu bersalin dengan KPD yaitu antara umur kehamilan 37-42 minggu
pembesaran. 12, 27
disimpulkan bahwa ibu mengalami KPD pada usia kehamilan preterm hal
ketuban.
4.2.1.2 Paritas
pernah melahirkan satu kali dan tidak pernah keguguran. Dan dapat
serviks selama persalinan. Terlalu banyak jumlah anak dapat menjadi latar
belakang ibu dan kematian perinatal. Semakin banyak jumlah anak yang
kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih dari 2.500 zat kimia yang
pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi. Menurut penelitian
karena kandungan zat kimia pada perokok pasif lebih tinggi dibandingkan
perokok aktif. Selain itu asap rokok dapat tertinggal lama dalam suatu
toksin yang terkandung dari asap rokok melekat pada pakaian, tertinggal
beberapa minggu dan bulan setelah digunakan untuk merokok. Pada saat
pintu dan jendela dibuka atau kipas angin dinyalakan maka toksin akan
penyebab ibu mengalami KPD karena suami tidak merokok didekat ibu.
III Ny. S melakukan hubungan seksual satu kali dalam satu minggu. Pada
saat hubungan seksual terakhir Ny. S mengeluh nyeri pada perut bagian
trimester III degan frekuensi >3 kali seminggu, penetrasi penis yang
sangat dalam dan posisi suami menekan dinding perut ibu sehingga dapat
bahwa pola seksual yang tidak tepat akan berisiko 10 kali lebih besar
yang tepat. Pola seksual yang tepat tergambar jika hubungan intim tersebut
menekan perut ibu sedangkan pola seksual yang tidak tepat jika frekuensi
>3 kali, posisi ibu berada di bawah dan penetrasi penis yang dalam
(50%) yang salah pada aspek posisi yang sebagian besar posisi ibu hamil
menjadi salah satu penyebab ibu mengalami Ketuban Pecah Dini. Secara
berhubungan seksual posisi Ny. S yang tidak tepat karena Ny. S berada di
bagian dan dapat disimpulkan bahwa Ny. S hamil kembar. Hasil USG
tanggal 14-01-2020 oleh dokter obgyn dengan hasil bayi terdapat ganda,
jenis kelamin perempuan dan Taksiran Berat Badan Janin (TBJ) janin
kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
intrauterine.
Pada kasus ini Ny. S usia 26 tahun mengaku hamil anak ke 2, hasil
teraba bulat, keras dan tidak melenting, Leopold II Kiri dan Kanan teraba
ada tahanan, memanjang dan mendatar, Leopold III teraba bulat, lunak,
kelainan letak sungsang. Pada letak sungsang tidak ada bagian terendah
diteliti oleh Ridwan dan Herlina (2014) bahwa ibu dengan kelainan letak
janin memiliki resiko 3 kali lebih terjadi ketuban pecah dini saat bersalin
dibanding dengan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Menurut
penelitian yang dilkukan oleh Siti Khadijah, dkk (2016) bahwa selain
ketuban pecah dini bahwa faktor kelainan letak dengan kejadian ketuban
pecah dini Pada kehamilan trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah
dan janin tumbuh dengan cepat, umumnya letak janin yang tumbuh besar
yang lebih luas dan kepala berada di segmen bawah rahim. Namun pada
ada kelainan letak pada salah satu janin, yaitu janin yang pertama yang
65
besar yang menyebabkan Ketuban Pecah Dini pada Ny. S adalah kehamilan
kembar/hamil ganda, kelainan letak, usia kehamilan, paritas dan hubungan seksual
usia kehamilan 35 minggu 2 hari, TFU 34 cm, TFU leopold 3 jari dibawah px,
penambah darah, menganjurkan ibu untuk melakukan USG. Pada saat temu
wicara bidan tidak melakukuan upaya pencegahan atau deteksi dini terhadap
KPD.
Trismester II satu kali kunjungan (usia kehamilan antara 14-28 minggu), dan
66
Trismester III dua kali kunjungan (usia kehamilan antara 28-36 minggu dan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari timbang berat badan dan
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur ligkar lengan atas/
LiLA), ukur TFU, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
skrinning Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid, beri
seperti pemeriksaan USG bisa mencegah atau deteksi dini komplikasi KPD. 25
Menurut asumsi peneliti terhadap kuantitas dan kualitas ANC pada Ny. S,
ibu sudah melakukan pemeriksaan sesuai yang di anjurkan oleh bidan yaitu
dokter untuk deteksi dini terjadinya komplikasi. Menurut asumsi peneliti bidan
Prosedur Klinis:
Prosedur Administratif:
rujukan)
pasien.
Ini juga sejalan dengan sistem rujukan SI JARI EMAS (Sistem Informasi
69
Jejaring Rujukan Expanding Maternal and Newborn Survival) yaitu suatu Sistem
elektronik (SMS Gateway) dan Internet antara petugas pelayanan kesehatan dasar
sesuai dengan form yang ada. Apabila terjadi sesuatu hal sehingga
dokter jaga. Untuk kasus-kasus tertentu, dokter jaga atau bidan wajib
70
paling tidak berisikan: nama pasien, kasus, tindakan pra rujuk, dokter
kasus tertentu bidan senior juga dapat memberikan advis tata laksana
bagian/ proses.
SIJARIEMAS.
masih belum sepenuhnya sesuai degan teori dan prosedur yang ditetapkan dimana
dan tidak di berikan terapi seperti pemberian antibiotic, pada saat merujuk bidan
pemeriksaan tes lakmus dilakukan untuk menegaskan bahwa cairan yang keluar
itu apakah ketuban atau bukan, dan seharusnya diberikan antibotik untuk
mencegah terjadinya infeksi karena ketuban pecah dini. Bidan tidak membawa
Pada hari nifas ke 11 hari dan 29 hari. Pada kunjungan nifas kedua (KF 2) bidan
tablet penambah darah dan melakukan konseling. Kunjungan nifas ketiga (KF 3)
KB pada saat nifas ke 40 hari. Bayi tidak dilakukan pemeriksaan karena Ny. S
proses pemeriksaan.
Tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil,
Pasal 15
hari pascapersalinan,
h) konseling; dan
1. Kunjungan 1 (KF)
Penatalaksanaan:
infeksi
2. Kunjungan 2 (KF)
b. Pemeriksaan TTV
c. Kondisi payudara
e. Pemeriksaan TFU
i. Pemberian terapi
j. Konseling
75
3. Kunjungan 3 (KF)
a. Pemeriksaan TTV
b. Kondisi payudara
d. Pemeriksaan TFU
h. Pemberian terapi
i. Konseling
bahwa bidan hanya melakukan kunjungan nifas 2x, seharusnya bidan melakukan
involusi uterus, melihat ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada bekas luka operasi
makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik, dan menilai
cara perawatan bayi sehari-hari. Menurut peneliti hal ini penting dilakukan
mengingat hal tersebut untuk mencegah terjadinya infeksi pada bekas luka operasi
5.1 Kesimpulan
interview), hasil observasi dan Buku KIA diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini pada Ny. S yaitu akibat kehamilan
seksual.
USG kedokter dan hasil pemeriksaannya pun dalam keadaan baik, janin
di RB Assalam sudah sesuai dengan daftar tilik hanya saja tidak dilakukan
cairan tersebut ketuban, hal ini dikarenakan keterbatasan alat dan bahan,
76
77
bidan juga tidak memberikan obat antibiotik pada pasien dan pada saat
bidan pun tidak melakukan pemeriksaan pada bayi karena Ny. S untuk di
periksa.
5.2 Saran
karakteristik pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dengan melakukan
kesehatan tentang deteksi dini terjadinya ketuban pecah dini, bidan juga
antibiotik dan membawa maternal kit pada saat proses rujukan dan juga
akan datang.
79
80
13
Manuaba. Buku ajar patalogi obstetri untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2012
14
Nugrahani, Rizqi Rosi. Faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya ketuban
pecah dini pada kehamilan aterm di rumah sakit aura syifa kediri. 2013:
52-66, file:///C:/Users/hp/Downloads/13103-Article%20Text-8253-1-10-
20190701%20(2).pdf
15
Nugroho, T. Buku ajar obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika: 2010
16
Demarti, Merti. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2016 [Internet]. [dikunjungi 2020 mar
23] tersedia dari: file:///C:/Users/hp/Documents/Kumpulan%20Jurnal
%20KPD/jurnal%20tentang%20kpd%20naskah%20pusblikasi.pdf
17
Rohmawati, Nur dan Fibriana, Ika Arulita. Ketuban pecah dini di Rumah Sakit
Umum Daerah Ungaran. 2018: 2(1): 23-32,
file:///C:/Users/hp/Downloads/17937-Article%20Text-45039-1-10-
20180309%20(3).pdf
18
Tahir, Suranti, dkk. Faktor determinan ketuban pecah dini di rsud syekh yusuf
kabupaten gowa. 2012,
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/abdbde934df5c895d7deebd756ce04e1.
pdf
19
Poltekkes, Denpasar. Ketuban Pecah Dini [Internet]. [dikunjungi 2020 mar 24].
Tersedia dari: http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2373/4/BAB
%20II%20pdf.pdf
20
Sinclair C. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC: 2009
21
Puspitasari, Novi Reany. Korelasi karakteristik dengan penyebab ketuban pecah
dini pada ibu bersalin di RSU Denisa Gresik. 2019: 3(1): 24-32,
file:///C:/Users/hp/Documents/Kumpulan%20Jurnal%20KPD/1609-6259-
1-PB%20(2).pdf
22
Depkes, RI. Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta. 2015
23
Permenkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan
[Internet] [dikunjungi 20 April 2020]
http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3692007.pdf
24
Rukiyah, Aiyeyeh, dkk. Asuhan Kebidana I Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Media: 2012
25
Permenkes RI No 97 Tahun 2014. Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
81
34
UNSAID. Panduan teknis SIJARIEMAS [Internet]. [dikunjungi 2020 mar 18].
Tersedia dari: file:///C:/Users/hp/Documents/Kumpulan%20Jurnal
%20KPD/357123701-05-Panduan-Teknis-SijariEMAS.pdf
35
Milnerowicz .et al.Effect Of Exposure to obacco Smoke in Pregnancies
Complicted By Oligohydramnions and Premature Rupture of
Membranes.International Journal of Occupational Medicine and
Environmental Health, Vol. 14, No. 3, 275-285, (2001),
https://pdfs.semanticscholar.org/3862/03521b3ff1bcfaafe68eb86b03d711c
1b5d8.pdf
36
Semiawan, Conny. Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Grasindo. 2010
83
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Sumbe
No. Indikator Pertanyaan Penelitian Kode
Penelitian r Data
1. Untuk Usia 1. Berapakah usia ibu saat ini? N N : Ny. S
S : Suami
mengetahui
B : Bidan
2. faktor Usia kehamilan 1. Berapakah usia kehamilan N
predisposisi ibu saat ini?
(usia, usia
3. kehamilan, Paritas 1. Kehamilan berapakah saat N
paritas, ini?
pekerjaan, 2. Apa ibu pernah bersalin
riwayat ketuban sebelumnya?
pecah dini, 3. Apa ibu pernah keguguran
PMS, merokok, sebelumnya?
4. hubungan Pekerjaan 1. Apa pekerjaan ibu saat ini? N
5. seksual, jumlah Riwayat 1. Pada kehamilan/persalinan N
janin, kelainan ketuban pecah
yang lalu
dini
letak dan sosial komplikasi/keluhan apa
ekonomi) saja yang ibu pernah alami?
terjadinya 2. Selama kehamilan ini
ketuban pecah adakah keluhan yang ibu
dini pada Ny. S alami pada saluran
G2P1A0 reproduksi ibu?
bulannya?
komplikasi?
1. Untuk Penatalaksanaa 1. Bagaimana cara awal bidan B
n prarujukan
mengetahui mendiagnosa bahwa pasien
bagaimana terdiagnosa KPD?
penatalaksanaan 2. Apa yang dilakukan oleh
prarujukan bidan setelah mengetahui
ketuban pecah bahwa pasien terdiagnosa
dini di Rumah KPD?
Bersalin 3. Apa yang dilakukan oleh
Assalam bidan untuk memberitahu
kepada keluarga pasien atau
pasien apa saja perlengkapan
rujukan?
4. Setelah menerima telpon
kembali dari si jari emas, apa
yang dilakukan oleh bidan
selanjutnya?
5. Setelah sampai dirumah
sakit, apa yang bidan
lakukan selanjutnya?
6. Setelah pasien mendapatkan
tindakan apa yang dilakukan
oleh bidan selanjutnya?
hangat?
3. Kunjungan 3 1. Bagaimana bidan B & N
(KF 3)
memeriksa bekas
luka operasi SC?
2. Bagaimana bidan
memastikan diasti
recti?
3. Bagaimana bidan
memastikan ada
tidaknya tanda
homan?
4. Bagaimana bidan
menanyakan pada
ibu tentang
penyulit-penyulit
yang pasien atau
bayi alami?
5. Bagaimana bidan
memberikan
konseling untuk KB
secara dini?
90
A. Faktor Predisposisi
Ibu mengatakan “teu teh normal, pas mules pagi teh terus malem tos magrib
teh dibawa ka Bd. Yayat tos pembukaan tapi acan eta cuman pembukaan 4
teuing 2 hilap deui tos lami, tapi normal teu aya penyakit nanaon”
91
8. Selama kehamilan ini adakah keluhan yang ibu alami pada saluran
reproduksi ibu?
9. Pada kehamilan ini apa saja keluhan yang ibu alami pada daerah
reproduksi ibu?
Suami pasien mengatakan “ngarokok, nyacuman teu kos batur teu beak
wengina malem rebona teh pan ketuban rembesna poe rabu teh”
Suami pasien mengatakan “nya sami jawaban na kos istri wengi sebelumna”
13. Pada minggu ini berhubungan suami istri sudah berapa kali?
15. Apakah pada saat berhubungan yang terakhir ibu meraa sakit pada di
Ibu mengatakan “Nteu, cuman di daerah perut bagian bawah doang terasa
nyeri”
berhubungan?
Ibu mengatakan “Tetehna anu dibawah dan suami di atas, kos kitu wae ari
berhubungan mah”
Ibu mengatakan “aya 2 teh pas diparios USG ku dokter jenis kelamina
awewe sadaya”
Ibu mengatakan “posisi janinna asaan teh kadang kepala kabeh anu dibawah
mah, kadang aya usik anu di luhur kabeh gitu neng ieu teh kepala na apa
bokongna kitu beda, ceuk bu yayat sae posisi na ngan aya anu bokongna di
handap”
Ibu mengatakan “sapoe the 100rb kadang amun ker rame 150rb”
93
Suami pasien mengatakan “aduh teu tentu teh da ieu mah soalna bidang jasa
lain kos pabrik sabulana jelas kitunya, da ieu mah teu tentu nya kadang
dikumpulkeun mah
Ibu mengatakan “paling ibu rumah tangga mah paling berasnya neng, paling
Suami pasien mengatakan “tara meuli nanaon paling resiko sapopoe weh
Ibu mengatakan “ke bidan ya periksa sih ke bidan, pertama sih periksa ke
bidan, terus pas udah umur 8 bulan di USG ke bidan cuman kata bidan
pada bidan?
Ibu mengatakan “kata bidan ya bagus, pas USG juga sama bidan bagus
bayinya kembar”
94
6. Berapa kali ibu melakukan USG dan pada saat usia kehamilan berapa?
Ibu mengatakan “pernah tapi cuma 2 kali, pas usia 8 bulan semua”
Ibu mengatakan “ke bidan dan ke dokter kandungan di Rumah Sakit Karya
Husada”
Ibu mengatakan “pertama USG ke bidan hasilnya bagus kembar terus kata
bidan harus di rujuk ke dokter kandungan di Rumah Sakit Karya Husada nah
hasil dari dokter kandungan bayinya bagus, kembar dan jenis kelaminnya
perempuan semua”.
kehamilan ke bidan?
haidna, terus di raba perut na pas diraba can ka raba perutna tapi pas di tes
pack mah positif. Teruss dianjurkeun ku bidan teh di suruh makan cukup
sedikit tapi sering, terus di suruh tidur yang cukup, terus sama dikasih
95
tensi, keluhana naon, terus di suruh bobo buat diperiksa perutnya, pas ku
beda buat di USG ke dokter, terus di anjurkan untuk cek lab ke Puskesmas
tekanan darah, dan lingkar lengan atas, dan melakukan anamnesa terhadap
pasien, pada awal kehamilan setelah itu pada awal kehamilan dilakukan
HCG negatif atau positif dan hasilnya positif, karna pasien mengeluh mual
dan pusing anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering dan
istirahat yang cukup setelah itu memberikan terapi terhadap pasien sesaui
keluhan yaitu poldiamer 1x1 sehari untuk mualnya dan paracetamol untuk
fundus uteri dan leopold, setelah itu melihat tanda-tanda kompliksi terhadap
96
karena tidak ada komplikasi oedema, jadi tidak dilakukan pemeriksaan tes
istirahat yang cukup, dan melakukan USG karena pada pemeriksaan palpasi
tidak sesuai dengan kehamilan maka dianjurkan untuk USG takut nanti ada
C. Penatalaksanaan Prarujukan
KPD?
pecah dari jam berapa atau pecah air-air lah kan pasien suka gatau yah itu
ketuban atau bukan jadi dibilangkannya air-air, setelah itu kan pasien
jawabnya 1 hari yang lalu nah kita lakukan pemeriksaan dalam ternyata
terdiagnosa KPD?
pasien”
emas bahwa pasien dengan diagnose ini harus ke rumah sakit gitu”
4. Setelah menerima telpon kembali dari si jari emas, apa yang dilakukan
Bidan mengatakan “setelah mendapatkan telpon balik dari si jari emas, kita
infus dulu pasien dengan cairan RL 20 tpm, setelah itu menganjurkan pada
operan dengan bidan jaganya yang di rumah sakit tersebut bahwa pasien ini
selanjutnya?
D. Penatalaksanaan postpartum
a. Kunjungan 1
melahirkan?
uteri?
14. Bagaimana cara bidan memberikan konseling pada pasien pasca SC?
b. Kunjungan 2 (KF 2)
normal?
Ibu mengatakan “Diparios ku Bidan mah atos sae di raba the ngga
Ibu mengatakan “Diparios ku Bidan tos teu aya luka nanaon tos
atau sesar itu tidak ada yang dipantang, makanan apa saja boleh
Ibu mengatakan “Amun peuting mah sok gentian jeung bapakna jadi
memasukan 2 jari ke perut ibu lah ya, terus setelah melakukan itu
pada saat ditekan dan hasilnya pasien mengatakan tidak sakit pada
kedua kakinya”
teh teu karasa da teu aya rasa pegel teu aya nanaon”.
bangun kan dan di kasih ASI setiap 2 jam sekali. Apabila bayinya
Ibu mengatakan “Nya si dede mah nenna kuat, terus posisi na teh
teu aya nanaon tos bener, terus nyaman-nyaman wae teu aya
nanaon”.
pasiennya itu ngasih tahu kalau tali pusat bayinya sudah lepas
c. Kunjungan 3 (KF 3)
operasi SC nya bagus tidak ada kemerahan tidak ada juga nanah
Ibu mengatakan “Pas di parios ku Bidan mah teu aya nanaon, tos
normal”.
kanan dan kiri dengan cara menekuk telapak kaki sambil menanya
Ibu mengatakan “Teu aya nanaon cuman bayi na kan kembar jadi
sedikit repot”.
pada pasien ada macam-macam KBnya ada yang suntik, pil, IUD,
implan, terus saya mah pilih yang suntuk 3 bulan di suntik pas 40
hari nifas.
104
DAFTAR TILIK
Lembar Observasi:
1. Bidan melakukan pemberian salam pada pasien. “Mangga teh kontrol ya”.
105
air yang keluar 2 hari yang lalu dan masih dirasakan keluar sampai saat
ini.
keterbatasan alat.
7. Bidan melakukan dan menelpon Si Jari Emas bahwa ada pasien dengan
8. Bidan melakukan penginfusan (infus jaga) pada tangan kiri pasien dengan
cairan infus Ranger Laktat (RL) 20 tpm, kondisi ibu saat akan
10. Bidan melakukan operan data ke bidan jaga yang ada di Rumah Sakit
Intan Barokah.
DAFTAR TILIK
Lembar Observasi:
Bidan tidak melakukan kunjungan nifas pertama karena pasien belum pulang dari
rumah sakit.
107
108
DAFTAR TILIK
Persiapan langkah-langkah:
1. Bidan tidak melakukan cuci tangan dengan sabun, karena keterbatasan alat
dan tempat.
36,6oC.
pasien telah mengeluarkan ASI dan tidak ada benjolan dan tidak ada
4. Bidan melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan hasil TFU sudah
luka operasi SC sudah kering dan bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
6. Bidan melakukan diastasi rekti dengan hasil diastasi rekti ibu normal 1/2 .
7-8 jam/hari dan siang hari ± 1-2 jam/ hari. Apabila tidur malam
ibu terganggu ibu bisa istirahat pada siang hari pada saat bayi
melakukannya.
makan telur rebus sehari 6-8 butir/hari dan ibu juga dianjurkan
proses masa nifas ini tidak ada makanan yang dipantang ibu boleh
10. Bidan tidak mencuci tangan karena keterbatasan alat dan tempat.
DAFTAR TILIK
Lembar Observasi:
Persiapan pasien:
Persiapan langkah-langkah:
1. Bidan tidak melakukan cuci tangan dengan sabun, karena keterbatasan alat
dan tempat.
36,6oC.
pasien telah mengeluarkan ASI dan tidak ada benjolan dan tidak ada
4. Bidan melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan hasil TFU sudah
luka operasi SC sudah kering dan bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
6. Bidan melakukan diastasi rekti dengan hasil diastasi rekti ibu normal.
114
nifas sudah bewarna putih (lochea alba) dan darah nifasnya sudah mulai
luka, sakit kepala, rasa lelah dan nyeri punggung. Pasien mengatakan
bahwa tidak ada masalah dalam proses BAK, BAB, proses penyembuhan
luka pun berjalan dengan normal, tidak merasakan sakit kepala, dan nyeri
punggung. Namun, rasa lelah dirasakan oleh pasien karen mengurus bayi
kembar.
dalam mengurus bayi kembarnya, suaminya tidak ikut mngurus setiap hari
sekali.
11. Bidan mengajarkan pasien cara perawatan bayi yang benar seperti,
ibu untuk menjemur bayinya di pagi hari. Pasien mengerti dengan yang
12. Bidan tidak mencuci tangan karena keterbatasan alat dan tempat.
115
13. Bidan juga memberikan tablet penambah darah (Tablet Fe) sebanyak 10