Anda di halaman 1dari 159

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

F DI PUSKESMAS
RAWA BUNTU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2022

Laporan Tugas Akhir

Untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan

Pendidikan D III Kebidanan pada Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I

Disusun oleh :

Thalita Dewi Cahyani

NIM. P17124019035

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2022
i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. F

DI PUSKESMAS RAWA BUNTU KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2022

Oleh :
Thalita Dewi Cahyani
NIM. P17124019035
Telah Di Pertahankan di hadapan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir

Jakarta, ……

Penguji I Penguji II

Nurhayati, SST.,M.Kes Vera Suzana Dewi Haris, STT.,M.Keb

NIP. 198207042006042002 NIP. 919810113201602201

Mengetahui Kaprodi D-III Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Jakarta I

Erlin Puspita, SST., M.Keb

NIP : 198007132002122002

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran allah SWT. Karena dengan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Laporan akhir ini di ajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian Jakarta 1.

Adapun judul laporan tugas akhir ini adalah “ Asuhan Kebidanan


Komprehensif Pada Ny. F Di Puskesmas Rawa Buntu Kota Tangerang Selatan Tahun
2022”. Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis, maka penulis
menyadari sepenuhnya bahwa hasil penulisan laporan ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu segala saran dan kritik penulis harpakan untuk menyempurnakan
laporan akhir ini.

Dengan selesainya penulisan laporan tugas akhir ini penulis menyampaikan


terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta yang telah memberikan banyak dukungan doa,


moril, materil, serta kasih sayang kepada penulis hingga saat ini.
2. Ibu drg Ita Astit karmawati,MARS selaku direktur politeknik
kesehatan kementerian jakarta 1
3. Ibu Erlin Puspita, SST, M.Keb selaku ketua jurusan kebidanan
politeknik kesehatan jakarta 1
4. Ibu Isroni Astuti, S.Si. T.,M.Kes selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis,
sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud
5. Ibu Nurhayati, SST.,M.Kes selaku Penguji I yang telah memberikan
masukan kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terwujud

iv
6. Vera Suzana Dewi Haris, STT.,M.Keb selaku Penguji II yang telah
memberikan masukan kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir
ini dapat terwujud
7. Ibu Dra. Erni, MA.Kes selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi selama penulis
menuntut ilmu di Poltekkes Jakarta I
8. Ibu Yuli Nurkamilawati selaku Clinical Instructor di Puskesmas
Rawabuntu.
9. Ibu Fitriani yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta I yang telah memberikan dukungan baik
berupa motivasi maupun kompetisi yang sehat dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut
andil dalam terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini
Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan
keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………….i


HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………..ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………………..iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………....ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………..1
B. Perumusan Masalah ………………………………………………..3
C. Tujuan Laporan kasus ……………………………………………...3
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………4
E. Keaslian Penelitian ………………………………………………...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Standar Asuhan Kebidanan ……………………………………….6
B. Kewenangan Bidan ……………………………………………….8
C. Asuhan Kebidanan dalam Kehamilan …………………………….11
D. Asuhan Kebidanan dalam Persalinan……………………………...33
E. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir…………………………38
F. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas ……………………………...41
BAB III METODE LAPORAN KASUS
A. Jenis Laporan Kasus………………………………………………48
B. Lokasi dan Waktu…………………………………………………48
C. Subyek Laporan Kasus……………………………………………48
D. Instrumen Laporan Kasus…………………………………………49
E. Teknik Pengumpulan data…………………………………………49
F. Alat dan Bahan…………………………………………………….49

vi
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Lokasi Penelitian………………………………………………….50
B. Tinjauan Kasus……………………………………………………51
BAB V PEMBAHASAN
A. Asuhan Kebidanan dalam Kehamilan …………………………….99
B. Asuhan Kebidanan dalam Persalinan……………………………...105
C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir…………………………110
D. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas ……………………………...113
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan……...………………………………………………….116
B. Saran…………...……………………………………………...……116

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..x
LAMPIRAN………………………………………………………………………xi

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kenaikan BB berdasarkan IMT

Tabel 1.2 TFU sesuai usia kehamilan

Tabel 1.3 Jadwal pemberian imuniasi TT

Tabel 1.4 Penambahan ukuran TFU

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pose Centering

Gambar 1.2 Pose Hand behind back

Gambar 1.3 Pose Head to knee forward bend

Gambar 1.4 Pose Child’s Pose

Gambar 1.5 Pose Happy baby

Gambar 1.6 Pose Cat & cow

Gambar 1.7 Pose Lunges

Gambar 1.8 Pose Lunges twist

Gambar 1.9 Pose Downward facing dog

Gambar 2.1 Pose Tree pose

Gambar 2.2 Pose Squats

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester
pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28
minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli dan
Aspiani, 2017). Setelah proses kehamilan, ibu akan mengalami proses bersalin
yaitu, proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37
sampai 42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia berdasarkan data yang dihimpun
oleh Bill & Melinda Gates Foundation (2021) adalah 152 per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2020
menunjukkan 4.627 kematian dengan AKI sebanyak 230 per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun
2019 sebesar 4.221 kematian (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Jumlah AKI
di Provinsi Banten pada tahun 2019 adalah 215 per 100.000 kelahiran hidup,
angka ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya pada 2018 dengan AKI
135 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2020).
Jumlah kematian bayi pada tahun 2020 sebanyak 28.158 dari seluruh
kematian neonatus yang dilaporkan 72,0% (20.266 kematian) terjadi pada usia
0-28 hari. Sementara 19,1% (5.386 kematian) terjadi pada usia 29 hari – 11
bulan dan 9,9% (2.506 kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan (Kementrian
Kesehatan RI, 2020).
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan
dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti pendarahan,
preeklampsia atau eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan
ibu hamil seperti Empat Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut data SDKI tahun 2002
sebanyak 22,5%, maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan
kehamilan, persalinan dan nifas seperti Tiga Terlambat ( terlambat mengenali
tanda bahaya dan keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor lain yang
berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis, penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus, jantung, gangguan jiwa maupun yang mengalami
kekurangan gizi (Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Upaya penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu


mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu
dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan
pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan. Gambaran
upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari pelayanan kesehatan ibu hamil,

2
pelayanan imunisasi Tetanus bagi wanita usia subur dan ibu hamil, pemberian
tablet tambah darah, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan
ibu nifas, Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), pelayanan kontrasepsi/KB dan
pemeriksaan HIV dan Hepatitis B (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Upaya bidan untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan
meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu, remaja, prahamil.
Bidan di haruskan memberikan pelayanan kebidanan yang kontinyu
(Continuity of Care) mulai dari asuhan kehamilan, persalinan aman dan
bersih, masa nifas essensial dan perawatan bayi baru lahir serta pelayanan KB
yang berkualitas (Prawirohardjo, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menyusun
laporan studi kasus yang mencakup asuhan komprehensif pada masa
kehamilan, bersalin, bayi baru lahir dan nifas. . Studi kasus ini disusun dalam
Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
Ny. F di Puskesmas Rawabuntu Tangerang Selatan”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan
adalah :
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ibu Hamil di
Puskesmas Rawabuntu Tangerang Selatan?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu hamil
sampai dengan nifas dan bayi baru lahir di Puskesmas Rawabuntu
Tangerang Selatan dengan mengacu pada KMK
NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang standar Asuhan Kebidanan.

3
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kehamilan pada Ny. F di Puskesmas Rawa Buntu
b. Melakukan asuhan persalinan pada Ny. F di Puskesmas Rawa Buntu
c. Melakukan asuhan bayi baru lahir pada Ny. F di Puskesmas Rawa
Buntu
d. Melakukan asuhan nifas pada Ny. F di Puskesmas Rawa Buntu

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan kebidanan berkesinambungan pada
Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Neonatus.
2. Manfaat aplikatif
a. Institusi
“Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
pemberian asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
neonatus di Puskesmas Rawabuntu, Tangerang Selatan tahun 2022”
b. Manfaat bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam
asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatus.
c. Manfaat bagi Klien dan masyarakat
Agar klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dari penyulit
yang mungkin timbul pada masa hamil, bersalin, nifas maupun,
neonatus sehingga memungkinkan segera mencari pertolongan untuk
mendapatkan penanganan.

4
E. Keaslian Penelitian
Studi kasus atau penelitian sejenis pernah dilakukan oleh :
1. Santi Medika Sela (2021), dengan judul Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny. L Di Pmb Herni Am.Keb Pamulang Tangerang Selatan dengan
hasil Ny. L mendapatkan asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir
dan nifas dengan baik
2. Amelia Safitri (2020), dengan judul Asuhan Kebidanan Komprehensif
pada Ny. E di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
dengan hasil Ny. L mendapatkan asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir dan nifas dengan baik. Persalinan Ny. E dilakukan secara section
cesarean atas indikasi Oligohidrmanion.

Perbedaan penulisan laporan kasus ini dengan laporan kasus


sebelumnya adalah lokasi pengambilan kasus, pasien yang ditangani,
asuhan yang diberikan, waktu pelaksanaan asuhan, laporan kasus.
Pada studi kasus ini penulis melakukannya di Puskesmas Rawabuntu
Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari 2022 sampai dengan bulan
Maret 2022. Keaslian laporan studi kasus ini dengan bukti dokumentasi yang
dilampirkan oleh penulis.

5
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Kompetensi Bidan


Asuhan Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
Kebidanan.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam
(KEPMENKES RI) Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang standar
kompetensi Bidan, standar kompetensi bidan terdiri dari tujuh area
kompetensi yang meliputi :
1. Etik legal dan keselamatan klien
Kompetensi inti yang harus dimiliki lulusan bidan adalah mampu
melaksanakan praktik kebidanan dengan menerapkan etika, legal, dan
keselamatan klien dalam seluruh praktik dan pelayanan kebidanan untuk
perwujudan profesionalisme Bidan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
2. Komunikasi efektif
Kompetensi inti yang harus dimiliki lulusan bidan adalah mampu
melakukan praktik kebidanan dengan menggunakan teknik komunikasi
efektif untuk interaksi dengan klien, Bidan, tenaga kesehatan lain, dan
masyarakat dalam bentuk anamnesis, konseling, advokasi, konsultasi, dan
rujukan, dalam rangka memenuhi kebutuhan klien, dan menjaga mutu
pelayanan kebidanan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
3. Pengembangan diri dan profesionalisme
7

Kompetensi inti yang harus dimiliki lulusan bidan adalah Mampu


melakukan praktik kebidanan dengan memahami keterbatasan diri,
kesadaran meningkatkan kemampuan profesional, dan mempertahankan
kompetensi yang telah dimiliki, serta senantiasa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memberikan pelayanan kebidanan
yang terbaik bagi masyarakat dan semua pemangku kepentingan
(Kementrian Kesehatan RI, 2020).
4. Landasan ilmiah praktik kebidanan
Kompetensi inti yang harus dimiliki lulusan bidan adalah Mampu
melakukan praktik kebidanan dengan mengaplikasi ilmu biomedik,
kebidanan, ilmu kesehatan anak, sosial budaya, kesehatan masyarakat,
biokimia, fisika kesehatan, dan farmakologi, perilaku, humaniora, hukum
kesehatan, komunikasi secara terintegrasi untuk pemberian asuhan
kebidanan komprehensif secara optimal, terstandar, aman, dan efektif
(Kementrian Kesehatan RI, 2020).
5. Ketrampilan klinis dalam praktik kebidanan
Kompetensi inti yang harus dimiliki lulusan bidan adalah mampu
mengaplikasikan ketrampilan klinis dalam pelayanan kebidanan
berlandasakan bukti (evidence based) pada setiap tahap dan sasaran
pelayanan kebidanan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
6. Promosi kesehatan dan konseling
Kompetensi inti yang harus dimiliki lulusan bidan adalah mampu
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kualitas kesehatan perempuan, dan anak dalam bentuk-
bentuk edukasi dan konseling masalah-masalah kesehatan khususnya
dalam bidang reproduksi perempuan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
7. Manajemen dan kepemimpinan
Kompetensi inti yang harus dimiliki lulusan bidan adalah mampu
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi dalam pelayanan kebidanan
sehingga mampu menetapkan prioritas dan menyelesaikan masalah

7
dengan menggunakan sumber daya secara efisien (Kementrian Kesehatan
RI, 2020).

Kompetensi bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara


komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. (Kementrian Kesehatan
RI, 2020)

B. Kewenangan Bidan
Menurut UU No.4 tahun 2019 terkait penyelenggaraan izin dan praktik
Bidan bahwa dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah
memiliki kualifikasi jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan dan setiap
Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya.
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan
1. Pelayanan kesehatan ibu
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
Pasal 49 persalinan normal;
d. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan
Ibu hamil, bersalin, nifas, dan rujukan; dan
f. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan (Kemenkes RI,
2019b).
2. Pelayanan kesehatan anak

8
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak bidan
berwenang :
Pasal 50
a. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan
anak prasekolah;
b. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh
kembang, dan rujukan; dan
d. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir dilanjutkan dengan rujukan (Kemenkes RI, 2019b).
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
Pasal 51 perempuan dan keluarga berencana bidan berwenang melakukan
a. Komunikasi, informasi, edukasi, dan konseling
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Kemenkes RI, 2019b).

Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan bidan dalam memberikan


pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No.28 tahun 2017 yang berisi :
1. Pelayanan kesehatan ibu
Pelayanan kesehatan Ibu diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan Ibu, Bidan
berwenang melakukan :
Pasal 19 a. Episiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat i dan ii

9
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
i. Penyuluhan dan konseling
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran (Kementrian
Kesehatan RI, 2017).
2. Pelayanan kesehatan anak
Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak prasekolah. Dalam memberikan pelayanan kesehatan
anak, Bidan berwenang melakukan :
a. Pelayanan neonatal esensial
1) Inisiasi menyusui dini
2) Pemotongan dan perawatan tali pusat
3) Pemberian suntikan vit K1
4) Pemberian imunisasi HB0
5) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pasal 20
6) Pemantauan tanda bahaya
7) Pemberian tanda identitas diri
8) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan
tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu
(Kementrian Kesehatan RI, 2017).
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan
jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung

10
2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;
3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan
kering
4) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
dengan infeksi gonore (GO).
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
1) Penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, dan
pengukuran tinggi badan
2) Stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh
kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
d. Konseling dan penyuluhan
1) Pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan
keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda
bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi
seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang (Kementrian Kesehatan RI,
2017).
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana Bidan berwenang melakukan :
Pasal 21 a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan (Kementrian
Kesehatan RI, 2017).

11
C. Asuhan Kebidanan dalam Kehamilan
1. Pengertian kehamilan dan Antenatal Care

Kehamilan adalah peristiwa yang didahului oleh bertemunya sel telur


dengan sperma. Proses kehamilan akan berlangsung selama 10 bulan
lunar, atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu, 280 hari yang dihitung dari
hari pertama periode menstruasi terakhir.(Wagiyo dan Putrono, 2016)
Antenal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
kepada wanita selama hamil untuk melakukan pemantauan kesehatan
secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin
serta untuk mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu
siap menghadapi peran baru sebagai orang tua. Tujuan ANC adalah
melindungi dan menjaga kesehatan serta kehidupan ibu dan janin
selama kehamilan dengan mempertimbangkan sosio kultural keluarga
(meliputi status ekonomi, tingkat pendidikan dan support system)
(Wagiyo and Putrono, 2016)
Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal
minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di
Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di
Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3.(Kemenkes RI, 2020)
2. Standar Pelayanan Antenatal Care
Standar antenatal adalah pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil
dengan memenuhi kriteria 10T yang meliputi :
1) Timbang dan ukur tinggi badan
Timbang BB dan pengukuran TB penting untuk mengetahui
pertambahan BB yang normal pada ibu hamil berdasarkan massa
tubuh (IMT : Indeks Massa Tubuh), dimana metode ini menentukan
pertambahan optimal selama masa kehamlan (Sari, 2015).

12
Berat Badan ²(Kg)
Rumus IMT =
Tinggi badan( Meter )

Sumber : (Sari, 2015)


Gambar 1.1 Peningkatan BB Ibu hamil berdasarkan IMT

Sumber : (Kementrian Kesehatan RI, 2020)


2) Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai
dasar selama kehamilan. Tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140
mmHg atau diastolic 90 mmHg pada awal pemeriksaan dapat
mengindikasi potensi hipertensi.
3) Nilai status gizi

13
Pengukuran LiLA dilakukan pada kontak pertama untuk deteksi ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis
disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan
telah berlangsung lama, karena Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Cara melakukan
pengukuran LiLA:
a) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan meteran,
b) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita
LiLA, baca menurut tanda panah,
c) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan pita pengukur.Adapun nilai normal LiLA adalah 23,5cm
(Kementrian Kesehatan RI, 2010)
4) Tinggi Fundus Uteri
Mengukur TFU berguna untuk mengetahui besarnya rahim, taksiran
berat janin, menentukan usia kehamilan dan menentukan letak janin
dalam rahim. Sebelum usia kehamilan 12 minggu, fundus uteri belum
dapat diraba dari luar. Normalnya tinggi fundus uteri pada usia
kehamilan 12 minggu adalah 1-2 jari di atas simphysis
Tabel 1.2 TFU sesuai usia kehamilan
Usia Kehamilan Leopold TFU (cm)
(minggu)
12 minggu 3 jari atas simfisis
16 minggu Pertengahan pusat
dan simfisis
20 minggu 3 jari bawah pusat
24 minggu Sepusat 24-25 cm
28 minggu 3 jari atas pusat 26,7 cm
32 minggu Pertengahan pusat 29,5-30 cm

14
dan processus
xifoideus (px)
36 minggu 1-2 jari bawah px 32 cm
40 minggu 2-3 jari bawah px 37,7 cm
5) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Adapun pemeriksaan
Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16
minggu atau 4 bulan. DJJ lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ
cepat lebih dari 160x/menit menunjukkan adanya gawat janin
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
6) Tetanus Toxoid
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Pemberian
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada kehamilan umumnya diberikan 2
kali saja imunisasi pertama diberikan pada usia 16 minggu untuk yang
ke dua diberikan 4 minggu kemudian, akan tetapi untuk
memaksimalkan perlindungan maka dibuat jadwal pemberian
imunisasi pada ibu (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Tabel 1.3 Jadwal pemberian imunisasi TT
Imunisasi Interval Masa Perlindungan
TT 1 - Langkah awal
pembentukan
kekebalan tubuh
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 Seumur hidup

15
Sumber : (Sari, 2015)

7) Tablet Fe (minimal 90 tablet selama hamil)


Zat besi pada ibu hamil adalah mencegah defisiensi zat besi pada ibu
hamil, bukan menaikan kadar hemoglobin. Wanita hamil perlu
menyerap zat besi rata-rata 60 mg/hari, kebutuhannya meningkat
secara signifikan pada trimester 2, karaena absorpsi usus yang tinggi.
Tablet zat besi sebaiknya tidak diminum dengan teh atau kopi, karena
akan mengganggu penyerapan. Jika ditemukan anemia berikan 2-3
tablet zat besi perhari (Kementrian Kesehatan RI, 2010)
8) Tes atau Periksa Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada Ibu hamil terdiri dari :
a) Pemeriksaan golongan darah, pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah saja, melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan (Departemen
Kesehatan RI, 2013).
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), dilakukan pada ibu
hamil minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada
trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu
hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya
karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan (Sari, 2015)
c) Pemeriksaan protein dalam urin, dilakukan pada ibu hamil
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya preeclampsia pada ibu
hamil (Kementrian Kesehatan RI, 2010).

16
d) Pemeriksaan kadar gula darah, ibu hamil yang dicurigai menderita
diabetes mellitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama
kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester kedua dan sekali pada trimester ketiga (Departemen
Kesehatan RI, 2013).
e) Pemeriksaan darah malaria, semua ibu hamil di daerah endemis
harus dilakukan pemeriksaan darah malaria dalam rangka screning
pada kontak pertama. Sedangkan ibu hamil di daerah non endemis
malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi
(Departemen Kesehatan RI, 2013).
f) Pemeriksaan tes sifilis, dilakukan di daerah dengan risiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan Sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan (Departemen Kesehatan
RI, 2013).
g) Pemeriksaan HIV, terutama untuk daerah dengan risiko tinggi
kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil
setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk
menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV
(Departemen Kesehatan RI, 2013).
9) Tata laksana atau penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan (Departemen Kesehatan RI, 2013)
10) Temu wicara
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan
kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi dan persiapan rujukan.
Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,

17
riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan pengetahuan klien.
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan
(Departemen Kesehatan RI, 2013).
3. Faktor Risiko pada Ibu hamil
a. Hamil lebih dari 35 tahun
Usia ibu hamil saat hamil > 35 tahun merupakan salah satu faktor
resiko tinggi ibu hamil. Apabila kehamilan diatas usia 35 tahun dapat
mempengaruhi kondisi ibu,usia ibu hamil >35 tahun memiliki
hubungan signifikan dengan preeklamsia, kelahiran bayi premature,
berat badan lahir rendah, dan seksio sesarea. Penyakit hipertensi
dapat menyebabkan preeklamsia, dan mempengaruhi pertumbuhan
plasenta yaitu hypertropi plasenta (Aghamohammadi and Nooritajer,
2012).
b. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang
Jarak persalinan terakhir dengan kehamilan apabila kurang dari 12
bulan meningkatkan kemungkinan risiko prematur. Anemia juga
lebih sering terjadi jika interval antarkehamilan kurang dari satu
tahun (Wheeler, 2008).
Ibu hamil dengan persalinan terakhir > 10 tahun yang lalu. Ibu dalam
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah mengalami persalinan yang
pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi :
1) Persalinan dapat berjalan tidak lancar
2) Perdarahan pasca persalinan
3) Penyakit ibu hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-
lain.
c. Anemia
Dampak anemia pada kehamilan terhadap bayi dapat mengakibatkan
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, abortus, kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah atau BBLR, bayi lahir dengan

18
anemia mudah infeksi, dan pertumbuhan setelah lahir dapat
mengalami hambatan. Sedangkan dampak anemia bagi ibu dapat
terjadi persalinan lama, distosia memerlukan tindakan operatif dan
perdarahan postpartum (Saifuddin, 2010)
4. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan Trimester III
a. Uterus
Uterus akan bertambah besar, beratnya meningkat dari 30 gram
menjadi 1000 gram dengan ukuran 32 x 24 x 22 cm dengan kapasitas
4000 cc. Perbesaran ini disebabkan oleh hypertrofi dari otototot
rahim, tetapi pada kehamilan muda terbentuk serabutserabut otot
yang berhubungan, termasuk jaringan fibroelastik, darah dan saraf.
(Rukiyah, Yulianti and Dkk, 2014).

Tabel 1.4 Penambahan Ukuran TFU


Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari diatas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari bawah pusat
24 Setinggi pusat
29 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus
xipoideus (px)
36 3 jari dibawah prosesus
xipoideus (px)
40 Pertengahan pusat-prosesus
xipoideus (px)
Sumber : (Kamariyah, Anggasari and Muflihah, 2014)

19
b. Ovarium
Pada masa kehamilan, ovulasi terhenti. Indung telur yang
mengandung kospus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu
yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesterone
(Prawirohardjo, 2014)
c. Traktus Urinaria
Pada akhir kehamilan, akan terjadi poliuria akibat kepala janin sudah
mulai turun ke pintu atas panggul menekan kandung kemih dan
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada
kehamilan, sehingga filtrasi di glomerulus juga meningkat
(Prawirohardjo, 2014).
d. Sistem gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus
bagian bawah sehingga terjadi sembelit (konstipasi). Wanita hamil
sering mengalami Heartburn (rasa panas di dada) dan sendawa, yang
kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan
(Kumalasari, 2015).
e. Sistem Kardiovaskuler
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Sel
darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah merah
tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi
hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Secara fisiologis,
hemodilusi terjadi untuk membantu meringankan kerja jantung.

20
Hemodilusi terjadi sejak usia kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu
sebelum hamil berkisar 11 gr% , maka dengan terjadinya hemodilusi
akan mengakibatkan anemia fisiologis dan Hb ibu akan menurun
menjadi 9,5-10,0 gr% (Kumalasari, 2015).
5. Perubahan Psikologis pada kehamilan Trimester III
Perubahan psikologis pada masa kehamilan Trimester III , yaitu:
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan
tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
f. Merasa kehilangan perhatian
g. Perasaan mudah terluka (sensitif) & Libido menurun (Walyani, 2015)
6. Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III
a. Edema Dependen
Edema dependen atau edema fisiologis yang dialami ibu hamil
trimester 3, edema terjadi karena penumpukan mineral natrium yang
bersifat menarik air, sehingga terjadi penumpukan cairan di jaringan.
Hal ini ditambah dengan penekanan pembuluh darah besar di perut
sebelah kanan (vena kava) oleh rahim yang membesar, sehingga darah
yang kembali ke jantung berkurang dan menumpuk di tungkai bawah.
Penekanan ini terjadi saat ibu berbaring terletang atau miring ke
kanan. Oleh karena itu, ibu hamil trimester 3 disarankan untuk
berbaring ke arah kiri (Walyani, 2015).
b. Nokturia

21
Nokturia atau sering kencing yaitu suatu kondisi pada ibu hamil yang
mengalami peningkatan frekuensi untuk berkemih dimalam hari yang
dapat mengganggu kenyamanan pasien sendiri karena akan terbangun
beberapakali untuk buang air kecil. Hal ini terjadi karena adanya aliran
balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring
pada posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi menekan
pembuluh darah panggul dan vena cava inferior, hal ini dapat diatasi
dengan mengurangi jumlah konsumsi air dimalam hari menjelang tidur
(Walyani, 2015).
c. Konstipasi
Konstipasi / sembelit pada ibu hamil terjadi akibat penurunan gerakan
peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika
terjadi peningkatan jumlah progesteron. Selain itu, pergeseran dan
tekanan yang terjadi pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian
presentasi juga dapat menyebabkan konstipasi, ibu dapat
mengonsumsi makanan tinggi serat dan minum air minimal 2 liter
perhari (Walyani, 2015)
d. Sesak Nafas
Seiring bertambahnya usia kehamilan, uterus mengalami pembesaran
hingga terjadi penekanan diagfragma. Selain itu diagfragma ini akan
mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan (Walyani,
2015).

e. Nyeri ulu hati


Nyeri ulu hati sangat umum ditemui selama kehamilan terutama pada
trimester 3. Gejalanya berupa rasa terbakar atau nyeri pada area
retrosternum dada, terutama saat sedang berbaring. Jika
berkepanjangan, nyeri ini mungkin merupakan gejala refluks esofagitis

22
akibat regurgitasi isi lambung yang asam. Pada ibu hamil nyeri ulu
hati disebabkan oleh pengaruh berat uterus selama kehamilan yang
mengganggu pengosongan lambung, juga karena pengaruh
progesteron yang yang merelaksasi spingter esofagus bawah (kardiak).
Salah satu penangannya yaitu menganjurkan ibu untuk menggunakan
bantalan saat tidur, caranya menompang uterus dengan bantal
dibawahnya dan sebuah bantal diantara lutut pada waktu berbaring
miring (Kamariyah, 2014)
7. Gejala dan tanda bahaya dalam kehamilan
Tanda bahaya yang terjadi pada ibu hamil dengan umur kehamilan lanjut
ialah:
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat dan menetap
c. Gangguan penglihatan
d. Nyeri abdomen
e. Bengkak pada muka dan tangan
f. Janin kurang bergerak seperti biasa(Kamariyah, Anggasari and
Muflihah, 2014)
8. Penatalaksanaan Antenatal care selama COVID-19
a. Upaya pencegahan umum
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20
detik. Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci
tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), dan sebelum makan.
2) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci

23
3) Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit
atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak
beraktivitas di luar.
4) Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
5) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada
tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk (Kemenkes RI, 2020).
b. Antenatal Care selama pandemic Covid-19
1) Wanita hamil yang termasuk pasien dalam pengawasan (PDP)
COVID-19 harus segera dirawat di rumah sakit (berdasarkan
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19).
Pasien dengan COVID-19 yang diketahui atau diduga harus
dirawat di ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah
sakit tidak memiliki ruangan isolasi khusus yang memenuhi syarat
Airborne Infection Isolation Room (AIIR), pasien harus ditransfer
secepat mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus
tersedia (Kemenkes RI, 2020).
2) Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap
dilakukan(Kemenkes RI, 2020).
3) Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu
dengan infeksi terkonfirmasi maupun PDP sampai ada
rekomendasi dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan
selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi (Kemenkes RI,
2020).
4) Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus
mempertimbangkan analisis risk benefit dengan menimbang
potensi keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi janin. Saat ini
tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk pengobatan
COVID-19, walaupun antivirus spektrum luas digunakan pada

24
hewan model MERS sedang dievaluasi untuk aktivitas terhadap
SARS-CoV-2 (Kemenkes RI, 2020).
5) Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19
pasca perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14
hari setelah periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini
dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh.
Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan
pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut.
Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan janin
(IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa dua pertiga
kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta
terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi
diperlukan (Kemenkes RI, 2020).
6) Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak
melakukan perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran
perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter
harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari
terakhir dari daerah dengan penyebaran luas SARS-CoV-2
(Kemenkes RI, 2020).
9. Kebugaran pada Ibu Hamil
a. Pengertian Prenatal Yoga
Bentuk latihan olah tubuh untuk ibu hamil yang menggabungkan
postur yoga dan nafas dengan gerakan yang mengalir dan terus
menerus dengan lembut dan perlahan penuh kesadaran tetapi dinamis
sehingga membawa energi pada tubuh wanita hamil (Pratignyo, 2014)
b. Manfaat Prenatal Yoga
1) Meningkatkan stamina dan kekuatan tubuh dan Menjaga posisi
tubuh bumil pada posisi yang baik. 
2) Meningkatkan sirkulasi peredaran darah 

25
3) Mempersiapkan otot pinggul dan dasar panggul lebih lentur
menjelang persalinan 
4) Mengoptimalkan organ pernafasan. 
5) Meredakan dan mengatasi sakit punggung atas, punggung bawah,
sakit pinggul, rasa tidak nyaman di dasar panggul, kram pada
kaki .
6) Memproduksi Endorphin, meredakan stres dan kecemasan
7) Meningkatkan kwalitas tidur 
8) Mempercepat pemulihan pasca persalinan dan Mencegah kelainan
psikis pasca persalinan (postpartum blues) (Pratignyo, 2014).
c. Kontrindikasi Prenatal Yoga
1) Anemia gravidarum
2) Hyperemesis gravidarum
3) Kehamilan ganda
4) Sesak nafas
5) Tekanan darah tinggi
6) Nyeri pinggang,pubis, dada
7) Tidak tahan dengan tempat panas atau lembab
8) Mola hydatidosa
9) Perdarahan pada kehamilan
10) Kelainan jantung
11) Perokok dan PEB (Pre eklamsia berat) (Pratignyo, 2014).
d. Postur-postur dalam Prenatal Yoga
a. Centering
1) Letakan satu tangan didada dan satu tangan di perut bagian
tengah .
2) Tarik napas melalui hidung, rasakan perut bagian atas
mengembang lembut sehingga mendorong tangan keluar..

26
3) Lakukan selama beberapa kali putaran sambil memejamkan
mata agar terasa lebih nyaman(Pratignyo, 2014)
Gambar 1.1 Pose Centering

b. Hand behind back


1) Letakkan tangan pada matras dibelakang
2) Lakukan peregangan dada atas dan bahu (Pratignyo, 2014)

Gambar 1.2 Pose Hand behind back

c. Head to knee forward bend


1) Satu kaki lurus satu kaki lipat telapak kaki rapatkan pada paha
dalam kaki yang lurus.

27
2) Tangan yang satu di lantai tangan yang lain pegang jari kaki
yang lurus 
3) Luruskan punggung, jauhkan bahu dari telinga .
4) Meregangkan pinggul, punggung dan pangkal paha, juga
menstimulasi pencernaan (Pratignyo, 2014).
Gambar 1.3 Pose Head to knee forward bend

d. Child’s Pose
1) Lutut melebar, duduk pada posisi siku, dan tarik tangan
kedepan dekan bagian depan kepala kebawah
2) Posisi untuk istirahat 
3) Menstreching punggung dan dasar panggul 
4) Tekan tengah dahi di matras sebagai titik relaksasi 
5) Bantal/block busa dapat diletakan di dahi jika perut terasa
kurang nyaman
6) Angkat pinggul jika perut menempel di matras (Pratignyo,
2014)
Gambar 1.4 Pose Child’s Pose

28
e. Happy Baby Pose
1) Berbaring lalu buka kaki tekuk lutut ayunkan tubuh ke
samping kanan dan kiri untuk menghindari tekanan vena
cava.
Gambar 1.5 Pose Happy Baby

f. Cat & Cow


1) Pastikan telunjuk mengarah ke depan posisikan pada jam
12, posisi tangan di bawah bahu, lutut sejajar dengan paha
2) Punggung lurus, tarik nafas angkat kepala lihat satu titik
antara alis
3) Buang nafas, tekan telapak tangan pada matras, tarik dagu
ke dada dorong punggung ke atas dan tulang ekor arahkan
ke depan, posisi ini dapat dilakukan setiap hari 

29
4) Posisi ini baik dilakukan apabila posisi bayi anda masih
dalam posisi sungsang sehingga bayi berputar ke posisi
optimal dilahirkan 
5)  Baik dilakukan menjelang persalinan / saat kontraksi
untuk melenturkan punggung dan pinggul dan melatih otot
dasar panggul (Pratignyo, 2014)

Gambar 1.6 Pose Cat and Cow

g. Lunges
1) Telapak tangan di dekatkan, salah satu kaki (kanan/kiri)
kedepan di luar telapak tangan (kanan/kiri)
2) Tekuk jari kaki belakang, angkat lutut kaki belakang
panjangkan punggung (Pratignyo, 2014).

Gambar 1.7 Pose Lunges

30
h. Lunge Twist
a) Siku disimpan ditengah paha, panjangkan lengan yang lain
ke atas lalu putar ke belakang diikuti dada atas,telapak
tangan menghadap ke atas, pandangan mata arahkan pada
tangan yang diputar belakang, bahu jauhkan dari telinga
(Pratignyo, 2014).

Gambar 1.8 Pose Lunges Twist

i. Downward Facing Dog


1) Benamkan telapak tangan dengan kuat di matras, arahkan
pinggul ke langit–langit, buka kaki selebar pinggul atau
sesuaikan usia kandungan. 
2) Meregangkan dan menguatkan punggung, paha
belakang(hamstring) dan lengan (Pratignyo, 2014).
Gambar 1.9 Pose Downward Facing Dog

31
j. Tree Pose
1) Berdiri tegak lalu siapkan satu kaki, simpan telapak kaki
yang lain di mata kaki dalam. Tegakan punggung, angkat
kedua tangan (Pratignyo, 2014).

Gambar 2.1 Pose Tree Pose

k. Squats
1) Jongkok dengan posisi paha dibuka lebar  Satukan telapak
tangan di depan dada simpan kedua siku di sisi dalam
paha tekan lembut, panjangkan punggung, jauhkan bahu
dari telinga

32
2) Meregangkan dan melenturkan otot dasar panggul,
meningkatkan fleksibilitas sendi panggul. (Pratignyo,
2014)
Gambar 2.2 Pose Squats

D. Asuhan Kebidanan dalam Persalinan


1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin(Asri and Clervo, 2012)
2. Tanda-tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan adalah
a. Rasa sakit karena adanya kontaksi uterus yang progresif, teratur,
yang meningkat kekuatan frekuensi dan durasi.
b. Rabas vagina yang mengandung darah (bloody show)
c. Kadang-kadang selaput ketuban pecah spontan
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah
lengkap (Asri and Clervo, 2012).
3. Tahapan Persalinan

33
a. Kala I
Persalinan Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase Laten, dimana pembukaan serviks dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara,
bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung selama 7-8 jam
(Mochtar, 2012a). Yang perlu dicatat di lembar observasi pada
kala I fase later; yaitu :
a) Denyut jantung janin (DJJ) diperiksa setiap 1 jam.
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus diperiksa setiap 1
jam
c) Nadi diperiksa setiap 30-60 menit
d) Suhu tubuh diperiksa setiap 4 jam
e) Tekanan darah diperiksa setiap 4 jam
f) Pembukaan serviks dan penurunan kepala diperiksa setiap
4 jam sekali (Mochtar, 2012)
2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6
jam dan dibagi dalam 3 subfase. Partograf harus digunakan
untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sampai
dengan kelahiran bayi sebagai elemen penting asuhan
persalinan, partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (Mochtar,
2012a).
Penatalaksanaan kala I yaitu,
1) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh Ibu seperti
suami atau anggota keluarga lain
2) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan
janin dalam keadaan baik
3) Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum untuk
menambah tenaga
4) Menyarankan Ibu untuk tidak menahan BAB/BAK

34
5) Melakukan masase pada area punggung bawah bila Ibu suka
6) Mengajarkan Ibu teknik pernafasan dikala ada his dan relaksasi
dikala tidak ada his
7) Evaluasi keadaan Ibu dan janin
b. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Prawirohardjo,
2014)
1) Tanda dan gejala kala II
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan
durasi 50-100 detik
b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah dan ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
c) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
d) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum
dan/ atau vagina
e) Perineum terlihat menonjol
f) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
(Prawirohardjo, 2014)
c. 60 langkah APN
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva –vagina dan spingter anal membuka

35
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/ pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua
permeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengotaminasi tabung suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika
mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersihkannya dengan cara seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan jika terkontaminasi (eletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

36
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
(seperti diatas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(100-180 x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
bayi. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan pendokumentasikan temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan member semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginanuntuk meneran.

37
b) Mendukung dan member semangat atas usaha ibu
untukmeneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang)
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Mengajurkan asupan per oral.
g) Menilai DJJ setiap 5 menit.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara,
merujuk segera.
i) Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran
dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan
segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perutibu untuk mengeringkan
bayi
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
16) Membuka partus set
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

38
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapasi dengan
kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Meganjurkan ibu
meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kassa yang bersih
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi:
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu
untuk meneran saatkontraksi berikutnya, dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu
anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga

39
tubuh bayi saat dilahirkan menggunakan tangan anterior (bagian
atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi
mengalami asfiksia, lakukan resusitasi
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan
oksitoksin/i.m
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah
ibu)
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusatdi anatara dua klem tersebut.
29) Menegeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan dengan kain atau selimut yang bersih
dan kering, menutupi bagian kepala bayi membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30) Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.

40
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua
32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitoksin 10 unit I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat
di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
b) Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
1) Mengulangi pemberian oksitoksin 10 unit I.M
2) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika
perlu
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

41
4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika
selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks
ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem
atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika
uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
Asuhan persalinan pada kala IV
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik

42
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat
tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5%.
47) Meneyelimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
vagina.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia
uteris
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukukan penjahitan dengan anestesia lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.

43
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperatur suhu tubuh sekali setiap jam
selama dua jam pertama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai dengan temuan yang
tidak normal
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
pakaian setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam
tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi
tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar untuk
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
d. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh prosesnya

44
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo,
2014)
1) Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri.
b) Tali pusat memanjang, tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva
c) Semburan darah mendadak dan singkat, darah yang
terkumpul dielakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi (Prawirohardjo,
2014)
2) Penatalaksanaan Kala III (Manajemen Aktif Kala III)
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan
pasca persalinan (Prawirohardjo, 2014).
Penatalaksanaannya meliputi :
a) Pemberian oksitosin dengan segera Oksitosin dapat
diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi
b) Pengendalian tarikan pada tali pusat.
(1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat
diatas simfisis pubis. Selama kontraksi tangan
mendorong korpus uteri dengan Gerakan dorso
kranial-kearah belakang dan kearah ibu.
(2) tangan yang satu memegang tali pusat
denganklem 5-6 cm di depan vulva
(3) jaga tahanan ringanpada tali pusat dan tunggu
adanyakontraksi kuat (2-3 menit)
(4) Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada
tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan
yang sama dengan tangan ke uterus

45
(5) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan
menggunakan tangan atau klem pada tali pusat
mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan
gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan
lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta
dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban.
c) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
(1) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan,
masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal
ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan pascapersalinan. Jika uterus
tidak berkontraksi kuatselama 10-15 detik, atau
jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan
kompresi bimanual dalam. Jika atonia uteritidak
teratasi daam waktu 1-2 menit, ikuti protokol
untuk perdarahan pascapersalinan (Saifuddin, 2018).
d) Pemantauan kala III
(1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi
yang kedua. Jika ada maka tunggu sampai bayi
kedua lahir
(2) Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil,
jika tidak rawat bayi segera
e) Pemeriksaan kelengkapan plasenta, selaput ketuban, dan
tali pusat
Pastikan seluruh plasenta lahir lengkap dengan
memeriksa:
(1) Letakkan plasenta di atas bagian yang datar

46
(2) Periksa sisi maternal (yang menempel pada dinding
uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap
dan utuh tidak ada bagian yang hilang (jumlah
kotiledon)
(3) Periksa plasenta bagian fetal (yang menghadap ke
janin) untuk memastikan tidak ada kemungkinan
hubungan dengan plasenta lain (suksenturiata)
(4) Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
dengan mempertemukan setiap tepi selaput ketuban
(5) sambil diamati ada tidaknya tanda robekan dari tepi
selaput ketuban
(6) Periksa panjang tali pusat, bentuk tali pusat (besar,
kecil, atau terpilin-pilin), insersi tali pusat (sentralis,
lateralis, marginalis, velamentosa), dan jumlah vena
dan arteri pada tali pusat.
(7) Ukuran Plasenta : Berbentuk bundar atau hampir
bundar dengan diameter 15-20 cm, tebal ±2,5 cm,
beratnya rata-rata 500 gr, jumlah kotiledon 15-20
buah

e. Kala IV
Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama postpartum. Dimulai dai saat lahirnya plasenta sampai
2 jam pertama setelah lahir. Masa ini merupakan masa paling kritis
untuk mencegah kematian ibu kematian di sebabkan oleh
perdarahan (Kumalasari, 2015)
Penanganan pada kala IV:

47
1) Memeriksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, massase
terus sampai menjadi keras.
2) Memeriksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua
3) Menganjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
4) Membersihkan perineum ibu dan mengenakan pakaian ibu
yang bersih dan kering.
5) Membiarkan ibu istirahat dan membiarkan bayi pada dada
ibuuntuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi dan inisiasi
menyusu dini.
6) Memastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam setelah melahirkan.
7) Mengajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana
memeriksa fundus dan menimbulkn kontraksi serta tanda –
tanda bahaya bagi ibu dan bayi (Kumalasari, 2015)
f. Asuhan Persalinan selama pandemic COVID-19
1) Pemilihan metode persalinan harus mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya, fasilitas di rumah sakit, tata ruang
perawatan rumah sakit, ketersediaan APD, kemampuan
laksana, sumber daya manusia, dan risiko paparan terhadap
tenaga medis dan pasien lain.
2) Indikasi induksi persalinan atau SC sesuai indikasi obstetrik,
indikasi medis, atau indikasi kondisi ibu atau janin.
3) Ibu dengan COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi di ruang
bersalin, dilakukan penanganan tim multidisiplin yang terkait
meliputi dokter paru/penyakit dalam, dokter kebidanan dan
kandungan, anestesi, bidan, dokter spesialis anak dan perawat
perinatologi.

48
4) Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan jumlah anggota
staf yang memasuki ruangan dan unit, harus ada kebijakan
lokal yang menetapkan personil yang ikut dalam perawatan.
Hanya satu orang (pasangan/ anggota keluarga) yang dapat
menemani pasien. Orang yang menemani harus diinformasikan
mengenai risiko penularan dan mereka harus memakai APD
yang sesuai saat menemani pasien.
5) Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik
standar, dengan penambahan pemeriksaan saturasi oksigen
yang bertujuan untuk menjaga saturasi oksigen > 94%, titrasi
terapi oksigen sesuai kondisi.
6) Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa
laporan kasus di Cina, apabila sarana memungkinkan
dilakukan pemantauan janin secara kontinyu selama persalinan
7) Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan
suspek atau terkonfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi
urgency-nya, dan apabila memungkinkan ditunda untuk
mengurangi risiko penularan sampai infeksi terkonfirmasi atau
keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi tidak dapat
ditunda maka operasi dilakukan sesuai prosedur standar dengan
pencegahan infeksi sesuai standar APD.
8) Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar.
9) Seksio sesarea dapat dilaksanakan di dalam ruangan
bertekanan negatif atau dapat melakukan modifikasi kamar
bedah menjadi bertekanan negatif (seperti mematikan AC atau
modifikasi memungkinkan). lainnya yang
10) Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala,
dipertimbangkan keadaan secara individual untuk melanjutkan

49
observasi persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat jika
hal ini akan memperbaiki usaha resusitasi ibu
g. Asuhan kebugaran pada Ibu bersalin
Birth ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana menggunakan
bola. Kata birth ball dapat diartikan ketika latihan
dengan menggunakan bola diterapkan untuk ibu hamil, ibu
melahirkan dan ibu pasca melahirkan (Oktafia dkk, 2012).
Pelvic Rocking dengan Birthing Ball adalah menggoyang panggul
dengan menggunakan Bola persalinan. Pada saat proses persalinan
memasuki kala I, duduk diatas bola dan dengan perlahan
mengayunkan dan menggoyangkan pinggul ke depan dan
belakang, sisi kanan, kiri, dan melingkar akan panggul akan
menjadi lebih relaks (Oktafia dkk, 2012)
1) Tujuan dilakukannya terapi Birth ball adalah :
a) Birthing Ball atau dikenal dengan bola persalinan telah
digunakan selama bertahun-tahun oleh terapis fisik
dalam berbagai cara untuk mengobati gangguan tulang dan
saraf, serta untuk latihan. Sedangkan untuk
kehamilan dan proses persalinan, bola ini akan
merangsang reflex postural. Duduk diatas Birthing Ball
akan membuat ibu merasa lebih nyaman (Oktafia dkk,
2012).
b) Duduk diatas bola sambil mendorong seperti
melakukan ayunan atau membuat gerakan memutar
panggul, dapat membantu proses penurunan janin.
Bola memberikan dukungan pada perineum tanpa
banyak tekanan dan membantu menjaga janin sejajar di
panggul. Posisi duduk diatas bola, diasumsikan mirip
dengan berjongkok membuka panggul, sehingga

50
membantu mempercepat proses persalinan (Oktafia dkk,
2012).
c) Gerakan lembut yang dilakukan diatas bola sangat
mengurangi rasa sakit saat kontraksi. Dengan bola
ditempatkan di tempat tidur, ibu bisa berdiri dan bersandar
dengan nyaman diatas bola, mendorong dan mengayunkan
panggul untuk mobilisasi. Ibu juga dapat berlutut dan
membungkuk dengan berat badan tertumpu diatas bola,
bergerak mendorong panggul yang dapat membantu
bayi berubah ke posisi yang benar (belakang kepala),
sehingga memungkinkan kemajuan proses persalinan
menjadi lebih cepat (Oktafia dkk, 2012).
d) Goyang panggul menggunakan birth ball dapat
memperkuat otot-otot perut dan punggung bawah(Oktafia
dkk, 2012)
e) Mengurangi tekanan pada pembuluh darah di
daerah sekitar rahim, dan tekanan di kandung kemih.
f) Terapi birth ball ini akan membuat ligamentum atau
otot disekitar panggul lebih relaks, meningkatkan
prosespencernaan dan mengurangi keluhan nyeri di
daerah pinggang, inguinal, vagina dan sekitarnya (Oktafia
dkk, 2012)
g) Membantu kontraksi rahim lebih efektif dalam
membawa bayi melalui panggul jika posisi ibu bersalin
tegak dan bisa bersandar ke depan (Oktafia dkk, 2012).
h) Tekanan dari kepala bayi pada leher rahim tetap
konstan ketika ibu bersalin diposisi tegak, sehingga
dilatasi (pembukaan) serviks dapat terjadi lebih cepat.

51
i) Bidang luas panggul lebih lebar sehingga memudahkan
kepala bayi turun ke dasar panggul
2) Macam-macam Gerakan Birth Ball 26 Menurut Oktifa, et al,
(2012) jenis gerakan yang dapat dilakukan dengan birth ball
yaitu:
a) Duduk di atas bola
(1) Duduklah di atas bola seperti halnya duduk di kursi
dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan
badan di atas bola terjaga.
(2) Dengan tangan di pinggang atau di lutut, gerakkan
pinggul ke samping kanan dan ke samping kiri
mengikuti aliran gelinding bola. Lakukan secara
berulang minimal 2 x 8 hitungan.
(3) Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan
pinggul ke depan dan kebelakang mengikuti aliran
menggelinding bola. Lakukan secara berulang minimal
2 x 8 hitungan.
(4) Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan
memutar pinggul searah jarum jam dan sebaliknya
seperti membentuk lingkaran atau hula hoop.
(5) Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju
dan mundur.
(a) Duduk di atas bola bersandar ke depan
(b) Setelah menggerakkan pinggul mengikuti aliran
menggelinding bola, lakukan fase istirahat dengan
bersandar ke depan pada kursi atau pendamping
(bisa instruktur atau salah satu anggota keluarga).
(c) Sisipkan latihan tarikan nafas dalam. Lakukan
teknik ini selama 5 menit.

52
b) Berdiri bersandar di atas bola
(1) Letakkan bola di atas kursi.
(2) Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar ke
depan pada bola seperti merangkul bola.
(3) Lakukan gerakan ini selama 5 menit.
c) Berlutut dan bersandar di atas bola
(1) Letakkan bola di lantai.
(2) Dengan menggunakan bantal atau pengalas yang
empuk lakukan posisi berlutut.
(3) Kemudian posisikan badan bersandar ke depan di atas
bola seperti merangkul bola.
(4) Dengan tetap merangkul bola, gerakkan badan ke
samping kanan dan kiri mengikuti aliran
menggelinding bola.
(5) Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping
untuk memijat atau melakukan tekanan halus pada
punggung bawah. Lakukan tindakan ini selama 5
menit.
d) Jongkok bersandar pada bola
(1) Letakkan bola menempel pada tembok atau papan
sandaran.
(2) Ibu duduk di lantai dengan posisi jongkok dan
membelakangi atau menyandar pada bola.
(3) Sisipkan latihan tarikan nafas dalam pada posisi ini.
Lakukan selama 5-10 menit.

E. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


1. Tanda-Tanda Bayi Lahir Sehat

53
a. Berat badan bayi 2500-4000 gram
b. Umur kehamilan 37-40 mg
c. Bayi segera menangis
d. Bergerak aktit kulit kemerahan
e. Mengisap ASI dengan baik
f. Tidak ada cacat bawaan
2. Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Pencegahan kehilangan panas
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat (Prawirohardjo,
2014).
b. Pembersihan jalan napas
Saat kepala bayi dilahirkan, sekresi lender yang berlebih dari mulut
dapat dibersihkan dengan lembut hangat (Prawirohardjo, 2014).
c. Memotong dan merawat tali pusat
Dalam memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem
dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan (Prawirohardjo,
2014).
d. Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Nutrisi
Segera, setelah dilahirkan bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menemukan puting ibunya Manfaat IMD adalah
membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh, menjaga
kolonisasi kuman yang aman, dan mencegah infeksi nosokomial
(Prawirohardjo, 2014).
e. Injeksi Vitamin K
Pemberian vitamin K dapat menurunkan insiden kejadian perdarahan
akibat defisisensi vitamin K1 yang dapat menyebabkan kematian
neonatus. Untuk mencegah perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir

54
diberikan suntikan vitamin K1 (phtomenadione) sebanyak 1 mg dosis
tunggal, intra muskuler pada anterolateral paha kiri (Hadianti and Dkk,
2014).
f. Pemberian salep mata
Pemberian antibiotik profilaksis pada mata dapat mencegah terjadinya
konjungtivitis. Profilaksis mata yang sering digunakan yaitu tetes mata
silver nitrat 1%, salep mata, eritromisin, dan salep, mata tetrasiklin
(Hadianti and Dkk, 2014).
g. Pemberian Imunisasi HbO
Imunisasi hepatitis pertama (Hbo) dalam kemasan uniject diberikan 1-
2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara intra muskuler. Pemberian
imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk menjaga infeksi hepatitis B,
terutama jalur penularan Ibu/Bayi (Hadianti and Dkk, 2014).
3. Kunjungan Neonatal
Kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus
sedikitnya 3 kali yaitu:
a. Kunjungan neonatal I (KN 1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam
setelah lahir:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi pemeriksaan fisik bayi
b. Dilakukan pemeriksaan fisik: telinga,mata, hidung, leher,dada.
c. Konseling: jaga kehangatan, pemberian Asi sulit, kesulitan
bernafas, warna kulit abnormal (Kementrian Kesehatan RI, 2020a).
b. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
1) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
2) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus,dan diare
3) Memberikan Asi bayi disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam
4) Menjaga suhu tubuh bayi
5) Menjaga kehangatan bayi

55
6) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan Asi
eksklusif, pencegahan hipotermi, dan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan buku KIA.
7) Diberitahukan teknik menyusui yang benar (Kementrian
Kesehatan RI, 2020a)
c. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8-28 hari Pelayanan
kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di
Puskesmas atau melalui kunjungan rumah:
1) Pemeriksaan fisik
2) Menjaga kebersihan bayi
3) Memberitahukan ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
4) Memberikan Asi minimal 10-15 kali dalam 24 jam
5) Menjaga kehangatan bayi
6) Menjaga suhu tubuh bayi
7) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG (Kementrian Kesehatan
RI, 2020)

F. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas


1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan
komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan
nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo, 2014)
2. Perubahan Fisiologis
a. Involusi Uterus

56
Involusi uterus merupakan proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan (Amru and Rustam, 2012)

Tabel 2.5 Involusi Uterus


Involusi TFU Berat
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram
simfisi
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simfisis
6 minggu normal 50 gram
8 minggu Normal seperti 30 gram
sebelum hamil
Sumber : (Amru and Rustam, 2012)

b. Lochea
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas
1) Lochea Rubra (cruenta) Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel decidua, vemiks kaseosa, lanugo, mekonium
selama 2 hari pasta persalinan.
2) Lochea Sanguilenta Berwama merah kuning, berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

57
3) Lochea Serosa Berwama kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7- 14 pasca persalinan
4) Lochea Alba Cairan putih, setelah 2 minggu (Prawirohardjo,
2014).
c. Vulva Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap selama 6-8 minggu postpartum (Ambarwati and Wulandari,
2010). Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rague dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa
nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman
(sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi (Amru
and Rustam, 2012).
d. Payudara
Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya
mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan strauma jaringan penyangga dan penimbunan
jaringan lemak. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin
lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dua
reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek
prolaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan puting susu
oleh hisapan bayi (Wallenborn, dkk 2017).
1) Refleks Prolaktin sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang
terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh
serabut afferent dibawa ke hiptalamus di dasra otak, lalu memacu
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam

58
darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli)
untuk memproduksi air susu (Wallenborn, dkk 2017)
2) Reflek Aliran (Let Down Reflek), dapat dirasakan sebagai sensasi
kesemutan. Tandatanda lain dari let-down reflek adalah tetesan
pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Reflek ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. Menyusui membantu bayi
mencapai kesehatan, perkembangan,dan potensi psikososial.
Menyusui tidak hanya mengurangi tingkat morbiditas dan
mortalitas pada anakanak,tetapi juga mengurangi kemungkinan
kanker tertentu dan penyakit kronis pada ibu (Wallenborn, dkk
2017)
Jenis air susu yang dikeluarkan ibu memiliki 3 stadium yaitu:
1) Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibody yang paling
tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya kandungan
immunoglobulin (IgA) yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah bayi mengalami alergi makanan.
Kolostrum disekresikan dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat (Wallenborn, dkk 2017).
2) Air susu masa peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum
menjadi ASI yang matur. Kadar protein makin rendah, kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi. Disekresi dari hari ke-4
sampai hari ke-10 (Wallenborn, dkk 2017).
3) Air susu matur merupakan cairan berwarna putih kekuning-
kuningan yang diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat,
riboflavin, dan karoten yang terdapat didalamnya. Disekresi pada
hari ke-10 dan seterusnya. Ada pula yang mengatakan pada
minggu ketiga sampai kelima. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat
membantu meningkatkan kepercayaan diri dan memberikan

59
kondisi psikologis yang positif sehingga dapat membantu proses
menyusui selanjutnya (Wallenborn, dkk 2017).
3. Kebutuhan dasar Ibu Nifas
Kebutuhan kesehatan ibu nifas adalah sebagai berikut
a. Nutrisi dan Cairan
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang lengkap
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayi melalui ASI (Widyasih H, 2013)
b. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijakan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Keuntungan early
ambulation adalah
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3) Memungkinkan bidan mengajarkan ibu cara merawat anaknya
selama ibu ada di rumah sakit (Widyasih H, 2013)
c. Eliminasi
1) Buang air kecil Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam post
partum. Jika 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.
2) Buang air besar Ibu pos tpartum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga juga
belum BAB,maka perlu di beri obat pencahar per oral atau per

60
rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa
BAB,maka dilakukan huknah (Widyasih H, 2013).
d. Personal Hygiene
1) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah
sekitar anus
2) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali
sehari.
3) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
4) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuhnya (Widyasih H, 2013).

e. Istirahat dan Tidur


Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan hindari kelelahan yang
berlebihan. Sarankan ibu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga
secara perlahan. Karena kelelahan menyebabkan jumlah ASI
berkurang,memperlambat proses involusi uterus, menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
(Widyasih H, 2013).
f. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-dua
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Widyasih H, 2013).
4. Kunjungan Masa Nifas
Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2013) kunjungan nifas dilakukan
sebanyak 4 kali :
a. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

61
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan BBL (Bounding Attacement)
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
b. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
berbau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
c. Kunjungan 3 (2 minggu setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
berbau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

62
d. Kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dia atau bayi
alami
2) Memberikan konseling KB secara dini
5. Asuhan kebugaran pada masa nifas
a. Pijat Oksitosin
Oksitosin merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak
masuknya ion kalsium ke dalam intrasel. Keluarnya hormon oksitosin
akan memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus
semakin kuat dan proses involusi uterus semakin bagus. Oksitosin
akan bekerja menimbulkan kontraksi bila pada uterus telah ada
reseptor oksitosin. Untuk merangsang hormon oksitosin dapat
distimulasi melalui proses pijat oksitosin (Wahyuningsih, 2018).
Pijat oksitosin dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan
oleh keluarga, terutama suami pada ibu menyusui yang berupa pijatan
pada punggung ibu untuk meningkatkan produksi hormone oksitosin.
Sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi
plasenta, mencegah perdarahan, serta memperbanyak produksi ASI
(Wahyuningsih, 2018).
Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk
merangsang hormon oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan
meningkatan kenyamanan ibu. Manfaat pijat oksitosin bagi ibu nifas
dan ibu menyusui, adalah sebagai berikut.
1) Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta.
2) Mencegah terjadinya perdarahan post partum.
3) Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus.
4) Meningkatkan produksi ASI.
5) Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui.

63
6) Meningkatkan hubungan psikologis antar ibu dan keluarga
(Wahyuningsih, 2018).
Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang kontraksi
otot polos uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah
persalinan sehingga bisa mempercepat proses involusi uterus. Produksi
ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu menyusui. Saat ibu
menyusui merasa nyaman dan rileks pengeluaran oksitosin dapat
berlangsung dengan baik. Terdapat titik-titik yang dapat memperlancar
ASI diantaranya, tiga titik di payudara yakni titik di atas putting, titik
tepat pada putting, dan titik di bawah putting. Serta titik di punggung
yang segaris dengan payudara. Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu
menyusui berfungsi untuk merangsang hormon oksitosin agar dapat
memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan ibu (Wahyuningsih,
2018).
1) Alat dan Bahan
a) Meja
b) Kursi
c) Handuk kecil 1 buah
d) Handuk besar 2 buah
e) Baskom berisi air hangat
f) Waslap 2 buah
g) Baby oil
h) Kom kecil 1 buah
i) Gelas penampung ASI
j) Baju ganti ibu
2) Teknik Pemijatan
a) Menstimulasi puting susu: bersihkan puting susu ibu dengan
menggunakan kassa yang telah dibasahi air hangat, kemudian

64
tarik putting susu ibu secara perlahan. Amati pengeluaran ASI
(Wahyuningsih, 2018).
b) Mengurut atau mengusap payudara secara perlahan, dari arah
pangkal payudara ke arah puting susu (Wahyuningsih, 2018).
c) Penolong pemijatan berada di belakang pasien, kemudian
licinkan kedua telapak tangan dengan menggunakan baby oil.
Pijat leher, posisikan tangan menyerupai kepalan tinju.
Lakukan pemijatan ini sebatas leher selama 2 – 3 menit
(Wahyuningsih, 2018).
d) Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara)
menggunakan ibu jari. Tekan kuat membentuk gerakan
melingkar kecil – kecil. Lakukan gerakan sebatas tali bra
selama 2 – 3 menit (Wahyuningsih, 2018).
e) Kemudian, telusuri kedua sisi tulang belakang, posisikan kedua
tangan menyerupai kepalan tinju dan ibu jari menghadap
kearah atas atau depan (Wahyuningsih, 2018).

65
48

BAB III
METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis LTA
LTA ditulis berdasarkan laporan kasus asuhan kebidanan berkesinambungan
pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir ini dilakukan dengan
menggunakan jenis metode penelitian studi penelaahan kasus dengan cara
meneliti suatu permasalahan yang berhubungan dengan kasus itu sendiri,
faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan.

B. Lokasi dan Waktu


1. Waktu
Asuhan kebidanan komprehensif dilaksanakan bersamaan dengan Praktik
Klinik Kebidanan III. Pelaksanaan asuhan dimulai dari asuhan kehamilan
trimester III sebanyak 4 kali kunjungan, dimulai dari tanggal 24 Januari
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif dilakukan di Puskesmas
Rawa Buntu Kota Tangerang selatan.

C. Subyek Studi Kasus


Subyek yang digunakan dalam Studi Kasus ini adalah ibu hamil normal mulai
usia kehamilan 30 minggu pada tanggal 24 Januari 2022 di Puskesmas Rawa
Buntu kemudian diikuti sampai ibu bersalin dan nifas s/d 11 April 2022.
49
D. Instrumen Studi Kasus
Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan studi
dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir sesuai dengan KMK nomor 938/Menkes/SK/2007.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
1. Data Primer
a. Wawancara
b. Pemeriksaan/Observasi
2. Data sekunder
a. Dokumentasi
b. Studi pustaka

F. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kasus ini adalah :


1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan
pemeriksaan fisik : tensimeter, stetoskop, dopler, timbangan berat
badan, thermometer, jam, handscoon.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara : format
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir.
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi :
status pasien dan buku KIA

49
50

BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Lokasi Penelitian
1. Lokasi
UPT Puskesmas Rawa Buntu merupakan satu dari 9 puskesmas yang ada
di kota Tangerang Selatan dengan fasilitas Unit Gawat Darurat 24 jam,
persalinan 24 jam, dan rawat inap. Hal ini menjadikan puskesmas Rawa
Buntu sebagai puskesmas yang bertanggung jawab untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang baik.
UPT Puskesmas Rawa Buntu terletak di Jl. Raya Rawa Buntu
RT05/RW02 Kelurahan Rawa Buntu, Kecamatan Serpong Kota
Tangerang Selatan. Puskesmas Rawabuntu melayani masyarakat selama
24 jam dan dapat dihubungi lewat 021 (756774739) atau 0812-12290-
9030
2. Visi
Menjadikan Puskesmas Rawa Buntu sebagai pilihan utama dalam
memberikan pelayanan kesehatan dasar yang terpadu, terjangkau, mandiri
dan modern menuju masyarakat yang sehat
3. Misi
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat dengan kemudahan akses terjangkau, merata dan
berkualitas.
b. Menggerakan peran serta masyarakat dan mendorong kemandirian
hidup sehat mulai dari keluarga sehingga terwujud kesehatan yang
optimal.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai SOP di dalam dan di
luar gedung
d. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan menjalanin kemitraan
dengan jejaring
e. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia yang profesional
guna mencapai pelayanan prima.
4. Motto
“Melayani dengan SYANTIK: Senyum, Nyaman, Tertib, Ikhlas.”
5. Fasilitas
Fasilitas yang ada di Puskesmas Rawabuntu
a. Unit Gawat Darurat 24 jam
b. Ruang bersalin 24 jam
c. Rawat inap
d. Poli umum
e. Poli Gigi
f. Poli KIA
g. Poli ISPA
h. Fisioterapi
i. Pelayanan penunjang medis diantaranya :
1) Apotek
2) Ambulance
3) Laboratorium
4) Konsultasi gizi

B. Tinjauan Kasus
1. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan Trimester III
a. Kunjungan I

Tanggal Kunjungan : 7 Januari 2022

Pukul : 09.00 WIB

1) Data Subyektif

51
a) Biodata

Nama Klien : Ny. F Nama Suami : Tn. R


Umur : 22 tahun Umur : 22 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa: Sunda Suku/Bangsa : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat/ Tlp : Kp. Buaran Tangerang Selatan/ 0855423028715
b) Alasan Kunjungan
Pertama/Ulang/dengan keluhan : Ulang
Gravida : G2P1A0
Usia Kehamilan : 31 minggu lebih 1 hari
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
c) Riwayat Menstruasi
Menarche : Umur : 12 tahun
Menstruasi : Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Banyak : 3-4x ganti pembalut
Teratur/Tidak : Tidak teratur
Disminore : Tidak ada
HPHT : Tanggal : 03 – 06 – 2021
Lama : 7 hari
Banyak : 3-4x ganti pembalut
Taksiran Persalinan : 10 – 03 – 2022
d) Hasil Tes Kehamilan : Positif
Tanggal Tes : 13 – 07 – 2021
e) Pergerakan Fetus
Dirasakan pertama kali usia : 16 minggu

52
Pergerakan Fetus dalam 24 jam terakhir : >10 kali dalam
12 jam
f) Kebiasaan Sehari-hari
Pola Makan : 3-4 kali sehari
Porsi : satu porsi sedang
Menu makanan sehari hari : Nasi, sayur, lauk-pauk dan buah
Perubahan makan yang dialami : Ibu tidak mengalami
perubahan pola makan
g) Pola Eliminasi
BAK : 6-8 kali sehari
BAB : 1 kali sehari
h) Aktivitas : Mengurus rumah dan menjaga anak
i) Pola istirahat dan tidur
Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 7 jam
j) Riwayat Imunisasi
Imunisasi TT1 Tanggal (2020)Imunisasi TT2 Tanggal (2020)
TT3 tanggal (2 Desember 2021)
k) Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : KB suntik 3 bulan
Efek samping : Haid tidak teratur
Lama penggunaan : ± 1 tahun
Kontrasepsi terakhir : KB suntik 3 bulan
Alasan berhenti : Ingin menambah anak
l) Riwayat Kehamilan sekarang
ANC dimana : Puskesmas Rawabuntu
ANC oleh : Bidan
Frekuensi ANC : 7x Teratur
Konsumsi FE : Ada

53
Jumlah konsumsi Fe : 30 butir/bulan
USG : Pernah (28-12-2021)
Hasil USG : UK 29 mgg 6 hari TP 10.03.2022
TBJ : 1.444gr plasenta diatas ketuban
cukup
Masalah/Keluhan : Trimester I : Mual
Trimester II : Tidak ada keluhan
Trimester III : Tidak ada keluhan
m) Riwayat Kehamilan yang lalu (Masalah/Keluhan)
Trimester I : Mual muntah
Trimester II : Tidak ada keluhan
Trimester III : sering BAK
n) Riwayat persalinan yang lalu
N Tgl/Thn Tempa Usia Jenis Penolon Penyuli J BB PB Ket
o Partus t Kehamila Partus g t K (gram (cm -
Partus n ) )
1 24/03/202 PKM 38 Sponta Bidan Tidak ♂ 3000 49
0 Rawa minggu n ada gr cm
buntu
2 HAMIL INI

o) Riwayat nifas yang lalu


ASI : Colostrum Keluar / Tidak
ASI Eksklusif ya / tidak
Berapa lama disusui : Anak 1 : ±
Komplikasi : Tidak ada
Luka perineum : Kering tidak ada infeksi

54
p) Riwayat Ginekologi
Infeksi pada vagina : Tidak ada
Paps smear : Tidak pernah
Pembedahan di daerah kemaluan : Tidak pernah
Pembedahan di daerah payudara : Tidak pernah
Infertilitas : Tidak ada
q) Riwayat Kesehatan
Riwayat kecelakaan/ perdarahan : Tidak ada
Riwayat transfusi : Tidak ada
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat penyakit yang pernah / sedang diderita : Tidak ada
Riwayat keluarga
Riwayat keturunan kembar : tidak ada
Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada
Perilaku yang merugikan kesehatan
Penggunaan alkohol : Tidak ada
Obat-obatan : Tidak ada
Merokok, makan sirih : Tidak ada
Iritasi vagina/ ganti pakaian dalam : Tidak ada /2x sehari
r) Riwayat Sosial
Apakah kehamilan ini direncanakan/ diinginkan? Iya
Jenis kelamin yang diharapkan : Perempuan
Status perkawinan : SAH
Jumlah : 1 kali
Lama perkawinan : ± 2 tahun
Hubungan dengan suami : Baik
Hubungan dengan tetangga : Baik
Hubungan dengan mertua : Baik
Susunan keluarga yang tinggal serumah

55
No Umur Jenis Hub. Pendidikan Pekerjaan Ket-
(tahun) Kelamin Keluarga
1 22 ♂ Suami SMP Buruh
tahun

2 22 ♂ Anak - -
bulan

Kepercayaan yang mempengaruhi ibu hamil : Tidak ada

2) Data obyektif
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 78 x/menit
Suhu tubuh : 36,5 OC
Pernafasan : 19 x/menit
d) Tinggi Badan : 150 cm
e) BB : 60 Kg
Sebelum hamil : 51 Kg
51²( Kg)
IMT : =¿ 22,6
1,5(Meter)
Kenaikan BB selama hamil : 9 kg
f) LILA : 25 cm
g) Kepala
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok
Muka : Tidak ada oedem, tidak ada cloasmagravidarum

56
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut/gigi : Tidak ada karies, tidak ada stomatis
THT : Tidak ada secret
h) Leher
Kel.Tyroid : Tidak ada pembengakakan
Vena Jugolaris : Tidak ada pembengkakan
Kel. Getah bening : Tidak ada pembengkakan
i) Dada dan axila
Mammae membesar : Iya/Iya
Simetris : Iya/Iya
Benjolan/tumor : Tidak/Tidak
Areola : Hyperpigmentasi
Papilla mammae : Menonjol
Pengeluaran : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Axilla : Tidak ada benjolan
j) Abdomen
(1) Inspeksi
Pembesaran : Sesuai masa kehamilan
Memanjang/melintang : Memanjang
Linea alba/nigra : Linea Nigra
striae albicans / livide : Striae albicans
Bekas luka operasi / SC : Tidak ada
Gerakan Janin : Aktif
(2) Palpasi
Leopold I
TFU : 28 cm (Mc. Donald)
TFU : Pertengahan pusat-px
Leopold II

57
Kanan : Teraba satu tahanan keras memanjang
Kiri : Teraba bagian terkecil janin
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras, melenting,
kepala belum masuk PAP
Leopold IV : Konvergen
TBJ : (28-13) x 155 = 2.325 gram
(3) Auskultasi
Frekuensi : 143x/menit. teratur
Punctum maksimum : satu tempat, kanan bawah pusat
k) Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : Lordosis Fisiologis
Nyeri pinggang : Tidak ada
l) Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris, tidak ada oedem
Bawah : Simetris, tidak ada oedem
Refleks patela : +/+
m) Pemeriksaan anogenital
Warna vulva vagina : Tidak dilakukan
Luka parut : Tidak dilakukan
Varises : Tidak dilakukan
Pemeriksaan kel. Bartholin: Tidak dilakukan
Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan
Kelainan : Tidak dilakukan
Kebersihan : Tidak dilakukan
Haemoroid pada anus : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang (28 Desember 2021)


Darah : Hb 12,4gram%
Golongan Darah :A

58
Urine : Protein : Negatif Reduksi : Negatif
Pemeriksaan penunjang lain:
HIV : Non reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HbSAg : Non Reaktif

3) Analisis
Ibu G2P1A0 hamil 31 minggu lebih 1 hari
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

4) Penatalaksanaan
a) Melakukan informed concent kepada ibu untuk menjadi
pasien asuhan kebidanan komprehensif selama kehamilan,
bayi baru lahir dan nifas.
Evaluasi : Ibu menyetujui dan melakukan penandatanganan
menjadi pasien asuhan kebidanan komprehensif
b) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
sampai saat ini kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dan
normal
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui bahwa kondisi ibu saat
ini dalam keadaan baik dan normal
c) Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit
kepala yang hebat, bengkak pada kaki, tangan dan muka, keluar
darah segar / hitam dari kemaluan, nyeri ulu hati, demam
tinggi, air ketuban keluar sebelum waktunya, pergerakan
janin berkurang setiap harinya. Jika mengalami salah satu
tanda bahaya tersebut segera datang ke puskesmas /
pelayanan kesehatan.

59
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan oleh bidan bila ada salah satu tanda atau gejala segera
ke tenaga kesehatan terdekat
d) Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang yang mengandung karbohidrat, lemak nabati dan
hewani, protein, serat, vitamin dan mineral. Hindari makan
daging mentah. Minum minimal 12 gelas perhari dan hindari
minuman berkafein dan bersoda.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
bidan dan akan menjaga keseimbangan gizi pada
makananannya.
e) Memberikan ibu obat seperti, kalsium dosis 400 mg diminum
1x1, Tablet Fe 60mg diminum 1x1 dimalam hari, hindari
minum obat bersamaan dengan susu, kopi atau teh.
Memberitahu ibu efek samping dari obat yang diberikan adalah
mual.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia
mengikuti anjuran bidan
f) Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga protokol kesehatan
selama pandemic Covid-19 seperti
Mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan,
memakai masker, membatasi mobilitas, menghindari makan
bersama orang tak serumah, menghindari foto bersama tanpa
menggunakan masker
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia menjaga protokol
kesehatan
g) Meminta ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 7
Februari 2022 atau bila ibu ada keluhan

60
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan
ulang

b. Kunjungan II

Tanggal Kunjungan : 7 Februari 2022

Pukul : 09.40 WIB

1) Data Subjektif
Pertama/Ulang/dengan keluhan : Ulang
Gravida : G2P1A0
Usia Kehamilan : 35 minggu lebih 5 hari
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2) Data obyektif
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 76 x/menit
Suhu tubuh : 36,4 OC
Pernafasan : 20 x/menit
d) Tinggi Badan : 150 cm
e) BB : 62 Kg
Sebelum hamil : 51 Kg
Kenaikan BB selama hamil : 11 kg
f) LILA : 25 cm
g) Kepala
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok

61
Muka : Tidak ada oedem, tidak ada cloasmagravidarum
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut/gigi : Tidak ada karies, tidak ada stomatis
THT : Tidak ada secret
h) Leher
Kel.Tyroid : Tidak ada pembengakakan
Vena Jugolaris : Tidak ada pembengkakan
Kel. Getah bening : Tidak ada pembengkakan
i) Dada dan axila
Mammae membesar : Iya/Iya
Simetris : Iya/Iya
Benjolan/tumor : Tidak/Tidak
Areola : Hyperpigmentasi
Papilla mammae : Menonjol
Pengeluaran : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Axilla : Tidak ada benjolan
j) Abdomen
a. Inspeksi
Pembesaran : membesar sesuai masa kehamilan
Memanjang/melintang : Memanjang
Linea alba/nigra : Linea Nigra
striae albicans / livide : Striae albicans
Bekas luka operasi / SC: Tidak ada
Gerakan Janin : Aktif
b. Palpasi
Leopold I
TFU : 31 cm (Mc. Donald)
TFU : Pertengahan simfisis-px

62
Leopold II
Kanan : Teraba bagian terkecil janin
Kiri : Teraba satu tahanan keras memanjang
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras, melenting, kepala
belum masuk PAP
Leopold IV : konvergen
TBJ : (31-13) x 155 = 2.790 gram
c. Auskultasi
Frekuensi : 149x/menit teratur
Punctum maksimum : satu tempat, kiri bawah pusat
k) Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : Lordosis Fisiologis
Nyeri pinggang : Tidak ada
l) Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris, tidak ada oedem
Bawah : Simetris, tidak ada oedem
Refleks patela : +/+
m) Pemeriksaan Penunjang (28 Desember 2021)
Darah : Hb 12,4gram%
Golongan Darah :A
Urine : Protein : Negatif Reduksi : Negatif
Pemeriksaan penunjang lain:
HIV : Non reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HbSAg : Non Reaktif

2) Analisa
Ibu G2P1A0 hamil 35 minggu lebih 5 hari
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

63
3) Penatalaksanaan
a) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini
kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dan normal
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui bahwa kondisi ibu saat ini
dalam keadaan baik dan normal
b) Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala
yang hebat, bengkak pada kaki, tangan dan muka, keluar darah
segar / hitam dari kemaluan, nyeri ulu hati, demam tinggi, air
ketuban keluar sebelum waktunya, pergerakan janin berkurang
setiap harinya. Jika mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut segera datang ke puskesmas / pelayanan kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang
diberikan oleh bidan bila ada salah satu tanda atau gejala segera ke
tenaga kesehatan terdekat
c) Memberi pendidikan kesehatan personal hygiene dan vulva
hygiene, mandi 2 kali sehari dan keramas 2 hari sekali, cebok dari
arah vulva (depan) ke anus (belakang) menggunakan air bersih,
mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan.
d) Memberi pendidikan kesehatan terkait pola istirahat, ibu harus tidur
siang minimal selama 1 jam dan tidur malam selama 7 jam, bila
anak ibu sedang tidur sebaiknya ibu ikut istirahat.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia mengikuti
anjuran bidan

64
e) Memberikan ibu obat seperti, kalsium dosis 400 mg diminum 1x1,
Tablet Fe 60 mg diminum 1x1 dimalam hari, hindari minum obat
bersamaan dengan susu, kopi atau teh. Memberitahu ibu efek
samping dari obat yang diberikan adalah mual.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia mengikuti
anjuran bidan
f) Meminta ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 21
Februari 2022 atau bila ibu ada keluhan
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang

c. Kunjungan III

Tanggal Kunjungan : 15 Februari 2022

Pukul : 09.30 WIB

1) Data Subjektif
Pertama/Ulang/dengan keluhan : dengan keluhan
Gravida : G2P1A0
Usia Kehamilan : 36 minggu lebih 6 hari
Keluhan Utama : Sering BAK dimalam hari
2) Data obyektif
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 78 x/menit
Suhu tubuh : 36,5 OC
Pernafasan : 19 x/menit

65
d) Tinggi Badan : 150 cm
e) BB : 63 Kg
Sebelum hamil : 51 Kg
IMT : 22,6
Kenaikan BB selama hamil : 12 kg
f) LILA : 25 cm
g) Kepala
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok
Muka : Tidak ada oedem, tidak ada cloasmagravidarum
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut/gigi : Tidak ada karies, tidak ada stomatis
THT : Tidak ada secret
h) Leher
Kel.Tyroid : Tidak ada pembengakakan
Vena Jugolaris : Tidak ada pembengkakan
Kel. Getah bening : Tidak ada pembengkakan
i) Dada dan axila
Mammae membesar : Iya/Iya
Simetris : Iya/Iya
Benjolan/tumor : Tidak/Tidak
Areola : Hyperpigmentasi
Papilla mammae : Menonjol
Pengeluaran : Tidak ada
Striae : Tidak ada
Axilla : Tidak ada benjolan
j) Abdomen
(1) Inspeksi
Pembesaran : Sesuai masa kehamilan
Memanjang/melintang : Memanjang

66
Linea alba/nigra : Linea Nigra
striae albicans / livide : Striae albicans
Bekas luka operasi / SC: Tidak ada
Gerakan Janin : Aktif
(2) Palpasi
Leopold I
TFU : 33 cm (Mc. Donald)
TFU : 3 jari dibawah px
Leopold II
Kanan : Teraba satu tahanan keras memanjang
Kiri : Teraba bagian terkecil janin
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras
Leopold IV : Divergen
TBJ : (33-13) x 155 = 3.100 gram
(3) Auskultasi
Frekuensi : 143x/menit. teratur
Punctum maksimum : satu tempat, kanan bawah pusat
k) Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : Lordosis Fisiologis
Nyeri pinggang : Tidak ada
l) Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris, tidak ada oedem
Bawah : Simetris, tidak ada oedem
Refleks patela : +/+
m) Pemeriksaan anogenital
Warna vulva vagina : Merah muda
Luka parut : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pemeriksaan kel. Bartholin: Tidak ada

67
Pengeluaran pervaginam :Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Haemoroid pada anus : Tidak ada
n) Pemeriksaan Penunjang (28 Desember 2021)
Darah : Hb 12,4gram%
Golongan Darah :A
Urine : Protein : Negatif Reduksi : Negatif
Pemeriksaan penunjang lain
HIV : Non reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HbSAg : Non Reaktif

3) Analisa
Ibu G2P1A0 hamil 36 minggu lebih 6 hari
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala
4) Penatalaksanaan
a) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini
kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dan normal
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui bahwa kondisi ibu saat ini
dalam keadaan baik dan normal
b) Memberitahu ibu bahwa sering BAK di malam hari merupakan hal
yang wajar, hal ini dikarenakan janin bertambah besar dan sudah
mulai turun lalu menekan kandung kemih yang menyebabkan Ibu
sering BAK. Ketidaknyamanan ini dapat dikurangi dengan
mengurangi jumlah konsumsi air di malam hari dan menjelang
tidur.
Evaluasi : Ibu mengerti mengerti penjelasan Bidan dan akan
mengikuti anjuran bidan.

68
c) Memberikan pendidikan kesehatan terkait vulva hygiene
dikarenakan ibu mengalami keluhan sering BAK
(1) Cebok dengan air bersih dari arah depan (vulva) ke belakan
(anus)
(2) Mengeringkan vagina dengan handuk setelah BAK atau BAB
(3) Sering ganti celana dalam jika celana dalam sudah mulai terasa
lembab.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia
melakukannya
d) Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang seperti nasi, sayuran hijau, kacang–kacangan, hati
ayam, telur, ikan, daging,dan buah. Hindari makan daging mentah,
minuman bersoda dan berkafein.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan
dan akan menjaga keseimbangan gizi pada makananannya.
e) Memberi pendidikan kesehatan terkait pola istirahat ibu harus tidur
siang minimal selama 1 jam dan tidur malam selama 7 jam, bila
anak sedang tidur usahakan ibu juga tidur.
Evaluasi: Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia mengikuti
anjuran bidan
f) Memberi penkes tanda-tanda persalinan seperti perut mulas-mulas
yang teratur dan timbulnya semakin sering dan intensitasnya
semakinlama, keluar lender dan darah atau cairan ketuban dari jalan
lahir, bila ibu merasakan tanda-tanda tersebut ibu dapat segera
menuju fasilitas kesehatan terdekat
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan
g) Memberitahu Ibu hal-hal yang harus dipersiapkan menuju
persalinan yaitu, fotocopy KTP, KK dan BPJS ibu, kendaraan untuk
mengantar ibu ke fasilitas kesehatan terdekat, perlengkapan ibu

69
seperti baju, pembalut dan kain bersih, perlengkapan bayi seperti
baju bayi, kain bedong dan lain lain
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia menyiapkan
hal-hal yang perlu disiapkan
h) Meminta ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 29
Februari 2022 atau bila ibu ada keluhan
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang

d. Kunjungan IV

Tanggal Kunjungan : 16 Februari 2022

Pukul : 13.00 WIB

1) Data Subjektif
Pertama/Ulang/dengan keluhan : Ulang
Gravida : G2P1A0
Usia Kehamilan : 37 minggu
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2) Data obyektif
Tidak dilakukan pemeriksaan, karena hanya berselang satu hari dari
kunjungan sebelumnya
3) Analisa
Ibu G2P1A0 hamil 37 minggu
4) Penatalaksanaan
a) Melakukan persiapan prenatal yoga
(1) Ibu memakai pakaian yang nyaman
(2) Memastikam ruangan memiliki sirkulasi udara yang cukup
(3) Menggunakan matras

70
Evaluasi : Sudah dilakukan
b) Mengajarkan pose prenatal yoga pada ibu
(1) Centering
(1) Letakan satu tangan didada dan satu tangan di perut bagian
tengah .
(2) Tarik napas melalui hidung, rasakan perut bagian atas
mengembang lembut sehingga mendorong tangan keluar.
(3) Rasakan bahwa bunda bisa merasakan baby , bersakan udara
yang segar.
(4) Lakukan selama beberapa kali putaran sambal memejamkan
mata agar terasa lebih nyaman
(2) Hand behind back
(a) Letakkan tangan pada matras dibelakang bokong
(b) Lakukan peregangan dada atas dan bahu
(3) Cat & Cow
(a) Pastikan telunjuk mengarah ke depan posisikan pada jam
12, posisi tangan di bawah bahu, lutut sejajar dengan paha
(b) Punggung lurus, tarik nafas angkat kepala lihat satu titik
antara alis
(c) Buang nafas, tekan telapak tangan pada matras, tarik dagu
ke dada dorong punggung ke atas dan tulang ekor arahkan
ke depan, posisi ini dapat dilakukan setiap hari 
(4) Child’s Pose
(a) Lutut melebar, duduk pada posisi siku, dan tarik tangan
kedepan dekan bagian depan kepala kebawah
(b) Posisi untuk istirahat 
(c) Menstreching punggung dan dasar panggul 
(d) Tekan tengah dahi di matras sebagai titik relaksasi 

71
(e) Bantal/block busa dapat diletakan di dahi jika perut terasa
kurang nyaman
(f) Angkat pinggul jika perut menempel di matras
(5) Downward Facing Dog
(a) Benamkan telapak tangan dengan kuat di matras, arahkan
pinggul ke langit–langit, buka kaki selebar pinggul atau
sesuaikan usia kandungan. 
(b) Meregangkan dan menguatkan punggung, paha
belakang(hamstring) dan lengan
(6) Lunges
(a) Telapak tangan di dekatkan, salah satu kaki (kanan/kiri)
kedepan di luar telapak tangan (kanan/kiri)
(b) Tekuk jari kaki belakang, angkat lutut kaki belakang
panjangkan punggung
(7) Squats
(a) Jongkok dengan posisi paha dibuka lebar  Satukan telapak
tangan di depan dada simpan kedua siku di sisi dalam paha
tekan lembut, panjangkan punggung, jauhkan bahu dari
telinga
(b) Meregangkan dan melenturkan otot dasar panggul,
meningkatkan fleksibilitas sendi panggul. 
(8) Head to knee forward bend
(a) Satu kaki lurus satu kaki lipat telapak kaki rapatkan pada
paha dalam kaki yang lurus.
(b) Tangan yang satu di lantai tangan yang lain pegang jari kaki
yang lurus 
(c) Luruskan punggung, jauhkan bahu dari telinga .
(d) Meregangkan pinggul, punggung dan pangkal paha, juga
menstimulasi pencernaan

72
Evaluasi : Bidan telah mengajarkan pose yoga, dan Ibu
dapat mengikuti gerakan dengan baik
c) Menganjurkan ibu untuk rutin melakukan pose-pose prenatal yoga
yang sudah diajarkan dan dipraktekkan sebelumnya.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk rutin melakukan prenatal yoga
d) Memberikan komunikasi, edukasi dan informasi terkait alat KB
yang ingin digunakan Ibu setelah bersalin.
(1) Memberitahu Ibu jenis-jenis alat KB
(2) Memberitahu ibu masing-masing kelebihan dan kekurang dari
alat KB
(3) Menyarankan ibu untuk melakukan diskusi dengan suami
terlebih dahulu sebelum memutuskan alat KB yang akan
digunakan
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan
mendiskusikannya dengan suami

73
2. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan
a. Kala I
Tanggal : 2 Maret 2022
Pukul : 17.40
1) Data Subjektif
Gravida : G2P1A0
Usia kehamilan : 39 minggu
Keluhan : Ibu mengeluh mulas sejak pukul 07.00 pagi dan ada
pengeluaran lender dan darah
2) Data Objektif
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 84 x/menit
Suhu tubuh : 36,4 OC
Pernafasan : 20 x/menit
d) Abdomen
1) Palpasi
Leopold I
TFU : 30 cm (Mc. Donald)
TFU : Pertengahan simfisis-px
Leopold II

74
Kanan : Teraba bagian terkecil janin
Kiri : Teraba satu tahanan keras memanjang
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras, tidak melenting,
Leopold IV : Sejajar
TBJ : (30-12) x 155 = 2.790 gram
2) Auskultasi
Frekuensi : 149x/menit teratur
Punctum maksimum : satu tempat, kiri bawah pusat
Kontraksi Uterus : 2 x 10 menit lama : 30 detik
e) Anogenital
Portio
Arah : Antefleksi
Konsistensi : tebal lunak
Pembukaan : 2cm
Ketuban : Utuh
Bagian terendah : Kepala
Penurunan : Hodge I
f) Pemeriksaan Penunjang (2 maret 2022)
Darah : Hb 13,2gram%
Golongan Darah :A
Urine : Protein : Negatif Reduksi : Negatif

3) Analisa : Ibu G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten


Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu Ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa kondisi
ibu dan janin dalam keadaan baik dan ibu sudah pembukaan 2 cm
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan

75
b) Melakukan informed consent tindakan persalinan normal kepada
ibu dan keluarga
Evaluasi : sudah dilakukan, ibu dan keluarga setuju melakukan
persalinan normal
c) Menganjurkan Ibu untuk tidak menahan buang air kecil atau buang
air besar, hal ini dilakukan agar penurunan kepala bayi tidak
terhambat
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan
anjuran bidan
d) Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasi
Evaluasi : Ibu sudah makan dan minum
e) Mengajarkan Ibu teknik pernafasan di kala ada his dan relaksasi di
kala tidak ada his
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan, dan dapat mengikuti
arahan bidan dengan baik
f) Mengajarkan Ibu gerakan birth ball yang dapat mempercepat
penurunan kepala bayi dengan didampingi oleh suami pasien
(1) Duduk diatas gym ball dengan kaki sedikit terbuka, tangan
berada di lutut dan goyangkan pinggul ke kanan dank ke kiri 2
x 8 hitungan
(2) Tangan tetap di lutut gerakkan pinggul ke depan dan ke
belakang 2 x 8 hitungan
(3) Tangan tetap di lutut pinggul bergerak memutar searah jarum
jam dan sebaliknya 2 x 8 hitungan
(4) Jongkok bersandar pada bola diiringi dengan latihan
pernafasan
Evaluasi : Ibu melakukan gerakan birth ball dan latihan pernafasan
dengan baik

76
g) Menyiapkan partus set dan perlengkapan ibu serta bayi secara
ergonomis
Evaluasi : partus set dan perlengkapan ibu dan bayi sudah siap

b. Kala II
Tanggal : 2 Maret 2022
Pukul : 20.15
1) Data Subjektif
Gravida : G2P1A0
Usia kehamilan : 39 minggu
Keluhan : Ibu mengeluh mulas keluar air-air dan ada rasa ingin
meneran
2) Data Objektif
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Abdomen
1) Inspeksi
Pembesaran : membesar sesuai masa kehamilan
Memanjang/melintang: Memanjang
Gerakan Janin : Aktif
2) Palpasi
Leopold IV : Divergen
3) Auskultasi
Frekuensi : 143 x/menit teratur
Punctum maksimum : satu tempat, kiri bawah pusat
Kontraksi Uterus : 5 x 10 menit lama : 50 detik
d) Anogenital
Portio
Arah : Antefleksi

77
Konsistensi : tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Jernih
Bagian terendah : Kepala
Penurunan : Hodge IV
e) Pemeriksaan Penunjang (2 maret 2022)
Darah : Hb 13,2gram%
Golongan Darah : A
Urine : Protein : Negatif Reduksi : Negatif

3) Analisa : Ibu G2P1A0 hamil 39 minggu partus kala II


Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala

4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah
pembukaan lengkap
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan
b) Menghadirkan pendamping persalinan
Evaluasi : Ibu ditemani oleh suami
c) Mengajarkan ibu teknik dan posisi meneran yang baik, tangan
diletakkan antara paha dan betis membuka paha dengan lebar,
dagu didekatkan ke dada, meneran tidak bersuara, mata melihat ke
arah perut dan relaksasi bila tidak ada kontraksi.
Evaluasi : Ibu mengerti arahan bidan dan dapat melakukan arahan
dengan baik
d) Menolong persalinan
Evaluasi : Bayi lahir spontan pukul 20.30 menangis kuat A/S 9/10
Jenis kelamin : ♂
e) Memeriksa kemungkinan adanya janin kedua

78
Evaluasi : tidak ada janin kedua
f) Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU di 1/3 paha luar secara IM
Evaluasi : oksitosin telah disuntikkan

c. Kala III
Tanggal : 2 Maret 2022
Pukul : 20.31
1) Data Subjektif
Keluhan : Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya, dan masih
merasa mulas
2) Data Objektif
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Abdomen
Palpasi
TFU : 2 jari diatas pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Kosong
Tanda Pelepasan plasenta : semburan darah tiba-tiba
d) Anogenital
Pengeluaran pervaginam : Darah ±150 cc
3) Analisa : Ibu P2A0 partus kala III
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengerti hasil pemeriksaan
b) Melakukan Manajemen Aktif Kala III
Evaluasi : Plasenta telah lahir
c) Melakukan masase fundus uterus dan memeriksa kontraksi uterus
Evaluasi : Uterus berkontraksi dengan baik

79
d) Memeriksan kelengkapan plasenta
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap, selaput ketuban utuh, diameter
20 cm, ketebalan 2 cm panjang tali pusat 50 cm

d. Kala IV
Tanggal : 2 Maret 2022
Pukul : 20.45
1) Data Subjektif
Keluhan : Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya, dan masih
merasa mulas
2) Data Objektif
a) Keadaan Umum : Baik
b) Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 84 x/menit
Suhu tubuh : 36,6 OC
Pernafasan : 22 x/menit
c) Kesadaran : Compos Mentis
d) Abdomen
Palpasi
TFU : sepusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Kosong
e) Anogenital
Pengeluaran pervaginam : Darah ±150 cc
Perineum : Rupture grade II tidak sampai sfingter ani
3) Analisa : Ibu P2A0 partus Kala IV rupture perineum derajat II
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan

80
Evaluasi : Ibu mengerti hasil pemeriksaan
b) Memeriksa laserasi jalan lahir
Evaluasi : terdapat laserasi grade II
c) Melakukan penjahitan pada perineum tanpa menggunakan anestesi
Evaluasi : perineum telah dijahit
d) Menilai ulang kontraksi uterus
Evaluasi : uterus berkontraksi dengan baik
e) Membantu Ibu memenuhi kebutuhan hidrasi
Evaluasi : Ibu sudah minum
f) Merapihkan Ibu dan mendekontaminasi alat dengan mencelupkan
alata didalam larutan klorin 0,5%
Evaluasi : Ibu sudah rapih, alat sudah di dekontaminasi
g) Mengajarkan teknik masase uterus dan cara menilai kontraksi
kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti cara menilai uterus dan
teknik masae uterus
h) Melakukan observasi kala IV tiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 1 jam kedua
Evaluasi : Observasi telah dilakukan
i) Melakukan dokumentasi
Evaluasi : pendokumentasian telah dilakukan
j) Memberikan obat
(1) Vitamin A 200.000 UI 1x1 (2 tablet)
(2) Amoxicillin 500mg 3x1 (15 tablet)
(3) Tablet Fe 250mg 1x1 (30 tablet)
(4) Asam Mefenamat 3x1 (10 tablet)

Evaluasi : Obat sudah diberikan, ibu sudah meminum obatnya

81
3. Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir
a. Kunjungan I
Tanggal : 2 Maret 2022
Tempat : Puskesmas Rawabuntu
1) Data Subjektif
a) Identitas
Nama Bayi : By. Ny. F
Tgl/Jam Lahir : 2 Maret 2022/ Pkl. 20.30 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB/PB waktu lahir : 3.200 gr/ 49cm
b) Riwayat Persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
c) Keadaan bayi baru lahir
Usaha Bernafas : Baik
Tangisan : Kuat
Tonus Otot : Aktif
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Suhu : 36,4
Pernafasan : 43x/menit
Heart rate : 138x/menit
b) Pemeriksaan Fisik
Jenis kelamin : Laki-laki

82
BB : 3.200 gr
PB : 49 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 33 cm
Kepala : tidak ada caput succedaneum, tidak ada cepal
hematom
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik
Tali pusat : Tidak ada infeksi, tidak ada perdarahan
Ekstremitas : simetris, pergerakan aktif, tidak ada
sindaktil/polidaktil
Genitalia : skrotum sudah turun
Anus : Terdapat lubang anus
c) Eliminasi
BAB : Sudah 1x warna hitam
BAK : Sudah 1 kali warna kuning jernih

3) Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 jam
4) Penatalaksanaan
(a) Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Evaluasi : Bayi lahir pukul 20.30, tidak ada cacat bawaan
(b) Menjaga kehangatan tubuh bayi
Evaluasi : Bayi sudah dipakaikan baju kering dan bersih, dibedong
dan dipakaikan topi
(c) Pemberian salep mata chloramphenicol 1% untuk mencegah
infeksi
Evaluasi : Sudah diberikan
(d) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini segera setalah bayi lahir

83
Evaluasi : Telah dilakukan inisiasi menyusui dini
(e) Memberikan injeksi vitamin K 1mg 0,5 ml secara IM 1 jam setelah
bayi lahir
Evaluasi : telah dilakukan pemberian injeksi vitamin K 1mg secara
IM di 1/3 paha kiri bagian luar
(f) Memberikan imunisasi HB0 0,5ml satu jam setelah pemberian
injeksi vit K secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar
Evaluasi : Telah dilakukan pemberian imunisasi HB0 secara IM
(g) Memberitahu Ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan
(h) Memberikan pendidikan kesehatan perawatan tali pusat
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran Bidan
(i) Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : sudah dilakukan

b. Kunjungan II
Tangal : 8 Februari 2022
1) Data Subjektif
Keluhan utama : Tidak ada keluhan
2) Data Objektif
a) Tanda-tanda Vital
Nadi : 140x/menit
Pernafasan : 45x/menit
Suhu : 36,7°C
Berat Badan :3.300gram
b) Pemeriksaan fisik
Wajah : simetris, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Tali pusat : tali pusat sudah puput, tidak ada tanda infeksi

84
Kulit : bersih, tidak terdapat ruam
c) Eliminasi
BAB : Sudah 1x warna kuning
BAK : Sudah 2x warna kuning jernih
3) Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi bayi baik
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan
b) Memberi penkes kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif
kepada bayi selama 6 bulan tanpa diberikan tambahan makanan
lain dan memberitahu ibu kelebihan pemberian ASI eksklusif
seperti meningkatkan bonding antara ibu dan anak, meningkatkan
kekebalan tubuh bayi, mencegah malnutrisi pada bayi, dan lebih
ekonomis.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan, dan akan melakukan
sesuai anjuran bidan
c) Memberi penkes kepada ibu untuk menjemur bayi di pagi hari
sekitar pukul 07.00-09.00 selama 10-15 menit, cahaya matahari
pagi dapat memberikan vitamin D alami yang dapat meningkatkan
kesehatan tulang serta merangsang kerja hati sehingga tubuh bayi
dapat memecah bilirubin dan mencegah penyakit kuning (hati)
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukan
sesuai anjuran bidan
d) Memberi penkes kepada ibu untuk memberikan ASI on demand
jika perlu setiap 2 jam sekali, bangunkan bayi untuk diberi ASI
bila bayi sedang tidur.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan sesuai anjuran bidan

85
e) Memberi pendidikan kesehatan kepada ibu terkait tanda bahaya
yang harus di waspadai pada bayi seperti demam, bayi rewel,
malas menyusu, letargi atau hanya bergerak saat diberi
rangsangan, diare atau muntah berlebih. Jika bayi mengalami salah
satu tanda diatas, ibu harus segera membawa bayi menuju fasilitas
kesehatan terdekat.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan Bidan

c. Kunjungan III
Tanggal : 16 Maret 2022 Pukul 15.00
1) Data Subjektif
Keluhan utama : Tidak ada keluhan
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Suhu : 36,4
Pernafasan : 43x/menit
Heart rate : 138x/menit
Berat badan : 3.400gram
b) Pemeriksaan fisik
Wajah : simetris, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : bersih, tidak terdapat ruam
c) Eliminasi
BAB : Sudah 2x warna kunig
BAK : Sudah 5x warna kuning jernih
3) Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 14 hari

86
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi bayi baik
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan
b) Melakukan informed consent tindakan pijat bayi serta manfaat dari
pijat bayi
(1) Membuat bayi merasa lebih tenang
(2) Melancarkan pencernaan
(3) Meningkatkan kualitas tidur bayi
Evaluasi : Ibu mengerti manfaat pijat bayi dan bersedia
bayinya diberikan pemijatan
c) Melakukan pijat bayi
(1) Stroking : usap kedua kaki
(2) Milking : pijatan dari bawah keatas kaki bayi dengan lembut
(3) Calf circle : dengan dua jari gerakan melingkar betis dari
pergelangan ke lutut
(4) Lower leg circle : gerakan melingkar mrnggunakan ibu jari dari
tulang kering sampai lutut
(5) Inner thigh : pijat paha bagian dalam dengan lembut
(6) Stroking : usap telapak kaki dengan lembut
(7) Toes : gulung tiap jari kaki
(8) Gerakan yang sama diulangi pada daerah lengan bayi
Evaluasi : telah dilakukan pijat bayi
d) Memberi penkes imunisasi yang perlu diberikan pada umur satu
bulan adalah imunisasi BCG yang bermanfaat untuk mencegah
penyakit TBC dan polio tetes yang bermanfaat untuk mencegah
penyakit polio. Ibu dapat membawa bayi ke puskesmas saat usia
bayi genap satu bulan.
Evaluasi : Ibu mengeri penjelasan bidan dan bersedia membawa
bayinya ke puskesmas untuk imunisasi.

87
d. Kunjungan IV
Tanggal : 13 April 2022
1) Data Subjektif
Keluhan utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan bayinya sudah
diimunisasi BCG serta polio I
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Suhu : 36,7
Pernafasan : 42x/menit
Heart rate : 135x/menit
Berat badan : 3.900gram
b) Pemeriksaan fisik
Wajah : simetris, tidak pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : bersih, tidak terdapat ruam
c) Eliminasi
BAB : Sudah 1x warna kekuningan
BAK : Sudah 3x warna kuning jernih
3) Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 minggu
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam kondisi
sehat
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan
b) Mengingatkan ibu untuk tetap rutin menjemur bayi di pagi hari
sekitar pukul 07.00-09.00 selama 10-15 menit.

88
Evaluasi : Ibu mengerti dan sudah rutin menjemur bayinya setiap
pagi
c) Memotivasi Ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif hingga usia
bayi mencapai 6 bulan
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengatakan sampai sekarang hanya
memberikan ASI saja
d) Menyarankan ibu untuk mengaplikasikan teknik pijat bayi yang
sebelumnya sudah diajarkan setiap sebelum atau sesudah bayi
mandi di pagi dan sore hari.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengatakan selalu memijat bayinya di
sore hari
e) Menganjurkan Ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap
guna melindungi bayi dari berbagai penyakit.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan, dan mengatakan sudah
melakukan imunisasi BCG dan Polio I

89
4. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
a. Kunjungan I
Tanggal : 2 Maret 2022
Tempat : Puskesmas Rawabuntu
1) Data Subjektif
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2) Data Objektif
a) Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 MmHg
Nadi : 87x/menit
Suhu : 36,7
b) Payudara
Bentuk : Simetris
Papila mammae : Menonjol, pengeluaran ASI, tidak lecet
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
c) Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Penuh
d) Pengeluaran
Lochea : warna merah, jenis lochea rubra
e) Perineum dan Anus

90
Luka episiotomy : terdapat luka episiotomy, kondisi luka masih
Basah, tidak terdapat tanda infeksi
Anus : tidak ada haemoroid
3) Analisa
Ibu P2A0 postpartum 6 jam
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengerti hasil pemeriksaan
b) Membantu Ibu berpindah ke bed nifas dan ke toilet untuk buang
air kecil
Evaluasi : Ibu sudah buang air kecil dan dipindahkan ke bed nifas
c) Memeriksa jumlah perdarahan
Evaluasi : perdarahan normal ±50 cc
d) Memberi penkes kepada ibu untuk tidak menahan BAK/BAB agar
kontraksi uterus tetap baik
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan
sesuai anjuran bidan
e) Memberi penkes personal hygiene dan vulva hygiene
(1) Cebok dari arah depan (vulva) ke belakang (anus)
menggunakan air bersih
(2) Mengganti pembalut minimal 4x dalam sehari
(3) Mencuci tangan menggunakan sabun setelah cebok
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan sesuai anjuran
bidan
f) Memberitahu ibu penkes tanda bahaya pada masa nifas
(1) Perdarahan berlebihan
(2) Demam tinggi
(3) Sakit kepala hebat
(4) Nyeri pada betis

91
(5) Merasa sedih terus-menerus

Bila ibu merasakan salah satu tanda gejala yang disebutkan, ibu
harus segera menuju fasilitas kesehatan terdekat

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukan


sesuai anjuran bidan

g) Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan


hidrasi, mengonsumsi makanan bergizi tanpa ada pantangan
makanan apapun, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Ibu dapat
mengonsumsi nasi, sayur-sayuran hijau untuk memperlancar
ASI, lauk-pauk, buah-buahan yang mengandung banyak air
dan serat. Ibu juga harus minum cukup air demi lancarnya
produksi ASI minimal 13 gelas air sehari.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan Bidan, sudah makan dan
minum.
h) Mengajarkan Ibu teknik menyusui yang baik dan benar
(1) Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah
menyusui
(2) Posisikan bayi dan ibu dengan nyaman
(3) Posisikan ibu jari dan empat jari lainnya membentuk huruf “C”
lalu masukkan keseluruhan daerah aerola ke mulut bayi
(4) Pastikan seluruh bagian aerola masuk ke mulut bayi, ini untuk
menghindari putting lecet.
(5) Bila payudara sudah terasa kosong, pindah ke payudara
lainnya.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan sesuai anjuran


bidan

92
b. Kunjungan II
Tanggal 8 Februari
1) Data Subjektif
Keluhan utama : tidak ada keluhan
2) Data Objektif
a) Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 MmHg
Nadi : 78x/menit
b) Payudara
Bentuk : Simetris
Papila mammae : Menonjol, pengeluaran ASI, tidak lecet
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
c) Abdomen
TFU : pertengahan pusat-simfisis
Kontraksi uterus : Baik
d) Pengeluaran
Lochea : lochea sanguilenta
e) Perineum dan Anus
Luka episiotomy : terdapat luka episiotomy, kondisi luka sudah
kering, tidak terdapat tanda infeksi
Anus : tidak ada haemoroid
3) Analisa
Ibu P2A0 postpartum 6 hari
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan
b) Melakukan konseling KB, terkait jenis-jenis alat KB serta efek
samping dari alat KB tersebut.

93
(1) Alat kontrasepsi jangka pendek
(a) Suntik KB : KB yang disuntikkan setiap 3 atau 1 bulan sekali,
efek samping dari KB suntik adalah siklus haid tidak teratur,
kenaikan berat badan, dll. KB suntik 3 bulan aman digunakan
untuk ibu menyusui.
(b) Pil : pil KB merupakan alat kontrasepsi dalam bentuk pil yang
harus diminum setiap hari pada jam yang sama, pil KB yang
aman untuk ibu menyusui adalah KB progestin. Efek samping
dari pil KB adalah perubahan siklus haid, kenaikan berat badan
dan nyeri perut
(2) Alat kontrasepsi jangka panjang
(a) Implan : merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dibawah
kulit pada lengan bagian atas. Pemasangan implant tidak
mengganggu produksi ASI sehingga aman bagi Ibu menyusui.
(b) Spiral/IUD : merupakan alat kontrasepsi yang dipasang
didalam rahim, iud atau spiral tidak mengganggu produksi ASI
sehingga aman untuk ibu menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan terkait jenis-jenis alat
kontrasepsi dan akan mendiskusikan kembali dengan suami
terkait alat kontrasepsi yang akan digunakan.
c) Melakukan informed consent tindakan pijat oksitosin, dan memberi
penkes manfaat pijat oksitosin bagi Ibu.
(1) Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta.
(2) Mencegah terjadinya perdarahan post partum.
(3) Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus.
(4) Meningkatkan produksi ASI.
(5) Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti manfaat pijat oksitosin dan bersedia
melakukan pijat oksitosin

94
d) Melakukan pemijatan oksitosin
(1) Penolong pemijatan berada di belakang pasien, kemudian licinkan
kedua telapak tangan dengan menggunakan baby oil. Pijat leher,
posisikan tangan menyerupai kepalan tinju. Lakukan pemijatan ini
sebatas leher selama 2 – 3 menit
(2) Pijat punggung belakang ibu (sejajar daerah payudara)
menggunakan ibu jari. Tekan kuat membentuk gerakan melingkar
kecil – kecil. Lakukan gerakan sebatas tali bra selama 2 – 3 menit
(3) Kemudian, telusuri kedua sisi tulang belakang, posisikan kedua
tangan menyerupai kepalan tinju dan ibu jari menghadap kearah
atas atau depan
Evaluasi : pijat oksitosin telah dilakukan, ibu merasa lebih relaks
dan nyaman.

c. Kunjungan III
Tanggal 16 Maret 2022
1) Data Subjektif
Keluhan utama : tidak ada keluhan
2) Data Objektif
a) Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 MmHg
Nadi : 75x/menit
b) Payudara
Bentuk : Simetris
Papila mammae : Menonjol, pengeluaran ASI, tidak lecet
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
c) Abdomen

95
TFU : tidak teraba
d) Pengeluaran
Lochea : lochea serosa
f) Perineum dan Anus
Luka episiotomy : terdapat luka episiotomy, kondisi luka sudah
kering, tidak terdapat tanda infeksi
Anus : tidak ada haemoroid
3) Analisa
Ibu P2A0 postpartum 14 hari
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengerti hasil pemeriksaan
b) Memberi pendidikan kesehatan pemenuhan nutrisi, makan makanan
yang bergizi yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat
vitamin dan mineral, perbanyak sayuran hijau dan minum air putih
minimal 13 gelas perhari
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan
sesuai anjuran bidan
c) Mengajarkan kepada ibu cara perawatan payudara
(1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
(2) Rutin mengganti bra
(3) Mengoleskan ASI ke daerah areola setelah menyusui untuk
melembabkan dan melindungi putting dari infeksi
(4) Menyusui dengan posisi yang benar
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan
sesuai anjuran
d) Memberi penkes pola istirahat yang baik yaitu, tidur siang minimal
satu jam dan tidur malam 7 jam, ibu dapat tidur apabila bayi sedang
tidur siang.

96
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan
sesuai anjuran bidan
e) Memberi penkes personal hygiene, mandi minimal 2 kali sehari dan
ganti celana dalam 2 kali sehari, cebok dari arah depan ke belakang,
dan mengganti pembalut minimal 4x sehari
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan
sesuai anjuran bidan

d. Kunjungan IV
Tanggal 13 April 2022
1) Data Subjektif
Keluhan utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, dan sudah KB suntik
3 bulan
2) Data Objektif
a) Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 MmHg
Nadi : 78x/menit
b) Payudara
Bentuk : Simetris
Papila mammae : Menonjol, pengeluaran ASI, tidak lecet
Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
c) Abdomen
TFU : tidak teraba
d) Pengeluaran
Lochea : sudah tidak ada
g) Perineum dan Anus
Luka episiotomy : kondisi luka sudah kering, tidak terdapat tanda
infeksi

97
Anus : tidak ada haemoroid
3) Analisa
Ibu P2A0 postpartum 6 minggu
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik
Evaluasi : Ibu mengerti hasil pemeriksaan
b) Memberi pendidikan kesehatan tentang pola istirahat yang baik pada
Ibu yaitu, tidur malam minimal 7 jam dan tidur siang 1 jam. Jika bayi
sedang tidur Ibu sebaiknya tidur juga agar tidak terlalu lelah.
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan
c) Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi dan hidrasi dengan
memakan makanan yang bergizi dan minum air putih yang cukup agar
produksi ASI lancar.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengatakan banyak memakan sayuran
hijau
d) Menganjurkan ibu untuk mengaplikasikan pijat oksitosin yang
sebelumnya sudah diajarkan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengatakan selama ini suami selalu
melaukan pijat oksitosin kira-kira 3 kali dalam seminggu
e) Mengingatkan ibu agar tidak terlambat dalam suntik KB di bulan
berikutnya untuk mencegah kehamilan
Evaluasi : Ibu mengerti dan sudah memasang tanda pengingat agar
tidak lupa.

98
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membandingkan antara teori dengan asuhan-
asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. F yang dimulai pada usia kehamilan
30 minggu lebih 6 hari sampai dengan 6 minggu postpartum. Penulis melakukan
asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir hingga nifas kepada klien dimulai
dari tanggal 7 Januari hingga 13 April 2022 di Puskesmas Rawabuntu.

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan


Asuhan antenatal merupakan upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk mengoptimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh hasil bahwa Ny. A melakukan
kunjungan antenatal di Puskesmas Rawabuntu sebanyak 10 kali. TM I
sebanyak 2 kali, TM II sebanyak 4 kali, dan 4 kali pada TM III. Hal
ini sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI terkait
kunjungan antenatal, kunjungan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada
kehamilan normal minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di
Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat
kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3
(Kemenkes RI, 2020).

99
Dalam melakukan pelayanan antenatal care bidan mengacu pada PMK
No.4 Tahun 2019 dengan standar pelayanan antenatal yang terdiri dari 10
T, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan
berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit
yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga
ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal serta menyiapkan
persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit atau komplikasi
(Kemenkes RI, 2019). Berikut merupakan standar minimal pelayanan
antenatal 10 T yang diberikan kepada Ny. F

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


Berat badan Ny. F terus mengalami peningkatan selama
masa kehamilan dengan total pertambahan berat badan sebanyak
12 kg dari mulai trimester I hingga trimester III. Untuk
mengetahui apakah pertambahan berat badan Ny. F dalam
batas normal atau tidak maka perlu diketahui nilai indeks masa
tubuh (IMT) Ny. A. Dimana nilai IMT Ny. F diperoleh dari
hasil berat badan dibagi dengan tinggi badan yang telah
dikuadratkan yakni berdasarkan data berat badan Ny. F 51 kg dan
tinggi badan 150 cm menunjukan nilai IMT 22,6. Dari hasil
tersebut kenaikan berat badan Ny. F selama kehamilan tergolong
dalam kategori normal. Dimana pada kategori normal,
rekomendasi pertambahan berat badan selama kehamilan yakni
11,5 –16 kg. Jika pertambahan berat badan kurang dari 1 kg
setiap bulannya atau kurang dari 9 kg selama kehamilan
menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin (Manuaba,
2014).
Tinggi badan Ny. F diukur pada kunjungan pertama dan
hasil pengukuran didapatkan tinggi badan Ny. F adalah 150cm,

100
merujuk teori oleh Rustam Mochtar (2012) yang menyebutkan
bahwa wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 145cm
berpotensi memiliki panggul sempit, maka dapat dikatakan Ny. F
kemungkinan tidak memiliki panggul sempit.

2. Tekanan Darah
Tekanan darah sistolik Ny. F selama pelayanan antenatal care
berkisar antara 100-120 mmHg dan untuk tekanan darah diastolik
Ny. F berkisar antara 70-80mmHg. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Kemenkes RI (2012) tekanan darah pada
ibu hamil dianggap normal jika sistolik tidak lebih dari 140
mmHg dan diastolik tidak lebih dari 90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan
dan preeklamsia (hipertensi disertai bengkak pada ekstremitas dan
wajah).

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)


Pengukuran LILA yang dilakukan pada Ny. F didapatkan hasil
25 cm, dapat dikatakan bahwa Ny. F tidak mengalami kekurangan
energi kronik (KEK). Pada ibu hamil pengukuran LILA
merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya Kurang
Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu
hamil mengakibatkan transfer nutrisi ke janin akan berkurang,
sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi
melahirkan bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR). BBLR
berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Salah

101
satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita KEK
bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
maka ibu hamil tersebut dinyatakan KEK atau kurang gizi
dan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR (Putri and Al Muqsith,
2018)
4. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai
atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak
sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Dari hasil pemeriksaan Ny. F pada kunjungan
pertama usia kehamilan 30 minggu 6 hari, TFU yakni pertengahan
pusat dan PX (28 cm). Pada kunjungan kedua usia kehamilan 35
minggu 6 hari, TFU di pertengahan pusat dan PX (31 cm). Pada
kunjungan ketiga usia kehamilan 36 minggu lebih 6 hari, TFU 3
jari dibawah PX (33 cm). TFU Ny.F masih tergolong normal
(Prawirohardjo, 2014).
5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin
Pada kunjungan pertama hingga kunjungan keempat
pemeriksaan kehamilan Ny.F dilakukan dengan pemeriksaan
palpasi menggunakan metode leopold I–IV. Pemeriksaan palpasi
menggunakan cara Leopold yang dilakukan pada Ny. F telah
sesuai dengan standar (Kurniarum, 2016).
Leopold I, untuk mengetahui usia kehamilan dan bagian janin
yang ada di fundus, dengan demikian dapat menentukan umur
kehamilan. Umur kehamilan disesuaikan dengan HPHT. Leopold I
pada Ny. F hasilnya TFU 3 jari dibawah Procecus Xipoideus(PX),
teraba satu bagian bulat lunak, tidak melenting (bokong). Leopold
II, untuk mengetahui letak janin didalam perut ibu dan mengetahui

102
bagian apa dari janin yang mengisi sebelah kanan dan kiri perut
ibu sehingga membantu menentukan bunyi jantung janin. Pada
Ny.F sebelah kanan teraba bagian keras memanjang seperti
papan (punggung) dan kiri teraba bagian –bagian kecil janin
(ekstremitas). Leopold III untuk mengetahui bagian apa yang
terdapat dibagian bawah perut ibu teraba satu bagian keras bulat
dan melenting (kepala). Leopold IV untuk mengetahui bagian
janin yang ada dibawah dan untuk mengetahui apakah kepala
sudah masuk panggul atau belum. Hasilnya bagian janin yang
berada dibawah pada usia kehamilan 36 minggu 6 hari adalah
kepala, sudah masuk PAP. Dari hasil pemeriksaan detak jantung
janin Ny. F mulai dari kunjungan pertama hingga kunjungan
terakhir detak jantung janin Ny. F berkisar antara 143–149x/menit,
intensitas kuat dan teratur. Hal ini sesuai teori, yaitu dalam
keadaan normal frekuensi dasar janntung janin berkisar antara
120–160x/menit. Detak jantung janin <120x/menit atau
>160x/menit menunjukan adanya gawat janin. DJJ <120x/menit
menunjukan bayi mengalami bradikardi dan DJJ >160x/menit
menunjukan bayi mengalami takikardi (Kurniarum, 2016)
6. Pemberian Imunisasi TT sesuai status imunisasi
Ny. F mengatakan telah mendapatkan imunisasi TT1dan TT2 nya
saat hamil anak pertama pada tahun 2020, dan mendapatkan
imunisasi TT3 saat hamil ini pada bulan Desember 2021.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, sesuai dengan
status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki
status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap
infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long
Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi (Kementrian
Kesehatan RI, 2020a)

103
7. Pemberian tablet Fe
Ny.F telah megonsumsi tablet tambah darah lebih dari 90 tablet
selama kehamilannya ini, hal ini sudah seusai anjuran yang
diberikan. Tujuan pemberian Fe adalah untuk mengompensasi
peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan
untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin yang
adekuat (Saifuddin, 2011)
8. Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil yaitu
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaaan
laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,
haemoglobin darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis/epidemis (malaria, IMS, HIV). Sementara
pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada
ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care. Pada Ny.
L dilakukan pemeriksaan laboratorium menunjukan hasil
golongan darah ibu A rhesus (+), kadar Hb ibu 12,4 gr/dl, protein
urine (negatif), glukosa urine (negatif), hepatitis (negatif), HIV
(negatif), sifilis (negatif).
Kadar Hb ibu menunjukkan kadar normal atau tidak anemia, hal
tersebut sesuai dengan teori bahwa hasil pemeriksaan Hb dapat
digolongkan sebagai berikut : Hb 11 g/dl tidak anemia, 9 –10 g/dl
anemia ringan, 7 –8 g/dl anemia sedang, kurang dari 7 g/dl anemia
berat (Walyani, 2015).
9. Tatalaksana Kasus
Pada usia kehamilan 36 minggu 6 hari ibu mengatakan sering
BAK dan di malam hari sering terbangun karena harus BAK.
Penatalaksanaan yang dilakukan penulis adalah memberitahu Ibu

104
bahwa ketidaknymanan yang Ibu rasakan merupakan hal yang
wajar terutama ketika kepala bayi sudah masuk panggul yang
menyebabkan adanya penekanan pada kandung kemih sehingga
membuat Ibu sering BAK, untuk mengurangi ketidaknyamanan
sering terbangun akibat BAK di malam hari Ibu dapat mengurangi
jumlah konsumsi air di malam hari menjelang tidur. Penulis juga
memberikan pendidikan kesehatan terkait vulva hygiene
dikarenakan Ibu mengalami sering BAK, cebok dari arah depan
(vulva) ke belakang (anus), mengeringkan area vagina sesudah
cebok, mengganti celana dalam jika sudah mulai terasa lembab
akibat sering BAK untuk menghindari tumbuhnya jamur/bakteri.
10. Temu Wicara
Setiap pemeriksaan antenatal yang dilakukan Ny.F selalu
mendapatkan konseling serta penyuluhan kesehatan dari Bidan
yang bertugas.
a. Temu wicara
b. Pemberian Komunikasi Interpretasi dan KIE
1) Kesehatan Ibu
2) Perilaku hidup bersih dan sehat
3) Peran suami atau keluarga dalam kehamilan dan persalinan
4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi.
5) Asupan gizi seimbang
6) Insiasi Menyusu Dini (IMD)
7) KB pasca persalinan

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

105
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta (Sulistyawati and Nugraheny, 2013)
Pada tanggal 2 Maret 2022 Ibu mengeluh mulas sejak pukul 7 pagi dan
pada pukul 17.00 Ny. F mengeluh ada pengeluaran lendir dan darah, lalu
penulis menganjurkan Ny. F untuk datang ke Puskesmas Rawabuntu untu
dilakukan pemeriksaan. Pada pukul 17.40 Ny. F datang ke Puskesmas.
Dalam masa persalinan Ny.F berlangsung tanpa adanya penyulit dan
komplikasi sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Penanganan
persalinan dilaksanakan sesuai Asuhan Persalinan Normal dengan 60
langkah APN.
1. Persalinan Kala I
Saat pertama kali datang Ny. F ditemani oleh suami ke Puskesmas,
kemudian Ny.F diminta untuk menyerahkan buku KIA yang
dimilikinya kepada bidan. Setelah itu Ny.F dianjurkan untuk
membuka celana yang dipakai setelah itu ditutupi dengan selimut
sebelum dimulai pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan TTV (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu),
pemeriksaan abdominal (Leopold I –IV, dan menghitung DJJ
selama 1 menit), dan dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal
toucher). Ny.F datang dengan keadaan umum baik dan kesadaran
composmentiskarena dapat berkomunikasi dengan lancar, dapat
menyampaikan keluhannya secara jelas dan merespon aktif terhadap
pertanyaan maupun intervensi yang diberikan. Pada pemeriksaan
TTV Ny. F dalam keadaan baik yaitu TD 120/80 mmHg, nadi
84x/menit, pernafasan 20x/menit dan suhu 36,4°C. Pada

106
pemeriksaan palpasi didapatkan pada fundus teraba satu bagian besar,
bundar, lunak, dan tidak melenting. Pada bagian perut kiri Ny.F bagian
keras yang memanjang, dibagian perut kanan teraba bagian kecil
janin. Pada bagian terendah janin teraba satu bagian besar, bulat,tidak
melenting. Observasi detak jantung janin dan penghitungan his
didapatkan hasil, DJJ 149x/menit. intonasi kuat dan teratur, His
2x10’x30’’ intensitas kuat. Pengukuran TFU menggunakan pita ukur
sebesar 30 cm, sehingga didapatkan TBJ (30-12) x 155 ± 10 % =
2.790 gram ± 10 %
Kemudian dilakukan vaginal toucher pada Ny.F, didapatkan
hasil vulva atau vagina tidak ada kelainan, konsistensi tipis lunak,
penipisan 20%, pembukaan 2 cm, bagian bawah janin kepala.

2. Persalinan Kala II
Persalinan kala II pada Ny. F dimulai sejak pukul 20.15 WIB, dimana
Ny. F mengatakan sudah keluar air-air seperti pipis banyak yang tidak
tertahan dan segera ingin mengedan. Lalu bidan melakukan
pemeriksaan TTV yang didapatkan hasil dari TTV ibu dan janin dalam
kondisi baik dan normal DJJ yang didapatkan masih kuat dan teratur.
Pemeriksaan dilanjutkan ke anogenital, keluarnya air-air seperti yang
ibu rasakan adalah ketuban sudah pecah yaitu pada pukul 20.15 WIB,
sudah keluar lendir bercampur dengan darah dilakukan pemeriksaan
VT oleh bidan hasil dari pemeriksaan dalam yang dilakukan
didapatkan hasilnya pembukaan lengkap. Asuhan yang diberikan
kepada Ny. F yaitu memposisikan Ny.F dengan posisi senyaman
mungkin, dan mendengarkan aba aba bidan pada saat ingin
meneran, memberitahu suami agar tetap di samping ibu untuk
terus memberikan support. Dan bidan segera mendekatkan alat yang
sudah disediakan. Proses kala II Ny. F sudah sesuai dengan teori

107
yang menyatakan bahwa kala II persalinan dimulai ketika pembukaan
serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Kala II pada primipara biasanya berlangsung selama 2 jam dan pada
multipara 1 jam (Mutmainnah, 2017). Karena Ny.F sudah ada tanda-
tanda persalinan kala II bidan segera melakukan pemeriksaan kembali
pada Ny. F didapatkan hasil pemeriksaan, tanda-tanda vital Ny. F
dalam keadaan baik dan normal, DJJ 140x/menit, intensitas kuat dan
teratur.
Pukul 20.30 WIB, bayi lahir spontan menangis kuat, tonus otot
aktif, bergerak aktif, dan kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki
dan tidak ada kecacatan fisik. Dari pembukaan lengkap hingga bayi
lahir berlangsung selama 15 menit. Lama Kala II Ny. F masih
termasuk kategori normal yaitu 15 menit. Asuhan kebidanan yang
dapat diberikan pada kala II meliputi pemantauan terus-menerus
kemajuan persalinan, menganjurkan dan membantu ibu dalam upaya
perubahan posisi dan ambulansi, memenuhi kebutuhan cairan dan
nutrisi, mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman, serta
memfasilitasi suami dan keluarga sebagai pendamping saat proses
persalinan (Mutmainnah, 2017)
3. Persalinan Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah. Manajemen Kala III terdiri dari
pemberian oksitosin 10 IU, penegangan tali pusat terkendali, dan
massase fundus uteri (Mutmainnah, 2017).
Ny. F merasa senang atas kelahiran bayinya. Setelah bayi lahir
Ny. F masih merasakan mulas. Ny.F dalam keadaan baik dan
kesadaran composmentis. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan TFU
2 jari diatas pusat dan kontraksi uterus baik. Kala III berlangsung

108
selama 10 menit, dilakukan manajemen aktif kala III, pertama ibu
diberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha kiri
bagian luar yang berfungsi untuk merangsang uterus untuk
berkontraksi juga untuk mempercepat pelepasan plasenta. Setelah
melihat tanda-tanda pelepasan plasenta kemudian plasenta
dikeluarkan dengan cara meregangkan tali pusat tetapi tidak menarik
paksa tali pusat dan dibiarkan keluar sesuai dengan jalan lahir
selanjutnya melakukan massase fundus uteri selama 15 detik
setelah plasenta keluar. Setelah plasenta lahir perlu dilakukan
pemeriksaan kelengkapan plasenta untuk memastikan tidak ada
bagian-bagian yang tersisa dalam uterus, dan sudah dipastikan dan
melakukan pengecekan ulang atau eksplorasi jalan lahir bahwa
plasenta bayi Ny. F utuh, selaput utuh, kotiledon lengkap dan tidak
ada sisa plasenta yang tertinggal.

4. Persalinan Kala IV
Setelah plasenta lahir, dan sudah dilakukan eksplorasi
jalan lahir untuk mengetahui adakah sisa jaringan yang
tertinggal, hasilnya didapatkan tidak ada sisa selaput plasenta, tidak
ada kotiledon dan tidak ada setosel, setelah itu dilakukan
pengecekan perdarahan aktif dan laserasi jalan lahir, terdapat
robekan jalan lahir yaitu ruptur terdapat pada bagian otot dan
kulit perineum (grade II) dan darah yang keluar sebanyak ± 100cc
dilakukan penjahitan pada bagian yang rupture yaitu bagian otot
dan kulit perineum. Selama proses penjahitan perineum Ibu tidak
diberikan lidokain 1% guna mempercepat penyembuhan luka jahitan.
Pemberian lidokain 1% ini secara signifikan dapat mempengaruhi
lamanya penyembuhan luka jahitan perineum, dimana luka jahitan
dengan lidokain 1 % memiliki rerata kesembuhan lebih lama

109
dibandingkan dengan luka jahitan tanpa lidokain 1 % (Nopi and Febe,
2019)
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD 110/70
mmHg, nadi 84 x/menit, pernapasan 22x/menit dan suhu 36,6°C. Pada
pemeriksaan palpasi didapatkan TFU sepusat dan kontraksi uterus
baik. Pada kala IV ini dilakukan pengecekan perdarahan, terdapat
perdarahan ±150cc hal ini masih dalam batas normal.
Selain pemantauan kala IV, asuhan yang diberikan pada Ny.F
yaitu, memberikan asuhan kebidanan kepada Ny.F untuk memenuhi
kebutuhan hidrasi dan nutrisi, menganjurkan untuk tidak menahan
BAK, mengajarkan pada ibu dan suami cara massase fundus uteri agar
kontraksi tetap harus terjaga dengan baik. Hasil yang didapat Setelah 2
jam ibu dapat duduk dan ke toilet untuk BAK, ibu sudah makan dan
minum, dan kontraksi uterus baik. Penulis juga menganjurkan Ny. F
untuk mobilisasi, serta tidak menahan BAK dan BAB, mengajarkan
Ny. F cara masase fundus uteri agar kontraksi uterus tetap baik,
memberitahu ibu tanda bahaya kala IV yaitu demam, perdarahan
aktif, bekuan darah yang banyak, timbul bau dari vagina, pusing,
lemas berlebih dan nyeri panggul atau abdomen yang hebat.
Hasil yang didapatkan selama observasi 2 jam postpartum, ibu
tidak ada keluhan dan setelah 2 jam ibu dapat duduk dan berdiri,
hasil semua dalam batas normal.
Memberikan terapi obat Ny. F yaitu memberikan terapi
oral, meliputi vitamin A 200.000 UI 1x1 sebanyak 2 tablet yang
bertujuan untuk menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI,
amoxicillin 500 mg 3x1 sebanyak 15 tablet bertujuan untuk
antisipasi pencegahan infeksi, tablet Fe 250 mg 1x1 sebanyak 30
tablet bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb darah. Asam

110
Mefenamat 500mg 3x1 sebanyak 10 tablet untuk mengurangi rasa
nyeri akibat jahitan.

C. Asuhan pada Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu setelah itu. Pelayanan pascapersalinan
harus dilakukan pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,
yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan komplikasi
dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian
ASI, cara menjarangkan kehamilan, dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo,
2014).
Asuhan yang diberikan pada masa nifas Ny.F sebanyak 4 kali, yaitu
pemeriksaan 6 jam post partum, 6 hari post partum, dan 2
minggu,dan 6 minggu post partum dilakukan satu kali kunjungan
dipuskesmas tiga kali melakukan kunjungan ke rumah Ny.F. Hal
tersebut sudah sesuai dengan kebijakan program nasional masa nifas
menetapkan paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungan nifas untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-masalah yang terjadi (Wahyuningsih, 2018)
1. Kunjungan Nifas 6 jam
Pada kunjungan awal 6 jam postpartum Ibu
didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal,
TFU 2 jari dibawah pusat, lochea rubra berwarna merah segar,
kontraksi uterus baik, perdarahan normal, kandung kemih kosong.
Pada kunjangan 6 jam Ibu sudah dapat berjalan sendiri ke kamar
mandi untuk BAK sebanyak dua kali tetapi ibu belum BAB.
Pada kunjangan ini penulis memberitahu Ny. F untuk tidak
menahan BAB dan BAK, memberitahu ibu tentang vulva hygiene,
memberitahu ibu tanda bahaya pada masa nifas, memberitahu ibu

111
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi, ibu dapat makan
makanan yang bergizi tanpa ada pantangan, memberitahu ibu harus
minum air putih minimal 14 gelas perhari, mengajarkan ibu teknik
menyusui dengan baik dan benar.
2. Kunjungan Nifas 6 hari
Pada kunjungan ke 6 hari tanggal 08 Febuari 2022 Penulis
melakukan pemeriksaan kunjungan nifas di Rumah Ny. F. Setelah
dilakukan pemeriksaan hasil dari tanda-tanda vital Ny. F dalam batas
normal, lochea sanguilenta berwarna merah kekuningan dan kondisi
perineum luka sudah mulai kering dan membaik, bersih dan tidak ada
tanda tanda infksi seperti pus (nanah) yang ada di luka perineum,
TFU pertengahan simfisis dan pusat. Involusi uteri Ny. F berjalan
normal hal ini karena sesuai dengan teori yang ada bahwa pada masa
nifas 6 hari tinggi fundus uteri berada pada pertengahan pusat dan
simfisis (Moctar, 2012). Pada kunjungan ini penulis mengajarkan
serta melakukan pijat oksitosin yang salah satu manfaatnya adalah
untuk memperlancar pengeluaran ASI, mencegah terjadinya
perdarahan postpartum, mempercepat involusi uteri (Wahyuningsih,
2018). Evaluasi dari pijat oksitosin yang diberikan, ibu mengatakan
ASI menjadi sangat lancar. Penulis juga menjelaskan jenis-jenis alat
kontrasepsi serta efek sampingnya yang mungkin akan Ibu gunakan
setelah masa nifas dan menganjurkan ibu untuk mendiskusikan
terlebih dahulu bersama suami terkait penggunaan alat kontrasepsi
yang diinginkan.
3. Kunjungan Nifas 2 minggu
Pada kunjungan 2 minggu tanggal 16 Febuari 2022 Penulis
melakukan pemeriksaan kunjungan nifas di Rumah Ny. F. Setelah
dilakukan pemeriksaan hasil dari tanda-tanda vital Ny. F dalam batas
normal, lochea serosa berwarna kuning kecoklatan dan kondisi luka

112
perineum sudah kering, bersih dan tidak ada tanda tanda infeksi seperti
pus (nanah) yang ada di luka perineum, TFU tidak teraba. Involusi
uteri Ny. F berjalan normal hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa
pada masa nifas 2 minggu tinggi fundus uteri sudah tidak teraba
(Moctar, 2012).
Pada kunjungan ini Ny. F mengatakan tidak ada keluhan,
penulis memberikan pendidikan kesehatan terkait perawatan payudara
kepada Ny. F, penulis juga memberitahu Ny.F terkait pola nutrisi dan
hidrasi yang baik agar ASI Ny.F lancar, pola istirahat yang baik untuk
ibu agar tidak terlalu lelah terutama ketika menjaga bayi serta
memberitahu ibu terkait personal hygiene.
4. Kunjungan Nifas 6 Minggu
Kunjungan nifas 6 minggu dilakukan pada tanggal 13 April
2022, Ny.F mengatakan tidak ada keluhan dan sudah melakukan
suntik KB 3 bulan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny.F normal,
sudah tidak ada pengeluaran lochea, luka jahitan sudah kering dan
tidak ada tanda-tanda infeksi.
Pada kunjungan ini penulis memberikan pendidikan kesehatan
terkait pola istirahat dan pola nutrisi, penulis menganjurkan Ny.F
untuk mengaplikasikan teknik pijat oksitosin yang sebelumnya sudah
diajarkan, penulis mengingatkan Ny.F agar tidak terlambat untuk
melakukan suntik KB.

D. Asuhan Kebidanan pada Neonatus

Bayi Ny. F lahir pada tanggal 02 Maret 2022 pukul 20.30 WIB dalam
keadaan sehat, menangis kuat, tonus otot aktif dan warna kulit kemerahan.
Bayi Ny.F udah mendapatkan asuhan sesuai dengan pedoman yaitu,
melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), melakukan pengikatan dan

113
pemotongan tali pusat bayi dan melakukan perawatan tali pusat
(Megasari, 2016).

1. Kunjungan Neonatus 6 jam


Pada kunjungan 6 jam penulis melakukan pemeriksaan
antroprometri kepada Bayi Ny.F, hasil pemeriksaan antropometri pada
Bayi Ny.F adalah berat badan 3200gram, panjang badan 49 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 31 cm, dan lila 11 cm, denyut
jantung 138x/menit, pernapasan 43x/menit, suhu 36,4ºC. Hal ini
sesuai dengan ciri-ciri bayi baru lahir normal (Wagiyo and Putrono,
2016). Kemudian bayi Ny. F diberikan injeksi vitamin K
Pytomenadion 1 mg dengan dosis 0,5 ml secara IM di 1/3 paha kiri
bagian luar bayi setelah bayi lahir untuk mencegah perdarahan akibat
defisiensi vitamin K karena bayi baru lahir relatif mengalami
kekurangan vitamin K (Mutmainnah, 2017). Setelah itu diberikan
salep mata oxytetrasiklin 1% untuk mencegah infeksi pada mata bayi.
Satu jam setelah pemberian vit k dan salep mata, bayi Ny.F diberikan
suntikan imunisasi HB0 0,5 cc secara IM di 1/3 paha kanan bagian
luar atau bagian paha yang berbeda. Hal ini sesuai dengan teori,
vaksinasi hepatitis B pada bayi baru lahir sangat penting untuk
diberikan. Semua bayi baru lahir harus sudah divaksinasi hepatitis B
kurang dari 12 jam setelah lahir. Hal ini dilakukan untuk mencegah
penularan Hepatitis B pada bayi, baik dari ibu maupun dari teman dan
anggota keluarga (Hadianti and Dkk, 2014).
2. Kunjungan Bayi Baru Lahir 6 hari
Pada kunjungan kedua bayi. Ny.F hari ke-6 pada tanggal 8
Maret 2022. Ibu mengatakan tali pusat bayinya sudah puput, bayi
menyusu dengan sering, tidak ada masalah pada eliminasi bayi
dan ibu sudah mengikuti anjuran menjemur bayinya di pagi hari.

114
Hasil pemeriksaan TTV keadaan umum baik, nadi 140x/menit,
pernapasan 45x/menit, suhu 36,7°C. Tali pusat bayi puput pada hari
ke-5, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pada umumnya
tali pusat akan puput pada waktu bayi berumur 5-7 hari
(Kumalasari, 2015). Berat badan bayi Ny.F mengalami penambahan
berat badan 100 gram menjadi 3.300 gram dan panjang badan
bertambah 1 cm menjadi 50 cm.
Pada kunjungan ini penulis memberikan pendidikan kesehatan
kepada Ny.F untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
tanpa ada tambahan atau pendamping lainnya, serta memberitahu ibu
manfaat dari pemberian ASI eksklusif, penulis juga memberitahu Ny.
F terkait tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi seperti
demam, bayi rewel, malas menyusu, letargi atau hanya bergerak saat
diberi rangsangan, diare atau muntah berlebih, Ibu juga harus
menjemur bayi di pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00 selama 10-15
menit, cahaya matahari pagi dapat memberikan vitamin D alami yang
dapat meningkatkan kesehatan tulang serta merangsang kerja hati
sehingga tubuh bayi dapat memecah bilirubin dan mencegah penyakit
kuning (hati).

3. Kunjungan Neonatus 2 minggu


Pada kunjungan ketiga bayi Ny.F hari ke-6 pada tanggal 18
Maret 2022. Ibu mengatakan bayinya semakin sering menyusu dan
tidak ada keluhan lain. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam
keadaan normal, berat badan bayi Ny.F mengalami kenaikan menjadi
3.400 gram.
Pada kunjungan kali ini penulis melakukan dan mengajarkan
pijat bayi pada daerah lengan dan kaki kepada Ny.F yang memiliki
berbagai manfaat seperti membuat bayi lebih relaks dan tenang,

115
membuat bayi tidur menjadi lebih nyenyak, dan meningkatkan
bonding antara ibu dan anak jika dilakukan oleh ibu secara langsung.
Setelah melakukan pijat bayi, penulis mengingatkan Ny.F untuk
membawa bayinya imunisasi BCG dan polio ketika sudah berusia satu
bulan, imunisasi ini bermanfaat untuk mencegah penyakit TBC dan
polio pada bayi (Hadianti and Dkk, 2014).
4. Kunjungan Neonatus 6 minggu
Kunjungan neonatus 6 minggu dilakukan pada tanggal 13 April
2022. Ny. F mengatakan bayinya sudah melakukan imunisasi BCG
dan Polio I dan tidak ada keluhan lain. Hasil pemeriksaan bayi Ny.F
dalam keadaan normal, berat badan bayi Ny.F mengalami kenaikan
menjadi 3.900 gram.
Pada kunjungan kali ini penulis mengingatkan Ny.F agar selalu
rutin menjemur bayinya di pagi hari selama 10-15 menit, penulis juga
menganjurkan Ny.F untuk mengaplikasikan pijat bayi yang sudah
diajarkan sebelumnya. Penulis juga menyarankan Ibu untuk
memberikan imunisasi dasar lengkap tepat pada waktunya untuk
mencegah dan melindungi bayi dari berbagai penyakit (Hadianti and
Dkk, 2014).

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum penatalaksanaan asuhan kebidanan ini telah mengikuti manajemen
asuhan kebidanan secara optimal. Dari asuhan tersebut didapatkan hasil :
1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

116
Pada asuhan kehamilan Ny. F dilakukan sesuai standar pemeriksaan
kehamilan yang sudah ditetapkan yaitu 10T dan tidak ada kelainan maupun
kesenjangan antara teori dengan praktik.
2. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Pada persalinan Ny.F dilakukan sesuai Asuhan Persalinan Normal (APN)
secara spontan dan tidak ada kelainan maupun kesenjangan antara teori
dengan praktik.
3. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
Asuhan kebidanan masa nifas pada Ny.F tidak didapatkan komplikasi maupun
penyulit seperti terjadi infeksi dalam masa nifas dan berjalan normal hingga
masa nifas 6 minggu sesuai dengan teori yang ada dan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik.
4. Asuhan Kebidanan Neonatus
Asuhan kebidanan pada bayi Ny. S berjalan dengan normal, sehat dan tidak
ada kelainan sampai berusia 6 minggu dan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktik.

B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi mengenai
Asuhan Kebidanan bagi penulis berikutnya.
2. Institusi Kesehatan
Penulis berharap agar Puskesmas Kecamatan Rawabuntu dapat
mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan terutama
pada Asuhan Kebidanan, serta tetap mempelajari ilmu-ilmu kebidanan terbaru
untuk diterapkan dalam Asuhan Kebidanan.

117
118
DAFTAR PUSTAKA

Aghamohammadi, A. and Nooritajer, M. (2012) ‘Maternal age as a risk factor for


pregnancy outcomes : Maternal , fetal and neonatal complication’, 5(February), pp.
264–269. doi: 10.5897/AJPP11.011.

Ambarwati, E. R. and Wulandari, D. (2010) Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Amru, S. and Rustam, M. (2012) Sinopsis Obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial.
Jakarta: EGC.

Asri, D. and Clervo, C. (2012) Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Bill & Melinda Gates Foundation (2021) World’s Maternal Mortality Rate.

Departemen Kesehatan RI (2013) Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Dirjen


Binkesmas.

Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2020) Profil Kesehatan Provinsi Banten 2020.
Banten.

Hadianti, D. N. and Dkk (2014) Buku Ajar Imunisasi. Jakarta Selatan: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kamariyah, N., Anggasari, Y. and Muflihah, S. (2014) Buku Ajar Kehamilan.


Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI (2019a) ‘PMK No.4 Th.2019’.

Kemenkes RI (2019b) ‘Undang - Undang No.4 Tahun 2019’, in.

Kemenkes RI (2020) Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru
lahir di Era Adaptasi Baru.

x
Kementrian Kesehatan RI (2010) ‘Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu’, Pedoman
Pelayanan Antenatal Terpadu. Available at: www.depkes.go.id.

Kementrian Kesehatan RI (2013) Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Available at:


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5165/1/4_Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui_6. Modul Praktikum 1 Petunjuk Praktikum Nifas.pdf.

Kementrian Kesehatan RI (2017) PMK No.28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Kementrian Kesehatan RI (2020a) Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian
kesehatan RI. Available at: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/061918-
sosialisasi-buku-kia-edisi-revisi-tahun-2020.

Kementrian Kesehatan RI (2020b) ‘KEPMENKES RI’, in, pp. 1–90.

Kementrian Kesehatan RI (2020c) Profil Kesehatan Indonesia 2020, Profil


Kesehatan Indonesia 2020.

Kumalasari, I. (2015) Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Keperawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba
Medika.

Kurniarum, A. (2016) Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Manuaba, I. B. G. (2014) IlmuKebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk


Pendidikan Bidan. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Mochtar, R. (2012a) Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:


EGC.

Mochtar, R. (2012b) sinopsis obstetri : Obstetri Fisiologis Obstetri Patologis Edisi ke


3. Jakarta: EGC.

xi
Moctar, R. (2012) Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi Edisi ketiga. Jakarta: EGC.

Mutmainnah, dkk (2017) Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Andi.

Nopi, H. and Febe (2019) ‘Perbedaan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas
Dengan Dan Tanpa Lidokain 1 % Dilihat Dari Pola Makan di RSUD Tebet Dan Rb
T ’’ Jakarta Utara’, Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Kebidanan, 8(2), pp. 1–13.
Available at: file:///C:/Users/Hp/Downloads/82-Article Text-72-1-10-20200113.pdf.

Oktafia and Dkk (2012) Birth Ball, Seminar Akhir Departemen Maternitas. Malang.

Pratignyo, T. (2014) Yoga Ibu Hamil. Jakarta: Pustaka Bunda.

Prawirohardjo, S. (2014) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Putri, A. R. and Al Muqsith, A. M. (2018) ‘HUBUNGAN LINGKAR LENGAN


ATAS IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI RUMAH SAKIT
UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA DAN RUMAH SAKIT Tk
IV IM.07.01 LHOKSEUMAWE TAHUN 2015’, AVERROUS: Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan Malikussaleh, 2(1), p. 1. doi: 10.29103/averrous.v2i1.399.

Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. and Dkk (2014) Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan).


Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, A. B. (2010) Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Saifuddin, A. B. (2018) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan


Bina Sarwono Prawirohardjo.

Sari, A., Ulfa, I. mardiatul and Daulay, R. (2015) Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan. Bogor: In Media.

Sulistyawati and Nugraheny (2013) Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.

xii
Yogyakarta: Salemba Medika.

Wagiyo and Putrono (2016) Asuhan Keperawatn Antenatal, Intranatal & Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Andi Publisher.

Wahyuningsih, H. P. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Pusdik


SDM Kesehatan Bahan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Wallenborn, J. T., Perera, R. A. and Masho, S. W. (2017) ‘Breastfeeding after


Gestational Diabetes : Does Perceived Benefits Mediate the Relationship’, 2017.

Walyani, E. S. (2015) Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Wheeler, L. (2008) Buku Saku Asuhan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta: EGC.

Widyasih H, S. dan A. R. (2013) Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Yuli, R. and Aspiani (2017) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
CV. Trans Info Media.

xiii
LAMPIRAN

Dokumentasi

Lampiran 1Dokumentasi kunjungan


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Grafik Peningkatan BB Ibu hamil
Lampiran 5 Kegiatan Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai