SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
PUTRI PERTIWI
0806457224
iv
Penulis
Kata Kunci: ASI eksklusif, faktor ekskternal, faktor internal, Kelurahan Kunciran
Indah
WHO recommended exclusive breastfeeding for six months, but the number of
exclusive breastfeeding still below the Health Department target as big as 80%. The
objective of this research is to determine factors that influence exclusive
breastfeeding at Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. This research used a simple
descriptive design to 106 mothers at Kunciran Indah who has 6-24 moths old baby.
The result was 91,5% mothers gave breast milk, but only 31,1% who gave it
exclusively. Result of internal factors were 87,7% respondent has a good knowledge,
55,7% has a negative perception, and health condition inhibit the breastfeed were
50,9%. Result of external factors were 50,9% health care professional has less
support, 50,9% saw the formula milk promotion, 99% relatives support,71,7% gave
breast milk as a tradition, and 38,7% gave additional food/drink because of tradition.
This research recommend healthcare professional to increase support through
education so that number of exclusive breastfeeding would be increased.
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR SKEMA xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.3.1 Tujuan Umum 6
1.3.2 Tujuan Khusus 6
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.4.1 Manfaat aplikatif 6
1.4.2 Manfaat teoritis 7
1.4.3 Manfaat Metodologi 7
2. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Air Susu Ibu 8
2.1.1 Kandungan ASI 9
2.1.2 Manfaat Menyusui 12
2.2 Faktor Internal 13
a. Usia 13
b. Kondisi Kesehatan 14
c. Pengetahuan 16
d. Persepsi 16
2.3 Faktor Eksternal 17
a. Pendidikan 17
b. Dukungan Petugas Kesehatan 17
c. Dukungan Orang Terdekat 18
d. Promosi Susu Formula 18
e. Budaya 19
f. Status Pekerjaan 21
g. Tempat Bersalin 21
2.4 Kerangka Teori 22
ix Universitas Indonesia
4. METODOLOGI PENELITIAN 28
4.1 Desain Penelitian 28
4.2 Populasi dan Sampel 28
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 29
4.4 Etika Penelitian 29
4.5 Alat Pengumpulan Data 29
4.6 Proses Pengumpulan Data 32
4.7 Pengolahan Data 32
4.8 Analisis Data 35
4.9 Sarana Penelitian 36
5. HASIL PENELITIAN 37
5.1 Pelaksanaan Penelitian 37
5.2 Penyajian Hasil Penelitian 37
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang 37
5.2.2 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Kunciran Indah Tangerang 39
5.2.3 Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang 40
5.2.4 Gambaran Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang 41
6. PEMBAHASAN 43
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil 43
6.1.1 Pemberian ASI Eksklusif 43
6.1.2 Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif 44
6.1.3 Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif 46
6.2 Keterbatasan Penelitian 50
6.3 Implikasi Keperawatan 51
7. PENUTUP 52
7.1 Kesimpulan 52
7.2 Saran 53
7.2.1 Pelayanan Kesehatan 53
7.2.2 Penelitian Keperawatan 53
7.2.3 Pendidikan Keperawatan 54
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Lampiran 5 Biodata
Bayi memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit karena daya tahan tubuh
yang belum sempurna. Infeksi saluran pernapasan akut merupakan
penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia (Naim,
2001). Naim dalam penelitiannya menemukan bayi yang tidak diberi ASI
secara eksklusif memiliki risiko mengidap pneumonia lebih besar 4,89 kali
daripada bayi yang diberi ASI.
ASI yang memiliki berbagai manfaat yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit akut
dan kronik. McNiel, Labbok, & Abrahams (2010) mengemukakan bayi
yang diberikan ASI memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit
otitis media, asma, diabetes tipe 1 dan 2, dermatitis atopik, dan infeksi
saluran napas bagian bawah. Penelitian yang dipublikasikan oleh Off Our
Backs, Inc (2011) menunjukkan ASI juga dapat melindungi bayi dari
penyakit yang biasa diderita bayi seperti campak dan influenza.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan alami untuk bayi yang
berasal dari ibu. ASI memiliki kemungkinan risiko alergi yang sangat kecil
jika dibandingkan dengan nutrisi lainnya. Oleh sebab itu, ASI dapat
dikatakan sebagai makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena
1 Universitas Indonesia
Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif, yaitu enam
bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan di sebagian besar daerah di
Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia
bersama Helen Keller International (2002) mendapatkan hasil hanya 27-
42% bayi di bawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2007)
menunjukkan rata-rata balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9
bulan (Pee, et al., 2002).
Faktor internal yang pertama, yaitu tingkat pengetahuan ibu, memiliki andil
dalam pemberian ASI eksklusif. Novita (2008) menemukan tingkat
pengetahuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan berbanding
Universitas Indonesia
Kondisi kesehatan ibu turut mendukung pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
menderita suatu penyakit tertentu yang disebabkan oleh virus, seperti TB
dan HIV, cenderung memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena
khawatir menularkan penyakit yang ia derita kepada bayinya. Studi yang
dilakukan Swarts et al (2010) di KwaZulu-Natal menunjukkan 48,6% ibu
yang terinfeksi HIV memilih untuk menggunakan susu formula sebagai
pengganti ASI karena dinilai dapat menginfeksi bayinya (Coad & Dunstall,
2005; McNiel, Labbok, & Abrahams, 2010).
Selain pengaruh dari faktor internal, faktor eksternal juga berperan penting
dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor yang pertama adalah dukungan
orang terdekat seperti suami, ibu, dan saudara perempuan. Studi pada tahun
2010 menunjukkan 13% ibu memutuskan untuk memberikan ASI atau susu
formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya (Swarts,
Kruger, & Dolman, 2010).
Universitas Indonesia
Faktor eksternal yang terakhir adalah budaya. Budaya memiliki peran yang
sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif. Budaya yang dianut seseorang
secara turun temurun cenderung sulit untuk diperbaiki. Banyak kebudayaan
di Indonesia yang menghambat pemberian ASI eksklusif karena beberapa
persepsi budaya. Sebagai contoh, pada masyarakat Lombok memiliki
persepsi bayi yang tidak diberi nasi pada usia dini tidak tumbuh menjadi
besar dan kuat seperti yang diharapkan (Pratiwi, 1998). Persepsi budaya
seperti ini dapat membuat pencapaian pemberian ASI eksklusif menurun.
Universitas Indonesia
ASI dinilai sebagai nutrisi terbaik untuk bayi. Oleh sebab itu, WHO
merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif tanpa tambahan cairan
lain maupun makanan. Vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau
sirup merupakan pengecualian. UNICEF bersama WHA juga menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, namun
rekomendasi tersebut belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bagian ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan
dalam membuat instrumen penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pemaparan
teori tentang ASI eksklusif akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan
memaparkan mengenai teori yang berkaitan dengan ASI dan ASI eksklusif.
Selanjutnya secara berurutan, teori bagian kedua dan ketiga akan membahas tentang
faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamari
manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI
menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi
sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Siregar, 2004).
8 Universitas Indonesia
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang
terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI
berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa
gestasi janin saat lahir (Olds et all, 2000). Berdasarkan faktor yang telah
disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi
(transitional milk), dan ASI matang (mature milk).
Universitas Indonesia
dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all,
2000; Roesli, 2003).
Universitas Indonesia
Manfaat nutrisi ASI salah satunya diperoleh dari kolesterol dan mineral. Kadar
kolesterol yang tinggi dan asam amino yang seimbang dalam ASI sangat baik
untuk pembentukan myelin dan perkembangan saraf bayi. Tingginya kadar
kolesterol pada ASI dapat merangsang produksi enzim yang membuat
metabolisme kolesterol menjadi efisien dengan cara menurunkan efek jangka
panjang yang buruk pada sistem kardiovaskuler (Lawrence (1994) dalam Olds
et all, 2000)).
Keuntungan lain dari menyusui yaitu semua komponen dalam ASI diberikan
pada bayi dalam bentuk yang tidak berubah. Vitamin yang terdapat pada ASI
tidak hilang jika dipanaskan. Jika ibu mengonsumsi multivitamin, bayi hanya
membutuhkan vitamin D dan fluoride sampai bayi berusia lebih dari enam
bulan (Olds et all, 2000).
a. Usia
Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23
tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang
berusia lebih tua. Hal ini teradi karena adanya pembesaran payudara setiap
siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun
terjadi degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara
keseluruhan setelah usia 30 tahun (Suraatmadja, 1997: Novita, 2008).
Universitas Indonesia
b. Kondisi Kesehatan
Model kontinum sehat-sakit Neuman (1990) dalam Potter & Perry (2005)
mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan
yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting dilakukan
untuk menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding kondisi
sebelumnya. Adaptasi terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat (Potter & Perry,
2005).
Olds, dkk (2000) menyebutkan ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya
tidak menyusui bayinya agar ibu dapat menjalankan pengobatan sesegera
mungkin. Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang
menderita galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati tidak dapat
merubah galaktosa menjadi glukosa dan akan berpengaruh pada perkembangan
bayi (Adams, dkk, 2007). Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi
pemberian ASI yaitu HIV/AIDS (Olds, dkk, 2002).
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) di KwaZulu
Natal menunjukkan 48,6% ibu yang terinfeksi HIV memilih susu formula
sebagai asupan nutrisi utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat
menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan menyusui
karena dapat menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang
dengan rekomendasi dari WHO tentang penggantian ASI.
Siregar (2004) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam keadaan tertekan
secara emosional, memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam
menyusui bayinya, karena keadaan emosi dapat mempengaruhi let-down reflex
saat menyusui. Let-down reflex mudah sekali terganggu saat ibu mengalami
goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
Universitas Indonesia
down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup mendapat
ASI akan menangis dan tangisan tersebut membuat ibu lebih gelisah dan
semakin mengganggu let down reflex.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku
kognitif. Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi
baru dan dapat diingat kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari
pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
mempelajari informasi yang penting (DeLaune & Ladner, 2002); Potter &
Perry, 2005).
d. Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut Siregar (2004), yaitu
sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia
produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa
payudara sudah tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal
ini telah dibuktikan dalam penelitian William et al (2011) yang menyebutkan
ibu yang memiliki bayi berusia tiga sampai enam bulan berhenti menyusui
bayinya karena khawatir dengan persediaan ASI yang ia miliki.
Universitas Indonesia
Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena bayi sering
menangis saat minta disusui (Siregar, 2004). Hal tersebut terjadi karena
semakin bertambahnya usia bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga
bayi lebih sering minta disusui. Selain itu, ASI cepat dicerna sehingga perut
bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut membuat ibu beranggapan bayi perlu
diberikan minuman tambahan bahkan dikenalkan dengan makanan padat
(Siregar, 2004; William, dkk, 2011).
a. Pendidikan
Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan
ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga
memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung
oleh penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi pemberian ASI
pada ibu yang berpendidikan rendah lebih besar dari ibu yang berpendidikan
tinggi.
Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam
memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih
susu formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat
mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan penyakit yang diderita
ibu, yaitu ibu tidak ingin menularkan penyakit yang diderita melalui ASI.
Alasan terkahir ibu berpendapat ia memilih susu formula yaitu pemerintah
memberikannya secara cuma-cuma.
e. Budaya
Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu masyarakat
memiliki pengaruh pada perilaku menyusui secara eksklusif. Sebagian besar
hasil studi yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan
praktik pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jarang dilakukan karena
pengaruh budaya yang dianut. Biasanya hal yang menghambat keberhasilan
ASI eksklusif adalah praktik pemberian makan yang seharusnya belum
dilakukan pada bayi di bawah enam bulan. Swasono (1998) dalam bukunya
membahas pengaruh budaya terhadap pemberian ASI dan makanan tambahan
Universitas Indonesia
Bayi di daerah Lombok diberi makanan pertama berupa ASI (Pratiwi, 1998).
Kolostrum yang disebut susu kuning diberikan pada bayi jika bayi
menginginkannya. Jika bayi belum mau menyusu, ibu mengoleskan madu pada
puting susu dengan tujuan untuk menghilangkan rasa amis pada kolostrum.
Universitas Indonesia
Namun pada kasus tertentu ketika air susu belum keluar, bayi harus diberi
makanan berupa nasi yang terlebih dahulu dikunyah oleh ibunya. Pemberian
makanan tambahan dilakukan karena penduduk setempat beranggapan bahwa
ASI saja tidak cukup untuk membuat bayi cepat besar dan kuat (Pratiwi, 1998).
f. Status Pekerjaan
Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki
tetapi juga perempuan, tidak terkeculi ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu
menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui
(Siregar, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004)
menunjukkan kelompok ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk
tidak menyusui bayi secara eksklusif.
g. Tempat bersalin
Tempat bersalin memiliki peranan dalam pencapaian pemberian ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007) dalam Lestari (2009) menunjukkan
proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan
menggunakan fasilitas kesehatan lebih besar jika dibandingkan dengan ibu yang
tidak menggunakan fasilitas kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh, ibu yang
Universitas Indonesia
ASI
Bab ini berisi uraian kerangka konsep dan definisi operasional yang memberi
batasan dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.
Kerangka konsep mengacu pada tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran
faktor internal dan eksternal pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran
Indah. Definisi operasional berisi pengertian batasan karakteristik hal yang akan
diteliti dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Faktor Internal
Usia
Pengetahuan
Kondisi kesehatan
Persepsi Pemberian
ASI
Faktor Eksternal
Pendidikan
Pekerjaan
Tempat bersalin
Dukungan petugas kesehatan
Promosi susu formula
Budaya
Dukungan orang terdekat (sumber
dukungan, bentuk dukungan, dan lama
pemberian dukungan)
23 Universitas Indonesia
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Internal
Usia Usia dihitung dari tanggal Pernyataan dalam kuesioner Kuesioner 1. ≤30 tahun Ordinal
lahir sampai tanggal saat A A no 1 2. >30 tahun
dilakukan penelitian
Pengetahuan Hal yang diketahui Kuesioner berupa pilihan Kuesioner 1. Kurang, jika Ordinal
responden tentang ganda dengan 1 jawaban B no 1-5 responden menjawab
pemberian ASI eksklusif benar dengan nilai 1 untuk benar <4 pertanyaan
yaitu waktu, pemberian jawaban benar dan 0 untuk 2. Baik, jika responden
colostrum, pengertian ASI jawaban salah. menjawab benar ≥4
eksklusif, manfaat ASI, dan pertanyaan
pemberian makanan
tambahan
Kondisi Kondisi fisik dan Kuesioner menggunakan Kuesioner 1. Kurang, jika nilai Ordinal
kesehatan emosional dan skala Likert. Sangat setuju B no 9, <13,09 (mean)
pengaruhnya terhadap (SS), setuju (S), tidak 10, 13, 14, 2. Baik, jika nilai
pemberian ASI setuju (TS), dan sangat 15 ≥13,09 (mean)
tidak setuju (STS).
Persepsi Pandangan yang Kuesioner menggunakan Kuesioner 1. Negatif, jika Ordinal
dipercaya skala Likert. Sangat setuju B no 6, 7, nilai
atau dirasakan ibu terkait (SS), setuju (S), tidak setuju 8, 11, 12 <14,16 (mean)
dengan pemberian ASI (TS), dan sangat tidak 2. Positif, jika nilai
≥14,16 (mean)
setuju (STS).
Universitas Indonesia
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Eksternal
Pendidikan Jenjang pendidikan tertinggi Pernyataan Kuesioner A 1. Buta huruf-SD rendah Ordinal
yang pernah dicapai ibu dalam no 2 2. SMP-SMA menengah
dalam pendidikan formal kuesioner A 3. Akademi tinggi/PT
Pekerjaan Jenis pekerjaan yang Pernyataan Kuesioner A 1. Bekerja di luar rumah Nominal
saat dilakukan ibu di dalam dan dalam no 3 2. Bekerja di dalam rumah
menyusui luar rumah untuk membantu kuesioner A 3. Tidak bekerja
penghasilan keluarga saat
menyusui
Tempat Sarana yang digunakan saat Pertanyaan Kuesioner A 1. Bukan fasilitas Nominal
besalin melakukan persalinan dalam no 5 kesehatan
kuesioner A 2. Fasilitas kesehatan
Suku Sesuatu yang berhubungan Pernyataan Kuesioner A 1. Jawa Nominal
dengan budaya atau ras dalam no 4 2. Sunda
khusus sekelompok orang kuesioner A 3. Betawi
4. Batak
5. Minang
6. Palembang
7. Lain-lain
Dukungan Dorongan yang didapat ibu Pertanyaan Kuesioner C 1. Kurang mendukung, jika Ordinal
petugas dari dari petugas kesehatan dalam no 1 dan 2 nilai <6,63(mean)
kesehatan untuk memberikan ASI kuesioner C 2. Mendukung, jika nilai
eksklusif ≥6,63(mean)
Universitas Indonesia
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Eksternal (lanjutan)
Dukungan Sumber dorongan Meminta responden menjawab Kuesioner 1. Kurang Nominal
orang yang didapat ibu pertanyaan dalam kuesioner C C no 9 mendukung
terdekat mengenai pemberian 2. Mendukung
ASI eksklusif
Bentuk dorongan yang Meminta responden menjawab Kuesioner 1. Informasi Nominal
didapat ibu mengenai pertanyaan dalam kuesioner C C no 10 Motivasi
pemberian ASI
eksklusif
Bentuk dorongan yang Meminta responden menjawab Kuesioner 1. Sampai 2 Nominal
didapat ibu mengenai pertanyaan dalam kuesioner C C no 11 bulan
pemberian ASI 2. Sampai 4
eksklusif bulan
3. Sampai 6
bulan atau
lebih
Promosi Informasi mengenai Kuesioner menggunakan skala Likert. Kuesioner 1. Tidak Ordinal
susu susu formula yang Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak C no 3-6 terpajan, jika
formula didapat ibu sebelum, setuju (TS), dan sangat tidak setuju nilai ≤10
selama, dan setelah (STS). (median)
memberikan ASI 2. Terpajan, jika
nilai>10
Universitas Indonesia
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Faktor Eksternal (lanjutan)
Pengaruh Pengaruh Kuesioner menggunakan skala Likert. Kuesioner 1. Setuju Nominal
budaya tradisi/kebiasaan ibu Sangat setuju (SS)= 1, setuju (S)=2, C no 7-8 2. Tidak
dalam memberikan tidak setuju (TS)=3, dan sangat tidak setuju
ASI dan setuju (STS)=4. Kemudian
makanan/minuman dikelompokkan menjadi 2, setuju jika
tambahan nilainya ≤ 2 dan tidak setuju ≥3 pada
masing-masing pertanyaan
Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian Pemberian ASI saja Meminta responden menjawab Kuesioner Nominal
ASI selama enam bulan pertanayaan dalam kuesioner D no 1. D no 1 1. Tidak
eksklusif tanpa Jika jawaban yang dicentang hanya 2. Ya
makanan/minuman ASI, maka ya; jika ada jawaban selain
tambahan ASI, maka tidak diberikan ASI
eksklusif
Universitas Indonesia
Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Pokok bahasan yang akan disajikan mencangkup desain penelitian, populasi dan
sampel, tempat dan waktu penelitian, etika, alat pengumpulan data, metode
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta jadwal kegiatan.
⁄
n
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
cluster. Teknik cluster sampling merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengambil gugusan atau kelompok sebagai sampel yang dalam penelitian ini
berupa wilayah RW yang berjumlah 15 RW. Teknik ini sesuai dengan
penelitian karena peneliti tidak mendaftar semua anggota yang ada dalam
populasi tersebut (Notoatmodjo, 2011).
Pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat bagian dengan total pertanyaan
sebanyak 32 butir, yaiu: (a) Bagian pertama merupakan karakteristik responden
meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan saat menyusui, suku, dan tempat
bersalin (b) Bagian kedua merupakan variabel yang termasuk dalam faktor
internal meliputi tingkat pengetahuan, persepsi, dan kondisi kesehatan (c)
Bagian ketiga merupakan variabel yang termasuk dalam faktor eksternal
mencangkup fasilitas kesehatan, dukungan petugas kesehatan, dukungan orang
terdekat, promosi susu formula, dan budaya, dan (d) Bagian keempat
merupakan variabel pemberian ASI eksklusif.
Uji coba kuesioner dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi syarat validitas
dan realibilitas instrumen yang digunakan. Validitas kuesioner dapat diketahui
dengan melihat korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor
totalnya. Variabel dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel
(Hastono, 2007). Pelaksanaan uji coba instrumen telah dilakukan sebanyak dua
kali pada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden
yang akan diuji.
Pertama dilakukan uji keterbacaan kepada 9 responden pada tanggal 28, 29, dan
30 April 2012. Pertanyaan yang memiliki perubahan atau penambahan kata
sebanyak 5 pertanyaan yaitu B5, C7, C8, C11, dan D1. Setelah kuesioner
diperbaiki, peneliti melakukan uji validitas kepada 22 responden sehingga
diperoleh df=20. Pada taraf signifikansi 5% dan df(20) diperoleh r tabel 0,423.
Semua pertanyaan dari variabel kondisi kesehatan , persepsi valid, dan susu
formula valid, namun pertanyaan dari budaya tidak valid. Untuk pertanyaan
yang tidak valid dilakukan modifikasi dengan kata-kata lain dengan inti
pertanyaan yang sama.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.7.1 Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi kuesioner
yang diberikan pada responden. Peneliti memeriksa kelengkapan isi pertanyaan,
kejelasan tulisan, relevansi jawaban dengan pertanyaan, dan konsistensi
jawaban dengan jawaban lainnya. Dari 119 kuesioner yang disebar, terkumpul
sebanyak 112 kuesioner, namun kuesioner yang lolos tahap editing sebanyak
106 kuesioner.
4.7.2 Coding
Hasil editing yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding.
Coding yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Hastono, 2007). Pertama, peneliti membuat kode pada
kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti
memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner sebagai
berikut.
1. Usia: ≤30 tahun diberi kode “1” dan >30 tahun diberi kode “2”.
2. Pendidikan: tidak sekolah-SD diberi kode “1” dan diberi label rendah,
SMP-SMA diberi kode “2” dan diberi label menengah, dan akademi/PT
diberi kode “3” dan diberi label tinggi.
3. Pekerjaan: bekerja di luar rumahdiberi kode “1”, bekerja di dalam rumah
diberi kode “2”, dan tidak bekerja diberi kode “3”.
4. Suku: Jawa diberi kode “1”, Sunda diberi kode “2”, Betawi diberi kode “3”,
Batak diberi kode “4”, Minang diberi kode “5, Palembang diberi kode “6”,
dan lain-lain diberi kode “7”.
5. Tempat bersalin: RS umum/swasta, puskesmas, rumah bersalin, praktik
bidan diberi kode “1” dan diberi label “fasilitas kesehatan”; paraji dan lain-
lain diberi kode “2” dan diberi label “bukan fasilitas kesehatan”.
6. Variabel tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dikur menggunakan
kuesioner B no 1-5. Setiap jawaban benar diberi nilai “1” dan jawaban salah
diberi nilai “0”. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi baik dan
Universitas Indonesia
promosi susu formula jika nilai ≤10 diberi kode “1” dan terpajan promosi
susu formula jika nilai >10 diberi kode “2”.
12. Variabel budaya terdiri dari 2 pertanyaan. Peryataan 9 diberi kode “1” jika
sangat tidak setuju, “2” jika tidak setuju, “3” jika setuju, “4” jika sangat
setuju.
4.7.3 Processing
Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke
paket komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang berbentuk “kode” (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program atau
perangkat lunak komputer. Peneliti memasukkan kode data dari 106 kuesioner
yang telah lolos tahap editing dan telah dilakukan coding.
4.7.4 Cleaning
Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan hal lainnya. Dari data yang
3telah dimasukkan sebelumnya tidak ada data missing.
Universitas Indonesia
Persentasi = F x 100%
N
Keterangan: F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
Universitas Indonesia
37 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
31,3%
Ya
68,9%
Tidak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah. Pembahasan penelitian akan
dibagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan menginterpretasikan
hasil penelitian dengan melihat keterkaitan dan kesenjangan dengan teori yang ada.
Bagian kedua yaitu keterbatasan penelitian, peneliti akan memaparkan hal-hal apa
saja yang menjadi hambatan selama dilakukannya penelitian. Bagian ketiga yaitu
implikasi penelitian untuk pelayanan, pendidikan, dan penelitian.
43 Universitas Indonesia
Ibu yang berusia dibawah 30 tahun lebih banyak yang memberikan ASI secara
eksklusif daripada ibu yang berusia diatas 30 tahun. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Novita (2008) bahwa terjadi pembesaran payudara setiap siklus
ovulasi dari awal terjadi menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi
degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI secara keseluruhan setelah usia
30 tahun..
b. Pengetahuan
Hasil penelitian ini menunjukkan, hampir seluruh ibu (87,7%) memiliki
pengetahuan yang baik terkait pemberian ASI eksklusif. Meskipun hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan baik, cakupan ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah masih
rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Asmijati (2001) yang menunjukkan
tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI
eksklusif.
c. Kondisi Kesehatan
Gambaran kondisi kesehatan ibu diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik
dan emosional ibu dalam memberikan ASI. Hasil penelitian pada variabel
kondisi kesehatan dikategorikan menjadi menghambat dan tidak menghambat.
Hasil penelitian terdistribusi secara merata pada kedua kategori, yaitu 50,9%
(54 orang) untuk kategori menghambat dan 49,1% (52 orang) untuk kategori
tidak menghambat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Swarts et all (2010) yang menunjukkan
disribusi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang terinfeksi penyakit.
Penelitiannya menunjukkan distribusi yang merata antara ibu yang memberikan
ASI dengan yang tidak memberikan ASI. Pemberian ASI eksklusif pada ibu
dalam kondisi sakit salah satunya dihambat oleh pemberian susu formula,
karena ibu khawatir jika ia memberi ASI, bayinya akan tertular. Hal ini sesuai
dengan jawaban ibu pada pertanyaan terkait kondisi kesehatan yaitu sebesar
44,3% ibu memberikan minuman selain ASI, yaitu susu formula karena
khawatir bayi tertular penyakit melalui ASI.
d. Persepsi
Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan ibu yang memiliki persepsi
positif dan negatif secara berturut-turut sebesar 44,3% dan 55,7%. Persepsi
negatif yang paling banyak dirasakan ibu terkait dengan kebiasaan bayi dalam
menyusu. Sebesar 48,1% ibu merasa perlu untuk memberikan minuman selain
ASI karena bayi sering minta disusui.
Universitas Indonesia
Hasil yang menunjukkan lebih besar persentase ibu yang memiliki persepsi
buruk dan lebih kecil ibu yang memberikan ASI pada bayinya sesuai dengan
teori Sheila (2003). Sheila (2003) dalam bukunya yang mengemukakan
persepsi memiliki dampak yang besar terhadap perilaku. Ibu yang memilliki
persepsi negatif cenderung kurang berhasil dalam memberikan ASI eksklusif.
Hal ini dapat menjadi salah satu alasan rendahnya cakupan ASI eksklusif di
Kelurahan Kunciran Indah.
Tingkat pendidikan ibu sebagian besar menengah dan cakupan ASI eksklusif
dalam penelitian ini masih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurjanah
(2007) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dan pemberian ASI eksklusif. Tingkat pendidikan ibu yang hanya
menengah menyebabkan angka pemberian ASI menjadi rendah.
b. Pekerjaan
Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi tiga, yaitu bekerja diluar rumah, bekerja di
dalam rumah, dan tidak bekerja. Sebagian besar ibu (67%) tidak bekerja dan
sebagian kecil (7,5%) memiliki usaha di dalam rumah. Hal ini berkaitan
dengan tingkat pendidikan ibu, yaitu sebagian besar ibu memiliki tingkat
Universitas Indonesia
Penelitian ini mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja. Ibu yang tidak
bekerja/berada di rumah memiliki kemungkinan besar untuk memberikan ASI
secara eksklusif, namun pada penelitian ini angka pemberian ASI masih rendah.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Subrata (2004) yang menemukan
proporsi ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak
menyusui bayinya secara eksklusif.
c. Fasilitas Kesehatan
Hampir seluruh ibu (96,2%) menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana
persalinan. Banyaknya ibu yang menggunakan fasilitas kesehatan disebabkan
oleh banyaknya fasilitas kesehatan seperti bidan, rumah sakit, dan puskesmas
yang dekat dengan wilayah Kunciran Indah. Kesadaran akan pengguanaan
fasilitas kesehatan di Kunciran Indah sangat tinggi, namun masih ada ibu yang
memilih melahirkan di rumah karena alasan perawatan bayi. Ibu yang
melahirkan di rumah ditolong oleh dukun bayi dan dukun bayi tersebut yang
juga merawat bayi hingga umur 40 hari (wawancara dengan responden pada 17
Mei 2012).
Universitas Indonesia
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2001) yang
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan petugas
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Dukungan petugas kesehatan
sangat penting dalam kelangsungan ASI karena dapat meningkatkan rasa
percaya diri ibu dan berperan sebagai penyedia informasi yang diperlukan. Pada
penelitian ini persentase dukungan yang diberikan petugas kesehatan lebih kecil
dari persentase yang tidak mendukung, sehingga menyebabkan sebagian besar
ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yuliandarin (2009) yang
menunjukkan ibu yang diberikan dukungan oleh suami memiliki peluang 12,98
kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang tidak
mendapat dukungan. Roesli (2000) mengemukakan suami dan keluarga
berperan dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya.
Universitas Indonesia
g. Budaya
Budaya turut mempengaruhi pemberian ASI eksklusif karena pada masyarakat
di Indonesia sangat menghargai tradisi yang telah ada sebelumnya. Variabel
budaya diukur dengan melihat tradisi di keluarga ibu dalam memberikan ASI
dan makanan/minuman tambahan pada bayi kurang dari enam bulan. Hasil
penelitian ini menunjukan, sebesar 71,7% responden memberikan ASI sesuai
dengan tradisi dan 38,7% responden memberikan minuman/makanan tambahan
karena tradisi.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Swasono
(1998) yaitu masih adanya praktik memberikan makanan tambahan sebelum
bayi berusia enam bulan. Pada beberapa daerah di Indonesia seperti pada
masyarakat To Bungu, Lombok, dan Betawi menunjukkan pemberian
makanan/minuman tambahan pada bayi berusia kurang dari enam bulan
merupakan hal yang dilakukan secara turun menurun.
Universitas Indonesia
Hal yang sama juga peneliti temukan saat melakukan studi preliminary di Desa
Cigugur Jawa Barat (3-4 Desember 2011). Hasil wawancara menunjukkan
hampir seluruh warga Desa memberikan makanan tambahan pada bayi kurang
dari 6 bulan, namun pada penelitian ini hanya 38,7% ibu yang memberikan
makanan/minuman sesuai dengan tradisi. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan karakteristik tempat. Studi preliminari dilakukan di desa, sementara
penelitian dilakukan di kota. Masyarakat desa lebih banyak yang memberikan
makanan tambahan dengan alasan hal tersebut sudah dilakukan bertahun-tahun
di daerah tersebut. Selain itu, masyarakat desa memiliki kepercayaan budaya
yang lebih kental sehingga membuat ibu memberikan makanan/minuman
sebelum bayi berusia 6 bulan.
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sumber data jika akan melakukan
penelitian yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif. Peneliti lain dapat
melanjutkan penelitian dengan menganalisis lebih dalam faktor persepsi,
motivasi, dan kondisi kesehatan ibu serta menghubungkannya dengan
pemberian ASI eksklusif. Selanjutnya penelitian tersebut dapat menganalisis
faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran dari penelitian tentang gambaran faktor-
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah,
Tangerang. Pada bagian pertama peneliti menyimpulkan hasil penelitian secara
keseluruhan. Bagian kedua berisi saran terkait hasil penelitian yang berguna bagi
pelayanan kesehatan, profesi keperawatan, dan penelitian selanjutnya.
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan pada 106 ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan
di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Hasil penelitian ini menunjukkan,
meskipun sebagian besar responden memberikan ASI pada bayinya, cakupan
pemberian ASI eksklusif masih berada jauh di bawah target pemerintah. Hal
ini dipengaruhi faktor-faktor internal dan ekskternal yang diteliti.
Gambaran hasil faktor internal yaitu sebagian besar ibu berusia kurang dari
sama dengan 30 tahun, hampir seluruh ibu memiliki tingkat pengetahuan yang
baik, sebagian ibu memiliki persepsi negatif, dan kondisi kesehatan pada lebih
dari separuh jumlah ibu dinilai menghambat dalam memberikan ASI.
Gambaran faktor eksternal diperoleh sebagian besar ibu berada pada tingkat
pendidikan menengah, bekerja sebagai ibu rumah tangga, bersuku Jawa, dan
menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana persalinan. Hasil penelitian
juga menunjukkan proporsi yang hampir merata antara petugas kesehatan
yang mendukung dan kurang mendukung. Hampir selutruh ibu mendapatkan
dukungan dalam memberikan ASI eksklusif baik dari orang terdekat yang
diberikan melalui informasi dan motivasi. Promosi susu formula yang gencar
dilakukan membuat sebagian ibu terpajan promosi tersebut. Faktor budaya
52 Universitas Indonesia
juga dirasakan oleh sebagian besar ibu sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh dalam memberikan ASI dan makanan tambahan.
7.2 Saran
7.2.1 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan keperawatan yang dekat dengan masyarakat seperti puskesmas dan
posyandu perlu lebih gencar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat
terkait ASI eksklusif. Edukasi dapat dilakukan dengan melihat manfaat
pemberian ASI, sehingga ibu lebih termotivasi untuk memberikan ASI.
Posyandu sebagai sarana kesehatan yang dekat dengan ibu sebaiknya
meyediakan pojok konsultasi ASI terutama untuk ibu yang sedang hamil agar
rencana untuk memberikan ASI dapat diputuskan dengan segera.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. (2011). Tangerang dalam angka 2011.
http://litbang.tangerangkota.go.id/uploads/publikasi_statistik/a811b4558060a75
e4d485c5a755005cd.pdf. April, 13, 2012.
Chezem, J., Friensen, C., & Clark, H. (2001). Sources of infant feeding information
used by pregnant women. The Journal of Perinatal Education, 20-26.
Dahlan, M. S. (2010). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan (3 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Dee, D. L. (2007). Breastfeeding practices among North Carlina WIC clients from
1996 through 2002: Patterns, Correlates, and the effects if in-home postpartum
support. Chapel Hill.
Doherty, T., Chopra, M., Nkonki, L., Jackson, D., & Greiner, T. (2006). Effect of the
HIV epidemic on infant feeding in South Africa: When they see me coming
with the tins they laugh at me. Bulletin of the World Health Organization , 90-
96.
Gularso, E. P. (1998). Kelahiran anak dalam tradisi orang Betawi di Desa Ragunan,
Jakarta Selatan. In M. F. Swasono, Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan
bayi: Dalam konteks budaya (pp. 256-283). Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press).
Hastono, S.P & Sabri, L. (2010). Statistik kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Lestari, D. (2009). Faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Indonesia tahun 2007. Skipsi. Universitas Indonesia. Depok.
55 Universitas Indonesia
McNiel, M. E., Labbok, M. H., & Abrahams, S. W. (2010, March). What are the risks
associated with formula feeding? a re-analysis and review. BIRTH, 50-58.
http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf/2010/ES5/01Mar10/48278726.pdf?
T=P&P=AN&K=2010572768&S=R&D=rzh&EbscoContent=dGJyMMTo50Se
prU4zdnyOLCmr0meprJSrqm4SK%2BWxWXS&ContentCustomer=dGJyMP
GnrkqurrJJuePfgeyx4YHs1%2BaE.
Minnie, C. S., & Greeff, M. (2006). The choice of baby feeding mode within the
reality of HIV/AIDS epidemic: Health education implications. Curationis , 29
(4), 19-27.
Pearl, J. K., Allen, J., Nguyen, N., Hayen, A., Oddy, W. H., & Mihrshahi, S. (2004).
Motherhood meets epidemiology: measuring risk factor for breast-feeding
cessation. Public Health Nutrition, 7, 1033-1037.
Pee, S. d., Diekhans, J., Stallkamp, G., Kiess, L., Moench-Pfanner, R., Martini, E., et
al. (2002). Breastfeeding and complementary feeding practices in Indonesia. (F.
Gracian, Ed.) Nutrition & Health Surveillance System Annual Report 2002 , 1-
97.
Penelitian dan Pengembangan Kota Tangerang. (2010). Jumlah bayi yang diberi ASI
eksklusif. http://litbang.tangerangkota.go.id/index.php/kesehatan/buka/32-
Universitas Indonesia
jumlah-bayi-yang-diberi-asi-eksklusif?tahun1=2010&tahun2=0&kecamatan=0
(April, 13, 2012).
Philips, C. R. (1996). Family-centered maternity and newborn care: A basic text. St.
Louis: Mosby.
Piwoz, E. G., Ferguson, Y. O., Bentley, M. E., Corneli, A. L., Moses, A., & Nkhoma,
J. (2006). Differences between international recommendations on breastfeeding
in the presence of HIV and the attitudes and counselling messages of health
workers in Lilongwe, Malawi. International Breastfeeding Journal , 1-8.
Piwoz, E. G., Humprey, J. H., Iliff, P. J., Marinda, E. T., Tavengwa, N. V., &
Zunguza, C. D. (2007). The impact of safer breastfeeding practices on postnatal
HIV-1 transmission in Zimbabwe. American journal of public health, 9 (7),
1249-1254.
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
Reynolds, N. (2001, 5 14). The monday page: Why breast are for babies. ProQuest,
9.
Suzely, M., Livia, Z., Nemre, S., & Orland, S. (2008, September). Association
between breast-feeding practices and sucking habbits: A cross-sectional study
of children in their first year of life. J Indian Soc Pedrod Prevent Dent , 102-
106.
Swarts, S., Kruger, H. S., & Dolman, R. C. (2010). Factors affecting mothers' choice
of breastfeeding vs. formula: Feeding in the lower Umfolozi district war
memorial hospital, KwaZulu-Natal. Journal of Interdisciplinary Health
Sciences , 15, 119-126.
Swasono, M. F., & Soselisa, H. L. (1998). Kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca
kelahiran bagi ibu dan bayi di Bandaneira, Kabupaten maluku Tengah. In M. F.
Swasono, & M. F. Swasono (Ed.), Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk berpartisipasi secara sukarela
menjadi responden dalam penelitian ini. Jika Ibu bersedia, saya akan memberikan
lembar kuesioner untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Saya akan menjamin
kerahasiaan jawaban dan identitas Ibu. Jawaban yang diberikan digunakan hanya
untuk kepentingan penelitian ini.
Jika Ibu masih memiliki pertanyaan terkait penelitian ini, Ibu dapat menghubungi
atau SMS saya ke nomor +62-856-8291-583.
Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas partisipasinya saya ucapkan terima
kasih.
Depok, April 2012
Putri Pertiwi
0806457224
Saya memahami bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif di
Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Saya telah mendapatkan penjelasan dari
peneliti bahwa keikutsertaan saya sebagai responden penelitian hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian. Demikianlah pernyataan ini saya kemukakan, dengan
menandatangani pernyataan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dengan
penuh kesadaran tanpa paksaan dari siapapun.
Tangerang,…………. 2012
Responden
(…………….………..)
KUESIONER
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Kuesioner A:
Data demografi
Jawablah dengan memberikan tanda centang ( √) dalam kotak pada pilihan yang Ibu
anggap paling tepat
1. Usia ibu :
< 20 thn 31-35 thn
20-25 thn > 35 thn
26-30 thn
2. Pendidikan terakhir :
Buta huruf - SD
SMP - SMA
Akademi/PT
3. Pekerjaan saat menyusui:
Bekerja di luar rumah
Bekerja di dalam rumah
Tidak bekerja (Ibu rumah tangga)
4. Suku :
Jawa Batak
Sunda Minang
Betawi lain-lain, sebutkan ................
5. Tempat bersalin :
RS umum/swasta Praktik bidan
Puskesmas Paraji
Rumah bersalin lain-lain, sebutkan …………...
Kuesioner B
Faktor Internal
Pilihlah jawaban yang Ibu anggap paling benar dengan melingkari huruf di depan
jawaban
1. Menurut ibu, kapan sebaiknya bayi diberi ASI pertama kali setelah lahir?
a. Sesegera mungkin
c. Lebih dari 1 jam setelah lahir
b. 30 menit setelah lahir
d. Tidak tahu
2. Menurut ibu, susu yang pertama kali keluar berwarna kekuning-kuningan
setelah bayi lahir sebaiknya diberikan atau dibuang?
a. Diberikan b. Dibuang c. Tidak tahu
3. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif?
a. ASI yang diberikan 1 jam setelah kelahiran bayi sampai usia 4 bulan
b. ASI yang diberikan sesegera mungkin setelah bayi lahir sampai usia 6
bulan tanpa memberikan minuman/makanan lain
c. ASI yang diberikan > 1 jam setelah bayi lahir sampai usia 6 bulan
d. Tidak tahu
4. Apa manfaat pemberian ASI eksklusif?
a. Membuat bayi tidak mudah diserang penyakit
b. Memmbuat bayi terkena alergi
c. Membuat payudara bengkak
d. Menurunkan kekebalan tubuh ibu
e. Tidak tahu
5. Menurut Ibu, kapan bayi diberikan makanan tambahan?
a. >4 bulan b. > 6 bulan c. > 12 bulan d. Tidak tahu
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan tanda centang (√) pada jawaban yang Ibu
anggap paling sesuai dengan pilihan Ibu.
Keterangan pengisian:
SS : jika Ibu SANGAT SETUJU dengan pernyataan dalam kolom
S : jika Ibu SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom
TS : jika Ibu TIDAK SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom
STS : jika Ibu SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan dalam kolom
NO Pernyataan SS S TS STS
Saat bayi saya berusia 0-6 bulan…
6 Saya merasa ASI saya kurang memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
saya
7 Pengeluaran ASI saya semakin lama semakin berkurang
8 Saya memberikan minuman selain ASI (seperti air putih, susu
formula, air gula) karena bayi saya sering minta disusui
9 Saat saya sakit, pemberian ASI pada bayi menjadi berkurang
10 Saat saya sakit, saya memberikan minuman selain ASI karena
takut bayi saya tertular penyakit melalui ASI
11 Saya selalu yakin pada diri saya, saya dapat memberikan ASI saja
tanpa makanan/minuman tambahan
12 Saya memiliki motivasi/dorongan yang kuat dalam diri saya untuk
memberikan ASI saja selama 6 bulan
13 Kondisi emosi saya mempengaruhi pemberian ASI
14 Pengeluaran ASI saya menjadi berkurang saat kondisi emosi tidak
baik (missal saat marah, stress)
15 Saya tidak memberikan ASI saat keadaan emosi saya tidak baik
Kuesioner C
Faktor Eksternal
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan tanda centang (√) pada jawaban yang Ibu
anggap paling sesuai dengan pilihan Ibu.
Keterangan pengisian:
SS : jika Ibu SANGAT SETUJU dengan pernyataan dalam kolom
S : jika Ibu SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom
TS : jika Ibu TIDAK SETUJU dengan pernyataan pernyataan dalam kolom
STS : jika Ibu SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan dalam kolom
NO Pernyataan SS S TS STS
Saat bayi saya berusia 0-6 bulan…
1 Saya mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari petugas
kesehatan di tempat saya bersalin
2 Petugas kesehatan di tempat saya bersalin, sangat mendukung
pemberian ASI Eksklusif
3 Saya memberikan susu formula pada bayi saya
4 Iklan susu formula membantu saya dalam memilih nutrisi
tambahan untuk bayi saya
5 Saya merasa susu formula memiliki nutrisi yang penting bagi
bayi
6 Selain ASI, bayi saya juga membutuhkan susu formula
7 Saya memberikan ASI sesuai dengan tradisi/kebiasaan dalam
keluarga saya
8 Saya memberikan makanan/minuman tambahan (seperti teh, susu
formula, bubur bayi) pada bayi saya karena tradisi/ kebiasaan
dalam keluarga saya
Jawablah dengan memberikan tanda centang ( √) dalam kotak pada pilihan yang Ibu
anggap paling tepat
9. Siapa saja yang mendukung ibu dalam memberikan ASI Ekslusif? (boleh pilih
lebih dari satu)
Suami Teman
Orangtua Tetangga
Mertua Lain-lain, sebutkan…
Saudara kandung
10. Apa bentuk dukungan yang diberikan oleh orang terdekat
Ibu? Memberikan informasi
Memberikan kata-kata yang memotivasi
Lain-lain, sebutkan……
11. Berapa lama orang terdekat ibumemberikan dukungan kepada Ibu
dalam memberikan ASI?
sampai bayi saya berusia 2 bulan
sampai bayi saya berusia 4 bulan
sampai bayi saya berusia lebih dari 6 bulan
Kuesioner D
Pemberian ASI Eksklusif
1. Minuman dan makanan yang ibu berikan pada bayi saat berusia 0-6 bulan:
(boleh pilih lebih dari satu)
ASI
Madu
Air putih
Bubur bayi
Air gula
Pisang
Air tajin
Jus buah
Susu formula
Nasi tim
Teh
Lain-lain, sebutkan…
Universitas Indonesia
BIODATA MAHASISWA