Anda di halaman 1dari 135

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

NY.H DI KLINIK PRATAMA RANI PERMATA


MEDIKA KOTA JAKARTA SELATAN TAHUN 2021

Proposal Laporan Tugas Akhir


Untuk memenuhi salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan
Pendidikan DIII Kebidanan pada Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I

Disusun Oleh :

Neng Kusmiati

NIM. P17124018062

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H

DI KLINIK PRATAMA RANI PERMATA MEDIKA KOTA


JAKARTA SELATAN TAHUN 2021

Oleh :

Neng Kusmiati

NIM. P17124018062

Telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Proposal Laporan Tugas Akhir Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1

Tanggal, 05 April 2021

Pembimbing

(Vera Suzana Dewi Haris, SST., M.Keb)

NIP. 919810113201602201

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H

DI KLINIK PRATAMA RANI PERMATA MEDIKA KOTA JAKARTA


SELATAN TAHUN 2021

Oleh :
Neng Kusmiati
NIM. P17124018062

Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir


Pada tanggal :

Penguji I Penguji II

(Rasumawati, SKM., MA.Kes) (Sri Handayani, Spd., MKM)


NIP.196309061984122001 NIP.196909301992032001

Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta I

(Erlin Puspita, SST., M.Keb)


NIP. 198007132002122002

iii
SURAT PERNYATAAN

BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya :

Nama : Neng Kusmiati

NIM : P17124018062

Program Studi : D-III Kebidanan

Menyatakan bahwa tidak melakukan plagiat dalam penulisan Proposal Laporan


Tugas Akhir saya yang berjudul :

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H

DI KLINIK PRATAMA RANI PERMATA MEDIKA KOTA


JAKARTA SELATAN TAHUN 2021

Apabila suatu saat saya terbukti melakukan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 05 April 2021

Neng Kusmiati
NIM. P17124018062

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukut kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. H di Klinik Pratama Rani Permata Medika
Kota Jakarta Selatan Tahun 2021” dengan baik dan tepat waktu. Proposal Laporan
Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh derajat ahli madya kebidanan di Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Jakarta I.

Penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan


banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah S.W.T yang senantiasa memberikan kesehatan rohani jasmani,


kemudahan dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan Propsal
Laporan Tugas Akhir ini.
2. Ibu drg. Ita Astit Karmawati, M A R S., selaku direktur Poltekkes
Kemenkes Jakarta I.
3. Ibu Erlin Puspita., S.ST., M.Keb., selaku ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta I.
4. Ibu Vera Suzana Dewi Haris, SST.,M.Keb.,selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga
Proposal Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Ibu Rasumawati, SKM.,MA.Kes.,selaku Penguji I yang telah memberikan
masukan keepada penulis, sehingga Proposal Laporan Tugas Akhir ini
dapat terwujud.
6. Ibu Sri Handayani, Spd., MKM., selaku penguji II yang telah memberikan
masukan kepada penulis, sehingga Proposal Laporan Tugas Akhir ini
dapat terwujud.

v
7. Ibu Erlin Puspita., S.ST., M.Keb., selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis, sehingga Proposal
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
8. Pimpinan Klinik Ibu Hj.Betriani,Am.Keb.,beserta pegawai yang telah
memberikan ijin dan membantu penelitian ini.
9. Ibu H, Selaku pasien yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan
Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
10. Keluarga Tercinta khususnya orang tua yang telah memberikan motivasi,
dukungan baik secara moril dan materil serta kasih sayang dan doa yang
tak terhingga sampai detik ini untuk penulis dalam setiap langkahnya.
11. Seluruh teman mahasiswa Jurusan Kebidanan Polteknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta I yang telah memberikan dukungan, memotivasi dalam
penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini. Semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut membantu dalam
terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis Menyadari bahwa dalam Proposal Laporan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekuranfan dan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangan penulis harapkan demi kesempurnaan Proposal Laporan
Tugas Akhir ini.

Jakarta, 05 April 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................iv

KATA PENGANTAR......................................................................................v

DAFTAR ISI ...................................................................................................vii

DAFTAR TABEL............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................5
D. Manfaat Penulisan .........................................................................5
E. Keaslian Penulisan Kasus ..............................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Standar Asuhan Kebidanan ............................................................7
B. Kewenangan Bidan ........................................................................11
C. Asuhan kebidanan ..........................................................................13
1. Kehamilan ................................................................................13
2. Persalinan .................................................................................36
3. Nifas .........................................................................................67
4. Bayi Baru Lahir........................................................................ 88
BAB III METODE LAPORAN KASUS
A. Jenis Laporan Kasus ......................................................................98
B. Lokasi dan Waktu ..........................................................................98
C. Subyek Laporan Kasus ..................................................................98

vii
D. Instrumen Studi Kasus ...................................................................98
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................99
F. Alat dan Bahan ..............................................................................99
BAB 1V TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester III Pada Ny. H .............100

viii
DAFTAR TABEL

1. IMT.......................................................................................................20
2. Pengukuran Tinggi Fundus ..................................................................21
3. Pemberian Imunisasi TT ......................................................................25
4. Katagori Anemia ..................................................................................26
5. Pemantauan Kala I................................................................................42
6. Perubahan Uterus ................................................................................69
7. Perubahan Lochea ................................................................................70
8. jadwal Kunjungan Neonatal .................................................................91

ix
DAFTAR GAMBAR

1. Perlimaan Bidang Hodge .....................................................................22


2. Derajat Robekan Perineum..................................................................65

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Asuhan Komprehensif

Lampiran 2 Surat Jawaban Ijin Asuhan Komprehensif

Lampiran 3 Permohonan Menjadi Klien/ Pasien Komprehensif

Lampiran 4 Persetujuan Menjadi Klien/ Pasien Komprehensif

Lampiran 5 Informed Consent

Lampiran 6 Patograf

Lampiran 7 Bebas Plagiat

Lampiran 8 Form Bimbingan

Lampiran 9 Dokumentasi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI merupakan
rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
di sebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-ebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes
RI, 2018).
Kematian ibu menurut WHO kematian selama kehamilan atau
dalam priode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua
sebab yang terkait dengan dengan atau dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan atau cedera (infodatin ibu, 2014).
Wanita di negara kurang berkembang rata-rata memiliki lebih
banyak kehamilan dari pada negara maju, dan risiko kematian seumur
hidup kerena kehamilan lebih tinggi. Risiko kematian ibu seumur
hidup seorang wanita adalah kemungkinan bahwa seorang wanita
berusia 15 tahun pada akhirnya akan meninggal karena penyebab
maternal. Di negera berpenghasilan tinggi, ini adalah 1 dari 5400,
dibandingkan 1 dari 45 di negara berpenghasilan rendah (WHO,
2019).
Data World Bank mencatat, Indonesia menduduki posisi ketiga
AKI tertinggi tahun 2017 dengan 177 kematian per 100 ribu
kelahiran. Capaian terburuk berlaku di Myanmar dengan 250
kematian, lalu Laos 185 kematian per100 ribu penduduk. Sementara
negeri jiran Malaysia dan singapura, masing masing hanya 29 dan 8

1
kematian per100 ribu kelahiran. Dari 10 negara ASEAN, baru
setengahnya yang melampaui target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) Tahun 2030; kurang dari 70 per 100 ribu
kelahiran. Dengan penurunan rata-rata sekitar 3 persen per tahun,
Indonesia harus bekerja lebih keras untuk mendekati target tersebut
(Ayu Andini, 2020).
Jurnal kesehatan reproduksi mengenai tingginya penyebab
AKI di Indonesia mendapati, faktor sosial ekonomi dan budaya
memberikan pengaruh nyata terhadap perilaku persalinan di pedesaan
dengan AKI rendah dan tinggi. Daerah dengan AKI rendah
dipengaruhi kesetaraan status sosial istri/ibu dengan suami dalam
keluarga dan masyarakat, kuatnya dukungan lingkungan sosial kepada
perilaku sehat, dan nilai sosial ibu yang tinggi bagi keluarga.
Sebaliknya di daerah dengan AKI tinggi, kuatnya dukungan
lingkungan sosial terhadap perilaku tidak sehat, serta finansial suami
kurang memadai berpengaruh besar (Ayu Andini, 2020)
Selain itu, keberadaan pos kesehatan desa (poskesdes) masih
minim di beberapa wilayah di Indonesia. Mestinya poskesdes
melayani warga desa yang jauh dari puskesmas. Tapi di papua 98
persen desa tidak punya poskesdes. Padahal, 72 persen diantaranya
masih sulit mengakses puskesmas (Ayu Andini, 2020)
Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi
akibat komplikasi saat,dan pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis
komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu – sekitar
75% dari total kasus kematian ibu – adalah perdarahan,infeksi,
tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan
aborsi yang tidak aman (WHO, 2014)
Berdasarkan data dari pusat kesehatan dan informasi kemenkes
(2014) penyebab utama kematian ibu di Indonesia dari tahun 2010-
2013 adalah perdarahan (30.3% pada tahun 2013) dan hipertensi
(27.1% pada tahun 2013) (Arief Rahadian, 2017). Atau untuk DKI

2
jakarta sendiri Angka Kematian Ibu di DKI Jakarta pada tahun 2018
adalah 98 orang ibu dengan jumlah terbesar kematian pada masa nifas
yaitu dengan angka kematian ibu sebesar 53 orang per 100.000
kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2018).
Angka Kematian bayi merupakan probabilitas seorang anak
yang lahir pada tahun atau periode tertentu meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun, jika tunduk pada angka kematian spesifik
usia pada periode tersebut. Angka Kematian Bayi sebenarnya
bukanlah angka (yaitu jumlah kematian dibagi dengan jumlah
populasi berisiko selama periode waktu tertentu) tetapi probabilitas
kematian yang diperoleh dari tabel kehidupan dan dinyatakan sebagai
angka per 1000 kelahiran hidup. (WHO, 2021).
Hasil survei Demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2017
menunjukan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per
1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Meskipun demikian, angka kematian neonatus, bayi, dan balita
diharapkan akan terus mengalami penurunan. Intervensi-intervensi
yang dapat mendukung kelangsungan hidup anak ditujukan untuk
dapat menurunkan AKN menjadi 10 per 1000 kelahiran hidup dan
AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2024. Sementara,
sesuai dengan target pembangunan berkelanjutan, AKABA
diharapkan dapat mencapai angka 18,8 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2030 (Profil kesehatan Indonesia, 2019).
Pada tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak
adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR). Penyebab kematian
lainnya di antaranya asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus
neonatorium, dan lainnya. Penyakit infeksi menjadi penyumbang
kematian pada kelompok anak usia 29 hari-11 bulan. Berdasarkan
data tahun 2019, pneumonia dan diare masih menjadi masalh utama
yang menyebabkan 979 kematian (pneumonia) dan 764 kematian
(diare). Penyebab kematian lain diantaranya adalah kelainan saluran

3
cerna, kelainan saraf, malaria, tetanus, dan lainnya. Pada kelompok
anak balita (12-59 balita) penyebab kematian terbanyak adalah diare.
Penyebab kematian lainnya di antaranya pneumonia, demam, malaria,
difteri, campak, dan lainnya. (Profil kesehatan Indonesia, 2019)
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
yang biasanya di gunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan
untuk menekan dan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Angka Kematian Bayi di DKI Jakarta dari tahun ke tahun terus
mengalami penurunan. (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2018).
AKB di provinsi DKI Jakarta menurut Seksi Kesehatan
Keluarga Dinkes DKI Jakata AKABA DKI Jakarta tahun 2017 yaitu
sebesar 3 balita per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017,
dibandingkan tahun 2016 sebesar 4 bayi mati per 1.000 kelahiran
hidup dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 3 bayi mati per 1.000
kelahiran hidup, dibandingkan dengan 2014 sebesar 7 bayi per 1.000
kelahiran hidup. Target MGDs untuk AKB pada tahun 2015 sebesar
23 kematian per 1.000 kelahiran hidup, dan artinya provinsi DKI
Jakarta telah mencapai target MGDs dengan tujuan menurunkan
angka kematian bayi dalam kurun waktu 1999-2015. Trend penurunan
Angka Kematian Bayi (AKB) dari tahun 2015 sampai dengan 2017
(Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2018).
Beberapa intervensi yang dapat dilakukan dalam menurunkan
angka kematian ibu dan bayi yaitu melalui asuhan yang komprehensif.
Asuhan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
sangat di butuhkan. Asuhan yang komprehensif diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan kesehatan ibu dan bayi sehingga
kemungkinan terjadinya komplikasi dapat tedeteksi sedini mungkin
dan ditangani secara maksimal.
Melihat data diatas, maka peran bidan sangatlah penting dalam
menurunkan angka kematian tersebut. Begitupa dengan dengan

4
mahasiswa Prodi DIII kebidanan Poltekkes Jakarta 1 turut berperan
dalam menurunkan AKI dan AKB dengan melakukan asuhan
pelayanan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas dan neonatus.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dapat
dirumuskan adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ny. H di
Klinik Pratama Rani Permata Medika Kota Jakarta Selatan Tahun
2021?”

C. Tujuan
1.) Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan komprehensif
berkesinambungan pada Ny. H di Klinik Pratama Rani Permata
Medika pada ibu hamil sampai dengan nifas dan (Neonatus) dengan
mengacu pada KMK NO.938/MENKES/SK/VII/2007 tantang Standar
Asuhan Kebidanan.
2.) Tujuan Khusus
a) Melakukan asuhan Kebidanan pada masa kehamilan Trimester III
b) Melakukan asuhan Kebidanan pada persalinan
c) Melakukan asuhan Kebidanan pada masa nifas
d) Melakukan asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan kebidanan
berkesinambungan pada ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Neonatus
2. Manfaat Aplikatif

5
a. Institusi Pendidikan : “ Hasil studi kasus ini dapat di
manfaatkan sebagai masukan dalam pemberian asuhan
komprehensif di Klinik Pratama Rani Permata Medika Jakarta
Selatan tahun 2021”
b. Manfaat bagi Profesi Bidan di Klinik
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi
bidan dalam asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas, dan neonatus.
c. Manfaat bagi Klien
Agar klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dari
penyulit yang mungkin timbul pada masa hamil, bersalin,
nifas, maupun neonatus sehingga memungkinkan segera
mencari pertolongan untuk mendapat penanganan.

E. Keaslian Penelitian
Studi kasus atau penelitian sejenis pernah di lakukan oleh: Bambang
Amelia Fajriati Urbaningrum (2020) dengan judul Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. R di RSUD tebet kota jakarta selatan tahun 2020
dengan hasil kolaborasi dengan dokter karena terdapat indikasi perdarahan
± 200cc pervaginam dan ibu memiliki faktor resiko perdarahan
postpartum karena jarak kehamilan yang terlalu dekat dengan kehamilan
pertama.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN


1. Pengertian Standar Asuhan Kebidanan
Menurut KMK No. 938/MENKES/SK/VIII/2007 Standar
asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu kiat
kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi evaluasi dan
pencatatan asuhan kebidanan. (Depkes RI, 2007)
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas
diperlukan adanya standar sebagai acuan bagi bidan dalam
memberikan asuhan kepada klien di setiap tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan. Standar asuhan kebidanan adalah acuan
dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Standar Asuhan Kebidanan
meliputi pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan
asuhan kebidanan.
2. Tujuan Standar Asuhan Kebidanan dalam Permenkes 938 tahun
2007
a. Adanya standar sebagai acuan dan landasan dalam
melaksanakan tindakan/kegiatan dalam lingkup tanggung
jawab bidan
b. Mendukung terlaksananya Asuhan Kebidanan berkualitas

7
c. Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang
diberikan bidan
d. Perlindungan hukum bagi bidan dan klien/pasien
3. Ruang Lingkup Asuhan kebidanan dalam Permenkes 938 tahun
2007
a. Asuhan Kebidanan pada ibu Hamil
b. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin
c. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dan masa antara
d. Asuhan pada bayi
e. Asuhan pada anak balita sakit
f. Asuhan pada masa reproduksi
4. Standar Asuhan Kebidanan dalam Permenkes 938 tahun 2007
1. STANDAR I – Pengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relavan,
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Dengan kriteria pengkajian :
a) Data tepat, akurat, dan lengkap
b) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata,
keluhan utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan
dan latar belakang social budaya).
c) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan
pemeriksaan penunjang).
2. STANDAR II – Perumusan Diagnosa dan Masalah Kebidanan
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakan diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
Dengan kriteria perumusan diagnose atau masalah sebagai
berikut :
a) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.

8
c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara
mandiri, kolaborasi, dan rujukan

3. STANDAR III – Perencanaan


Bidan merencakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa
dan masalah yang ditegakkan
Kriteria Perencanaan :
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah
dan kondisi pasien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan
asuhan secara komprehensif
2. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3. Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya
klien/keluarga
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa
asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada
4. STANDAR IV – Implentasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efesien dan aman berdasarkan evidence
based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kriteria Implentasi :
1. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-
sosial-spritual-kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
klien dan atau keluarganya
3. Melaksanakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan

9
5. Menjaga privacy klien/pasien
5. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada
dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
5. STANDAR V – Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifandari asuhan yang
sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien.
Kriteria Evaluasi :
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasiakn pada
klien dan keluarga
3. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien
6. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
a) Pernyataan standar Bidan melakukan pencatatan secara
lengkap akurat, singkat, dan jelas mengenai
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b) Kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan
asuhan pada formulir yang tersedia (rekam
medis/KMS/status pasien/KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subyektif, mencatat hsil anamnesa O

10
adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan A
adalah data hasil analisa, mencatata diagnosa dan
masalah kebidanan P adalah pentalaksanaan
mencatat selutuh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif.
(Depkes RI, 2007)

B. KEWENANGAN BIDAN
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam menjalankan praktik kebidanan. Bidan paling rendah memiliki
kualifikasi jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan. Setiap bidan harus
memiliki surat tanda registrasi bidan untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya. Dan bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya
wajib memiliki surat izin praktik bidan ( Permenkes,2017 ).
Tugas dan wewenang bidan dalam memberikan pelayanan menurut
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 adalah :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan berwenang:
a) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan
normal;
c) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal;
d) Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e) Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu
hamil, bersalin, nifas, dan rujukan; dan melakukan deteksi
dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan,
masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

11
2) Pelayanan Kesehatan Anak
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
anak, bidan berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,
balita, dan anak prasekolah;
b. Pelayanan neonatal esensial
Meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan
tali pusat, pemberian Vit K1, pemberian imunisasi HB0,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi
stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang lebih mampu.
c. Memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
d. Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita,
dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit,
gangguan tumbuh kembang, dan rujukan;
e. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan penanganan awal asfiksia, penanganan awal
hipotermia, penanganan awal infeksi, membersihkan dan
pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan infeksi
gonore
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
prasekolah. Kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran
lingkar kepala, tinggi badan, dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita
g. Konseling dan penyuluhan
h. Yaitu pemberian komunikasi, informasi edukasi (KIE )
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana, bidan berwenang memberikan

12
penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana. ( Kemenkes RI. Permenkes RI No. 28
Tahun 2017)
a. Pasal 51
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang
melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 51 diatur
dengan Peraturan Menteri.
C. Standar Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester III
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau impantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga
13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono Prawirohardjo,
2016).
Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui perubahan fisiologi
yang terkait dengan proses kehamilan. Pengenalan dan pemahaman

13
tentang perubahan fisiologi tersebut menjadi modal dasar dalam
mengenali kondisi patologikyang dapat mengganggu status kesehatan
ibu atapun bayi yang di kandungnya. (Sarwono Prawirohardjo, 2016).

2. Perubahan fisiologi Pada Kehamilan Trimester III


a. Payudara
Akibat pengaruh hormone estrogen maka dapat memacu
perkembangan ductus (saluran) air susu pada payudara. Sedangkan
hormone progesterone menambah sel-sel asinus pada payudara.
Hormone laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotripin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara,
serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara
membesar dan tegang terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi
kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor, putting susu membesar dan menonjol.
Hipertropi kelenjar sabasea (lemak) muncul pada areola mamae
disebut tuber Montgomery yang kelihatan disekitar putting susu,
kelenjar sabasea ini berfungsi sebagai pelumas putting susu,
kelembutan putting susu terganggu apabila lemak pelindung ini di
cuci dengan sabun. Putting susu akan mengeluarkan kolostrum
yaitu cairan sebelum menjadi susu bewarna putih kekuningan pada
trimester ketiga (Siti Tyastuti, 2016).
b. Perubahan pada Sistem Pernapasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh
karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm
sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil
meningkat sampai 20% sehingga untuk memenuhi kebutuha
oksigen wanita hamil bernapas dalam. Peningkatan hormone

14
estrogen pada kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan
vaskularisasi pada saluran pernapasan atas. Kapiler yang membesar
dapat mengakibatkan edema dan hyperemia pada hidung, faring,
laring, trachea dan bronkus. Hal ini dapat menimbulkan sumbatan
pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epstaksis) dan perubahan
suara pada ibu hamil. Peningkatan vaskularisasi dapat juga
mengakibatkan membrane timpani dan tuba eustaki bengkak
sehingga menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri dan rasa
penuh pada telinga. (Tyastuti, 2016).
c. Perubahan pada sistem perkemihan
Hormone estrogen dan progesterone dapat menyebkan ureter
membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glomerulus meningkat sampai69%.
Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang
terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan
mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam
urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini di anggap
normal. Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami sering
kencing (BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk
mengganti celana dalam agar tetap kering. (Tyastuti, 2016).
d. Perubahan Sistem Kardiovaskuler.
Perubahan fisiologis pada kehamilan normal, yang terutama adalah
perubahan maternal, meliputi :
1) Retensi cairan, bertabambahnya beban volume dan curah
jantung
2) Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative,
hemoglobin turun sampai 10%.
3) Akibat pengaruh hormone, tahanan perifer vascular menurun
4) Tekanan darah sistolok maupun diastolic pada ibu hamil
trimester I turun 5 sampai 10 mmHg, Hal ini kemungkinan
disebabkan karena terjadinya vasodilatasi perifer akibat

15
perubahan hormonal pada kehamilan. Tekanan darah akan
kembali normal pada trimester III kehamilan.
5) Curah jantung bertambah 30-50% maksimal akhir trimester I,
menetap sampai akhir kehamilan
6) Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
7) Trimester kedua denyut jantung meningkat 10-15 kali
permenit, dapat juga timbul palpitasi.
8) Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan

3. Perubahan Psikologis Trimester III


Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tisak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal
yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa
khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan
ibu meningkatkan kewapadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
akan terjadinya persalinan. Ibu sering kali merasa khawatir atau takut
kalau-kalau bayi akan dilahirkan tidak normal. Kebanyakan ibu juga
akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang
ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dengan bayinya, dan kehilangan perhatian khusus
yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu sangat
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
(Tyastuti, 2016)
4. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

16
Setiap kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan kepada ibu hamil
untuk mengenali tanda-tana bahaya pada kehamilan maupun
persalinan. Tanda bahaya ini jika tidak ierdeteksi maka akan
mengakibatkan kematian. Untuk mengantisipasi ini maka tidak hanya
ibu hamil saja yang perlu mengerti tentang tanda bahaya tetapi suami
dan keluargnya khususnya prang penting yang berhak memberi
keputusan apabila terjadi kegawatdaruratan harus juga mengetahui
tanda bahaya
Ada 6 tanda bahaya selama periode antenatal adalah : (Tyastuti, 2016)
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan tidak normal yang terjadi pada awal kehamilan
(perdarahan merah, banyak, atau perdarahan dengan nyeri),
kemungkinan abortus, mola atau kehamilan ektopik. Perdarahan
dengan nyeri pada kehamilan lanjut (perdarahan merah, bnayak,
kadang-kadang, tidak selalu, disertai rasa nyeri ) bisa berarti
plasenta previa atau solusio plasenta
b. Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.
Sakit kepala yang hebat dan tidak hilang dengan istirahat adalah
gejala preeklamsia
c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur)
Masalah penglihatan pada ibu hamil yang secara ringan dan tidak
mendadak kemungkinan karena pengaruh hormonal. Tetapi kalau
perubahan visual yang mendadak misalnya pandangan kabur atau
berbayang dan disertai sakit kepala merupakan tanda pre eklamasia
d. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang hebat tidak ada hubungan dengan persalinan
adalah tidak normal. Nyeri yang tidak normal apabila nyeri yang
hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, hal ini
kemungkinan karena appendicitis, kehamilan ektoppik, abortus,
penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantung empedu,
abrupsio plasenta, infeksi saluran kemih dll.

17
e. Bengkak pada muka atau tangan
Hampir separuh ibu mengalami bengkak normal pada kaki yang
biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah
beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak dpat menunjukan
tanda bahaya apabila muncul pada muka dan tangan da tidak hilang
setelah beristirahat dan disertai keluhan fisik lain. Hal ini dapat
merupakan tanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
f. Bayi bergerak kurang dari biasanya
Ibu hamil akan merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau
sebagian ibu merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3x
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lenih mudah terasa jika
ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik.
5. Standar Asuhan Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care juga masih diperlukan bagi ibu
hamil untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil atau jain
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali selama
masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada
trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-18 minggu), dan dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 28- sampai dengan persalinan).
(Depkes, 2014).
Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal
yaitu:
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya

18
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan bayi yang
dikandungnya
4. Mengidentifikasi dan menata laksanan kehamilan resiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kpara ibu hamil akan mendaptaehamilan dan merawat bayi
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
Para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait
akan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran
bebagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan
selama kehamilan yang mungkindapat mengganggu kualitas dan
luaran kehamilan. (Prawirohardjo, 2016).
Menurut kemenkes RI 2020, pedoman bagi ibu hamil selama Covid
19 yaitu :
1. Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, janji dengan dokter agar
tidak menunggu lama. Selama perjalanan kef askes tetap
melakukan pencegahan penularan COVID-19
2. Pengisian stiker program perencenaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter melalui media
komunikasi.
3. Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari
4. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan
janinnya, jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku
KIA), maka periksakan diri ke tenaga kesehatan. Jika tidak
terdapat tanda-tanda bahaya, pemeriksaan kehamilan dapat
diganda.
5. Pastikan gerakan janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan
setelah usia kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin (minimal
10 gerakan per 2 jam).

19
6. Ibu hamil diharakan senantiasa menjaga kesehatan dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan
diri dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu
hamil/yoga/pilates/aerobic/ peregangan secara mandiri dirumah
agar ibu tetap bugar
7. Ibu hamil tetap minum tablet penambah darah sesuai dosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan
8. Kelas ibu hamil ditunda pelaksanannya sampai kondisi bebas dari
pandemic COVID-19.
Kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai
standar yaitu “10 T” meliputi : (IBI, 2016)
a. Ukur Berat Badan dan tinggi Badan (T1)
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berta badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin. (IBI, 2016)
IMT (Indeks Massa Tubuh) digunakan sebagai alat pemantau berat
badan. Dengan IMT akan diketahui apakah berat bada seseorang
dinyatakan normal, kurus atau gemuk. (Tuti Meihartati, 2018).
IMT = BB sebelum hamil (kg)
TB² (meter)
Tabel 1. Klasifikasi nilai IMT

Berat badan IMT Kenaikan BB yang


sebelum hamil (BB/TB(m)2) dianjurkan (KG)
Berat badan kurang <19,8 12,5-18
(underweight)
Berat badan normal 19,8-26,0 11,5-16
(normal weight)
Berat badan lebih 26,0-29,0 7-11,5

20
(over weight)

Sumber : Kemenkes (2014)


Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor risiko ibu hamil. Tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145 cm meningkat risiko untuk terjadinya CPD
(cephalo Pelvic Disproportion). (IBI, 2016).
b. Pengukuran Tekanan Darah (T2)
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥
140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi
disertai edema wajah dana tau tungkai dana tau proteinuria). (IBI,
2016).
c. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan/LILA) (T3).
Pengukuran LILA hanya di lakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko
KEK. Kurang energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) .
d. Ukuran Tinggi Fundus Uteri (T4)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.
Standar pengukuran menggunakan pita ukur setelah kehamilan 24
minggu (IBI, 2016)

Tabel 2 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

21
Usia kehamilan Tinggi fundus Mc. Penambahan per tiga
Donald jari
28 minggu 27 cm 3 jari diatas pusat
32 minggu 30 cm Pertengahan pusat
dan px
36 minggu 32 cm 3 jari di bawah px
40 minggu 33 cm Pertengahan pusat
dan px
Sumber : kemenkes (2014).
Pemeriksaan palpasi abdomen menggunakan manuver
leopold I-IV. Tujuan dari pemeriksaan leopold yaitu :
1) Leoplod I : Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin
yang terletak pada fundus uteri dengan kedua tepalak tangan
(dilakukan sejak awal trimester)
2) Leopold II: Menetukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan
ibu (dilakukan mulai akhir trimester II)
3) Leopold III : Menentukan bagian janin yang terletak di
bagian bawah dan apakah bagian bawah janin sudah masuk
pintu atas panggul (PAP) atau belum
4) Leoplod IV : Menentukan berapa jauh masuknya janin
ke PAP (dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu)
Konvergen : Hanya bagian kecil dari kepala turun ke
dalam rongga panggul (belum masuk PAP)
Sejajar : Separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul
Divergen : bagian besar kepala masuk ke dalam
rongga panggul

Bagian perlimaan bidang hodge dan bagian sudah masuk kepala


janin ke PAP

22
Gambar 2.1 perlimaan Bidang Hodge

Keterangan gambar :
0 : Tidak teraba kepala
1 : Teraba sinsiput, oksiput tidak teraba
2 : Teraba sinsiput, oksiput teraba sebagian
3 : Sinsiput mudah teraba, teraba oksiput
4 : Sinsiput tinggi, oksiput mudah teraba
5 : Diatas panggul
Dari penentuan leopold IV ini dapat dihitung Taksiran Berat
Janin (TBJ) sesuai dengan apakah kepala sudah atau belum dan
atau sejajar dengan pintu atas panggul, berikut cara perhitungan
TBJ.
Konvergen : (TFU – 13) x 155
Sejajar : (TFU – 11) x 155
Divergen : (TFU – 12) x 155

Hasil dari pemeriksaan leopold sebagai berikut.

23
1) Leopold I : Apabila kepala janin teraba di bagian fundus maka
teraba keras, bulat dan melenting. Apabila bokong janin teraba
di bagian fundus maka teraba lunak, kurang bulat dan kurang
melenting, apabila posisi janin melintang pada rahim maka
pada fundus teraba kosong.
2) Leopold II: Apabila punggung maka akan teraba keras,
panjang seperti papan, apabila ektermitas janin maka akan
teraba bagian-bagian kecil janin (tangan dan kaki)
3) Leopold III : Bagian keras, bulat dan melenting adalah
kepala sedangkan tonjolan lunak dan kurang simetris adalah
bokong, apabila bagian terbawah janin sudah masuk PAP
maka saat bagian bawah digoyangkan sudah tidak bisa lagi
digoyangkan (seperti ada tahanan)
4) Leopold IV : Apabila kedua jari tangan pemeriksa
bertemu (konvergen) berarti bagian terendah janin belum
memasuki PAP, apabila kedua jari-jari tangan membentuk
lurus (sejajar) berarti separuh dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa
membentuk jarak yang jauh atau tidak bertemu (divergen)
makan bagian besar kepala masuk kedalam rongga panggul
dan ukuran terbesaar dari kepala sudah melewati PAP.
(Sulisdian, dkk. 2019)
e. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (T5)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin, jika trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk
ke panggul berarti ada kelainan letak, panggulnsempit atau ada
masalah lain. Penilain DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lamat kurang dari

24
120 kali/ menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit
menunjukan adanya gawat janin. (IBI, 2016).
f. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Berikan Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) Bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonaturum, ibu hamil harus
mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TTnya. Pemberian imunisasi TT pada
ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu
hamil minimal memiliki ststus T2 agar mendapatkan perlindungan
terhadap infeksi tetans. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT
Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal,
hanya terdapat interval minimal. Interval minimal pemberian
imunisasi TT dan lama perlindungannya dapa dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3. Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi TT Selang wakru Lama


minimal pemberian Perlindungan
imunisasi
TT I Langkah awal
pembentukan
kekebalan tubuh
terhadap penyakit
tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT I 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 10 tahun
3
TT 5 12 bulan setelah TT ≥ 25 tahun
4

25
g. Beri Tablet Tambah Darah (tablet besi) (T7)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90
tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama
h. Periksa Laboratorium (Rutin dan Khusus) (T8)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan
laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus di
lakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin
darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemic
(malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi
pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi :
(IBI, 2016)
1) Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
2) Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada
trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditunjukan untuk mengetahui
ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempenngaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan
kadar hemoglobin darahibu hamil pada trimester kedua
dilakukan atas indikasi.
Tabel 4. kategori anemia

26
Kategori Kadar HB
Tidak anemia >11 gr/dl
Anemia ringan 9-10 gr/dl
Anemia sedang 7-8 gr/dl
Anemia berat <7 gr/dl
Sumber : anggraini, 2018
3) Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditunjukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil. Proteinuria merupakan salh satu indikator terjadinya
pre-eklamsia pada ibu hamil.
4) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes militus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga.
5) Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.
6) Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan
sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada daerah.
7) Pemeriksaan HIV
Didaerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan
tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan

27
antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV
rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara
inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan teknik
penawaran ini disebut provider Initiated Testing and
Councelling (PITC) atau tes HIV atas Inisiatif pemberian
pelayanan kesehatan dan konseling (TIPK)
8) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita tuberkolosis sebagai pencegahan agar infeksi
tuberkolosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
Menginat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi
merupakan penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan
pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko ibu
hamil oleh bidan termasuk bidaan desa meliputi alat
pemeriksaan laboratorium rutin (golongan darah, Hb), alat
pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes
hamil.
i. Tatalaksana/penanganan (T9)
Tatalaksana kasus berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas
dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang
ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standard
an kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan.
j. Temu wicara (konseling) (T10) termasuk perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca salin
Temu wicara dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:

28
1) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kahamilannya secra rutin ke tenaga kesehatan dan
menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama
kehamilan (sekitar 9-10 jam/hari) dan tidak bekerja berat.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,
mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok
gigi setelah sarapan dan sebelum tidur.
3) Peran suami dan keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, dan keluarga atau
masyarakat perlu menyikapi biaya persalinan, kebutuhan bayi,
tranposrtasi rujukan dan calon pendonor darah. Hal ini penting
apabila terjadi komplikasi kehamilan persalinan dan nifas agar
segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil di perkenalkan mengenai tanda tanda bahaya
baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda atau hamil tua, keluar cairan
berbaupada jalan lahir, dan sebagainya. Mengenal tanda-tanda
bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan
ke tenaga kesehatan.
5) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan makanan
yang cukup dengan gizi seimbang karena hal ini penting untuk
ptoses tumbuh kembang janin dan erajat kesehatan ibu. Protein
berguna untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan sel

29
atau jaringan, termasuk sel otak pada janin. Protein juga
berperan penting dalam meningkatkan suplai darah pada
tubuh. Selain itu, kalsium membnatu tubuh mengatur cairan,
membantu kerja fungsi saraf dan kontraksi otot. Asam folat ini
berperan penting dlam mengurangi risiko cacat lahir, termasuk
cacat gabung saraf pada janin yang memengaruhi otak serta
sumsum tulang belakang janin. Contoh cacat lahir lainya
seperti spina bifida dan anencephaly. Zat besi membnatu
meningkatkan volume darah dan mencegah anemia

6) Gejala penyakit menular dan tidak menular


Setiap ibu hamil harus mengenai gejala-gejala penyakit
menular dan penyakit tidak menular karena dapat
mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinya.
Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah
epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil degan
infeksi menular seksual (IMS) dan TB di daerah epidemic
rendah. Setiap ibu hamil ditawarkan untuk melakukan tes HIV
dan segera di berikan informasi mengenai resiko penularan
HIV dari ubu ke janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV
positif maka dilakukan konseling pencegahan penuluran HIV
dari ibu ke anak (PPIA). Bagi ibu hamil yang negatif diberikan
penjelasan untuk menjaga HIV negatif selama hamil,
menyusui dan seterusnya.
7) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Inisiasi menyusui dini adalah proses alami mengembalikan
bayi untuk menyusui, yaitu memberikan kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dari satu jam
pertama pada awal kehidupannya. Sedangkan Air Susu Ibu

30
(ASI) adalah cairan yang di sekresikan oleh kelenjar payudara
ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan
berenergi tinggi yang di produksi sejak masa kehamilan. Asi
ekslusif adalah pemberian asi dari ibu terhadap bayinya yang
diberikan tanpa makanan dan minuman termasuk air putih atau
vitamin tambahan lainnya. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir
karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting
untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berusia 6 bulan.

8) KB pasca persalinan
Ibu hamil diberikan pengarajan tentang pentingnya ikut
keluarga berencana (KB) setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu untuk
merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga. Idealnya
pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencakan tentang keluarganya. Namun tenaga kesehatan
dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan (Abdul Bari Saifuddin, 2014).
6. Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III
a. Sering Buang Air Kecil (BAK)
Keluhan sering dialami oleh ibu hamil trimester I dan II hany
frekuensinya lebih sering pada ibu hamil trimester III. Apabila
sering BAK ini tterjadi pada malam hari akan mengganggu tidur
sehingga ibu hamil tidak dapat tidur dengan nyenyak, sebentar-
bentar terbangun karena ingin BAK.

31
Faktor penyebab :
1) Uterus membesar sehingga menekan kandung kemih
2) Eksreksi sodium (Natrium) yang meningkat
3) Perubahan fisiologis ginjal sehingga produksi urin meningkat.

Cara meringankan atau mencegah, upayakan untuk tidak menahan


BAK, kosongkan kandung kencing pada saat terasa ingin BAK.
Perbanyak minum pada suiang hari untuk menjaga kesimbangan
hidrasi. Apabila BAK pada malam hari tidak mengganggu ibu tidur
maka tidak di anjurkana mengurangi minum dimalam hari. Ibu
hamil dianjurkan membatasi minum yang mengandung diuretic
seperti teh, kopi, cola dengan caffeine. Saat tidur posisi berbaring
miring ke kiri dengan kaki di tinggikan adalah lebih baik. Ibu
hamil haru secara rutin membersihkan dan mengeringkan alat
kelamin setiap selesai BAK untuk mencegah infeksi saluran kemih.
(Tyastuti, 2016).

b. Sakit punggung atas dan bawah


Sakit pungung pada ibu hamil terjadi pada ibu hamil trimester II
dan III
Faktor penyebab :
1) Pembesaran payudara dapat berakibat ketegangan otot
2) Keletihan
3) Posisi tubuh membungkuk ketika mengangkat barang
4) Kadar hormone yang meningkat menyebabkan cartilage pada
sendi besar menjadi lembek
5) Posisi tulang belakang hiperlordosis

Cara meringkankan atau mencegah :

1) Memakai BH yang menopang dan ukuran yang tepat


2) Hindari sikap hiperlorsosis, jangan memakai sepatu atau sandal
hak tinggi

32
3) Tidur dengan Kasur yang keras
4) Pertahankan postur yang baik, hindari singkap membungkuk,
tekuk lutut saat mengangkat barang.
5) Lakukan olahraga secara teratur, senam hamil atau yoga
6) Pertahankan penambahan berat badan secara normal
7) Lakukan gosok atau pijat punggung. (Tyastuti, 2016).

7. Menjaga Kebugaran Pada Ibu Hamil


Secara umum pengertian kebugaran jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan ringan dan
mudah tanpa merasakan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai
cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain.
Manfaat kebugaran jasmani adalah meningkatkan sirkulasi darah
dan sistem kerja jantung, meningkatkan stamina dan kekuatan tubuh
sehingga tubuh menjadi lebih energik, mengurangi risiko obesitas,
mengatasi depresi.
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk persiapan ibu
hamil secara fisik ataupun mental dalam menghadapi persalinan yang
cepat, aman, dan spontan. Senam hamil biasanya dimulai sejak usia
dini, namun biasanya dilakukan saat kehamilan mamasuki trimester
ketiga yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan, selain itu untuk
menjaga kebugaran, senam hamil diperlukan untuk meningkatkan
kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan. Berikut
penjelasan senam hamil untuk kebugaran:
a. Senam hamil
1) Tujuan senam hamil
Tujuan dari senma hamil adalah untuk menguasai teknik
pernapasan, memperkuat elastisitas otot, mengurangi keluhan,
melatih rileksasi, menghindari kesulitan dalam persalinan,
memperkuat dan dasar panggul yang penting dalam proses
persalinan, mengurangi kecemasan dan ketegangan selama

33
hamil, memperlancar persalinan normal, secara fisik dan
mental meningkatkan mood dan pola tidur ibu, memepercepat
penurunan berat badan ibu setelah melahirkan
2) Tips melakukan senam hamil
a) Latihan yang teratur (3x dalam seminggu)
b) Selama TM II dan III hindari gerakaan berbaring
terlentang karena akan mengurangi aliran darah kejanin
c) Hindari latihan yang menguras tenaga
d) Jaga kesimbangan tubuh selama latihan
e) Hindari gerakan yang menimbulkan trauma atau desakan
perut
f) Lakukann relaksasi sebelum dan sesudah latihan
g) Makan makanan yang sehat
h) Tidak dalam keadaan mengantuk ataupun lapar
3) Cara melakukan senam hamil
a) Latihan otot kaki
Bertujuan untuk memperlancar sirkulasi darah di kaki dan
mencegah pembengkakan pada pergelangan kaki.
(1) Duduklah dengan posisi kedua lutut diluruskan, tubuh
bersandar pada kedua lengan yang diletakkan di
belakang pantat, atau sandarkan punggung pada bantal
dengan miring 50 derajat sedangkan kedua tangan
diletakan di samping badan.
(2) Tegakkan kedua telapak kaki dengan lutut menekan
Kasur, kemudian tundukan kedua telapak kaki
bersamaan jari-jarinya, ulangi beebrapa kali
(3) Hadapkan keua telapak kaki satu sama lain dengan
lutut tetap menghadap keatas kembalikan keposisi
semula. Ulangi beebrapa kali

34
(4) Kedua telapak kaki di gerakan turun kea rah bawah
lalu gerakan kea rah samping, tegakkan kembali dan
seterusnya
(5) Kedua telapak kaki buka dari atas ke samping turun,
hadapkan kembali ke posisi semula dan seterusnya
b) Latihan otot panggul
Bertujuan untuk mengembalikan posisi panggul yang
berat kedepan, mengurangi dan mencegah pegal-pegal,
sakit pinggang dan punggung serta nyeri di lipat paha
(1) Tidur terlentang, kedua lutut di bengkokan
(2) Letakkan kedua tangan disamping badan, tundukan
kepala dan kerutkan pantat kedalam hingga terangkat
dari Kasur
(3) Kempeskan perut hingga punggung menekan Kasur,
rasakan tonjolan tulang panggul bergerak kebelakang
(4) Lemaskan kembali dan rasakan tonjolan tulang
bergerak ke depan. Ulangi gerakan 15-30
c) Latihan otot betis
Bertujuan untuk mencegah kram dibetis
(1) Berdiri sambil berpegangan pada benda yang berat dan
mantap
(2) Posisikan ibu jari dan jari-jari lain menghadap ke atas
(3) Tundukan kepala seraya berjongkok perlahan sampai
kebawah tanpa mengangkat tumit dari lantai
(4) Setelah jongkok, lemaskan bahu. Kempeskan perut
kemudian perlahan kembalilah beridir tegak, lepaskan
kerutan. Lakukan 6 kali dalam sehari
d) Latihan otot bokong
Bertujuan untuk mencegah timbulnya wasir saat mengejan
(1) Tidur terlentang tanpa bantal, kedua lutut dibengkokan
dan agak diregangkan

35
(2) Dekatkan tumit ke patat dengan kedua tangan
disamping
(3) Kerutkan pantat kedalam sehingga lepas dari Kasur,
angkat panggul ke atas sejauh mungkin
(4) Turunkan perlahan (pantat masih berkerut), lepaskan.
Ulangi 6 kali.
e) Latihan anti sungsang
Bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki posisi
janin agar bagian kepala tetap di bawah
(1) Ambil posisi merangkak, kedua lengan sejajar bahu,
kedua lutut sejajar panggul dan agak diregangkan
(2) Kepala diantara kedua tangan, tolehkan ke kanan atau
ke kiri
(3) Letakkan siku di atas Kasur, geser siku sejauh
mungkin ke kiri dan ke kanan hingga dada menyentuh
Kasur. Lakukan sehari 2 kali selama 15-20 menit
sekali.

D. Asuhan Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang
sudah cukup berada dalam Rahim ibunya, dengan disusul lahirnya
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Yuni, Widy, 2018).
Definisi persalinan menurut WHO adalah persalinan yang di
mulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan, dan tetap
demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan
dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37
minggu sampai dengan 40 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat. (Mutmainnah, Johan and
Stephanie Sorta Liyod, 2017).
Macam-macam persalinan (Yuni, Widy, 2018).

36
a. Persalinan Spontan
Adalah persalinan yang berlangsung dengan adanya kekuatan ibu
melalui jalan lahirnya.
b. Persalinan Buatan
Adalah proses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar
selain dari ibu yang akan melahirkan. Tenaga yang di maksud
misalnya ekstraksi forceps, atau ketika di lakukan operasi section
caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Yaitu, proses persalinan yang tidak dimulai dengan proses yang
seperti biasanya, akan tetapi akan berlangsung setelah pemecahan
ketuban, pemberian poticon atau prostaglandin.

2. Tanda Persalinan
a. Timbulnya His Persalinan
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar keperut nagian
depan.
2) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya,
3) Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dana tau pembukaan
serviks.
b. Bloody Show
Bloody Show merupakan lendir disertai darah dari jalan lahir
dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar dengan disertai sedikit darah. Perdarahn yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah Rahim hingga beberapa capilllair darah terputus
(Yuni, Widy, 2018).
3. Lima Benang Merah dalam Asuhan dan Kelahiran Bayi

37
Ada lima aspek dasar, atau lima benang merah yang penting dan saling
terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek
tersebutmelekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis.
Lima benang merah tersebut adalah : (JNPK-R, 2014)
a. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan
untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang
diperlukan oleh pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehensif
dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupunpetugas yang
memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik tersebut di hasilkan melalui serangkaian
proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan
hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian
teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence based),
keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui
berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk
menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien.
Tujuh langkah membuat keputusan klinik :
1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat
keputusan
2) Menginterpretasikan data dan mngeditentifikasi masalah
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
mengatasi masalah
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk
solusi masalah
6) Melaksanakan asuhan atau intervensi terpilih
7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan
b. Asuhan sayang ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar

38
asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil
penelitian menunjukan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui
dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka
terima, akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik.

c. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus ditetapkan dalm setiap asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena
bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan
risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini
belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan
HIV/AIDS.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut :
1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung bayi
3) Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
4) Memproses alat bekas pakai
5) Menangani peralatan tajam dengan aman
6) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk
pengelolaan sampah secara benar)
d. Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dana tau
bayianya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal
tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari
proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong

39
persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang
diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji
ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah
dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu
diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan baggi ibu
atau bayinya. Partograf adalah aspek terpenting dari proses
pencatatan selama persalinan. Aspek-aspek penting dalam
pencatatan adalah :
1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
2) Identifikasi penolong persalinan
3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua
catatan
4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat
dengan jelas, dan dapat dibaca
5) Suatu system untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu
siap tersedia
6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis
e. Rujukan
Hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi
adalah :
1) B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan/bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompoten untuk menatalaksana
gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir untuk dibawa ke
fasilitas rujukan.
2) A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan,
masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat
resusitasi, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan
dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan

40
3) K (keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dana
tau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan
pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan atau bayi baru lahir hingga ke fasilitas
rujukan.
4) S (Surat)
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan
indentifakasi mengenai ibu dan bayi/atau bayi baru lahir,
cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru
lahir. Sertakan juga pertograf yang dipakai untuk membuat
keputusan klinik.
5) O (Obat)
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas
rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin ada diperlukan selama
diperjalanan
6) K (kendaraan)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk
ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi
kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang
tepat
7) U (Ulang)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlahyang
cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlakukan dan
bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu
dan/atau bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.
4. Tahapan Persalinan
a. Kala I
1) Pengertian Kala I

41
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara 0 sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm). Pada
permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan
serviks sebagai akibat his dibedakan menjadi dua fase, yaitu :
a) Fase Laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai dengan pembukaan mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase Aktif
(1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, 4
cm sampai dengan 9 cm.
(3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan berubah menjadi pembukaan lengkap.
Di dalam fase aktif ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus
semakin meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm sehingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata yaitu 1 cm per
jam untuk primigravida dan 2 cm untuk multigravida.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi atau
multigravida. Pada primigravida, OIU membuka lebih dulu sehingga
serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian OUE membuka,
pada multigravida OUI dan OUE akan mengalami penipisan dan
pendataran yang bersamaan. Kala I selesai apabila pembukaan serviks
sudah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (Mutmainnah, Johan
and Stephanie Sorta Liyod, 2017).

42
Tabel 2.5
Pemantauan pada Persalinan Kala I (kemenkes RI, 2014)

Parameter Frekeunsi pada kala Frekuensi pada


I Laten Kala I Aktif
Tekanan Darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu Badan Tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
Denyut Jantung Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Janin
Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan Serviks Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
Penurunan Kepala Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
*Dinilai setiap pemeriksaan dalam

2) Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala I


a) Kebutuhan cairan dan nutrisi
Keburuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum)
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik
oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada
setiap tahapan persalinan (kala I,II,III, maupun IV), ibu
mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup.
Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun
makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah,
yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan
hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan
mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin. Pada ibu
bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi
persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan
mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat

43
kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden persalinan
dengan tindakan,serta dapat meningkatkan risiko
perdarahan postpartum. Pada janin akan mempengaruhi
kesejahteraan janin, sehingga dapat mengakibatkan
komplikasi persalinan seperti asfiksia. Dehidrasi pada ibu
bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontaksi/his,
dan mengakibatkan kontaksi menjadi tak teratur. Ibu yang
mengalami dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering,
peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang sedikit. Dalam
memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota
keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, dianjurkan
ibu cukup makan dan minum, umtuk mendukung kemajuan
persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali
mengalami dehidrasi, karena mengalami peningkatan suhu
tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan.
Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi,
maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi
kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk mencegah
hilangnya energy setelah mengeluarkan banyak tenaga
selama kelahiran bayi (pada kala II).
b) Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu
difasilitasi oleh bidan, untuk membnatu kemajuan
persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering
mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama
persalinan.
Kandung kemih yang penuh, dapat mengakitkan :
1. Menghambat proses penurunan bagian terndah janin ke
dalam rongga panggul, terutama apabila berada diatas
spina isciadika.

44
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali
ibu karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala
II
5. Memperlambat kelahiran plasenta.
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena
kandung kemih yang penuh menghambat kontraksi
uterus.
Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk
berkemih di kamar mandi, namun apabila sudah tidak
memungkinkan, bidan dpat membantu ibu untuk berkemih
dengan wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk
melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum
atapun setelah kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin,
dan ibu tidak mampu untuk berkemih secara mandiri.
Kateterisasi akan meningkatkan risiko infeksi dan trauma atau
perlukaan pada saluran kemih ibu. Sebelum memasuki proses
persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rectum
yang penuh dapat mengganggu ibu dalam proses kelahiran
janin. Namun apabila pda kala I fase aktif ibu mengatakan
adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan sesuai
indikasi, dapat dilakukan lavenment pada saat ibu masih
berada pada kala I fase laten.
c) Kebutuhan Hygiene (kebersihan)
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu
diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu
bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat membuat
ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan,
mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,

45
mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara
kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal hygiene
pada ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan di antaranya :
membersihkan daerah genetalia (vulva, vagina, anus), dan
memfasilitasi ibu untuk menjaga kerbersihan badan dengan
mandi. Selama proses persalinan apabila memungkinkan
ibu dapat diijinkan mandi dikamar mandi dengan
pengawasan dari bidan. Pada kala I fase aktif, dimana
terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak
mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu
untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk mencegah
terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan
kenyamanan ibu bersalin.
d) Kebutuhan istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat
pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama
proses persalinan (kala I,II,III,maupun IV) yang dimaksud
adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk
mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik.
Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu
bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his,
makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan
yang lain untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan
ibu dapat tidur, namun pada kala II, sebaiknya ibu
diusahakan untuk tidak mengantuk.
e) Ambulasi
Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan
lengkap, ibu masih diperbolehkan untuk tetap melakukan
mobilisasi/aktivitas. Mobilisasi yang tepat dapat membantu
dalam meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga
mengurangi rasa jenuh dan kecemasan yang dihadapi ibu

46
menjelang kelahiran janin. Pada kala I, posisi persalinan
dimaksudkan untuk membnatu mengurangi rasa sakit akibat
his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan
persalinan (penipisan serviks,pembukaan serviks dan
penurunan bagian terendah). Pada kala I ini, ibu
diperbolehkan untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa,
duduk, berbaring miring atau merangkak. Hindari posisi
jongkok, ataupun dorsal recumbent maupun litototmi, hal
ini akan merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang
selama persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari,
sebab saaat ibu berbaring terlentang maka berat uterus,
janin, cairan ketuban, dan plasenta akan menekan vena cava
inferior. Penekanan ini akan menyebabkan hipoksia. Posisi
terlentang juga dapat menghambat kemajuan persalinan.
f) Pengurangan Rasa Nyeri
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang
sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi
dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama
persalinan. Respons fisiologis terhadap nyeri meliputi :
peninngkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,
keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri
selama persalinan akan berbeda antara satu dan lainnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri,
diantaranya: jumlah kelahiran sebelumnya (pengalaman
persalinan), budaya melahirkan, emosi, dukungan keluarga,
persiapan persalinan, posisi saat melahirkan, presentasi
janin, tingkat beta-endorphin, kontraksi Rahim yang intens
selama persalinan dan ambang nyeri alami. Menurut Peny
Simpkin, beberapa cara untuk mengurangi nyeri persalinan
adalah : mengurangi rasa sakit dari sumbernya memberikan
rangsangan alternative yang kuat, serta mengurangi reaksi

47
mental/emosional yang negative dan reaksi fisik ibu
terhadap rasa sakit. Adapun pendekatan-pendekatan yang
dilakukan bidan untuk mengurangi rasa sakit pada saat
persalinan menurut Hellen Varney adalah : pendamping
persalinan, pengaturan posisi, relaksasi dan latihan
pernapasan, istirahat dan privasi, penjelasan tentang
kemajuan persalinan, asuhan diri, dan sentuhan. Bidan
dapat membnatu ibu bersalin dalam mengurangi nyeri
persalinan yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu bersalin
dengn teknik self help. Teknik ini merupakan teknik
pengurangan nyeri persalinan yang dapat dilakukan sendiri
oleh ibu bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi maupun
stimulasi yang dilakukan oleh bidan. Stimulasi yang dapat
dilakukan oleh bidan dalam mengurangi nyeri persalinan
dapat berupa kontak fisik maupun pijatan. Pijatan dapat
berupa pijatan/massage di daerah lumbosacral, pijatan
ganda pada pinggul, penekanan pada lutut, dan
counterpressure. Cara lain yang dapat diberikan oleh bidan
diantaranta adalah: memberikan kompres hangat dan
dingin, mempersilahkan ibu untuk mandi atau berada di air
(berendam). Usaha bidan agar ibu tetap tenang dan santai
selama proses persalinan berlangsung adalah dengan
membiarkan ibu untuk mendengarkan music, membimbing
ibu untuk mengeluarkan suara saat merasakan kontraksi,
serta visualisasi dan pemusatan perhatian. (Ari Kurniarum,
2016).
b. Kala II
1) Pengertian Kala II
Kala II disebut juga dengan kala Pengeluaran, kala ini dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

48
multigravida. (Mutmainnah, Johan and Stephanie Sorta Liyod,
2017).
2) Tanda gejala kala II
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit.
b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengn terjadinya
kontraksi.
c. Ibu merasakan adanya tekanan pada rectum atau vagina
d. Perineum menonjol.
e. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
f. Peningkatan pengeluaran lender dan darah. (Sam, 2019).

3) Asuhan Sayang Ibu


Asuhan sayang ibu, membantu ibu merasa nyaman dana
man selama proses persalinan yang menghargai kebiasaan
budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan (apabila kebiasaan
tersebut aman), dan melibatkan ibu dan keluarga sebagai
pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung.
Asuhan sayang ibu melindungi hak-hak ibu untuk mendapatkan
privasi dan menggunakan sentuhan hanya seperlunya.
Supaya wanita memperoleh dukungan emosional selama
persalinan dan kelahiran, penting untuk mengikutsertakan
suami, ibunya atau siapapun ayang diminta ibu untuk
mendampinginya, saat ia membutuhkan perhatian dan
dukungan. Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan
anggota keluarganya. Jelaskan proseskelahiran dan kemajuan
persalinan kepada ibu dan keluarganya. Kadang-kadang kala II
persalinan menimbulkan rasa khawatir kepada ibu.
Temtramkan hati ibu selama kala II persalinan, berikan
bimbingan dan bantuan jika memang diperlukan. Dukungan

49
tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu kelancaran
proses persalinan dan kenyamanan proses kelahiran bayi.
Jelaskan setiap tindakan kepada ibu sebelum melakukannya,
jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan kepada ibu
apa yang terjadi pada ibu dan bayinya tentang alasan-alasan
tentang tujuan suatu tindakan. Jelaskan pula hasil pemeriksaan
yang telah di lakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung
janin, dan pemeriksaan dalam). Alasannya adalah dukungan
dari atau pendamping selama persalinan berkait dnegn hasil
persalinan yang lebih baik.
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya
meneran apabila ada dorongan kuat unruk meneran. Jangan
menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan
napas. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
(Mutmainnah, Johan and Stephanie Sorta Liyod, 2017).
4) Posisi Meneran
a. Berbaring atau litotomi
Biasanya ibu akan disuruh terlentang ditempat tidur
bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada
penopang kursi khusus untuk bersalin.
Kelebihan : pada posisi ini jalan lahir akan memnghadap
kedepan dan mudah untuk mengukur perkembangan dan
pembukaan dan waktu persalinan anda. Kepala bayi akan
mudah diarahkan dan dipegang.
Kekurangan : pada posisi berbaring akan membuat ibu
hamil sulit mengejan pada saat proses kelahiran bayi, dapat
meningkatkan tekanan pada perineum yang dapat membuat
robekan dan derajat episiotomy. Pembukaan panggul
sempit juga tidak akan maksimal.
b. Duduk atau setengah duduk

50
Biasanya pada posisi ini ibu akan duudk dengn punggung
bersandar pada bantal. Kaki ditekuk dan paha dibuka
kearah samping dan posisi ini mungkin bisa membuat ibu
nyaman.
Keuntungan : jalan lahir yang akan ditembuh bayi untuk
bisa keluar jadi lebih pendek dan disuplai oksigen dari ibu
ke janin akan dapat berlangsung secara maksimal. Selain
itu, anda juga akan mendapatkan batuan gaya gravitasi
walaupun hanya sedikit dan posisi ini tidak akan
mengganggu dalam epidural, pemasangan imfus, cateter,
CTG.
Kekurangan : posisi ini dapat menimbulkan keluhan lelah
dan sangat pegal pada punggung. Biasanya posisi ini akan
lebih menyakitkan dibandingkan posisi lainnya dan gerakan
anda akan dibatasi. Dapat meningkatkan forceps dan
vakum, serta dapat meningkatkan tekanan pada perineum
yang dapat menimbulkan risiko robek.
c. Merangkak
Tips : dalam posisi ini yang terpenting adalah menjaga agar
lengan vertical dengn bahu anda dan tidak jauh kebelakang
atau kedepan tidak boleh lebih lebar dari bahu anda
sehingga tidak akan membuang energi namun juga
memungkinkan tubuh anda beristirahat dilengan anda.
Keuntungan : posisi ini dapat membentu meringankan rasa
sakit, posisi ini juga sangat bagus untuk bayi anda yang
berukuran besar, dapat juga membantu jika terjadi prolaps
tali pusat untuk mencegah tali pusat semakin menumbung
dan lebih sedikit berisiko terjadinya robekan perineum.
d. Jongkok atau berdiri

51
Pada posisi ini, biasanya ibu menghadapi persalinan dengn
posisi jongkok di atas bantalan empuk yang berguna untuk
menahan kepala bayi dan tubuh bayi.
Kelebihan : merupakan posisi yang sangat alami saat
melahirkan karena manfaat gaya gravitasi bumi sehingga
ibu melhairkan tidak perlu terlalu kuat untuk mengejan.
Kekurangan : dapat berpeluang membuat cidera kepala
bayi , posiis ini dinilai kurang menguntungkan karena
sangat menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan
dan tindakan persalinan lainnya.

e. Miring kiri
Pada bentuk posisi ini, ibu akan di suruh berbaring miring
kearah kiri maupun kanan dengan salh satu kaki di angkat
dan untuk posisi kaki satunya dalam keadaan lurus. Posisi
ini dilakukan apabila posisi kepala bayi belum tepat.
Kelebihan : peredaran darah baik dan ibu bisa berjalan
dengan lancer, pengiriman oksigen dalam darah ibu ke
janin melalui plasenta juga tidak akan terganggu sehingga
pada proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-
lahan. Selain itu juga dapat menjaga denyut jantung janin
stabil selama kontraksi, menghemat energi dan baik untuk
ini yang mempunyai tekanan darah rendah.
f. Berlutut
Posisi ini merupakan opsi untuk persalinan. Beberapa
proses persalinan yang mengalami kesulitan akan dilakukan
perubahan posisi yang dapat membnatu proses persalinan
berjalan lancar.
Keuntungan : dengn posisi bersandar kedepan akan
membantu untuk meringankan ibu dari rasa sakit persalinan
dan dapat mengurangia tekanan pada perineum sehingga

52
robekan perineum akan jarang terjadi serta memungkinkan
pasangan untuk melakukan pijatan atau kompres hangat
pada punggung anda.
Kekurangan : memungkinkan hampir tidak ada
kekurangan dalam posisi ini.
g. Berdiri tegak
Posisi berdiri tegak mungkin kurang dimanfaatkan dari
semjua posisi lahir. Sebenarnya posisi tegak juga termasuk
posisi baik karena manfaatnya banyak sekali, salah satunya
anda dapat bergerak dengn mudah yang dapat mempercepat
proses persalinan dan membnatu bayi anda dalam posisi
yang sangat baik. Beberapa variasi posisi tegak dengn cara
berdansa dnegn pasangan, berdiri saling berhadapan dengan
menggoyang maju mundur dan melingkari untuk
mempermudah bagian terendah janin segera turun ke jalan
lahir. Posisi ini sangat baik pada saat kala I.
Keuntungan : posisinya mudah bergerak dan bisa menjaga
napas saat anda mengejan, memudah orang lain mudah
untuk memijat, membuat kontraksi lebih efektif,
mempercepat tahap pertama persalinan, mengurangi
permintaan obat sakit epidural, berdiri dalam posisi
asimetris juga dapat membantu bayi bergerak dalam posisi
yang lebih baik, posisi tegak untuk kelahiran bayi
menggunakan besar gravitasi. (Mutmainnah, Johan and
Stephanie Sorta Liyod, 2017).
5) 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
a. Melihat tanda dan gejala kala dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rectum dan vaginanya

53
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan bahan dan obat-obatan
esensial untuk pertolongan persalinan normal dan
mengantisipasi bila terjadi komplikasi ibu dana tau
bayi baru lahir. Untuk resusitasi : tempat datar, rata,
bersih, kering, hangat, alat penghisap lendir, lampu 60
watt dengan jarak 60 cm dari tempat meletakan bayi
(tubuh bayi). Mematahkan ampul oksitosin 10 unit
dan menempatkan tabung suntik steril sekali oakai di
dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang
bersih
4. Melepaskan seua perhiasan yang dipakai dibawah
siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam
6. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik
(dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau streril). Meletakan setengah koker didalam
partus set.
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum
atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

54
membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyekanya dari depan ke belakang. Membuang kapas
atau kasa yang terkontaminasi (meletakan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di larutan dekontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
a) Tangan kiri diatas fundus
b) Menilai vulva uretra
c) Menilai porsio
d) Mengukur pembukaan
e) Menilai selaput ketuban
f) Mengidentifikasi presentasi
g) Mengidentifikasi petunjuk
h) Menilai turunnya kepala
i) Memecah ketuban (bila ada indikasi)
j) Menilai yang terdapat pada sarung tangan
9. Mendekomentasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memkai sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya
di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (100-180 kali/menit)
a) Mengambil tindkan yang sesuai jika DJJ tidak
normal

55
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
bimbingan meneran
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik.
a) Menunggu hingga ibu mmepunyai keinginan
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung dan memberi semangat
kepada ibu untuk meneran secara benar.
12. Meminta bantuan keluaga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran. (pada saat his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran :
a) Mmebimbing ibu agar dapat meneran secara benar
dan efektif
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang
dalam waktu yang lama)
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan
semangat untuk ibu. Berkan asupan cairan peroral
(minum) yang cukup

56
f) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
g) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir
setelah 2 jam meneran pada primigravida atau
seetelah 1 jam meneran pada multigravida
14. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm, meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk
meneringkan bayi
16. Meletakan kain yang bersih 1/3 bagian, dibawah
bokong ibu
17. Membuka partus set
18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan
f. Menolong kelahiran bayi
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain tadi, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat
pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau batuk-batuk saat kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian
meneruskan segera proses kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem
tersebut.

57
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparetal. Menganjurkan ibu unruk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan ke arah luar sehingga bahu anterior
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik kearah atas dan kearah luar unruk
melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu lahir, menggeser tangan kanan ke
bawah kepala dan bahu (sangga), sementara tangan kiri
menahan lengan dan siku seeblah atas selama proses
kelahiran badan bayi (susur).
24. Tangan atas selanjutnya menelusuri punggung, bokong,
dan tungkai dan kaki bayi, dan memegang kedua mata
kaki (dengan cara memasukan telunjuk diantara kaki
bayi dan memegang mata kaki dengan jari dan jari-
jarinya).
g. Penanganan bayi baru lahir
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya(bila tali pusat terlalu pendek,
meletakan bayi yang memungkinkan).
a) Apakah bayi menangis kuat dana tau bernafas
tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak aktif?

Jika tidak menangis, tidak bernapas atau mengap-


mengap lakukan langkah-langkah resusitasi (lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).

58
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian pusat
a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
mebersihkan verniks
b) Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang
kering. Biarkan bayi di atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalm uterus
28. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat 2
cm bagian distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a) Dengan satu tangan, pegang tapi pusat yang sudah
di jepit (lindungi perut bayi), lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
c) Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang
telah disediakan
32. Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi di kepala bayi .

59
Letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahakan kepala berada diantara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
h. Manajemen aktif kala III
33. Pindahkan klem pada talipusat sekitar 5-10 cm dari
vulva
34. Letakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi
atas simpisis untuk mendeteksi, sedangkan tangan lain
meemgang tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea
rah dorso ktanial secara hati-hati
36. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial, minta
ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai kemudian kearah atas menikuti poros jalan
lahir (dengan tetap dorsokranial). Jika tali pusat
bertambah panjang 5-10 cm di depan vulva dan lahirkan
plasenta
37. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan
dan pusar searah jarum jam (hingga semua selaput
ketuban lahir dengan lengkap).
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, meletakan tangan kiri di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras)
i. Menilai perdarahan
39. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke
ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk

60
memastikan bahwa selaput ketuban untuk memastikan
bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Pastikan
jumlah kotiledon lengkap dan utuh
40. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami
perdarahan aktif
j. Asuhan pasca persalinan
41. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik. Mengevaluasi perdarahan pervaginam
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disenfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan
kain bersih dan kering.
43. Memastikan kandung kemih kosong
44. Mengajarkan kepada ibu/keluarga bagaimana
melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi
uterus
45. Mengevaluasi kehilangan darah
46. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama satu jam pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
47. Melakukan IMD dan pantau bayi
48. Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi (10menit). Mencuci dan
membilas peralatan setelah dekontaminasi
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam
tempat sampah yang sesuai
50. Membersihkan ibu dengna menggunakan air disenfeksi
tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan

61
darah. Membantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering
51. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan
52. Melakukan dekontaminasi tempat persalinan dan
celemek dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih
53. Mendokumentaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
55. Setelah IMD (Inisiasi Menyusui Dini) menggunakan
sarung tangan DTT
56. Lakukan asuhan bayi baru lahir normal (timbang,
memberikan salep mata, menyuntikan vitamin K,
pemeriksaan fisik)
57. Satu jam setelah pemberian vitamin vitamin K1,
berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anterolateral bayi
58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan
klorin 0,5%. Membalikan bagian dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf (Ardhina Nugraheni, 2020).

62
c. Kala III
1) Pengertian Kala III
Kala III dimulai setelah keluarnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala III ini berlangsung
sekitar 15 sampai 30 menit, baik pada primipara maupun
multipara. Kala III ini sering disebut dengan kala uri atau kala
pengeluaran plasenta. Adanya kontraksi uterus setelah kala II
selesai penyebabnya terpisahnya plsenta dari dinding uterus.
Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban yang
terkupas dan dikeluarkan. Tempat peletakan plsenta
menentukan kecepatan pemisahan dna metode ekspulsi
plasenta. (Yuni, Widy, 2018).
2) Manajemen Aktif Kala III
Maanjemen aktif kala III bertujuan untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah pendarahan dan mengurangi
kehilanagn darah pada kala III. (Yuni, Widy, 2018).
Komponen manajemen aktif kala III :
a. Pemberian oksitosin IM segera setelah bayi lahir (maksimal
2 menit)
b. Plasenta dilahirkan melalui penegangan tali pusat terkendali
dengan menahan fundus uterus secara dorsokranial (kearah
atas dan belakang)
c. Begitu plasenta dilahirkan, lakukan massase uterus pada
fundus uterus secara sirkular agaruterus tetap berkontraksi
dengan baik serta untuk mendorong keluar setiaap
gumpalan darah yang ada didalam uterus.
3) Tanda Pelepasan Plasenta
a. Semburan darah. Semburan darah ini di sebabkan karena
penyumbatan retroplasenter pecah saat plasenta lepas.

63
b. Pemanjangan tali pusat. Hal ini disebabkan karena plasenta
turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga
vagina.
c. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globuler
(bulat). Perubahan ini disebkan oleh kontraksi uterus.
4) Kebutuhan Ibu Pada Kala III
a) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau
pendamping.
b) Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah di
lalui.
c) Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang
dan tindakan apa yang akan dilakukan.
d) Bebas dari rasa rishi akibat bagian bawah yang basah oleh
darah dan air ketuban.
e) Pemenuhan dehidrasi. (Sulistyawati, 2012).
d. Kala IV
1) Pengertian Kala IV
Kala IV adalah dua jam pertama setelah persalinan yang
merupakan saat paling kritis bag pasien dan bayinya. Tubuh
pasien melakukan adaptasi yang luar biasa setelah kelahiran
bayinya agar kondisi tubuh kembali stabil, sedangkan bayi
melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan hidupnya
diluar uterus. (Sulistyawati, 2012).
2) Tujuh (7) langkah pemantaun yang dilakukan dikala IV :
(Ari Kurniarum, 2016).
a. Kontraksi Rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta
lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan
adalh mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus.
Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaab fundus

64
uteri akan teraba keras. Jika terjadi kontraksi dalam waktu
15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi
atonia uteri.
b. Perdarahan
Perdarahan : ada/tidak, banyak/biasa
c. Kandung kencing
Kandung kencing : harus kosong, kalua penuh ibu diminta
untuk kencing dan kalua tidak bisa lakukan kateterisasi.
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan
menghalanggi uterus berkontraksi sepenuhnya.
d. Luka-luka : jahitan baik/tidak, ada perdarahan/tidak
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan
vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi
perineum terbagi atas :
1. Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit
perineum. Pada derajat I ini tidak diperlukan penjahitan,
kecuali jika terjadi perdarahan.
2. Derajat II
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum dan otot prtineum. Pada derajat II dilakukan
penjahitan dengan teknik jelujur.
3. Derajat III
Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingter ani external
4. Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rectum anterior
5. Pada derajat III segera lakukan rujukan karena laserasi
ini meemrlukan teknik dan prosedur khusus.

65
Gambar Derajat robekan perineum
Sumber : Google Picture
e. Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu : tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
1) Keadaan Umum Ibu
Periksa setiap 15 menit pada jam pertama setelah
persalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan jika kondisi iyi tidak stabil pantau lebih
sering
2) Pemeriksaan tanda vital.
3) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri :
Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi kuat dan
berada dibawah umbilicus. Periksa fundus :
a) 2-3 kali dalam 10 menit pertama
b) Setiap 15 menit pada jam pertama setelah
persalinan.
c) Setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan.
d) Massage fundus (jika perlu) untuk
menimbulkan kontraksi.
g. Bayi dalam keadaan baik
3) Asuhan kala IV
a) Hidrasi dan nutrisi

66
1) Berikan segera minum sebnaayk yang pasien inginkan,
karena saat ini ia merasa haus akibat kelelahan dan
pengeluaran keringat yang banyak saat persalinan.
Berikan pasien makan sesuai dengan menu yang ada
saat itu.
b) Hygine dan kenyamanan pasien
1) Rambut dirapikan
2) Wajah diseka dengan air menggunakan handuk
3) Tidak perlu memakai breast holder (bh) karena sedang
dilakukan imd (inisiasi menyususi dini).
4) Alas diatas perlak diganti dnegan yang bersih dan
kering.
5) Dibawah bokong dialasi under pad (untuk menyerap
darah sekaligus sebagai penampung darah untuk
memperkirakan jumlah darah yang keluar)
c) Bombing dan dukung untuk BAK
d) Yakinkan pasien bahwa BAK sedini mungkin tidak akan
mengganggu proses penyembuhan luka jahitan perineum
e) Jelaskan bahaya menunda NAK dan pengaruh terhadap
proses involusi uterus
f) Damping pasien saat mengawali BAK pascapersalinan,
untuk selanjutnya ini dapat diberikan kepada keluarga
pasien.
1) Dukungan untuk menjalin hubungan awal dengan
bayinya, terutama saat pemberian ASI awal.
2) Pemberian analgesic (jika diperlukan)
3) Tempat tidur yang bersih agar tidak terjadi infeksi.
Setelah persalinan dekontaminasi alas plastic, tempat
tidur, dan matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian
cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih. Jika
sudah bersih, keringkan dengan kain supaya pasien

67
tidak berbaring diatas matras yang basah.
Dekontaminasi seprai yang digunakan selama
persalinana dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
cuci segera dengan air dan detergen (Sulistyawati,
2012).

E. Asuhan Masa Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan paorus melahirkan. Jadi
puerperium berarati masa sketelah melahirkan bayi yaitu masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandung
kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi salam 24
jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggarakan pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi (Susilo Rini dan Feti Kumala, 2017).
2. Tahap pemulihan masa nifas
Pengawasan masa nifas penting dilakukan secara cermat terhadap
perubahan fisiologis masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan
patologis pada tiap tahapnya. Kembalinya system reroduksi pada masa
nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut (Ningrum,
2015) :

a. Puerperium dini
Menurut Cuningham (2005) beberapa jam setelah persalinan, ibu
dianjurkan segera bergerak dan turun dari tempat tidur. Hal ini
bermanfaat mengurangi komplikasi kanadung kemih dan
konstipasi, menurunkan frekuensi thrombosis dan emboli paru
pada masa nifas.

68
b. Puerperium intermedial
Suatu masa yakni kepulihan menyeluruh dari organ-organ
reproduksi internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8
minggu.
c. Remote puerperium
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote
puerperium setiap ibu akan berbeda, bergantung pada berat
ringannya komplikasi yang dialami selama hamil dan persalinan.
Wakru sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-
minggu, bulan, bahkan tahunan.
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat internal maupun eksternal berangsur-
angsur kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan
alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga
perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi
antara lain sebagai berikut. (Risa Pitriani, 2014).
1. Uterus
Involusi utrus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Peoses inbolusi utrus adalah sebagai berikut :
a) Iskemia miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retrakasi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemia dan menyebabkan
serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormone
estrogen saat pelepasan plasenta.

69
c) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri senediri yang terjadi
didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10
kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini di
sebabkan karena penurunan hormone esterogen dan
progesterone .
d) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot utrtus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplali darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus
selama postpartum adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Perubahan uterus

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter


Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari ( minggu 1) Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
dan simpisis
14 hati (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

2. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah

70
dan desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah
ekskresi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
lebih cepat darp pada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada
setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses
involusi, pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia
dapat di lihat sebagai berikut:
Tabel 7. Perubahan lochea

Lokia Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua, verbiks
kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa
meconium dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih Sisa darag bercampur lendir.
bercampur
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput
lendir verniks dan serabut
jaringan yang mati

Umumnya jumlah locia lebig sedikit bila wanita postpartum


dalam posisi berbaring dari pada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam
posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar berdiri.
Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 jingga 270
ml.
3. Vagina dan perineum

71
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanana serta peregangan, setelah beebrapa hari persalinan
keuda organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada timbul ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan
kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.
Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat
terjadi secara spontan atatu pun dilakukan episiotomy dengan
indikasi tertentu. Meskipun demikian, lahitan otot perineum
dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina ghingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian .
b. Perubahan system pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesterone yang dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol
darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca
melahirkan, kadar progesterone juga mulai menerun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali
normal
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada system
pencernaan, antara lain :
1) Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga d
perbolehkan untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu
makan diperlukan wakru 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah

72
melahirkan, asupan melahirkan juga mengalami penurunan
selama satu atau duda hari.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebuhan analgesia dan anastesia bisa memeprlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3) Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan
dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid atau
pun laserasu jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan wakru untuk kembali normal.
Beebrapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali secara
teratur, antara lain :
(a) Pemberian diet/makanan yang mengandung serat
(b) Pemberian cairan yang cukup
(c) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
(d) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian
huknah atau obat yang lain.
c. Perubahan sistem perkemihan
1) Keseimbangan hemostatis internal
a) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur-
unsur yang terlarut didalamnya. Sebnayak 70% dari air
tubuh terletak di dalam sel sel dan dikenala sebagai cairan
intraselular. Kandung air sisanya disebut cairan
ekstraselular. Cairan ekstraselular dibagi antara plasma

73
darah dan cairan yang berlangsung memberikan lingkungan
segera untuk sel-sel disebut cairan interstesial.
b) Edema adalah tertimbulnya cairan dalam jaringan akibat
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
c) Dehidrasi adalah tertimbulnya cairan atau folume air yang
terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak
terganti.
2) Keseimbangan asam basa tubuh
Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph > 7,4
disebut alkalosis dan jika ph < 7,35 disebut asidosis.
3) Mengeluarkan sisa metabolism, racun, dan zat toksin.
Ginjal mengeksresi hasil akhir metabolism protein yang
mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatini.
d. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 serajat celcius dari
keadaan normal, namun tidak akan melenihi 8 derajat celcius.
Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan
kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celcius,
mungkin terjadi infeksi pada lien. (siti saleha, 2009).
2) Nadi
Denyut nadi normal pada dewasa 60-80 kali permenit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun
lebih cepat. Denyut nadi melebihi 100 kali permenit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah
sistolik antara 90-120 mmHG dan diastoik 60-80 mmHg. Pasca

74
melahirkan pada kasus normal, tekanan darah menjadi lebih
rendah pasca melahrkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.
Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum tanda terjadi
pre eklamsia post partum. Manum demikian, hal tersebut
sangat jarang terjadi.
4) Pernafasan
Frekuensi pernapsan normal pada orang dewasa adalah 26-24
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernapsan
lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. keadaan pernapasan
selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernapsan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lenih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Dalam memberikan dukungan dan support bidan dapat melibatkan
suami, keluarga dan teman di dalam melaksanakan asuhan sehingga
akan melahirkan hubungan antar manusisa yang baik, antar petugas
dank lien, dan antar klien sendiri. Dengan adanya a good human
relationship diharapkan akan memenuhi kebutuhan psikologis ibu
setelah melahirkan anak. Dalam penyesuaian masa nifas Reva Rubin
membagi dalam 3 priode/tahap yaitu (Heni puji, 2018) :
a. Taking in (1-2 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada
dirinya, tubuh sendiri, mengulang-ulang menceritakan penglaman
proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru melahirkan ini
perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur
dnegn gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses
pemulihan.

75
b. Taking hold (2-4 hari post partum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan
khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya.
Wanita post partum ini brpusat pada kemampuannya dalam
mengontrol diri. Berusaha untuk menguasai kemampuan untuk
merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui, memberi
minum, mengganti popok. Wanita pada masa ini sangat sensitive
akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan dan perawat sebagai teguran,
maka hati hati dalam berkomunikasi dengan wanita dan perlu
memberi support.
c. Letting go
Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang ke rumah. Ibu
mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus
menyelesaikan diri dengan ketergantungan bayi. Depresi post
partum sering terjadi pada masa ini.
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan
tujuan untuk menilai kondisi ibu dan bayi, melakukan pencegahan
terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayi, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas dan menangani komplikasi atau masalah yang
timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya
(walyani, 2015). Adapun program dan kebijakan nasional masa nifas
adalah sebagai berikut :
a. Enam sampai delapan jam setelah persalinan.
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.

76
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Catatan : jika petugas menolong persalinan ia haus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
b. Enam hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah unbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi, dan perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan idak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling KB secara mandiri.
c. Dua minggu setelah persalinan
Sama dengan kunjungan 6 hari setelah persalinan
d. Enam minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

6. Kebutuhan dasar ibu masa nifas


a. Kebutuhan gizi

77
Makanan yang dikonsumsi ibu post partum harus mengandung
karbohidrat, tinggi protein, zat besi, vitamin dan mineral untuk
mengatasi anemia, cairan dan serat untuk memperlancar sekresi.
Ibu nifas dan menyusui membutuhkan tambahan kalori kurang
lebih 700 kalori pada enam bulan pernama untuk memberikan ASI
ekslusif dan bulan selanjutnya kebutuhan kalori menurun kurang
lebih 500 kalori, karena bayi telah mendapatkan makanan
pendamping ASI. (Ningrum, 2015)
1) Mengonsumsi tambahan kalori sesuai kebutuhan. Jika masih
menyusui tambahan kalori tiap hari sebanyak 500-700 kalori
2) Penuhi diet berimbang, terdiri atas protein, kalsium, mineral,
vitamin, sayuran hijau dan buah.
3) Kebutuhan cairan sedikitnya tiga liter perhari yang dapat di
peroleh sari air putih, sari buah, susu, atau sup.
4) Untuk mencegah anemia konsumsi tablet zat besi selama nifas
5) Vitamin A (200.000 unit) selain untk ibu, vitamin A dapat
diberikan kepada bayi melalui ASI.
b. Ambulasi dini (early ambulation)
Membimbing ibu selekas mungkin turun dari tempat tidur setelah
persalinan akan membantu ibu cepat pulih asal dilakukan secara
bertahap, hati-hati, dan seizing dokter atau bidan. Ambulasi dini
tidak wajib dilakukan padan ibu yang mengalami komplikasi nifas
dan riwayat persalinan patologis.
Adapun keuntungan dari ambulasi dini antara lain :
1) Ibu merasa lebih sehat dan lebih kuat
2) Faal usus dan kandung kemih menjadi lenih baik
3) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan maupun
pendidikan kepada ibu mengenai cara perawatan bayi sehari-
hari
c. Eliminasi (buang air kecil dan besar)

78
Dalam enam jam pertama postpartum, pasien sudah harus dapat
buang air kecil. Semakin lama urin tertahan didalam kandung
kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ
perkemihan.
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air
besar karena semakin lama fese tertahan dalm usus maka akan
semakin sullit baginya untuk buang air besar secara lancar. Feses
yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras karena
cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh
usus.
d. Kebersihan diri
Tindakan yang dapat dilakukan dalam perawatan kebersihan diri
ibu nifas antara lain :
1) Anjurkan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air yang
mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
2) Anjurkan ibu untuk mandi menjga kebersihan tubuh dapat
mencegah terjadinya infeksidan alergi kulit pada bayi akibat
bersentuhan dengan kulit ibu yang kotor.
3) Mengajarkan cara membersihkan daerah kelamin. Ingatkan
pada ibu bahwa vagina berada dekat dengan saluran buang air
kecil dan uang air besar sehingga mudah dimasuki kuman
yang kemudian menjalar ke Rahim. Oleh karena itu, pastijan
bahwa ibu menngerti membersihkan daerah vulva terlebih
dahulu, dari depan kebelakang dengan air dan sabun yang
lembut, baru kemudian membersihkan daerah anus.
4) Segera menggantikan pembalut setiap kali terasa penuh atau
minimal empat kali dalm sehari. Adanya luka terbuka didalam
Rahim dan vagina sebagai media masuknya kuman penyebab
infeksi Rahim, maka ibu harus senantiasa menjaga suasana
keasaman dan kebersihan vagina dengan baik.
e. Istirahat

79
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal delapan jam
perhari, yang daapt dipenuhi melalui istirahat malam dan siang,
ibu dapat beristirahat selagi bayinya tidur. Dengan tubuh yang
letih dan mungkin pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu
diinatkan dan dibantu agar dapat mendapatkan istirahat yang
cukup.
f. Seksual
Selama enam minggu diperkirakan pengeluaran lokia telah bersih,
semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka
bekas SC biasanya telah sembuh dengan baik, sehingga ibu dapat
memulai kembali hubungan seksual.
g. Keluarga Berencana
1) Pengertian KB
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengatur banyaknya
jumlah kelahiran sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta
keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut.
2) Tujuan KB
KB merupakan program pemerintah yang bertujuan
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. KB
sebagai untit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang
berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang.
3) Macam-macam KB
a) Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
(1) Kalender/Pantang Berkala
Metode ini tidak cocok untuk perempuan dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur. Metode kalender
menggunakan prinsip pantang berkala yaitu tidak
melakukan hubungan seksual pada masa subur sang

80
istri. Ada 6 langkah menentukan masa aman dalam
metode ini yaitu :
 Tentukan siklus haid terpendek
 Tentukan siklus haid terpanjang
 Siklus haid terpendek dikurangi 18
 Siklus had terpanjang dikurangi 11
 Tentukan masa ovulasi = hasil langkah 3
sampai dengan langkah ke 4
 Tentukan masa aman, mulai dari hasil langkah
ke 3 dikurangi 1 sampai dengan hasil langkah 4
ditambah 1
(2) Lendir serviks
Menentukan masa subur dengan mengamati lendir
serviks
(3) Simtomtermal
Menentukan masa subur dengan metode dilakukan
dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
Dimana masa subur terjadi ketika ada perasaan basah
atau munculnya lendir. Dilakukan pencatatan setiap
bangun tidur.
(4) Koitus Interuptus
Nama lain dari koitus interuptus adalah senggama
terputus yaitu dengan cara pria mengeluarkan penis
dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
Kelebihannya yaitu alamiah, efektif bila dilakukan
dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI, tidak
membutuhkan biaya. Kekurangannya yaitu sangat
bergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi,
memutus kenikmatan dalam berhubungan, tidak
melindungi dari IMS, kurang efektif dalam mencegah
kehamilan.

81
b) Metode Kontrasepsi Sederhana dengan Alat
(1) Kondom
Kondom adalah kantong kecil yang terbuat dari karet
tipis dan digunakan oleh pria maupun wanita saat
melakukan hubungan seksual, kondom yang paling
aman dan efektif biasanya terbuat dari lateks atau
poliuretan.
Kelebihannya yaitu mencegah penularan IMS, mudah
didapatkan. Kekurangannya yaitu dapat terjadi
kebocoran
(2) Spermisida
Spermisida merupakan zat kimia yang dapat
membunuh sperma setelah keluar dari penis. Kelebihan
spermisida yaitu tidak mengganggu produksi ASI,
tidak ada efek sistemin, mudah digunakan, melindungi
dari IMS. Kekurangannya yaitu efektivitas aplikasi
hanya bertahan 1-2 jam. Sebelum menggunakan
pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah
pemasangan.
c) Metode Kontrasepsi Modern Hormonal
(1) Pil
 Monosik : jumlah dan tipe estrogen dan
progestin yang dimakan jumlahnya sama setiap
hari selama 20/21 hari, dan diikuti dengan obat
tidak mengandung hormon selama 7 hari
 Bifasik : dosis dan jenis estrogen yang dimakan
tetap konstan dan jenis progestin tetap sama
tetapi kadar progestin berubah antara minggu
pertama dan minggu kedua selama 21 hari, dan
diikuti dengan obat tidak mengandung hormon
selama 7 hari

82
 Trifasik : jenis estrogen yang dimakan tetap
sama tetapi kadar tetap sama atau dapat berubah
sesuai kadar progestin, jenis progestin tetap
sama, tetaoi memiliki tiga kadar yang berbeda
selama 21 hari, dan diikuti dengan obat tidak
mengandung hormon selama 7 hari

Kelebihannya yaitu tidak mengganggu hubungan


seksual, siklus haid menjadi teratur, mudah
dihentikann kapan saja, dapat digunakan sebagai
kontrasepsi darurat. Kekurangannya yaitu using,
nyeri payudara, mual, spotting, tidak mencegah
IMS.

(2) Implan
Susuk atau implan adalah kontrasepsi hormonal jangka
panjang. Ada 2 jenis implant yaitu Norplant yang
berdaya guna lima tahun terdiri atas 6 batang kapsul
kecil dan Implanon yang berdaya guna tiga tahun
terdiri dari 1 batang kapsul kecil.
Kelebihan implant yaitu cara penggunaan mudah,
setelah dicabut kesuburan kembali dengan cepat,
memiliki waktu efektif yang lama, bebas estrogen,
dapat dicabut sewaktu-waktu, mengurangi
dismenorrhea. Kekurangan tidak memberikan proteksi
terhadap IMS, dapat mempengaruhi berat badan, pola
haid berubah, nyeri.
(3) Suntik
Kontrasepsi suntuk merupakan metode kontrasepsi
hormonal yang dibedakan menjadi suntikan KB satu
bulan dan suntikan KB 3 bulan (DPMA).
 KB suntik 1 Bulan

83
Mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone acetate (hormon
progestin) dan Estradiol cypionate (hormon
estrogen). Komposisi hormon dan cara kerja
suntikan KB 1 bulan mirip dengan pil KB
kombinasi. Suntikan pertama diberikan 7 hari
selama periode menstruasi atau 6 minggu
setelah melahirkan bila tidak menyusui.
 KB suntik 3 Bulan
Hanya mengandung hormon progesterone.
Dosis diberikan 150 mg/ml depot
medroksiprogesteron asetat yng disuntikan
secara IM setiap 12 minggu.
Kelebihan Suntik KB yaitu sangat efektif dalam
mencegah kehamilan, tidak mempengaruhi
produksi ASI (3 bulan), tidak mempengauhi
aktivitas hubungan seksual. Kekurangan KB
suntik yaitu Menstruasi tidak teratur, BB
meningkat, pemulihan kesuburan yang lambat
setelah penghentian pemakaian, tidak
memberikan perlindungan terhadap IMS.

d) Metode Kontrasepsi Non Hormonal


(1) AKDR/IUD
Intra-uterine Cpntraception Device (IUCD) yang
dalam bahasa indonesia adalah alat kontrasepsi dalam
rahin (AKDR). AKDR memiliki banyak jenis seperti
spiral, delcon sield, Lippes loop, M.IUCD yang terbuat
dari metal, Multi load (MICU), medusa dan Copper T.
Jenis AKDR generasi sekarang Copper T, Copper 7,
Ypsilon-Y, Progestasert dan Copper T3800A. AKDR

84
memiliki bentuk yang kecil dan mudah dipasang serta
dikeluarkan.
Mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara
pasti. Ada pendapat bahwa AKDR dihitung tubuh
sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi
radang setempat, dan disebutkan bahwa leukosit
yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
Berbeda lagi denfan AKDR yang dililiti kawat
tembaga. Tembaga dalam jumlah kecil juga
menimbukan radang setempat tetapi bisa
menghambat khasiat anhidrase karbon fostase alkali.
AKDR juga menyebabkan lendir serviks menebal
sehingga menghalangi sperma
Waktu pemasangan AKD yaitu seteah bidan yakin
klien tidak dalam posisi mengandung dan bebas dari
infeksi uterus atau infeksi vagina dan bisa dilakukan
saat klien sedang menstruasi tetapi harus memstikan
dan yakin tentang riwayat hubungan seksual dan
penggunaan kontrasepsi klien.
Jenis IUD digolongkan dalam beberapa jenis yaitu
sebagai berikut.
 Menurut bentuknya
Bentuk terbuka (open device) Lippes Loop,
CU-7, CU-T, Margulies, Spring Coil,
Multiload, Nova-T
Bentuk tertutup (closed device) Ota-ring,
Antigon, Graten Berg ring.
 Menurut jenisnya
Un-Medicated IUD, contohnya Lippes Loop,
Margulies, Saf-T Coil, Antigon

85
Medicated IUD, contohnya Cu T (daya kerja 3
tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T
300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya
kerja 8 tahun), Cu-7 dan Nova T (daya kerja 5
tahun), MLCu375 (daya kerja 3 tahun).
Kelebihan AKDR yaitu dapat mencegah
kehamilan dalam waktu jangka panjang bahkan
10 tahun, mudah dilepas kapanpun, tidak
mempengaruhi hormon sehingga tidak
berpengaruh dalam proses menyusui.
Kekurangan AKDR yaitu menstruasi tidak
teratur diawal pemasangan, spotting, mual,
nyeri perut, risisko posisi IUD bergeser keluar
Rahim. (Sugeng jitowoyono, 2019).

h. Latihan/senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu pasca melahirkan,
sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan. Setelah itu
ibu cukup istirahat dan lakukan secara bertahap.
Manfaat senam nifas :
1) Membantu memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah
terjadinya pembekuan pada jumlah darah terutama pembuluh
tungkai
2) Memperbaiki sikap tubuh dan otot-otot punggung pasca
melahirkan
3) Memperbaiki otot pelvis dan peregangan otot abdomen
4) Memperbaiki dan memperkuat otot panggul
5) Membantu ibu lebih rileks dan segar pasca persalinan
6) Mempercepat terjadinya proses involusi organ-organ
reproduksi
Syarat melakukan senam nifas :

86
1) Ibu melahirkan secara normal dengan kondisi sehat dan tidak
ada kelainan serta komplikasi persalinan maupun nifas
2) Senam ini dilakukan senam jam setelah persalinan, dilakukan
di rumah sakit aatu rumah bersalin, dan diulangi secara terus-
menerus setelah iu pulang kerumah
3) Ibu tidak mengalami keluhan nyeri
4) Ibu tidak memiliki riwayat jantung
5) Perhatikan kenyamanan ibu
6) Pada ibu yang melahirkan secara Caesar senam nifas dapat
dilakukan setelah 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat
tidur.
Berikut ini beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat
melakukan senam nifas :
1) Latihan tahap pertama (24 jam setelah bersalin)
a) Latihan perineal
Latihan ini dapat dilakukan di mana saja, bahkan pula
pada saat masa pemulihan. Lakukan gerakan seperti
menahan buang air kecil, tahan kontraksi 8-10 detik,
lepaskan. Ulangi beberapa kalai.
b) Latihan pernapasan diafragma yang dalam
Ambil posisi berbaring terlentang lutut ditekuk dan
saling terpisah dengan jarak 30 cm. telapak kaki
menjejak lantai, kepala dan bahu didukung bantal.
Ambil napas sambil kecangkan otot-otot oerut dan
hembuskan napas perlahan lewat mulut. Lakukan 2-3
kali bernapas dalam tiap latihan.
2) Latihan tahap kedua (tiga hari pasca persalinan)
a) Latihan mengangkat pinggul
Ambil posisi berbaring terlentang lutut ditekuk
kemudian hirup napas. Sementara saat pinggul ditekan
kelantai, selanjutnya hembuskan napas dan lemaskan.

87
Mulailah dengan 3-4 kali, kemudian secara bertahap
ditambah hingga sampai 12 lalu 24 kali.
b) Latihan mengangkat kepala
Posisi berbaring Tarik napas dalam-dalam, angkat
kepala sedikit sambil menghembuskan napas, kemudian
turunkan kepala perlahan sambil menarik napas. Angkat
kepala lebih tinggi sedikit dan secara bertahap usahakan
mengangkat pundak.
c) Latihan meluncurkan kaki
Posisi berbaring, secara perlahan julurkan kedua tungkai
kaki hingga rata dengan lantai, kemudian geserkan
telapak kaki kanan dengan tetap menekan lantai
geserkan tungka kaki kembali kebawah. Ulangi untuk
kaki kiri. Mulailah 3-4 kali geseran setiap kaki, lalu
secara bertahap sampai 12 kali atau lebih dengan
nyaman.
3) Latihan rahap ketiga (setelah pemeriksaan pasca persalinan)
a) Latihan mengencangkan otot perut
Ambil posisi telentang, letakkan tanga diperut kemudian
kencangkan otot perut dan kendurkan lagi. Gerakan
harus kearah dalam, dada tidak boleh ikut bergerak.
b) Latihan merapatkan otot perut
Tahan otot perut dnegan tangan, angkat kepala dan
pundak dari bantal seolah hendak duduk. Ulangi lima
kali
c) Berbaring terlentang
Kenvangkan otot perut, gerakan tangan disamping
badan seolah hendak menjangkau mata kaki secara
bergantian. Luruskan kembali. Lakukan pada masing-
masing lengan lima kali.
d) Berbaring miring

88
Kencangkan otot perut, gerakan lengan lurus keatas
kepala dan kaki lurus kebawah sehingga badan
membentuk garis lurus. Istirahat ulangi lima kali
e) Duduk
Letakkan tangan diatas kepala, otot perut dikencangkan
kedalam dan gerakkan tubuh kedepan untuk memegang
jari-jari kaki. Ulangi sebanyak lima kali.
f) Berdiri
Berdiri tegak kemudian perut dikencangkan kedalam.

7. Tanda Bahaya Masa Nifas


Tanda-tanda bahaya masa nifas antara lain (Yefi Marliandiani,
2015)
a. Perdarahan postpartum
b. Lochea yang berbau menyengat (busuk)
c. Subinvolusi uterus
d. Nyeri pada perut dan pelvis.
e. Pusing dan lemas berlebihan
f. Suhu tubuh >38 derajat celcius
g. Bila terdapat luka infeksi dan luka infeksi tertutup luka
jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam naik
sampai 39 derajat celcius sampai 40 derajat celcius disertai
menggigil.
h. Sakit kepala hebat
i. Pembengkakan wajah, tangan, kaki
j. Payudara merah, panas, terasa sakit
k. Kadang-kadang perih bila kencing
l. Kehilangan nafsu makan dalam w aktu lama
m. Merasa sangat lebih atau nafas terengah engah.

F. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

89
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan
lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000
gram. Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan psikologis
mulai terjadi pada bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi
memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana bayi
membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupanya diluar uterus
(Ni Wayan Armini, 2017).
2. Ciri-ciri Bayi Lahir Normal (Ni Wayan Armini, 2017).
a. Umut kehamilan 37 minggu atau lebih
b. Berta badan 2.500-4.000 gram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm. lingkar lengan 11-12 cm.
f. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
g. Pernapasan ± 40-60x/menit.
h. Kulit kemerah-merahan dan llicin karena jaringan subkutan yang
cukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
j. Kuku agak panjang dam lemas.
k. Nilai APGAR > 7.
l. Gerak aktif.
m. Bayi lahir langsung menangis kuat.
n. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut) sudah berbentuk dnegan baik.
o. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
p. Refleks morro (gerekan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
q. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
r. Tiak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.

90
s. Genetalia
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium
dalam 24 jam pertama dan bewarna hitam kecoklatan (Vivian,
2011).
3. Asuhan Bayi Baru Lahir (kemenkes RI, 2012)
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Isap lendir dari mulut dan hidung (jika perlu)
c. Keringkan
d. Pemantauan tanda bahaya
e. Klem, potong ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun kira-kira 2
menit setelah bayi lahir
f. Lakukan inisiasi menyusui dini
g. Beri suntikan vitamin K1 1mg intramuscular, di paha kiri
anterolateral setelah insiasi menyusui dini
h. Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
i. Pemeriksaan fisik
j. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 intramuskular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
4. Kunjungan Neonatal
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oelh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, priode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Penetalakanaan pelayanan kesehatan neonatus yaitu :
a. Kunjunan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kururn waktu 6-48
jam setelah lahir.

91
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 3 sampai dengan ke 7 hari setelah lahir
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama (Wahyuni, 2018).
Tabel 2.8
Jadwal Kunjungan Neonatal (sumber : Kemenkes RI, 2012)

Kunjungan Penatalaksanaan
Kunjungan 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
neonatal ke 1 (KN Hindari memandikan bayi hingga
1) dilakukan dalam seedikitnya 6 jam dan hanya setelah
kurun waktu 6-48 itu jika tidak terjadi masalah medis
jam setelah bayi dan jika suhunya 36,5.
lahir Bungkus bayi dengan kain yang
kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup
2. Pemeriksaan fisik bayi
a. Gunakan tempat tidur yang hangat
dan bersih untuk pemeriksaan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah
pemeriksaan
c. Telinga : periksa dalam hubungan
letak dengan mata dan kepala
d. Mata : tanda-tanda infeksi

92
e. Hidung dan mulut : bibir dan
langitan periksa adanya sumbing,
reflek hisap, dilihat pada saat
menyusu
f. Leher : pembekakan, gumpalan
g. Dada : bentuk, putting, bunyi
nafas, bunyi jantung
h. Bahu lengan dan tangan : gerakan
normal, jumlah jari
i. Sistem syaraf : adanya reflek
morro
j. Perut : penonjolan sekitar tali
pusat pada saat menangis
k. Kelamin laki-laki : testis berada
dalam skrotum, penis berlubang
pada letak ujung lubang
l. Kelamin perempuan : vagina
berlubang, uretra berlubang, labia
minor dan labia mayor
m. Tungkai dan kaki : gerak normal,
tampak normal, jumlah jari
n. Punggung dan anus :
pembengkakan atau cekungan, ada
anus atau lubang
o. Kulit : verniks, warna,
pembengkakakn atau bercak
hitam, tanda-tanda lahir.
3. Tanda-tanda bahaya yang haruas
dikenali oleh ibu pemberi ASI, sulit
menghisap aatu lemah hisapan,
kesulitan bernafas yaitu pernafasan

93
cepat > 60 x/m atau menggunakan
otot tambahan, latergi –bayi terus
menerus tidur tanpa bangun untuk
makan, warna kulit abnormal –kulit
biru (sianosis) atau kuning, suhu
terlalu panas (febris) atau terlalu
dingin (hipotermi), tanda dan perilaku
abnormal atau tidak biasa, fangguan
gastointernal misalnya tidak bertinja
selama 3 hari, muntah terus menerus,
perut membengkak, tinjau hhijau tua
dan darah berlendir, mata bengkak
atau mengeluarkan cairan.
4. Melakukan perawatan tapi pusat
pertahankan sisa tali pusat dalam
keadaan terbuka agar terkena udara
dan dengan kain bersih secara
longgar, lipatlah popok di bawah tali
pusat, jika pusat terkena kotoran tinja,
cuci dengan sabun dan air bersih dan
keringkan dengan benar
5. Memberikan imunisasi HB-0
Kunjungan 1. Menjaga talipusat dalam keadaan
neonatal ke 2 bersih dan kering
(KN2) dilakukan 2. Menjaga kebersihan bayi
pada kurun waktu 3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti
hari ke 3 sampai kemungkinan infeksi bakteri, icterus,
dengan hari ke 7 diare,berta badan rendah dan masalah
setelah bayi lahir pemberian ASI
4. Memberikan ASI bayi harus
disusukan minimal 10-15 kali dalam

94
24 jam dalam 2 minggu pasca
persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI eklusif
pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru
lahir dirumah dengan menggunakan
buku KIA
8. Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan
Kunjungan 1. Pemeriksaan fisik
neonatal ke 3 2. Menjaga kebersihan bayi
dilakukan pada 3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda
kurun waktu hari ke bayia baru lahir
8 sampai dengan 4. Memberikan ASI bayi harus
hari ke 28 setelah disusukan minimal 10-15 kali dalam
lahir 24 jam )dalam 2 minggu pasca
persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI ekslusif
pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru
lahir dirumah dengan menggunakan
buku KIA
8. Memberitahu ibu tentang imunisasi
BCG
9. Penanganan dan rujukan kasus bila

95
diperlukan.

5. Pijat Bayi
Pijat biasa disebut dengan stimulasi touch. Pijat adalah terapi sentuh
tertua yang dikenal manusia dan yang paling populer, merupakan seni
perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktikan sejak berabad
silam. Penglaman pijat pertama yang dialami manusia waktu
dilahirkan adalah ketika melewati jalan lahir ibu. (Dewi, 2013).
Manfaat pijat bayi : (Dewi, 2013)
a. Mengembangkan komunikasi
Sentuhan adalah bentuk dari komunikasi yang dimiliki ibu dengan
bayinya. Sentuhan bagi bayi berarti berbicara. Pijat bayi dapat
membnagun kedekatan antara ibu dan bayi dengan
menggambungkan kontak mata, senyuman, dan ekspresi wajah
yang lain.
b. Mengurangi stress dan tekanan
Pijatan dapat menenangkan dan menurunkan produksi hormone
adrenalin yang selanjutnya akan meningkatkan daya tahan tubuh
bayi. Umumnya daya tahan tubuh bayi meningkatkan 30% setelah
dipijat 2 kali selama 15 menit.
c. Mengurangi gangguan sakit
d. Mengatasi gangguan pencernaan seperti kembung dan kolik,
membuanya tidur lebih nyenyak serta memperlancar sirkulasi
udara di perut sehingga membnatu mengeluarkan gas yang terjebak
disana
e. Mengurangi nyeri
Pijatan yang lembut membantu tubuh melepaskan oksitosin dan
endorphin. Kedua hormone ini dapat membantu mengatasi
ketidaknyamanan yang dirasakan si kecil akibat nyeri tumbuh gigi,
hidung tersumbat, atau tekanan emosi

96
f. Mengurangi rasa nyeri sehubungan dengan konstipasi dan sakit
gigi
g. Membantu bayi agar lekas tidur
h. Membuat perasaan orangtua menjadi lebih baik.

Sebelum pemijatan dimulai, sebaiknya lakukan persiapan seperti :

a. Bersihkan dan hangatkan tangan


b. Potong kuku yang panjang dan lepaskan perhiasan
c. Ciptakan ruangan pemijatan yang hangat dan tidak pengap
d. Siapkan bayi, sebaiknya pemijatan dilakukan ketika bayi selesai
makan atau tidak dalam keadaan lapar.
e. Siapkan waktu khusus selama 15 menit untuk pemijatan
f. Ambil posisi duduk yang aman dan nyaman
g. Baringkan bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan
bersih
h. Siapkan handuk, popok, baju bayi, dan minyak bayi
i. Mintalah izin pada bayi (dengan mengajaknya berbicara) sebelum
dipijat

Pemijatan sebaiknya dimulai dari kaki. Sebab, umumnya bayi lebih


menerima apabila dipijat pada daerah kaki dan memberi kesempatan
pada bayi untuk membiasakan diri dipijit sebelum bagian lain disentuh.
Urutan yang disarankan adalah kaki, perut, dada, tangan, wajah dan
diakhiri dengan punggung. (Handy, 2015)

a. Kaki
Dapat diawali dengan memijat ringan telapak dan ujung-ujung jaari
kaki bayi. Gerakan seperti memeras atau memencet kaki bayi
diantara jempol dan jari telenjuk jari tengah, dilanjutkan dengan
gerakan memerah susu.
b. Perut

97
Gerakan menekuk lutut bayi hingga mendekati perut bayi. Gerakan
jadri melingkar umbilicus (pusar) searah jarum jam. Gerakan
telapak tangan seperti huruf U terbalik atau huruf O atau tnda yang
dibuat searah jarum jam.
c. Dada
Gerakan jari membentuk hati/lingkaran besar didada atau
hati/lingkaran kecil disekeliling putting susu bayi. Gerakan usapan
dari arah dalam ke luar. Gerakan usapan menyilang kanan atas
dank e kiri bawah dan kiri atas ke kanan bawah.
d. Tangan dan lengan
Mengusap telapak dan jari-jari tangan. Gerakan meremas
dilanjutkan degan gerakan memerah susu atau menggulung adonan
kue
e. Wajah
Gerakan pada dahi dan dagu dapat dilakukan dengan gerakan kulit
dahi atau dagu, dilanjutkan menggosok dengan kedua telapak
tangan dengan arah yang berbeda. Mengusap kedua alis kea rah
luar. Pipi dapat diusap dengan jari membentuk lingkaran besar
menjadi lingkaran kecil atau sebaliknya. Sudut mata dekat hidung
dipijat kearah hidung bagian bawah. Catatan : jangan
menggunakan minyak saat memijat daerah mata, pastikan jari dan
telapak tangan bersih dari minyak sebelum menyentuh daerah
sekitar mata.
f. Punggung
Gerakan mengusap membentuk lingkaran dengan posisi tubuh
miring kanan atau kiri. Gerakan mengusap menggunakan kedua
telapak tangan yang bergerak seperti mengayuh sepeda.

98
BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis LTA
LTA ditulis berdasarkan laporan kasus asuhan kebidanan
berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir ini
dilakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian studi penelaan
kasus dengan cara meneliti suatu permasalahan yang berhubungan dengan
kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian
khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan
reaksi kasus terhadap suatu perilaku.

B. Lokasi dan Waktu


1. Waktu
Tanggal 31 januari 2021 sampai dengan 04 juni 2021
2. Tempat Penelitian
Klinik Pratama Rani Permata Medika, Jakarta Selatan.

99
C. Subyek Studi Kasus
Subyek yang digunakan dalam Studi Kasus ini adalah ibu hamil normal
mulai usia kehamilan 36 minggu pada bulan maret 2021 di klinik Pratama
Rani Permata Medika kemudian diikuti sampai ibu bersalin dan nifas s/d
April 2021.

D. Instrumen Studi Kasus


Instrument yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan
studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir sesuai dengan KMK nomor
938/Menkes/SK/2007.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan :
1. Data primer
a. Wawancara
b. Pemeriksaan/ Observasi
2. Data Sekunder
Buku KIA dan status pasien.

F. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :
1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan
pemeriksaan fisik : tensimeter, stetoskop, dopler, timbangan berat
badan, thermometer, jam, handscoon.
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara : format
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil, bersalin dan nifas. Serta Bayi Baru
Lahir.

100
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi :
catatan medik atau status pasien , buku KIA.

BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kehamilan Trimester III pada Ny. H


Kunjungan Pertama
Hari dan Tanggal : Rabu, 10 Maret 2021
Pukul : 10.15 WIB
Tempat : Klinik Pratama Rani Permata Medika

I. Subjektif
a. Identitas
Nama Klien : Ny. H Nama Suami : Tn. R
Umur : 33 tahun Umur : 35 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa

101
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Cilandak dalam RT/RW 04, Cilandak, Jakarta Selatan
Alasan kunjungan
Pertama/Ulang/dengan keluhan
Gravida : G3P2A0
Usia kehamilan : 9 bulan
Keluhan Utama : Ibu mengatakan ingin kunjungan rutin dan tidak
ada keluhan yang dirasakan saat ini serta vitamin sudah habis
b. Riwayat menstruasi
- Menarche : Umur : 13tahun
- Menstruasi :Siklus : 28 hari
Lama : ±7 hari
Banyak : ±3-4 kali ganti pembalut/ hari
Teratur/Tidak : Teratur
Dismenorea : Kadang-Kadang tapi tidak parah
Konsistensi : Cair
- HPHT :Tanggal : 28 Juni 2020
Lama : ±5hari
Banyak : ±3 kali ganti pembalut
Konsistensi : Cair sedikit gumpalan
- Taksiran Persalinan : 04 April 2021
c. Hasil test kehamilan : HCG (+)
Tanggal dilakukan test : 29 Agustus 2020
d. Pergerakan fetus
Dirasakan pertama kali usia : + 4 bulan
Pergerakan fetus : Lebih dari 20 kali / hari
e. Kebiasaan Sehari-hari
- Pola makan :

102
Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola makan, ibu makan 3x
sehari dalam porsi sedang
- Menu makanan sehari-hari :
Nasi, sayur, ikan, ayam, telur, tahu, tempe, dll. buah kadang-kadang,
susu kadang-kadang dan air putih 1-2 liter/hari
- Perubahan makan yang dialami (termasuk ngidam, nafsu makan, dll)
:
Ibu mengatakan nafsu makan meningkat
- Pola eliminasi :
Ibu mengatakan BAK 4-5 kali sehari, BAB 2x sehari
- Aktivitas dan pola istirahat :
Ibu mengatakan untuk aktivitas selama hamil yang dilakukan sehari-
hari yaitu mengurus rumah tangga (mencuci, memasak, dan
membersihkan rumah)
- Pola istirahat dan tidur :
Tidur siang + 2 jam, dan tidur malam + 6-7 jam.
f. Riwayat Imunisasi
Imunisai TT2 : 10 Oktober 2011 (hamil anak ke 2)
Imunisasi TT3 : 07 Desember 2020 (hamil anak ke 3)
Imunisasi TT4 :-
g. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : Implan
Efek samping : Tidak ada
Lama penggunaan : + 10 tahun
Kontasepsi terakhir : Implant
Alasan berhenti : karena ingin mempunyai anak lagi

h. Riwayat kehamilan sekarang


ANC dimana : Klinik Pratama Rani Permata
ANC oleh : Bidan
Frekuensi ANC : 7 kali (teratur)

103
Konsumsi Fe : Ada, sehari 1 kali
Jumlah total konsusmsi Fe : ± 90 tablet
USG : Pernah (05 januari 2021)
Hasil USG :Janin tunggal, hidup, intrauterine,
taksiran berat janin 1160 gram pada usia 27-28, Indeks Cairan Amnion
(ICA) 18, tafsiran persalinan 05-04-2021 (05 januari 2021).
Masalah / Keluhan :Trimester I : pusing dan mual
Trimester II : Tidak ada keluhan
Trimester III : sering BAK dan nyeri pinggang
i. Riwayat kehamilan yang lalu
Masalah / keluhan :Trimester I : mual muntah
Trimester II : pusing
Trimester III : Sering BAK

104
j. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No Tahun Tempat UK Jenis penolong J PB PB Ket


K (gr) (cm)
1. 2007 Klinik 38 mgg spontan Bidan L 280 48 Sehat
0
2. 2011 Klinik 38 mgg spontan Bidan P 300 49 Sehat
0
3. Hamil ini
Tabel Riwayat Persalinan yang Lalu

k. Riwayat Nifas yang lalu


ASI : Kolostrum keluar
ASI Ekslusif : Ya
Berapa lama anak disusui : Anak ke 1 : 1 tahun 6 bulan
Anak ke 2 : 1 tahun 8 bulan
Komplikasi : Tidak Ada
Luka Perineum : Ada ruptur
l. Riwayat Ginekologi
Infeksi pada vagina : Tidak ada
Papsmear : Belum pernah
Pembedahan didaerah kemaluan : Tidak ada
Pembedahan didaerah payudara : Tidak ada
Infertilitas : Tidak
m. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kecelakaan/perdarahan : Tidak pernah
2. Riwayat transfusi : Tidak pernah
3. Riwayat alergi : Tidak ada
4. Riwayat penyakit yang sedang diderita : Tidak ada

105
5. Riwayat keluarga
Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada
6. Perilaku keluarga yang merugikan kesehatan
Penggunaan alkohol : Tidak pernah
Obata-obatan : Tidak pernah
Merokok, makan sirih : Tidak pernah
Iritasi vagina/ganti pakaian dalam : Tidak pernah/2x sehari
o. Riwayat Sosial
1. Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan : direncanakan
2. Jenis kelamin yang diharapkan : Apa saja
3. Status perkawinan menikah : Sah
Jumlah : 1 kali
lama perkawinan : ± 15 tahun
4. Hubungan dengan suami : Baik
5. Hubungan dengan keluarga/ibu dan mertua : Baik
6. Hubungan dengan tetangga : Baik
7. Susunan keluarga yang tinggal serumah

Tabel Susunan keluarga yang tinggal dirumah


No Umur Jenis Hub. Pendidik Pekerjaan Ket
(tahun) kelamin Keluarga an
1 35 Laki-laki Suami SMP wiraswasta Sehat
2 14 Laki-laki Anak SMP Pelajar Sehat
3 10 Perempuan Anak SD Pelajar Sehat

8. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan ibu : Tidak ada

II. Objektif
Pemeriksaan Fisik

106
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional : Stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 19x/menit
3. Tinggi badan : 155 cm
BB sebelum hamil : 63 kg
BB sekarang : 75 kg
IMT : 63 : (155)2 = 26,2
4. Lingkar lengan atas : 29 cm
5. Dada dan Axilla
Mammae : Membesar (+/+), simetris (+/+)
Benjolan/tumor : kiri / kanan : -/-
Areolla : Hyperpigmentasi (+/+)
Papilla mammae : Menonjol (+/+)
Striae : Tidak ada striae
Axilla : Tidak ada benjolan
6. Abdomen
- Inspeksi
Pembesaran perut sesuai masa kehamilan
Arah : Memanjang
Linea : Nigra Striae : Tidak ada
Bekas luka operasi/ SC : Tidak ada
- Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah px, pada fundus
teraba 1 bagian besar, lunak, tidak melenting
TFU 29 cm (Mc.Donald)

107
Leopold II : Kanan : Teraba satu bagian keras,
memanjang
: Kiri : Teraba bagian kecil janin
Leopold III : Teraba 1 bagian besar, bulat, keras
melenting, kepala belum masuk PAP
Leopold IV : Konvergen
Bagian terbawah janin : 5/5
Kontraksi : (-)
Pergerakan janin : Aktif
TBJ : (29-13) x 155 = 2.480 gram
- Auskultasi
DJJ (+), frekuensi 143 x/menit, teratur, kuat.
Punctum maksimum 1, tempat kuadran kanan bawah pusat
7. Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : Normal
Nyeri pinggang : Tidak
8. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris (+/+), oedem (-/-)
Bawah : Simetris (+/+), oedem (-/-), tidak ada
varices, reflex patella (+/+)
9. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 11,8 gr/dl Gol.Darah : O
Protein urin : (-) Sifilis : (-)
Urin reduksi : (-) HIV : (-)
Hepatitis : (-)
Pemeriksaan penunjang lain : Tidak ada
*) Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 01 Oktober 2020

III. Analisa
G3P2A0 hamil 36 minggu 1 hari

108
Janin : Tunggal , Hidup, Intrauteri, Presentasi Kepala

IV. Penatalaksaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dan janin dalam
keadaan sehat dan baik TD : 120/80, nadi : 84, suhu : 36,7 , pernafasan :
19x/menit, DJJ : 143 x/menit
Ev : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Meminta persetujuan / informed consent kepada ibu untuk menjadi
pasien komprehensif
Ev : ibu bersedia menjadi pasien dan menandatangani inform consent
3. Memberitahu ibu bahwa usia kehamilan ibu sekarang yaitu 36 minggu 1
hari.
Ev : ibu mengetahui
4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester 3 yaitu
seperti: perdarahan dari jalan lahir, keluar air-air, tidak ada gerakan janin
atau gerakan janin kurang dari 10 kali dalam 12 jam, pusing lemah dan
letih, demam tinggi, pandangan mata kabur dan nyeri epigastrium (ulu
hati). Untuk segera datang ke pelayanan kesehatan jika mengalami salah
satu tanda bahaya kehamilan tersebut.
Ev : Ibu dapat memahami tentang tanda tanda bahaya pada kehamilan
dan ibu bisa menyebutkan 3 dari tanda bahaya kehamilan
5. Mengingatkan ibu untuk mengonsumsi buah banyak serat seperti apel,
papaya, pir, untuk membantu memperlancar buang besar ibu secara
teratur
Ev : ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu Minum air putih > 8 gelas perhari dan mengurangi
makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi, singkong,
atau kentang, karena bila berlebih dapat menimbulkan risiko bayi besar

109
Evaluasi : ibu nengatakan akan mengonsumsi makanan sesuai saran.
7. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga personal hygiene terutama bagian
alat genitalia dengan cara cebok dengan air bersih dan mengeringkannya,
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mandi 2 kali sehari dan
mengganti pakaian dalam minimal 2x sehari.
Ev : ibu mengerti
8. Menganjurkan ibu melakukan usg untuk mengetahui kondisi janin, air
ketuban, berat badan janin, jenis kelamin, posisi janin, plasenta janin,
agar dapat dipastikan ibu bisa melahirkan dengan normal
Ev : ibu bersedia untuk melakukan USG pada hari selasa, 16 Maret 2021
9. Memberikan ibu therapy obat seperti
- Tablet Fe (fetonal – F 60 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
- Kalk (kalsium laktat 500 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
- Asam Folat (folarin 1000 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
Ev : ibu mengerti dan akan meminum vitamin sesuai dengan anjuran
10. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan lagi pada tanggal 17 Maret
2021 atau bila ada keluhan.
Ev : Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

110
Asuhan Kebidanan Kehamilan
Kunjungan Kedua
Tanggal : 16 Maret 2021
Pukul : 18.30 WIB
Tempa : Klinik Pratama Rani Permata Medika

I. Subjektif
Ibu mengatakan datang untuk kunjungan ulang kehamilannya,serta ibu ingin
melakukan USG, ibu mengatakan tidak ada keluhan, gerakan janin aktif,
dan obat serta vitaminnya sudah habis.

II. Objektif
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 19 x/menit
3. Berat Badan : 76 kg
Kenaikan Berat Badan : 1 kg (dari pemeriksaan sebelumnya)
4. Dada
Mammae membesar : Ya/Ya
Pengeluaran : Tidak ada

111
5. Abdomen
- Inspeksi
Perut membesar sesuai dengan usia kehamilan dengan arah
memanjang

- Palpasi
Leopold I : TFU Pertengahan pusat - proc. xyphoideus
Difundus teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
TFU : 30 cm (Mc.Donald)
Leopold II : Kanan : teraba satu tahanan keras
memanjang (punggung)
: Kiri : teraba bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III: Teraba 1 bagian bulat, besar, keras, melenting. (kepala)
Leopold IV : Konvergen
Bagian terbawah janin : 5/5 bagian kepala
Kontraksi : Tidak ada
Gerakan janin : Aktif
TBJ : (30-13)x155 = 2.635 gram
- Auskultasi
DJJ : Ada
Frekuensi : 132x/menit
Intensitas : kuat, teratur
Punctum maksimum : 1 tempat kuadran kanan bawah pusat
6. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris (Ya/Ya), tidak ada oedem
Bawah : Simetris (Ya/Ya), tidak ada oedem, tidak
ada varices

112
Reflex patella : Kanan (+), Kiri (+)

Pemeriksaan USG dengan dr. Iwan Kurnia, Sp.OG (k-Onk) (16


MARET 2021)
Hasil USG : TBJ 2300 gram, jenis kelamin Laki-Laki, ICA (Indeks Cairan
Amnion) 18, plasenta di fundus dan usia kehamilan 37 minggu, posisi janin
kepala sudah di bawah.

III. Analisa
G3P2A0 hamil 37 minggu
Janin Tunggal, Hidup, Intrautrine, Presentasi Kepala

IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dan janinnya
dalam keadaan sehat TD : 120/80, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36,7 ,
pernafasan : 19x/menit, DJJ : 132x/menit
Ev : ibu mengetahui bahwa kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik
2. Memberitahu ibu usia kehamilan ibu sekarang yaitu 37 minggu
Ev : ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk melalukan jalan pagi ataupun sore setiap
harinya, melakukan gerakan jongkok berdiri setiap pagi sambil
berpegangan pada benda kuat untuk mempermudah proses penurunan
kepala
Ev : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga jarak terhadap siapapun di masa
pandemi ini, memakai masker, selalu membawa handsanitizer atau
mencuci tangan sehabis dari luar rumah untuk mencegah virus covid-
19.
Ev : ibu mengerti dan akan tetap waspada ketika berada di luar rumah

113
5. Memberitahu ibu untuk memantau pergerakan janin dalam 24 jam harus
lebih dari 20 kali, jika kurang dari 20 kali perhari segera datangi
pelayanan kesehatan terdekat.
Ev : ibu mengerti dan akan memantaunya
6. Memberikan ibu therapy obat seperti
- Tablet Fe (fetonal – F 60 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
- Kalk (kalsium laktat 500 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
- Asam Folat (folarin 1000 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
Ev : ibu mengerti dan akan meminum vitamin sesuai dengan anjuran
7. Memberitahu Ibu untuk datang periksa hamil kembali pada tanggal 24
Maret 2021 atau bila ada keluhan.
Ev :Ibu bersedia akan datang untuk melakukan kunjungan ulang.

Kunjungan Ketiga
Tanggal : 20 Maret 2021
Pukul : 15.45 WIB
Tempat : Klinik Pratama Rani Permata Medika

I. Subjektif
Ibu mengatakan bahwa ibu kunjungan karena ada keluhan yaitu sakit
punggung dan sering BAK

II. Objektif
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7oC

114
Pernafasan : 19 x/menit
3. Berat Badan : 77 kg
4. Kenaikan berat badan : 1 kg (pemeriksaan dari sebelumnya)
5. Dada
Mammae membesar : Ya/Ya
Pengeluaran : Tidak ada
6. Abdomen
- Inspeksi
Perut membesar sesuai dengan usia kehamilan dengan arah
memanjang
- Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan pusat - proc. Xyphoideus
Difundus teraba 1 bagian besar, lunak, tidak
melenting (bokong)
TFU 30 cm (Mc.Donald)
Leopold II : Kanan teraba 1 tahanan, keras, memanjang
(punggung)
Kiri teraba bagian-bagian kecil janin
(ektremitas)
Leopolod III : Teraba 1 bagian besar, bulat, keras,
melenting (kepala)
Leopold IV : Konvergen
Bagian terbawah janin : 5/5 bagian
Kontraksi : Tidak ada
Gerakan janin : Aktif
TBJ : (30-13)x155 = 2.635 gram
- Auskultasi
DJJ : Ada
Frekuensi : 148x/menit
Intensitas : kuat, teratur
Punctum maks. : 1 tempat kuadran kanan bawah pusat.

115
7. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris (Ya/Ya), tidak ada oedem
Bawah : Simetris (Ya/Ya), tidak ada oedem, tidak
ada varices
Reflex patella : Kanan (+), Kiri (+)
8. Pemeriksaan Penunjang
Test swab antigen : non reaktif
*diperiksa pada tanggal 20 maret 2021

III. Analisa
G3P2A0 hamil 37 minggu 4 hari
Janin Tunggal, Hidup, Intrauterine, Presentasi Kepala

IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dan janinnya
dalam keadaan sehat TD : 120/70, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36,7,
pernafasan : 19x/menit
Ev : ibu mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kondisi baik dan
sehat
2. Memberitahu ibu usia kehamilan ibu sekarang yaitu 37 minggu 4
hari
Ev : ibu mengerti
3. Memberitahu ibu tentang ketidaknyamanan pada trimester 3 seperti
lebih sering BAK adalah normal karena dinding saluran kemih
tertekan oleh pembesaran uterus, cara menanganinya adalah
perbanyak minum di siang hari, mengurangi meminum yang
mengandung caffeine seperti the,coffe, dan cola
Ev : ibu mengerti
4. Memberitahu ibu dan mempraktekan gerakan senam hamil, Tujuan
dari senma hamil adalah untuk menguasai teknik pernapasan,

116
memperkuat elastisitas otot, mengurangi keluhan, melatih rileksasi,
menghindari kesulitan dalam persalinan.
Ev : ibu mengerti dan mengikuti sedikit gerakan dari senam hamil
5. Memberitahu ibu untuk tidak mengangkat barang-barang yang berat,
dan beraktivitas berat untuk menghindari ibu kecapaian terlalu
berlebih.
Ev : ibu mengerti dan akan melakukan.
6. Mengajarkan ibu sikap duduk yang benar, bersila dengan posisi
badan tegak untuk membantu kepala janin masuk ke panggul.
Ev : ibu mengerti
7. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan ada 3 seperti :
a. Kontraksi (rasa mulas) yang lebih sering dari biasanya, teratur
dan lama
b. Adanya pembukaan
c. Keluar lendir bercampur darah dari vagina.
Ev : ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda persalinan.

8. Memberitahu ibu tentang persiapan peralatan/perlengkapan


persalinan seperti :
- Perlengkapan ibu
Kain panjang, baju kancing depan, celana dalam yang tidak
sempit, bra, pembalut nifas, gurita minimal 3 rangkap
- Perlengkapan bayi
Bedongan, baju, popok, topi, sarung tangan dan kaki minimal 5
rangkap
- Perlengkapan kegawat daruratan persalinan
Menyiapkan BAKSOKUDA yaitu Bidan, Alat, Keluarga,
Surat, Obat, Kendaraan, Uang, Darah untuk persiapan
persalinan
- Perlengkapan pembuatan surat keterangan lahir

117
Kartu BPJS, KTP suami istri, KK di fotocopy masing-masing
3x
Ev : Ibu mengerti dan sudah menyiapkan
9. Memberikan ibu therapy obat seperti
- Tablet Fe (fetonal – F 60 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
- kalk (kalsium laktat 500 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
- Asam Folat (folarin 1000 mg) 1x1 sebanyak 10 tablet
Ev : ibu mengerti dan akan meminum vitamin sesuai dengan
anjuran
10. Memberitahu Ibu untuk datang periksa hamil kembali pada tanggal
27 Maret 2021 atau bila ada keluhan.
Ev :Ibu bersedia akan datang untuk melakukan kunjungan ulang.

Kunjungan Keempat
Tanggal : 02 April 2021
Pukul : 14.30 WIB
Tempat : Klinik Pratama Rani Permata Medika

I. Subjektif
Ibu mengatakan datang kunjungan dengan keluhan mules-mules kecil
tetapi jarang

II. Objektif
1. Keadaan umum : Baik

118
Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 19 x/menit
3. Berat Badan : 78Kg
Kenaikan berat badan : 1 kg (dilihat dari pemeriksaan sebelumnya)
4. Dada
Mammae membesar : Ya/Ya
Pengeluaran : Tidak ada
5. Abdomen
- Inspeksi
Perut membesar sesuai dengan usia kehamilan dengan arah
memanjang

- Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan pusat - proc. xyphoideus
Difundus teraba 1 bagian bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
TFU 30 cm (Mc.Donald)
Leopold II : Kanan teraba 1 tahanan memanjang keras
(punggung)
: Kiri teraba bagian- bagian kecil janin
(ektremitas)
Leopold III : Teraba 1 bagian besar, bulat, melenting
(kepala)
Leopold IV : konvergen
Bagian terbawah janin : 5/5 bagian kepala
Kontraksi : Tidak ada
Gerakan janin : Aktif

119
TBJ : (30-13) x 155 = 2.635 gram
- Auskultasi
DJJ : Ada
Frekuensi : 140 x/menit
Intensitas : kuat, teratur
Punctum maksimum 1 tempat kuadran kanan bawah pusat.
6. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : Simetris (Ya/Ya), tidak ada oedem
Bawah : Simetris (Ya/Ya), tidak ada oedem, tidak
ada varices
Reflex patella : Kanan (+), Kiri (+)
7. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 12,3 gr/dl
Pemeriksaan penunjang lain : Tidak ada
*) Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 02 Desember 2021
III. Analisa
G3P2A0 hamil 39 minggu 3 hari
Janin Tunggal, Hidup, Intrauterine, Presentasi Kepala.

IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dan janinnya
dalam keadaan sehat TD : 120/70, Nadi : 80x/menit, Suhu : 36,7 ,
Pernafasan : 19x/menit
Ev : ibu mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kondisi baik dan
sehat
2. Memberitahu ibu bahwa usia kehamilan ibu sekarang yaitu 39
minggu 3 hari
Ev : ibu mengerti

120
3. Memberitahu ibu untuk berjalan jalan kecil supaya kepala masuk ke
panggul dan melakukan hubungan intim untuk merangsang mules
kembali secara alami
Ev : ibu mengerti dan akan melakukanya sampai di rumah
4. Mengajarkan ibu dan memberitahu ibu manfaat perawatan payudara
saat masa kehamilan seperti meningkatkan produksi asi, mengurangi
rasa tidak nyaman selama masa kehamilan, mencegah terjadinya
sumbatan asi, mempersiapkan mental ibu untuk menyusui, dan
menjaga kebershihan payudara terutama daerah puting. Lakukan
setiap mandi pagi dan sore.
Ev : ibu dapat menirukan dan akan melakukan perawatan payudara
5. Mengajarkan ibu teknik mudah untuk menurunkan kepala janin
seperti ibu menaiki gymball dan memutar-mutarnya secara perlahan
Ev : ibu dapat menirukan secara perlahan
6. Mengajarkan ibu teknik rileksasi untuk mengurangi keluhan yang
terjadi dengan cara ibu menarik nafas dari hidung dan
mengeluarkannya dari mulut, dilakukan setiap ibu merasa mulas
Ev : ibu mengerti dan dapat mempraktekan teknik relaksasi
7. Menyarankan ibu saat istirahat untuk tidur miring ke arah kiri agar
pembuluh darah vena (vena cava interior) yang mengembalikan
darah dari tubuh bagian bawah ke jantung dalam mengalirkan
oksigen tidak terjepit.
Ev : ibu mengerti dan akan melakukannya
8. Memberitahu ibu untuk datang ke klinik ketika mulas hebat atau
keluar lendir darah
Ev : ibu mengerti dan akan segera ke klinik apabila sudah ada
keluhan tanda-tanda persalinan

121
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Ni Wayan, Ni Gusti Kompiang, dan Gusti Ayu Marheni. 2017. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Prasekolah. Yogyakarta : Katalog
Dalam Terbitan.

Dewi, Vivian Nanny Kia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika
Fitriana,Yuni. Widy Nurwiandani. 2018. Konsep Persalinan Secara
Komprehensif Dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

Handy, Fransisca. 2015. A-Z Perawatan Bayi. Jakarta : Pustaka Bunda


Ikatan Bidan Indonesia. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta : Pengurus
Pusat IBI

JNPK-KR. 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : kemenkes RI.


Jitowiyono, Sugeng. Rouf, Abdul, Masniah. 2019. Keluarga Berencana (KB)
DALAM PERSPEKTIF BIDAN. Yogyakarta : PT PUSTAKA BARU
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas Dan Bayi Baru Lahir
Selama Sosial Distancing. Jakarta : Kemenkes RI

122
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kemenkes RI
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir.Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.


Jakarta : kemeneks RI.

Kemnekes RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kemnekes RI

Kemenkes RI. 2014. Infodatin Ibu 2014. Jakarta : pusat data dan Informasi

Mutmainnah, UI Annisa. Dkk. 2017. Asuhan Persalinan Normal


dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: CV ANDI

Marliandiani, yefi dan Nyna Puspita Ningrum. 2015. Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Salemba Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka


Pitriani, Risa. Andriyani, Rika. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta : CV BUDI UTAMA.

Permenkes RI. 2017. Izin dan Penyelenggaraan praktik Bidan Nomor 28

Rini, Susilo. Kumala, Feti. 2017. Panduan Asuhan & Evidence Based Practive.
Yogyakarta : CV BUDI UTAMA.

Saleha, Siti. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : penerbit
salemba medika.

Sulisdian, dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Surakarta : CV Oase Grup

Sulistyawati, Ari dan Esti Nugraheny. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin. Jakarta : Salemba Medika.

Tyastuti, Siti. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Depkes RI


World Health Organization. 2019. Maternal Mortality. Geneva : WHO

123
Wahyuni, Elly Dwi. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Kemenkes RI

Walyani , E.S., dan Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta : pustaka Baru Press.

Yulianti, Nila Trisna dan Karnilan Lestari Sam. 2019. Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Makassar : Cendikia Publisher

124

Anda mungkin juga menyukai