Anda di halaman 1dari 57

TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT

Ferdy Ferdian

Divisi Respirasi dan Kritis Respirasi


Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Universitas Padjajaran
Curiculum vitae
Ferdy Ferdian
Email : polluxchiron@gmail.com Instagram : @mettaferdy
Divisi Respirasi dan Kritis
Pendidikan : Respirasi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Pendidikan dokter umum FK UKRIDA
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Pendidikan dokter spesialis Penyakit
Universitas Dalam Universitas Padjajaran
Padjajaran
Pekerjaan :
Staf Dokter spesialis penyakit dalam divisi respirologi dan penyakit kritis
respirasi. Departemen ilmu penyakit dalam. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
Universitas Padjajaran. Koordinator poli DOTS RSHS. Dokter spesialis
penyakit dalam RS Muhamadiyah Bandung. Dokter spesialis penyakit dalam
Brawijaya klinik Bandung
Organisasi profesi :
IDI PAPDI dan PERPARI
Pendahuluan
Sekilas mengenai tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M.tb)
M.tb paling sering menginfeksi paru-paru (TB Paru) tetapi juga
dapat menginfeksi organ lain (TB Ekstra paru)
Airborne disease - Penyebaran M.tb melalui udara. Satu kasus
TB yang tidak diobati, dapat menularkan 10-15 dengan kontak
selama 1 tahun
90% terjadi pada dewasa. Lebih sering pada pria 2:1
Pendahuluan
Sekilas mengenai tuberkulosis resistan obat
Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) adalah suatu keadaan
dimana kuman M.tb sudah tidak dapat dibunuh dengan obat
anti TB (OAT) lini pertama (Permenkes no 67 tahun 2016)
WHO thn 2017 memperkirakan ada 10 juta penderita TB
dunia. Diantaranya TB Resistan Obat (TB RO) sebanyak
558.000 kasus (Global Report 2018)
Tiga negara dengan beban terberat TB RO adalah India
(24%), CIna (13%) dan Rusia (10%) (Global Report 2018)
Pendahuluan
Bagaimana dengan kondisi di Indonesia?

Indonesia berada
pada irisan ketiga
lingkaran (TB, TB
MDR dan TB HIV)

Global Tuberculosis Report 2018. World Health Organization


Pendahuluan
Beratnya beban penyakit TB di Indonesia
INDONESIA masuk ke dalam peringkat 10 besar
PERINGKAT 3-7-7
Jumlah penderita TB SO di Indonesia (842.000) merupakan
nomor 3 terbanyak di dunia (India, China dan Indonesia)
Jumlah penderita TB RO 23.000 (tertinggi ke tujuh dunia)
Jumlah penderita TB-HIV 36.000 (tertinggi ke tujuh di dunia)

Global Tuberculosis Report 2018. World Health Organization


Permasalahan
Terdapat gap/perbedaan yang besar antara perkiraan insidensi TB
dengan notifikasi kasus TB di Indonesia
Kasus yang ditemukan di Indonesia hanya 33% dari estimasi 1 juta
kasus (missing cases sebesar 67%, sekitar 659.435 kasus hilang)
(Perlu akselerasi penemuan missing cases)
In 2016, a total of 360.565 TB cases were notified to national
authorities, while the estimated TB incidence was 1.020.000 (95%
confidence interval: 660.000-1.460.000). Gaps between the estimated
number of new cases and the number actually reported are due to a
mixture of underreporting of detected cases and underdiagnosis
Global Tuberculosis Report 2018. World Health Organization
Permasalahan
Underreporting dan underdiagnosis bisa terjadi karena masyarakat
tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan atau memang
walaupun punya akses ke fasilitas kesehatan, tapi pasien tidak
didiagnosis TB. Kalaupun sudah didiagnosis TB, tapi tidak
dilaporkan
Gaps between the estimated number of new cases and the number
actually reported are due to a mixture of underreporting of
detected cases and underdiagnosis either because people do not
access health care or because the are not diagnosed when they do

Global Tuberculosis Report 2018. World Health Organization


Permasalahan
Pola pencarian pengobatan TB di Indonesia lebih
sering ke sektor swasta, yaitu sebesar 74%
Pola pencarian pengobatan awal masyarakat yang
bergejala TB: Puskesmas dan RS pemerintah (24%)
Fasyankes swasta (74%). Fasyankes swasta tersebut
adalah farmasi/apotik (52%), DPM (19%) dan RS
swasta (3%)

Patient Pathway Analysis Tahun 2017


Permasalahan
Banyaknya sektor swasta (RS ataupun DPM) yang melayani
pasien TB, tapi tidak pakai program TB Nasional. Alias
nonDOTS. Beberapa dari RS pemerintah juga demikian
Indonesia is a country with a large private health sector that is
not yet firmly linked to the reporting network of the National
TB Program (NTP). Futhermore, some of the secondary and
tertiary level facilities of th public health sector do not have
functioning and sustained reporting link with the NTP

Global Tuberculosis Report 2018. World Health Organization


Permasalahan
Layanan swasta didatangi 74% untuk diagnosis awal dan
51% nya mendapatkan pengobatan, TAPI hanya
berkonstribusi 9% kasus yang terlapor
Kontribusi penemuan kasus TB. Dari puskesmas (72%),
RS pemerintah (18%), RS swasta (8%) dan DPM (1%)
Underreporting kasus TB. Dari puskesmas 15% (11-20%).
Non puskesmas 71% (61-79%). Non puskesmas terdiri
atas RS 62% (52-72%) dan klinik, DPM, Lab 96% (92-98%)
PROBLEM TB RO INDONESIA
Jumlah penderita TB RO 23.000 (tertinggi ke tujuh dunia)
Diperkirakan hanya 1 dari 7 pasien TB RO yang didiagnosis
dan mendapat obat
Kurang lebih hanya setengahnya yang mendapatkan
pengobatan TB RO dan berhasil disembuhkan
Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah kasus TB RO
yang ditemukan di obati. Namun, terjadi penurunan angka
keberhasilan pengobatan 67.9% (2010) 51.1% (2013) dan
47% (2017)
Terjadi peningkatan angka loss to follow up dari 10.7%
menjadi 28.7%
Global Tuberculosis Report 2018. World Health Organization
SOLUSI?
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut?
Kita HARUS lakukan AKSELERASI atau PERCEPATAN

Tingkatkan akses layanan TB Tingkatkan mutu layanan TB


Penemuan aktif oleh puskesmas Melalui akreditasi puskesmas dan RS
Penemuan pasif intensif di RS Meningkatkan kapasitas petugas
(pemerintah dan swasta) dan DPM puskesmas, RS dan DPM
Penemuan susp TB oleh kader Kuatkan jejaring layanan TB
poslansia, posyandu, posbindu Berbasis kab/kota (DPPM)
Skrining TB pada calon TKI dan calhaj
Skrining TB dengan mobile klinik
Kuatkan sistem surveilans TB
Implementasi sistem wajib lapor
Sediakan alat diagnosis TB pasien TB pada puskesmas, RS dan
Penyediaan alat TCM dan reagen DPM
di puskesmas
Kategori resistan terhadap OAT
Mono resistan (TB MR) Resistan terhadap salah satu OAT, misalnya resistan
terhadap Isoniazid (H)
Poli resistan (TB PR) Resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
Multi drug resistan (TB MDR) Resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
secara bersamaan, dengan atau tanpa diikuti resistan OAT lini pertama lainnya
Extensive drug resistan (TB XDR) adalah TB MDR yang sekaligus juga M.tb nya
resistan terhadap salah satu OAT golongan flourokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, kapreomisin dan amikasin)
Resistan Rifampisin (RR) Resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terditeksi menggunakan metode genotip (tes
cepat molekuler) atau metode fenotip (konvensional)
Kategori resistan terhadap OAT
Bagaimana resistansi M.tb terjadi?
Resistansi terhadap OAT terjadi secara SPONTAN saat
proses replikasi kuman M.tb. Kuman mutan yang resistan
ini dapat tumbuh berkembang biak mengantikan kuman
M.tb strain wild type yang sebelumnya ada
Hal ini terjadi ketika terapi OAT yang kita berikan TIDAK
ADEKUAT, bisa karena jumlah obat yang suboptimal atau
karena rendahnya kadar obat dalam serum penderita
"Fall and Rise Phenomenon"
Bagaimana resistansi M.tb terjadi?
Fall and Rise Phenomenon
Fall and Rise Phenomenon

Ketika kuman M.tb terpapar oleh hanya satu macam OAT,


sehingga pada mulanya pertumbuhan populasi kuman M.tb
dapat dihambat (Fall), tetapi tidak dapat mengeradikasi
kuman M.tb secara keseluruhan, kemudian kuman M.tb
yang bertahan hidup mengalami mutasi spontan dan
menjadi kebal terhadap OAT tersebut, lalu terjadi
pertumbuhan kembali kuman mutan (Rise)
Apa yang dimaksud TB RO primer dan sekunder?
Mana yang primer dan mana yang sekunder?
TB MDR Menjadi TB RO
Pasien dengan SEKUNDER
TB SO

Orang tersebut
menularkan pada
orang sehat

Orang sehat
TB MDR
menjadi TB RO
PRIMER
Penegakan diagnosis TB RO
Penegakan diagnosis TB RO diawali dengan penemuan
pasien terduga TB RO
Terduga TB RO adalah pasien yang memiliki resiko tinggi
resistan terhadap OAT
Pasien dengan gejala TB dengan riwayat satu atau lebih
dari 9 kriteria terduga TB RO
The sacred number 9
Kriteria Pasien TB RO
1. Pasien TB kasus baru dlm terapi OAT kat 1 yg TIDAK KONVERSI setelah 2
bulan pengobatan
2. Pasien TB kasus baru dlm terapi OAT kat 1 yg GAGAL (BTA positif pada bulan
ke 5 pengobatan/akhir bulan ke 6)
3. Pasien TB kasus relaps (kambuh) dengan OAT kat 1 atau 2
4. Pasien TB kasus loss to follow up (putus berobat/default)
5. Pasien TB dalam terapi OAT kat 2 yg TIDAK KONVERSI setelah 3 bulan
pengobatan
6. Pasien TB dalam terapi OAT kat 2 yg GAGAL (BTA positif pada bulan ke 5
pengobatan/akhir bulan ke 8
Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
Kriteria Pasien TB RO
7. Pasien TB dengan riwayat pengobatan TB tidak standar serta
menggunakan kuinolon atau injeksi lini ke 2 selama 1 bulan
8. Pasien TB dengan riwayat kontak erat TB RO (termasuk warga
lapas, hunian padat, asrama, buruh pabrik)
9. Pasien TB koinfeksi dengan HIV
Selain 9 kriteria diatas, kasus TB RO dapat dijumpai pada TB
kasus baru, sehingga pada kasus ini perlu dilakukan penegakan
diagnosis dengan TCM TB jika fasilitas memungkinkan

Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis


Alur diagnosis TB di Indonesia
Alur diagnosis TB pada orang
dewasa dibagi sesuai dengan
fasilitas yang tersedia
1. Faskes yang mempunyai akses
pemeriksaan dengan TCM
2. Faskes yang hanya mempunyai
pemeriksaan mikroskopis dan
tidak memiliki akses ke TCM

Permenkes no 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis


Alur diagnosis TB di Indonesia
Terduga TB
TCM adalah Tes Cepat Molekuler
Terduga TB

BILA terdapat salah satu dibawah ini WAJIB TCM


1. Pasien riwayat pengobatan TB sebelumnya
Pasien baru
2. Kontak erat dengan penderita TB RO
Tidak ada akses TCM 3. Pasien HIV

Sputum BTA 2x Ada akses TCM Pemeriksaan TCM

Antibiotik non OAT


MTB pos MTB pos MTB pos MTB negatif
Rontgen thorax Rif sensitif Rif intermedia Rif resisten
PMK no 67 Pengendalian TB, Pedoman TB Nasional 2016
Terduga TB

Tidak ada akses TCM

Pemeriksaan mikroskopis BTA

Hasil (+ -)(-+)(++)

TB terkonfirmasi bakteriologis

Pengobatan OAT lini 1

Permenkes no 67 tahun 2016


Terduga TB

Tidak ada akses TCM

Pemeriksaan mikroskopis BTA

Hasil - -

ADA akses rontgen

Gambaran mendukung TB

TB terkonfirmasi klinis
Pengobatan OAT lini 1
Permenkes no 67 tahun 2016
Terduga TB

Tidak ada akses TCM

Pemeriksaan mikroskopis BTA

Hasil - -

TIDAK ADA akses rontgen

Terapi AB non OAT

Tidak ada perbaikan klinis


Ada faktor resiko TB
Permenkes no 67 tahun 2016
Pertimbangan dr diberikan OAT lini 1
Pemeriksaan TCM
Tidak ada akses TCM
Sputum BTA 2x
MTB pos MTB pos MTB posTerduga TB MTB negatif
Antibiotik non OAT
Rif sensitif Rif intermedia Rif resisten
Rontgen thorax
TB sensitif Ulang TCM TB RR
Evaluasi kembali
OAT Lini 1 Program TB RO
Pengambilan baseline data
Memulai pengobatan

Biakan kultur dan resistensi

TB MDR TB Pre XDR TB XDR

PMK no 67 Pengendalian TB, Pedoman TB Nasional 2016


Pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat
Tujuan utama pengobatan TB RO bukan hanya mengobati
tetapi juga memutuskan rantai penularan serta mencegah
timbulnya TB XDR
Semua pasien yang terbukti TB RO berdasarkan uji
kepekaan M.tb baik dengan TCM ataupun metode
konvensional harus segera memulai pengobatan TB RO
Panduan OAT pada pasien TB RO adalah kombinasi OAT lini
1 dan OAT lini 2. Panduan OAT tersebut dapat disesuaikan
bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan
Apa saja yang
termasuk OAT lini 2
Pengelompokan OAT Lini Kedua
GRUP Jenis Obat

Levofloxacin (Lfx)

Grup A Flouroquinolon Moxifloxacin (Mfx)

Gantifloxacin (Gfx)
Amikasin (Am)

Obat lini kedua Kapreomisin (Cm)

Grup B
injeksi Kanamisin (Km)

Streptomisin (S)
Etionamide (Eto)

Obat lini kedua Sikloserin (Cs)

Grup C Linezolid (Lzd

utama lainnya
Clofazimin (Cfz)

Pengelompokan OAT Lini Kedua


GRUP Jenis Obat

Pirazinamid (Z)

D1 Etambutol (E)

INH dosis tinggi (Hh)

Bedaquilin (Bdq)

D2
Delamanid (Dlm)
Grup D
PAS

Imipenam-cilastatin (Ipm)

D3 Meropenam (Mpm)

Amoxicilin-clav (Amx-Clv)

Thioacetazone (T)

Pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat


Penetapan mulai terapi serta perubahan dosis dan
frekuensi pengobatan OAT MDR diputuskan oleh
dokter dan atau Tim Ahli Klinis (TAK) yang sudah dilatih
Tidak ada kriteria klinis tertentu yang menyebabkan
pasien TB RO harus diekslusi dari pengobatan
Kondisi khusus yang harus mendapatkan perhatian
adalah komorbid seperti gangguan ginjal, hati,
psikosis, hamil dll
Panduan Terapi TB RO
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka panjang (konvensional) 20-26 bulan
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka pendek (STR) 9-11 bulan
Panduan pengobatan TB RO Individualized
Panduan Terapi TB RO
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka panjang (konvensional) 20-26 bulan
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka pendek (STR) 9-11 bulan
Panduan pengobatan TB RO Individualized
Panduan Terapi TB RO Standar Jangka Panjang
Istilah lainnya longer MDR-TB regimen
WHO pada tahun 2011 merekomendasikan panduan
terapi ini dengan fase intensifnya 8 bulan dan durasi
total terapi minimal 20 bulan
Panduan menggunakan setidaknya 5 macam obat
termasuk obat suntik selama fase intensif 8 bulan
antara lain Kanamisin (Km), Levofloxacin (Lfx),
Etionamid (Eto), Sikloserin (Cs) dan Pirazinamid (Z)
Panduan Terapi TB RO Standar Jangka Panjang
Km-Lfx-Eto-Cs-Z-(E)-(H) / Lfx-Eto-Cs-Z-(E)-(H)
Kanamisin Levofloxacin Etionamid Sikloserin Pirazinamid Etambutol INH

Tahap awal - Tahap pengobatan dengan obat oral dan obat


suntik lini kedua. Suntikan 5 kali seminggu (Senin-Jumat).
Obat peroral 7 kali seminggu (Senin-Minggu)
Tahap lanjutan - Tahap pengobatan tanpa suntik. Obat
peroral 7 kali seminggu (Senin-Minggu)
Lama pengobatan total - 18 bulan setelah konversi biakan
(minimal 20 bulan)
Lama pengobatan tahap awal adalah 4 bulan setelah
konversi biakan dan sekurang kurangnya 8 bulan
Panduan Terapi TB RO
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka panjang (konvensional) 20-26 bulan
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka pendek (STR) 9-11 bulan
Panduan pengobatan TB RO Individualized
Panduan Terapi TB RO Standar Jangka Pendek
Istilah lainnya Short Term Regimen (STR)
WHO pada Mei tahun 2016 merekomendasikan panduan STR
dengan jangka 9-11 bulan pengobatan
Rekomendasi ini berdasarkan hasil kajian studi observasional
di Asia dan Afrika yg menunjukan STR lebih baik dari longer
Penelitian STREAM (Standard Treatment Regiment of Anti-
Tuberculosis drugs for patients with MDR-TB) yang baru saja
dipublikasikan Mei 2019 menyatakan STR tidak lebih inferior
dibandingkan longer
Panduan Terapi TB RO Standar Jangka Pendek
Panduan standar jangka pendek ini memiliki
potensi untuk mengurangi epidemi TB RO.
Panduan ini selain berdurasi lebih pendek, juga
lebih murah dari segi pembiayaan dan lebih
dapat ditoleransi oleh pasien sehingga
diharapkan dapat meningkatkan jumlah pasien
TB RO yang diobati dan memperbaiki kepatuhan
pasien bila diberikan pada pasien yang tepat
Ada syaratnya untuk dapat STR
Kriteria pengobatan TB RO Standar Jangka Pendek
1) Tidak ada bukti resistan floroquinolon/obat injeksi lini kedua
2) Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
3) Tidak pernah mendapatkan OAT lini kedua selama > 1 bulan
4) Tidak terdapat intoleransi terhadap obat STR
5) Tidak sedang hamil
6) Bukan kasus TB ekstraparu berat
7) Tidak ada resiko unfavourable outcome (hasil yang tidak
diharapkan)(Qtc>500)(SGOTSGPT>5xULN)(CC<30)(TB berat)
Panduan Terapi TB RO Standar Jangka Pendek
4-6Km-Mfx-Eto-Cfz-H-Z-E / 5Mfx-Cfz-Z-E
Kanamisin Moxifloxacin Etionamid Clofazimin INH PZA E

Tahap awal - Tahap pengobatan dengan obat oral dan obat


suntik lini kedua. Suntikan 7 kali seminggu (Senin-Minggu).
Obat peroral 7 kali seminggu (Senin-Minggu)
Tahap lanjutan - Tahap pengobatan tanpa suntik. Obat
peroral 7 kali seminggu (Senin-Minggu)
Lama pengobatan total - minimal 9 bulan
Lama pengobatan tahap awal adalah 4 bulan
Lama pengobatan tahap lanjutan adalah 5 bulan
Dosis Obat Terapi TB RO Standar Jangka Pendek
4-6Km-Mfx-Eto-Cfz-H-Z-E / 5Mfx-Cfz-Z-E
Kanamisin Moxifloxacin Etionamid Clofazimin INH PZA E
Contoh kasus Terapi TB RO Standar Jangka Pendek
4-6Km-Mfx-Eto-Cfz-H-Z-E / 5Mfx-Cfz-Z-E
Seorang pria 24 tahun, menderita TB paru kasus MDR.
Setelah dilakukan baseline data, diputuskan dalam rapat
TAK pasien akan mendapatkan regimen STR.
Berat badan pasien 60 kg. BTA (+3)
Maka pada tahap awal pasien akan disuntik IM Kanamisin
(Km) setiap hari sebesar 750 mg, mendapatkan obat peroral
Moxifloxacin (Mfx) 800 mg, Etionamid (Eto) 750 mg,
Clofazimin (Cfz) 100 mg, INH 600 mg, PZA 2000 mg dan
Etambutol 1000 mg
Panduan Terapi TB RO Standar Jangka Pendek
Panduan standar
jangka pendek
Belum konversi Teruskan tahap
pada bulan 4 awal sampai
bulan 6
Tidak konversi
sampai bulan 6
Pasien dinyatakan
gagal panduan jangka
pendek
Pasien dirujuk untuk
panduan individual
Panduan Terapi TB RO
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka panjang (konvensional) 20-26 bulan
Panduan pengobatan TB RO Standar
Jangka pendek (STR) 9-11 bulan
Panduan pengobatan TB RO Individualized
Panduan Terapi TB RO Individual
Paduan pengobatan individual terdiri dari setidaknya lima (5)
obat efektif: 4 obat inti lini kedua ditambah Pirazinamid (Z)
Yang dimaksud dengan obat efektif adalah:
Terbukti sensitif berdasarkan hasil uji kepekaan atau
diperkirakan masih sensitif
Tidak ada resistansi silang pada golongan yang sama
Tidak ada riwayat pemakaian obat >1 bulan
1. Pilih 1 obat golongan fluorokuinolon (Grup A) Lfx
Mfx Cara memilih Panduan Individual
2. Pilih 1 obat suntik lini kedua (Grup B) Km
Cm
▪ Obat injeksi Km tidak diberikan pada pasien sensory neural hearing loss (SNHL).

OAT utama lini kedua lainnya (Grup C) Eto (Pto)


3. Lzd
Cfz
Cs
▪ Obat grup C ditambahkan sampai obat pada paduan memenuhi 5 obat efektif.

4. OAT lini pertama (Grup D1) Z


E
H
▪ Pirazinamid rutin diberikan pd semua paduan pengobatan. Bila Z ntoleran dan tidak bisa diberikan maka
ditambahkan satu obat efektif bisa dari grup C, D2 atau D3 menggantikan pirazinamid.
▪ Etambutol diberikan untuk memperkuat paduan apabila masih sensitif.
▪ INH diberikan bila terbukti tidak resistan dan jumlah obat dalam paduan belum memenuhi 5 obat efektif.
5. Pilih 1 obat baru (grup D2) Bdq
Dlm
6. Obat tambahan (Grup D3) PAS
▪ Tambahkan obat dari kelompok ini bila paduan belum memiliki minimal 5 obat efektif. Saat ini, obat yang
tersedia hanya PAS.
Dosis Obat Panduan Terapi TB RO Individual
Panduan Terapi TB RO Individual
Perbandingan panduan Terapi TB RO

Regimen Jangka Pendek Regimen Janga Panjang

Lama terapi > Singkat > Lama


Biaya < Rendah > Tinggi
Efektivitas Sebanding Sebanding
Efek samping berat Sama Sama
Gangguan konduksi jantung Lebih Kurang

Digunakan untuk RR/ MDR RR/MDR/Pre-XDR/XDR


Perbandingan panduan Terapi TB RO
Regimen Jangka Regimen Janga
Pendek Panjang
Lama terapi > Singkat > Lama
Biaya < Rendah > Tinggi
Efektivitas Sebanding Sebanding

Efek samping berat Sama Sama


Gangguan konduksi Lebih Kurang
jantung
Digunakan untuk RR/ MDR Pre-XDR
XDR
Efek samping pengobatan TB RO
Efek samping lebih banyak
dibandingkan OATLima efek samping tersering berdasarkan penelitian di
lini pertama
5 tempat yang mengobati TB RO di tahun 2004
Efek samping dibagi menjadi
1) Mual muntah 32%
ringan, sedang dan berat
2) Diare 21%
Efek samping OAT3) Artralgia 16%
4) Pusing/vertigo 14%
berhubungan dengan dosis
5) Gangguan pendengaran 12%
Tatalaksana efek samping
(Nathanson et al, 2004. IJTLD;8(11):1382-4)
ringan sedang bisa di
fasyankes satelit TB RO
Take home Message
Tuberkulosis Resistan Obat adalah fenomena buatan
manusia. Ada peran serta petugas kesehatan dalam
kejadian TB RO, diantaranya pemberian OAT yang tidak
tepat panduannya atau dosisnya, serta kurangnya
edukasi tentang pengobatan tersebut
Pengobatan TB RO memerlukan perhatian lebih banyak
daripada TB SO, pengobatannya lebih sulit dengan
angka kegagalan terapi dan kematian yang tinggi
TERIMAKASIH ATAS ATENSINYA
TIDAK AKAN BERKURANG ILMU DIBAGI

Anda mungkin juga menyukai