Anda di halaman 1dari 388

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE

PADA IBU R USIA 30 TAHUN GIIIP2002 DENGAN KEK DAN ANEMIA RINGAN

DI KLINIK AMINAH AMIN RIANTA 1 SAMARINDA

Disusun Oleh :

Cindy Elfira

NIM. P07224317010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN 2020/ 2021


ii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Cindy Elfira

NIM : P07224317010

Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan

Angkatan : 2017

menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


dan penyusunan laoran saya yang berjudul :

Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu R di Klinik Aminah


Amin Rianta 1 Samarinda Tahun 2020/ 2021.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, Maret 2021

Cindy Elfira

NIM. P07224317010

iii
RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri
Nama : Cindy Elfira
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Redeb, 11 Maret 1999
Alamat : Jl. Pramuka 5A No. 143, Kelurahan Sempaja Selatan,
Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda,
Kalimantan Timur
Status Keluarga : Belum Menikah
Alamat Institusi : Jl. Wolter Monginsidi No.38
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 009 Tanjung Redeb, lulus tahun 2011
2. SMP Negeri 9 Berau, lulus tahun 2014
3. SMAN 1 Berau, lulus tahun 2017
4. Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat
limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Continuity of
Care (COC) pada Ibu R usia 30 Tahun GIIIP2002 di Klinik Aminah Amin Rianta 1
Samarinda”.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan
laporan ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam
bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Syamsiah S. Tr. Keb selaku pembimbing institusi
2. Hj. Siti Aminah, SST selaku pembimbing lahan praktik
3. Kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik itu moril
maupun materil serta selalu mendoakan penulis dalam menjalankan
pendidikan
4. Rekan mahasiswi kebidanan Poltekkes Samarinda atas motivasi serta saran
dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
Akhir kata dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah
diri, semoga laporan Asuhan Kebidanan Continuity of Care ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT memberi
berkahnya bagi kita semua.

Samarinda, Maret 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN iii

RIWAYAT HIDUP iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 4
D. Manfaat 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Komprehensif 6


1. Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis Trimester III 6
2. Konsep Dasar Teori KEK 26
3. Konsep Dasar Teori Anemia 32
4. Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis 40
5. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir Fisiologis 53
6. Konsep Dasar Teori Nifas Fisiologis 63
7. Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana 73
8. Konsep Dasar Teori KB MAL 82
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan 85
1. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Trimester III dengan KEK 85
2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Trimester III dengan Anemia Ringan 109
3. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Bersalin Normal 120
4. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Bayi
Baru Lahir Normal 149

vi
5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Normal 161
6. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus
Normal 172
7. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana 184

BAB III TINJAUAN KASUS 194

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal 208


B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal Fisiologis 219
C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis 229
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Postnatal Fisiologis 234
E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus Fisiologis 249
F. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Akseptor
Kontrasepsi MAL 258

BAB IV PEMBAHASAN 262

BAB V PENUTUP 273

A. Kesimpulan 273
B. Saran 273

DAFTAR PUSTAKA 275

LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Acara Penyuluhan


Lampiran 2. Leaflet
Lampiran 3. Lembar Skor Poedji Rochjati
Lampiran 4. Lembar Partograf
Lampiran 5. Informed Consent
Lampiran 6. Lembar Kegiatan Supervisi
Lampiran 7. Dokumentasi

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan
anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh proses kehamilan,
persalinan, nifas, neonatus dan juga pada saat pemakaian alat kontrasepsi.
Proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan
datang. Pelayanan kesehatan maternal neonatal merupakan salah satu unsur
penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Kontinuitas perawatan ibu dan
anak berakar dari kemitraan klien dan bidan dalam jangka panjang dimana
bidan mengetahui riwayat klien dari pengalaman dan hasil penelusuran
informasi sehingga dapat mengambil suatu tindakan (Estiningtyas, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian ibu (AKI)
sebesar 527.000 dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 10.000.000 jiwa
pada tahun 2016. Pada tahun 2014 jumlah AKI di Indonesia merupakan yang
tertinggi di ASEAN (Association Southeast Asian Nations) yaitu sebesar 214
per 100.000 kelahiran hidup, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
Negara ASEAN lainnya, seperti di Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup,
Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran
hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup dan Malaysia 39 per 100.000
kelahiran hidup (WHO, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator yang langsung berhubungan dengan
keberhasilan fasilitas pelayanan kesehatan. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) masih menjadi masalah besar di Negara Indonesia. Jumlah AKI di
Indonesia dari bulan januari sampai september tahun 2016 sebesar 401 per
100.000 jiwa pertahun. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan target AKI di
Indonesia pada tahun 2015, sebesar 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya AKI (angka kematian ibu) di Indonesia disebabkan oleh berbagai
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yang utama adalah

1
2

28% perdarahan, 24% eklampsia, 11% Infeksi, 5% abortus, 5% persalinan


lama, 3% emboli ketuban, 8% komplikasi masa puerperium, 11 % lain-lain
(Widowati, 2011). Kematian ibu sebagian besar dipengaruhi oleh kurangnya
cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 merupakan jumlah ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali ke petugas kesehatan
(Prawirohardjo, 2011).
Berdasarkan hasil sementara survey penduduk antar sensus (SUPAS)
tahun 2016 AKB di Indonesia mencapai 26 per 1000 kelahiran hidup.
Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebagian besar
disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan
transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus
risiko tinggi.
Dinas Kesehatan Kota Samarinda tahun (2020) menunjukkan jumlah
kematian ibu di kota Samarinda yakni 70 per 100.000 kelahiran hidup dan
jumlah kematian bayi 35 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data tersebut, AKI dan AKB di Kota Samarinda pada tahun
2020 dapat menjadi pemicu untuk lebih meningkatnya program-program
kesehatan yang sudah dijalankan baik itu secara promotif maupun preventif.
Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai
ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan
AKI dan AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil melakukan
procedural klinis dengan kemampuan analisis, kritis dan tepat dalam
penatalaksanaan asuhan pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan
normal dan fisiologis sangat menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan bayi
oleh karena wewenang dan tanggung jawab profesionalnya sangat berbeda
dengan tenaga kesehatan lain (Kepmenkes RI, 2010).
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu dan untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan anak dengan meningkatkan mutu pelayanan dan
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil dari Antenatal Care,
3

Intranatal Care, Postnatal Care sehingga seorang ibu mampu serta sadar
menjaga kesehatan dirinya dan keluarga (Kepmenkes RI, 2010).
COC adalah suatu proses dimana pasien dan tenaga kesehatan yang
kooperatif terlibat dalam management pelayanan kesehatan secara terus
menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis
yang efekfif (adnani, 2011). Layanan kebidanan harus disediakan mulai
prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan
melahirkan sampai enam minggu pertama postpartum (Pratami, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif atau secara berkelanjutan
Continuity of Care (COC) pada Ibu R agar dapat menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan pada Ibu R di Klinik
Aminah Amin Rianta 1
2. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan persalinan pada Ibu R di Klinik
Aminah Amin Rianta 1
3. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ibu R di
Klinik Aminah Amin Rianta 1
4. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa nifas Ibu R di Klinik
Aminah Amin Rianta 1
5. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan pada neonatus Ibu R
di Klinik Aminah Amin Rianta 1
6. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ibu
R di Klinik Aminah Amin Rianta 1
7. Bagaimana pembahasan kesenjangan antara teori dan praktek pada Ibu R di
Klinik Aminah Amin Rianta 1
4

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan Continuity of Care (COC) pada Ny.R
mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
b. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif atau Continuity of
Care (COC) penulis mampu :
a) Melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ibu R melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney
b) Melakukan asuhan kebidanan pada persalinan melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney
c) Melakukan asuhan kebidanan pada BBL melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney
d) Melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney
e) Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney
f) Melakukan asuhan kebidanan pada pelayanan kontrasepsi melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney
g) Membuat pembahasan kesenjangan antara teori dan praktik dalam asuhan
kebidanan

4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap dapat memberikan ilmu pengetahuan terutama ilmu
yang dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu kebidanan pada
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan
kontrasepsi, serta dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu
kebidanan sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan dan evidence
based dalam praktik asuhan kebidanan.
5

2. Manfaat Praktik
a) Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengaplikasikan langsung ilmu yang dipelajari
selama kuliah.
b) Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat menambah wawasan klien dan keluarga mengenai
kehamilan, persalinan hingga pelayanan kontrasepsi dan pengalaman
mengenai pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif yang
diberikan dan dapat menerapkan didalam keluarga.
c) Bagi Profesi
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara komprehensif
sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan.
d) Bagi Lahan Praktik
Dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif sehingga
terciptanya peningkatan mutu pelayanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Komprehensif


1. Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis Trimester III
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses dan mulainya ovulasi sampai partus yaitu
kira-kira 280 hari (40 minggu) juga disebut kehamilan mature (cukup
bulan) lebih dari 43 minggu disebut postmature dan kehamilan antara 28
minggu sampai 36 minggu disebut kehamilan premature (Prawirohardjo,
2009).
Trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung
pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu), trimester kedua pada
minggu ke-13 hingga minggu ke-27 (15 minggu) dan trimester ketiga
pada minggu ke-28 minggu hingga ke-42 minggu (13 minggu)
(Manuaba, 2010).
Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40
minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada
kehadiran bayi, sehingga disebut juga sebagai periode penantian (Vivian,
2011:118).

b. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III


1) Payudara
Kadar hormon luteal dan plasenta meningkatkan proliferasi duktus
laktiferus dan jaringan lobulus-alveolar sehingga pada palpasi
payudara teraba penyebaran nodul kasar. Peningkatan jaringan
galdular menggagntikan jaringan ikat, akibatnya jaringan menajdi
lebih lunak dan lebih jarang (Bobak, 2010).

6
7

2) Kardiovaskules/Hemodinamik
Denyut nadi meningkat ± 15 x/menit dan menetap hingga aterm
(Bobak, 2010). Volume darah ibu meningkat dengan kecepatan yang
lebih pelan dibanding pada trimester II untuk mencapai kondisi plat
(UNPAD, 2010).
3) Ginjal
Filtrasi glomerulus meningkat hingga usia aterm sedangkan aliran
plasma ginjal menurun pada trimester ini (UNPAD, 2010). Ginjal
mengalami peningkatan ukuran dan pelebaran kaliks dan pelvis ginjal
serta ureter yang meningkatkan resiko infeksi (Varney, 2010).
4) Paru- Paru
Perubahan pulmonal dipengaruhi oleh hormonal dan mekanis.
Perubahan mekanis meilputi elevasi posisi istirahat ± 4 cm,
peningkatan 2 cm pada diameter transversal saat sudut subkostal dan
iga bagian bawah melebar, serta lingkar toraks membesar ± 6 cm.
Perubahan ini disebabkan oleh tekanan ke atas akibat pembesaran
uterus (Varney, 2010). Meskipus fungsi paru tidak berubah selama
kehamilan namun penyakit pernafasan dapat diperburuk (UNPAD,
2010).
5) Pencernaan
Estrogen menyebabkan peningkatan aliran darah ke mulut sehingga
gusi menjadi rapuh dan dapat menimbulkan gingivitis. Saliva menjadi
lebih asam (Varney, 2010). Tonus sfingter esophagus bagian bawah
melemah menyebabkan relaksasi otot polos dibawah pengaruh
progesteron. Pergeseran diafragma dan penekanan akibat pembesaran
uterus yang diperburuk oleh hilangnya tonus sfingter ani
menyebabkan refluks dan nyeri ulu hati. Kerja progesteron pada otot
polos menyebabkan hipotonus yang disertai motilitas dan waktu
pengosongan yang memanjang. Efek progesteron menjadi lebih jelas
seiring kemajuan persalinan. Pada usus halus berefek memperpanjang
absorbsi nutrisi, mineral, dan obat. Pada usus besar menyebabkan
8

konstipasi karena waktu transit yang melambat membuang air


semakin banyak diabsorpsi dan menyebabkan peningkatan flatulen
karena usus mengalami pergeseran akibat pembesaran uterus. Usus
buntu dan hati juga bergeser karena pembesaran uterus (Varney,
2010).

c. Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III


Menurut Romauli (2011:149) Ketidaknyamanan ibu hamil pada
Trimester III, adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan Frekuensi Berkemih
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu
atas panggul, keluhan itu akan kembali (Prawiohardjo, 2011).
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil trimester III
dengan keluhan sering kencing yaitu KIE tentang penyebab sering
kencing, kosongkan kandung kemih ketika ada dorongan, perbanyak
minum pada siang hari dan kurangi minum di malam hari jika
mengganggu tidur, hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis,
berbaring miring kiri saat tidur untuk meningkatkan diuresis dan tidak
perlu menggunakan obat farmakologis (Hani, 2011 : 59).
2) Leukorea
Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar dengan
konsistensi kental atau cair bersifat asam akibat pengubahan sejumlah
besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil
doderlein. Upaya mengatasinya adalah dengan memperhatikan
kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti panty berbahan
katun dengan sering. Sebaiknya tidak melakukan douch atau
menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan genetalia (Varney,
2010).
3) Pegal Pada Perut Bagian Bawah
Terjadi pada lumbosakral yang biasanya meningkat seiring
pertambahan usia kehamilan karena disebabkan pergeseran pusat
9

gravitasi wanita dan postur tubuhnya. Peningkatan lordosis yang


kurang diperhatikan menyebabkan otot punggung meregang dan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri (Varney, 2010).
Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain:
a) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan
tanpa istirahat
b) Gunakan sepatu bertumit rendah
c) Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong penyokong
abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset maternal atau belly
band yang elastik)
d) Pijatan/usapan pada punggung
e) Untuk istirahat atau tidur; gunakan kasur yang menyokong atau
gunakan bantal dibawah punggung untuk meluruskan punggung
dan meringankan tarikan dan regangan.
4) Konstipasi
Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi. Rahim yang
semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah
sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan
otot dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone
(Romauli, 2011).
Perencanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan keluhan
konstipasi adalah tingkatkan intake cairan minimum 8 gelas air putih
setiap hari dan serat dalam diet misalnya buah, sayuran dan minum air
hangat, istirahat yang cukup, melakukan olahraga ringan ataupun
senam hamil, buang air besar secara teratus dan segera setelah ada
dorongan (Hani, 2011 : 55).
5) Terasa Ada Gas Dalam Perut Dan Kembung (Flatulen)
Terjadi akibat peningkatan progesterone yang merelaksasi otot
halus dan akibat pergeseran serta penekanan usus halus karena
pembesaran uterus pada kehamilan yang lanjut (Varney, 2010).
10

Untuk mengurangi flatulen adalah dengan pola defekasi yang


teratur serta menghindari makanan yang mengandung gas (Varney,
2010).
6) Sakit Kepala
Umumnya terjadi pada kehamilan muda dan akan berkurang atau
menghilang pada pertengahan kehamilan (Varney, 2010).
7) Tersumbatnya Saluran Hidung
Disebabkan kadar esterogen yang meningkatkan aliran darah ke
membran selaput lendir hidung sehingga selaput menjadi lebih lembut
dan membengkak. Atasi dengan mengkonsumsi cukup cairan dan
vitamin C 250 mg.
8) Kram Kaki
Kram kaki diperkirakan karena asupan kalsium atau
ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor tubuh. Salah satu dugaan
lain ialah uterus yang membesar memberi tekanan pada pembuluh
darah panggul sehingga menggangu sirkulasi (Varney, 2010).
Dapat diatasi dengan meluruskan kaki yang kram dan menekan
tumit,mempertahankan postur tubuh yang baik, anjurkan diet kalsium
dan fosfor, serta melakukan elevasi kaki secara teratur (Varney, 2010).
9) Sakit Punggung
Tekanan rahim yang membesar menyebabkan saraf pinggul terasa
linu sehingga pinggang, bokong dan tungkai terasa sakit (Varney,
2010).
Istirahat dan kompres air hangat akan membantu mengurangi sakit
punggung (Varney, 2010).
10) Varices Vagina dan Kaki
Varices diakibatkan gangguan sirkulasi vena dan peningkatan
tekanan vena pada ekstremitas bawah. Perubahan ini diakibatkan
penekanan uterus yang membesar. Biasa terdapat pada kaki atau vulva
(Varney, 2010).
11

Dapat diatasi dengan hindari pakaian yang ketat,hindari berdiri


lama, naikkan kaki ke atas, silangkan tungkai saat duduk, pertahankan
postur tubuh, mandi air hangat dan lakukan latihan yang membantu
sirkulasi (Varney, 2010).
11) Edema Dependen
Terjadi pada kaki akibat tekanan uterus yang membesar pada vena
panggul saat duduk atau telentang. Hal ini berbeda dengan edema
karena pre-eklampsi (Varney, 2010). Adapun cara penangaannya
adalah hindari menggunakan pakaian ketat, elevasi kaki secara teratur
sepanjang hari, posisi menghadap kesamping saat berbaring,
penggunaan penyokong atau korset pada abdomen maternal yang
dapat melonggarkan vena-vena panggul (Putri, 2012).
12) Nafas Pendek
Difragma mengalami elevasi 4 cm sehingga terjadi pelebaran
diameter transversal namun masih kurang untuk mengompensasi
elevasi difragma sehingga mengakibatkan sesak nafas. Tubuh
merespon dengan bernafas cepat (Varney, 2010).
Penanganan dapat dengan mengajarkan untuk berdiri dan
meregangkan lengan di atas kepala, menganjurkan mempertahankan
postur tubuh dan ajarkan pernafasan interkosta (Varney, 2010).
13) Insomnia
Insomnia pada wanita yang hamil maupun tidak dapat disebabkan
oleh kekhawatiran, kecemasan dan terlalu gembira menyambut acara
esok hari. Wanita hamil memiliki tambahan diantaranya uterus yang
membesar, ketidanyamanan selama kehamilan, terutama jika janin
bergerak aktif (Varney, 2010).
Beberapa penanganannya ialah mandi air hangat, minum air hangat
dan ambil posisi relaksasi (Varney, 2010).
14) Kontraksi Braxton Hicks
Kontraksi ini akan melatih rahim untuk bersalin. Kontraksi tidak
terasa sakit, pergerakannya mulai dari atas lalu ke bawah hingga
12

akhirnya memudar dan terjadi selama 30 detik atau 2 menit. Akan


semakin sering dan kuat seiring bertambahnya usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2010).

d. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


Kehamilan Trimester III adalah kehamilan pada usia 29-42
minggu atau 7-10 bulan. Pada umumnya 80-90% kehamilan berlangsung
normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau
berkembang menjadi kehamilan patologis (Prawirohardjo, 2011).
Berikut adalah tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III:
1) Perdarahan Antepartum
2) Sakit Kepala yang Berat
3) Pengelihatan kabur
4) Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
5) Keluar cairan pervaginam
6) Gerakan janin tidak terasa
7) Nyeri perut yang hebat

e. Kebutuhan Fisik Ibu hamil Trimester III


Menurut Romauli (2011:134-160) kebutuhan Fisik Ibu hamil
Trimester III, yaitu sebagai berikut:
1) Kebutuhan Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori
perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu
seimbang).
a) Kalori
Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak. Bahan
makanan yang banyak banyak mengandung hidrat arang adalah
golongan padi-padian (misalnya beras dan jagung), golongan umbi-
umbian (misalnya ubi dan singkong) dan sagu.
13

b) Protein
Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian
tubuh. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil
mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal. Sumber zat
protein yang berkualitas tinggi adalah susu. Sumber lain meliputi
sumber protein hewani (misalnya daging, ikan, unggas, telur dan
kacang) dan sumber protein nabati (misalnya kacang-kacangan
seperti kedelai, kacang tanah, kacang tolo dan tahu tempe).
c) Mineral
Semua mineral dapat terpenuhi dengan makan-makanan sehari-
hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Hanya zat besi
yang tidak bisa terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Untuk
memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai
ferosus, forofumarat atau feroglukonat perhari dan pada kehamilan
kembar atau pada wanita yang sedikit anemia dibutuhkan 60-100
mg/hari. Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum
susu. Satu liter susu sapi mengandung kira-kira 0,9 gram kalsium.
d) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur dan
buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian
asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.
2) Kebutuhan Personal Higiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama
lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia). Kebersihan
gigi dan mulut, perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah
terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu kekurangan kalsium.
3) Kebutuhan Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Tindakan
14

pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi


makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika
lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika
dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika
ibu sudah mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar
agar tidak terjadi konstipasi.
4) Kebutuhan Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya
tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran.
Koitus tidak diperkenankan bila terdapat perdararahan pervaginan,
riwayat abortus berulang, abortus/partus prematurus imminens,
ketuban pecah sebelumnya waktunya.
5) Kebutuhan Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas fisik biasa
selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan untuk
melakukan pekerjaan rumah dengan dan secara berirama dengan
menghindari gerakan menyentak, sehinggga mengurangi
ketegangan pada tubuh dan menghindari kelelahan.
6) Kebutuhan Istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang
teratur karena dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
untuk kepentingan perkembanagan dan pertumbuhan janin. Tidur
pada malam hari selma kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam
keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam.

f. Persiapan Persalinan
Menurut Depkes RI (2011), persiapan persalinan meliputi antara
lain:
1) Tanyakan kepada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalinan.
2) Siapkan tabungan untuk biaya persalinan.
15

3) Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika


sewaktu-waktu diperlukan.
4) Rencana melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan.
5) Rencana ikut KB, tanyakan caranya kepada petugas kesehatan.
6) Siapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika sewaktu-
waktu diperlukan.

g. Pemeriksaan Kehamilan/Antenatal Care (ANC)


1) Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan, nifas dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Prawirohardjo, 2012).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal merupakan upaya
untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus
upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu.
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus
(Depkes RI, 2013).
2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Menyiapkan secara optimal baik fisik maupun mental ibu dan
janin selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga
didapatkan ibu dan janin yang sehat.
16

b) Tujuan Khusus
1. Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.
2. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin.
3. Menurunkan angka kematian morbiditas dan mortalitas ibu dan
anak.
4. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, nifas dan laktasi.
3) Pelayanan Antenal Care
Pelayanan antenatal care (ANC) terpadu adalah pelayanan
antenatal berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil secara
komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif,
sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang meliputi pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi,
Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immunodeficiency
Syndrom (AIDS), tuberkulosis (TB), malaria, penyakit menular
seksual) dengan tujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan
melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
Menurut Badan Litbang Depkes RI (2016), menyatakan bahwa
dalam penerapan praktis asuhan kebidanan pada ibu menggunakan
standar minimal pelayanan antenatal menjadi 14T yang terdiri :
a) Timbang Berat Badan Dan Pengukuran Tinggi Badan
Menurut Kusmiyati (2010), pertambahan berat badan yang
normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh (BMI: Body
Mass Index) dimana metode ini untuk menentukan pertambahan
berat badan yang optimal selama masa kehamilan, karena
merupakan hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total
pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5-16 kg.
17

Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran


normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain >145
cm.
Menurut Depkes RI (2010), mengukur tinggi badan adalah salah
satu deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko, dimana bila tinggi
badan ibu hamil kurang dari 145 cm atau dengan kelainan
bentuk panggul dan tulang belakang.
b) Ukur Tekanan Darah
Prawirohardjo (2012), menjelaskan bahwa, mengukur tekanan
darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring, posisi tetap
sama pada pemeriksaan pertama maupun berikutnya. Letakkan
tensimeter dipermudahkan yang datar setinggi jantungnya.
Gunakan ukuran manset yang sesuai. Tekanan darah diatas 140/90
mmHg atau peningkatan distol 15 mmHg/lebih sebelum kehamilan
20 minggu atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-
turut pada selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu
perlu di rujuk.
c) Pengukuran LiLA
Menurut Kusmiyati (2010), pada ibu hamil pengukuran LILA
merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya Kurang
Energi Kronis (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu
hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin berkurang,
sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi
melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak.
Kurang Energi Kronis (KEK) (ukuran LILA <23.5 cm), yang
menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik
dalam jumlah maupun kualitasnya.
d) Tekan/ Palpasi Payudara (Benjolan), Perawatan Payudara,
Senam Payudara, Tekan Titik (Accu Pressure) Peningkatan ASI.
18

Perawatan payudara adalah suatu tata laksana yang


menyangkut laktasi dan kelancaran ASI, yang menuju
keberhasilan menyusui untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan
bayinya. Perawatan payudara selama kehamilan bertujuan untuk
memelihara kebersihan payudara, melenturkan dan menguatkan
puting susu yang tertarik kedalam, mempersiapkan produksi
ASI. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan selama masa
kehamilan yaitu usia kehamilan setelah delapan bulan (Trimester
III) dan bukan sesudah persalinan. Adanya informasi yang benar
dan lengkap tentang perawatan payudara akan memudahkan
para ibu untuk menyusui anaknya dan diharapkan ASI akan
segera keluar setelah melahirkan.
e) Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan tuanya kehamilan
dan berat badan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi
fundus uteri yang dapat dihitung dari tanggal haid terakhir yang
menggunakan rumus (Mochtar, 2010). Apabila usia kehamilan
dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi
apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai pengukuran mc
Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus memakai cm
dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai
rumusnya (Kusmiyati, 2010).
f) Tentukan Presentasi Janin dan Hitung DJJ
Menurut Setiawan (2011), tujuan pemantauan janin itu adalah
untuk mendeteksi dari dini ada atau tidaknya faktor-faktor resiko
kematian prenatal tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan
pertumbuhan, cacat bawaan dan infeksi). Pemeriksaan denyut
jantung janin adalah satu cara untuk memantau janin.
g) Pemberian Imunisasi Tetanus Difteri (Td) Lengkap
Menurut Prawirohardjo (2014), pemberian imunisasi tetanus
toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja,
19

imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu


untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian, akan tetapi
untuk memaksimalkan perlindungan maka dibentuk program
jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil.

Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Antigen Interval Lama perlindungan % Perlindungan

-
Td 1 Pada kunjungan -
antenatal pertama

4 minggu setelah 3 tahun


Td 2 Td1 80

6 bulan setelah
Td2 5 tahun
Td 3 95

1 tahun setelah
Td3
10 tahun
Td 4 99

1 tahun setelah
25 tahun/seumur
Td 5 Td4 99
hidup

Sumber: (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015).


Vaksin Td diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian
0,5 cc IM (intra muscular) di lengan atas/paha/bokong. Khusus
untuk calon pengantin diberikan imunisasi Td 2X dengan interval
4 minggu. Usahakan Td1 dan Td2 diberikan sebelum menikah
(Salmah, 2011).
h) Pemberian Tablet Besi Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan
Menurut Lubis (2013), pada masa kehamilan volume darah
mengikat seiring kebutuhan zat besi. Suplement zat besi hamil
terbukti membantu mencegah defisiensi zat besi. Kekurangan zat
20

besi bisa mempertinggi resiko komplikasi disaat persalinan dan


resiko melahirkan berat badan rendah dan premature.
Para ahli menganjurkan wanita hamil mengkonsumsi zat 27
mg hari, yaitu 50% diatas kebutuhan normal. Depkes (2011),
mengemukakan bahwa WHO juga menganjurkan pemberian
ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari
bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9% atau kurang dari pada salah
satu kunjungan tingkatan tablet zat besi menjadi 3 kali 1
tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya.
Kebijakan program kesehatan ibu dan anak (KIA) di
Indonesia saat ini menetap :
1. Pemberian tablet Fe (320 mb Fe Sulfat dan 0,5 mg asam
folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet selama 90
hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat
besi selama kehamilan yaitu 100 mg.
2. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat
besi 2-3 kali satu tablet/hari selama 2-3 bulan dan dilakukan
pemantauan Hb (bila masih anemia), pemeriksaan sampel
tinja untuk melihat kemungkinan adanya cacang tambang dan
parasit lainnya, pemeriksaan darah tetapi terhadap parasit
malaria (di daerah endemik). Pada setiap kali kunjungan
mintalah ibu untuk meminum tablet zal besi yang cukup,
hindari minum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan karena
dapat mengganggu penyerapan zat besi (Depkes RI, 2010).
i) Tes Laboratorium
Tes laboratorium terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu:
1. Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu
bila diperlukan.
2. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan
darah (anemia)
3. Tes pemeriksaan urine (protein urine dan reduksi urine)
21

4. Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV, Hepatitis B dan


Sifilis, sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah
endemis.
Depkes RI (2010), mengemukakan bahwa pelayanan
kebidanan-kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui
hubungan seksual. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh
terhadap ibu akan tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau
dilahirkan.
j) Temu Wicara (Konseling dan Pemecahan Masalah)
Setiawan (2011), menyatakan bahwa temu wicara pasti
dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan. Bisa berupa
anamnesa, konsultasi dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi
biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas, biopsikososial dan pengetahuan
klien. Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama
penanganan. Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu
wicara antara lain :
1. Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu
menentukan pilihan yang tepat
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
surat hasil rujukan
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama
kehamilan
5. Memberikan asuhan antenatal
6. Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
7. Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga
tentang rencana proses kelahiran
8. Persiapan dan biaya proses kelahiran
22

k) Tingkat Kebugaran (Senam Hamil)


Senam hamil merupakan suatu bentuk olah raga atau latihan
yang terstruktur. Senam hamil dilakukan selama masa kehamilan
dengan gerakan yang disesuaikan dengan kondisi kehamilan dan
bermanfaat untuk mempersiapkan proses persalinan, memelihara
kesehatan selama kehamilan, mengurangi keluhan yang terjadi
akibat perubahan-perubahan kehamilan serta memberikan
ketenangan (relaksasi) sehingga ibu hamil dapat melakukan
aktivitas tidur dengan nyaman dan durasi tidur yang baik dapat
dicapai.
Tujuan dan manfaat senam hamil adalah: 1) Menjaga kondisi
otot-otot dan persendian, 2) Memperkuat dan mempertahankan
elastisitas otot-otot, ligamen, dan jaringan yang berperan dalam
mekanisme persalinan, serta membentuk sikap tubuh yang
prima, 3) Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis, 4)
Memberikan kenyamanan (relaksasi), 5) Menguasai teknikteknik
pernafasan. Latihan dalam senam hamil terdiri dari pemanasan,
latihan inti, latihan pernafasan dan pendinginan. Gerakan-
gerakan dalam latihan pemanasan bermanfaat untuk
meningkatkan oksigen yang diangkut ke otot dan jaringan tubuh,
memperlancar peredaran darah, serta mengurangi risiko
terjadinya kejang atau luka.
l) Terapi Malaria (Endemic Malaria)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria
juga kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi
disertai menggigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak
atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan
muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia.
m) Terapi Yodium (Endemic Gondok)
Penyakit tiroid adalah kelainan yang mepengaruhi kelenjar
tiroid. Terkadang tubuh memproduksi terlalu banyak hormon
23

tiroid (disebut hipertiroid) atau terlalu sedikit (disebut


hipotiroid). Hormon tiroid mengatur metabolisme dan
memengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh. Hormon tiroid
memainkan peran penting selama kehamilan baik dalam
perkembangan bayi dan dalam menjaga kesehatan ibu.
Kehamilan memiliki efek yang cukup besar pada fungsi tiroid
maternal. Diberikan terapi yodium bertujuan untuk
mengantisipasi terjadinya kekurangan yodium dan mengurangi
terjadinya kekerdilan pada bayi kelak.
n) Tatalaksana Kasus
Menurut Joesrhan (2012), bila dari hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan penyakit, ibu hamil perlu dilakukan
perawatan khusus.
4) Jadwal Kunjungan ANC di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal
minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan
3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1
di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3.
a) ANC ke-1 di Trimester 1 : skrining faktor risiko dilakukan oleh
Dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang
pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal
seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan
skrining. Sebelum ibu melakukan kunjungan antenatal secara tatap
muka, dilakukan janji temu/teleregistrasi dengan skrining
anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/ secara daring untuk
mencari faktor risiko dan gejala COVID-19.
1. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk
dilakukan swab atau jika sulit untuk mengakses RS Rujukan
maka dilakukan Rapid Test. Pemeriksaan skrining faktor
risiko kehamilan dilakukan di RS Rujukan.
24

2. Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining


oleh Dokter di FKTP.
b) ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-4
di Trimester 3, dan ANC ke-6 di Trimester 3 :
Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka
didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining
anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara daring
untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19.
1. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk
dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka
dilakukan Rapid Test.
2. Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan pelayanan
antenatal di FKTP.
c) ANC ke-5 di Trimester 3
Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh Dokter
dengan menerapkan protokol kesehatan. Skrining dilakukan
untuk menetapkan :
1. Faktor risiko persalinan
2. Menentukan tempat persalinan
3. Menentukan apakah diperlukan rujukan terencana atau tidak.
Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan
skrining anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara
daring untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19. Jika
ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab
atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid
Test.
Menurut Kemenkes RI (2017), kunjungan ibu hamil adalah
kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan kehamilan disini dapat
diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
25

atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di


rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dlakukan secara
berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
a) Kunjungan Ibu Hamil yang Pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan dan pelayanan kesehatan trimester I dimana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu, meliputi identitas/biodata,
riwayat kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat kesehatan,
riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan, penyuluhan dan konsultasi.
b) Kunjungan Ibu Hamil yang Keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau
lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemerisaan
kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia
kehamilan >32 minggu, meliputi anamnese, pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan kesehatan, pemeriksaan psikologis,
pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan,
diagnosis akhir (kehamilan normal, terdapat penyakit, terjadi
komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi), sikap dan
rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
26

2. Konsep Dasar Teori KEK


a. Definisi KEK
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm
(Kemenkes RI, 2012).
Ibu hamil dengan kekurangan energi kronis adalah suatu keadaan
dimana seorang ibu hamil mengalami kekurangan energi dan protein
yang terjadi karena konsumsi bahan pangan pokok yang tidak memenuhi
disertai susunan hidangan yang tidak seimbang dan pengabsorbsian
metabolisme zat gizi yang terganggu (Sediaoetomo, 2010).

b. Etiologi
Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dilatar belakangi oleh
kehamilan dengan satu atau lebih keadaan “4 Terlalu” menurut
Prawirohardjo (2014), yaitu :
1) Terlalu muda (usia <20 tahun)
2) Terlalu tua (usia >45 tahun)
3) Terlalu sering (jarak antara kelahira <2 tahun)
4) Terlalu banyak (jumlah anak >3 orang)
Selain itu menurut Rahmaniar (2013) ada pula faktor lainnya yang
dapat menyebabkan KEK, antara lain:
1) Faktor Sosial Ekonomi
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti
semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin
tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasil
27

tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan


lainnya.
b) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena
dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan/
informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
2) Faktor Biologis
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Karena pada ibu yang terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara
janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan
adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan
kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil
akan lebih baik.
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang
dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat
mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka
anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi
anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun (Manuaba, 2010).
c) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (viable). Menurut Mochtar (2011) paritas
diklasifikasikan sebagai berikut:
28

1) Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan


satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas,
tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2) Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau
lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai
batas viabilitas.
3) Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mencapai
batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek dengan
kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun/kehamilan yang
terlalu sering dapat menyebakan gizi kurang karena dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum
kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan.
d) Berat Badan Saat Hamil
Berat badan pada trimester ke-2 dan ke-3 pada ibu hamil dengan
gizi baik dianjurkan 0,4 kg perminggu, sedangkan pada ibu hamil
dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan masing-masing
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg perminggu (Prawirohardjo, 2014).
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan
rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan
jumlah zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya
berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan
selama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi
pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah.

c. Patofisiologi
Kurang energi pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh
akan energi tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi
yang lebih besar dari kebutuhan energi individu normal. Hal ini
dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan
energi untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya.
29

Oleh sebab itu jika pemenuhan kebutuhan energi pada ibu hamil kurang
dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu, tetapi
juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Sehingga jika keadaan ini berlanjut terus menerus, maka
tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan protein amino yang
digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi terutama
energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil (Manuaba, 2010).

d. Manifestasi Klinik
Ibu dengan KEK adalah ibu dengan salah satu tanda atau beberapa
tanda dan gejala menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Edisi 2, (2012) berikut:
1) Lingkar lengan atas sebelah kiri <23,5 cm
2) Berat badan ibu sebelum hamil <42 kg
3) Tinggi badan ibu <145 cm
4) Berat badan ibu pada kehamilan trimester III <45 kg
5) Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil <18,5
6) Ibu menderita anemia (HB <11 gr%)
7) Kurang cekatan dalam bekerja
8) Sering terlihat lemah, letih, lesu dan lunglai
9) Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara premature atau jika
lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya
rendah atau <2.500 gram.

e. Komplikasi
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Edisi 2,
(2012) KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi.
30

Secara garis besar, BBLR dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
maternal dan faktor janin. Faktor maternal yang mempengaruhi kejadian
BBLR adalah usia ibu saat hamil (35 tahun dan jarak persalinan dengan
kehamilan terlalu pendek), keadaan ibu (riwayat BBLR sebelumnya),
bekerja terlalu berat, sosial ekonomi, status gizi (KEK), perokok,
pengguna obat terlarang, alkohol dan ibu dengan masalah kesehatan
(anemia berat, pre eklamsia, infeksi selama kehamilan) sedangkan dari
faktor bayi (cacat bawaan dan infeksi selama dalam kandungan). Usia,
paritas, jarak kehamilan, pendidikan, penambahan berat badan, anemia
dan pre eklamsia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap BBLR
(Sulistyorini, dkk, 2015:1).
KEK selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu
maupun janin. KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh
KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah
persalinan, serta persalinan dengan operasi. KEK ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum, lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR) (Proverawati, dkk, 2010:50).

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ibu hamil dengan KEK menurut Kemenkes RI
(2012), yaitu dengan cara penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dimana PMT yang dimaksudkan adalah berupa
makanan tambahan bukan sebagai pengganti makanan utama sehari hari.
Makanan tambahan pemulihan ibu hamil dengan KEK adalah
makanan bergizi yang diperuntukan bagi ibu hamil sebagai makanan
tambahan untuk pemulihan gizi, mkanan tambahan ibu hamil diutamakan
31

berupa sumber protein hewani maupun nabati misalnya seperti ikan,


telur, daging, ayam, kacang-kacangan dan hasil olahan seperti tempe dan
tahu. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-
turut, berbasis makanan lokal dapat diberikan makanan keluarga atau
makanan kudapan lainnya.
32

3. Konsep Dasar Teori Anemia


A. Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin
dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan
kurang darah, kadar sel darah merah dibawah nilai normal (Rukiyah, Ai Yeyeh,
dkk, 2010).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari
11gr%. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap
keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (Wibisono,
Hermawan, dkk, 2011).
Jadi anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin yang menurun
dibawah batas normal, ini karena penurunan kadar darah dalam membawa
oksigen akibat produksi sel darah merah. Dan ibu hamil didiagnosis anemia jika
kadar hemoglobinya kurang dari 11%.

B. Ciri-Ciri Ibu Hamil Dengan Anemia


Menurut Hermawan Wibisono (2011) ciri- ciri ibu hamil dengan anemia,
yaitu:
Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau
keseluruhan ciri-ciri dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes
kadar Hb dalam darah. Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit
2. Lemah
3. Letih
4. Lesu
5. Nafas terengah- engah
6. Nyeri dada
7. Ikterus
33

C. Macam-Macam Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Arisman (2012) macam- macam anemia pada ibu hamil,
yaitu:
1. Anemia Defisiensi Besi/ Karena Kekurangan Zat Besi
Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas
adalah defisiensi besi dankehilangan darah akut. Tidak jarang
keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran darahyang
berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya
simpanan besi pada suatukehamilan dapat menjadi penyebab penting
anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya.
Pada gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang
dipicu oleh kehamilannya rata-ratamendekati 800 mg; sekitar 500 mg,
bila tersedia, untuk ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar200 mg
atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg
jelas melebihicadangan besi pada sebagian besar wanita. Kecuali
apabila perbedaan antara jumlah cadanganbesi ibu dan kebutuhan besi
selama kehamilan normal yang disebutkan diatas dikompensasi oleh
penyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi besi.
Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama
trimester kedua, maka kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai
penurunan tajam konsentrasi hemoglobin.Walaupun pada trimester
ketiga laju peningkatan volume darah tidak terlalu besar,
kebutuhanakan besi tetap meningkat karena peningkatan massa
hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besi yang sekarang disalurkan
kepada janin. Karena jumlah besi tidak jauh berbeda dari jumlah
yangsecara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan anemia berat
tidak menderita anemia defisiensi besi ( Arisman, 2012).
2. Anemia Karena Perdarahan
Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa
dapat menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau
setelah pelahiran. Pada awal kehamilan, anemia akibat perdarahan
34

sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan


molahidatidosa.
Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan
dan mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah
darah yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin
akibat perdarahan secara tuntas, secara umum apabila hipovolemia
yang berbahaya telah teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang
tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk wanita dengan anemia
sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak
lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan
tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama
setidaknya 3bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan
transfusi darah (Prawirohardjo, 2012 ).
3. Anemia Karena Radang/ Keganasan
Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah
sejak jaman dulu dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai
penyakit terutama infeksi kronik dan neoplasma menyebabkan anemia
derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya dengan eritrosit
yang sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya
tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab,
tetapi terapi anti mikroba telah secara bermakna menurunkan insiden
penyakit-penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan
kemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan
peradangan kronik merupakan penyebab tersering anemia bentuk ini.
Berbagai penyakit kronik dapat menyebabkan anemia selama
dalam masa kehamilan. Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal
kronik, supurasi, penyakit peradangan usus (inflammatory bowel
disease), lupus eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa,
keganasan, dan arthritisremotoid. Anemia biasanya semakin berat
seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa
sel darah merah. Wanita dengan pielonfritis akut berat sering
35

mengalami anemianyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat


meningkatnya destruksi eritosit dengan produksieritropoietin normal
(D.S Soewito M, 2010).
4. Anemia Aplastik Karena Kerusakan Sumsum Tulang
Anemia aplastik adalah suatu penyulit yangparah. Diagnosis
ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai
trombositopenia,leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat
hiposeluler. Pada sekitar sepertigakasus, anemua dipicu oleh obat
atau zat kimia lain, infeksi, radiasim, leukemia, dan
gangguanimunologis.
Penurunan mencolok sel induk yangterikat di sumsum tulang
adalah kelainan fungsional mendasar. Banyak bukti yang menyatakan
bahwa penyakit ini diperantarai olehproses imunologis (Wibisono
Hermawan, 2011). Pada penyakit yang parah, yang didefinisikan
sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang dari 25 persen,
angka kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 persen (Suhemi, 2010).
5. Anemia Hemolitik Karena Usia Sel Darah Merah Yang Pendek
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah
merah yang lebih cepatdari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
a) Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer,
talasemia, anemia selsickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan
paraksismal nokturnal hemoglobinuria
b) Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat
logam, dan dapatbeserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin
dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan kelaina-kelainan gambaran
darah, kelelahan,kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi
kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung pada jenis
anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi
maka infeksinya di berantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan
36

hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita


ini.

6. Anemia Megaloblastik Karena Gangguan Pencernaan


Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin
B12 selama kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan
tubuh menyerap vitamin B12 karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini
adalah suatu penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita
dengankelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih
mungkin dijumapai pada merekayang menjalani reseksi lambung
parsial atau total. Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksiileum, dan
pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus.
Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay.
Selama kehamilan, kadar non hamil karena berkurangnya konsentrasi
protein pengangkut B12 transkobalamin. Wanita yang telah menjalani
gastrektomi total harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin
B12)intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani gastrektomi
parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan
kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk menunda
pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran
bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang
mungkin hamil dan secara bersamaan mengidap anemia pernisiosa
addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak diobati).
7. Anemia Karena Penyakit Keturunan Misalnya Anemia Sel Sabit
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit
keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit
dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, seldarah merah
memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan
menyebabkan bentuk sel menjadi sepertisabit.
37

Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah


terkecil dalam limpa, ginjal,otak, tulang dan organ lainnya; dan
menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel
sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,
menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan
organ dan mungkin kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah
menjadi berbentuk bulansabit, seperti huruf C. Sel darah merah
normal berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih dibagian
tengahnya), sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh
darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh.
Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati
pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit,
karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan
rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.

D. Akibat Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Wibisono Hermawan (2011) akibat anemia pada ibu
hamil, yaitu:
1. Abortus
2. Persalinan preterm/sebelum waktunya
3. Proses persalinan lama
4. Perdarahan setelah persalinan
5. Syok
6. Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
7. Payah jantung
8. Bayi lahir premature
9. Bayi cacat bawaan
10. Kekurangan cadangan besi
11. Kematian janin
12. Kematian ibu
38

E. Penatalaksanaan Dan Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Sodikin (2012) penatalaksanaan dan pencegahan anemia
pada ibu hamil, yaitu:
Penatalaksanaan dan pencegahan yang umum dilakukan adalah
dengan pemberian suplemenzat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari
berturut-turut selama masa kehamilan. Pemeriksaan kadar Hb semua ibu
hamil dilakukan pada kunjungan ANC pertama dan pada minggu ke-28.
Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia berikan tablet Fe 2-3
kali 1 tablet perhari dan disarankan untuk tetap minum tablet zat besi
sampai 4-6 bulan setelah persalinan. Pada ibu hamil trimester 3 dengan
anemia perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM dan disarankan
untuk bersalin di rumah sakit.
Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang (4 sehat 5
sempurna) dan memperbanyak konsumsi makanan-makanan yang kaya
akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam kampung) ataupun
sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur
dan buah organik).
Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang
sangat diperlukan oleh sel-seldarah merah dapat terpenuhi secara
maksimal dan dapat terhindar dari. Periksakan sedini mungkin apabila
terdapat tanda-tanda anemia, agar langkah-langkah antisipasi bisa segera
dilakukan.

F. Cara Meminum Tablet Zat Besi


Menurut Ai Yeyeh Rukiyah (2014) cara meminum tablet zat besi,
yaitu:
3. Sehari minum 1 tablet Fe pada malam hari sebelum tidur untuk
mengurangi rasa mual
39

4. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12,


misalnya dengan jus jeruk atau air lemon untuk membantu proses
penyerapan
5. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu
karena dapat menghambat proses penyerapan.
40

4. Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis


a. Definisi
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal (Mufdillah dkk, 2009). Persalinan adalah suatu proses
terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).

b. Jenis Persalinan
1) Klasifikasi Persalinan menurut bentuk persalinan sebagai berikut:
a) Persalinan Spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
b) Persalinan Bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
dengan forceps atau dilakukan operasi sectio caesar
2) Klasifikasi Persalinan Menurut Berat Janin dan Umur Kehamilan
a) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang dari 22
minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram.
b) Persalinan Immatur
Hasil konsepsi dikeluarkan pada umur kehamilan 22-27 minggu
dengan berat janin 500-999 gram.
c) Persalinan Prematur
Persalinan dengan umur kehamilan 28-36 minggu dengan berat
janin antara 1000-2500 gram.
41

d) Persalinan Aterm
Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu dengan berat janin
diatas 2500 gram.
e) Persalinan Serotinus
Persalinan lebih dari 42 minggu atau persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir.

c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Manuaba (2010) menyatakan bahwa, persalinan
ditentukan oleh 5 faktor “P” utama yaitu:
a) Power (Tenaga atau kekuatan), yaitu his (kontraksi otot rahim),
kontraksi otot dinding perut atau kekuatan meneran, ketegangan
kontraksi ligamentum rotundum.
b) Passenger, yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran / berat janin,
ada/tidak kelainan) dan plasenta.
c) Passage, yaitu keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras
tulang panggul dan bagian lunak yaitu otot-otot jaringan dan ligament-
ligament.
d) Psikologi, yaitu psikis ibu mempengaruhi proses persalinan dimana
psikis sangat mempengaruhi keadaan emosional ibu dalam proses
persalinan.
e) Penolong, yaitu penolong mempengaruhi proses persalinan dimana
persalinan yang ditolong oleh dokter/bidan yang profesional.

d. Sebab- Sebab Mulainya Persalinan


Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara
lain dikemukakan faktor-faktor femoral, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
42

1) Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi


penurunan hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
2) Teori plasenta menjadi tua: akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenter.
4) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks terletak ganglion servikale
(flexsus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan
misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5) Induksi Partus: (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan
dengan jalan:
a) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser
b) Amniotomi: pemecahan ketuban
c) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus

e. Tanda- Tanda Mulainya Persalinan


Sebelum terjadi persalinan beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala
pendahuluan ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak
begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
43

4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-


kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor
pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah
bisa bercampur (bloody show).

f. Tanda-Tanda Masuk Persalinan


1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan
dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

g. Perubahan Psikologi Persalinan


1) Kala I
Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan
terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian
pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan atau perasaan aneh
terhadap tubuh. Sebagian besar wanita mengalami perasaan tidak enak
atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa
pun dalam waktu lama).
Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi; pada tahap aktif, ibu
menjadi serius, diam dan sibuk dengan kontraksi. Seorang wanita
bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan saat
menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan persalinan.
Kesadaran ini kadang disebut “saat menerima kebenaran yang
mencerminkan semacam krisis, dimana ibu menyadari tidak dapat
mengendalikan proses persalinan (Penny, Dkk, 2010: 187-196).
2) Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan sensasi
yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan.
44

Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan salah satu aspek


memuaskan sedangkan untuk yang lainnya merasakan desakan
mengejan dirasa mengganggu dan menyakitkan.
Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I ditandai dengan rasa
nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang, dapat berpikir jernih
kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali orang-
orang disekitarnya.
Selama kala II, ibu bekerja sama dengan persalinannya melalui
gerak menekan secara sadar dan bergerak ke posisi yang membantu
pelahiran (Penny, Dkk, 2010: 204).
3) Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat; kemudian
rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu melanjutkan relaksasi
dan penapasan terpola karena rahim kadang-kadang mengalami kram
yang hebat atau sebaliknya, perhatian ibu tercurah seluruhnya pada
bayi sehingga hampir tidak menyadari terjadinya tahap ketiga ini
(Penny, Dkk, 2010: 211-212).
4) Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan yang
penting dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu akan
merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi dan rasa
terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu. Sebaliknya
ibu membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri terhadap
kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam persalinan, keadaan tidak hamil
dan sudah menjadi seorang ibu (Penny, Dkk, 2010: 215).

h. Perubahan Fisiologi Persalinan


1) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik
rata-rata naik, darah kembali normal pada level sebelum pesalinan.
Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkat tekanan darah).
45

2) Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara
berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot skeletal.
Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.
3) Suhu Tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit
meningkat selama persalinan, terutama selama dan segera setelah
persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,50C sampai dengan 10C.
4) Detak Jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung
secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung
sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
5) Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit terjadi
peningkatan tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
6) Perubahan pada Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan
aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam
persalinan.
7) Perubahan Gastro Intestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial
berkurang banyak sekali selama pesalinan. Selain itu, pengeluaran
getah lambung berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan hampir
berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan
tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa.
Mual dan muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala.
8) Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
46

setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum (Salmah,


2010).

i. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting
untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan
diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter
yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling
besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk
dilahirkan.
1) Diameter Kepala Janin
a) Diameter biparietal yang merupakan diameter melintang terbesar
dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian
(enggagment).
b) Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher
dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang
berpengaruh membentuk presentasi kepala.
c) Diameter oksipitomental yang merupakan diameter terbesar dari
kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk
presentasi dahi.
2) Gerakan Utama Anak dalam Kelahiran
a) Masuknya kepala dalan PAP
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada
primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi
pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila
sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara
symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam
keadaan synclitismus. Pada synclitismus os parietale depan dan
47

belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan


mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati p-
romotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan
asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati
symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale
depan dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura
sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih
rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya
kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.
b) Majunya Kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk
ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.
Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala
dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini
bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi, putaran
paksi dalam dan ekstensi.
c) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-
ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan
dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil
melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm). Fleksi ini
disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul
atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya
fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari
moment yang menimbulkan defleksi.
d) Putaran Paksi Dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran
dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada
48

presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah


ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan
dan ke bawah symphysis. Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk
kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran
paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah
kepala sampai di dasar panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran
paksi dalam adalah:
1. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian
terendah dari kepala.
2. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
e) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi kepala akan
tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala bekerja
dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah dan satunya
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Result
efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas. Setelah suboksiput
tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan
tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar,
49

dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.


Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.
f) Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran
restitusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga
ke belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak
(di sisi kiri). Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar
yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter
biacromial) menempatkan diri dalam diameter antero posterior dari
pintu bawah panggul.
g) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh
badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

j. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya placenta secara lengkap ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan gejala
inpartu meliputi:
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
c) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
Kala I persalinan dimulai sejak kontraksi. Kala I persalinan dibagi
menjadi 2 fase yaitu:
50

a) Fase Laten
1. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap.
2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
4. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30 detik.
b) Fase Aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu:
1. Fase akselarasi (fase percepatan): Dari pembukaan 3-4 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
2. Fase Dilatasi maksimal: Dari pembukaan 4-9 cm yang dicapai
dalam 2 jam.
3. Fase deselerasi: Dari pembukaan 9-10 cm selama 2 jam.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.
2) Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagian kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan
yaitu:
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan spingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap.
b) Terlihatnya bagian kepala bayi.
51

Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong


persalinan harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan
satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi
berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan mengejan yang baik,
maximal kepala janin dilahirkan dengan sub uccipito dibawah
symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum.
Setelah istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan tubuh bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung maksimal sampai dengan 2 jam
sedangkan pada multigravida maksimal sampai 1 jam.
3) Kala III (Pengeluaran Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta, yaitu:
a) Perubahan Bentuk dan Tinggi Fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan
fundus berada di atas pusat.
b) Tali Pusat Memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c) Semburan Darah Mendadak dan Singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas. Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu satu menit
setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
52

4) Kala IV (Kala Pemantauan)


Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2
jam setelah itu. Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut:
a) Tanda- Tanda Vital Ibu
b) Pemeriksaan perdarahan pada ibu
c) Pemantauan kontraksi uterus
d) Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
e) Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc

k. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat
pelaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Partograf dimulai atau dibuat untuk setiap ibu bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan.
53

5. Konsep Dasar Teori Bayi Baru lahir Fisiologis


a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut DepKes RI (2010), Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Pendapat DepKes RI ini
didukung oleh pendapat M. Soleh Kosim (2010) yang menyatakan bahwa
Bayi baru lahir normal adalah bayi berat lahir antara 2500 sampai 4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan
kongenital yang berat.
Menurut Saifuddin (2010), Bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menurut Wong
(2012), Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.
Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38–42 minggu.
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya
yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan
dari orang lain. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan di
dalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar
rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi
selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua system
organ dan yang terpenting adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan
hepar. Oleh sebab itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang
matang untuk melakukan suatu asuhan terhadap neonatus (BBL).
Tujuan Asuhan Kebidanan yang lebih luas selama masa ini, adalah
memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia
dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat
bayi mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan
menjadi orang tua, sehingga orang tua percaya diri dan mantap (Patricia,
2011).

b. Ciri- Ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal


1) Berat badan : 2500-4000 gram
54

2) Panjang badan : 48-52 cm


3) Lingkar kepala : 33-35 cm
4) Lingkar dada : 30-38 cm
5) Masa kehamilan : 37-42 minggu
6) Denyut jantung : 120-180x/mnt
7) Respirasi : 40-80x/mnt
8) Kulit kemerahan licin
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia
a) Wanita : Labia mayora sudah menutupi labia minora
b) Laki-laki : Testis sudah turun
11) Refleks hisap dan menelan, refleks morro, graft refleks sudah baik
12) Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
13) Suhu : 36,5-37º C
(Prawirohardjo, 2010).

c. Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Bayi Baru Lahir


1) Perubahan Pernafasan/ pada Sistem Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui paru-paru bayi
pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik.
Setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan
lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal
jumlahnya 80-100 ml). kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut
sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada
neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan
biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir.
Tindakan yang menimbulkan pernafasan yang pertama, dikemukakan:
a) Rangsangan pada kulit bayi
b) Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir
55

c) Penimbunan CO2 : Setelah anak lahir kadar CO2 dalam darah anak
naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan
d) Kekurangan O2
e) Pernafasan intrautrin: Anak sudah mengadakan pergerakan
pernafasan dalam rahim, malahan sudah menangis dalam rahim.
Pernafasan di luar hanya merupakan lanjutan dari gerakan
pernafasan di dalam rahim
f) Pemeriksaan bayi: Kebanyakan anak akan mulai bernafas dalam
beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam setengah menit.
2) Perubahan Metabolisme Karbohidrat/ Glukosa
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang
bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat terjadi dengan 3
cara:
a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong
untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).
c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
3) Perubahan Suhu Tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:
a) Evaporasi, cairan menguap pada kulit yang basah.
b) Konduksi, kehilangan panas oleh karena kulit bayi berhubungan
langsung dengan benda/alat yang suhunya lebih dingin.
c) Konveksi, terjadi bila bayi telanjang di ruang yang relatif dingin
(25oC atau kurang)
56

d) Radiasi, kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih panas


menyentuh permukaan yang lebih dingin.
4) Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale atrium jantung.
b) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh:
a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat
dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan yang
mengurangi volume dan selanjutnya tekanannya. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengatur
ke paru-paru untuk mengalami proses oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbakarnya sistem
pembuluh baru. Dengan peningkatan tekanan pada atrium kiri
foramen ovale secara fungsi akan menutup.Perubahan sistem
gastrointestinal, ginjal
5) Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan masih terbatas, juga hubungan antara esophagus
bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung sendiri
sangat terbatas kurang dari 30 cc. Feses pertama bayi adalah hitam
kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental disebut mekonium.
Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi
saluran pencernaan, empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh.
Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. pada hari ke 4-5
warna tinja menjadi coklat kehijauan.
57

6) Air Kencing
Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing
akan keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing
pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya bila tidak
kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.
7) Perubahan Berat Badan
Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena
pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum
mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan
akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan
pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada
hari ke 14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.
8) Sistem Skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar
terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
9) Sistem Neuromuskular
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut
memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang,
tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya.
Sistem persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi
belum terintegrasi secara sempurna (Prawirohardjo, 2012).

d. Tabel Penilaian Bayi Baru Lahir Normal


Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek
penting dari asuhan segera bayi baru lahir:
1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera
mungkin.
3) Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas.
58

4) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi


bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan handuk
diatas perut ibu
5) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari wajah
bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang
pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas
spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
6) Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap atau
lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

PENILAIAN APGAR SKOR (tabel 2.1)


Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut jantung (pulse) Tidak ada Lambat < 100 >100
Lambat, tidak
Usaha nafas (respisration) Tidak ada Menangis dengan keras
teratur
Fleksi pada
Tonus otot (activity) Lemah Gerakan aktif
ekstremitas
Kepekaan reflek
Tidak ada Merintih Menangis kuat
(gremace)
Tubuh merah
Warna (apperence) Biru pucat muda, ekstremitas Seluruhnya merah muda
biru
Sumber : Saifuddin, 2010
Klasifikasi :
Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
Asfiksia berat (apgar skor 0-3)

e. Penanganan Bayi Baru Lahir


Menurut Prawirohardjo (2010), tujuan utama perawatan bayi segera
sesudah lahir, adalah:
59

1) Membersihkan Jalan Nafas


Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kasa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain.
2) Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih
terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat
dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10%
serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau
setiap tali basah/kotor.
Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa talipusat telah
diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan,
membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja tambahan.
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
4) Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari
60

selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K


parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M
5) Memberi Obat Tetes/ Salep Mata
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di
daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu
diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
6) Identifikasi Bayi
a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya)
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
7) Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap
ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut
seperti :
61

a) Hipotermia
b) Infeksi
c) Cacat bawaan dan trauma lahir

f. Penilaian Bayi untuk Tanda-Tanda Kegawatan


1) Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda-tanda berikut :
a) Sesak nafas
b) Frekuensi pernapasan 60x/mnt
c) Gerak retraksi di dada
d) Malas minum
e) Panas atau suhu bayi rendah
f) Kurang aktif
g) Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum
2) Tanda- Tanda Bayi Sakit Berat
a) Sulit minum
b) Sianosis sentral (lidah biru)
c) Perut kembung
d) Periode Apnea
e) Kejang/periode kejang-kejang kecil
f) Merintih
g) Perdarahan
h) Sangat kuning
i) Berat badan lahir < 1500 gr (Prawirohardjo, 2010)

g. Reflek-Reflek untuk Menilai Keadaan Bayi


1) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama
setelah lahir. Tidak adanya refleks moro menandakan terjadinya
kerusakan atau ketidakmatangan otak.
62

2) Refleks Rooting/Refleks Dasar


Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut,
bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka
mulutnya siap untuk menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan/Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan
dengan pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman
dan gizi yang memadai.
4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5) Refleks Graphs/Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil
di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat.
Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah
tumit (genggam telapak kaki).
6) Refleks Walking/Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan
yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.
7) Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala
menoleh kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
8) Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke
belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke
arah depan (Asuhan Bayi Baru Lahir, 2010).
63

6. Konsep Dasar Teori Nifas


a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarwati, 2010).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2010).

b. Tahapan Masa nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha adalah
sebagai berikut:
1) Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).
64

c. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Tujuan dari perawartan nifas ini adalah :
1) Memulihkan kesehatan umum penderita
a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b) Mengatasi anemia
c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
memperlancar peredaran darah
2) Mempertahankan kesehatan psikologis
3) Mencegah infeksi dan komplikasi
4) Memperlancar pembentukan ASI
5) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi
dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal
(Bahiyatun, 2009).

d. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Akibat involusi uterus, lapisan luar desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah
dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lochea dibagi menjadi:
1) Lochea Rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,
berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,
jaringan dari desidua, verniks caseosa, lanugo, meconium
2) Lochea Sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lender
3) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah, juga
terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
65

4) Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna


putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati
5) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk
6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya
(Rukiyah dkk, 2010).

e. Perawatan Post Partum


1) Mobilisasi
Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam
postpartum. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium
b) Mempercepat involusi alat kandungan
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
d) Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, tidur terlentang
selama 2 jam postpartum kemudian boleh miring-miring kekanan dan
kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada
hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4
atau ke-5 diperbolehkan pulang. Mobilisasi bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2) Diet Makanan
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing, dikarenakan sfingter urethra
tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter
66

ani selama persalinan Jika kandung kemih ibu post partum penuh dan
mengalami kesulitan untuk BAK, maka dapat dilakukan kateterisasi.
4) Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Jika mengalami
kesulitan dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika
masih belum bisa dilakukan klisma.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara hendaknya telah dimulai sejak wanita hamil
supaya putting susu lemas, tidak keras dan tidak kering sebagai
persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan kepada ibu untuk menyusui
bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
Bila bayi meninggal laktasi harus segera dihentikan dengan cara:
1) Pembalutan mammae sampai tertekan
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral
dan perlodel

f. Laktasi
Menurut Wiknjosastro (2010) sejak kehamilan muda, sudah
terdapat persiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi
ini perubahan yang terdapat pada kedua mamae antara lain sebagai
berikut:
Proliferasi jaringan, terutama kelenjar dan alveolus mamae dari
lemak. Pada duktus laktiverus terdapat cairan yangkadang-kadang di
keluarkan berwarna kuning (kolostrum). Hepervaskulerisasi terdapat
pada permukaan maupun pada bagian mamae. Setelah partus, pengaruh
oksitosin mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi,
sehingga keluar air susu.
Menurut Marmi (2011), laktasi mempunyai dua pengertian, yaitu:
produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). Setelah persalinan kadar
estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan
prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin
67

dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya,
pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah
kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan bayi karena akan memacu
lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah
lancar. Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran
laktasi, yaitu refleks prolaktin, refleks aliran (let down reflex), reflex
menangkap (rooting reflex), reflex mengisap (sucking reflex), reflex
menelan (swallowing reflex) sebagai berikut:
1) Refleks Prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada
putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan
kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke
dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar
memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi menyusu, semakin
banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise, sehingga semakin banyak
air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar.
2) Refleks Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai
bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon
oksitosin masuk ke dalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot
polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut disebut refleks
aliran. Dengan seringnya menyusui, penciutan rahim akan semakin
cepat dan makin baik.
3) Refleks Menangkap (Rooting reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika
bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan
berusaha mencari puting untuk menyusu. Keadaan tersebut dikenal
dengan istilah refleks menangkap.
68

4) Refleks Mengisap (Sucking reflex)


Refleks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang
langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Oleh karena itu, sebagian
besar areola harus tertangkap oleh mulut bayi. Dengan demikian,
sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi,
lidah, serta langit-langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke
dalam mulut bayi.
5) Refleks Menelan (Swallowing reflex)
Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan
areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar
areola harus ikut ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.

g. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu
nifas membutuhkan pendidikan kesehatan/health education seperti
personal hygiene, istirahat dan tidur, pendidikan pola seksual dan latihan
senam nifas.
a. Kebersihan Diri
a) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume
saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga
dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah
sekitarnya akibat lokia.
69

b) Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya
menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan
lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan
wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih
setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang
cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan
pengering rambut.
c) Kebersihan Kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat
hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan
ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit
tetap kering.
d) Kebersihan Vulva dan Perineum
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Cairan sabun
atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau
buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal
sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti
pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh
tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4
kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lokia
sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kemaluannya. Apabila ibu
70

mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu


untuk menghindari menyentuh daerah luka (Ambarwati, 2010).
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
b. Istirahat dan Tidur
Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan,
usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi
sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan
daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan
sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa
lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan
makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan
dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk
menghilangkan rasa tegang dan lelah.
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari.
Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur pada
hari kedua setelah melahirkan karena membawa beberapa keuntungan:
a) Pelemasan otot lebih baik
b) Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat penyembuhan
c) Memperlancar pengeluaran lochia berarti mempercepat involusi
d) Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap sebagai orang sakit
e) Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis
c. Seksual
Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan
penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu
menurun karena kadar hormone rendah, adaptasi peran baru, keletihan
(kurang istirahat dan tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi
71

pada kurang lebih 6 minggu) di perlukan karena kembalinya masa


subur yang tidak dapat diprediksi. Pada prinsipnya, tidak ada masalah
untuk melakukan hubungan seksual setelah selesai masa nifas 40 hari.
Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu kehilangan gairah seksual.
Sebagian pria dan wanita menginginkan hubungan seks secepat
mungkin setelah melahirkan, sebagian lagi mungkin lebih suka
menunggu atau bahkan mungkin merasa takut (Hasselquist, 2010).
Banyak wanita setelah melahirkan, merasa cemas atau takut untuk
berhubungan seksual lagi dengan pasangannnya.
Ibu yang baru malahirkan boleh melakukan hubungan seksual
kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu
didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan,
termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean (SC)
biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan
tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah
boteh dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan itu.

h. Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai Oleh Ibu Postpartum


1) Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau biasa atau bila
menemukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam).
2) Pengeluaran pevaginam yang baunya menusuk.
3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
4) Sakit kepala yang terus menerus.nyeri epigastrik,atau masalah
penglihatan.
5) Pembengkakkan di wajah atau ditangan.
6) Demam, muntah,rasa sakit saat BAK atau jikamerasa tidak enak
badan.
7) Payudara yang berubah menjadi merah,panas,dan/atau terasa sakit.
8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9) Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan pada kaki
72

10) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri
sendiri.
11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

i. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan


1) KF 1 : pada periode 6 jam- 2 hari pasca persalinan
2) KF 2 : pada periode 3- 7 hari pasca persalinan
3) KF 3 : pada periode 8- 28 hari pasca persalinan
4) KF 4 : pada periode 29- 42 hari pasca persalinan
73

7. Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana


a. Pengertian
1) Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO)
dalam Suratun dkk (2010) adalah suatu tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami untuk:
a) Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
b) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
c) Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan.
d) Mengatur interval diantara kehamilan.
e) Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri.
f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
KB menurut Undang-undang (UU) No. 52 tahun 2009 pasal 1 (8)
dalam Arum dan Sujiatini (2009) tentang perkembangan dan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtra adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujutkan keluarga yang berkualitas.
2) Pengertian Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2010), kontrasepsi berasal dari kata kontra
dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga
bersifat permanen. Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal antara lain:
a) Dapat dipercaya.
b) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan.
c) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan.
74

d) Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.


e) Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.
f) Mudah pelaksanaannya.
g) Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
h) Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat
sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan
alat, secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau dengan operasi
(Wiknjosastro, 2010).
Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur
secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti:
a) Masa menunda kehamilan.
b) Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan.
c) Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi.
3) Pengertian Akseptor KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang salah
seorang dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan baik melalui
program maupun non program Sedangkan menurut Saryono (2010)
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan
melaksanakan program keluarga berencana.
4) Jenis- Jenis Akseptor KB
Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut :
75

a) Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami
kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau kelahiran.
b) Akseptor KB Lama
Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan usia subur yang
menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah atau ganti ke cara
atau alat yang lain atau mereka yang pindah klinik baik
menggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang berbeda.
c) Akseptor KB Aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada
saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.
d) Akseptor KB Aktif Kembali
Perserta KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang telah berhenti menggunakan selam tiga blan atau lebih yang
tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara
setelah berhenti atau istirahat paling kurang tiga bulan berturut-
turut dan bukan karena hamil.

b. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan
kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
76

2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
b) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran.

c. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)


Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak keuntungan.
Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat
mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan
perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan
salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan
ekonomi dan kesehatan.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang
nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya
kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah
penularan penyakit menular seksual, seperti HIV. Meskipun penggunaan
alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko yang kadang-
kadang merugikan kesehatan, namun demikian benefit penggunaan alat/
obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar dibanding tidak menggunakan
kontrasepsi yang memberikan risiko kesakitan dan kematian maternal.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status
kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan,
menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain
memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan
masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk
memilih kehidupan yang lebih balk dengan merencanakan proses
reproduksinya.
77

Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab


dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan
keuntungan seseorang mengikuti program KB.

d. Cara Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan
antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara:
1) Menekan keluarnya sel telur (ovum).
2) Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita sampai
mencapai ovum.
3) Mencegah nidasi.

e. Kekurangan Program Keluarga Berencana (KB)


Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak semua
Posyandu di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan keahlian
pemeriksaan KB, ditambah lagi dengan kurangnya presentasi tentang
pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakat
indonesia yang berdomisili di pedesaan masih kurang pengetahuaannya
tentang Program KB dan manfaatnya, mereka masih beranggapan bahwa
banyak anak banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan harus
diimbangi dengan pemikiran yang semakin maju pula.

f. Macam- Macam Jenis Kontrasepsi


1) Kontrasepsi Alamiah
a) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan pria dari alat
kelamin wanita menjelang ejakulasi. Dengan cara ini diharapkan
cairan seperma tidak akan masuk ke dalam rahim serta
mengecilkan kemungkinan bertemunya sel telur yang dapat
mengakibatkan terjadinya pembuahan (Proverawati, Islaely, dan
Aspuah, 2010).
78

b) Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan seksual saat
istri sedang dalam masa subur. Sistem ini berdasrkan pada siklus
haid atau menstruasi wanita. Masa subur tidak selalu terjadi tepat
14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16
hari sebelum menstruasi berikutnya(Proverawati, Islaely, dan
Aspuah, 2010).
c) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lainnya (Proverawati, 2010).
d) Metode Lendir Servik
Metode lendir servik adalah metode kontrasepsi dengan melihat
lendir dalam vagina untuk mengetahui masa subur pada seorang
wanita, dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktifitas lainya (Proverawati, Islaely, dan
Aspuah, 2010).
2) Kontrasepsi Sederhana Dengan Alat
a) Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah
kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah
suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak
berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri (tegang)
sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah
dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat
mencegah penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS.
3) Kontrasepsi Efektif Terpilih
a) KB Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah
diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang
79

tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara


yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat
dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi,
atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui
bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya
penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak
(atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara
pencegah kehamilan yang lain.
Jenis-jenis kontrasepsi Pil
1) Pil Gabungan atau Kombinasi
Jenis-jenis pil kombinasi:
(a) Monofasik
(b)Bifasik
(c) Trifasik
2) Pil Khusus- Progestin (Pil Mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan
memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah
mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim)
sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga
mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim)
sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
b) KB Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal.
1) KB Suntik 1 Bulan (Kombinasi)
KB suntik 1 bulan adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon
asetat dan 5 mg esestradiol sipionat yang diberikan injeksi I.m
sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg roretindron enantat dan
5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m sebulan
sekali.
80

2) KB Suntikan 3 Bulan
a) Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu:
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuskular (didaerah bokong).
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang
mengandung 200 mg Noretinderon Enantat, diberikan
setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular (Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011).
c) AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah
kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah
kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-
tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya
sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan
enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai.
Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan
mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun dan ada juga
yang diganti setiap tahun.
d) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum
wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat
efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi
ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,
kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Efektifitasnya sangat
tinggi untuk mencegah dalam waktu yang lama. Adapun
keuntungan dari AKDR, yaitu meningkatkan kenyamanan
81

hubungan suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan,


dapat dipasang setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat
kembali setelah dicabut / buka, tidak ada efek samping hormonal
dan tidak mengganggu laktasi.
4) Kontrasepsi Mantap
a) Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua
saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan
tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini digunakan
untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat
dipulihkan kembali seperti semula (Sulistyawati, 2011).
b) Vasektomi (MOP)
Vasektomi adalah Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi
merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat
aman. Sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang
sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto,
2012).
82

8. Konsep Dasar Teori KB MAL


a. Pengertian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lainnya (Proverawati, 2010). Penelitian menyatakan
bahwa wanita yang memberikan ASI secara eksklusif dan belum
mendapatkan menstruasinya maka biasanya tidak akan mengalami
kehamilan selama masa 6 bulan setelah melahirkan (Marimbi, 2011).
MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila :
1) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif jika
diberikan minimal 8 kali sehari
2) Belum mendapat haid
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
Bila ketiga kondisi ini terpenuhi, maka pemberian ASI dapat
memberikan perlindungan 98% dari kehamilan pada 6 bulan pertama
setelah persalinan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan
perlindungan terhadap kehamilan dapat lebih dari 6 bulan. Pemberian
ASI dapat memberikan perlindungan 10% - 30% pada 12 bulan
pertama, dimana bayi setelah 6 bulan diberikan makanan tambahan.

b. Cara Kerja
Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya
ovulasi. Pada masa laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah
prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar
prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepas hormon
penghambat (inhibitor). Hormon penghambat dapat mengurangi kadar
esterogen, sehingga ovulasi tidak terjadi.
83

c. Efektivitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98% apabila digunakan
secara benar dan memenuhi persyaratan yaitu digunakan selama 6
bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca
melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan
makanan tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat
tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.

d. Keuntungan
1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98 % pada 6 bulan pasca
persalinan)
2) Segera efektif
3) Tidak mengganggu senggama
4) Tidak ada efek samping secara sistemik
5) Tidak perlu pengawasan medis
6) Tidak perlu obat atau alat
7) Tanpa biaya

e. Keterbatasan
Pada dasarnya, penggunaan MAL menjadi terbatas dan kurang
efektif karena beberapa hal berikut:
1) Banyaknya persiapan sejak perawatan kehamilan agar ibu dapat
segera menyusui bayi pada 30 menit pasca persalinan
2) Pengaruh kondisi social
3) Efektifitas tinggi hingga menstruasi datang kembali atau 6 bulan.
4) Tidak mampu melindungi dari IMS, termasuk virus hepatitis
B/HVB, dan HIV/AIDS (Prasetyono, 2012).

f. Yang Dapat Menggunakan MAL


MAL dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghidari
kehamilan dan memenuhi criteria sebagai berikut:
84

1) Wanita yang menyusui secara eksklusif


2) Ibu pasca melahirkan dan bayinya kurang dari 6 bulan
3) Wanita yang belum mendapat haid pasca melahirkan.
Wanita yang menggunakan MAL, harus menyusui dan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dilakukan segera setelah melahirkan
2) Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal
3) Pemberian ASI tanpa botol atau dot
4) Tidak mengkonsumsi suplemen
5) Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu atau bayi sedang
sakit

g. Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL


MAL tidak dapat digunakan oleh
1) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid
2) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif
3) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam
4) Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan
5) Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati
6) Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan
7) Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme (Proverawati, 2010)
85

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Trimester III dengan KEK

I. PENGKAJIAN
Pada langkah pengkajian, dilakukan dengan mengumpulkan semua
informasi yang lengkap dan akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan keadaan klien.

Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :

Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur : usia <20 tahun dan >35 tahun
memiliki resiko mengalami KEK
(Fraser & Cooper, 2009).
Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

No. Register :

2. Alasan datang periksa/keluhan utama


a. Alasan datang periksa
Klien periksa hamil atau datang sendiri terkait keluhan
86

b. Keluhan Utama
Menurut Varney, 2010. Ibu hamil pada trimester III mengalami
beberapa keluhan utama, yaitu :
1) Konstipasi: konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis
yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi
peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada usus
akibat pembesaran uterus atau bagian persentasi juga menurunkan
motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan
konstipasi. Salah satu efek samping yang umum muncul pada
penggunaan zat besi adalah konstipasi.
2) Peningkatan frekuensi berkemih: Kondisi uterus yang membesar
akibat perkembangan janin, menyebabkan penekanan pada
kandung kemih.
3) Dispareunia: Nyeri hubungan seksual dapat berasal dari sejumlah
penyebab kehamilan. Perubahan fisiologis dapat menjadi penyebab,
seperti kongesti vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi yang
dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau tekanan bagian
persentasi. Masalah-masalah fisik kemungkinan disebabkan
abdomen yang membesar atau dijumpai pada tahap akhir
kehamilan saat bagaian presentasi mengalami penurunan ke dalam
pelvis sejati. Faktor-faktor psikologis dapat menyebabkan
dispareunia karena pemahaman yang salah dan kekhawatiran akan
menyakiti jabang bayi meskipun kekhawatiran tidak beralasan
kecuali terdapat perdarahan vagina atau pecah ketuban.

3. Riwayat Kesehatan Klien


Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat atau diperberat oleh
kehamilan
a) Penyakit/kelainan system reproduksi: inkompetensi serviks
merupakan salah satu kelainan pada sistem reproduksi yang sering
menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester II. Kelainan ini
87

dapat berupa kelainan septum uterus, trauma bedah pada serviks pada
konisasi, atau laserasi obstetric (Prawirohardjo, 2014).
b) Penyakit Kardiovaskuler: Penyakit jantung. Seorang wanita dapat
menderita penyakit jantung kelas I diawal kehamilannya dan
berkembang menjadi kelas II bahkan kelas III. Kelainan jantung yang
dapat ditemui selama kehamilan adalah prolaps katup mitral (mitral
valve prolapsed, MVP). Wanita dengan MVP yang tidak mengalami
penebalan katup mitral tidak diberi antibiotic profilaksis jika ia
melahirkan secara pervaginam atau melalui seksio sesaria (Varney,
2010).
c) Penyakit darah: Sickle cell anemia anemia penyakit sel sabit
merupakan salah satu penyakit pada kehamilan yang dapat
menyebabkan bayi lahir dengan BBLR dan memicu kematian janin
(Prawirohardjo, 2014).
d) Penyakit paru-paru: TBC (Tuberkulosis) merupakan salah satu
penyakit pada saluran pernapasan ibu yang menderita TBC berisiko
prematuritas, IUGR, BBLR, serta kematian perinatal (Prawirohardjo,
2014).
e) Penyakit saluran pencernaaan: Ulkus peptikum ialah suatu keadaan
adanya borok pada esophagus, lambung atau duodenum. Penyakit
ulkus peptikum yang biasanya terjadi pada kehamilan adalah penyakit
ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi asam lambung dan pepsin
dan dijumpai adanya bakteri Helikobakter pilori.
f) Penyakit hati (Hepatitis): hepatitis merupakan suatu infeksi aktif
atau diidentifikasi sebagai infeksi kronis setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium selama masa hamil. Penularan hepatitis ibu-
bayi dapat terjadi pada saat pelahiran melalui kontak dengan darah ibu
yang terinfeksi atau selama kontak dekat ibu-bayi baru lahir dalam
periode pasca melahirkan. Penularan dapat terjadi tanpa memikirkan
rute pelahiran. Wanita yang HbsAg positif dan antigen hepatitis B
88

positif memiliki 90 persen kesempatan menularkan penyakit mereka


kepada bayi mereka. Bayi yang terinfeksi, 90 persen akan menjadi
carrier; 25 persen akhirnya akan meninggal karena gagal hati dari
sirosis atau karsinoma hepatoseluler primer (Varney, 2006).
g) Penyakit ginjal dan saluran kencing: Glomerulonefritis merupakan
salah satu penyakit pada glomerulus ginjal. Perempuan yang
menderita glomerulonefritis pada kehamilannya dapat menyebabkan
bayi lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta, jika disertai tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan abortus, partus premature atau janin
mati dalam kandungan.
h) Penyakit endokrin: hipertiroid merupakan penyakit pada endokrin
yaitu lebihnya produksi hormone tiroid oleh kelenjar tiroid. Penyakit
ini jika menyertai ibu hamil dapat menyebabkan preeklamsia,
kegagalan jantung, keadaan perinatal yang buruk atau keguguran
spontan.
i) Penyakit syaraf: Neuritis merupakan radang sraf tepi karena pukulan,
tekanan, patah tulang atau defisiensi vitamin B.
j) Penyakit jiwa: Depresi postpartum mempengaruhi sekitar 15% ibu
dan khususnya terjadi pada minggu dan bulan awal-awal postpartum
dan dapat bertahan sampai satu tahun atau lebih.
k) Penyakit system immunologi: Lupus merupakan penyakit sistem
imun yang ditandai dengan berlebihannya sistem imun seseorang dan
sistem imun tersebut menyerang organ tubuh penderitanya. Ibu
dengan penyakit lupus jika hamil dapat menyebabkan abortus, janin
tidak berkembang atau kematian pada janin.
l) Penyakit infeksi: infeksi Varisela-Zoster. Virus ini merupakan
kelompok DNA Herpes virus dan hidup laten pada ganglion bagian
belakang setelah infeksi primer. Ibu hamil yang terinfeksi oleh virus
ini jika pada trimester I dapat menyebabkan cacat bawaan seperti
atrofi korteks serebri, kelainan pada tulang dan kulit (Prawirohardjo,
2009).
89

m)Riwayat alergi: Alergi memang diturunkan, tetap tidak selalu 100%.


Besarnya risiko anak menderita alergi dapat dilihat dari riwayat alergi
di dalam keluarganya, seperti asma, alergi hidung, serta eksim
(dermatitis atopik). Apabila ada anak Anda yang menderita alergi,
maka kemungkinan anak lainnya juga menderita alergi sebesar 20-
30%. Bila salah satu dari Anda menderita alergi, maka kemungkinan
anak-anak Anda menderita alergi sebesar 25-40%. Sedangkan bila
Anda dan pasangan sama-sama menderita alergi, risiko anak-anak
Anda meningkat jadi 40-60% dan bila Anda berdua menderita alergi
yang sama, risikonya menjadi 60-80%. Bahkan, bila tidak ada riwayat
alergi dalam keluarga, anak Anda tetap berisiko menderita alergi
sebesar 5-15% (Munasir, 2010).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a) Hipertensi: Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit
sebelumnya (5-15% dari total ibu hamil) atau sebagai gangguan yang
berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia (Lyoyd, 2013).
b) Hemofilia: Perempuan pembawa dapat beresiko perdarahan yang
bermakna (Prawirohardjo, 2014).
c) Diabetes: Diabetes pada kehamilan dapat meningkatkan risiko untuk
terjadinya, preeclampsia, seksio caesaria dan meningkatkan mortalitas
janin (Prawirohardjo, 2014).
d) Asma: Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia
pada ibu (Prawirohardjo, 2014).
e) Buta warna: Buta warna diturunkan dengan cara X linked recessive,
perempuan dari keluarga buta warna umumnya adalah membawa sifat
carrier (Sasongko, 2010).
f) Gemelli: Kehailan kembar memiliki insidens lebih tinggi pada
keluarga yang memiliki riwayat kehamilan kembar (Cooper, 2009).
90

5. Riwayat Menstruasi
a) Menarche
Perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali disebut
menarche, pada umur 12-13 tahun (Manuaba, 2010).
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut
menarche, yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
b) Siklus Haid
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, tidak kurang dari 24 tapi tidak melebihi
35 hari. Pada usia 25 tahun > 40% perempuan mempunyai panjang
siklus berkisar 25-28 hari, usia 25-35 tahun > 60% siklusnya 28 hari.
Kurang dari 1% perempuan mempunyai siklus haid teratur dengan
panjang siklus < 21 hari atau > 35 hari. Hanya sekitar 20% perempuan
mempunyai siklus haid yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2014).
c) Volume Darah Haid
Volume darah normal adalah tidak melebihi 80 ml dan ganti
pembalut 2-6 kali per hari (Prawirohardjo, 2014).
d) Lama haid
Lama haid 3-7 hari (Prawirohardjo, 2014).
e) Ciri/ Sifat Darah Haid
Ciri darah haid normal adalah tanpa bekuan darah.Bila perdarahan
disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan banyak
merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba, 2010).

6. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No.
Sua BB/ Abnorm Lakta
Anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M peny
mi PB alitas si
91

Dekker (2010) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan salah satu
faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi pada multigravida yang
memiliki pasangan baru.
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya (Angsar, 2009).
Atonia uteri sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
(Mochtar, 2009).
Hallak (2005) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan hipertensi
akibat kehamilan terjadi dua kali lebih sering pada primigravida
dibandingkan pada multipara.
Frekuensi kejadian Hiperemesis Gravidarum adalah 2 per 1000
kehamilan dan Insiden Hiperemesis Gravidarum adalah 0,1-1 % dengan
50 % risiko kekambuhan pada kehamilan berikutnya (Marry, 2010).
Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh
primigravida dari pada multigravida, hal ini berhubungan dengan
tingkat kesetresan dan umur si ibu saat mengalami kehamilan pertama,
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen
dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar
asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa
mual (Wiknjosastro, 2010).
Faktor yang dapat menimbulkan hiperemesis gravidarum adalah:
primigravida, overdistensi rahim (hidramnion, hamil gemeli, esterogen
dan HCG tinggi, mola hidatidosa); kemungkinan vili korealis masuk
dalam darah; faktor alergi; faktor psikologis (rumah tangga retak, hamil
yang tidak diinginkan, takut hamil) (Manuaba, 2010).
92

Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi


hiperemesis gravidarum dapat dimasukan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia (Rukiyah, 2010).
Etiologi dari kelainan his terutama ditemukan pada primigravida
khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan
yang bersifat inersia uteri (Prawirohardjo, 2014).)
Letak sungsang tipe complete/flexed brech dengan posisi paha dan
lutut bayi fleksi dan kaki menutupi bokong lebih sering terjadi pada
multigravida.
Amnionitis disebabkan karena infeksi traktus genital dapat
menstimilasi pelepasan prostaglandin dan hal ini dapat menyebabkan
mulainya persalinan kehamilan ganda.
Jika wanita mempunyai riwayat lebih dari 2 kali melahirkan bayi
preterm, maka ada resiko untuk terjadi kelahiran preterm 70% pada
kehamilan berikutnya.
Abnormalitas uterus; 35% wanita dengan incompeten servik akan
melahirkan preterm dan 19% wanita dengan uterus bicornis, unicornis
atau didelphic akan melahirkan sebelum umur kehamilan 37 minggu.
Angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya
mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan
BBLR.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi
dan pada usia >30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan
ganda daripada kehmilan tunggal. Cacat bekas bedah sesar berperan
menaikkan insiden 2-3 kali. Pada perempuan perokok dijumpai insiden
plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat (Prawirohardjo, 2009).
Faktor risiko vasa previa antara lain pada plasenta bilobata, plasenta
suksenturiata, plasenta letak rendah,kehamilan pada fertilisasi in vitro,
dan kehamilan ganda terutama triplet (Prawirohardjo, 2009).
93

Ibu hamil yang pernah mengalami solusio plasenta memiliki risiko


relative 10-25%, ketuban pecah preterm/korioamnionitis 2,4-3%,
hipertensi kronik 1,8-3% untuk mengalami solusio plasenta di kehamilan
berikutnya (Prawirohardjo, 2009).

7. Riwayat Kehamilan Saat Ini


Dikaji untuk mendeteksi komplikasi, ketidaknyamanan dan setiap
keluhan pada kehamilan ini.
a) Keluhan tiap trimester
b) Pergerakan anak pertama kali
c) Pemeriksaan kehamilan
d) Pendidikan kesehatan yang sudah di dapat
e) Imunisasi (Varney, 2010).

8. Riwayat Ginekologi
a) Vaginitis: Dapat mengekibatkan perdarahan vagina, serviks atau
uterus yang berkaitan dengan inflamasi (Varney, 2010).
b) Endometritis: Endometriotritis dapat menyebabkan rasa tidak enak
pada panggul, nyeritekan uterus, radang monosit dan sel-sel plasma di
dalam stroma endometrium dan nekrosis stroma (Varney, 2010).
c) Mioma uteri: mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil,
abortus, kelainan latak janin, manghalangi lahirnya bayi, inersia uteri
dan Atonia uteri dan mempersulit lepasnya plasenta (Prawirohardjo,
2014).
d) Kista Ovarium: Menyebabkan nyeri tekan goyang adneksai atau
nyeri panggul dan dapat mengalami pertumbuhan hingga ukuran
tertentu yang mengakibatkan torsi ovarium (Varney, 2010).
e) Endometriosis: Dapat menyebabkan nyeri panggul atau nyeri
abdomen bawah& perdarahan ireguler (Varney, 2010).
94

9. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.

10. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi 1. Protein : ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein
sebanyak 68% (Sulistyawati, 2009).
2. Zat besi : anemia sebagian disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh
karena itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat
besi selama hamil dan setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi selama
hamilmeningkat sebesar 300% (1.040 mg selama hamil) dan
peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari makanan ibu selama
hamil melainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat besi
(Sulistyawati, 2009).
3. Asam Folat: asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang
kebutuhannya meningkat dua kali lipat selam hamil. Asam folat sangat
berperan dalam metabolisme normal makanan menjadi energy,
pematangan sel darah merah, sintesis DNA dan pertumbuhan sel. Jika
kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia
megaloblastik. Jika kondisi ini terus berlanjut dan tidak segera
ditangani maka pada ibu hamil akan terjadi BBLR, ablasio plasenta,
dan kelainan bentuk tulang belakang janin (spina bifida) (Sulistyawati,
2009).
4. Kalsium : kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic
sebanyak 5%. Oleh karena itu, asupan yang optimal perlu
dipertimbangkan (Sulistyawati, 2009).
Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah
konstipasi dan sering buang air kemih. Sering buang air kecil merupakan
95

keluhan yang umum yang dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I
dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis. Ini terjadi karena pada awal
kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantong kemih sehingga
kapasitasnya berkurang. Sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin
yang juga menyebabkan desakan pada kantong kemih. Tindakan mengurangi
asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena
akan menyebabkan dehidrasi (Sulistyawati, 2009).
Istirahat Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya beban berat pada
perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami
kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil.
Pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran
janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang paling
baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah
miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan
bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada
perut bawah sebelah kiri (Sulistyawati, 2009).
Aktivitas Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya atau
pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik berat apabila mereka merasakan
gangguan dalam kehamilan (Sulistyawati, 2009).
Personal Hygiene Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan sistem
metabolism mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat. Keringat yang
menempel di kulit meningkatankan kelembapan kulit, jika tidak dibersihkan
dengan mandi maka ibi hamil akan sangat mudah untuk terkena penyakit kulit.
Selain dengan mandi, mengganti celana dalam secara rutin minimal dua kali
sehari sangat dianjurkan, karena saat hamil terjadi pengeluaran sekret vagina
yang berlebihan.
Seksualitas Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat
penyakit seperti berikut :
1. Sering abortus dan kelahiran premature.
2. Perdarahan pervaginam.
3. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
4. Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan
96

infeksi janin intrauteri.


Kebiasaan yang Merokok : Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningkatakan aborsi
dapat spontan dan plasenta abnormal (termasuk abrupsio dan plasenta previa). Selama
mempengaruhi kehamilan nikotin, karbon monoksida dan berbagai komponen rokok lain
kesehatan memengaruhi sirkulasi ibu dan menyebabkan konstriksi pembuluh darah uteri
dan plasenta (Varney, 2010).
Alkohol: wanita hamil sebaiknya diberi informasi tentang sindrom alkohol janin
dan mengingatkan bahwa tidak ada ketetapan kadar alkohol yang aman selama
hamil (Varney, 2010).
Kafein : wanita harus menghentikan atau menurunkan asupannya. Bukan hanya
kemungkinan terjadinya takikardia ibu, takikardia janin juga biasa terjadi setelah
ingesti kafein dosis tinggi. Wanita tidak boleh minum minuman yang
mengandung kafein selama beberapa jam sebelum pemantauan janin atau
pemeriksaan nonstres (Varney, 2010).
Hewan peliharaan
Ketergantungan obat : sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan
yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya pemberian
obat dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan ketidaknyamanan yang dialami
lebih dianjurkan kepada pencegahan dan perawatan saja (Sulityawati, 2009).

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a) Psikologis
a. Kehamilan yang direncana/tidak direncana
b. Menerima kehamilan atau tidak
c. Perasaan cemas terhadap kahidupan bayi dan dirinya sendiri:
seperti apakah bayinya nantinya normal/tidak, terkait persalinan
dan pelahiran, keadaan organ vitalnya nantinya (Varney, 2010).
d. Persiapan ibu untuk menghadapi kehamilan dan persalinan.
e. Hubungan ibu dengan suaminya baik/tidak.
97

b) Sosial
1) Riwayat pernikahan: pernikahan ke berapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak akan memberi dampak bagi ibu terhadap.
kesiapan dirinya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.
2) Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilannya.
3) Dimanakah ia akan menjalani persalinan apakah di dokter atau
bidan.
c) Kultural
Adakah adat istiadat yang dilakukan pada masa kehamilan yang dapat
member dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun janin.
d) Spiritual
Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada masa kehamilan yang
dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun
janin.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran :
Compos Mentis adalah keadaan sadar sepenuhnya dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.
b) Tanda vital :
Tekanan Darah : 100/70-120/70 mmhg
Nadi : 80-100 kali permenit
Suhu Tubuh : 360C-37,50C
Pernapasan : 16-20 kali permenit (Varney, 2010)
c) Antropometri :
Tinggi Badan : Lebih dari 150 cm (karena tinggi <150cm
kemungkinan panggul sempit) (Varney,
2010).
BB sebelum hamil : Ada kenaikan dari sebelum hamil dan
waktu hamil
98

BB saat ini : Ada kenaikan dari usia kehamilan


Sebelumnya
Kenaikan BB :
Penambahan Berat
Berat badan sebelum hamil Badan total yang
IMT
2
(BB/TB(m) ) dianjurkan

Berat badan kurang (Under Kurang dari 20 18 kg


Weight)
Berat badan normal (Normal 20-23 12-16 kg
Weight)
Berat badan berlebih (Over 24-26 9 kg
Weight)
Obesitas Lebih dari 26 7 kg

(Prawirohardjo, 2010)
Ukuran LiLA : < 23,5 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak
mengalami kerontokan dan kulit kepala tidak
berketombe.
Wajah : Tidak pucat dan tidak mengalami edema karena jika
mengalami pucat merupakan gejala anemia dan
edema merupakan salah satu gejala preeklamsia dan
eklampsia. Kloasma gravidarum sebaiknya tidak ada
karena jika terdapat kloasma gravidarum dapat
menurunkan citra diri ibu hamil.
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva pucat, sklera
berwarna putih atau tidak berwarna kuning (ikterus).
Palpebra tidak mengalami edema.
99

Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan


bersih, tidak terdapat sekret dan polip dalam rongga
hidung.
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu.
Telinga : Ukuran telinga dalam keadaan simetris, posisi
telinga dalam keadaan simetris dan bentuk telinga
dalam keadaan simetris dan tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga.
Leher : Bentuk leher simetris.
Dada : Dada simetris.
Payudara : Puting susu menonjol, payudara membesar dan
mengalami hiperpigmentasi pada areola.
Abdomen : Membesar sesuai umur kehamilan, dinding abdomen
mengalami pigmentasi dengan adanya linea alba
atau linea nigra dan striae gravidarum livid.
Genetalia : Vulva dalam keadaan bersih dan tidak terdapat
edema, kondiloma.
Anus : Tidak terdapat hemorrhoid
Ekstremitas : Bagian atas berbentuk simetris, kedua tangan tidak
mengalami edema, varises dan gangguan
pergerakan. Bagian bawah berbentuk simetris, kedua
tangan tidak mengalami edema, varises, dan
gangguan pergerakan (Saminem, 2009).
b) Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala.
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal pada
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
100

Payudara : Pada palpasi, payudara seharusnya lobular, bahkan


nodular bila jaringan payudara hipertrofi (Willms,
2010).
Abdomen : TFU Mc Donald, menurut rumus McDonald:
Umur hamil(bulan) = tinggi fundus uteri
3,5cm
Pada saat umur kehamilan 7 bulan tinggi fundus
uteri 26 cm, pada saat umur kehamilan 8 bulan
tinggi fundus uteri 30 cm, pada saat umur
kehamilan 9 bulan tinggi fundus uteri 33 cm
(Manuaba, 2010).
Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan
dan bagian apa yang ada dalam fundus (Hidayat,
2010). Fundus uteri berisi bokong dengan identitas
lunak, tidak bulat, tanpa balotemen, dan besar.TFU
berkisar 26 cm–33 cm menurut Mc. Donald
(Manuaba, 2010).
Leopold II
Digunakan untuk menentukan letak punggung
anak dan letak bagian kecil pada anak (Hidayat,
2010). Di kanan atau di kiri dalam perut ibu terdapat
punggug bayi dengan ciri-ciri tahanan besar, rata,
teraba tulang iga (seperti papan cuci), bagian kecil
janin berada berlawanan dengan punggung janin
(Manuaba, 2010).
Leopold III
Digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah
anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
panggul (Hidayat, 2010). Bagian terendah dipegang
101

antara ibu jari dan jari lainnya adalah kepala dengan


ciri-ciri bulat, keras, dan bentuk yang pasti
(Manuaba, 2010).
Leopold IV
Digunakan untuk menentukan apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah
tersebut kedalam rongga panggul (Hidayat, 2010).
Dilakukan saat usia kehamilan lebih dari VI bulan.
Interpretasi leopold IV tangan konvergen yang
berarti hanya sebagian kecil bagian kepala masuk
PAP, tangan sejajar yang berarti setengah bagian
kepala janin masuk ke p.a.p., tangan divergent yang
berarti sudah sebagian besar kepala masuk ke pintu
atas panggul.Karena bentuk kepala yang oval ada
kemungkinan terdapat tonjolan dahi (fleksi) atau
tonjolan belakang kepala (defeksi). Akibatnya,
hanya satu tangan akan dapat lebih masuk ke dalam
dibandingkan dengan tangan lainnya, satu tangan
akan ditahan oleh benjolan kepala (Manuaba, 2010).
TBJ (Taksiran Berat Janin)
Perkiraan berat janin menurut Johnson, berat
janin (gram) sama dengan pngukuran fundus (cm)
dikurangi n, yaitu 12 jika verteks pada atau di atas
spina ischiadica atau 11 jika verteks dibawah spina,
dikali 155 (Benson, 2009).
Rumus berat janin = (tinggi fundus uteri - 12) x
155 gram; Jika kepala janin belum masuk p.a.p.
Berat janin = (tinggi fundus uteri - 11) x 155 gram;
jika kepala kanin sudah masuk p.a.p. (Manuaba,
2010).
102

Ekstremitas : Tidak terdapat edema pada tangan dan kaki yang


merupakan salah satu gejala preeklampsia (Morgan,
2009).
c) Auskultasi
Dada : bronchial, suara terndengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut, terdengar diatas trakea atau
daerah lekuk suprasternal. Bronkovesikular, suara
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi, terdengar di daerah
dada dimana bronkus tertutup oleh dinding dada.
Vesicular, terdengar lembut dan halus inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi (Somantri, 2011).
Abdomen : Terdengar denyut jantung janin dengan jelas, teratur,
frekuensi 120-160 kali/menit, interval teratur tidak
lebih dari 2 punctum maximal (Mochtar, 2011).
Daerah letak DJJ terdapat di kuadran kiri atau kanan
bawah abdomen ibu.
d) Perkusi
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Somantri, 2011).
Abdomen : Daerah suprapubis redup jika kandung kemih
distensi atau pada wanita jika uterus membesar.
(Swartz, 2010).

3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus/his : Tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : Tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
103

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada trimester III pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan
oleh ibu hamil adalah :
1) Pemeriksaan urine
Tujuannya untuk mendeteksi adanya HCG dalam urin.Kepekaran
tes ini sangat bervariasi antara 500–1.000 mU/ml urin. Adanya
glukosa dalam urin ibu hamil harus dianggap sebagai gejala
penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat membuktikan bahwa hal-
hal lain yang menyebabkannya (Micron Medical Multimedia).
2) Pemeriksaan darah
Memeriksa kadar hemoglobin darah pada ibu hamil kadarnya
berkisar 12 - 15 gr/dL (dr. Chandra, 2007), hematokrit dan hitung
leukosit. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan golongan darah dan
faktor Rhesus untuk menentukan jenis golongan darah dan Rhesus
supaya dapat mencarikan darah yang cocok bila terjadi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan yang memerlukan transfusi darah
(Micron Medical Multimedia).
3) Pemeriksaan feses
Feses diperiksa atas telur-telur cacing (Micron Medical
Multimedia).
4) Pemeriksaan protein
Supariasa (2012) yang seharusnya dilakukan pemeriksaan kadar
serum protein albumin untuk menilai kadar protein dalam darah
yang dapat memperkuat diagnosa KEK
b. Pemeriksaan USG
Pada kehamilan trimester III kehamilan USG sebaiknya
dilakukan pada kehamilan minggu ke-34 untuk mengevaluasi ukuran
fetus dan menilai pertumbuhan fetus, pergerakan dan pernapasan,
detak jantung janin, jumlah air ketuban di sekeliling bayi, serta posisi
bayi dan plasenta (dr. Suririnah, 2010).
104

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
A. Diagnosis
Diagonosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosisi kebidanan.
Diagnosis :G…Papah usia kehamilan……..minggu + …….hari dengan
Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Janin tunggal/ganda,hidup/mati.
Intrauterin/ekstrauterin.
G : Gravida
P : Para
a : aterm
p : premature
a : abortus
h : hidup
(Varney, 2010) hal. 524
Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang
berupa USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan yakini
kehamilan merupakan kehamilan intrauteri.
B. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.
C. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan masuk di dalam
rencana intervensi.
105

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Mengidentifikasi adanya diagnosis atau masalah potensial yang
mungkin terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Masalah yang bisa timbul dari Kekurangan Energi Kronis
adalah dapat menimbulkan terjadinya keguguran (abortus) dan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Berat bayi lahir rendah
mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak serta dapat mengalami komplikasi lain.
Sedangkan pada ibu sendiri seperti anemia, berat badan tidak bertambah
secara normal dan terkena infeksi. Pada saat persalinan gizi kurang dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), perdarahan setelah persalinan, serta operasi persalinan.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi ibu. Pada kasus Kekurangan
Energi Kronis diperlukan adanya tindakan perbaikan gizi dengan pemberian
PMT.

V. MENGEMBANGKN RENCANA INTERVENSI


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi.
1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu.
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya (Varney,
2007).
106

2. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin


Rasional : Dilakukan pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui tingkat
kadar hemoglobin dalam darah ibu hamil yang sangat
penting dalam masa kehamilan.
3. Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil. Pola makan yang teratur dalam
kehamilan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat dan tinggi protein, serta makanan yang mengandung vitamin
dan mineral yang baik. Anjurkan ibu untuk menambah asupan nutrisi
dengan cara sering ngemil dan meningkatkan porsi makannya, sedikit
tapi sering
Rasional: Ibu hamil dengan kekurangan energy kronis membutuhkan
makanan yang bergizi, mengandung karbohidrat dan
protein yang tinggi dan sumber makan beragam yang kaya
akan vitamin dan mineral. Karena dengan terjadinya
kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang
mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk
pertumbuhan janin (Manuaba, 2009).
4. Menjelaskan kepada ibu untuk memperhatikan pola makan selama hamil
dan memperbaiki konsumsi makanan dengan mengkonsumsi makan yang
bergizi dan beragam.
Rasional : Dengan Kondisi ibu yang Kekurangan Energi Kronis maka
sangat penting untuk memperhatikan pola makan agar lebih
teratur dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang beragam dan lengkap yakni makan yang
tinggi karbohidrat, protein, sayuran serta buah-buahan
5. Berikan KIE ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi beban kerja
Rasional : Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan
dengan pertumbuhan jaringan ibu/ janin (Doenges, dkk,
2005).
107

6. Berikan suplemen/vitamin serta memberikan KIE cara meminum tablet


Fe yang benar
Rasional : untuk membuat keadaan anemia defisiensi besi ringan tidak
menjadi lebih buruk sebaiknya dilakukan antisipasi berupa
penanganan yaitu dengan memberikan konseling mengenai
tablet zat besi pada ibu (Sulistyawati, 2009)
7. Berikan ibu makanan tambahan / PMT serta cara mengkonsumsi PMT
Rasional : program Kementrian Kesehatan RI yang menyediakan
anggaran untuk kegiatan pemberian PMT pemulihan bagi
ibu hamil yang memiliki LILA <23,5cm.
8. Pantau kenaikan berat badan dan LILA
Rasional : Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive
terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya
karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan
atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi
(Waryana, 2010).
9. Jadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang minimal 2 kali pada
trimester III.
Rasional : Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk
mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan segera
guna memungkinkan tindakan preventif atau korektif
(Henderson, 2005).

VI. IMPELEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
108

VII. EVALUASI
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan hingga terjadi
perubahan perilaku dari pola konsumsi selama hamil, mengulangi kembali
proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tetapi belum efektif. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
109

2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Trimester III dengan Anemia Ringan

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :

Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur :ibu yang hamil< 20 tahun dan > usia 35 tahun
memiliki resiko untuk mengalami anemia
(Cunningham, 2005)
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :tingkat pendidikan yang rendah meningkatkan risiko
hasil akhir kehamilan yang buruk (Wheeler, 2003)
Pekerjaan :memberikan gambaran mengenai tuntutan
pekerjaannya. Seperti wanita yang harus bekerja berat
dapat meningkatkan anemia (Wheeler, 2003)
Alamat :
No.Register :

2. Alasan Datang Periksa/ Keluhan Utama


a. Alasan Datang Periksa
Klien periksa hamil atau datang sendiri terkait keluhan
b. Keluhan Utama
Keluhan yang umum terjadi pada ibu dengan anemia antara
lain ; cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise,
110

lidah luka, nafsu makan turun ( anoreksia), konsentrasi hilang,


nafas pendek (pada anemia parah), mual muntah dan palpitasi

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Adanya riwayat kehamilan seperti abortus, kehamilan ektopik,
molahidatidosa, dan hiperemesis gravidarum dapat terulang pada
kehamilan ini (Varney, 2006)
b. Adanya kelahiran preterm memungkinkan akan terjadi lagi pada
kehamilan ini (Linda Wheeler, 2003)
c. Penyakit Kardiovaskuler : hipertensi dan penyakit jantung
Hipertensi dapat berakibat pada pre-eklampsi dan komplikasinya
adalah abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation,
perdarahan otak, gagal hati, gagal ginjal, IUGR, premature, dan IUFD
Penyakit jantung dapat memperberat kehamilan dan diperberat
kehamilan dan mengakibatkan emboli paru ,aritmia, pre-eklampsi,
kardiomiopati, dan edema paru (Prawirohardjo, 2010)
d. Penyakit darah : anemia, trombofilia
Anemia pada kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Trombofilia dapat mengakibatkan keguguran, pre-eklampsi, IUGR
(Prawirohardjo, 2010)
e. Penyakit paru : abses paru
f. Penyakit saluran pencernaan : Hiperemesis tingkat III
Dapat menyebabkan diplopia, palsi nervus ke 6, nistagmus, ataksia,
kejang, sindrom korskaff (amnesia) dan kematian (Prawirohardjo,
2010)
g. Penyakit hati : hepatitis
Dapat ditularkan pada bayinya saat persalinan maupunmelalui
plasenta. Pada kehamilan tidakberpengaruh banyak. Namun dapat
menyebabkan gagal hati dan karsinoma hepatoseluler primer pada
bayinya (Varney, 2006)
Pada ibu dapat menyebabkan abortus (Prawirohardjo, 2010)
111

h. Penyakit ginjal dan saluran kencing : gagal ginjal


Gagal ginjal dapat mengakibatkan anemia
i. Penyakit endokrin : Hipertiroid, hipotiroid subklinis, DM
Hipertiroid dapat mengakibatkan pre-eklampsi,gagal jantung, dan
keadaan perinatal yang buruk (Prawirohardjo, 2010)
Hipotiroid subklinis dapat mengakibatkan kelahiran premature,
solusio plasenta, dan gangguan psikomotorik (Prawirohardjo, 2010)
DM dapat mengakibatkan pre-eklampsi, SC, bayi makrosomia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalasemia, polistemia, RDS,
premature, dan IUFD (Prawirohardjo, 2010)
j. Penyakit saraf : epilepsi
Dapat mengakibatkan gagal ginjal, hipoksia janin, dan IUGR (Varney,
2006)
k. Penyakit jiwa : psikosis
Adanya gangguan jiwa yang diderita selama hamil dapat
membahayyakan bagi ibu dan janinnya (Varney, 2006)
l. Penyakit system imunologi : Lupus eritematosus sitemik (LES)
Dapat mengakibatkan kematiann janin meningkat,IUGR, dan pre-
eklampsi (Prawirohardjo, 2010)
m. Penyakit infeksi :IMS, ISK, Varisela, TORCH
IMS dapat mengakibatkan abortus/still birth, BBLR, dan infeksi
perinatal (Prawirohardjo, 2010)
ISK beresiko akan kelahiran preterm,BBLR, Hipertensi, Pre-eklampsi,
dan anemia (Varney, 2006)
Varisela dapat mengakibatkan cacat bawaan pada janin
(Prawirohardjo, 2010)
Toksoplasmosis dapat mengakibatkan malformasi congenital berat.
Rubela dapat berakibat pada abortus, Still birth, kelainan janin.
Sitomegalovirus dapat mengakibatkan kerusakan pada janin. Herpes
dapat mengakibatkan still birth (Varney, 2006)
n. Riwayat alergi
112

o. Riwayat operasi/pembedahan :

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit genetic yang menurun dan meningkat kecenderungannya
pada ras atau etnis tertentu dapat mempengaruhi hasil akhir kehamilan
(Wheeler, 2003)
Pengkajian penyakit menurun( DM, Hipertensi, Leukimia,) menular
(TBC, Hepatitis, Varisela, HIV/AIDS, IMS) dan menahun (Jantung,
asma).

5. Riwayat Menstruasi
Adanya riwayat perdarahan yang banyak saat menstruasi dapat
mengakibatkan anemia.
Siklus : 28 ± 7 hari
Lama : 3 – 8 hari
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran
kelahiran (Varney, 2006)

6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No.
Suami Anak UK Pny Jns Pnlg Tmpt Pny JK BB/PB H M Abnrml Lkts Peny

a. Kehamilan :
UK : adanya kelahiran premature dapat merupakan indikasi
anemia pada kehamilan sebelumnya.
Penyakit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat
terjadi pada kehamilan saat ini. Misalnya : Anemia.
113

b. Persalinan :
Penyakit : terjadinya komplikasi seperti perdarahan saat persalinan
terdahulu dapat berulang pada persalinan saat ini yang
harus dideteksi sedini mungkin.
c. Anak :
Usia : jarak kelahiran yang ≤12 bulan dapat mengakibatkan
premature. Dan jarak kelahiran yang ≤ 1 th
meningkatkan resiko anemia ( Wheeler,2003)
Abnormalitas : adanya abnormalitas pada anak terdahulu dapat
mengindikasikan kelainan genetic (Wheeler, 2003)

7. Riwayat Kehamilan Saat Ini


Dikaji untuk mendeteksi komplikasi, ketidaknyamanan dan setiap
keluahan pada kehamilan ini.
a) Keluhan tiap trimester
b) Pemeriksaan kehamilan
c) Pendidikan kesehatan yang sudah di dapat
d) Imunisasi
(Varney, 2006)

8. Riwayat Ginekologi
Adanya riwayat terkena HPV, penyakit radang panggul, infertilitas,
gonorea, klamidia, sifilis, dan kelainan vagina berpotensi mempengaruhi
hasil akhir kehamilan (Wheeler, 2003)

9. Riwayat Kontrasepsi

10. Data Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Nutrisi Nafsu makan menurun


114

BAK sering
Eliminasi BAB mengalami konstipasi

Istirahat Memerlukan istirahat yang banyak

Adanya pengeluaran secret vagina dapat mengakibatkan

Personal Hygiene vaginitis, sehingga ibu harus sering membersihkan


genetalia ( Varney, 2006)

Cenderung terjadi keletihan, kelemahan dan malaise,


Aktivitas cemas ,gelisah dan ketakutan.

Kebiasaan Kebiasaan minum alcohol, jamu-jamuan, obat-obatan,


kafein, perokok aktif maupun pasif, narkoba, dan
kepemilikan binatang peliharaan dapat mengakibatkan
gangguan dalam kehamilan (Cunningham, 2005)
Seksual Dapat terjadi perdarahan pervaginam

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis
Bagaimana psikis ibu selama hamil
Linda (2003) menyatakan bahwa adanya penganiayaan fisik maupun
psikis serta respon klien atau keluarga yang kurang/ tidak
menginginkan kehamilan dapat mengganggu psikis serta
kehamilannya. Salmah (2006) menyatakan bahwa kehamilan yang
tidak diinginkan bisa berdampak pada kesehatan mental, baik ibu
maupun janinnya.
b. Sosial
Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah /tidak.
Respon klien dan keluarga terhadap bayi yang dilahirkan, diterima/
tidak. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu besar
115

sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan


(Sulaiman,1983 : 155)
c. Kultural
Adat istiadat yang dapat mempengaruhi pilihan pengobatan.
d. Spiritual
Tradisi keagamaan yang dapat mempengaruhi pilihan pengobatan.

Data Obyektif
- Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik/ sedang
Kesadaran : Composmentis/apatis/somnolen/sopor/koma/delirium
Ekspresi wajah : ceria/senang
b. Tanda – Tanda Vital
Tekanan Darah : Tekanan sistolik menurun 8-10 poin,sementara
tekanan diastolik menurun lebih dari 12 poin
( Varney, 2006)
Nadi : Denyut nadi meningkat ± 15x/ menit (Varney, 2006)
Pernafasan : 16-20x/menit
Nafas pendek saat istirahat maupun
beraktivitas
Suhu : 36,5-37,50C
c. Antropometri
Tinggi badan : > 145 cm
Berat badan sebelum hamil :
Berat badan saat ini :
Penambahan berat badan 6 kg (Stoppard, 2009)
LILA : ≥23,5 cm

- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.
116

a. Inspeksi
Postur tubuh : bahu menurun, postur tubuh lunglai, berjalan
lambat
Kepala : Bersih, tidak nampak lesi, tekstur rambut kering dan
mudah putus, distribusi rambut menipis
Wajah : tidak nampak pucat, tidak/ada chloasma gravidarum
Mata : simetris, lengkap, sclera warna putih, konjungtiva pucat, tidak
ada gangguan pada mata, penglihatan jelas
Hidung : Bersih dan tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : simetris, bersih, mukosa bibir lembab,tidak nampak stomatitis,
tidak nampak karies dan karang gigi, tidak nampak peradangan
pada tosil dan uvula, lidah bersih, berwarna merah dan tremor
Telinga : simetris, nampak bersih
Leher : tidak/ nampak chloasma gravidarum
Dada : bentuk normal, simetris, tidak nampak retraksi dinding dada
Payudara : simetris, ada hyperpigmentasi pada areola, putting susu
menonjol, tidak ada dimpling, tidak nampak pengeluaran
colostrum
Abdomen : tidak/ ada linea nigra, tidak/ ada striae albicans, tampak
membesar, tidak ada luka bekas operasi SC
Genetalia : bersih, tidak nampak varices, tidak ada oedem, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholin
Anus : tidak nampak hemoroid
Ekstremitas : ektstremitas atas nampak simetris, cavilary refill
kembali > 2 detik, refleks bisep dan trisep (+)
: ekstremitas bawah nampak simetris, cavilary refill
kembali > 2 detik, refleks babinski (-), homan sign (-
), refleks patella (+)

b. Palpasi
Kepala : tidak teraba massa
117

Wajah : tidak ada edema


Mata : tidak ada edema pada palpebral
Telinga : tidak tegang
Hidung : tidak ada fraktur
Leher : tidak ada pembesaran pada vena jugularis, kelenjar limfe dan
kelenjar tyroid
Dada : tidak ada tumor atau massa, vocal fremitus sama kanan dan kiri
Payudara : tidak teraba massa dan pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : Leopold I – VI (Mochtar,2011)
d. Leopold I : TFU tidak sesuai usia kehamilan, pada
fundus teraba keras , bulat dan melenting
e. Leopold II : teraba bagian panjang dan keras seperti
papan pada kanan/ kiri ibu dan bagian
sebaliknya teraba bagian kecil janin
f. Leopold III : pada SBR teraba bagian bagian
lunak,kurang bulat dan tidak melenting
g. Leopold IV : konvergen/ sejajar/ divergen
TFU :
Genetalia : kelenjar serviks menyekresi sejumlah besar lendir dengan
konsistensi kental atau cair (Varney, 2006)
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak ada edema, tanda homan sign negative, turgor
kulit

c. Auskultasi
Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
Bunyi jantung : BJ I terdengar jelas dan terdengar mur mur (Varney,
2006)
Abdomen : Bising usus 5 – 35 x/menit
DJJ : 120 – 140x/menit
118

d. Perkusi
Dada : sonor

- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Hb 8 – 11 gr% (Cunningham,2005)
HT menurun
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya :

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang di tegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan
Diagnosis : G…Papah usia kehamilan……..minggu + …….hari dengan
anemia ringan
Janin tunggal/ganda,hidup/mati.
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/ masalah potensial tersebut tidak terjadi.
119

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergwnsi/darurat yang harus
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi.
1. Jelaskan mengenai keadaan pasien
R: penjelasan mengenai pemeriksaan fisik merupakan hak pasien
2. Berikan KIE mengenai bahaya anemia pada kehamilan
R: mengetahui keadaannya sehingga dapat membuat ibu lebih waspada
dan kooperatif terhadap petugas kesehatan
3. Berikan KIE mengenai cara menanggulangi anemia pada kehamilan
R : perbaikan gizi sedini mungkin akan mengurangi bahaya anemia
pada kehamilan lanjut serta persalinan

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisiensi dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksaaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang kebersihan dan kefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
120

3. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Normal

Kala I Persalinan
I. PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.
Tanggal/Waktu Pengkajian :
Tanggal/Waktu MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat :

Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur : <16 Tahun dan >35 tahun
Usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah
komplikasi persalinan (Varney, 2010).
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerja Seks komersial lebih rentan terkena
HIV (Daili, 2009).
Alamat :
No. Register :

2. Alasan Datang/Keluhan Utama


a. Alasan Datang
Klien merupakan pasien rujukan atau datang sendiri terkait adanya
121

keluhan
b. Keluhan Utama
Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, nyeri semakin hebat bila
untuk aktivitas jalan, mengeluarkan lendir darah, pengeluaran
cairan yang sebagian besar ketuban pecah (Manuaba, 2010).

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai dari klien pertama kali
merasakan keluhan sampai dengan sebelum bertemu pengkaji saat ini.
1) Kapan kontraksi mulai dirasakan?
2) Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering Kontraksi terjadi?
3) Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
4) Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan
ketuban? Apakah kental atu encer? Kapan saat selaput ketuban
pecah?
5) Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah
berupa bercak atau darah segar pervaginam?
6) Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
7) Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih? (JPNK-KR,
2010).
Jika Klien bukan merpakan pasien baru MRS, maka segala sesuatu
penatalaksanaan ataupun tindakan yang telah didapatkan oleh klien di
RS juga dimasukkan ke dalam riwayat kesehatan sekarang, yang
kemudian di validasi pada data rekam medis.

b. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat/diperberat oleh
persalinan: Jantung, Hipertensi, Anemia, leukimia, isoimunisasi,
TBC, Asma, Bronchial, Haemorroid, Hepatitis, Ginjal, Diabetes
Mellitus, Epilepsi, Psikosis, Penyakit Autoimun, IMS, HIV/AIDS,
122

TORCH, ISK, dan kelainan/penyakit sistem reproduksi.


TBC : Ibu hamil dengan riwayat TBC aktif kemungkinan bisa
menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular
pada bayi (Prawirohardjo, 2011).
Hepatitis : Hepatitis yang terjadi selama kehamilan dapat
menyebabkan korioamnitis selama persalinan (WHO,
2015).
HIV/AIDS : Pada ibu yang menderita HIV/AIDS dalam populasi
yang tidak diobati maka memiliki risio absolut standar
penularan ibu kepada anak ( mother to child
transmission, MTCT). Sebagian besar infeksi perinatal
(65-75%) terjadi disekitar waktu melahirkan (Varney,
2010).
Hipertensi : Hipertensi dapat menyebabkan morbiditas ibu serta
terjadi persalinan premature iatrogenic (Himeno, 2010).
Diabetes : Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan
dengan diabetes melitus akan menigkatkan resiko
terjadinya janin makrosomia dan trauma persalinan
Asma : Peningkatan insidensi pre-eklampsia, persalinan
premature, berat badan lahir rendah dan mortalitas
perinatal pernah dilaporkan berkaitan dengan asma
(Levono, 2009).
TORCH : Insfeksi TORCH selama kehamilan awal berpotensi
memacu perubahan genetik dan anatomik embrio
(Hadijanto, 2009).
Kelainan Alat Reproduksi : Kelainan uterus, misalnya uterus
bikornis unilokalis dapat menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya
distosia karena kelainan HIS
(Mochtar, 2011).
123

Penyakit Autoimun : Hadijanto (2009) mengemukakan bahwa


terdapat hubungan yang nyata antar abortus
berulang dan penyakit autoimun, misalnya
systemic lupus erythematosus (SLE) dimana
diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan
berakhir dengan terhentinya kehamilan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter (Hipertensi, diabetes
Melitus, Asma) dan menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS) serta riwayat
keturun gamely.
Hipertensi : Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan
dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa ibu yang
mengalami pre-eklampsia, 26% anak perempuannya
akan mengalam pre-eklampsia pula (Angsar, 2009).
Diabetes : Kemungkinan diabetes melitus dalam kehamilan
(diabetes gestational) lebih besra jika ada anggota
keluarga sakit diabetes/herediter (Mochtar, 2009).
Gamelli : Kehamilan kembar memiliki insidens lebih tinggi pada
keluarga yang memiliki riwayat kehamilan kembar
(Fraser & Cooper, 2009).

5. Riwayat Menstruasi
HPHT : Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan
dan perkiraan taksiran partus (Varney, 2010).
Riwayat menstruasi : siklus, lama, jumlah
Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implantasi
sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat berbeda dari
menstruasi yang biasa ia alami (Varney, 2010).
124

6. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

No Abno
Suam An Pnl J Lakt Pen
UK Peny Jns Tmpt Peny BB/PB H M rmali
i k g K asi y
tas

a. Dekker (2010) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan salah satu
faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi pada multigravida
yang memiliki pasangan baru
b. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya (Angsar, 2009).
c. Atonia Uteri sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
(Mochtar, 2009).
d. Hallak (2009) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan hipertensi
akibat kehamilan terjadi dua kali lebih sering pada kehamilan pertama
(primigravida) dibandingkan pada multipara.
e. Riwayat pernah melahirkan premature satu kali mempunyai resiko 4
kali lipat, sedangkan yang pernah melahirkan dua kali prematur
mempunyai resiko 6 kali lipat (Sastrawinata, 2011).
f. Plasenta previa rentan terjadi pada endometrium yang cacat akibat
bekas persalinan berulang, bekas operasi, kuretase dan manual
plasenta (Fraser & Cooper, 2009).
g. Riwayat bedah sesar akan mempengaruhi ibu untuk persalinan
berikutnya (Varney, 2010).
h. Menurut Sulistiowati (2010), terdapat hubungan yang signifikan
antara riwayat persalinan buruk sebelumnya dengan perdarahan pada
persalinan.
i. Pada multigravida bila perslainan yang lalu dijumpai keadaan
kehamilan dengan komplikasi atau penyakit, pernah mengalami
keguguran, persalinan prematurus, IUFD, persalinan dengan tindakan
125

operasi, perslainan berlangsung lama (>24 jam) dan kehamilan lewat


waktu maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan saat ini mempunyai
risiko yang lebih tinggi (Manuaba, 2010).
j. Grande multipara, jarak persalinan yang pendek atau kurang dari dua
tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum
(Manuaba, 2010).
k. Ibu yang secara genetik selalu melahirkan bayi besar (makrosomia)
dapat menyebabkan disfungdional persalinan kemungkinan rupture
uteri dan peningkatan insiden perdarahan postpartum (Mary, 2011).

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Menurut Varney, 2010 riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk
mendeteksi komplikasi beberapa ketidaknyamanan dan setiap keluhan
seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid terakhirnya (HPHT)
a. Keluhan tiap trimester
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
c. Pemeriksaan kehamilan
d. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
e. Imunisasi
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan. Riwayat merokok,
minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan tradisional,
ketergantungan obat-obatan tertentu dan kebiasaan memelihara
hewan.
Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningktakan risiko
aborsi spontan dan plasenta abnormal, termasuk abrupsio dan plasenta
previa (Varney, 2010).
Konsumsi alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan
resiko aborsi spontan pada trimester kedua dan defisiensi nutrisi
(Varney, 2010).
Selama kehamilan, penggunaan kokain dikaitkan dengan aborsi
126

spontan, persalinan dan kelahiran premature, abrupsi plasenta,


persalinan dan pelahiran cepat, intoleransi janin terhadap persalinan,
berat badan lahir rendah dan kematian janin (Varney, 2010).
Kafein yang terkandung dalam kopi akan mengakibatkan resiko tinggi
aborsi trimester pertama (Varney, 2010).
Wanita hamil yang memiliki hewan peliharaan kucing rentan
terkena toxoplasmosis melalui kotoran kucing yang olehnya. Apabila
wanita terinfeksi pada masa hamil, toxoplasmosis dapat menyebabkan
malformasi kongenital berat karena protozoa ini dapat menembus
mellui plasenta ke janin. Efek yang paling parah adalah anomaly otak,
musal anensefali, hidrosefalus, mikrosefali dan pengapuran
intracranial (Varney, 2010).

8. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan
kehamilan

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Nutrisi Kebanyakan wanita saat persalinan tidak menginginkan


untuk makan. Namun cairan yang adekuat harus
disediakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi (Christine
2009).

Eliminasi Pada kala I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di
area pelvis dan pada kala II , adanya desakan mengejan
seperti dorongan ingin buang air besar (varney, 2010).

Istirahat Ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi


apapun dalam waktu yang lama (Penny, 2010).

Aktivitas Pada primi ataupun multi akan memberikan perhatian


pada kontraksi, timbul kecemasan, tegang, perasaan tidak
enak, atau gelisah (Penny, 2010).
127

Personal Hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang
bersih selama persalinan (Mochtar, 2011).

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis:
Riwayat pernikahan : Pernikahan ke berapa, lama menikah,
status pernikahan sah/tidak
Kehamilan direncanakan/tidak
Psikologis ibu menghadapi persalinan
b. Sosial : Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilan
c. Kultural : Adakah adat istiadat yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapat memberikan dampak negatif atau
merugikan bagi ibu maupun janin
d. Spiritual : Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapt memberikan dampak negatif atau
merugikan bagi ibu maupun janin

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Ekspresi Wajah : Meringis
c. Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah, 2009) Peningkatan sistolik 10-20
mmhg dan distolik rata-rata 10 mmHg
masih dianggap normal (Varney, 2010).
Nadi : 60-100 x/menit, peningkatan nadi dapat
terjadi pada saat kontraksi uterus (Varney,
2010).
128

Suhu Tubuh : 36,5-37.50C, peningkatan suhu tidak lebih


dari 0.5-1oC masih dianggap normal
(Varney, 2010).
Pernapasan :16-24x/menit, peningkatan frekuensi
pernapasan mencerminkan penigkatan
metabolisme yang terjadi saat proses
persalinan (Varney, 2010).
d. Antropometri
Tinggi Badan : >145cm, tinggi badan kurang dari 145 cm
dapat dicurigai terjadinya kesempitan panggul
(Varney, 2010).
Kenaikan Berat Badan : <15 kg, penambahan berat badan lebih dari
15 kg, dapat mengindikasikan ibu untuk
mengalami PEB, DM dan janin makrosomia
(Varney, 2010).
Ukuran LILA : >23,5 cm, ukuran lila kurang dari 23,5 cm
dapat mengindikasikan status gizi buruk pada
ibu hamil (Varney, 2010).

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Kepala : Kulit kepala bersih, dstribusi rambut merata
Wajah : Tidak pucat dan oedema, ada/tidak ada chloasma
gravidarum
Mata : Simetris, kelopak mata tidak oedema, sklera
berwarna putih, konjungtiva berwarna merah
muda dan tidak ada kelainan pada mata
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung,
polip ataupun peradangan
129

Mulut : Bersih, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan


tremor, gigi geraham lengkap, tidak ada stomatitis,
caries dentis.
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret.
Leher : Ada/tidak ada hyperpigmentasi, tdak ada pembesaran
tonsil, faring, laring, vena jugularis, kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : Tampak simetris dan bersih, areolla dan puting tampak
kehitaman, lebih besar, tidak tampak benjolan
Abdomen : Ada pembesaran, linea alba/nigra, ada/tidak ada striae,
tidak ada bekas operasi sc
Genetalia : Tidak ada oedema, varises serta haemoroid, tampak
pengeluaran lebih darah, cairan ketuban
Anus : Tidak ada haemorroid
Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedema
Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran pada vena jugularis, kelenjar
getah bening dan kelenjar tiroid
Payudara : Tidak teraba benjolan atau massa abnormal
Abdomen :
TFU Mc-donald : Mengukur jarak symphisis-fundus dengan
menggunakan Midline, biasanya pada UK
aterm > 33cm (Sastrawinata, 2014).
Leopold I : Tinggi fundus uteri menggunakan jari, biasanya
pada UK aterm TFU Pertengahan Pusat-
Processus Xypoideus Pada fundus teraba linak,
kurang bulat, kurang melenting (bokong janin)
Leopold II : Teraba keras memanjang seperti papan di abdomen
sebelah kanan/kiri ibu (Punggung janin)
130

Leopold III : Pada SBR teraba keras, bulat, melenting (Kepala


janin), bagian terendah janin sudah tidak dapat
digoyangkan terhadap panggul
Leopold IV : Bagian terendah janin sebagian kecil/besar sudah
melewati PAP (konvergen/divergen)
TBJ :
TBJ (gr) = (TFU-12) x 155, jika kepala sudah

masuk ke dalam panggul

TBJ (gr) = (TFU-11) x 155, jika kepala masih

diatas spinaischiadica

Penurunan kepala dengan perlimaan : <5/5 pada primi


Pada kala I persalinan, kepala seharusnya sudah masuk ke dalam rongga
panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, mungkin bagian
terbawah janin (Kepala) besar dibandingkan dengan diameter pintu atas
panggul (CPD) (Prawirohardjo, 2010).
Genetalia : Tidak teraba oedema, tidak teraba pembesaran pada
kelenjar bartholini. Pada proses persalinan jika terjadi
oedema pada perineum maka perlu dihindarkan
persalinan pervaginam karena dapat dipastikan akan
terjadi laserasi perineum (Manuaba, 2010).

Auskultasi
Abdomen :
DJJ : Terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-
160x/menit, interval teratur tidak lebh dari 2
punctum maximal (Mochtar, 2011).
Daerah/letak DJJ : Kuadran kiri/kanan bawah
abdomen ibu
131

3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan HIS
HIS Kala I : His belum begitu kuat datangnya 10-15 menit tidak begitu
mengganggu ibu interval menjadi lebih pendek kontraksi
kuat dan lama (Varney, 2010) His dianggap adekuat jika
terjadi >3x dalam 10 menit dan berlangsung selama >40
detik.
Pemeriksaan Dalam
Tanggal: Jam: Oleh:
a. Vulva Vagina : Tidak ada massa abnormal
b. Portio : Effacement 0-100%
c. Pembukaan :
Fase laten : 0-3 cm
Fase aktif, akselerasi : 4-6 cm
Fase aktif, dilatasi maksimal : 7-9 cm
Fase aktif, deselearasi : 9-10
d. Ketuban :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
Meconium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
e. Presentasi : Belakang Kepala
f. Denominator : UUK (Oksiput)
g. Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
h. Hodge : Hodge I-III
132

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal : >11 gr%
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr% selama
persalinan(Varney, 2010).
Sel darah putih : Meningkat secara progresif pada kala I
persalinan, ±5000-15.000 pada saat pembukaan
lengkap
Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen
plasma (Varney, 2010)

Albumin dan reduksi urine negative (Sulaiman, 2011)

Pemeriksaan USG : Janin intrauterine

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
a. Diagnosis
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan
Diagnosis : G...Papah usia kehamilan...minggu+... Kala I Fase
laten/aktif Persalinan Normal
Janin tunggal, hidup, intrauterine
G : Gravida
P : Para a : aterm
p : premature
a: abortus
h : hidup (Varney, 2010)
b. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami oleh
133

klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai


diagnosis.
c. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan termasuk didalam
rencana intervensi.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalh potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Tindakan antisipasi : Tindakan antisipasi diperlukan untuk mencegah
agar diagnosis dan masalah potensial tidak
terjadi. Tindakan antisipasi akan termasuk di
dalam rencana intervensi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi ataupun
rujukan.
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atu
diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
134

klien dan keluarga (Varney, 2010).


2) Lakukan observasi kala I
a. Tiap 30 menit, pantau DJJ, nadi dan kontraksi uterus
Rasional : DJJ dan nadi ibu diperiksa untuk memastikan kondisi ibu
dan janin baik. Kontraksi uterus dipantau untuk
memudahkan petugas dalam pengambilan tindakan
selanjutnya (JNPK-KR, 2010).
b. Tiap 2 jam , suhu tubuh dan volume urine ibu
Rasional : Peningkatan suhu tubuh dapat menunjukkan proses
infeksi dan dehidrasi (Varney, 2010) kandung kemih
yang penuh berpotensi untuk menghambat proses
persalinan dan penurunan kepala (JNPK-KR, 2010).
c. Tiap 4 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan ketuban,
molase dan tekanan darah ibu.
Rasional : Merupakan indikator untuk pengambilan tindakan
selanjutnya (JNPK- KR, 2010).
3) Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PI!
Rasional : PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan
keterampilan untuk melaksanakan prosedur PI secara baik
dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan
terhadap risiko infeksi (JNPK-KR, 2010).
4) Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari
10 menit!
Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya
akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya aliran darah sirkulasi ibu ke
plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia
atau kekurangan oksigen pada janin.
Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan
terhadap proses persalinan (JNPK-KR, 2010).
135

5) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya!


Rasional : Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk
memperlambat proses persalinan (Varney, 2010).
6) Ajarkan ibu melakukan teknik nafas dalam pada waktu his!
Rasional : Latihan napas dalam merupakan upaya relaksasi yang dapat
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri terutama saat terjadi
kontraksi (Varney, 2010).
7) Anjurkan ibu tetap mendapat asupan (makanan ringan dan minum)
selama persalinan dan proses kelahiran!
Rasional : Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan/atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-
KR, 2010).
8) Berikan KIE tentang proses persalinan normal!
Rasional : Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat
menggugah emosi. Dengan memberikan pengertian
tentang proses persalinan ibu akan berupaya mengatasi
gangguan emosionalnya (Varney, 2010).
9) Berikan support mental/dukungan psikologis pada ibu untuk
menghadapi proses persalinan!
Rasional : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya
dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu
selama proses persalinan (Enkin, 2010). Dengan adanya
suami dan anggota keluarga yang berperan aktif dalam
mendukung ibu dapat sangat membantu memberi
kenyamanan pada ibu (JNPK- KR, 2010).
10) Siapkan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan!
Rasional : Sebagai pemeriksaan kelengkapan alat untuk proses
persalinan serta sebagai alat pelindung diri (Doengoes,
2011)
136

11) Dokumentasikan hasil pemantauan kala 1 pada partograf!


Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala 1 persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik. Dokumentasi menggunakan partograf
memudahkan untuk pengambilan keputusan dan rencana
asuhan selanjutnya (JNPK-KR, 2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
137

Kala II Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada retum/vaginanya

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah, 2010) tekanan darah dapat meningkat
lagi 15-25mmHg selama kala II
(Varney, 2010).
Nadi : 60-100 x/menit, frekuensi meningkat disertai takikardi
ketika mencapai puncak saat persalinan (Varney, 2010).
Suhu tubuh : 36,5-37,5°, peningkatan suhu tertinggi
yang masih dianggap normal adalah 1-2°C
(Varney, 2010).
Pernafasan : 16-24x/menit, peningkatan frekuensi
pernafasan mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi saat proses
persalinan (Varney, 2010).

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Genetalia : Adanya tanda gejala kala II
a) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
b) Perineum tampak menonjol
c) Vulva dan sfingter ani membuka (JNPK-KR, 2010).
138

Auskultasi :
DJJ : Terdengar jelas, teratur, frekuensi 120- 160x/menit
(Mochtar, 2011).

3. Pemeriksaan Khusus
Observasi His : His dianggap adekuat jika terjadi ≥3x dalam 10
menit dan berlangsung selama ≥40 detik
Pemeriksaan Dalam
Tanggal : Jam : Oleh :
a) Vulva vagina : tidak ada massa abnormal
b) Portio : effacement 100%
c) Pembukaan : 10 cm
d) Ketuban :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur meconium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah
tidak mengalir lagi
e) Presentasi : belakang kepala
f) Denomitor : UUK (oksiput)
g) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
h) Hodge : Hodge III-IV

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G papah Kala II Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
139

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASSI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Lakukan prosedur asuhan persalinan normal :
1) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah!
Rasional : Selaput ketuban yang belum pecah dapat menghambat
kelancaran proses kelahiran bayi (JNPK-KR, 2010).
2) Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran!
Rasional : Hasil persalinan yang baik erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama
proses persalinan (Enkin, et al, 2010).
3) Lakukan observasi DJJ diantara kontraksi!
Rasional : Deteksi dini bradikardi ataupun hipoksia janin
berkenaan dengan penurunan sirkulasi maternal dan
penurunan perfui plasenta (Doengoes, 2010).
4) Anjurkan keluarga pendamping untuk melakukan stimulasi putting susu
bila kontraksi tidak baik!
Rasional : Stimulasi putting susu berfungsi untuk menstimulasi
produktivitas oksitosin ibu, yang berperan dalam proses
persalinan mengejan (Doengoes, 2010).
5) Lakukan persiapan pertolongan kelahiran bayi
a. Anjurkan ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran!
Rasional : Saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat
berkonsentrasi untuk mengejan (Doengoes, 2010).
b. Lakukan bimbingan meneran!
Rasional : Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi
140

risiko kelelahan yang berlebihan pada ibu, serta


sebagai salah satu indikator kemajuan dalam proses
persalinan (JNPK-KR, 2010).

6) Lakukan pertolongan kelahiran bayi:


a. Lahirkan kepala bayi setelah kepala bayi membuka vulva 5-6cm
dengan cara lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan puncak kepala aagar
tidak terjadi fleksi yang terlalu cepat dan membantu lahirnya kepala!
Rasional : Dengan melakukan penahanan perineum dapat melindungi
perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara
bertahap dan hati-hati,serta dapat mengurangi regangan
berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum (JNPK-
KR, 2010).
b. Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi!
Rasional : Lilitan tali pusat dapat menghambat kelahiran bahu dan
dapat menyebabkan asfiksia pada bayi jika tidak dilepaskan
(JNPK-KR, 2010).
c. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan!
Rasional : Putaran paksi luar yang sempurna menjadikan kepala janin
searah dengan punggungnya sehingga memudahkan
kelahiran tubuh bayi (JNPK-KR, 2010).
d. Lahirkan bahu secara biparietal!
Rasional : Melahirkan bahu secara biparietal dapat mengurangi atau
mencegah terjadinya ruptur yang luas pada perineum
e. Lahirkan badan bayi dengan tangan kanan menyanggah kepala,lengan
dan siku seelah bawah dan gunakan tangan kiri untuk memegang
lengan siku atas!
Rasional : Melakukan sanggah dapat mempermudah kelahiran bayi
dan mencegah laserasi (JNPK-KR, 2010).
141

f. Lahirkan seluruh tungkai bayi dengan tangan kiri menelusuri


punggung hingga tungkai!
Rasional : menulusuri punggung sampai tungkai mempermudah
proses kelahiran bayi (JNPK-JR, 2010).
7) Lakukan penanganan bayi baru lahir:
a. Lakukan penilaian sepintas pada bayi baru lahir!
Rasional : Mengevaluasi apakah bayi menangis kuat atau bernafas
megap-megap, gerakan bayi aktif atau tidak,serta warna
kulit bayi kemerahan atau sianosis sehingga memudahkan
petugas dalam pengambilan tindakan selanjutnya
(JNPK-KR, 2010).
b. Keringkan bayi di atas perut ibu!
Rasional : Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan
(JNPK-KR, 2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
142

Kala III Persalinan


I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
Ibu masih merasakan adanya kontraksi uterus.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70-120-80mmHg,<140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c
Pernafasan : 16-24x/menit (Varney, 2010)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Genetalia : Adanya tanda pelepasan plasenta
Tampak tali pusat memanjang,ada semburan
darah secara mendadak dan singkat
(JNPK-KR, 2010).
Palpasi
Abdomen : Teraba tinggi fundus berada diatas pusat
(JNPK-KR, 2010).

3. Data Bayi
Bayi telah lahir,
Tanggal : Jam: Jenis kelamin :
Hasil penilaian sepintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ? (Varney, 2010).
143

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G Papah Kala III persalinan normal
Masalah : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. MENGEMBANGKN RENCANA INTERVENSI


Lanjutan intervensi asuhan persalinan normal :
1) Pastikan kehamilan tunggal!
Rasional : Injeksi oksitosin pada manajemen aktif kala III
dilakukan setelah bayi lahir,sehingga perlu memastikan
bahwa tidak ada janin kedua dalam perut ibu (JNPK-
KR, 2010).
2) Lanjutkan penanganan bayi baru lahir :
a. Lakukan pemotongan tali pusat setelah 2 menit atau sampai tali pusat
berhenti berdenyut!
Rasional : Pemotongan tali pusat dilakukan dalam 2 menit
setelah kelahiran atau sampai tali pusat berhenti
berdenyut untuk memaksimalkan aliran darah ibu
ke bayi, sehingga menekan risiko anemia pada bayi
baru lahir (JNPK-KR, 2010).
b. Lakukan pengikatan tali pusat!
Rasional : Pengikatan tali pusat secara erat mutlak
diperlkukan untuk mencegah perdarahan tali pusat
yang dapat mengakibatkan anemia pada bayi baru
lahir (JNPK-KR, 2010).
144

c. Lakukan IMD!
Rasional : Inisiasi menyusui dini merupakan langkah awal
bentuk bounding attachment. Selain itu,sekitar
22% angka kematian bayi setalah lahir pada 1
bulan pertama dapat ditekan dengan IMD.
3) Lakukan manajemen aktif kala III :
a. Berikan injeksi oksitosin 10 unit secara IM dalam 1 menit kelahiran
bayi!
Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi
dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu
mempercepat peepasan plasenta an mengurangi
kehilangan darah (JNPK-KR, 2010).
b. Lakukan PTT!
Rasional : Peregangan tali pusat terkendali (PTT) merupakan
cara mengevaluasi apakah plasenta sudah terlepas
sempurna dari perlekatannya.
c. Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir!
Rasional : Masase fundus uteri segera setelah palsenta lahir
dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus
sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan.
d. Lahirkan plasenta!
Rasional : Pada kala tiga pelepasan dan pengeluaran uri
cukup penting,karena kelalaian dapat
menyebabkan resiko perdarahan yang membawa
kematian (Mochtar, 2011).
e. Cek kelengkapan plasenta dan selaput ketuban!
Rasional : Menghindari terjadinya perdarahan akibat
tertinggalnya sisa plasenta (Varney, 2010).
145

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisian dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidana yang telah dilakukan. Evaluasi didkoumentasikan dalam bentuk
SOAP.
146

Kala IV Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70-120-80 mmHg, <140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c, suhu ibu berlanjut sedikit
meningkat, tetapi biasanya <38°c
(Varney, 2010).
Pernapasan : 16-24x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Abdomen : Tampak mengecil
Genetalia : Ada/tidak laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney, 2010).
Palpasi
Abdomen : Teraba uterus di tengah-tengah abdomen, teraba
membulat dan keras (Varney, 2010).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : papah kala IV persalinan normal
Masalah : tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
147

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : tidak ada

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Lanjutkan intervensi asuhan persalinan normal:
1) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum!
Rasional : Merupakan deteksi dini adanya laserasi yang dapat
mengkibatkan perdarahan postpartum (JNPK-KR,
2010).
2) Lakukan penjahitan jika laserasi mengakibatkan perdarahan!
Rasional : Penjahitan dilakukan jika terdapat laserasi yang
mengakibatkan perdarahan aktif (JNPK-KR, 2010).
3) Ajarkan ibu melakukan masase uterus!
Rasional : Ibu dapat menilai kontraksi rahimnya sendiri.
Dengan memberikan rangsangan taktil pada uterus
dapat mencegah terjadinya perdarahan (JNPK-KR,
2010).
4) Estimasi jumlah perdarahan!
Rasional : Mengestimasi jumlah perdarahan diperlukan sebagai
bentuk deteksi dini kemungkinan terjadinya
perdarahan postpartum, yaitu jumlah perdarahan
>500ml (JNPK-KR, 2010).
5) Lakukan pemantauan kala IV!
Rasional : Deteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi
pascapersalinan (JNPK-KR, 2010).
6) Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan (pencegahan infeksi) pasca
persalinan!
Rasional : Prosedur pencegahan infeksi yang dilakukan dengan
benar dapat mencegah terjadinya infeksi
silang/infeksi nosocomial (Doengoes, 2011).
148

7) Lengkapi partograf
Rasional : Pengisian partograf merupakan salah satu bentuk
pendokumentasian terhadap proses persalinan yang
telah dilakukan (JNPK-KR, 2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
149

4. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Normal

I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Nama orang tua BBL
(Prawirohardjo, 2010 & Ambarwati, 2009).
Umur /Tanggal Lahir : 0–28 hari
Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai
ketika bayi keluar dari perut ibu hingga
bulan pertama kehidupan (Varney, 2010).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis Medis : NCB SMK
Setelah memiliki bagan hubungan berat lahir dan usia gestasi,
bidan menggolongkan BBL ke dalam 3 kategori, namun yang
dikatakan normal hanya:
Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Dengan mengkombinasikan kategori usia gestasi dengan kategori
berat/usia gestasi, bidan kemudian dapat menggolongkan BBL ke
salah satu dari Sembilan kategori. Hanya saja 1 yang masuk dalam
kriteria normal
Cukup bulan, sesuai masa kehamilan (Varrney, 2010).
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia ayah/Ibu : Usia >20 dan <35 tahun
Faktor ibu yang memperbesar resiko
kematian perinatal adalah pada ibu dengan
150

umur lebih tua (Wiknjosastro, 2012).


Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
1) Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran:
a) Riwayat Antenatal
(1) Pemeriksaan kehamilan: teratur/tidak
(2) Frekuensi kunjungan:
Kunjungan antenalatal sebaiknya dilakukan secara
berkala dan teratur. Bila kehamilan normal, jumlah
kunjungan minimal 4x: 1x pada trimester I, 1x pada
trimester II dan 2x pada trimester III (Prawirohardjo,
2010).
Setiap kunjungan ulang terdiri dari atas peninjauan
ulang catatan, riwayat dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan ibu dan
janin (Varney, 2010).
(3) Komplikasi kehamilan:
Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta
sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah
gangguan yang berat, baik terhadap kehamilan dan
keselamatan bayi yang dikandungnya (Prawirohardjo,
2010).
151

b) Riwayat Intranatal
(1) Jenis persalinan : spontan/SC
(2) Komplikasi persalinan :
Ibu :
(a) persalinan lama : disebabkan oleh kelainan
tenaga, kelainan janin, atau kelainan jalan lahir
(Prawirohardjo, 2010).
(b) Ketuban pecah dini
Bayi :
(a) Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang
berada di bawah segmen rahim bukan belakang
kepala
(b) Prolapsus tali pusat: diklasifikasikan menjadi tali
pusat terkemuka, tali pusat menumbung dan occult
prolapsed
(c) Persalinan preterm
(3) Keadaan ketuban : Utuh/pecah
(4) Lama ketuban pecah :pecah ketuban secara
spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada
persalinan kala aktif (Prawirohardjo, 2010).
(5) Kondisi ketuban :
jernih/keruh/mekonium/darah
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu
menunjukkan adanya gawat janin. Tanda-tanda gawat
janin jika DJJ <100 atau >180x/menit. Tapi jika terdapat
mekonium kental, segera rujuk ibu ketempat yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2010).
152

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat Penyakit Menular
1) Penyakit Paru-paru : ibu hamil dengan riwayat TBC aktif
kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa
menular pada bayi (Prawirohardjo, 2010).
2) Penyakit Hati : Penularan terjadi secara transplasenta, dari
serum ke serum, dan melalui kontak dengan urin, feses, saliva,
semen, atau sekresi vagina yang terkontaminasi selama proses
persalinan. Angka transmisi tertinggi ialah ibu terkena virus
sesaat sebelum persalinan (Bobak, 2011).
3) Varisela zoster : Cacar air yang diderita ibu dari gestasi 20
minggu hingga hampir masa persalinan dapat mengakibatkan
bentuk varisela neonates yang lebih ringan yang tidak
mengakibatkan gejala sisa negative bagi neonatus (Myles,
2009).
4) Infeksi Menular Seksual : Kematian janin, baik dalam bentuk
abortus spontan atau lahir mati ditemukan pada 20-25%
perempuan yang menderita sifilis atau pun herpes. BBLR dapat
dijumpai pada vaginosis bacterial, trikomoniasis, sifilis atau
herpes prime. infeksi congenital pada infeksi klamida, gonore,
sifilis dini dan herpes genital.
b. Riwayat Penyakit Menurun
Penyakit DM kebanyakan adalah penyakit keturunan, bukan
penyakit menular (Misnadiarly, 2009).
Beberapa ibu yang secara genetic selalu melahirkan bayi besar,
seperti ibu dengan diabetes mellitus yang menyebabkan penyulit
dalam persalinan akibat janin besar yang merupakan kelanjutan dari penyulit
kehamilan dengan janin besar, implikasi makrosomia bagi ibu melibatkan
distensi uterus, menyebabkan peregangan yang berlebihan pada serat-serat
uterus. Hal ini menyebabkan disfungsional persalinan, kemungkinan ruptur
uterus, dan peningkatan insiden perdarahan postpartum (Mary, 2010)
153

4. Keadaan Bayi Saat Lahir


Berisi tentang kondisi bayi saat lahir dan tindakan yang telah
dilakukan.

5. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting
susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100
ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi.
Bayi sehat akan mengkonsumsi 700–800 ml ASI per hari (kisaran
600–1000 ml) untuk tumbuh kembang bayi (JNPK-KR, 2010).
Eliminasi BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi lebih dari 20 x
BAB: turun 5-13% pada hari ke 4-5 diakibatkan karena intake
minimal dan metabolisme meningkat
Istrahat BBL tidur nyenyak: bayi jarang bergerak dan pernafasan
lambat dan teratur
BBL tidur dengan gerakan mata yang cepat (REM): bayi
bernafas tidak teratur dan meringis atau membuat ekspresi
wajah lainnya serta gerakan mata yang cepat dapat terlihat
melalui kelopak mata
Pesonal BBL perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok BBL perlu di
Hygiene bersihkan/diganti setiap kali area tersebut kotor dan perawatan tali
pusat yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum (varney,
2010).
Aktivitas BBL mengeluarkan aktivitas motorik yang tidak jelas dan aktif
menangis, menangis disebabkan oleh letih, kolik, rasa tidak
nyaman, lapar dan kesepian

6. Riwayat psikososiokultural spritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
Genogram untuk memantau komposisi, fungsi dan hubungan
keluarga serta untuk mengetahui penyakit keluarga yang dapat
mempengaruhi kesehatan klien.
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
1) Bagaiman keadaan Psiko ibu dalam menerima bayinya.
2) Bagaimana sosial ibu dalam perawatan BBL, bagaimana
dukungan keluarga khususnya suami.
154

3) Bagaimana kultural (adat istiadat) ibu dalam perawatan BBL


adakah yang merugikan.
4) Bagaiman keadaan spiritual ibu dalam perawatan BBL.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Nadi : 100-160 x/menit (Varney, 2010)
Pernafasan : 40-60 x/menit (Varney, 2010)
Suhu : 35,5-36,5 oC (Varney, 2010)
Antropometri :
Panjang Badan : 48-52 cm
Berat badan : 2500-4000 gram
Lila : 10–11 cm (Varney, 2010)
Lingkar kepala :
Circum ferensia Suboccipito Bregmatica : 32 cm
Circum ferensia Fronto Oksipito : 34 cm
Circum ferensia Mento Oksipito Bregmatica: 35cm
Lingkar dada : 30–38 cm
Lingkar perut : 28–30 cm (Varney, 2010)

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bulat, tidak tampak caput succedaneum, tidak
tampak cephalhematoma, tidak tampak molding
Normosefalik jika dibandingkan dengan ukuran tubuh
(lingkar kepala untuk BBL cukup bulan rata-rata adalah 32-
38 cm) (Varney, 2010).
Distribusi rambut : di puncak kepala dengan lembaran-
lembaran tunggal (Varney, 2010).
155

Mata : Segaris dengan telinga; hidung di garis tengah; Sclera


jernih; konjungtiva jernih; iris berwarna merata,
bilateral; pupil sama bilateral dan reaktif; terhadap
cahaya; kornea jernih; retina transparan; reflex
mengedip reaktif (Varney, 2010).
Hidung : posisi garis tengah; nares ada di kedua sisi;
menyeringai atau menangis sebagai respons terhadap
bau yang kuat; tidak tampak pengeluaran cairan ,tidak
tampak pernafasan cuping hidung (Varney, 2010).
Telinga : berada di garis lurus dengan mata, sudut vertical lebih
besar dari pada garis vertical lurus; tidak miring;
pembentukkan tulang rawan pinna terbentuk dengan
baik, kokoh, tulang rawan kaku, kembali ke bentuk
semula dengan cepat (Varney, 2010).
Mulut : garis tengah wajah; simetris; bentuk dan ukuran
proposional dengan wajah; membrane mukosa: lembab,
merah muda; palatum tidak membentuk arkus; utuh;
lidah proposional dengan mulut; ovula : garis tengah
naik ketika menangis (Varney, 2010).
Leher : Tampak pergerakan leher, vena jugularis tampak
normal (Varney, 2010).
Dada : Ekskursi diafragma di kedua sisi sama; tulang iga
simetris; payudara: jarak antar puting pada garis sejajar
tanpa ada puting tambahan; aerola tegak dan tidak ada
rabas. Usaha napas; mudah, berirama tanpa usaha
tambahan, dapat tidak teratur tetapi periode apnea lebih
dari 15 adalah abnormal (Varney, 2010).
Abdomen : Bundar memiliki kontur, simetris, tali pusat memiliki 3
pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena), putih kebiruan,
tidak tampak perdarahan tali pusat (Varney, 2010).
Punggung : Tampak simetris, tidak tampak spina bifida
156

Genetalia : Perempuan : Labia mayora: ada dan menutupi labia


minora; Labia minora: ada dan terbentuk sempurna;
Klitoris ada dan mungkin membesar; Meatus uretra:
ada di depan orifisum uretra; Vagina: paten dengan atau
tanpa rabas putih. Laki-laki: Penis; lurus, proposional
terhadap tubuh (panjang 2,8–4,3 cm); Meatus urinarius:
di tengah dan di ujung glans; Aliran urin: lancer dari
penis dan berkemih tidak lebih dari 24 jam pasca natal;
Testis dan skrotum: penuh banyak rugae; pigmentasi
gelap (Varney, 2010).
Anus : Terdapat lubang anus
Kulit : Warna kulit ikterus setelah 48 jam pertama usia bayi,
hilang pada hari keempat sampai kelima; Kulit:
Lembab, hangat ketika disentuh, tidak ada
pengelupasan; Verniks: tebal, materi seperti keju
berwarna putih; lanugo sedikit: rambut halus pada
tubuh; terdapat milia; toksikum eritema ruam bayi baru
lahir pada tubuh, biasanya pada hari pertama sampai
ketiga; bintik-bintik dapat merupakan reaksi normal
terhadap imaturitas sistem organ (Varney, 2010).
Ekstremitas : proporsional; terdapat 10 jari tanpa selaput, jarak
antar jari sama, kuku: panjang melebihi bantalan kuku
(Varney, 2010).
Palpasi
Kepala : Tidak ada massa atau area yang lunak di tulang
tengkorak; Frontanel anterior terbuka sampai 12-18
bulan, berbentuk wajik, 5x4 cm sepanjang sutura
korona dan sutura sagital; Frontanel posterior berbentuk
segitiga, sangat kecil, 1x1 cm sepanjang garis sutura
lambdoidalis dan sagitalis; atau menutup pada saat lahir
(Varney, 2010).
157

Mata : Tidak teraba oedem; kelopak mata tanpa ptosis atau


edema (Varney, 2010).
Hidung : Tidak ada fraktur
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
dan kelenjar getah bening
Toraks : Prosesus xifoideus ada; tulang iga tanpa massa
Abdomen : Abdomen lunak dan tidak nyeri tekan, tanpa massa
Genitalia : Perineum halus,
Anus : di tengah, paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking); tonus sfingter ani: ada (usapan ringan di
area anus mengakibatkan konstriksi sfingter) (Varney,
2010).
Ekstremitas: Tidak teraba oedema; Bantalan kuku: merah muda,
pengisian ulang kapiler cepat (3 detik), sama di kedua
sisi; lavikula: tanpa fraktur atau nyeri, simetris; nadi:
brakialis dan radialis kuat dan sama di kedua sisi,
sebanding dengan nadi femoralis (Varney, 2010).
Auskultasi
Dada : Suara napas jernih, sama di kedua sisi pada anterior dan
posterior; beberapa kali ronkhi basah muncul beberapa
jam pertama setelah lahir akibat cairan yang tersisa di
paru janin (Varney, 2010).
Abdomen : Bising Usus: 5–35 x/mnt;
Perkusi
Toraks : Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru
(Varney, 2010).
Abdomen : Timpani kecuali redup pada hati, limpa dan kandung
kemih (Varney, 2010).
158

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
a. Refleks Morro : Positif, terkejut saat ada suara (Asuhan
Persalinan Normal, 2010).
b. Refleks Rooting : Positif, membuka mulut jika ada yang
menyentuh bibir (Asuhan Persalinan
Normal, 2010).
c. Refleks Sucking : Positif, dapat menghisap puting susu
d. Refleks Swallowing : Positif, dapat menelan (JNPK-KR, 2010).
e. Refleks Babinsky : Positif, jari kaki menekuk ke bawah
f. Refleks Grasp : Positif, dapat menggenggam dengan baik
(Sitiava, 2012).
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laborartorium :
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan Diagnostik Lainnya :

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : NCB SMK
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. MENGEMBANGKAN RENCANA / INTERVENSI


1. Bersihkan jalan nafas, hisap nasofaring dengan perlahan sesuai
kebutuhan dengan menggunakan spuit balon atau kateter penghisap
Delee
159

Rasional : membantu menghilangkan akumulasi cairan,


memudahkan upaya pernafasan, dan membantu
mencegah aspirasi (Manuaba, 2010).
2. Melakukan perawatan tali pusat
Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat
dalam minggu pertama bermakna untuk mengurangi
insiden infeksi pada neonatus (Manuaba, 2010).
3. Jaga kehangatan tubuh bayi
Rasional : Mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi dan
konduksi, melindungi kelembaban bayi dari aliran udara
atau pendingin udara dan membatasi stres akibat
perpindahan dari uterus yang hangat kelingkungan yang
lebih dingin. Karena besar area permukaan relatif dari
kepala bayi baru lahir dalam hubungannya dengan tubuh,
bayi dapat mengalami kehilangan panas dramatik dari
kelembaban, kepala tidak tertutup (Manuaba, 2010).
4. Anjurkan ibu menyusui bayinya (kontak kulit dengan bayinya)
Rasional : Memberikan kesempatan untuk orangtua dan bayi baru
lahir mulai pengenalan dan proses kedekatan (Manuaba,
2010).
5. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep eritromisin 1% kira-kira 1
jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saat di jalan lahir (Manuaba,
2010).
6. Berikan Vitamin K 1 (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc
secara IM (pada paha sebelah kiri)
Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan
Vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif
masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali
pusat, rendahnya kadar vitamin K pada asi dan sterilitas
saluran pencernaan pada bayi baru lahir. Kekurangan
160

vitamin K beresiko tinggi bagi bayi untuk mengalami


perdarahan yang disebut juga perdarahan akibat
defisiensi vitamin K (PDVK) (Manuaba, 2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
161

5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal

I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : < 20 tahun dan > 35 tahun (Ambarwati, 2009).
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Keluhan Utama
Pasien merasa mules (Ambarwati, 2009)

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1) Penyakit Kardiovaskuler : Penyakit Jantung, Hipertensi
2) Penyakit Darah : Anemia
3) Penyakit Paru-paru : TBC, Asma
4) Penyakit Hati : Hepatitis
5) Penyakit Endokrin : Diabetes Mellitus
6) Penyakit Infeksi : IMS, Infeksi TORCH
7) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing : Gagal Ginjal
8) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi : Penyakit Ginekologik,
Tumor/Kanker
9) Riwayat Alergi
10) Riwayat Pembedahan
162

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu
apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2009).

5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
(Sulistyawati, 2010)
Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati, 2010).
Lama haid :
Jumlah menstruasi :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di keluarkan
(Sulistyawati, 2010).

6. Riwayat Obstetri:

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

No Abno
Suam An Pnl J Lakt Pen
UK Peny Jns Tmpt Peny BB/PB H M rmali
i k g K asi y
tas
1.

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan hamil tua,
terapi selama kehamilan
163

8. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati, dkk. 2009).

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Cepat Lapar
Terjadi perubahan gastrointestinal yaitu peristaltik usus
akan bekerja cepat yang menyebabkan ibu pasca
partum satu atau 2 jam akan lebih mudah kelaparan
(Varney, 2010).
Eliminasi Volume urine berkurang (Diuresis)
Terjadi berhubungan dengan pengurangan volume
darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari post partum
(Varney, 2010).
Konstipasi
Setelah plasenta lahir estrogen menurun sehingga tonus
otot seluruhnya berangsur pulih kembali, tapi
konstipasi mungkin tetapi terjadi dan mengganggu
hari-hari pertama post partum (Varney, 2010).
Istirahat Ibu akan sering beristirahat
Kontraksi uterus ketika ibu akan bersalin membuat ibu
tidak dapat beristirahat dengan cukup hal ini
menyebabkan ibu lelah. Oleh karena itu, ketika ibu
memasuki masa nifas ibu akan sering beristirahat
(Ambarwati, 2009).
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat bayinya
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya adalah suatu
164

hal yang baru. Sehingga ibu akan sering dan lebih


terfokus kepada bayinya (Ambarwati, 2009).
Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
Hygiene terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri
sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha,
2009).
Kebiasaan
Seksualitas Dilakukan setelah 40 hari masa nifas
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang
melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai
masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu
setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati, 2009).
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil
dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan,
maka aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap (Dewi dkk, 2011).
165

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak
b. Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan, diterima/tidak
1) Bagaimana psikis ibu di masa nifas
2) Adat istiadat yang masih dilakukan oleh ibu dan keluarga di masa
nifas
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
(Damayanti, 2011).

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis (Sulistyawati, 2010).
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg – 120/80 mmHg(Ambarwati
dkk, 2009).
Suhu badan : 24 jam postpartum suhu badan akan naik
sekitar (37,5-380C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan dan kelelahan. (Ambarwati
dkk, 2009).
Nadi : 60-80 x/mnt atau tidak lebih dari 100x/mnt.
Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-
80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi di
atas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi,
(Ambarwati dkk, 2009).
Pernafasan : 20-30 x/menit. Pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30
x/menit (Ambarwati dkk, 2009).
166

Antropometri :
Tinggi Badan : Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan dkk, 2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang : Massa tubuh di ukur dengan pengukuran
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan
antara tinggi dan berat badan, serta menilai
tingkat kegemukan (Tambunan dkk, 2011).

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata dan tekstur
rambut tampak lembut (Priharjo, 2009).
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak odem,
dan tidak tampak pucat (Tambunan, dkk, 2011)
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva tidak
tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan (Tambunan
dkk, 2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis,geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil (Tambunan dkk, 2011 & Uliyah dkk,
2010).
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/secret
(Tambunan dkk, 2011 & Uliyah dkk, 2010).
167

Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak


pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring,
tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
(Priharjo, 2009 & Tambunan dkk, 2011).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan, 2011).
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tampak
pengeluaran colostrum, areola tampak hyperpigmentasi,
puting susu menonjol, tidak tampak retraksi (Farrer,
2009).
Abdomen : Tampak linea nigra, dan tampak stiae alba, tidak
tampak luka bekas operasi dan tidak tampak asites
(Farer, 2009).
Genetalia : Tampak lochea rubra (1–3 hari), Lochea sanguilenta
(3–7 hari), Lochea serosa (7–14 hari) dan Lochea alba
(>14 hari).
Ekstremitas : Tampak simetris, tidak tampak oedem dan tidak
tampak varices (Ambarwati dkk, 2009)
Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema/massa (Priharjo, 2009).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
dan kelejar getah bening (Priharjo, 2009).
Payudara : Tidak teraba benjolan/massa, konsistensi teraba
padat berisi (Ambarwati dkk, 2009)
Abdomen :
Diastasis rektus abdominalis : 12 x 2 cm
(Varney, 2010)
168

Tinggi Fundus : (Varney, 2010)


Hari Ke Tinggi Fundus
Segera saat pasca partum 3 jari bawah pusat
Hari kelahiran dan hari pertama Sepusat
Hari ke-2 1 jari dibawah pusat
Hari ke-3 2 jari dibawah pusat
Hari ke-4 3 jari dibawah pusat
Hari ke-5 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-6 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-7 3 jari diatas sympisis
Hari ke-8 2 jari diatas sympisis
Hari ke-9 1 jari diatas sympisis
Hari ke-10 Sudah masuk ke panggul

Genetalia : Tidak teraba pembesaran kelenjar bartholini


(Farrer, 2009).
Ekstremitas : Tidak teraba oedema, Reflex Homan sign (-)
(Ambarwati dkk, 2009).
Auskultasi
Abdomen : 5-35 x/menit (Varney, 2010).
Perkusi
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep (+),
Trisep (+) (Varney, 2010).

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan USG
c. Pemeriksaan Diagnostik lainnya
169

4. Data Rekam Medis


Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana tindakan
tersebut yang menunjang riwayat kesehatan sekarang dan terdapat pada
catatan/status klien. Tindakan tersebut dilakukan sejak pasien masuk
rumah sakit hingga dilakukan pengkajian.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Papah…Jam postpartum atau Papah hari ke…post
partum (Jika masa nifas sudah lebih dari 24 jam)
(Varney, 2010)
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
Rasional : penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum
merupakan hak klien (Varney, 2010).
2. KIE mengenai nutrisi ibu nifas
Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori.
Makanlah makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
(Manuaba, 2010).
3. KIE tentang mobilisasi
Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat,
lalu miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan.
170

Mobilisasi mempunyai variasi tergantung pada


adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka (Manuaba, 2010).
4. KIE tentang personal hygine
Rasional : Personal hygine terutama pada daerah genetalia
mengurangi resiko infeksi yang terjadi pada ibu post
partum (Manuaba, 2010).
5. KIE tentang proses eliminasi pada masa nifas
Rasional : Hendaknya kencing secepatnya dapat dilakukan
sendiri. Kadang-kadang ibu nifas sulit kencing
karena sphingter uretra mengalami tekanan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi sphingter ani
selama persalinan. Juga oleh karena adanya edema
kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila
ibu nifas sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi. Buang air besar harus ada 3-4 hari post
partum. Bila belum dan terjadi obstipasi apalagi
BAB keras dapat diberikan terapi per oral atau per
rektal (Manuaba, 2010).
6. Lakukan perawatan payudara
Rasional : Perawatan mamae telah dimulai sejak hamil supaya
putting susu tidak keras dan kering sebagai
persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan sekali
supaya ibu menyusui bayinya karena baik untu
kesehatan bayinya (Manuaba, 2010).
7. Ajarkan cara menyusui bayi
Rasional : Mencegah terjadinya lecet pada payudara (Manuaba,
2010).
8. Ajarkan cara perawatan tali pusat pada bayi
Rasional : Perawatan bayi baik dari hygiene untuk mencegah
infeksi dan menjaga kondisi bayi tetap sehat,
171

memberikan kenyamanan pada bayi (Manuaba,


2010).
9. KIE ASI ekslusif
Rasional : ASI ekslusif penting untuk daya tahan tubuh bayi
(Manuaba, 2010).
10. KIE mengenai imunisasi bayi
Rasional : Imunisasi pada bayi berguna untuk memberikan
antibodi tambahan pada bayi, agar bayi tidak mudah
terkena penyakit (Manuaba, 2010).
11. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas
dan neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu dan
neonatus (Manuaba, 2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
bentuk SOAP.
172

6. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal

I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
1. Identitas
Keluhan utama yang sering dijumpai pada neonatus diantaranya
sariawan/jamur pada mulut (Oral Trush), muntah, gumoh, ruam popok,
kuning atau ikterus (Ambarwati, 2012).

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Riwayat Imunisasi
Depkes RI (2009) menyatakan bahwa pada awal kehidupnnya,
neonatus sangat rentan terkena penyakit berbahaya, seperti penyakit
saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak dan
masih banyak lagi penyakit berbahaya lainnya yang dapat
membahayakan kematian. Lalu bayi harus mendapatkan lima dasar
imunisasi lengkap, yaitu:
1) Hepatitis B, mencegah penularan hepatitis B dan kerusakan hati.
Pemberian imunisasi ini 1 kali dan diberikan pada usia ≤7 hari
2) BCG, mencegah terjadinya penyakit TBC. Pemberian imunisasi 1
kali dan diberikan pada usia 1 bulan
3) Polio, mencegah penularan polio yang dapat menyebabkan lumpuh
layu pada tungkai dan lengan. Imunisasi ini diberikan 1 kali setiap
bulannya dengan interval 1 bulan. Dari usia 1 bulan sampai 4 bulan
4) Pentabio, mencegah penularan difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
dan Hib. Imunisasi ini diberikan 1 kali setiap bulannya dengan
interval 1 bulan. Dari usia 2 bulan sampai 4 bulan.
5) Campak, mencegah penularan penyakit campak yang dapat
mengakibatkan komplikasi radang par, radang otak, dan kebutaan.
Pemberian 2 kali pada usia 9 bulan dan 2 tahun
173

3. Pola Fungsional Kesehatan


Kebutuhan Dasar Keterangan
Pola Nutrisi Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila
pengisapan puting susu cukup adekuat maka akan
dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi
ASI akan optimal setelah 10-14 usia bayi. Bayi sehat
akan mengkonsums 700-800 ml ASI per hari
(kisaran 600-1000 ml) untuk tumbuh kembang bayi
(JNPK-KR, 2012)
Pola Eliminasi Minggu pertama neonatus normal akan berkemih
hingga tiga puluh kali sehari (Kelly, 2010).
BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi
lebih dari 20 x
BAB: turun 5-13 % pada hari ke 4-5 diakibatkan
karena intake minimal dan metabolisme meningkat
Pola Istirahat status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari
pertama.Bayisemi-koma saat tidur dalam; meringis
atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
mata cepat (REM); tidur sehari rata-rata 20 jam
(Doenges, 2011).
Pola Personal Hygiene Neonatus perlu mandi setiap hari.Kepala dan popok
neonatus perlu di bersihkan/diganti setiap kali area
tersebut kotor dan perawatan tali pusat yang sesuai
dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney, 2010).
Pola Aktivitas Neonatus lebih banyak tidur (Doenges, 2011).

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
Nadi : nadi apikal 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam,
meningkat sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah
kelahiran); dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur)
174

sampai 180 dpm (menangis)


Pernapasan : berkisar antara 40-60 kali/menit, suhu berkisar antara
36,5oC-37,5oC (Sitiatava, 2012).
Antropometri
Berat badan (BB) saat lahir yaitu 2500-4000 gram,
BB saat ini yaitu 2500-4000 gram,
Panjang badan yaitu 48-52 cm,
Lingkar kepala :
circumferentia subocciput bregmatika : 32 cm,
circumferentia fronto occipitalis : 34 cm
circumferentia mento occipitalis : 35 cm,
Lingkardada : 30–38 cm yang pada umumnya tidak > 3 cm dari ukuran
lingkar kepala pada BBL namun setelah anak berusia > 1
tahun lingkar dada relatif lebih besar di banding lingkar
kepala
Lingkar lengan atas (LILA) harus ≥ 11 cm karena neonatus dengan LILA
dibawah 11 cm dapat diindikasikan Kekurangan Energi Kalori (KEK),
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Kecil Masa Kehamilan (Sitiatava,
2012).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik head to toe terdiri dari pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi
Kepala : bentuk kepala bulat, tidak terdapat caput
succedeneum, maupun cephal hematoma, kulit
kepala tampak bersih tidak tampak ada lesi, ubun-
ubun datar, kontruksi rambut tampak kuat,
distribusi rambut tampak merata, tekstur lembut,
dan tampak bersih.
Wajah : tidak tampak oedem, wajah tidak tampak pucat.
175

Mata : simetris, bersih, konjungtiva tidak tampak pucat,


sklera tidak tampak kuning, tidak tampak
perdarahan, tidak tampak oedema pada kelopak
mata, pupil kontriksi bila sinar mendekati, dilatasi
bila sinar menghilang (Wong, 2009)
Telinga : bersih dan tidak ada secret, terdapat lubang
telinga, daun telinga tampak normal, tidak
tampak sianosis pada daun telinga, pendengaran
baik (menilai adanya gangguan pendengaran
dilakukan dengan membunyikan bel atau suara
apabila terjadi refleks terkejut, kemudian apabila
tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan
terjadi gangguan pendengaran (Aziz, 2009)
Hidung : tampak lubang hidung, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung, tidak tampak sekret.
Mulut : tidak tampak sianosis di sekitar mulut dan
membran mukosa lembab, bibir tampak simetris,
tidak tampak stomatitis, tidak tampak oral trush,
palatum mole dan durum tidak tampak kelainan,
tidak tampak Labioschizis dan Labiopalato
Schizis, belum terdapat gigi, suara tangisan kuat.
Leher : tidak tampak pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid, dan kelenjar getah bening.
Dada : tidak tampak retraksi dinding dada dan
pergerakan pernafasan tidak berlawanan, bentuk
dada tidak tampak barrel chest, funnel chest,
pigeon chest, khyposcoliosis, tampak kedua sisi
dada simetris (DepKes RI, 2012).
Abdomen : tidak tampak pembesaran abdomen, simetris,
tidak tampak asites, tali pusat telah putus.
Punggung : simetris, tidak tampak spina bifida.
176

Genetalia : genetalia perempuan yaitu labia mayora menutupi


labia minora, terdapat klitoris dan terletak pada
ujung anterior labia minora dan tertutup oleh
lipatan kecil kulit (prepusium), meatus uretra
berada didepan orifisium vagina, lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina dan genetalia laki-
laki tampak testis turun pada skrotum, rugae
nampak dengan jelas, meatus urinarius berada
ditengah dan diujung glands, tidak tampak
kelainan epispadius dan hipospadius, penis lurus
proposional pada tubuh.
Anus : tampak lubang anus, tidak terdapat ruam popok.
Ekstremitas : tampak simetris, tidak tampak kelainan, sama
panjang, tidak terdapat luka, jari kaki dan tangan
tidak tampak polidaktili, sindaktili maupun
brakidaktili.
Palpasi
Kepala : hasil tidak terba benjolan atau kelainan,
Wajah : tidak teraba oedem
Mata : palpebra tidak oedem
Hidung : tidak teraba pembesaran polip
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan kelenjar getah bening
Abdomen : teraba lembek, tidak teraba kelainan, turgor kulit
kembali ≤ 3 detik.
Genetalia : genetalia laki-laki didapatkan hasil tidak teraba
massa/benjolan, rugae pada skrotum teraba
dengan jelas dan genetalia perempuan didapatkan
hasil tidak teraba massa/benjolan, tidak teraba
pembesaran pada kelenjar bartholin.
177

Ekstremitas : hasil tidak teraba oedema, capillary refill time


kembali ≤ 3 detik.
Auskultasi
Dada : pemeriksaan paru didapatkan hasil bunyi nafas
bilateral, pemeriksaan jantung didapatkan hasil
terdengar reguler, murmur jantung sering ada
selama periode transisi (Doenges, 2011) dalam
hal ini evaluasi bunyi jantung terkait dengan (1)
Kualitas (harus jelas dan dapat dibedakan, tidak
tertutupi, tidak difus, atau jauh) (2) Intensitas (3)
Frekuensi (harus sama dengan denyut nadi
radialis (4) Irama (Wong, 2009) dimana bunyi
jantung I karena katup mitral dan trikuspidalis
menutup pada permulaan systole (kontraksi),
bersamaan dengan ictus kordis, denyutan karotis,
terdengar jelas di apeks), bunyi jantung II karena
katup aorta dan katup pulmonal menutup pada
permulaan diastole (relaksasi jantung), paling
jelas di sela iga 2 tepi kiri sternum terpecah pada
inspirasi dan tunggal pada ekspirasi) (Aziz,
2009).
Abdomen : didapatkan hasil frekuensi peristaltik usus 5-35
kali/menit.
Perkusi
Dada : suara sonor,
abdomen : terdengar hipertimpani

3. Pemeriksaan Neurologis/ Refleks


a. Refleks morro didapatkan hasil positif, terkejut saat ada suara,
b. Refleks rooting didapatkan hasil positif, membuka mulut jika ada
yang menyentuh bibir (Wiknjosastro, 2010).
178

c. Refleks sucking didapatkan hasil positif, dapat menghisap putting susu


d. Refleks swallowing dengan hasil positif, dapat menelan
(Wiknjosastro, 2010).
e. Refleks babinsky didapatkan hasil positif, jari kaki menekuk ke
bawah (Sitiava, 2012).
f. Refleks graft didapatkan hasil positif, kaki seakan-akan berjalan
ketika bayi diangkat.

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada neonatus di jam pertama
kelahiran (Doenges, 2011) antara lain: pemeriksaan pH tali pusat
didapatkan hasil tingkat pH 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
praasidosis di mana tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna,
hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) berkisar antara 15-20 g untuk Hb dan
43%-61% untuk Ht, tes Coombs langsung pada darah tali pusat yang
menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
merah, menunjukkan kondisi hemolitik. Selanjutnya pada neonatus usia 2
jam sampai 3 hari (Doenges, 2011) antara lain: pemeriksaan jumlah sel
darah putihdidapatkan hasil 18.000/mm3, neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis), pemeriksaan hemoglobin (Hb) berkisar antara15-20 g/dl (kadar
lebih rendahberhubungan dengan anemia atauhemolysis berlebihan),
pemeriksaan hematokrit (Ht) berkisar antara 43%-61% (peningkat
sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia; penurunan kadar
menunjukkan anemia atau hemoragi prenatal/perinatal), pemeriksaan
Essai Inhibisi Guthrie adalah tes untuk adanya metabolit fenilalanin,
menandakan fenilketonuria (PKU), pemeriksaan bilirubin total
didapatkan hasil 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai
2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari dan pemeriksaan detroksik
dimana tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
179

rata-rata 40 sampai 50 mg/dl, meningkat 60 sampai 70 mg/dl pada hari


ketiga.

II. Interpretasi Data Dasar


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : NCB SMK usia….. hari
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.

III. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi.Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis potensial dan masalah potensial bisa saja tidak ada.

IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau bersifat
rujukan.
Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

V. Intervensi
Kunjungan Neonatus I (6 Jam-48 Jam)
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya
(Varney, 2010).
180

2) Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi


Rasional : Bayi lebih mudah mengalami perubahan suhu tubuh
karena pengaturan suhu tubuh pada bayi belum
berfungsi dengan sempurna. Cara untuk mencegah
terjadinya kehilangan panas pada bayi yaitu tidak
memandikan bayi baru lahir sebelum 6 jam,
menempatkan bayi di lingkungan yang hangat, ganti
popok dan pakaian setiap kali basah, tidak
memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin (Mochtar, 2010).
3) Memberikan KIE tentang ASI eksklusif
Rasional : Dengan menyusui bayi secara eksklusif dapat
memberikan banyak manfaat, seperti memberikan gizi
terbaik untuk bayi, meningkatkan kekebalan tubuh,
meningkatkan IQ anak, meningkatkan kasih sayang
ibu dan anak dan menghemat pengeluaran biaya untuk
membeli susu formula (Varney, 2010).
4) Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar
Rasional : Dengan posisi/ cara menyusui yang benar, bayi dapat
lebih mudah dan puas menghisap ASI selain itu pada
ibu dapat mencegah terjadinya lecet pada payudara
(Mochtar, 2009).
5) Memberikan KIE tentang perawatan tali pusat
Rasional : Tali pusat dijaga agar bersih dan kering karena di
daerah ini dapat terjadi infeksi dengan menggunakan
kassa steril tanpa membubuhkan apapun
(Prawirohardjo, 2010).
6) Mengajarkan ibu cara memandikan bayi
Rasional : Memandikan bayi yang benar adalah suatu cara
membersihkan tubuh bayi dengan air dengan cara
menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan
181

urutan-urutan yang sesuai. Air untuk mandi tidak


boleh terlalu panas ataupun dingin, periksa suhu air
dengan siku atau bagian dalam pergelangan tangan.
Dalam minggu-minggu pertama bayi cukup mandi
satu kali sehari dipagi hari. Usahakan tidak
memandikan bayi setelah menyusu, sedang lapar atau
mengantuk untuk menghindarkan bayi dari muntah,
kedinginan atau kaget (Catharinr, 2010).
7) Berikan Inform consent
Rasional : digunakan sebagai persetujuan ibu untuk menjalani
pemeriksaan dan terapi (Varney, 2010).
8) Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B
Rasional : Untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi (JNPK-KR, 2010).
Kunjungan Neonatus II (3 hari–7 hari)
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya
(Varney, 2010).
2) Berikan KIE tentang pijat bayi
Rasional : Sentuhan dan pijatan pada bayi setelah kelahiran
merupakan kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan
bayi untuk mempertahankan rasa aman. Pijat pada
bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila
dilakukan sendiri oleh orang tua bayi. Pijat
menghasilkan perubahan psikologi yang
menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan,
peningkatan daya tahan tubuh dan kecerdasan emosi
yang lebih baik (Prasetyono, 2010).
182

3) Berikan KIE tentang tanda-tanda stress dingin.


Rasional : Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti dibawah
36oC (Rutter, 2009). Saat suhu tubuh berada dibawah
tingkat ini bayi beresiko mengalami stress dingin.
Gejala awal hipotermia apabila suhu <36o C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin, bila seluruh
tubuh bayi teraba dingin, maka bayi mengalami
hipotermia sedang (suhu 32oC-36oC) (Fraser &
Cooper, 2009).
4) Memberikan KIE tentang imunisasi
Rasional : Imunisasi diberikan bertujuan untuk memberikan
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan (Marimbi, 2010).
Kunjungan Neonatus III (8 hari – 28 hari)
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien.
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya
(Varney, 2010).
2) Berikan KIE tentang personal hygiene pada bayi.
Rasional : Menjaga personal hygiene untuk memberikan rasa
nyaman dan mencegah infeksi (Varney, 2010).
3) Jelaskan kepada orang tua untuk menjaga keamanan bayi.
Rasional : Orang tua sebaiknya tidak meninggalkan bayi di
dalam ruangan sendirian dan ruangan yang datar
tanpa penghalang agar dapat menurunkan resiko
cidera karena regurgitasi yang tidak terdeteksi atau
jatuh (Sitiava, 2012).
4) Berikan KIE tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.
Rasional : Orang tua dapat mengenali tanda bahaya yang terjadi
pada bayi seperti bayi lesu dan tidak mau menyusu,
183

tali pusat berbau busuk, mata kuning, warna kulit


tampak kuning (Varney, 2010).
5) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan
Rasional : Menetapkan pemeriksaan yang penting untuk bayi dan
untuk mendeteksi komplikasi yang terjadi pada bayi
(Doenges, 2010)

VI. Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
184

7. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur : usia PUS (20-55 tahun) mempengaruhi bagaimana
mengambil keputusan dalam kesehatannya( Prawirohardjo,
2010 )
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluhan Utama
Keluhan utama antara lain haid lebih banyak (AKDR), timbul
bercak/flek-flek (AKDR, PIL, Suntik 1 Bulan, AKBK), keram (AKDR),
nyeri haid (AKDR), Sakit kepala ringan (PIL, Suntik 3 bulan, Suntik 1
Bulan), berat badan naik/turun (PIL, Suntik 3 bulan, Suntik 1 Bulan),
mual (PIL, Suntik 3 bulan, Suntik 1 Bulan) dan payudara nyeri (PILdan
Suntik 3 bulan)
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Penyakit/ kelainan reproduksi antara lain:
1) Riwayat kehamilan ektopik dapat menggunakan kontrasepsi PIL
kombinasi, suntikan kombinasi, implant.
2) Kelainan payudara jinak, penyakit radang panggul, endometriosis
atau tumor ovarium jinak dapat menggunakan kontrasepsi PIL
kombinasi.
3) Untuk keganansan pada payudara tidak diperbolehkan
menggunakan suntikan kombinasi, suntikan progestin, implant
185

4) Untuk kelainan bawaaan uterus yang abnormal atau tumor jinak,


kanker alat genital, ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm,
menderita infeksi alat genital, perdarahan vagina yang tidak
diketahui penyebabnya tidak boleh mengunakan metode AKDR
5) Untuk penyakit kardiovaskuler yaitu riwayat penyakit jantung,
stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg),
kelainan tromboemboli, kelaianan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala atau migrain tidak boleh
mengunakankontrasepsi suntikan kombinasi, pil kombinasi,
suntikan progestin, implant.
6) Untuk penyakit darah yaitu riwayat gangguan faktor pembekuan
darah dan anemia bulan sabit tidak boleh menggunakan metode
kontrasepsi pil kombinasi, suntikan kombinasi namun boleh
menggunakan metode kontrasepsi suntikan progestin, Implant.
7) Untuk penyakit endokrin yaitu diabetes mellitus tanpa
komplikasi boleh menggunakan metode kontrasepsi pil kombinasi
dan AKDR, diabetes mellitus > 20 tahun tidak boleh
menggunakan metode kontrasepsi pil kombinasi dan suntikan
kombinasi, sedangkan diabetes mellitus disertai komplikasi
tidak boleh menggunakan metode suntikan progestin dan ganguan
toleransi glukosa (DM) tidak boleh menggunakan metode
implant
8) Untuk penyakit saraf yaitu migrain dan gejala neurologik fokal
(epilepsi/riwayat epilepsi) tidak boleh menggunakan metode pil
kombinasi
9) Untuk penyakit infeksi dimana ibu menderita tuberkulosis (kecuali
yang menggunakan rifampisin) boleh menggunakan metode pil
kombinasi, jika ibu sedang mengalami infeksi alat genital
(vaginitis, servisitis) tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi
AKDR.
186

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan keluhan
sampai dengan pengkajian saat ini (sebelum diberikan asuhan) (Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011).
4. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid, banyaknya,
warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore, pada kasus ini ibu
yang mengalami anemia karna haid berlebihan boleh menggunakan
metode kontrasepsi PIL sedangkan wanita dengan nyeri haid dan haid
teratur, dapat menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan.
5. Riwayat Obstetri
Pada riwayat obstetri dimana ibu nulipara dan yang telah memiliki anak,
bahkan sudah memiliki banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi, atau setelah mengalami abortus boleh menggunakan
kontrasepsi progestin, untuk AKDR boleh digunakan dalam keadaan
nulipara (Fraser & Cooper, 2009).
6. Riwayat Kontrasepsi
Dalam hal ini pemakaian kontrasepsi yang perlu dikaji adalah jenis alat
kontrasepsi, lama, kapan awal pemakaian, dan pelepasan, serta
komplikasi yang terjadi selama pemakaian. Pemakaian kontrasepsi
sebelumnya dapat menjadi tolak ukur penggunaan kontrasepsi
selanjutnya.
7. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Tetap sama dengan memperhatikan menu makan bergizi
seimbang (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
2011).
Eliminasi Tidak ada perubahan dalam system BAB dan BAK.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)
Istirahat Kebiasaan istrahat yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan istrahat pada umumnya. (Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi 2011)
187

Aktivitas Tingkat aktivtas seseorang dapat mempengaruhi


pengambilan keputusan dalam kesehatannya (Arikunto,
2012)
Personal Diperlukan kebiasaan menjaga kebersihan vagina yang
hygiene lebih sering pada penggunaan AKDR. (Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011)
Kebiasaan Merokok dan mengkonsumsi obat tertentu (epilepsy dan
tuberculosis) dapat mempengaruhi penetapan pemilihan
metode kontrasepsi (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2011)
Seksualitas Metode kontrasepsi kondom melindungi dari penyakit
menular seksual (PMS)/HIV (Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, 2011).

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital :
Tekanan Darah : jika didapatkan hasil > 180/110 mmHg, diastolik
> 90 mmHg atau sistolik > 160 mmHg maka ibu
tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi pil
kombinasi, metode kontrasepsi non hormonal
merupakan pilihan yang lebih baik (buku
panduan praktis pelayanan KB hal : MK-31),
untuk tekanan darah tinggi selama < 180/110
mmHg ibu boleh menggunakan pil dan suntikan
progestin, untuk tekanan darah tinggi boleh
menggunakan metode kontrasepsi AKDR,
Nadi : jika didapatkan hasil> 100 x/menit dengannyeri
dada hebat, batuk, napas pendek merupakan
keadaan yang perlu mendapatkan perhatian
dimana memungkinkan masalah yang mungkin
terjadi seperti serangan jantung atau bekuan darah
di dalam paru.
188

Pemeriksaan Antropometri
Berat badan sekarang : jika ibu gemuk ataupun kurus boleh
mengunakan metode kontrasepsi AKDR,
jika berat badan mencapai 70 kg perlu
dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut
untuk menentukan penggunaan alat
kontrasepsi Implant sedangkan pada pasien
yang menggunakan KB suntik biasa nya
mengeluh kenaikan berat badan rata-rata
naik 1-2 kg tiap tahun tetapi kadang bisa
lebih.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : tidak lesi, bersih, tidak benjolan, distribusi rambut merata
Wajah : tidak pucat, simetris
Mata : tidak oedema pada kelopak mata, sklera berwarna putih/kuning,
conjuntiva berwarna merah muda/ pucat karena jika sklera
berwarna kuning menandakan kemungkinan indikasi adanya/
penyakit hati pemilihan alat kontrasepsi non-hormonal lebih
diutamakan sedangkan pada ibu yang mengalami anemia karena
haid berlebihan boleh menggunakan metode kb pil
Hidung : hasil simetris, tidak pengeluaran/ secret, tidak benjolan, untuk
mulut didapatkan hasil simetris, lembab, bersih, tidak
stomatitis, lidah bersih
Telinga : simetris, tidak secret/serumen
Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, getah bening, dan vena
jugularis
Dada : nyeri dada dan paha perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut
untuk menentukan penggunaan alat kontrasepsi implant
Payudara : penderita tumor jinak atau kanker payudara boleh
menggunakan metode AKDR
189

Abdomen : jika terdapat nyeri abdomen hebat menandakan penyakit


kandung empedu, bekuan darah, pankreatitis (penggunaan
kontrasepsi PIL)
Genitalia : jika ditemukan perdarahan vagina yang tidak diketahui
sampai dapat dievaluasi tidak boleh mengunakan metode AKDR dan jika
adanya varises pada vagina ibu boleh mengunakan metode AKDR
Ekstermitas : simetris, tidak varises, tidak nyeri dan tidak
oedema/bengkak karena pada penggunaan suntik
kombinasi, varises, rasa sakit dan kaki bengkak
menandakan indikasi risiko tinggi penggumpalan darah
pada tungkai, jika adanya varises pada tungkai boleh
mengunakan metode AKDR dan bila ibu mengalami
edema dan nyeri tungkai, dada dan paha perlu
dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan penggunaan alat kontrasepsi AKBK
Palpasi
Kepala : tidak teraba benjolan, tidak ada lesi
Wajah : tidak teraba oedema
Mata : tidak teraba oedema pada konjungtiva
Hidung : tidak teraba benjolan
Telinga : tidak teraba benjolan
Leher : tidak teraba oedema pada vena jugularis, kelenjar
tiroid, dan kelenjar getah bening
Payudara : jika terabanya benjolan yang dapat menandakan
adanya kemungkinan akseptor menderita tumor
jinak atau kanker payudara boleh menggunakan
metode AKDR dan jika teraba tumor/benjolan
pada payudara yang menandakan adanya kanker
payudara atau riwayat kanker payudara tidak
boleh menggunakan metode AKBK (implant)
Abdomen : tidak teraba massa/ benjolan
190

Genitalia : bila terdapat varises pada vulva ibu boleh


menggunakan metode AKDR
Ekstermitas : bila didapatkan hasil terdapat varises, rasa sakit
dan kaki bengkak menandakan indikasi risiko
tinggi penggumpalan darah pada tungkai pada
penggunaan suntikan kombinasi, bila teraba
adanya varises pada tungkai boleh menngunakan
metode AKDR dan bila ibu mengalami edema
dan nyeri tungkai, dada dan paha perlu dilakukan
tindakan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan
penggunaan alat kontrasepsi Implant
Auskultasi
Dada : hasil nafas terdengar vesikuler, tidak terdengar
suara nafas tambahan, pada auskultasi jantung
tidak terdengar bunyi tambahan, untuk
pemeriksaan abdome didapatkan hasilbising usus
5-35 x/menit
Perkusi
Ekstremitas atas: terdiri dari Refleks Bisep (+) dan Refleks Trisep (+)
Ekstremitas bawah : patella (+), cavilari Refil kembali dalam waktu < 2
detik dan homan Sign (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan hemoglobin (HB) dimana
jika ibu mengalami anemia bulan
sabit ibu tidak boleh menggunakan
metode pil kombinasi, suntikan
kombinasi, untuk anemia bulan sabit
dan anemia defisiensi zat besi boleh
menggunakan metode suntikan
progestin dan implant, pemeriksaan
191

PP test untuk memastikan ibu sedang


hamil atau tidak.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : PAPAH Akseptor KB Lama/Baru dengan metode
kontrasepsi.....
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis. Masalah bisa saja tidak ada.
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS / MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi. Diagnosis
potensial dan masalah potensial bisa saja tidak ada.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

V. INTERVENSI
1. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu.
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah
komunikasi petugas dan klien untuk tindakan
selanjutnya
2. Beritahukan kepada ibu tindakan pelayanan kontrasepsi yang akan
dilakukan
Rasional : Agar pasien lebih siap dan kooperatif dalam setiap
pelaksanaan tindakan
192

3. Berikan pelayanan metode kontrasepsi sesuai kebutuhan klien


Rasional : Tindakan pelayanan metode kontrasepsi
dilaksanakan sesuai kebutuhan klien (kontrasepsi
hormonal, AKDR, AKBK, atau metode sederhana).
Pastikan 5 T sebelum memberikan pelayanan
kontrasepsi (tepat pasien, tepat tempat, tepat obat,
tepat dosis, tepat waktu)
4. Lakukan tindakan pasca pelayanan metode kontrasepsi
Rasional : Memberitahukan informasi mengenai kontrasepsi
yang digunakan berguna untuk mengingatkan klien.
Membersihkan alat-alat yang telah dipakai,
merapikan klien, dan mencuci tangan merupakan
tindakan pencegahan infeksi yang penting dalam
setiap tindakan
5. Lakukan pencatatan pada kartu kunjungan klien dan anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
Rasional : Pendokumentasian serta evaluasi terhadap tindakan
yang telah dilakukan pada kartu kunjungan klien
dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam
pemasangan atau pemberian kontrasepsi.
Keterlambatan jadwal kunjungan ulang akan
mempengaruhi efektivitas dari cara pemakaian atau
penggunaan kontrasepsi
6. Jelaskan kembali tentang kekurangan atau kerugian serta efek samping
kontrasepsi yang digunakan/ingin digunakan klien
Rasional : Penjelasan tentang kekurangan dan kerugian serta
efek samping kontrasepsi dapat menjadi
pertimbangan ibu dalam menentukan kontrasepsi
yang akan digunakan dan mengingatkan kembali
kepada ibu mengenai efek samping kontrasepsi, hal
ini juga dapat mengurangi kecemasan pada ibu.
193

VI. IMPEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal


Kunjungan I

Tanggal Pengkajian : 14 Desember 2020


Waktu Pengkajian : 10.30 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Nama Pengkaji : Cindy Elfira

S:
1. Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. N
Umur : 30 tahun Umur : 30 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Sentosa Kenangan 1

2. Alasan Datang Periksa/ Keluhan Utama


a. Alasan Datang Periksa
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan

3. a. Riwayat Kesehatan/ Kehamilan Sekarang


Ini merupakan kehamilan ke-3 ibu. Ibu mengetahui kehamilannya saat
melakukan test pack. Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya
sebanyak 6 x. Pada trimester I ibu merasa mual dan sudah memeriksakan

194
195

kehamilannya sebanyak 1 x di dokter spesialis kandungan. Pada trimester


II ibu tidak ada keluhan dan sudah memeriksakan kehamilannya
sebanyak 2 x di klinik dan dokter spesialis kandungan. Pada trimester III
ibu tidak ada keluhan dan sudah memeriksakan kehamilannya sebanyak
3x di klinik dan dokter spesialis kandungan.
Ibu merasakan pergerakan janin pertama kali pada saat usia kehamilan
16 minggu. Selama hamil ibu rutin mengkonsumsi vitamin yang
diberikan dokter. Ibu sudah mendapatkan imunisasi Td 1 . Ibu sudah
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu hamil, tanda
bahaya kehamilan dan anemia pada kehamilan.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit kronis lain yang dapat
memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular ataupun berpotensi
menurun.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang sedang/memiliki
riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, hipertensi, TBC, ginjal dan
penyakit lain yang menular, dan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
keturunan kembar.

5. Riwayat Menstruasi
Ibu pertama kali haid usia 16 tahun, siklus haid 30 hari, lama haid 7 hari,
dan ganti pembalut 4-5 x dalam sehari, ibu tidak memiliki keluhan selama
haid. HPHT ibu tanggal 08 April 2020 sehingga tafsiran persalinan yaitu
tanggal 15 Januari 2021.
196

6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No.
Suami Anak Uk Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abn Lak Peny
1. Tn.N 1 Aterm - spt Bdn BPM - P 2550/ 5 - - 2 th -
47 thn 2
9 bln
bln
2. Tn. N 1 Aterm - spt Bdn Klinik - P 2900/ 1 - - 1 th -
52 thn 2
10 bln
bln
3. Tn. N Hamil
Ini

7. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit ginekologi/
penyakit kandungan seperti kista, mioma, condiloma, radang panggul,
infeksi/ penyakit menular seksual dan lainnya yang dapat mempengaruhi/
memperberat kehamilan ibu dan berpotensi menurun.

8. Riwayat Kontrasepsi
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Sebelum Hamil Saat Hamil
Makan 3x/ hari porsi sedang Makan 3x/hari porsi sedang
Nutrisi (nasi, sayur dan lauk) (nasi, sayur, lauk dan buah)
Minum 7-8 gelas/ hari Minum 8 gelas/ hari
BAK 4x/ hari BAK 6-7x/ hari
Eliminasi
BAB 2-3 hari sekali BAB 3 hari sekali
Tidur siang : ±1 jam Tidur siang : ± 1jam
Istirahat
Tidur malam : ± 7 jam/ hari Tidur malam : ± 7 - 8 jam/ hari
Aktivitas Ibu melakukan aktivitas Ibu melakukan aktivitas sehari-
197

sehari- sehari sebagai ibu sehari sebagai ibu rumah tangga


rumah tangga seperti seperti menyapu, mencuci,
menyapu, mencuci, memasak, memasak, mengurus anak, dll
mengurus anak, dll
Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/
Personal
hari, ganti pakaian 2x/ hari hari, ganti celana dalam 4-5 x/
Hygiene
hari
Ibu tidak memiliki kebiasaan Ibu tidak memiliki kebiasaan
yang dapat mengganggu yang dapat mengganggu
Kebiasaan
kesehatan ibu seperti merokok, kehamilannya seperti merokok,
minum alkohol, dll minum alkohol, jamu, dll
Biasanya ibu melakukan 1-2x/ 1x dalam seminggu
Seksualitas
bulan

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan ibu dan
suami, keluarga menerima kehamilan ini dengan senang hati.
b. Sosial
Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama ibu, lama menikah 6
tahun dan status perrnikahan sah.
c. Kultural
Ibu tidak memiliki adat istiadat yang dapat membahayakan kesehatan
ibu dan janinnya.
d. Spritual
Ibu tidak memiliki kegiatan keagamaan yang dapat membahayakan
kesehatan ibu dan janinnya.
198

O:

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu dalam keadaan baik, dengan kesadaran compos mentis.
Dalam pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 90/70
mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,8 oC, pernapasan 16 x/menit. Serta dalam
pengukuran antropometri didapatkan hasil BB sebelum hamil 44 kg, BB
saat ini 53 kg, tinggi badan 152 cm, LiLA 23 cm, selama hamil ibu
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 9 kg.

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, rambut hitam, distribusi rambut merata, bersih, tidak
ada lesi, tidak ada massa
Wajah : simetris, pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak
oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada oedem
palpebra
Hidung : simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tadak ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : simetris, bibir pucat dan tidak pecah- pecah, lidah merah
muda, bersih, tidak ada caries dentis, tidak ada pembesaran
tonsil dan ovula
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran cairan, pendengaran baik
Leher : simetris, tidak ada hyperpigmentasi, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
Dada : simetris, tidak ada alat bantu pernafasan, tidak ada retraksi
dinding dada, suara nafas vesikuler, BJ I loop, BJ II doop, tidak
ada suara nafas tambahan
Payudara : simetris, bersih, areola kehitaman, puting susu menonjol, tidak
ada massa
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
199

Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra


TFU : 27 cm
Leopold I : teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang
melenting (bokong)
Leopold II : teraba bagian panjang dan keras seperti papan di
kanan ibu (punggung kanan) dan di kiri ibu teraba
bagian kecil- kecil janin (ekstremitas)
Leopold III : pada SBR teraba bagian keras, bulat dan melenting
(kepala), sudah tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : sebagian kecil bagian terendah janin
sudah masuk PAP (konvergen)
Djj : 148 x/ i, punctum maksimum terletak pada kuadran kanan
bawah
TBJ : (TFU-11) x 155 gram = (27-11) x 155 gram = 2.480 gram
Genetalia : bersih, tidak ada pengeluaran cairan, tidak oedem
Anus : tidak hemoroid
Ekstremitas bawah : simetris, tidak oedem, tidak varises, CRT kembali < 2
detik, reflek babinski (-), homan sign (-), reflek
patella (+)
Ekstremitas atas : simetris, tidak oedem, CRT kembali < 2 detik, reflek
bisep dan trisep (+)

3. Pemeriksaan Khusus
Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : belum dilakukan
Protein urine : belum dilakukan
Glukosa urine : belum dilakukan
HIV/ AIDS : belum dilakukan
200

HbsAg : belum dilakukan

b. Pemeriksaan USG :
Tanggal : 05 Desember 2020
Tempat : dr. Gusti Hesty Nuraini, Sp. OG
Hasil :
- GA : 35 w 3 d
- EDD : 06 Januari 2021
- EFW : 2498 gram
c. Pemeriksaan Rapid Test :
Tanggal : 11 Desember 2020
Hasil : Non Reaktif

A:

Diagnosis : GIIIP2002 usia kehamilan 35 minggu 5 hari dengan KEK

Janin tunggal, hidup intrauterine

Masalah : Lila < 23,5 cm

Diagnosis potensial : Pada Ibu : Anemia

Pada Janin : BBLR

Masalah potensial : Kenaikan berat badan yang tidak sesuai

Kebutuhan segera : Pemberian makanan tambahan (PMT)

P:

Jam Penatalaksanaan Paraf


14 Des 2020 Memakai APD lengkap sesuai protokol covid Mhs
10.30 WITA ; APD telah terpasang
10.51 WITA Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Mhs
; ibu mengetahui kondisi diri dan janinnya saat ini
201

10.52 WITA Memberitahu ibu bahwa dari hasil pemeriksaan LiLA ibu Mhs
mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis) yaitu keadaan
dimana seorang ibu hamil mengalami kekurangan energi
dan protein yang terjadi karena konsumsi bahan pangan
pokok yang tidak memenuhi disertai susunan hidangan yang
tidak seimbang dan pengabsorbsian metabolisme zat gizi
yang terganggu
; ibu mengetahui penjelasan yang diberikan
10.54 WITA Memberikan KIE kepada ibu tentang nutrisi ibu hamil mulai Mhs
dari pengertian, manfaat, macam- macam dan contoh menu
makanan perhari (SAP dan leaflet terlampir)
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
11.01 WITA Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang Mhs
berserat seperti sayur dan buah serta minum air putih yang
cukup yaitu minimal 8 gelas per hari
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
11.02 WITA Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Mhs
laboratorium mulai dari pemeriksaan darah dan pemeriksaan
urine
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan
melakukannya
11.03 WITA Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur Mhs
malam 8 jam dan tidur siang 1 jam
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
11.04 WITA Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang Mhs
berlebihan
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
11.04 WITA Menganjurkan ibu untuk tetap rutin mengkonsumsi vitamin Mhs
yang diberikan dokter/ bidan
; ibu mengerti dan bersedia untuk melakukannya
202

11.05 WITA Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 Mhs


minggu kedepan yaitu pada tanggal 21 Desember 2021 atau
jika ibu ada keluhan
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan
melakukan kunjungan ulang
203

CATATAN PERKEMBANGAN

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL

KUNJUNGAN II

Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2020


Waktu Pengkajian : 13.15 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Nama Pengkaji : Cindy Elfira

S:
1. Alasan Datang Periksa/ Keluhan Utama
a. Alasan Datang Periksa
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan

2. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Saat Ini
Eliminasi BAB : 3 hari sekali
BAK : 6-7x/ hari
Istirahat Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 7-8 jam/ hari
Aktivitas Ibu melakukan aktivitas sehari- sehari sebagai ibu rumah
tangga seperti menyapu, mencuci, memasak, mengurus
anak, dll
204

O:

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu dalam keadaan baik, dengan kesadaran compos mentis.
Dalam pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 90/70
mmHg, nadi 78 x/menit, suhu 36,5 oC, pernapasan 18 x/menit. Serta dalam
pengukuran antropometri didapatkan hasil BB 53 kg.

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak
oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada oedem
palpebra
Mulut : simetris, bibir pucat dan tidak pecah- pecah, lidah merah
muda, bersih, tidak ada caries dentis, tidak ada pembesaran
tonsil dan ovula
Payudara : simetris, bersih, areola kehitaman, puting susu menonjol, tidak
ada massa
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra
TFU : 27 cm
Leopold I : teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang
melenting (bokong)
Leopold II : teraba bagian panjang dan keras seperti papan di
kanan ibu (punggung) dan di kiri ibu teraba bagian
kecil- kecil janin (ekstremitas)
Leopold III : pada SBR teraba bagian keras, bulat dan melenting
(kepala), sudah tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : sebagian kecil bagian terendah janin
sudah masuk PAP (konvergen)
Djj : 140 x/ i, punctum maksimum terletak pada kuadran kanan
bawah
205

TBJ : (TFU-11) x 155 gram = (27-11) x 155 gram = 2.480 gram


Genetalia : bersih, tidak ada pengeluaran cairan, tidak oedem

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 16 Desember 2020
Oleh : Petugas laboratorium Klinik Aminah Amin Rianta 1
Hasil :
No. Jenis Pemeriksaan Batas Normal Hasil Pemeriksaan
1. Hemoglobin (Hb) ≥ 11 gr/ dl 10,3 gr/ dl
2. HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
3. HIV/ AIDS Non Reaktif Non Reaktif

A:

Diagnosis : GIIIP2002 usia kehamilan 36 minggu 1 hari dengan KEK dan

anemia ringan

Janin tunggal, hidup intrauterine

Masalah : Lila < 23,5 cm dan Hb < 11 gr/dl

Diagnosis potensial : Pada Ibu : Anemia sedang

Pada Janin : BBLR

Masalah potensial : Kenaikan berat badan yang tidak sesuai dan pusing

Kebutuhan segera : Pemberian makanan tambahan (PMT) dan tablet tambah

darah
206

P:

Jam Penatalaksanaan Paraf


17 Des 2020 Memakai APD lengkap sesuai protokol covid Mhs
13.15 WITA ; APD telah terpasang
13.35 WITA Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Mhs
; ibu mengetahui kondisi diri dan janinnya saat ini
13.37 WITA Menjelaskan kepada ibu bahwa dari hasil Mhs
pemeriksaan darah ibu mengalami anemia ringan
yaitu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah
berada dibawah batas normal yaitu < 11 gr/dl
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
13.38 WITA Memberikan KIE kepada ibu tentang akibat ibu Mhs
hamil yang mengalami anemia, yaitu dapat
menyebabkan keguguran, persalinan lama,
perdarahan pasca persalinan, bayi lahir premature,
kematian janin, kematian ibu, dll (SAP dan leaflet
terlampir)
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
13.41 WITA Memberikan KIE kepada ibu tentang Mhs
penatalaksanaan dan pencegahan ibu hamil yang
mengalami anemia, yaitu mengkonsumsi tablet
tambah darah sehari 2-3x, mengkonsumsi gizi
seimbang dan mengkonsumsi makanan tinggi zat
besi seperti sayuran hijau, hati, daging, ikan, telur,
kurma, kacang- kacangan, dll
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
13.43 WITA Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Mhs
tambah darah sehari 2x yaitu pada saat pagi hari dan
malam hari serta mengkonsumsi jus jeruk/ lemon
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
207

13.44 WITA Memberikan KIE kepada ibu tentang cara meminum Mhs
tablet tambah darah yang benar, yaitu diminum 1
tablet pada saat malam hari sebelum tidur untuk
mengurangi rasa mual, dan 1 tablet pada saat pagi
hari, diminum bersamaan dengan jus jeruk/ lemon
untuk membantu proses penyerapan dan jangan
diminum bersamaan dengan teh, kopi ataupun susu
karena akan memperlambat proses penyerapannya
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
13.46 WITA Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan Mhs
yang berserat seperti sayur dan buah serta minum air
putih yang cukup yaitu minimal 8 gelas per hari
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan
13.47 WITA Memberikan KIE tentang persiapan persalinan, Mhs
seperti persiapan perlengkapan ibu dan bayi,
penolong persalinan, tempat persalinan, biaya
persalinan, calon pendonor darah, transportasi, dll
(SAP dan leaflet terlampir)
; ibu telah menyiapkannya
13.49 WITA Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan Mhs
ulang 1 minggu kedepan yaitu pada tanggal 24
Desember 2021 atau jika ibu ada keluhan
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan
melakukan kunjungan ulang
208

II. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal Fisiologis

Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2020

Waktu Pengkajian : 15.00 WITA

Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Oleh : Cindy Elfira

Kala I

S:

1. Alasan Datang/ Keluhan Utama

a. Alasan Datang

Ibu ingin memeriksakan kehamilannya

b. Keluhan Utama

Ibu mulai merasakan perut kencang-kencang dan keluar lendir


bercampur darah sejak pukul 14.00 WITA

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mulai merasakan perut kencang- kencang dan keluar lendir darah
sejak pukul 14.00 WITA tetapi ibu tidak langsung pergi ke Klinik. Ibu
merasa perut kencang- kencang semakin sering, sehingga pada pukul
14.50 WITA ibu pergi ke Klinik ditemani oleh suaminya. Sesampainya
di Klinik ibu langsung dilakukan pemeriksaan dalam dan bidan
mengatakan ibu sudah pembukaan 2 cm. Kemudian bidan menganjurkan
ibu untuk dirawat inap agar dapat dipantau kemajuan persalinannya dan
ibu setuju untuk dirawat inap.
209

3. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Saat Ini

Makan 1x saat siang hari (dengan menu seimbang


Nutrisi yaitu nasi, lauk pauk dan sayur) dan minum ± 4
gelas

Eliminasi Belum ada BAB, BAK ± 4x sejak tadi pagi

Istirahat Ibu sulit beristirahat karna kontraksi

Ibu sudah mandi dan ganti baju sebelum pergi ke


Personal Hygiene
Klinik

4. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a. Psikologis : ibu mengatakan merasa cemas dan khawatir terhadap

keadaannya saat ini akibat nyeri kontraksi yang semakin

lama semakin sering dan semakin sakit

b. Sosial : selama proses persalinan, ibu ditemani oleh suami

c. Kultural : tidak ada kebudayaan atau adat istiadat yang dapat

membahayakan proses persalinan ibu

d. Spiritual : tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan khusus

yang dapat membahayakan proses persalinan ibu, pada

saat menjelang persalinan ibu terus berdoa sesuai

keyakinannya
210

O:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu dalam keadaan sedang dengan kesadaran compos


mentis. Dalam pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu
36,7oC. Serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat
badan ibu sekarang 54 kg.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah : simetris, pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak

oedem

Mata : simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada pengeluaran kotoran,

konjungtiva merah muda, sklera putih, penglihatan tidak kabur,

tidak oedem palpebra

Payudara : simetris, bersih, puting menonjol, tidak ada

pembengkakan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak

ada dimpling, sudah ada pengeluaran kolostrum

Abdomen : terdapat linea nigra, tidak ada bekas luka operasi,

pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan

TFU : 27 cm

Leopold I : pada fundus teraba bagian lunak, kurang

bulat dan kurang melenting (bokong)

Leopold II : teraba bagian panjang dan keras seperti

papan di kanan ibu (punggung kanan) dan

di kiri ibu teraba bagian kecil- kecil janin


211

(ekstremitas)

Leopold III : pada SBR teraba bagian keras, bulat dan

melenting (kepala), sudah tidak dapat

digoyangkan lagi

Leopold IV : bagian terbawah janin sebagian besar sudah

masuk PAP (divergent)

DJJ : 136 x/menit

TBJ : (TFU-11) x 155 gram = (27-11) x 155

= 2.480 gram

Genetalia : tidak terdapat pengeluaran lendir darah

3. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan His : 2 x 10’ = 20-25”

Pemeriksaan Dalam :

Tanggal : 28 Desember 2020

Jam : 15.10 WITA

Oleh : Bidan Klinik Aminah Amin Rianta 1

Hasil : tidak terdapat pengeluaran lendir darah, tidak ada benjolan

di dinding vagina, tidak ada jaringan parut, portio tebal

lunak, pembukaan 2 cm, ketuban utuh, presentasi kepala

dengan denominator UUK, tidak teraba bagian terkecil

janin, penurunan kepala di Hodge I


212

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 28 Desember 2020

Jam : 15.30 WITA

Oleh : Petugas laboratorium Klinik Aminah Amin Rianta 1

Hasil : Rapid Test : Non Reaktif

A:

Diagnosis : GIIIP2002 usia kehamilan 37 minggu 5 hari

janin tunggal, hidup intrauterine + inpartu kala I fase

laten persalinan normal

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : tidak ada

P:

Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf

28 Des 2020 Memakai APD lengkap sesuai protokol covid Mhs


; APD telah terpasang
15.00 WITA
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa
kondisi ibu normal, ibu dan janin dalam keadaan
15.12 WITA Bidan
sehat dan saat ini pembukaan 2 cm

; ibu mengetahui kondisi diri dan janinnya

Mengajarkan ibu teknik nafas dalam untuk


15.15 WITA mengatasi nyeri saat kontraksi yaitu menarik Mhs
nafas dalam melalui hidung dan
213

menghembuskan secara perlahan melalui mulut

; ibu dapat melakukan teknik nafas dalam saat


perut kontraksi

Membantu ibu mencari posisi yang nyaman


seperti miring kiri agar mendapatkan aliran
darah dan nutrisi yang maksimal dari plasenta,
karena adanya pembuluh darah balik besar (vena
15.17 WITA cava inferior), pembuluh darah yang Mhs
bertanggung jawab mengembalikan darah dari
tubuh bagian bawah ke jantung

; ibu mampu mengubah posisinya berbaring


miring kiri

Menganjurkan ibu untuk memperbanyak minum


air putih atau teh manis dan makan nasi atau roti
15.20 WITA Mhs
agar ibu mendapat energi

; ibu minum teh hangat manis dan air putih

Melakukan observasi His dan DJJ


15.30 WITA Mhs
; His 2 x 10’ 15-20”, Djj 142 x/i

Melakukan observasi His dan DJJ


17.30 WITA Mhs
; His 2 x 10’ 25-30’’, DJJ 135 x/i

Melakukan observasi His dan DJJ


18.30 WITA Mhs
; His 3 x 10’ 30-35’’, DJJ 136 x/i

Melakukan observasi His dan DJJ


19.30 WITA Mhs
; His 3 x 10’ 30-35”, DJJ 142 x/i

Melakukan observasi His dan DJJ


20.30 WITA Mhs
; His 4 x 10’ 30-35’’, DJJ 133 x/i
214

Melakukan pemeriksaan dalam

; dari hasil pemeriksaan dalam didapatkan hasil


tidak terdapat pengeluaran lendir darah, tidak
ada benjolan dinding vagina, tidak ada jaringan
21.00 WITA Bidan
parut, portio tipis lunak, pembukaan 4 cm,
ketuban utuh, presentasi kepala dengan
denominator UUK, tidak teraba bagian terkecil
janin, penurunan kepala hodge II

Melakukan observasi His dan DJJ


21.02 WITA Mhs
; His 4 x 10’ 35- 40”, Djj 145 x/i

Melakukan observasi His dan Djj


21.30 WITA Mhs
; His 4 x 10’ 40-45”, Djj 136 x/i

Menyiapkan partus set dan APD


21.45 WITA Mhs
; Partus set dan APD telah siap

Menyiapkan pakaian bayi dan pakaian ganti ibu


21.50 WITA Mhs
; Pakaian bayi dan pakaian ganti ibu telah siap

Kala II

S:

Ibu mengeluh ingin BAB dan ada rasa ingin meneran

O:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu dalam keadaan sedang dengan kesadaran compos


mentis.
215

2. Pemeriksaan Fisik

Genetalia : Adanya tanda gejala kala II, adanya dorongan kuat untuk

meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan

sfingter ani membuka

3. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan DJJ : DJJ terdengar jelas, frekuensi teratur, DJJ : 150

x/menit

Pemeriksaan Dalam : tidak terdapat pengeluaran lendir darah, tidak ada

benjolan di dinding vagina, tidak ada jaringan

parut, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,

ketuban utuh, presentasi kepala dengan

denominator UUK, tidak teraba bagian terkecil

janin, penurunan kepala di Hodge IV

A:

Diagnosis : GIIIP2002 usia kehamilan 37 minggu 5 hari

janin tunggal, hidup intrauterine + kala II persalinan

normal

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : tidak ada


216

P:

Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf

Bidan memastikan bahwa pembukaan sudah


lengkap
28 Des 2020 ; pembukaan 10 cm, ketuban utuh, presentasi
Bidan
22.05 WITA kepala dengan denominator UUK, tidak teraba
bagian terkecil janin, penurunan kepala di
Hodge IV

Melakukan amniotomi
22.06 WITA Bidan
; ketuban berwarna jernih

Memakai APD lengkap sesuai protokol covid dan


Bidan
memeriksa kembali kelengkapan alat persalinan
22.07 WITA &
; APD telah terpasang dan alat-alat persalinan
Mhs
telah siap

Menjelaskan pada ibu dan suami bahwa


pembukaan sudah lengkap dan ibu boleh
22.08 WITA Mhs
mengejan saat kontraksi.

; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

Memastikan kelengkapan alat pertolongan


22.08 WITA persalinan dan menyiapkan oksitosin 10 IU. Mhs
; alat telah lengkap dan oksitosin telah siap

Memastikan tangan tidak memakai perhiasan,


mencuci tangan dengan sabun dan dibilas di air
22.09 WITA mengalir. Mhs

; perhiasan tidak dikenakan, tangan telah dicuci


dengan menggunakan sabun dan air mengalir
217

dengan teknik mencuci tangan 6 langkah

Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik dan


benar, yaitu dengan tidak menutup mata saat
mengejan, dagu menempel pada dada, pandangan
22.10 WITA mata mengarah ke perut, mengejan sambil Mhs
membatukkan.

; ibu mengerti dan mampu melakukan teknik


meneran dengan baik

Mengarahkan ibu untuk melakukan posisi yang


baik dan benar saat bersalin yaitu dengan posisi
22.10 WITA dorsal recumbent. Mhs
; ibu mengikuti arahan dan sudah dalam posisi
yang baik dan benar

Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan Mhs


bayi) di atas perut ibu. Membuka tutup partus set
dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
22.11 WITA
bahan, oksitosin 10 IU telah disiapkan, dan
memakai sarung tangan steril.

; sarung tangan steril telah digunakan

Melahirkan kepala bayi setelah kepala membuka Mhs


vulva 5-6 cm dengan cara melindungi perineum
22.12 WITA ibu dengan tangan dominan dilapisi duk steril dan
tangan lainnya menahan kepala agar tidak terjadi
robekan jalan lahir dan fleksi yang terlalu cepat.

Mengecek adanya lilitan tali pusat pada leher bayi Mhs


22.14 WITA
; terdapat lilitan tali pusat yang erat 1 kali

22.14 WITA Menjepit tali pusat dengan klem, mendorong isi Bidan
218

tali pusat, menjepit kembali tali pusat dengan


jarak 2 cm dari klem pertama dan melakukan
pemotongan tali pusat diantara kedua klem

; tali pusat telah dipotong

Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran Mhs


paksi luar secara spontan searah dengan punggung
bayi, curamkan ke bawah untuk melahirkan bahu
22.14 WITA anterior, curamkan ke atas untuk melahirkan bahu
posterior.

; kepala janin melakukan putara paksi luar dan ibu


meneran saat kontraksi dan bahu lahir.

Memegang kepala secara biperietal dan Mhs


menganjurkan ibu meneran saat kontraksi, lalu
menelusuri seluruh badan bayi sampai lahir dan
22.15 WITA letakkan diatas perut ibu.

; ibu meneran saat kontraksi dan seluruh badan


bayi telah dilahirkan. Bayi telah lahir secara
spontan.
219

DOKUMENTASI PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Tanggal Pengkajian : 28-12-2020

Waktu Pengkajian : 22.15 WITA

Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Oleh : Cindy Elfira

O:

1. Keadaan Bayi Saat Lahir


Bayi lahir pada tanggal 28 Desember 2020 pukul 22.15 WITA. Jenis kelamin
laki- laki dan ketuban jernih.

2. Penilaian Selintas
Pergerakan bayi aktif, bayi menangis kuat dan warna kulit kemerahan.

P:

Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf

Melakukan penanganan dan penilaian spintas bayi


baru lahir.
28 Des 2020
; bayi lahir pukul 22.15 WITA secara spontan Mhs
22.15 WITA
dengan jenis kelamin laki-laki, bayi lahir cukup
bulan, menangis kuat, dan bergerak aktif

Mengeringkan tubuh, muka, punggung, hingga


tungkai bayi tanpa menghilangkan verniks pada
22.16 WITA Mhs
telapak tangan bayi.

; bayi telah dikeringkan.


220

Mengganti handuk basah dengan handuk yang


kering dan meletakkan bayi diatas perut ibu
22.17 WITA ; handuk basah telah diganti dengan handuk Mhs
kering dan bersih serta bayi telah diletakkan diatas
perut ibu.

Memeriksa kembali uterus untuk memastikan


22.17 WITA tidak ada janin kedua dalam uterus Mhs
; tidak terdapat janin kedua.

Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntikkan


oksitosin 10 IU agar uterus berkontraksi dengan
baik.
22.18 WITA Mhs
; oksitosin telah diberikan dalam waktu 1 menit
setelah bayi lahir sebanyak 10 IU, diberikan
secara IM pada 1/3 paha atas bagian distal lateral.

Menjepit tali pusat dengan klem berjarak 3 cm


dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat kearah
distal (ibu) dan menjepit kembali tali pusat dengan
22.18 WITA Mhs
jarak 2 cm dari klem pertama.

; tali pusat telah dijepit dengan menggunakan


klem.

Memegang tali pusat yang telah dijepit, lindungi


dari perut bayi dan menggunting tali pusat
22.19 WITA diantara 2 klem. Mhs
; tali pusat telah dipotong dan mengikat tali pusat
dengan benang steril.

Meletakkan bayi diatas perut ibu untuk dilakukan


22.19 WITA Mhs
IMD.
221

; bayi telah diletakkan diatas perut ibu untuk


dilakukan IMD.
222

Kala III

S:

Ibu lega sudah melahirkan dan perut masih terasa mules

O:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum ibu baik dan kesadaran compos mentis.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah : tidak pucat

Abdomen : TFU 1 jari diatas pusat, kandung kemih kosong, tidak

ada janin kedua

Genetalia : adanya tanda pelepasan plasenta, semburan darah tiba-

tiba, tali pusat memanjang, dan uterus menumbung

A:

Diagnosis : GIIIP2002 dengan kala III persalinan normal

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : tidak ada

P:

Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf

28 Des 2020 Memindahkan klem tali pusat dengan jarak


Mhs
5-10 cm dari depan vulva, melakukan
22.20 WITA
223

peregangan tali pusat terkendali, tangan


satu memegang klem pada tali pusat dan
tangan lainnya di symphisis untuk
melakukan dorso kranial sambil tangan
yang lainnya menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas mengikuti poros jalan lahir, saat
plasenta di introitus vagina, tangkap dan
lahirkan plasenta dengan gerakan memutar
searah jarum jam.

; plasenta lahir pukul 22.25 WITA

Melakukan masase pada fundus uteri


secara sirkuler ± 15 detik dengan gerakan
22.25 WITA memutar searah jarum jam hingga uterus Mhs
berkontraksi

; kontraksi uterus baik

Memeriksa kelengkapan plasenta, pada


bagian maternal terdiri dari 20 kotiledon,
dengan diameter 20 cm, dan tebal 3 cm,
pada bagian fetal terdiri dari posisi tali
pusat lateral, dengan panjang tali pusat ±
22.26 WITA Mhs
50 cm, berat plasenta 500 gram dan
terdapat 3 pembuluh darah diantaranya 2
arteri 1 vena.

; plasenta telah diperiksa kelengkapannya


dan dimasukkan ke dalam tempat plasenta

Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada Bidan &


22.28 WITA
jalan lahir maupun perineum ibu. Mhs
224

; terdapat laserasi derajat 1

Mengecek kandung kemih dan kontraksi


uterus
22.40 WITA Mhs
; kandung kemih kosong dan kontraksi
uterus baik.

Mengajarkan ibu cara melakukan masase


uterus dan menilai kontraksi
22.41 WITA Mhs
; ibu mampu melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
225

Kala IV

O:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik dengan kesadaran compos mentis. Dalam


pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,9 o C.

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah : tidak pucat

Mata : konjungtiva merah muda

Abdomen : tampak mengecil, uterus teraba ditengah, membulat, keras,

kontraksi baik, kandung kemih kosong, TFU 1 jari

dibawah pusat

Genetalia : terdapat robekan jalan lahir serajat 1, terdapat pengeluaran

darah ± 150 cc dan pengeluaran lochea rubra

A:

Diagnosis : P3003 dengan kala IV persalinan normal

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : tidak ada


226

P:

Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf

Menjelaskan kepada suami tentang robekan yang


dialami ibu dan akan dilakukan tindakan
28 Des 2020
penjahitan Mhs
22.42 WITA
; suami mengetahui penjelasan yang diberikan dan
bersedia untuk dilakukan penjahitan

Menyiapkan alat heacting set dan memastikan


22.42 WITA kelengkapannya serta menyiapkan lidocain Mhs
; alat telah siap dan lengkap

Melakukan penjahitan pada luka robekan dengan


terlebih dahulu menyuntikkan lidocain sebagai
22.43 WITA Mhs
obat anestesi

; lidocain telah disuntikkan

Menjelaskan kepada ibu cara perawatan jahitan


yaitu diberi kasa betadin dan diganti setiap setelah
BAK/ BAB serta menjaga kebersihan bagian
22.50 WITA vagina dengan sering mengganti celana dalam Mhs
yang lembab atau basah

; ibu mengeti penjelasan yang diberikan dan akan


melakukannya

Memeriksa kontraksi uterus dan perdarahan


pervaginam
22.51 WITA Mhs
; Kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan aktif
dan semburan darah

Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan


22.52 WITA Mhs
darah
227

; jumlah pengeluaran darah ± 150 cc

Mendekontaminasi semua alat persalinan ke dalam


22.53 WITA cairan klorin Mhs
; alat telah direndam dan dibersihkan

Membersihkan ibu dan memakaikan ibu pakaian


yang baru dan bersih agar ibu merasa nyaman.
22.54 WITA Mhs
; ibu telah diseka dan dipakaikan pakaian yang
bersih

Mendekontaminasi tempat persalinan dengan air


DTT, mengelap tempat persalinan dengan waslap
yang dibasahi dengan air DTT, mencuci sarung
tangan ke dalam cairan klorin dan membuangnya
23.00 WITA Mhs
ke tempat sampah medis. Tempat dibersihkan
guna menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu
dan bayi

; tempat telah dibersihkan

Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai


mobilisasi dini yaitu ibu dianjurkan untuk
menggerakkan badan ke kanan atau ke kiri untuk
23.06 WITA mempercepat pemulihan ibu dan menganjurkan Mhs
ibu untuk duduk setelah bersalin dan berjalan ke
kamar mandi jika ingin BAB/ BAK

; ibu mengerti tentang penjelasan mobilisasi

Mencuci tangan 6 langkah


23.09 WITA Mhs
; mencuci tangan telah dilakukan

Mengobservasi kala IV selama 2 jam, memeriksa


23.10 WITA Mhs
tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung
228

kemih dan jumlah perdarahan.

; pemeriksaan 2 jam PP terlampir dalam partograf.


229

III. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis

Tanggal Pengkajian : 28-12-2020

Waktu Pengkajian : 23.16 WITA

Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Oleh : Cindy Elfira

O:

1. Riwayat Persalinan Sekarang

Bayi dilahirkan di Klinik Aminah Amin Rianta 1 pada tanggal 28-12-


2020. Jenis persalinan spontan, ketuban jernih, jenis kelamin laki-laki,
apgar score 9/10, cacat (-).

2. Keadaan Bayi Saat Lahir

Bayi lahir pada tanggal 28 Desember 2020 pukul 22.15 WITA. Jenis
kelamin laki- laki dan ketuban jernih.

3. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum bayi dalam keadaan baik. Dalam pemeriksaan tanda-


tanda vital didapatkan hasil nadi 148 x/menit, pernapasan 48 x/menit,
suhu 36,6 oC. Serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil
berat badan 2500 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm,
lingkar dada 29 cm, lingkar perut 28 cm, LiLA 10 cm.

4. Pemeriksaan Fisik

Kepala : bulat, tidak terdapat caput succadaneum, tidak ada cephal

hematom, distribusi rambut merata, rambut berwarna


230

hitam, ubun-ubun besar masih membuka

Wajah : tidak pucat dan tidak kuning

Mata : simetris, bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada

pengeluaran kotoran, konjungtiva merah muda, sklera

putih

Hidung : simetris, terdapat dua lubang hidung, tidak ada pernapasan

cuping hidung, tidak ada pengeluaran cairan dari lubang

hidung, tidak ada polip

Telinga : simetris, terdapat 2 lubang telinga, berlekuk sempurna,

tidak ada pengeluaran serumen, tidak teraba

benjolan/ massa

Mulut : simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada labioskiziz,

palatoskizis, atau labiopalatoskizis, tidak sianosis

Leher : pergerakan leher aktif, terdapat verniks caseosa pada

lipatan leher, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak

teraba massa

Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak

menggunakan alat bantu pernapasan, puting susu

menonjol, suara nafas terdengar vesikuler, tidak ada suara

nafas tambahan, BJ I loop, BJ II doop, bunyi BJ I dan BJ

II teratur

Abdomen : simetris, tidak kembung, tidak teraba massa atau benjolan

abnormal, suara perut hipertimpani, tali pusat bersih, tidak


231

ada perdarahan, terdiri dari 2 arteri dan 1 vena

Punggung : simetris, terdapat sedikit lanugo, tidak teraba spina bifida

Genitalia : testis sudah turun ke skrotum, terdapat lubang uretra

Anus : terdapat lubang anus

Kulit : warna kulit kemerahan, terdapat sedikit lanugo dan

verniks caseosa pada lipatan-lipatan badan

Ekstremitas

Atas : simetris, lengkap, tidak ada kelainan, jari-jari tangan

lengkap, tidak ada polidaktili atau sidaktili, pergerakan

aktif, ada garis telapak tangan, ada verniks caseosa pada

lipatan ketiak

Bawah : simetris, lengkap, tidak ada kelainan, jari-jari kaki

lengkap, tidak ada polidaktili atau sidaktili, pergerakan

aktif, ada garis telapak kaki, ada verniks caseosa pada

lipatan paha

5. Status Neurologis

Morro : positif, bayi terkejut ketika dikejutkan dengan suara

Rooting : positif, bayi menoleh ke arah sentuhan saat pipi bayi

disentuh

Sucking : positif, reflek hisap bayi baik

Swallowing : positif, reflek menelan baik

Babinski : positif, bayi menekuk jari-jari kaki ke bawah saat telapak

kaki digesek
232

Grasping : positif, bayi menggenggam dengan kuat saat telapak

tangan bayi disentuh

A:

Diagnosis : NCB-SMK usia 1 jam

Masalah : tidak ada

Kebutuhan : tidak ada

P:

Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf

Menjelaskan pada ibu bahwa hasil


28 Des 2020
pemeriksaan bayi dalam keadaan normal Mhs
23.30 WITA
; ibu mengetahui kondisi bayinya

Membungkus tali pusat dengan kasa steril


23.31 WITA ; keadaan tali pusat bersih, tidak ada Mhs
perdarahan, terdiri dari 2 arteri dan 1 vena

Memberikan injeksi Neo-K Phytomenadione


sebanyak 0,5 cc pada 1/3 paha luar sebelah
kiri secara IM
23.35 WITA Mhs
;telah diberikan injeksi Neo-K
Phytomenadione dan tidak tampak
perdarahan

Memberikan obat salep mata


chloramphenicol pada kedua mata bayi
23.36 WITA ; telah diberikan obat salep mata Mhs
chloramphenicol pada masing-masing mata
bayi dan tidak tampak kemerahan
233

Menjaga kehangatan bayi dengan


memakaikan baju, topi dan membedong
23.37 WITA bayi untuk menghindari bayi dari hipotermi Mhs
; bayi telah dipakaikan baju, topi dan
bedong dan dihangatkan di dalam copis

Memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu


mengenai cara menyusui yang baik dan
benar (SAP dan leaflet terlampir)
23.45 WITA Mhs
; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan
dan dapat melakukan cara menyusui yang
benar
234

IV. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Postnatal Fisiologis


Kunjungan I

Tanggal Pengkajian : 29-12-2020


Waktu Pengkajian : 11.30 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Oleh : Cindy Elfira

S:
1) Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan

2) Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Makan 1x (dengan menu seimbang yaitu nasi, lauk
Nutrisi pauk, sayur) dan makan roti 1x
Minum ± 2 gelas air putih
Eliminasi BAB -, BAK 2x
Istirahat Tidur malam ± 6 jam
Aktivitas Berbaring ditempat tidur, duduk, berjalan
Personal Mandi 1x, gosok gigi 1x, ganti baju 1x, ganti pembalut
Hygiene 1x, ganti celana dalam 1x

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu dalam keadaan baik dengan kesadaran compos
mentis. Dalam pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 76 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu
36,7oC. Serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat
badan saat ini yaitu 50 kg.
235

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, warna rambut hitam, distribusi rambut merata,
rambut bersih, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
benjolan
Wajah : simetris, tidak tampak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
pengeluaran kotoran, tidak ada perdarahan, tidak teraba
oedem palpebra
Hidung : simetris, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada pengeluaran sekret, tidak ada polip
Mulut : simetris, bibir lembab, bibir tidak pucat, bersih, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries dentis, lidah tremor, tidak ada
pembengkakan pada tonsil dan ovula
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau serumen
Leher : tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher, tidak ada
bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan tiroid
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada
alat bantu pernafasan, suara nafas vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan, BJ I loop, BJ II doop
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla, tidak teraba benjolan, tidak
ada retraksi/dimpling, tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe, terdapat pengeluaran kolostrum
Abdomen : masih terdapat linea nigra, tidak terdapat bekas luka
operasi, diastasis rektus abdominis ukurannya 2/3, TFU
pertengahan symphisis pusat, konsistensi keras, kontraksi
baik, kandung kemih kosong
236

Genitalia : vulva tidak oedem, tidak ada varises,


tampak pengeluaran lochea rubra, konsistensi cair
banyaknya ± 35 cc, terdapat luka jahitan, tidak ada tanda
REEDA
Anus : tidak terdapat hemoroid
Ekstremitas
Kanan Bawah : simetris, tidak oedem, tidak varises, reflek
babinski (-), homan sign (-), reflek patella (+),
CRT < 2 detik
Kiri Bawah : simetris, tidak oedem, tidak varises, reflek
babinski (-), homan sign (-), reflek patella (+),
CRT < 2 detik
Kanan Atas : simetris, turgor kulit baik, tidak oedem, reflek
bisep (+), reflek trisep (+), CRT < 2 detik
Kiri Atas : simetris, turgor kulit baik, tidak oedem, reflek
bisep (+), reflek trisep (+), CRT < 2 detik

A:
Diagnosis : P3003 post partum fisiologis 13 jam
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Memakai APD lengkap sesuai
29 Des 2020
protokol covid Mhs
11.30 WITA
; APD telah terpasang
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada
11.50 WITA ibu, bahwa keadaan ibu dalam batas Mhs
normal
237

; ibu mengetahui keadaan dirinya


Memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai ASI eksklusif yaitu ASI
11.51 WITA yang diberikan sejak bayi baru lahir
hingga bayi berusia 6 bulan tanpa
memberikan makanan atau minuman
tambahan lainnya (SAP dan Leaflet Mhs
terlampir)
; ibu mengerti dan bersedia
memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya
Menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya sesering mungkin agar
12.00 WITA merangsang produksi ASI Mhs
; ibu mengerti dan bersedia untuk
menyusui bayinya sesering mungkin
Menganjurkan ibu untuk rajin
menjaga kebersihan diri dengan rajin
mengganti pembalut apabila sudah
12.01 WITA terasa penuh dan selalu mengeringkan Mhs
vagina setelah BAK dan BAB
; ibu mengerti dan bersedia menjaga
kebersihan diri
Menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup, yaitu tidur siang 1-2 jam
12.02 WITA dan tidur malam 8 jam Mhs
; ibu mengerti dan akan istirahat yang
cukup
Memberitahu ibu jadwal kunjungan
ulang untuk memeriksakan masa
nifasnya pada tanggal 2 Januari 2021
12.03 WITA atau apabila ibu terdapat keluhan. Mhs
; ibu akan melakukan kunjungan
sesuai jadwal yang ditentukan atau
apabila terdapat keluhan.
Memberikan terapi dan menjelaskan
12.04 WITA
aturan minumnya
238

; terapi yang didapat


- Asam mefenamat 3x1 setelah makan
- Amoxilin 3x1 setelah makan dan
harus dihabiskan
- Tablet tambah darah 1x1 setelah
makan
239

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL
KUNJUNGAN II (HARI KE-7)

Tanggal Pengkajian : 4 Januari 2021


Waktu Pengkajian : 16.40 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Oleh : Cindy Elfira

S:
1. Alasan Datang Periksa
Ini merupakan jadwal kunjungan ulang ibu

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan

3. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Ibu makan 3x sehari dengan menu seimbang (terdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur dan kadang- kadang ditambah
Nutrisi dengan buah)
Ibu minum 7-8 gelas sehari
BAK : 5 x sehari
Eliminasi
BAB : 1x sehari
Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 6-7 jam
Istirahat
Terkadang ibu susah tidur jika bayinya rewel dan ingin
menyusu
Personal Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
Hygiene seminggu, ganti baju 2x sehari, ganti celana dalam 2x
240

sehari, ganti pembalut 2x sehari


Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
Aktivitas memasak, mencuci, membersihkan rumah dan juga
mengurus anaknya

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu dalam keadaan baik dengan kesadaran compos
mentis. Dalam pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu
36,6oC. Serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat
badan saat ini yaitu 50 kg.

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, tidak tampak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
pengeluaran kotoran, tidak ada perdarahan, tidak teraba
oedem palpebra
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla, tidak teraba benjolan, tidak
ada retraksi/dimpling, tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : masih terdapat linea nigra, tidak terdapat bekas luka
operasi, diastasis rektus abdominis ukurannya 1/3, TFU
tidak teraba, kandung kemih kosong
Genitalia : vulva tidak oedem, tidak ada varises, tampak pengeluaran
lochea serosa, konsistensi cair banyaknya ± 3 cc,
terdapat luka jahitan, tidak ada tanda REEDA
Anus : terdapat hemoroid
241

A:
Diagnosis : P3003 post partum fisiologis hari ke-7
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Memakai APD lengkap sesuai
04 Jan 2021
protokol covid Mhs
16.40 WITA
; APD telah terpasang
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada
04-01-2021 ibu, bahwa keadaan ibu dalam batas
normal Mhs
17.00 WITA
; ibu mengetahui keadaan dirinya
Memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai nutrisi ibu nifas (SAP dan
Leaflet terlampir)
17.01 WITA Mhs
; ibu mengerti penjelasan yang
diberikan dan ibu tidak memiliki
pantangan makanan
Memberitahu ibu jadwal kunjungan
ulang untuk memeriksakan masa
nifasnya pada tanggal 11 Januari 2021
17.12 WITA atau apabila ibu terdapat keluhan. Mhs
; ibu akan melakukan kunjungan
sesuai jadwal yang ditentukan atau
apabila terdapat keluhan.
242

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL
KUNJUNGAN III (HARI KE-26)

Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2021


Waktu Pengkajian : 09.15 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Oleh : Cindy Elfira

S:
1. Alasan Datang Periksa
Ini merupakan jadwal kunjungan ulang ibu

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini ibu sedang batuk

3. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Ibu makan 3x sehari dengan menu seimbang (terdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur dan kadang- kadang ditambah
Nutrisi dengan buah)
Ibu minum 8 gelas sehari
BAK : 5-6 x sehari
Eliminasi
BAB : 1x sehari
Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 7 jam
Istirahat
Terkadang ibu susah tidur jika bayinya rewel dan ingin
menyusu
Personal Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
Hygiene seminggu, ganti baju 2x sehari, ganti celana dalam 2x
243

sehari
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
Aktivitas memasak, mencuci, membersihkan rumah dan juga
mengurus anaknya

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu dalam keadaan baik dengan kesadaran compos
mentis. Dalam pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu
36,9oC. Serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat
badan saat ini yaitu 50 kg.

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, tidak tampak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
pengeluaran kotoran, tidak ada perdarahan, tidak teraba
oedem palpebra
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla, tidak teraba benjolan, tidak
ada retraksi/dimpling, tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : masih terdapat linea nigra, tidak terdapat bekas luka
operasi, diastasis rektus abdominis ukurannya 1/2, TFU
tidak teraba, kandung kemih kosong
Genitalia : vulva tidak oedem, tidak ada varises, tampak pengeluaran
lochea alba, konsistensi cair banyaknya ± 2 cc, luka
jahitan sudah menyatu
Anus : terdapat hemoroid
244

A:
Diagnosis : P3003 post partum fisiologis hari ke-26
Masalah : Batuk
Kebutuhan : Konsultasi dengan dokter

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Memakai APD lengkap sesuai
23 Jan 2021
protokol covid Mhs
09.15 WITA
; APD telah terpasang
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada
ibu, bahwa keadaan ibu dalam batas
09.35 WITA normal Mhs

; ibu mengetahui keadaan dirinya


Memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai Keluarga Berencana (KB)
(SAP dan Leaflet terlampir)
09.36 WITA Mhs
; ibu mengerti penjelasan yang
diberikan dan ibu tertarik untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan
Menganjurkan ibu untuk berobat ke
09.50 WITA dokter Mhs
; ibu bersedia untuk berobat ke dokter
Menganjurkan ibu untuk
menggunakan masker saat menyusui
ataupun berada didekat bayinya
09.50 WITA Mhs
; ibu bersedia untuk menggunakan
masker saat menyusui atau berada
didekat bayinya
Memberitahu ibu jadwal kunjungan
ulang untuk memeriksakan masa
nifasnya antara tanggal 26 Januari – 8
09.51 WITA Mhs
Februari 2021 atau apabila ibu
terdapat keluhan.
; ibu akan melakukan kunjungan
245

sesuai jadwal yang ditentukan atau


apabila terdapat keluhan.
246

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL
KUNJUNGAN IV (HARI KE-40)

Tanggal Pengkajian : 06 Februari 2021


Waktu Pengkajian : 13.00 WITA
Tempat Pengkajian : Rumah Ibu R
Oleh : Cindy Elfira

S:
1. Alasan Datang Periksa
Ini merupakan jadwal kunjungan ulang ibu

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini ibu tidak ada keluhan

3. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Ibu makan 3x sehari dengan menu seimbang (terdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur dan kadang- kadang ditambah
Nutrisi dengan buah)
Ibu minum 8 gelas sehari
BAK : 5-6 x sehari
Eliminasi
BAB : 1x sehari
Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 6 jam
Istirahat
Terkadang ibu susah tidur jika bayinya rewel dan ingin
menyusu
Personal Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
Hygiene seminggu, ganti baju 2x sehari, ganti celana dalam 2x
247

sehari
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
Aktivitas memasak, mencuci, membersihkan rumah dan juga
mengurus anaknya

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu dalam keadaan baik dengan kesadaran compos
mentis. Dalam pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 78 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu
36,5oC. Serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat
badan saat ini yaitu 52 kg.

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, tidak tampak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
pengeluaran kotoran, tidak ada perdarahan, tidak teraba
oedem palpebra
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla, tidak teraba benjolan, tidak
ada retraksi/dimpling, tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : masih terdapat linea nigra, tidak terdapat bekas luka
operasi, diastasis rektus abdominis ukurannya 0/1, TFU
tidak teraba, kandung kemih kosong
Genitalia : vulva tidak oedem, tidak ada varises, tampak pengeluaran
lochea alba banyaknya ± 1 cc
Anus : terdapat hemoroid
248

A:
Diagnosis : P3003 post partum fisiologis hari ke-40
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Memakai APD lengkap sesuai
06 Feb 2021
protokol covid Mhs
13.00 WITA
; APD telah terpasang
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada
ibu, bahwa keadaan ibu dalam batas
13.10 WITA normal Mhs

; ibu mengetahui keadaan dirinya


Menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup yaitu tidur siang 1-2 jam
13.11 WITA dan tidur malam 8 jam Mhs
; ibu mengerti dan akan istirahat yang
cukup jika memungkinkan
Mengingatkan ibu untuk membawa
bayinya ke klinik pada saat usia 1
bulan yaitu pada tanggal 28 Februari
untuk diberikan vaksin DPT- Hb- Hib
13.12 WITA 1 dan Polio 2 Mhs
; ibu bersedia untuk membawa
bayinya ke klinik pada saat usia 1
bulan
249

V. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus Fisiologis


Kunjungan I

Tanggal Pengkajian : 29 Desember 2020


Waktu Pengkajian : 11.40 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Oleh : Cindy Elfira

S:
1. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Bayi minum ASI dan disusui oleh ibunya setiap bayi
Nutrisi
haus
BAB 1 kali, berwarna hijau kehitaman dengan
Eliminasi konsistensi lunak
BAK sebanyak 3 kali dengan warna jernih
Aktivitas Bayi sering tidur dan bergerak aktif
Bayi sudah mandi tadi pagi, ganti baju 2x atau setiap
Personal
kali basah dan rutin diganti popoknya setiap kali BAK
Hygiene
atau BAB

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum bayi dalam keadaan baik. Dalam pengukuran tanda-tanda
vital didapatkan hasil nadi 134 x/menit, pernapasan 42 x/menit, suhu
36,6oC, serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat
badan 2500 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar
dada 29 cm, lingkar perut 28 cm, LiLA 10 cm.
250

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : ubun-ubun besar masih terbuka dan ubun-ubun kecil
masih menutup
Mata : simetris, bersih, tidak ada kotoran atau perdarahan, sklera
tidak ikterus
Mulut : simetris, tidak sianosis, lidah bersih
Leher : pergerakan leher aktif
Dada : tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi jantung normal,
tidak terdengar suara nafas tambahan
Abdomen : tidak teraba massa atau benjolan, tali pusat terdapat 2
arteri 1 vena, tidak ada perdarahan tali pusat, bising usus
3x/menit
Anus : terdapat lubang anus

A:
Diagnosis : NCB-SMK usia 13 jam
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Mhs
ibu bahwa bayi dalam keadaan
29 Des 2020
normal
12.05 WITA
; ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan
Menjaga kehangatan bayi dengan Mhs
12.06 WITA memakaikan topi dan membedong
; bayi terjaga kehangatannya
12.10 WITA Menganjurkan pada ibu untuk tetap Mhs
251

menjaga personal hygiene pada bayi,


dengan mengganti popok saat basah
atau lembab
; ibu mengerti dan akan menjaga
kebersihan bayinya
Memberitahu ibu dan suami bahwa Mhs
bayinya akan diberikan vaksin Hb 0
untuk mencegah bayi dari penyakit
12.15 WITA hepatitis B
; telah diberikan injeksi Hb 0 secara
IM pada 1/3 paha luar sebelah
kanan sebanyak 0,5 cc
Memberitahu ibu jadwal kunjungan Mhs
ulang untuk memeriksakan bayinya
pada tanggal 2 Januari 2021 atau
apabila bayi ada keluhan
12.17 WITA
; ibu akan membawa bayi
kunjungan ulang sesuai jadwal yang
ditentukan atau apabila terdapat
keluhan
252

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
KUNJUNGAN II (HARI KE-7)

Tanggal Pengkajian : 04 Januari 2021


Waktu Pengkajian : 16.50 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Oleh : Cindy Elfira

S:
1. Alasan Datang Periksa
Ini merupakan kunjungan ulang bayi

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya

3. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Bayi hanya minum ASI tanpa diberi tambahan apapun,
Nutrisi
menyusu setiap bayi menangis dan haus
BAB : 5x sehari, berwarna kuning, lunak
Eliminasi
BAK : bayi BAK ± 7 x sehari, berwarna jernih
Aktivitas Bayi sering tidur dan menangis ketika haus dan buang air
Personal Bayi mandi 2x sehari, ganti baju 2x dan apabila basah,
Hygiene rutin mengganti popok dan lampin apabila BAB/BAK

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum dalam keadaan baik. Dalam pengukuran tanda-tanda
vital didapatkan hasil nadi 138 x/menit, pernapasan 48 x/menit, suhu
253

36,7oC, serta pengukuran antropometri didapatkan hasil berat badan


3000 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30
cm, lingkar perut 29 cm, LiLA 11 cm.

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : ubun-ubun besar sudah menutupi ubun-ubun kecil
Mata : simetris, bersih, tidak ada perdarahan, sklera tidak ikterus
Mulut : tidak sianosis
Leher : pergerakan leher aktif
Dada : tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi jantung normal,
tidak terdengar suara nafas tambahan
Abdomen : perut tidak kembung, tidak teraba massa atau benjolan,
tali pusat sudah lepas
A:
Diagnosis : NCB-SMK, usia 7 hari
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Menjelaskan kepada ibu mengenai Mhs
hasil pemeriksaan pada bayinya,
04 Januari 2021
keadaan bayi dalam batas normal
17.13 WITA
; ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan
Memberikan ibu penyuluhan Mhs
kesehatan mengenai tanda bahaya
pada bayi
17.14 WITA
; ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan (SAP dan leaflet
terlampir)
254

Memberitahu ibu dan suami bahwa Mhs


bayinya akan diberikan vaksin polio
untuk mencegah bayi dari penyakit
17.25 WITA polio
; telah diberikan polio tetes
sebanyak 2 tetes melalui oral
Menganjurkan ibu membawa Mhs
bayinya ke klinik pada saat usia 2
minggu untuk diberikan vaksin
17.26 WITA BCG
; ibu bersedia untuk membawa
bayinya ke klinik pada saat usia 2
minggu
Memberitahu ibu jadwal kunjungan Mhs
ulang untuk memeriksakan bayinya
pada tanggal 11 Januari 2021 atau
apabila bayi ada keluhan
17.27 WITA
; ibu akan membawa bayi
kunjungan ulang sesuai jadwal yang
ditentukan atau apabila terdapat
keluhan
255

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
KUNJUNGAN III (HARI KE-26)

Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2021


Waktu Pengkajian : 09.25 WITA
Tempat Pengkajian : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Oleh : Cindy Elfira

S:
1. Alasan Datang Periksa
Ini merupakan kunjungan ulang bayi.

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya.

3. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Bayi minum ASI saja tanpa diberi makanan atau minuman
Nutrisi
tambahan, menyusu setiap bayi menangis
BAB 4-5x sehari, berwarna kuning, lunak
Eliminasi
BAK : 6-7x sehari, berwarna jernih
Aktivitas Bayi sering tidur dan menangis ketika haus dan buang air
Personal Bayi mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari atau ketika
Hygiene basah, rutin mengganti popok ketika BAB/BAK

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum bayi dalam keadaan baik. Dalam pengukuran tanda-tanda vital
didapatkan hasil nadi 126 x/menit, pernapasan 50 x/menit, suhu 36,8oC. Serta
256

dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat badan 3700 gram,


panjang badan 50 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar perut
31 cm, LiLA 12 cm.

2. Pemeriksaan Fisik
Kulit : bersih, tidak ada kemerahan, tidak ada ruam
Kepala : ubun-ubun besar menutupi ubun-ubun kecil
Mata : bersih, tidak ada perdarahan, sklera tidak ikterik
Mulut : tidak sianosis
Leher : pergerakan leher aktif
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, suara nafas
vesikuler, bunyi jantung normal, tidak terdengan suara nafas
tambahan
Abdomen : tidak teraba massa atau benjolan, tali pusat sudah lepas, tidak
kembung, bising usus 2x/menit

A:
Diagnosis : NCB-SMK, usia 26 hari
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan Mhs
pada bayinya, keadaan bayi normal dan
23 Januari 2021
tidak ada kelainan.
09.52 WITA
; ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
Memastikan tidak ada biang keringat dan Mhs
09.53 WITA ruam popok pada bayi
; tidak ada biang keringat dan ruam popok,
257

kulit bayi bersih


Menganjurkan pada ibu untuk tetap Mhs
menjaga personal hygiene pada bayi,
09.54 WITA mengganti popok saat basah dan lembab.
; ibu mengerti dan akan menjaga kebersihan
pada bayinya
Memberikan ibu penyuluhan kesehatan Mhs
mengenai imunisasi dasar (sap dan leaflet
09.55 WITA terlampir).
; ibu mengerti dengan penjelasan dan akan
memberikan bayinya vaksin sesuai jadwal
Menganjurkan ibu membawa bayinya ke Mhs
klinik pada saat usia 1 bulan yaitu pada
tanggal 28 Februari untuk diberikan vaksin
10.05 WITA DPT- Hb- Hib 1 dan Polio 2
; ibu bersedia untuk membawa bayinya ke
klinik pada saat usia 1 bulan
258

VI. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Akseptor Kontrasepsi MAL

Tanggal Pengkajian : 06 Februari 2021


Waktu Pengkajian : 13.00 WITA
Tempat Pengkajian : Rumah Ibu R
Oleh : Cindy Elfira

S:
1. Alasan Datang/ Keluhan Utama
a. Alasan Datang
Ini merupakan jadwal kunjungan ulang ibu dan ibu ingin
menggunakan KB yang cocok.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu melahirkan pada tanggal 28 Desember 2020, melahirkan anak
ketiganya dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 2500 gram
dan panjang badan 48 cm. Ibu menyusui bayinya secara rutin setiap 2
jam atau ketika bayi merasa haus.

3. Riwayat Kontrasepsi
Sebelumnya ibu tidak pernah menjadi akseptor KB

4. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Ibu makan 3x sehari dengan menu seimbang (terdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur dan kadang- kadang ditambah
Nutrisi dengan buah)
Ibu minum 8 gelas sehari
259

BAK : 5-6 x sehari


Eliminasi
BAB : 1x sehari
Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 6 jam
Istirahat
Terkadang ibu susah tidur jika bayinya rewel dan ingin
menyusu
Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 3x
Personal
seminggu, ganti baju 2x sehari, ganti celana dalam 2x
Hygiene
sehari
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
Aktivitas memasak, mencuci, membersihkan rumah dan juga
mengurus anaknya

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : ibu menggunakan KB atas keinginannya sendiri dengan
persetujuan suami
b. Sosial : ini merupakan pernikahan pertama ibu dengan usia
pernikahan ± 6 tahun dan status pernikahan sah
c. Spiritual : tidak ada tradisi keagamaan yang dapat melarang ibu
untuk menggunakan alat kontrasepsi
d. Kultural : ibu tidak memiliki kebudayaan atau adat istiadat yang
berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu dalam keadaan baik dengan kesadaran compos
mentis. Dalam pengukuran tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 78 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu
36,5oC. Serta dalam pengukuran antropometri didapatkan hasil berat
badan saat ini yaitu 52 kg.
260

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, tidak tampak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
pengeluaran kotoran, tidak ada perdarahan, tidak teraba
oedem palpebral
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla, tidak teraba benjolan, tidak
ada retraksi/dimpling, tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe, pengeluaran ASI lancar
Abdomen : masih terdapat linea nigra, tidak terdapat bekas luka
operasi, diastasis rektus abdominis ukurannya 0/1, TFU
tidak teraba, kandung kemih kosong
Genitalia : vulva tidak oedem, tidak ada varises, tampak pengeluaran
lochea alba banyaknya ± 1 cc
Anus : terdapat hemoroid

A:
Diagnosis : P3003 calon akseptor kontrasepsi MAL
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada

P:
Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada
06 Februari 2021 ibu, bahwa keadaan ibu dalam batas
Mhs
normal
13.13 WITA
; ibu mengetahui keadaan dirinya

13.14 WITA Memberikan penyuluhan kesehatan Mhs


mengenai Keluarga Berencana (KB)
261

suntik 3 bulan
; ibu mengerti penjelasan yang
diberikan dan memutuskan untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan tetapi
menunda hingga menstruasi atau
bayinya berusia 6 bulan
Memberikan penyuluhan kesehatan Mhs
mengenai Keluarga Berencana (KB)
MAL sebagai kontrasepsi alternatif
hingga menunggu ibu menstruasi atau
13.20 WITA bayi berusia 6 bulan
; ibu bersedia untuk diberikan
penyuluhan kesehatan mengenai KB
MAL
Menjelaskan kepada ibu tentang MAL, Mhs
yaitu KB yang mengandalkan
13.21 WITA pemberian ASI kepada bayi
; ibu memahami penjelasan yang
diberikan.
Menjelaskan kepada ibu syarat Mhs
penggunaan KB MAL ialah menyusui
secara aktif yaitu menyusui secara
13.22 WITA penuh dan ≥ 8x sehari, belum haid,
serta usia bayi kurang dari 6 bulan
; ibu mengetahui syarat penggunaan KB
MAL
Menjelaskan kepada ibu kekurangan Mhs
kontrasepsi MAL ialah tidak mampu
13.24 WITA melindungi dari IMS termasuk hepatitis
B dan HIV/AIDS
; ibu memahami penjelasan yang
disampaikan
Menjelaskan pada ibu keuntungan KB Mhs
MAL ialah efektifitas tinggi, tidak
13.25 WITA mengganggu senggama, dan tidak perlu
alat atau obat
; ibu memahami keuntungan KB MAL
Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu Mhs
dapat segera memulai KB suntik 3
bulan jika ibu sudah mengalami
13.27 WITA menstruasi atau bayi berusia 6 bulan
; ibu mengerti penjelasan yang
diberikan dan bersedia untuk
melakukannya
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada studi kasus continuity of care ini membahas tentang kesenjangan antara
teori dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah penulis lakukan
mulai dari ante natal care, intranatal care, bayi baru lahir, post natal care, neonatus
dan pelayanan kontrasepsi pada Ibu R usia 30 tahun GIIIP2002 HPHT 08 April
2020, TP 15 Januari 2021. Kontrak pertama dimulai pada tanggal 14 Desember
2020 yaitu pada masa kehamilan 35 minggu 5 hari dengan pembahasan sebagai
berikut:

A. Pembahasan Asuhan Kebidanan Kehamilan


Umur Ibu R pada kehamilan ini adalah 30 tahun. Berdasarkan umur jika
<16 tahun atau >35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah
komplikasi (Varney, 2010). Hal ini memerlukan pengawasan antenatal
tambahan. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yang terlaksana,
karena klien tidak termasuk kategori usia yang dapat dikategorikan dalam
kehamilan risiko tinggi.
Pada kehamilan ini Ibu R telah melakukan pemeriksaan antenatal
sebanyak 6 kali, Ibu R rutin memeriksakan kehamilannya ke klinik dan dokter
spesialis kandungan. Pada trimester I ibu memeriksakan kehamilannya
sebanyak 1x, pada trimester II sebanyak 2x dan pada trimester III sebanyak
3x. Ibu mendapatkan tablet penambah darah dan vitamin yang diberikan oleh
dokter ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Kebijakan program
pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi kunjungan pemeriksaan
kehamilan untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin
minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada kehamilan trimester satu 1 kali
kunjungan, kehamilan trimester dua 1 kali, dan kehamilan trimester tiga
sebanyak 2 kali kunjungan (Wiknjosastro, 2010). Tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik yang terlaksana, karena klien rutin memeriksakan
kehamilannya.

262
263

Pada pemeriksaan kehamilan tanggal 14 Desember 2020 pukul 10.30


WITA, di usia kehamilan 35 minggu 5 hari. Dilakukan pemeriksaan
kehamilan meliputi pengkajian, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan fisik
lengkap. Pada saat pengkajian ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pada
pemeriksaan umum didapatkan kesadaran ibu composmentis, pada
pemeriksaan tanda- tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 90/70 mmHg,
nadi 80 x/i, pernafasan 16 x/i, suhu 36,8°C dan pada pemeriksaan
antropometri didapatkan hasil tinggi badan ibu 152 cm, berat badan 53 kg dan
terjadi peningkatan 9 kg dari sebelum hamil yaitu 44 kg dan LilA 23 cm. Pada
Ibu R didapatkan IMT ibu yaitu 22,93 kg/m2 yang termasuk dalam kategori
normal sehingga memerlukan total penambahan berat badan sebanyak 11-16
kg selama hamil (WHO, 2009). Ibu R mengalami kenaikan berat badan
sebanyak 9 kg selama kehamilan sehingga terdapat kesenjangan antara kasus
dengan teori. Pada pemeriksaan antropometri ibu hamil normalnya memiliki
tinggi badan >145 cm dan LiLA ≥ 23,5 cm (Varney, 2010). Pada ukuran LiLA
Ibu R terdapat kesenjangan antara kasus dan teori sebab LiLA < 23,5 cm.
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK jika LiLA < 23 cm. Penyebab
terjadinya KEK yaitu usia ibu yang terlalu muda (<20 tahun), jarak kehamilan
yang terlalu dekat (<2 tahun), terlalu banyak anak (jumlah anak >3 orang),
kebutuhan energi dan protein yang tidak tercukupi karena konsumsi bahan
pangan pokok yang tidak memenuhi kebutuhan disertai susunan hidangan
yang tidak seimbang dan pengabsorbsian metabolesme zat gizi yang terganggu
(Sediaoetomo, 2010). Penatalaksanaan yang telah dilakukan pada kasus Ibu R
yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi ibu hamil mulai dari
pengertian gizi seimbang, manfaat gizi seimbang, sumber zat tenaga,
pembangun dan pengatur serta contoh menu makanan seimbang. Pada
pemeriksaan kehamilan tanggal 17 Desember 2020 pukul 13.15 WITA, diusia
kehamilan 36 minggu 1 hari. Dilakukan pemeriksaan kehamilan meliputi
pengkajian, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan fisik lengkap. Pada saat
pengkajian Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan umum
didapatkan kesadaran ibu composmentis, pada pemeriksaan tanda- tanda vital
264

didapatkan hasil tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 78 x/i, pernafasan 18 x/i,
suhu 36,5°C dan pada pemeriksaan antropometri didapatkan hasil berat badan
ibu 53 kg dan LiLA maish 23 cm. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan pada tanggal 16 Desember 2020 didapatkan hasil Hb 10,3
gr/dl, HbsAg non reaktif dan HIV/ AIDS non reaktif. Batas normal
hemoglobin (Hb) pada wanita hamil adalah ≥ 11 gr/dl (WHO, 2012). Pada Ibu
R didapatkan hasil pemeriksaan Hb yaitu 10,3 gr/dl sehingga terjadi
kesenjangan antara kasus dan teori. Menurut Astria (2019) penyebab anemia
pada kehamilan yaitu kurang asupan makanan sumber pembentukan sel darah
merah, kehamilan dan persalinan yang terlalu sering , kebutuhan Fe yang
meningkat dan gangguan penyerapan Fe. Upaya untuk mengatasi anemia pada
ibu hamil dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari
sumber alami (hati, daging, ikan, buah, sayur), suplementasi zat besi dan asam
folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, pendidikan dan upaya yang
ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan dan
pengawasan penyakit infeksi (Astria, 2019). Penatalaksanaan yang telah
dilakukan pada Ibu R yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia
mulai dari pengertian, ciri-ciri, penyebab, bahaya anemia dan nutrisi bagi ibu
hamil yang mengalami anemia. Selain itu, juga menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi tablet Fe.
Penulis tetap melakukan pengawasan selama kehamilan, proses
kehamilan dapat berjalan dengan baik walaupun Ibu R mengalami beberapa
masalah dalam kehamilannya.
265

B. Pembahasan Asuhan Kebidanan Intranatal


Usia kehamilan Ibu R pada saat proses persalinan yaitu 37 minggu 5 hari.
Pada pemeriksaan kala I tanggal 28 Desember 2020 pukul 15.00 WITA
dilakukan pemeriksaan kehamilan meliputi pengkajian, pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan rapid test. Pada saat pengkajian
penulis mendapatkan informasi mengenai keluhan ibu yaitu perut terasa
kencang-kencang sejak pukul 14.00 WITA dan keluar lendir bercampur darah,
saat dilakukan pemeriksaan dalam ibu sudah pembukaan 2 cm.
Pada pukul 21.00 WITA dilakukan pemeriksaan dalam untuk
mengobservasi kemajuan persalinan ibu, yaitu pembukaan 4 cm. Pada pukul
22.05 WITA ibu merasa ingin BAB dan ada rasa ingin meneran sehingga
dilakukan pemeriksaan dalam kembali untuk memastikan kemajuan persalinan
dan didapatkan hasil pembukaan 10 cm, ketuban utuh, kemudian bidan
melakukan amniotomi dan ketuban pecah berwarna jernih.
Hal ini sesuai dengan gejala dan tanda persalinan yaitu ibu merasa ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya
peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya, perineum menonjol,
vulva-sfingter ani membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur
darah (JNPK-KR, 2010).
Proses kala I pada multigravida menurut Manuaba (2010) adalah ± 8 jam
dan pada Ibu R berlangsung sekitar ± 7 jam. Pada kala I Ibu R tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kenyataan.
Pada kala II bayi lahir pukul 22.15 WITA dengan jenis kelamin laki-
laki, bayi lahir cukup bulan, menangis kuat, dan bergerak aktif, apgar score
9/10. Menurut (Rustam Mochtar, 2011) pada primigravida kala II berlangsung
1 jam sedangkan pada multigravida ½ jam. Menurut penulis, dari hasil
pemeriksaan kala II tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan
karena kala II pada Ibu R berlangsung selama 10 menit.
Manajemen aktif kala III sesuai dengan teori yaitu setelah bayi lahir dan
adanya tanda pelepasan plasenta seperti perubahan bentuk dan tinggi uterus,
tali pusat memanjang dan adanya semburan darah mendadak dan singkat
266

(JNPK-KR, 2010). Penulis melakukan manajemen aktif kala III yang terdiri
dari langkah memeriksa uterus untuk memastikan tidak adanya bayi kedua dan
pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
melakukan PTT, massage fundus uteri selama 15 detik, mengecek apakah ada
laserasi dan memeriksa kelengkapan plasenta, segera setelah lahir bayi
dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam.
Kala III pada Ibu R berlangsung dengan baik dan normal tanpa adanya
penyulit. Lama kala III berlangsung sekitar 10 menit dan melakukan tindakan
IMD segera setelah bayi lahir. Hal ini sesuai dengan teori tidak ada
kesenjangan bahwa plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan (WHO, 2013).
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah persalinan tersebut (JNPKKR, 2010). Setelah plasenta lahir dilakukan
pengecekan laserasi terdapat laserasi derajat 1 dan telah dilakukan penjahitan.
Perdarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih dari 500 ml
(Ujiningtyas, 2009). Hasil pemantauan kala IV Ibu R dalam batas normal dan
jumlah perdarahan yaitu ± 150 ml sehingga didapatkan tidak ada kesenjangan
antara teori dan kenyataan.
Setelah persalinan penulis mengajarkan ibu untuk mobilisasi dini dan
menganjurkan suami untuk memenuhi asupan nutrisi ibu. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi dan
nutrisi ibu nifas diperlukan untuk mempercepat penyembuhan dan
mempengaruhi susunan air susu. Selama proses persalinan berjalan normal
walau selama kehamilan Ibu R mengalami KEK dan anemia ringan sebab telah
mendapatkan penanganan yang baik. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan kenyataan.
267

C. Pembahasan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Bayi Ibu R lahir pukul 22.15 WITA, pada saat lahir penulis langsung
melakukan penilaian sepintas, dengan hasil jenis kelamin laki- laki, bayi lahir
cukup bulan, menangis kuat, dan bergerak aktif, lalu dilakukan IMD selama 1
jam. Hasil pengukuran antropometri didapatkan hasil berat badan 2500 gram
dan panjang badan 48 cm. Bayi diberikan injeksi vitamin Neo-K 1 mg atau 0,5
cc dan bayi diberikan salep mata chloramphenicol 1%. Hb-0 pada bayi Ibu R
diberikan saat bayi akan dipulangkan. Menurut (Proverawati, 2010) Imunisasi
Hepatitis ini diberikan melalui injeksi intramuscular. Dosis pertama (HB-0)
diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran,
sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan.
Bayi lahir cukup bulan dengan usia kehamilan 37 minggu 5 hari, berat
badan 2500 gram, apgar skor 9/10 dan tidak mengalami cacat bawaan,
sehingga pada hasil pemeriksaan pada bayi tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan kenyataan.
Menurut (Winkjosastro H, 2010) Pemeriksaan, pengawasan, dan
penanganan bayi baru lahir meliputi pengikatan dan pemotongan tali pusat,
perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, pemberian profilaksis mata,
pemberian vitamin K, pengukuran antropometri bayi baru lahir dan menjaga
suhu tubuh bayi. Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kenyataan karena bayi telah di lakukan pemeriksaan, pengawasan dan
penanganan bayi baru lahir sebagaimana mestinya.
268

D. Pembahasan Asuhan Kebidanan Postnatal


Dalam masa nifas ini, Ibu R telah dilakukan pemeriksaan perperium
sebanyak 4 kali yaitu pertama pemeriksaan nifas 13 jam setelah persalinan, II
pemeriksaan nifas 7 hari setelah persalinan, III pemeriksaan nifas 26 hari
setelah persalinan dan IV pemeriksaan nifas 40 hari setelah persalinan. Teori
mengatakan dalam masa nifas terdapat 4 kunjungan yaitu kunjungan I 6-48 jam
setelah persalinan, kunjungan II 3-7 hari setelah persalinan, kunjungan III 8-28
hari setelah persalinan dan kunjungan IV 29-42 hari setelah persalinan.
Kesesuaian antara teori dan praktik bahwa seluruh jadwal kunjungan
pemeriksaan puerperium sudah terpenuhi dan sesuai dengan hari yang telah
ditentukan, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kenyataan.
Pada kunjungan I pada 13 jam setelah persalinan penulis melakukan
pemantauan terhadap klien untuk menghindari terjadinya perdarahan. Tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 76 x/i, dan suhu 36,7oC, pernafasan 20 x/i,
konjungtiva merah muda, terdapat pengeluaran kolostrum, kontraksi uterus
baik, TFU pertengahan symphisis pusat, DRA 2/3, kandung kemih kosong, dan
terdapat pengeluaran lochea pada Ibu R berwarna merah. Menurut (Rukiyah
dkk, 2010) lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Lochea rubra
(cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan, berwarna merah mengandung
darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks caseosa,
lanugo, mekonium. Menurut penulis, tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan kenyataan karena lochea Ibu R pada 13 jam postpartum ialah lochea rubra
sesuai sebagaimana mestinya.
Penulis juga memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif
dan menjaga kehangatan bayi. Sesuai dengan teori setelah persalinan yaitu
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri dan mendeteksi penyebab
lain perdarahan. Jika perdarahan berlanjut segera rujuk, memberikan konseling
pada ibu atau keluarga mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir,
menjaga bayi tetap hangat untuk mencegah hipotermi (Saleha, 2009). Hal ini
269

sesuai dengan yang penulis lakukan dan tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kenyataan.
Pemeriksaan 7 hari setelah persalinan, didapatkan hasil pemeriksaan TD
100/70 mmHg, nadi 80 x/i, suhu 36,6oC, pernafasan 20 x/i, konjungtiva merah
muda, terdapat pengeluaran ASI. Menurut (Sulistyowati, 2009) Setelah
persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone akibat lepasnya
plasenta sehingga aktivitas prolactin yang sedang meningkat dapat
mempengaruhi kelenjar mammae dan menghasilkan ASI. Menurut penulis, dari
hasil pemeriksaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan karena
ASI keluar pada saat setelah persalinan. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan kontraksi uterus baik, TFU tidak teraba, DRA 1/3, kandung kemih
kosong, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau, menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Dilakukan pemeriksaan
pengeluaran lochea pada Ibu R dan didapatkan hasil lochea berwarna merah
kecoklatan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sulistyowati (2010) lochea
serosa berwarna merah kecoklatan karena mengandung sisa darah bercampur
lendir. Penulis juga memberikan penyuluhan tentang nutrisi ibu nifas.
Pada kunjungan III pada hari ke-26 postpartum. Dilakukan pemeriksaan
seperti yang dilakukan pada pemeriksaan kunjungan I dan II, dari hasil
pengkajian ibu mengatakan saat ini sedang batuk. Pada pemeriksaan umum
didapatkan keadaan umum ibu baik. Pada pemeriksaan tanda- tanda vital dan
antropometri didapatkan hasil tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88 x/i,
pernafasan 20 x/i, suhu 36,9 oC dan berat badan ibu saat ini 50 kg. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil pengeluaran ASI ibu lancar dan TFU sudah
tidak teraba, DRA 1/2 serta tidak menunjukkan adanya tanda-tanda REEDA
atau perdarahan abnormal pada genetalia. Penulis juga memberikan
penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap dan keluarga berencana.
Pada kunjungan IV pada hari ke-40 postpartum. Dilakukan pemeriksaan
seperti yang dilakukan pada pemeriksaan kunjungan I, II dan III, dari hasil
pengkajian ibu tidak memiliki keluhan. Pada pemeriksaan umum didapatkan
keadaan umum ibu baik. Pada pemeriksaan tanda- tanda vital dan antropometri
270

didapatkan hasil tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78 x/i, pernafasan 20 x/i,
suhu 36,5 oC dan berat badan ibu saat ini 52 kg. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TFU sudah tidak teraba dan DRA 0/1. Penulis juga memberikan
penyuluhan tentang KB suntik progestin karena ibu tertarik untuk
menggunakan jenis KB tersebut.
Dari kunjungan I sampai dengan kunjungan IV setelah persalinan Ibu R
dapat menerima perannya sebagai ibu, hal ini terlihat dari keseharian Ibu R
yang mengurus kebutuhan bayinya dengan penuh kasih sayang.
Menurut (Sulistyowati, 2009) bahwa periode letting go adalah periode
dimana ibu mulai mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia
harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi.
Menurut penulis, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan
pada adaptasi psikologis yang ibu alami.
271

E. Pembahasan Asuhan Kebidanan Neonatus


Masa neonatus adalah periode selama satu bulan (lebih tepat 4 minggu
atau 28 hari setelah lahir) (Syafrudin, 2009). Dalam teori kunjungan neonatus,
yakni kunjungan I (6-48 jam setelah kelahiran), kunjungan II (3-7 hari setelah
kelahiran), kunjungan III (8-28 hari setelah kelahiran) (Prawirohardjo, 2011).
Neonatus Ibu R telah 3 kali kunjungan yaitu 13 jam setelah kelahiran, 7 hari
setelah kelahiran, dan 26 hari setelah kelahiran. Tidak ada kesenjangan antara
teori dan kenyataan karena kunjungan neonatus I- III dilakukan sesuai dengan
jadwal.
Pada kunjungan neonatus I (KN 1) 13 jam setelah kelahiran penulis
melakukan pemantauan, keadaan umum neonatus baik, nadi 134 x/i,
pernafasan 42 x/i serta suhu 36,6 oC. Neonatus mengkonsumsi ASI dan
neonatus sudah BAK sebanyak 3x berwarna putih jernih dan BAB 1x berwarna
hijau kehitaman (meconium), sejalan dengan teori sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa pada masa neonatal saluran pencernaan mengeluarkan tinja
pertama biasanya dalam dua puluh empat jam pertama berupa meconium
(Varney, 2010).
Pada kunjungan II 7 hari setelah kelahiran, penulis melakukan
pemeriksaan pada neonatus, hasilnya keadaan umum neonatus baik, nadi 138
x/i, pernafasan 48 x/i serta suhu 36,7 oC. Eliminasi baik dan nutrisi terpenuhi
berat badan neonatus mengalami kenaikan menjadi 3000 gram.
Kunjungan III 26 hari setelah kelahiran, penulis melakukan pemeriksaan
pada neonatus, hasilnya keadaan umum neonatus baik, nadi 126 x/i, pernafasan
50 x/i dan suhu 36,8 oC. Eliminasi baik dan nutrisi terpenuhi berat badan
neonatus mengalami kenaikan menjadi 3700 gram. Dalam pemeriksan fisik,
semua kondisi bayi dalam keadaan normal.
Dari kunjungan I sampai kunjungan III neonatus dalam keadaan baik dan
tetap di berikan ASI oleh ibunya.
272

F. Pembahasan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Wiknjosastro
,2010).
Penulis melakukan konseling tentang persiapan dalam menggunakan alat
kontrasepsi yang akan digunakan setelah berakhirnya masa nifas pada Ibu R.
Setelah konseling tentang macam-macam alat kontasepsi sesuai dengan
kebutuhan Ibu R sehingga pelaksana manajemen kontrasepsi berjalan dengan
maksimal, seperti yang diungkapkan oleh Affandi Biran (2011) bahwa
konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi
lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
Penulis memberikan konseling tentang persiapan Ibu R dalam
menggunakan alat kontrasepsi yang akan di gunakan setelah berakhirnya masa
nifas. Konseling yang diberikan mengenai kontrasepsi yang aman untuk ibu
menyusui. Setelah konseling beberapa macam alat kontrasepsi seperti Suntik 3
bulan, IUD, Pil, Implant, Kondom dan MAL. Ibu R memutuskan untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan tetapi menunda hingga ibu menstruasi atau
bayi berusia 6 bulan dan ibu menggunakan kontrasepsi MAL sebagai
kontrasepsi alternatif.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan
Asuhan Kebidanan Kehamilan melalui pendekatan manajemen kebidanan
menurut Varney.
2. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan
Asuhan Kebidanan Persalinan melalui pendekatan manajemen kebidanan
menurut Varney.
3. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan
Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
4. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan
Asuhan Kebidanan pada masa Nifas melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
5. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan
Asuhan Kebidanan Neonatus melalui pendekatan manajemen kebidanan
menurut Varney.
6. Asuhan Kebidanan sudah dilaksanakan dan Penulis mampu melakukan
Asuhan Kebidanan pada Pelayanan Kontrasepsi melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
7. Pembahasan mengenai kesenjangan antara teori dan praktik dalam asuhan
kebidanan sudah dilaksanakan

B. Saran
1. Bagi Institusi
Sudah cukup baik dalam menerapkan tugas Asuhan kebidanan
Komprehensif yang berkelanjutan kepada mahasiswa kebidanan,
harapannya untuk kedepannya harus tetap diadakan dan tetap dilanjutkan

273
274

kepada adik-adik penerus kami. Agar tetap terjalankan program mengasuh


satu Ibu hamil secara berkelanjutan (Continuity Of Care).
2. Bagi Klinik
Klinik sudah memiliki fasilitas dan pelayanan yang memadai.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat belajar lebih dalam mengenai asuhan
kebidanan yang diberikan kepada pasien dengan berbasis Continuity Of
Care, sehingga dapat mendeteksi dini komplikasi pada ibu hamil dan bayi
serta dapat mengurangi angka AKI dan AKB. Agar mampu menerapkan
ilmu dan pengalaman yang sudah didapat saat praktik Continuity Of Care di
masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3 Cetakan


2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ambarwati, R.E, Wulandari, D. 2011. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra


Cendika Press.

Cunningham, F. G. 2010. Buku Obstetri William, Edisi 21. Jakarta: EGCJNPK-


KR. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:EGC.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kosim, MS.dkk. 2010. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Buku Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida A.C, Manuaba Ida B.G.F, Manuaba Ida B.G. 2010. Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mochtar, Rustam. 2012. SinopsisObstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi


Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4, Cetakan 4. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4, Cetakan 4. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

PUSDATIN, InfoDATIN. 2016. Jurnal Kesehatan Situasi Imunisasi di Indonesia.

Rosa. 2012. Mirena IUD, Definisi, Cara Kerja, Kontra Indikasi, Efek Samping,
sumber: http://www.id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2296
924-mirena-iud-definisi-cara-kerja/#ixzz2KYRhRdws. Diakses tanggal 13
April 2017.

Saifuddin, Abdul B. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


& Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

275
Sulistyawati, Ari. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset.

Varney, Helen, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Vol.2 Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Wonokoyo, Nawacita Indikator. 2016. Jurnal Kesehatan Target dan Indikator


Pembangunan Nasional Indonesia 2014-2019.
LAMPIRAN
1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

GIZI PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh:

Cindy Elfira

NIM. P07224317010

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

Topik : Gizi pada ibu hamil

Hari / Tanggal : Senin/ 14 Desember 2020

Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Sasaran : Ibu Rena

Pelaksana : Cindy Elfira

3. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ibu hamil dapat
memahami kebutuhan gizi yang harus dikonsumsi selama kehamilan.

4. Tujuan Khusus
Setelah mendapat penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ibu hamil :
d. Menjelaskan pengertian gizi ibu hamil
e. Menguraikan manfaat gizi pada ibu hamil
f. Menguraikan hubungan gizi dengan perubahan fisiologis pada ibu hamil
g. Menguraikan dampak yang akan terjadi akibat pemenuhan gizi yang kurang
pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya
h. Menjelaskan pola makanan yang baik bagi Ibu hamil
i. Menguraikan jenis makanan bagi ibu hamil

5. Materi
Terlampir
6. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan Tanya jawab

7. Media
Leaflet

8. Kegiatan
N
WAKTU KEGIATAN RESPON KLIEN
O

1 5 menit Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan Kesehatan

Pembukaan Pembukaan

- Mengucapkan salam - Menjawab salam


- Memperkenalkan diri pada
klien
- Menjelaskan maksud dan
tujuan

2 15 menit Kegiatan Inti Kegiatan Inti

- Menjelaskan pengertian a. Mendengarkan dengan seksama


gizi ibu hamil melihat dan memperhatikan
- Menguraikan manfaat gizi penjelasan yang disampaikan
pada ibu hamil b. Mengajukan pertanyaan yang
- Hubungan gizi dengan tidak dipahami/dimengerti
perubahan fisiologis pada c. Mendengarkan dan
Ibu hamil memperhatikan dengan seksama
- Menguraikan dampak yang
terjadi bila kekurangan gizi
pada bumil
- Menjelaskan pola makanan
yang baik bagi ibu hamil
- Menjelaskan jenis makanan
yang bergizi pada ibu hamil

3 5 menit Penutup Penutup

a. Evaluasi penyuluhan dengan a. Dapat mengulang kembali


mengajukan pertanyaan pesan-pesan yang disampaikan
b. Mengucapkan terima kasih
kepada ibu atas kesediaan
mendengarkan
penyuluhan
c. Mengucapkan salam

9. EVALUASI
Evaluasi dilakukan secara lisan setelah belajar dan mengajar berlangsung,
meliputi beberapa pertanyaan, sebagai berikut:

a. Jelaskan pengertian gizi Ibu hamil?


b. Sebutkan manfaat gizi Ibu hamil?
c. Bagaimana pemenuhan gizi terhadap kehamilan ibu ?
d. Sebutkan apa saja dampak yang terjadi bila asupan gizi pada Ibu hamil
kurang?
e. Bagaimana pola makan yang baik bagi Ibu hamil ?
f. Apa saja jenis makanan yang bergizi bagi Ibu hamil ?
MATERI

GIZI IBU HAMIL

1. PENGERTIAN GIZI PADA BUMIL


Gizi pada kehamilan suatu pemenuhan gizi yang di peroleh melalui diet
dan asupan makanan yang diperlukan ibu hamil yang disesuaikan dengan
kebutuhannya. Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung :

b. Zat tenaga
c. Zat pembangun
d. Zat pengatur

2. MANFAAT GIZI PADA BUMIL


Manfaat gizi pada Ibu hamil adalah :

a. Menjaga kesehatan ibu Hamil


b. Menjaga kesehatan janin yang ada dalam kandungan
c. Persiapan untuk menghadapi persalinan

3. GIZI DAN PENGARUH PERUBAHAN FISIOLOGIS KEHAMILAN


Selama hamil hormom estrogen dan progesteron menyebabkan relaksasi
otot-otot polos termasuk traktus intestinal, mengurangi gerakan usus sehingga
zat-zat gizi lebih lama diabsorpsi. Selain mempengaruhi alat pencernaan,
progesteron juga mempengaruhi metabolisme-metabolisme karbohidrat
yaitu :

a. Berupa penimbunan lemak dan tingginya eksresi sodium ginjal.


b. Hormon estrogen menyebabkan retensi cairan secara fisiologis.
c. Peningkatan hormon HCG menyebabkan mual di pagi hari/morning
sickness.
d. Tingginya sirkulasi steroid menyebabkan tingginya asam lemak,
trigliserida kolesterol, asam dan Vit. A.

e. Pada kehamilan 34 minggu, terjadi pengenceran darah (hemodilusi), akibat


tingginya plasma (50%) lebih besar daripada tingginya eritrosit (20%).
f. Keadaan ini berakibat turunnya kadar haemoglobin ibu hamil menjadi 10-
11 gr%. Hal ini disebut anemia fisiologis.

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI PADA IBU HAMIL

1. Umur

Lebih muda umur seorang wanita yang hamil, lebih banyak energi yang
diperlukan.

2. Berat Badan

Berat badan merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan


yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan lancar.

3. Suhu Lingkungan
Suhu tubuh dipertahahnkan pada 36,5-37C untuk metabolisme yang
optimum. Perbedaan suhu tubuh dan lingkungan mengakibatkan tubuh
memerlukan masukan energi.

4. Aktfitas
Setiap aktifitas memerlukan energi, makin banyak aktifitas yang dilakukan
makin banyak energi yang diperlukan.

5. Status Kesehatan
Ibu hamil dianjurakan mengkonsumsi tablet yang mengandung zat besi
atau makanan yang mengandung zat besi. Seperti hati, bayam dan
sebagainya.
6. Status Ekonomi
Baik status ekonomi maupun sosial sangat mempengaruhi seorang wanita
dalam memilih makanannya.

5. DAMPAK KEKURANGAN GIZI PADA BUMIL


1. Pengaruh bagi ibu hamil :
a) Ibu lemah dan kurang nafsu makan
b) Perdarahan pada masa kehamilan
c) Kemungkinan terjadi infeksi tinggi
d) Anemia / kurang darah
2. Pengaruh waktu persalinan :
d) Persalinan sulit dan lama
e) Persalinan sebelum waktunya ( Prematur )
f) Perdarahan setelah persalinan
3. Pengaruh pada janin :
e) Keguguran
f) Bayi lahir mati / Meninggal
g) Cacat bawaan
h) Anemia pada bayi
i) Berat badan lahir rendah

6. POLA MAKANAN YANG BAIK BAGI BUMIL


a. Makanan yang terdiri dari nasi, lauk dan sayur serta buah-buahan
b. Makan lebih banyak dari biasanya
c. Hindari pantangan makanan, kecuali petunjuk dokter
d. Bila nafsu makan berkurang

7. JENIS MAKANAN YANG BERGIZI BAGI BUMIL


1. Zat Tenaga
Beras, mie, kentang, singkong, jagung, roti dan sagu
2. Zat Pembangun
Tempe, tahu, ikan asin, udang, telur, ayam, daging, hati kacang hijau dll.
3. Zat Pengatur
Kangkung, daun singkong, bayam, sawi hijau, kacang panjang, jeruk,
pepaya, nanas, nangka, mangga dll.

Contoh makanan yang dapat meningkatkan jumlah ASI :


Ibu Hamil
Bahan Wanita Dewasa tak
Makanan hamil Triwulan
Triwulan I Triwulan II
III

NASI 3 ½ piring 3 ½ piring 4 piring 3 piring

IKAN 1 ½ potong 1 1/2 potong 2 potong 3 potong

TEMPE 3 potong 3 potong 4 potong 5 potong

SAYURAN 1½ mangkok 1½ mangkok 3 mangkok 3 mangkok

BUAH 2 potong 2 potong 2 potong 2 potong

GULA 5 sdm 5 sdm 5 sdm 5 sdm

SUSU 1 gelas 1 gelas 1 gelas

AIR 4 gelas 6 gelas 6 gelas 6 gelas

Contoh menu :
Pagi : Nasi

Sambal goreng tempe + teri

Tumis kangkung

: Teh manis + ubi goreng


Siang : Nasi
Ikan bumbu bali

Tahu bacem

SayurBening bayam + jagung

Pepaya

Sore : Susu

(16.00) : Biskuit / roti mari

Malam : Nasi

Empal daging

Tempe goreng

Gulai daun singkong

Pisang
SATUAN ACARA PENYULUHAN

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh:

Cindy Elfira

NIM. P07224317010

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

Topik : Anemia Pada Ibu Hamil

Hari / Tanggal : Kamis/ 17 Desember 2020

Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Sasaran : Ibu Rena

Pelaksana : Cindy Elfira

1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ibu hamil dapat
memahami tentang anemia pada kehamilan

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapat penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ibu hamil :
a. Menjelaskan pengertian anemia pada kehamilan
b. Menguraikan ciri- ciri ibu hamil dengan anemia
c. Menguraikan macam- macam anemia pada ibu hamil
d. Menguraikan dampak yang akan terjadi akibat anemia pada ibu hamil
e. Menjelaskan penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil
f. Menguraikan cara meminum tablet zat besi

3. Materi
Terlampir

4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan Tanya jawab

5. Media
Leaflet

6. Kegiatan
NO WAKTU KEGIATAN RESPON KLIEN

1 5 menit Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan Kesehatan

Pembukaan Pembukaan

- Mengucapkan salam - Menjawab salam


- Memperkenalkan diri pada klien
- Menjelaskan maksud dan tujuan

2 15 menit Kegiatan Inti Kegiatan Inti

- Menjelaskan pengertian anemia - Mendengarkan dengan


pada kehamilan seksama melihat dan
- Menguraikan ciri- ciri ibu hamil memperhatikan penjelasan
dengan anemia yang disampaikan
- Menguraikan macam- macam - Mengajukan pertanyaan yang
anemia pada ibu hamil tidak dipahami/dimengerti
- Menguraikan dampak yang - Mendengarkan dan
terjadi akibat anemia pada ibu memperhatikan dengan
hamil seksama
- Menjelaskan penatalaksanaan dan
pencegahan anemia pada ibu
hamil
- Menguraikan cara meminum
tablet zat besi
3 5 menit Penutup Penutup

- Evaluasi penyuluhan dengan - Dapat mengulang kembali


mengajukan pertanyaan pesan-pesan yang
- Mengucapkan terima kasih disampaikan
kepada ibu atas kesediaan
mendengarkan penyuluhan
- Mengucapkan salam

7. EVALUASI
Evaluasi dilakukan secara lisan setelah belajar dan mengajar berlangsung,
meliputi beberapa pertanyaan, sebagai berikut:

a. Jelaskan pengertian anemia pada kehamilan?


b. Sebutkan cirir- ciri ibu hamil dengan anemia?
c. Sebutkan macam- macam anemia pada ibu hamil ?
d. Sebutkan apa saja dampak yang terjadi akibat anemia pada ibu hamil?
e. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil ?
f. Bagaimana cara meminum tablet zat besi ?
MATERI

ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin
dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan
kurang darah, kadar sel darah merah dibawah nilai normal (Rukiyah, Ai Yeyeh,
dkk, 2010).
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%.
Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan
dirinya, tetapi juga padajanin yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk,
2009).
Jadi anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin yang menurun
dibawah batas normal, ini karena penurunan kadar darah dalam membawa
oksigen akibat produksi sel darah merah. Dan ibu hamil didiagnosis anemia
jika kadar hemoglobinya kurang dari 11%.

B. Ciri-Ciri Ibu Hamil Dengan Anemia


Menurut Hermawan Wibisono (2009) ciri- ciri ibu hamil dengan anemia,
yaitu:
Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan
ciri-ciri dibawahini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb
dalam darah. Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit
2. Lemah
3. Letih
4. Lesu
5. Nafas terengah- engah
6. Nyeri dada
7. Ikterus

C. Macam-Macam Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Arisman (2007) macam- macam anemia pada ibu hamil, yaitu:
1. Anemia Defisiensi Besi/ Karena Kekurangan Zat Besi
Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah
defisiensi besi dankehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling
berkaitan erat, karena pengeluaran darahyang berlebihan disertai hilangnya
besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi pada suatukehamilan dapat
menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi pada kehamilan
berikutnya.
Padagestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu
oleh kehamilannya rata-ratamendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia,
untuk ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar200 mg atau lebih keluar
melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas
melebihicadangan besi pada sebagian besar wanita. Kecuali apabila
perbedaan antara jumlah cadanganbesi ibu dan kebutuhan besi selama
kehamilan normal yang disebutkan diatas dikompensasi olehpenyerapan
besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi besi.
Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester
kedua, makakekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam
konsentrasi hemoglobin.Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan
volume darah tidak terlalu besar, kebutuhanakan besi tetap meningkat
karena peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besiyang
sekarang disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi tidak jauh berbeda
dari jumlah yangsecara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan anemia
berat tidak menderita anemiadefisiensi besi ( Arisman, 2007 ).

2. Anemia Karena Perdarahan


Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat
menjadisumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah
pelahiran. Pada awal kehamilan,anemia akibat perdarahan sering terjadi
pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan molahidatidosa.
Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan
danmempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah darah
yang diganti umumnyatidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan
secara tuntas, secara umum apabilahipovolemia yang berbahaya telah
teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang tersisaseyogyanya diterapi
dengan besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnyalebih
dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan
perdarahan serius, dapatberobat jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan
tidak demam, terapi besi selama setidaknya 3bulan merupakan terapi terbaik
dibandingkan dengan transfusi darah ( Sarwono, 2008 ).

3. Anemia Karena Radang/ Keganasan


Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak
jaman duludikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama
infeksi kronik dan neoplasmamenyebabkan anemia derajat sedang dan
kadang-kadang berat, biasanya dengan eritrosit yansedikit hipokromik dan
mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya tuberculosis, endokarditis,
atauesteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi terapi antimikroba telah
secara bermaknamenurunkan insiden penyakit-penyakit tersebut. Saat ini,
gagal ginjal kronik, kanker dankemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi
manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakanpenyebab tersering
anemia bentuk ini.

Berbagai penyakit kronik dapat menyebabkan anemia selama dalam


masa kehamilan. Beberapadiantaranya adalah penyakit ginjal kronik,
supurasi, penyakit peradangan usus (inflammatorybowel disease), lupus
eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa, keganasan, dan
arthritisremotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan
meningkatnya volume plasma melebihiekspansi massa sel darah merah.
Wanita dengan pielonfritis akut berat sering mengalami anemianyata. Hal
ini tampaknya terjadi akibat meningkatnya destruksi eritosit dengan
produksieritropoietin normal (D.S Soewito M, 2010).

4. Anemia Aplastik Karena Kerusakan Sumsum Tulang


Anemia aplastik adalah suatu penyulit yangparah. Diagnosis ditegakkan
apabila dijumpai anemia, biasanya disertai trombositopenia,leucopenia, dan
sumsum tulang yang sangat hiposeluler (). Pada sekitar sepertigakasus,
anemua dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasim, leukemia, dan
gangguanimunologis.
Penurunan mencolok sel induk yangterikat di sumsum tulang adalah
kelainan fungsional mendasar. Banyak bukti yang menyatakan bahwa
penyakit ini diperantarai olehproses imunologis (Wibisono Hermawan,
2009). Pada penyakit yang parah, yangdidefinisikan sebagai hiposelularitas
sumsum tulang yang kurang dari 25 persen, angkakelangsungan hidup 1
tahun hanya 20 persen (Suhemi, 2007).

5. Anemia Hemolitik Karena Usia Sel Darah Merah Yang Pendek


Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah
yang lebih cepatdari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
c) Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer,
talasemia, anemia selsickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan
paraksismal nokturnal hemoglobinuria
d) Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam,
dan dapatbeserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan kelaina-kelainan gambaran darah,
kelelahan,kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada
organ-organ vitalPengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan olehinfeksi maka infeksinya di berantas dan
diberikan obat-obat penambah darah. Namun, padabeberapa jenis obat-
obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang
berulangdapat membantu penderita ini.

6. Anemia Megaloblastik Karena Gangguan Pencernaan


Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
selama kehamilansangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh
menyerap vitamin B12 karena tidak adanyafaktor intrinsik. Ini adalah suatu
penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita dengankelainan ini.
Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumapai pada
merekayang menjalani reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain adalah
penyakit Crohn, reseksiileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus
halus.

Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama


kehamilan, kadarnonhamil karena berkurangnya konsentrasi protein
pengangkut B12 transkobalamin. Wanitayang telah menjalani gastrektomi
total harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12)intramuscular
setiap bulan. Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya
tidakmemerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12
perlu dipantau. Tidak adaalasan untuk menunda pemberian asam folat
selama kehamilan hanya karena kekhawatiranbahwa akan terjadi gangguan
integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secarabersamaan
mengidap anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga
tidakdiobati).

7. Anemia Karena Penyakit Keturunan Misalnya Anemia Sel Sabit


Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengansel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia
hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, seldarah merah memiliki
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan
menyebabkan bentuk sel menjadi sepertisabit.

Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah


terkecil dalam limpa, ginjal,otak, tulang dan organ lainnya; dan
menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organtersebut. Sel sabit ini
rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,
menyebabkananemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan
mungkin kematian.

Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah
menjadi berbentuk bulansabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal
berbentuk donat tanpa lubang (lingkaran, pipih dibagian tengahnya),
sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan
mudahdan memasok oksigen bagi seluruh bagian tubuh. Sulit bagi sel darah
merah berbentuk bulansabit untuk melewati pembuluh darah terutama di
bagian pembuluh darah yang menyempit,karena sel darah merah ini akan
tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dankerusakan
organ tubuh.

D. Akibat Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Wibisono Hermawan (2009) akibat anemia pada ibu hamil, yaitu:

1. Abortus
2. Persalinan preterm/sebelum waktunya
3. Proses persalinan lama
4. Perdarahan setelah persalinan
5. Syok
6. Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
7. Payah jantung
8. Bayi lahir premature
9. Bayi cacat bawaan
10. Kekurangan cadangan besi
11. Kematian janin
12. Kematian ibu

E. Penatalaksanaan Dan Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil


Menurut Sodikin (2009) penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu
hamil, yaitu:
Penatalaksanaan dan pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan
pemberian suplemenzat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut
selama masa kehamilan. Pemeriksaankadar Hb semua ibu hamil dilakukan
pada kunjungan ANC pertama dan pada minggu ke-28.
Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia berikan tablet Fe 2-3 kali 1
tablet perhari dandisarankan untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6
bulan setelah persalinan. Pada ibu hamiltrimester 3 dengan anemia perlu diberi
zat besi dan asam folat secara IM dan disarankan untukbersalin di rumah sakit.
Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi
makanan yangmengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan
memperbanyak konsumsi makanan-makanan yang kaya akan zat besi seperti
hati ayam (disarankan hati ayam kampung) ataupunsapi, sayur bayam dan juga
buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur dan buah organik).
Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang sangat
diperlukan oleh sel-seldarah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat
terhindar dari. Periksakan sedinimungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia,
agar langkah-langkah antisipasi bisa segeradilakukan.

F. Cara Meminum Tablet Zat Besi


Menurut Ai Yeyeh Rukiyah (2014) cara meminum tablet zat besi, yaitu:
1. Sehari minum 1 tablet Fe pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi
rasa mual
2. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya
dengan jus jeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan
3. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu
karena dapa tmenghambat proses penyerapan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERSIAPAN PERSALINAN

Disusun Oleh:

CINDY ELFIRA
NIM P07224317010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Tema : Persiapan Persalinan

Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Sasaran : Ibu Rena

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Desember 2020

Waktu : 13.15 WITA

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan selama
30 menit, ibu hamil mampu menjelaskan macam-macampersiapan persalinan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan,ibu
dapat:
1. Menjelaskan pengertian persalinan
2. Menjelaskan persiapan ibu menghadapi persalinan
3. Mempersiapkan ibu mengenali tanda-tanda persalinan
4. Mempersiapkan ibu apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan menjelang
persalinan

B. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Audience Media Waktu
1. Pembukaan Menyampaikan Menjawab salam, - 2 menit
dan salam salam mendengarkan
Menjelaskan
Brain storming
2. Penyampaian - Menjelaskan Mendengarkan Leaflet 25
materi pengertian dan menit
persalinan memperhatikan
- Menjelaskan
persiapan
menjelang
persalinan
- Menyebutkan
tanda-tanda
persalinan
- Menjelaskan
apa saja yang
dibawa saat
akan
persalinan
3 Penutup - Tanya jawab - Bertanya - 18
- Menyimpulkan - Menjawab menit
hasil - Mendengarkan
- Menutup dan - Menjawab
mengucapkan salam
salam

C. Materi
(Terlampir)

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab
E. Media
Leaflet

F. Evaluasi
Kriteria Evaluasi :
a. Evaluasi Terstruktur
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
- Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
- Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan
digunakan
- Kesiapan audience meliputi kesiapan menerima penyuluhan
b. Evaluasi Proses
- Audience antusias terhadap materi penyuluhan
- Audience tidak meninggalkan tempat penyuluhan saat penyuluhan
berlangsung
- Audience mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang
disampaikan penyuluh
- Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan
dengan suasana yang rileks
c. Evaluasi Akhir
- Audience mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh
MATERI
PERSIAPAN PERSALINAN

A. Pengertian persalinan
Peristiwa lahirnya bayi dari dalam rahim ibu. Lahirnya anak tidak
akandatang begitu saja tetapi memerlukan usaha. Persalinan atau melahirkan
anakadalah peristiwa yang sangat besar artinya, sebab sangat mendalam
kesannya.Betapa tidak, karena melahirkan berarti mengadakan yang
sebelumnya belumada. Begitu pula dengan persalinan berarti melahiran anak
yang telah lama ditunggu kedatangannya.
Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan bimbingan atau bantuan
terhadap ibuuntuk mencapai penerimaan diri dalam menghadapi persalinan.
Sedangkanpersiapan yang dimaksud adalah segala usaha yang ditujukan untuk
kesiapan ibudalam menghadapi persalinan.

B. Persiapan ibu menghadapi persalinan


1. Persiapan persalinan secara bio/fisiologis
a. Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan
pergerakanpergerakanbayi. Perut ibu semakin membesar, pergerakan ibu
semakin tidak bebas, ibu merasakan tidak nyaman.
b. Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak
c. Kondisi otot panggul dan otot jalan lahir mengalami penekanan
d. Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan dan
kontraksi otot-otot dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut.
e. Kontraksi dari otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat dipengaruhi
oleh sistem syaraf simpati, parasimpatis dan syaraf lokal pada otot uterus
2. Persiapan Psikologis
a. Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis
belaka, akan tetapi banyak diwarnai dengan komponen psikologis
b. Ada perbedaan yang dialami ibu yang satu dengan yang lain
c. Pada minggu-minggu terakhir menjelang persalinan bayinya, ibu banyak
dipengaruhi oleh perasaan/emosi dan ketegangan
d. Ibu merasa cemas dapat lahir dengan lancar, sehat atau cacat
e. Adanya dukungan moral daripara suami dan calon ayah
f. Kesiapan mental untuk menghadapi proses persalinan dan meyakinkan
diri sebelum proses persiapan persalinan normal adalah suatu proses yang
alami dan terbaik
g. Ibu juga amat bahagia menyonsong kelahiran bayinya yang diidam-
idamkannya.
h. Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut
terjadi gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati.
i. Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan. Kecemasan ayah
hampirsama besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan, hanya
berbedasang ayah tidak secara langsung merasakan efeknya kehamilan.
Bantuan yang diberikan kepada ibu dalam rangka bimbingan persiapan
mental adalah sebagai berikut :
a. Mengatasi perasaan takut yang dirasakan ibu dalam persalinandengan
cara :
1) Memberikan pengertian pada ibu tentang peristiwa persalinan
2) Menunjukkan kesediaan untuk menolong
3) Mengajak ibu berdoa untuk menyerahkan diri dan mohon
bantuankepada Tuhan sesui dengan agama.
b. Berusaha menentramkan perasaan yang mencemaskan
1) Dengan penjelasan yang bijaksana
2) Dengan menjawab perasaan ibu secara baik dan tidak
menyinggungperasaan
c. Memberi gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannya persalinan.
Misal :
1) His/kontraksi yang mengakibatkan rasa sakit itu penting
untukmembuka jalan kelahiran
2) Mengeluarkan anak dalam kandungan bukan saja dengan his
makinkuat tetapi juga dengan cara yang baik.Penjelasan ini banyak
sekali sesuai dengan perubahan fisiologis dalampersalinan. Perlu
diingat bahwa penjelasan harus sederhana agar mudahdimengerti oleh
ibu.
d. Ibu harus sering ditemani karena akan merasa mendapatkan bantuan
morilorang yang simpati dengan memberi bantuan setiap saat yang
diperlukandan mendengarkan segala keluhan penderita
e. Mengerti perasaan penderita
f. Menarik perhatian dan kepercayaan ibu dengan perhatian dan
tingkahlaku, bijaksana, halus dan ramah serta sopan
g. Berusaha membesarkan kepercayaan dan keselamatan ibu menghadapi
persalinan dengan memberi petunjuk dan mengikutinya.
3. Persiapan Sosial
Segi sosial merupakan akar untuk tumbuh, dalam hal ini harusdipersiapkan
mengenai unsur apa yang harus dikenal dari lingkungan sosial,kondisi
ekonomi, taraf penghidupan dan kebudayaan yang berhubungandengan
calon ibu yang akan melahirkan.
Misal :
a. Malnutrisi akan membawa akibat bagi kehamilan, ibu maupun janin
b. Perumahan yang tidak memenuhi syarat, ini akan menimbulkan higiene
yang kurang
4. Persiapan Kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat hidupyang
kurang baik terhadap kehamilan dan berusaha unutk mencegah akibatitu.

C. Tanda- Tanda Persalinan


1. Lendir Campur Darah
Adanya sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas sehingga
menyebabkan keluarnya lendir campur darah. Yang perlu dilakukan : Jika
terjadi perdarahan hebat segera periksa.
2. Air Ketuban Pecah
Kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga air ketuban
keluar(normalnya cairan bersih, jernih dan tidak berbau). Yang perlu
dilakukan : segera hubugi bidan/dokter/rujuk ke puskesmaswalau belum
merasakan kontraksi karena ini bisda menjadi rersiko infeksi,Gunakan
pembalut selama diperjalanan untuk menyerap air ketuban.
3. Kontraksi yang Teratur
Kontraksi mula-mula timbul sebentar, bertambah lama dan kuat, simetrisdi
kedua sisi perut dari bagian seluruh rahim, nyeri tidak hilang/kurangdengan
istirahat.Yang harus dilakukan : Ketika kontraksi nampak
teratur,mulailahmenghitung waktunya. Catat lamanya 1 kontraksi dengan
kontraksiberikutnya dan lamanya berlangsung. Untuk persalinan terjadi
jikam kontraksi semakin dekat (jarak 1 ontraksi 40 detik). Bagi ibu primi
parapersalinan berlangsung (12-14 jam) sedang ibu multi para persalinan
lebihpendek (kurang lebih 10 jam). Jika kontraksi sudah ada setiap 5
menitsekali atau sangat sakit segera bawa ke dokter/bidan /puskesmas
terdekat.

D. Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan Menjelang Persalinan


1. Persiapan TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin)
Tabulin adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persalinan yang
dilakukan pada pasangan suami istri sedang dasolin atau dana sosial bersalin
digunakan untuk merencanakan dalam kehamilannya.
Salah satu kegiatan ini adalah membuat tabungan ibu bersalin
(tabulin). Secara psikologis, ibu akan merasa tenang menghadapi saat
persalinan jika semua kebutuhan sudah terpenuhi. Tabulin ini biasanya
dilakukan oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan, sehingga akan
menjamin akses ibu kepada petugas kesehatan. Adapun manfaat dari
diadakannya tabulin ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai tabungan/simpanan itu yang digunakan untuk biaya
persalinan atau sesudah persalinan.
b. Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.
Tabungan yang bersifat sosial ini sangat membantu warga, terutama bagi
warga yang berekonomi lemah. Proram ini sangat tepat dan efektif dalam
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa
terbebani dalam upaya mendukung program tersebut karena
penggalangan dana tabungan dilakukan mellaui proses jimpitan. Melalui
tabulin bumil diharapakan dapat menabung sehingga saat melahirkan,
tidak mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana
tabungan. Kegiatan ini adalah upaya yang sangat baik untuk menurunkan
angka kematian ibu. Meskipun demikian, cara ini belum menjamin 100%
menjamin ibu hamil selamat dari maut. Tabungan ini biasanya dibentuk
berdasarkan RW atau posyandu. Sebagai tenaga kesehatan yang akan
membantu proses kelahiran biasanya akan menetukan jumlah tabungan
ibu hamil di setiap minggu nya dan memberi penjelasan kepada ibu hamil
betapa pentingnya manfaat tabulin sehingga ibu hamil mempunyai
kesadaran untuk membayar tabulin.
2. Kendaraan
Ibu harus mempersiapkan kendaraan yang siap siaga untuk pergi ke
tempat bersalin, misalnya kendaarn yang akan digunakan saat perjalanan
pergi ke tempat bersalin dan transportasi gawat darurat ke fasilitas kesehatan
yang tepat apabila muncul tanda-tanda bahaya.
3. Merencanakan Tempat Persalinan
Ibu harus merencakan tempat persalinan di fasilitas kesehatan seperti
Praktik Bidan Mandiri, Klinik, Puskesmas atau Rumah Sakit.
4. Perlengkapan yang Harus Dibawa
a. Untuk Ibu :
1) Baju tidur, bawa baju tidur yang nyaman dipakai dan tidak sempit
(punya kancing bagian depan sehingga mudah untuk menyusui.
Bawayang culup karena untuk persalinan normal butuh 2 hari
diRS/Bidan/Puskesmas dan operasi Caesar dibutuhkan 4 – 7
hari.Ditambah 1 set baju untuk pulang.
2) Pakaian dalam : BH dan celana secukupnya
3) Pembalut wanita khusus ibu bersalin
4) Korset atau gurita untuk ibu bersalin
5) Perlengkapan Ibu : bedak, sisir, lipstik, deodoran
6) Handuk, sabun, sikat gigi
7) Sandal (menjaga kaki tetap hangat) jika melakukan perjalanan
b. Untuk Bayi :
1) Popok, bawalah beberapa buah
2) Baju bayi, minimal 2 karena bayi sering gumoh/muntah susu sedikit
3) Selimut/bedong
4) Kaos kaki dan tangan
5) Gedongan
Persiapkan yang perlu dibawa untuk persalinan dalam tas dan letakkan di
tempat yang mudah dijangkau dan jangan lupa memberitahu suami atau
orang terdekat di rumah untuk tas itu.
c. Keperluan lain seperti mempersiapkan kartu Jaminan Kesehatan
Nasional, KTP, Kartu Keluarga dan lain-lain.
5. Pendonor Darah
Siapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama
dan bersedia menjadi pendonor jika diperlukan.
6. Rencanakan untuk Ikut Keluarga Berencana (KB)
Merencanakan metode kontrasepsi yang akan digunakan setelah
persalinan guna menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

CARA MENYUSUI YANG BENAR

Disusun Oleh:

Cindy Elfira

NIM. P07224317010

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Tema : Cara Menyusui Yang Benar

Sub Pokok Bahasan : Pengertian teknik menyusui yang benar

Persiapan dalam memperlancar ASI

Posisi dan perlekatan menyusui

Langkah-langkah menyusui yang benar

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Teknik melepaskan hisapan bayi

Cara menyendewakan bayi setelah minum ASI

Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Sasaran : Ibu Rena

Hari/Tanggal : Selasa/ 28 Desember 2020

Pelaksana : Cindy Elfira

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, ibu dapat memahami tentang teknik
menyusui yang benar.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama ± 1 x 20 menit, ibu dapat :
a) Menjelaskan pengertian teknik menyusui yang benar
b) Menjelaskan persiapan dalam memperlancar asi
c) Menyebutkan posisi dan perlekatan menyusui
d) Menyebutkan langkah-langkah menyusui yang benar
e) Menyebutkan cara pengamatan teknik menyusui yang benar
f) Teknik melepaskan Hisapan Bayi
g) Cara menyendawakan bayi setelah minum ASI

B. Materi
Terlampir

C. Metode
Ceramah dan tanya jawab

D. Media
Leaflet

E. Pelaksanaan
NO WAKTU KEGIATAN RESPON KLIEN

1 2 menit Pembukaan

▪ Mengucapkan salam Menjawab salam


▪ Memperkenalkan diri pada
klien
▪ Menjelaskan maksud dan
tujuan
2 10 menit Kegiatan Inti

▪ Menjelaskan pengertian cara ▪ Mendengarkan dengan


menyusui yang benar seksama melihat dan
▪ Menjelaskan persiapan dalam memperhatikan
memperlancar asi ▪ Mengajukan pertanyaan
▪ Menyebutkan posisi dan yang tidak dipahami/
perlekatan menyusui dimengerti
▪ Menyebutkan langkah- ▪ Mendengarkan dan
langkah menyusui yang benar memperhatikan dengan
▪ Menyebutkan cara seksama
pengamatan teknik menyusui
yang benar
▪ Teknik Melepaskan Hisapan
Bayi
▪ Cara menyendawakan bayi
setelah minum ASI

3 8 menit ▪ Penutup Dapat mengulang kembali


▪ Evaluasi penyuluhan dengan pesan - pesan yang
mengajukan pertanyaan disampaikan
▪ Mengucapkan terima kasih
kepada ibu atas kesediaan
mendengarkan penyuluhan
▪ Mengucapkan salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kelengkapan media ; tersedia dan siap digunakan
b) Pelaksana siap melakukan penkes
2. Evaluasi Proses
a) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu
b) Sasaran aktif dalam penkes
c) Sasaran mampu menjawab pertanyaan
d) Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap
3. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan tentang Cara menyusui yang benari, klien
mampu :
a) Menjelaskan pengertian cara menyusui yang benar
b) Menjelaskan persiapan dalam memperlancar asi
c) Menyebutkan posisi dan perlekatan menyusui
d) Menyebutkan langkah-langkah menyusui yang benar
e) Menyebutkan cara pengamatan teknik menyusui yang benar
f) Teknik melepaskan hisapan bayi
g) Cara menyendawakan bayi setelah minum ASI
MATERI PENYULUHAN

TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

A. Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar


Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 2004).

B. Persiapan Dalam Memperlancar ASI


Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.
Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta
berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit.
Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan
untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu
makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :

1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang
lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau
dengan jalan operasi.

C. Posisi dan Perlekatan Menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu
pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki
diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola
bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan
kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar 1. Posisi Menyusui Balita pada Kondisi Normal

D. Langkah- langkah Menyusui yang Benar


Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan
menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya
leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada
ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan
bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu
sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 2. Cara Merangsang Mulut Bayi


Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar
yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir
bawah bayi membuka lebar.

Gambar 3. Perlekatan Benar

Gambar 4. Perlekatan Salah (Perinasia, 2004)


E. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai
berikut:

1. Bayi tampak tenang.


2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.

F. Teknik Melepaskan Hisapan Bayi


Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan hisapan
bayi dengan cara :

1. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi


2. Menekan dagu bayi ke bawah
3. Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka
4. Jangan menarik putting susu untuk melepaskan.
Gambar 5. Teknik Melepaskan Hisapan Bayi

G. Cara Menyendawakan Bayi Setelah Minum ASI


Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawakan bayi sebelum
menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara :

1. Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggung nya sampai bayi


bersendawa
2. Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil di gosok punggungnya.
Lama dan frekuensi menyusui :

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan


menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau
sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola
tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan
menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya
masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui
pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu
produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka
sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan
kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar
produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan
payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak
terlalu ketat.

Gambar 6. Kutang (BH) yang baik untuk Ibu Menyusui


SATUAN ACARA PENYULUHAN

ASI EKSKLUSIF

Disusun Oleh:

CINDY ELFIRA
NIM P07224317010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Pentingnya ASI Ekslusif

Sub Pokok Bahasan : - Pengertian ASI Ekslusif

- Manfaat ASI Eksklusif

- Kerugian bila tidak Memberikan ASI Eksklusif

- Cara memberikan ASI

Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Hari/ Tanggal : Selasa, 29 Desember 2020

Sasaran : Ibu Rena

Pelaksana : Cindy Elfira

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Pada akhir proses penyuluhan, ibu dapat memahami pentingnya memberikan


ASI Eksklusif pada buah hati.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai ASI Eksklusif,


diharapkan peserta mampu :

1. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif.


2. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif.
3. Kerugian tidak memberikan ASI Eksklusif.
4. Cara memberikan ASI yang benar.
C. Analisa Situasi

1. Peserta Penyuluhan :

a. Ibu siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari mahasiswa.

b. Ibu terlihat antusias dalam mengikuti penyuluhan

c. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila saat dievaluasi peserta mampu


mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa yang
menyuluh.

2. Penyuluh yaitu mahasiswa poltekkes samarinda

a. Mahasiswa menguasai materi yang akan disampaikan.

b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan


berlangsung.

D. Materi

Terlampir

E. Metode

1.Ceramah

2. Tanya jawab

F. Media

Leafleat
G. Kegiatan Belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. Pembukaan 4 menit - Mengucapkan salam - Menjawab salam

- Memperkenalkan diri - Mendengarkan

- Menyampaikan topik
dan tujuan yang akan
dicapai

- Menayakan pendapat - Merespon


klien tentang seputar
ASI Eksklusif

- Memberi reward pada


peserta

- Menjelaskan - Mendengarkan
pengertian ASI
Eksklusif

2. Pengembangan 16 - Menjelaskan manfaat - Mendengarkan


menit ASI Eksklusif

- Menjelaskan - Memperhatikan
mengenai kerugian
tidak memberikan ASI
Eksklusif

- Menjelaskan cara - Memperhatikan


memberikan ASI yang penjelasan
benar
- Memberi kesempatan - Merespon
peserta untuk bertanya

- Meminta peserta - Merespon


untuk dan mengulang
kembali materi yang
telah disampaikan.

- Memberi reward
positif pada peserta.

3. Penutup 10 - Menutup dengan - Menjawab salam

menit mengucapkan terima


kasih dan salam.
MATERI

ASI EKSKLUSIF

A. PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF

ASI eksklusif adalah pemberian air susu Ibu (ASI saja) tanpa makanan atau
minuman tambahan Bayi.

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

a. Bagi Ibu

1. Menjarangkan kehamilan

2. Memperkecil kemungkinan terjadinya kanker payudara

3. Pemulihan kesehatan ibu lebih cepat

4. Menjalin hubungan kasih sayang Bayi

5. Praktis dan murah

b. Bagi Bayi

1. Komposisi dan volume ASI cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan


sampai dengan 6 bulan

2. Mudah dicerna, karena mengandung zat-zat gizi yang tinggi yang


diperlukan oleh bayi usia 0-6 bulan

3. Menjalin hubungan kasih sayang dengan Ibu

4. Meningkatkan daya tahan tubuh


C. KERUGIAN TIDAK MEMBERI ASI EKSKLUSIF

1. Pemberian makanan, minuman selain ASI mempunyai resiko terjadinya


infeksi oleh karena kontaminasi.

2. Sistem ekskresi bagi Bayi lahir sampai dengan 6 bulan belum sempurna,
sehingga bila diberi makanan dengan kosmolaritas yang tinggi (seperti susu
formula/buah buahan) akan memberatkan fungsi ginjal.

D. CARA MEMBERIKAN ASI YANG BENAR

1. Bahan/alat yang diperlukan:

- Kapas dan air hangat untuk membersihkan putting susu

- Kursi untuk menyangga kaki ibu saat menyusui

2. Waktu Pemberian ASI

- Bayi yang baru dilahirkan harus disusui sesegera mungkin setelah


persalinan

- Berikan ASI setiap kali bayi lapar, tidak perlu menjamkan pemberian ASI
Makin sering bayi menghisap makin banyak pula ASI yang dikeluarkan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

NUTRISI IBU POST PARTUM

DISUSUN OLEH :

CINDY ELFIRA

NIM P07224317010

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Perawatan Kesehatan Ibu dalam Konteks Keluarga

Sub Pokok Bahasan : Kebutuhan Nutrisi Ibu Post Partum

Hari, Tanggal : Senin, 4 Januari 2021

Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Sasaran : Ibu Rena

Pelaksana : Cindy Elfira

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Ibu post partum mengetahui kebutuhan nutrisi yang dibutuhkannya selama
masa nifas untuk memulihkan dan mempertahankan kesehatan pada diri dan
bayinya.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu dan keluarga mampu:
1. Menguraikan kembali kebutuhan nutrisi ibu post partum.
2. Tujuan kebutuhan nutrisi ibu post partum.
3. Menunjang tumbuh kembang bayi.
4. Mencegah anemia malnutrisi pada ibu post partum.

C. Media
Media yang digunakan untuk penyuluhan adalah Leaflet
D. Metode
Metode yang digunakan untuk penyuluhan, yaitu:
1. Ceramah
2. Diskusi

E. Pelaksanaan
Kegiatan Media yang
No Acara Waktu
Penyuluhan Digunakan
- Salam
- Pembukaan -
1. Pembukaan 5 Menit
- Doa
- Ceramah
- Diskusi
2. Penyampaian Materi 15 Menit Leaflet
- Evaluasi
- Salam
-
3. Penutup 10 Menit - Doa

F. Materi
Terlampir

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Komitmen terhadap kontrak.
b. Waktu, tempat, dan peserta.
c. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya.
d. Ketersediaan fungsi, alat, bahan dan media promosi kesehatan sesuai
dengan yang dibutuhkan.
2. Evaluasi Proses
a. Tim promosi kesehatan mampu memberikan informasi dengan jelas
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pasien, keluarga dan masyarakat mendengarkan dan berpartisipasi
aktif sampai akhir kegiatan.
c. Tidak terdapatnya distraksi yang menganggu proses penerimaan
materi, pasien dan keluarga dapat mengikuti dan mempertahankan
materi.
3. Evaluasi Hasil Akhir
a. Mengetahui pengertian nutrisi ibu pascapartum.
b. Mengetahui tujuan mengonsumsi makanan nutrisi.
c. Mengetahui jenis makanan yang bernutrisi.
d. Mengetahui menu makanan setiap hari.
e. Mengaplikasikan mengonsumsi makanan bernutrisi.
MATERI
NUTRISI IBU POST PARTUM

1. Pengertian
Nutrisi atau disebut juga zat gizi adalah zat dalam makanan yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
sesuai dengan fungsinya.
Masa Nifas atau postpartum adalah masa sesudah seorang ibu melalui
persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-
alat kandungan. Proses masa nifas berkisar antara 6 minggu atau 40 hari
(Jenny, 2006).
Jadi makanan ibu postpartum adalah makanan yang mengandung gizi
seimbang.

2. Tujuan
a. Untuk mempercepat kesembuhan ibu terutama kesembuhan alat
reproduksinya.
b. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu, agar dapat memenuhi
kebutuhan bayinya.
c. Untuk mencegah terjadinya penyakit anemia malnutrisi pada ibu
postpartum.
d. Untuk menunjang tumbuh kembang bayi.
e. Untuk memproduksi ASI yang banyak

3. Dalam tubuh, tiap zat makanan mempuyai fungsi sendiri-sendiri yaitu :


a. Sebagai pemberi tenaga ( zat tenaga )
b. Sebagai Pembangun ( zat pembangun )
c. Sebagai pengatur ( zat pengatur )
4. Menu Makanan yang Seimbang
Seorang ibu yang baru melahirkan harus makan makanan yang paling
bergizi yang dapat diperolehnya, agar dapat mengatasi infeksi dan agar dapat
menghasilkan air susu yang cukup untuk bayinya. Berikut adalah contoh
makanan yang dapat dikonsumsi ibu yang baru melahirkan:
a. Karbohidrat
Karbohidrat atau zat tenaga adalah sumber utama energi bagi manusia.
Karbohidrat diperlukan oleh tubuh karena tubuh memerlukan energi atau
tenaga untuk beraktifitas atau bergerak. Sumber karbohidrat yaitu:
1) Nasi
2) Ketela
3) Sagu
4) Jagung
5) Terigu
6) Roti
7) Kentang
b. Makanan yang Mengandung Lemak
Lemak di dalam tubuh merupakan sumber tenaga selain karbohidrat.
Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan. Jika persediaan karbohidrat di
dalam tubuh kita habis maka lemak digunakan sebagai penggantinya.
1) Mentega
2) Susu
3) Keju
c. Makanan yang Mengandung Protein
Protein atau zat pembangun merupakan zat makanan yang berfungsi
sebagai pembangun tubuh. Selain itu, protein juga berperan dalam
penggantian tubuh yang mengalami kerusakan dan membentuk zat
kekebalan tubuh.
1) Protein Nabati
a) Tempe
b) Tahu
c) Kedelai
d) Kacang hijau
2) Protein Hewani
a) Hati
b) Telur
c) Susu
d) Daging
e) Ikan
f) Udang
g) Yoghurt
d. Zat Pengatur
Zat pengatur diperlukan oleh tubuh untuk melaksanakan dan mengatur
semua sistim yang terjadi didalamnya. Terdiri dari vitamin, mineral, dan air.
1) Vitamin
Sayur-sayuran dan Buah-buahan
a) Bayam
b) Sawi
c) Kangkung
d) Wortel
e) Tomat
f) Jeruk
g) Pepaya
h) Pisang
2) Vitamin dan Suplemen
a) Zat besi untuk menambah darah dan gizi selama 40 hari.
b) Vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah
melahirkan dan 24 jam setelahnya.
c) Asam folat untuk kecerdasan anak.
d) Vitamin b complex untuk mencegah anemia
3) Mineral
Mineral merupakan zat pengatur tubuh. Mineral dalam tubuh
diperlukan dalam jumlah sedikit. Mineral yang dibutuhkan oleh tubuh
antara lain:

a) Yodium terdapat pada makanan hasil laut dan garam beryodium.


b) Fosfor terdapat pada daging, ikan, dan telur.
c) Kalsium terdapat pada susu, telur, dan buah-buahan.
d) Zat besi terdapat pada susu, hati, kuning telur, dan sayuran.
e) Natrium terdapat pada ikan, pisang, kentang, dan sayuran hijau.
4) Air
Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air
putih, susu, dan jus buah. Air putih 6 - 8 gelas per hari.

5. Contoh Menu Makanan


1) Makan Pagi
Nasi, urap sayur, ikan goreng, cemilan (donat dan yoghurt).
2) Makan Siang
Nasi, ayam goreng, rempeyek, rebon, sayur nangka, jeruk, cemilan (ubi
merah goreng/kukus)
3) Makan Malam
Nasi, semur daging, pepes tahu, cap cay, pepaya, cemilan (ubi merah
goreng/kukus)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

KELUARGA BERENCANA

Disusun Oleh:

CINDY ELFIRA
(P07224317010)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2021
Satuan Acara Penyuluhan
(SAP)

Tema : Macam- Macam Metode KB (Keluarga Berencana)


Hari/ Tanggal : Sabtu /23 Januari 2021
Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Sasaran : Ibu Rena
Pelaksana : Cindy Elfira

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 20 menit, Ibu dapat
mengetahui tentang pengertian, jenis-jenis dan efek samping KB.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan Keluarga berencana klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian KB
2. Menyebutkan jenis-jenis dari KB dan efek samping dari jenis-jenis KB

C. Materi

Terlampir

D. Metode

1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab

E. Media
Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KLIEN

1. 2 Menit Pembukaan Pembukaan

• Mengucapkan salam • Menjawab salam

• Memperkenalkan diri pada klien • Mendengarkan dengan


seksama
• Menjelaskan tujuan penyuluhan

2. 15 Menit Kegiatan Inti Kegiatan Inti

• Menjelaskan tentang • Mendengarkan dan


memperhatikan
a) Pengertian KB
penyuluhan yang
b) Jenis – jenis KB dan diberikan

Efek samping KB

• Memberi kesempatan kepada ibu untuk • Mengajukan pertanyaan


bertanya yang tidak dipahami
• Menjawab pertanyaan Ibu • Mendengarkan dan
memperhatikan dengan
seksama
3. 3 Menit Penutup Penutup

• Mengevaluasi penyuluhan dengan • Dapat mengulang kembali


mengajukan pertanyaan pesan – pesan yang
disampaikan

• Mengucapkan terima kasih atas • Membalas ucapan terima
kesediaan ibu megikuti penyuluhan kasih

• Mengucapkan salam • Membalas salam

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kelengkapan media ; tersedia dan siap digunakan
b) Pelaksana siap melakukan penkes
2. Evaluasi Proses
a) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu
b) Sasaran aktif dalam penkes
c) Sasaran mampu menjawab pertanyaan
d) Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap
3. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan tentang KB klien mampu :
a) Menjelaskan pengertian KB dengan bahasa sendiri
b) Menyebutkan jenis-jenis KB kembali dengan bahasanya sendiri
c) Menjelaskan kembali minimal 3 efek samping KB dari masing-masing
jenis KB
MATERI

MACAM-MACAM KELUARGA BERENCANA (KB)

A. PENGERTIAN KB
KB adalah suatu, usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kehamilan serta tidak melawan hukum dan norma Pancasila

B. JENIS-JENIS KB
1. Pil KB
Pengertian
Pil KB adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dengan cara
menelan pil setiap hari secara teratur.
Efek samping
Efek samping yang paling umum terjadi adalah :
a) Mual (perut mual)
b) Bercak atau flek diantara masa haid
c) Sakit kepala ringan
d) Payudara nyeri
e) Berat badan sedikit naik atau turun

2. Suntik
Pengertian
Kontrasepsi Suntikan Kombinasi
Yaitu jenis suntikan kombinasi yang diberikan 1 bulan sekali dan 3
bulan sekali
Efek samping
a) Sangat Umum
1) Perubahan haid bulanan
2) Mual-mual
3) Flek atau bercak diantara masa haid
4) Sakit kepala Ringan
5) Nyeri payudara
b) Umum
Berat badan naik
c) Tidak Umum
1) Sakit kepala ringan
2) Nyeri Payudara
3) Suasana hati berubah
4) Mual-mual
5) Rambut rontok
6) Gairah seksual menurun
7) Jerawat

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ IUD/ Spiral

Pengertian : Alat kontrasepsi yang dipasang dalam Rahim


Efek samping
a) Setelah Pemasangan
1) Kram dapat terjadi beberapa hari
2) Terdapat flek dalam beberapa minggu
b) Umum
1) Haid lebih lama dan lebih banyak
2) Bercak atau flek diantara masa haid
3) Terjadi kram atau nyeri selama haid

4. Implan (Susuk)
Pengertian : Alat kontrasepsi yang diletakkan dibawah kulit lengan atas
Efek Samping
a) Sangat Umum : Bercak atau haid ringan
b) Umum
1) Haid tidak teratur
2) Tidak mendapat haid
c) Jarang
1) Sakit kepala
2) Ovarium membesar
3) Nyeri payudara
4) Gelisah
5) Mual-mual

5. Kondom
Pengertian
Kondom merupakan selubung atau sarung yang terbuat dari bahan
bisa lateks/karet atau plastik/vinil atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipakai pada penis saat hubungan seksual.
Keterbatasan
a) Efektifitas tidak terlalu tinggi
b) Cara pengunaan sangat menpengaruhi keberhasilan kontrasepsi
c) Agak menganggu hubungan seksual
d) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
e) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
f) Beberapa klien malu membeli kondom di tempat umum
g) Pembuangan kndom bekas mungkin menimbulkan masalah limbah
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TANDA BAHAYA PADA BAYI

Disusun Oleh :

CINDY ELFIRA

NIM P07224317010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : Tanda Bahaya Pada Bayi


Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1
Hari/Tanggal : Senin, 04 Januari 2021
Sasaran : Ibu Rena
Pelaksana : Cindy Elfira

A. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit peserta dapat menambah
pengetahuan tentang Tanda Bahaya Pada Bayi.

B. Tujuan Intruksional khusus (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 10 menit, diharapkan peserta
penyuluhan dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian tanda bahaya pada bayi
2. Tujuan mengetahui tanda bahaya pada bayi
3. Tanda bahaya pada bayi
4. Tindakan yang dilakukan jika terdapat salah satu tanda bahaya pada bayi

C. Analisa Situasi
3. Peserta Penyuluhan :
a. Peserta siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari mahasiswa.
b. Peserta terlihat antusias dalam mengikuti penyuluhan
c. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila saat dievaluasi peserta mampu
mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa yang
menyuluh.
4. Penyuluh yaitu mahasiswa Poltekkes Samarinda
a. Mahasiswa menguasai materi yang akan disampaikan.
b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan
berlangsung.

D. Materi
Terlampir

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media
Leafleat

G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 2 menit Pembukaan Menjawab salam,
a. Mengucapkan salam dan mendengarkan dengan
terima kasih atas kedatangan seksama
para peserta.
b. Memperkenalkan diri
2 5 menit Pelaksanaan Kegiatan Mendengarkan dan
Penyuluhan memperhatikan
a.Menyampaikan materi tentang
tanda bahaya pada bayi
b. Menjelaskan tujuan mengetahui
tanda bahaya pada bayi
c. Menjelaskan apa saja tanda
bahaya pada bayi
d. Memberitahu tindakan yang
dilakukan jika terdapat salah
satu tanda bahaya pada bayi

3 3 menit Penutup Peserta memperhatikan


a. Memberikan kesempatan pada dan memberikan
peserta untuk bertanya jika pertanyaan jika ada yang
terdapat hal-hal yang belum belum jelas serta
jelas. menjawab pertanyaan
b. Menyimpulkan atau yang diberikan kepada
merangkum hasil penyuluhan peserta saat evaluasi
c. Mengevaluasi hasil kegiatan
dan meminta salah satu dari
peserta untuk sedikit
mengulangi materi yang telah
diberikan
d.Memberi salam dan meminta
maaf bila ada kesalahan Menjawab salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta berada di tempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Klinik Aminah Amin
Rianta 1
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan, peserta mampu :
a. Peserta dapat memahami pengertian tanda bahaya pada bayi
b. Peserta dapat memahami tujuan mengetahui tanda bahaya pada bayi
c. Peserta dapat memahami apa saja tanda bahaya pada bayi
d. Peserta dapat mengetahui tindakan yang dilakukan jika terdapat salah
satu tanda bahaya pada bayi
e. Peserta dapat memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tanda
bahaya pada bayi
MATERI
TANDA BAHAYA PADA BAYI

A. Pengertian Tanda Bahaya Pada Bayi


Tanda bahaya pada bayi adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi
yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.

B. Tujuan Mengetahui Tanda Bahaya Pada Bayi


1. Bayi baru lahir gampang sakit, kalau sakit cepat menjadi berat dan serius
bahkan bisa meninggal.
2. Gejala sakit pada bayi sulit dikenali
3. Dengan mengetahui tanda bahaya, bayi akan cepat mendapat pertolongan
sehingga dapat mencegah kematian.
Bayi baru lahir banyak meninggal karena :
1. Terlambat mengetahui tanda bahaya
2. Terlambat memutuskan untuk membawa bayi berobat ke
dokter/bidan/perawat
3. Terlambat sampai ketempat pengobatan

C. Tanda – Tanda Bahaya Pada Bayi


Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali
kegawatan pada bayi baru (neonatus) :
1. Bayi Tidak Mau Menyusu
Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti
yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi
tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang dan ini akan
berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika
sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi
berat.
2. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda
perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang terjadi
saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu
sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi
anda kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah
lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.
3. Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah.
Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare,
muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa
yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali per
menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat
dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika
bayi kita merintih terus menerus walau sudah diberi ASI atau sudah
dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda
infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali
pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan
kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk dikompreskan.
Artinya hanya dioleskan saja saat sudah kering baru anda tutup dengan
kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau
lebih perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar membuat
bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau pakaian
yang basah.
8. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi
yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas dan
air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun
jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14
hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan
tinja bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut
pada dokter.

D. Tindakan yang Dilakukan Jika Terdapat Tanda Bahaya Pada Bayi


Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya.
Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.usahakan bayi tetap hangat
selama dalm perjalanan ke tempat pemeriksaan dengan cara :
1. Membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain yang kering, hangat dan
tebal
2. Jangan letakkan bayi di tepi jendela atau pintu kendaraan
3. Bayi terus disusui selama dalam perjalanan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

IMUNISASI

DISUSUN OLEH :

CINDY ELFIRA

NIM P07224317010

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

Topik : Imunisasi

Tempat : Klinik Aminah Amin Rianta 1

Hari / Tanggal : Selasa, 19 Januari 2021

Sasaran : Ibu Rena

Pelaksana : Cindy Elfira

A. TIU (Tujuan Instruksional Umum) :


Setelah mendapatkan penyuluhan, ibu mampu memahami tentang
Imunisasi terhadap bayi dan balita.

B. TIK (Tujan Instruksional Khusus) :


Setelah mendapatkan penyuluhan ibu mampu :

Menjelaskan pengertian Imunisasi


Menjelaskan manfaat Imunisasi
Menyebutkan macam-macam Imunisasi.
Mengetahui gejala-gejala setelah pemberian vaksin dan penanganannya

C. Analisa Situasi
1. Peserta penyuluhan adalah ibu postpartum
a. Peserta siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari mahasiswa
b. Peserta sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan terbukti dengan
adanya beberapa pertanyaan yang disampaikan.
c. Penyuluhan dikatakan berhasil karena saat dievaluasi peserta mampu
mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa yang
menyuluh.
2. Penyuluh Mahasiswa Politeknik Kesehatan Samarinda Jurusan Kebidanan
a. Mahasiswa menguasai materi yang disampaikan.
b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan
berlangsung.

D. Materi
Terlampir

E. Metode
1. Ceramah dan Diskusi

F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatan Belajar Mengajar


No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1. Pembukaan 2 min ❑ Mengucapkan salam ❑ Menjawab salam

❑ Menyampaikan topik dan ❑ Mendegarkan/me


tujuan yang akan dicapai mperhatikan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

2. Pengemban 15 min ❑ Menanyakan pendapat ❑ Menjawab /


gan peserta tentang Imunisasi merespon
❑ Memberi reward pada ❑ Merespon
peserta (anggota Warga )
❑ Menjelaskan pengertian ❑ Mendengar/
Imunisasi memperhatikan
❑ Menjelaskan macam- ❑ Mendengar
macam imunisasi dan
fungsinya
❑ Memberi kesempatan ❑ Merespon/
kepada peserta untuk mengulang
penjelasan
❑ Memberikan reward positif ❑ Memperhatikan
❑ Menjelaskan jadwal ❑ Mendengar/
imunisasi memperhatikan
❑ Memberikan kesempatan ❑ Merespon/bertany
kepada peserta untuk ❑ Mendengar
bertanya /memperhatikan
❑ Menjawab
❑ Merespon
❑ Mendengar /
memperhatikan.
3. Penutup 5 min ❑ Merangkum materi yang ❑ Merangkum
dijelaskan bersama peserta materi bersama
(Anggota Warga) penyuluh
❑ Memberikan kesempatan ❑ Bertanya
kembali kepada Warga
untuk bertanya
❑ Memberikan reward ❑ Merespon
❑ Menanyakan hal ❑ Menjawab
penting/tujuan immunisasi
❑ Memberikan reward
❑ Menutup dengan ❑ Merespon
mengucapkan terima kasih.
❑ Memberi salam. ❑ Membalas salam
MATERI

IMUNISASI

A. Pengertian
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan suatu terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukan kuman / virus yang telah dilemahkan/
dimatikan ke dalam tubuh.

B. Manfaat Imunisasi

- Untuk melindungi anak balita dari berbagai macam penyakit infeksi


berbahaya, seperti: TBC, polio, hepatitis, campak, difteri, pertusis, dan
tetanus dengan memberikan kekebalan di dalam tubuh anak yang di vaksin.
- BCG untuk pencegahan penyakit TBC
- DPT untuk pencegahan penyakit Dipteri, pertusis, dan tetanus
- Polio untuk pencegahan penyakit kelumpuhan
- Campak untuk pencegahan penyakit Campak
- Hepatitis untuk mencegah penyakit hepatitis

C. Bayi dan Balita yang Mendapat Imunisasi

- Keadaan balita / balita yang boleh mendapat vaksin, bila :


Anak dalam keadaan sehat atau penyakit ringan, misalnya : mencret 1 – 2
kali, batuk pilek tanpa demam, gizi kurang, alergi terhadap makanan atau
obat – obatan.

- Bayi / balita yang belum bisa mendapat vaksin, bila :


1. BCG : sakit kulit / luka di daerah penyuntikan
2. DPT I : Panas > 38 0 C, dan punya riwayat kejang demam
3. DPT II dan III :Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT I ( misalnya
suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, dll).
4. DT :Demam berat, usia > 7 tahun, sakit berat
5. TT : demam berat
6. Polio : diare berat, sakit parah, demam tinggi
7. Campak : Panas > 38 0 C, dan pernah menderita kejang demam
8. Hepatitis : sakit berat, demam > 38 0C

D. Gejala-gejala yang Timbul Setelah Pemberian Vaksin

- BCG
Akan timbul bengkak pada tempat penyuntikan, berwarna merah,
kemudan timbul nanah dan menjadi luka lalu kering yang kemudian
menyebabkan bekas parut ( bekas ini sebagai tanda anak telah mendapat
vaksin.

- DPT
Dapat timbul demam, nyeri, bengkak pada tempat penyuntikan

- Polio
Jarang / hampir tidak ada keluhan, terkadang hanya diare ringan dan
sangat jarang terjadi

- Campak
Demam, diare, kulit kemerahan, mata merah

- Hepatitis
Nyeri di tempat penyuntikan, demam ringan, lesu, perasaan tidak enak
diperut.

E. Cara Mengatasi Ffek Samping Vaksin

- Bila bengkak di daerah tempat penyuntikan, beri kompres hangat


- Memberikan obat penurun panas
- Berikan banyak minum
F. Tempat Anak Anda Mendapatkan Vaksin

Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Rumah


Sakit,dll
LAMPIRAN
2
Leaflet Gizi Bagi Ibu Hamil
Leaflet Anemia Pada Ibu Hamil
Leaflet Persiapan Persalinan
Leaflet Cara Menyusui yang Benar
Leaflet ASI Eksklusif
Leaflet Nutrisi Ibu Nifas
Leaflet Keluarga Berencana
Leaflet Tanda Bahaya Pada Bayi
Leaflet Imunisasi Dasar
LAMPIRAN
3
Skor Poedji Rochjati
LAMPIRAN
4
Partograf
LAMPIRAN
5
Informed Consent
LAMPIRAN
6
Kegiatan Supervisi
LAMPIRAN
7
DOKUMENTASI

KUNJUNGAN ANC
DOKUMENTASI

PERSALINAN
DOKUMENTASI

BAYI BARU LAHIR


DOKUMENTASI

KUNJUNGAN NIFAS & NEONATUS

Anda mungkin juga menyukai