Anda di halaman 1dari 24

Diskusi Topik:Tuberkulosis

Sekar Fatmadyani T
Stase Ilmu Kedokteran Komunitas
Puskesmas Kampung Dalam
Pontianak
2017
Tuberkulosis

penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium tuberculosis)  serang paru dan organ lain

Pasien TB  keluarkan kuman TB dalam bentuk droplet


infeksius ke udara saat batuk (sekitar 3.000 droplet) dan
bersin (sekitar 1 juta droplet).

Pasien TB yang tidak diobati maka setelah 5 tahun 50%


meninggal, 30% akan sembuh sendiri dengan daya tahan
tubuh yang tinggi, 20% menjadi kasus kronik yang tetap
menular.

Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV. Jakarta: Kemenkes RI; 2012
Cara penularan
• Sumber penularan  BTA positif melalui droplet.
• BTA negatif  mungkin menularkan TB (∑ kuman
dalam contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak).
• Tingkat penularan pasien TB BTA positif 65%, BTA
negatif dg hasil kultur positif 26%, TB dg hasil
kultur negatif dan foto Toraks positif adalah
17%.
• Batuk atau bersin kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk  sekitar
3000 percikan dahak.

kemenkes RI. Pedoman Nasional Penegndalian Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI; 2014
Epidemiologi
2012
• 8,6 juta kasus (1,1 juta diantaranya pasien TB
dg HIV positif)
• 450.000 TB MDR 170.000 meninggal
• 6% atau 530.000 kasus TB anak/tahun
• kematian anak (HIV negatif) yang menderita
TB mencapai 74.000 kematian/tahun (8%)

kemenkes RI. Pedoman Nasional Penegndalian Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI; 2014
Patogenesis
• Seseorang akan terinfeksi kuman TB jika ia menghirup
droplet yang mengandung kuman TB yang masih hidup
dan kuman tersebut mencapai alveoli paru. Sekali
kuman tersebut mencapai paru maka kuman ini akan
ditangkap oleh makrofag dan selanjutnya dapat
tersebar ke seluruh tubuh.
• Orang yang terinfeksi kuman TB dapat menjadi sakit TB
bila kondisi daya tahan tubuhnya menurun. Sebagian
dari kuman TB akan tetap tinggal dormant dan tetap
hidup sampai bertahun-tahun dalam tubuh manusia.
Hal ini dikenal sebagai infeksi TB laten

Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV. Jakarta: Kemenkes RI; 2012
Klasifikasi
Anatomi Paru dan ekstra paru

Riw. Pengobatan

Pasien diobati kembali


Pasien baru TB Pasien kambuh
setelah gagal
Pasien yang diobati kembali Riw. pengobatan sebelumnya
setelah putus berobat tidak diketahui.
uji kepekaan obat

Mono resistan Poli resistan Multi drug resistan

Extensive drug resistan Resistan Rifampisin

Status HIV HIV positif dan HIV negatif


Diagnosis
Gejala Klinis

Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, hemoptisis)


dan/atau Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan,
penurunan berat badan, keringat malam dan mudah lelah).

Pem. Fisik

Tergantung luas kelainan struktur paru. Awal perkembangan


penyakit sulit menemukan kelainan. Pada auskultasi terdengar
suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas
melemah di apex paru, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma dan mediastinum.
Pem. Penunjang

1. Darah: limfositosis/monositosis, LED


↑, Hb ↓.
2. Pem. mikroskopis kuman TB atau
kultur kuman dari spesimen
sputum/dahak S-P-S
3. TB non paru, spesimen diambil dari
bilas lambung, cairan serebrospinal,
cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
4. Radiologi dengan foto toraks PA-
Lateral/ top lordotik.
5. Umumnya di apeks paru terdapat
gambaran bercak-bercak awan dengan
batas yang tidak jelas atau bila dengan
batas jelas membentuk tuberkuloma.
Gambaran lain yang dapat menyertai
yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin
berdinding tipis), pleuritis (penebalan
pleura), efusi pleura (sudut
kostrofrenikus tumpul).
Alur diagnosis
TB dewasa

kemenkes RI. Pedoman Nasional Penegndalian


Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI; 2014
Diagnosis TB ekstra paru
• Gejala dan keluhan tergantung organ yang
terkena (kaku kuduk pada meningitis TB)
• Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru
ditegakkan dengan pem. klinis, bakteriologis
dan atau histopatologi dari contoh uji organ
yang terkena

kemenkes RI. Pedoman Nasional Penegndalian Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI; 2014
Tatalaksana
untuk pasien baru:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Tatalaksana ES OAT
TB anak
Epidemiologi
TB anak (%)
10
9
8
7
6
5
4 TB anak (%)
3
2
1
0
2010 (9,4) 2011 (8,5) 2012 (8,2) 2013 (7,9) 2014 2015 (9)
(7,16)

Kemenkes RI. Petunujuk Teknis dan Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2016
Patogenesis
• Paru  port d’entree >98% infeksi TB. Kuman TB ukurannya
sangat kecil (<5 µm), terhirup dan dapat mencapai alveolus.
• Sebagian kasus, kuman TB dihancurkan seluruhnya o/
mekanisme imunologis nonspesifik tidak terjadi respons
imunologis spesifik.
• Tetapi kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan
makrofag alveolus memfagosit kuman TB yang sebagian besar
dihancurkan. Tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak
dihancurkan terus berkembang biak dalam makrofag lisis
makrofag.
• Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut,
yang dinamakan fokus primer Ghon.

kemenkes RI. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2013
• Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui
saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar
limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus
primer inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.
• fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar
limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus
(perihiler), sedangkan jika fokus primer terletak di apeks
paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal.
• Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan
limfadenitis dinamakan kompleks primer (primary
complex).
kemenkes RI. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2013
Diagnosis
TB Anak

Kemenkes RI. Petunujuk Teknis dan Manajemen dan


Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2016
Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Tata Laksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV. Jakarta: Kemenkes RI; 2012
Tatalaksana TB Anak

Kemenkes RI. Petunujuk Teknis dan Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2016
Kemenkes RI. Petunujuk Teknis dan Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Kemenkes RI; 2016
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai