Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI REFERAT

TB LATEN

KARSINOMA NASOFARING

Disusun Oleh :
Ullis Marwadhani
I4061171016
 
Pembimbing :
dr. Ari Prabowo, Sp.P
PENDAHULUAN
TB
WHO
(M. tuberculosis) 1,2

India Indonesia Cina

Singkawang :
DinKes 2014 3
168 kasus

Singkawang :
DinKes 2016 4
187 kasus

Singkawang :
DinKes 2017 5
353 kasus
1. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2014. 20th ed. Geneva. 2014
2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2015. 20th ed. Geneva. 2015
3. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2014
4. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016
5. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2017
Definisi
 Infeksi TB laten atau yang sering di sebut dengan fase “tidur“ ini
tidak dapat ditularkan kepada individu yang lain namun pada saat
daya tahan tubuh menjadi lemah bakteri yang sedang dalam fase “
tidur” ini akan menjadi fase “bangun” atau aktif dan dapat
menyebarkan bakteri M. Tuberculosis. 6
 Infeksi tuberkulosis laten (ITBL) adalah keadaan dimana seseorang
terdapat bakteri M. tuberkulosis namun tidak menimbulkan tanda
dan gejala dimana saat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya
seperti foto toraks dalam keadaan normal, tetapi ditemukan hasil
positif yaitu dengan menggunakan pemeriksaan uji tuberkulin atau
interferon gamma release assay (IGRA). 7,8

6. NCBI. Pathogenesis, Immunology, and Diagnosis of Latent Mycobacterium tuberculosis Infection. 2010. Available


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3017943/figure/fig1/
7. Center for Disease Control and Prevention. Latent Tuberculosis Infection: Guide for Primary Health Care Providers.2013
8. World Health Organization. Guideline on the Management of laten Tuberculosis Infection. Geneva. 2015
Patogenesis 9-11

M. Tuberkulosis
(droplet)

Reservoir (manusia)

TB Laten
Sistem imun
(makrofag)

9. Center for Disease Control and Prevention. Transmission and Phatogenesis of tuberculosis availabe at
http:/www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter2.pdf
10. Dheda K, schwander SK, Zhu B, Van Zyl-smith R, Zhang Y. The immunology of tuberculosis: from bench to bedside. Respirotology
2010;15: 433-50
11. Getahun H, Matteelli A, Cahisson RE, Raviglione M. Latent Mycobacterium tuberculosis infection. N Engl J Med 2015; 372: 2127-35
Imunopatogenesis 11,12

Respon •Reseptor CR3, MMR, TLR, NOD2, Scavenger

imun reseptor dan DC-SIGN


•Sel PNM (mengenali, mengeluarkan secret
u/ membunuh bakteri)

bawaan
Respon
•Sel T CD4 (sitokin INF-Y, TNF-
imun  akan mengeliminasi bakteri
adaptif
11. Dheda K, schwander SK, Zhu B, Van Zyl-smith R, Zhang Y. The immunology of tuberculosis: from bench to bedside.
Respirotology 2010;15: 433-50
12. Center for Disease Control and Prevention. Latent Tuberculosis Infection: Guide for Primary Health Care Providers.2013 .
availabe http://www.cdc.gov/tb/publications/ltbi/pdf/targetedltbi.pdf
Faktor Resiko 8,13

Faktor Resiko

Pasien TB aktif

Lingkungan jauh dari matahari

RS, Tempat penampungan (panti asuhan, pesantren, dll)

HIV, Bayi/ anak <5th

Individu yang tidak mendapatkan pengobatan TB tapi foto thoraks (fibrotik)

DM, silicosis, gagal ginjal kronik, leukemia, kanker paru, perokok

8.. Center for Disease Control and Prevention. Latent Tuberculosis Infection: Guide for Primary Health Care Providers.2013
13. World Health Organization The World Health Organization estimates one-third of the world's population is infected with TB.
2012. Available The World Health Organization estimates one-third of the world's population is infected with TB. http
://www.sosindonesia.com/library/WorldTBDay12.pdf
Alur Diagnosis 8,9

8.. Center for Disease Control and Prevention. Latent Tuberculosis Infection: Guide for Primary Health Care Providers.2013
9. World Health Organization. Guideline on the Management of laten Tuberculosis Infection. Geneva. 2015
Diagnosis 7,8

 Uji Tuberkulin
Hasil uji tuberkulin positif Kelompok pasien

Indurasi >5mm  Pasien HIV


 Kontak dengan TB aktif yang infeksius (BTA positif) dalam waktu dekat
 Pasien dengan gambaran foto toraks fibrosis disertai riwayat TB sebelumnya
 Pasien yang menjalani transplantasi organ dan imunokompromais

Indurasi > 10 mm  Pasien dari negara endemik TB dalam 5 tahun terakhir


 Pengguna narkoba suntik
 Individu atau pekerja di tempat dengan kepadatan tinggi
 Pekerja lab mikrobiologi
 Pasien dengan resiko tinggi menjadi TB aktf (DM, malnutrisi)
 Anak < 5 tahun
 Anak yang kontak dengan individu beresiko TB

Indurasi > 15 mm Individu dengan risiko rendah terinfeksi TB

7. NCBI. Pathogenesis, Immunology, and Diagnosis of Latent Mycobacterium tuberculosis Infection. 2010. Available


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3017943/figure/fig1/
8. Center for Disease Control and Prevention. Latent Tuberculosis Infection: Guide for Primary Health Care Providers.2013
Diagnosis (2) 9,14

Pemeriksaan IGRA

Keuntungan Keterbatasan

Alat diagnosis ITLB Darah harus diproses dalam 8-30 jam setelah diambil

Uji spesifik terhadap M.tuberculosis reactive t-cells Belum banyak data tentang IGRA pada anak dibawah 5 tahun,
pasien bekas TB, orang yang pernah dilakukan pemeriksaan
IGRA

Tidak dipengaruhi vaksin BCG  

Lebih jarang dipengaruhi oleh infeksi non tuberculosis  


mycobacterium (ntm)

Hanya membutuhkan 1x kunjungan  

Tidak menyebabkan fenomena booster  

Hasil interpretasi tidak dipengaruhi persepsi petugas  


kesehatan

Hasil didapatkan dalam 24 jam  

9. World Health Organization. Guideline on the Management of laten Tuberculosis Infection. Geneva. 2015
14. World Health Organization. Use of tuberculosis interferon-gamma release assays (IGRAs) in low- and middle-income
countries. Policy Statement 2011. Geneva.
Tatalaksana 15

Untuk negara berpendapatan tinggi dan sedang, uji sistematik dan pengobatan ITBL sebaiknya dilakukan untuk:
 Pasien HIV
 Dewasa dan anak yang kontak dengan kasusu TB paru
 Pasien dengan pengobatan anti-TNF
 Pasien dengan dialysis
 Pasien penerima transplantasi organ
 Pasien silicosis

Uji sistematik dan pengobatan ITBL dipertimbangkan untuk:


 Warga binaan
 Petugas kesehatan
 Tuna wisma
 Pengguna narkotika suntuk

Uji sistematik dan pengobatan ITBL tidak direkomendasikan untuk:


 Pasien dengan diabetes mellitis
 Perokok
 Malnutrisi
 Untuk negara berpendapatan rendah atau sedang atau sumber daya terbatas, uji sistematik dan pengobatan
ITBL dulakukan untuk:
 Pasien dengan HIV
 Anak <5 tahun yang kontak dengan pasien TB
 Setelah dilakukan pemeriksaan klinis dengan cermat tidak terbukti TB aktif (rekomendasi kuat, kualitas bukti
tinggi)

15. Central Tuberculosis Research Institute. Inflammation and Immunopathogenesis of Tuberculosis Progression. Available http
://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/29397.pdf .
Pengobatan 16

Obat Lama Dosis Frekuensi Dosis total

  9 bulan Dewasa : 5 mg/kg Tiap hari 270


  Anak 10-20 mg/kg
Dosis maks : 300 mg
  Dewasa: 15 mg/kg 2x/minggu 76
Anak: 20-40 mg/kg
Dosis maks: 900 mg
Isoniazid (INH) 6 bulan Dewasa : 5 mg/kg Tiap hari 180
  Anak: tidak direkomendasikan
Dosis maks: 900 mg
  Dewasa : 15 mg/kg 2x/minggu  
Anak: tidak direkomendasikan
 Isoniazid (INH) dan 3 bulan Dewasa dan anak usia ≥ 12 tahun:    
Rifapentine (RPT)  INH: dapat dibulatkan sampai dengan hamper 50 mg
atau 100 mg, maks 900 mg: 15 mg/kg
 RPT:
-10.0-14.0 kg: 300 mg
-14.1-25.0 kg: 450 mg
-25.1-32.0 kg: 750 mg
- ≥50.0 kg: maks 900 mg
Rifampisin (R)   Dewasa: 10 mg/kg Tiap hari 120
Dosis maksimal: 600 mg

16. Center for Diseases Control. Treatment Regimen for Latent TB Infection. June 29; 2017 Available at: www.cdc.gov/tb.
Evaluasi sebelum pemberian obat profilaksis 8

Untuk menentukan pengobatan pencegahan yang tepat dan


memaksimalkan keamanan, sebelum pengobatan harus diperhatikan
beberapa hal berikut: 8
1. Faktor resiko yang sesuai untuk pemberian obat profilaksis
2. Bersedia dan mampu menyelesaikan pengobatan sesuai paduan
3. Dapat dievaluasi selama pengobatan
4. Dapat dievaluasi interaksi obat INH dan Rifampisin bila digunakan
paduan berbasis rifampisin, dan obat lain yang akan mungkin
memberikan efek seperti kontrasepsi oral, inhibitor protease, obat
anti kejang, metadon, kortikosteroid dan lain-lain.
5. Evaluasi paduan pengobatan profilaksis yang tepat, jika pasien ITBL
memiliki riwayat kontak dngan pasien TB MDR terkonfirmasi.
6. Tidak memiliki riwayat kontraindikasi dengan obat yang akan
digunakan, misalnya penyakit hati (akut dan kronik) atau obat lain
yang diberikan bersamaan yang akan menimbulkan interaksi obat dan
alkoholisme yang akan meningkatkan resiko hepatitis

8. Center for Disease Control and Prevention. Latent Tuberculosis Infection: Guide for Primary Health Care Providers.2013
Evaluasi selama pemberian obat profilaksis 8

Setiap pasien yang memulai pengobatan pencegahan harus mendapat edukasi yang cukup meliputi: 8
1. Dosis obat
2. Tanda dan gejala efek samping dari masing-masing obat yang paling sering terjadi dan paling mengancam
jiwa serta kapan pengobatan harus dihentikan atau bila evaluasi klinis diperlukan
3. Hentikan pengobatan sesegera mungkin dan datang ke dokter jika tanda atau gejala berikut muncul:
 Hilangnya nafsu makan tanpa sebab yang jelas (anoreksia)
 Nausea atau muntah
 Urin berwarna gelap dan atau ikterik
 Ruam kulit yang luas
 Parestesi yang persisten di tangan atau kaki
 Lelah yang persisten, kelemahan atau demam yang berlangsung selama 3 hari atau lebih
 Nyeri abdomen (terutama di kuadran kanan atas)
 Mudah lebam atau perdarahan
 Arthralgia atau gejala seperti flu yang terkait dengan pengobatan
4. Menghubungi dokter dan segera menghentikan pengobatan jika dokter tidak dapat dihubungi kerika
mengalami efek samoing atau kesakitan yang tidak dapat dijelaskan
5. Rencana pengawasan pengobatan yang meliputi penilaian bulanan ntuk kepatuhan, efek samping, dan
kesempatan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

8. Center for Disease Control and Prevention. Latent Tuberculosis Infection: Guide for Primary Health Care Providers.2013
Evaluasi selama pemberian obat profilaksis 17,18

Pemeriksaan darah rutin tidak diperlukan untuk pasien yang mulai pengobatan
ITBL. Namun pemeriksaan SGOT, SGPT dan bilirubin sebagai data dasar
disarankan untuk pasien berikut:
1. Evaluasi sebelum pengobatan yang mengindikasikan ada riwayat kelainan
pada hati
2. Penyakit hati kronik (hepatitis B atau C, hepatitis akibat konsumsi alkohol
atau sirosis)
3. Konsumsi alkohol menahun
4. Infeksi HIV
5. Wanita yang hamil atau sampai 3 bulan setelah melahirkan
6. Pasien berusia lanjut yang juga mendapatkan pengobatan lain atau dengan
kondisi medis kronis lainnya

17. Chapman HJ, Lauzardo M. Advances in diagnosis and treatment of latent tuberculosis infection. JABFM 2014;704-12.
18. Esmail H, Barry CE, Young DB, Wilkinson RJ. The on going challenge of latent tuberculosis. Downloaded from http
://rstb.royalsocietypublishing.org/onAugust 25,2015.
Resiko resistensi pada Profilaksis TB pada HIV 20

penatalaksaan ITBL 9,19  Pada HIV WHO


 Pada ITBL jumlah bakteri merekomendasikan pemberian
sangat sedikit sehingga isoniazid profilacted treatment
kemungkinan terjadinya (IPT) tanpa membutuhkan
spontan sangat minimal. pemeriksaan uji tuberculin
ataupun IGRA karena secara
 Beberapa penelitian umum tidak dapat membedakan
menunjukkan tidak ada bukti TB aktif dan ITBL.
bahwa penggunaan INH untuk
profilaksis meningkatkan  Pemeriksaan IGRA belum jelas
resistensi. dapat membedakan infeksi TB
pada kelompok imunokompeten
meupun imunokompromais.
 Sebelum pemberian IPT harus
dipastikan ada atau tidak TB
aktif sesuai dengan panduan TB
HIV
9. World Health Organization. Guideline on the Management of laten Tuberculosis Infection. Geneva. 2015
19. Caminero JA, ed. Guideline for clinical and operational management of drug-resistant tuberculosis. Paris, France.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease 2013.
20. World Health Organization. Guideline for intensified tuberculosis case-finding and isoniazid preventive therapy for people
living with HIV in resource-constrained setting. Italy. 2011
Kesimpulan
 Infeksi TB laten atau yang sering di sebut dengan fase “tidur“ ini tidak
dapat ditularkan kepada individu yang lain namun pada saat daya tahan
tubuh menjadi lemah bakteri yang sedang dalam fase “ tidur” ini akan
menjadi fase “bangun” atau aktif dan dapat menyebarkan bakteri M.
Tuberculosis.
 Patogenesis infeksi TB laten yang pertama adalah bakteri dari M.
tuberculosis lewat udara, dan yang terpenting adalah reservoir yaitu
manusia yang menjadi tempat perkembang biakan bakteri.
 Faktor resiko dari TB laten adalah pasien TB aktif atau suspek TB,
bertempat tinggal yang sulit di jangkau oleh matahari, rumah sakit,
tempat penampungan (panti asuhan, pesantren, dll) anak-anak, dewasa
yang mempunyai sistem imun rendah sehingga mudah terinfeksi bakteri
 Menegakkan diagnosis untuk TB laten adalah dengan Uji Tuberkulin, dan
pemeriksaan IGRAs.
 Terapi yang direkomendasikan untuk infeksi TB laten adalah INH selama
6 bulan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai