Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.

“I”
DENGAN PERSALINAN PATOLOGIS KETUBAN
PECAH DINI DI PUSKESMAS ROGOTRUNAN
LUMAJANG

Disusun Oleh:
NUR AGNIE TJATUR HANDAYANIE
NIM : 15301.11.19078

PRODI D4 KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
TAHUN 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “I” dengan Persalinan

PatologiS Ketuban Pecah Dini Di Puskesmas Rogotrunan Lumajang telah

disetujui untuk dipertahankan pada Seminar Praktik Klinik Kebidanan

Tanggal. Agustus 2020

Disusun Oleh:

Nur Agnie Tjatur Handayanie

NIM. 15301.11.19078

Pembimbing Akademik Pembimbing Wahana Praktik

Wahida Yuliana, SST.,M.Keb Umi Farida. SST


NIDN. 0729078902 NIP.19720710 199101 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “I” dengan Persalinan


Patologis Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Rogotrunan Lumajang telah
diseminarkan dihadapan penguji pada Seminar Praktik Klinik Kebidanan.

Tangga, Agustus 2020

DisusunOleh :
Nur Agnie Tjatur Handayanie
NIM. 15301.11,19078

Penguji I

Nova Hikmawati.,SST.M. Kes


NIDN.0712018501

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadiran Allah swt, karena hanya


dengan Rahmat dan hidayahNya menejemen asuhan kebidanan tentang
“Persalinan Patologis Ketuban Pecah Dini” ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulisan menejemen asuhan kebidanan ini adalah untuk
memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan. Selain itu,
untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan kami tentang Persalinan
Patologis Ketuban Pecah Dini.
Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan keikhlasan kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Tutik Hidayati, SST., M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
STIKES Hashawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
2. Wahida Yuliana, SST., M.Keb selaku Pembimbing I yang juga
meluangkan waktu demi terselesaianya dan perbaikan Manajemen
Asuhan Kebidanan ini.
3. Nova Hikmawati, SST., M.Kes selaku Penguji I yang meluangkan
waktu demi perbaikan Manajemen Asuhan Kebidanan ini.
4. Umi Farida, SST selaku Pembimbing Lahan Praktik Klinik yang juga
meluangkan waktu demi terselesainya Manajemen Asuhan Kebidanan
ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa menejemen kebidanan komprehensif
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dan kelengkapan tugas selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Probolinggo, Agustus 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ……………………………………..i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………….. .ii

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………….iii

KATA PENGANTAR …………………………………….iv

DAFTAR ISI …………………………………….v

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….1

1.1 Latar Belakang …………………………………… .1

1.2 Tujuan …………………………………….2

1.3 Manfaat …………………………………….3

1.4 Sistematika Penulisan …………………………………….3

BAB II TINJAUAN PUSAKA …………………………………….5

2.1 Konsep Ketuban Pecah Dini …………………………………….5

2.2 Konsep Dasar ASKEB dengan SOAP…………………………..14

BAB III ASUHAN KEBIDANAN ……………………………………. 17

3.1 Pengkajian Data Subyektif …………………………………....17

3.2 Pengkajian Data Obyektif …………………………………....18

3.3 Assesment ……………………………………19

3.4 Penatalaksanaan ……………………………………20

BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………22

4.1 Data Subyektif ……………………………………22

4.2 Data Obyektif ……………………………………22

v
4.3 Assesment ……………………………………24

4.4 Penatalaksanaan ……………………………………25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….27

5.1 Kesimpulan ……………………………………27

5.2 Saran ……………………………………27

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………29

LAMPIRAN – LAMPIRAN

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. (Sarwono P., 2009).Kematian ibu dan
bayi merupakan ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan
pelayananan kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga
persalinan yang mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan
bayi (Maryuani, 2011;105). Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian
selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya (WHO, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) di dunia pada tahun 2016
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 527.000 jiwa. Sedangkan Angka Kematian
Bayi (AKB) di dunia sebesar 10.000.000 jiwa (WHO, 2016). Di Indonesia pada
bulan Januari sampai September 2016 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 401 per
100.000 jiwa. berdasarkan hasil Sementara Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) tahun 2016 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 26 per
1000 kelahiran 1 2 hidup. Pada tahun 2015, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai
89,6 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Jawa Timur pada tahun
2015 sebanyak 25,3 per 1.000 KH.(Profil Kesehatan Provinsi Jatim, 2015).
Kejadian  ketuban pecah dini pada ibu dapat menimbulkan beberapa
masalah komplikasi baik bagi ibu maupun janinnya , misalnya pada ibu dapat
menyebabkan infeksi puerperalis/masa nifas,  dry labour/partus lama, dapat pula
menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal, bahkan
kematian (Cunningham,  2009).
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.

1
2

Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai
terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang
berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif
ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan
tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.Oleh sebab itu,
asuhan kebidanan yang tepat sangat diperlukan agar penanganan KPD dapat
sesuai dengan keadaan yang ada dan memperkecil resiko terjadinya komplikasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ny.” I “ dengan Persalinan Patologis Ketuban Pecah
Dini Di Puskesmas Rogotrunan Lumajang.

1.2 Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan sesuai standart kebidanan
pada ibu dengan Persalinan Patologis Ketuban Pecah Dini/KPD dan
melakukan pendokumentasian menggunakan SOAP secara
komperhensif.
1.2.2   Tujuan Khusus
1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian data subyektif pada Ny. I
dengan Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Rogotrunan
Lumajang
1.2.2.2 Dapat melakukan pengkajian data obyektif pada Ny. I
umur dengan Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Rogotrunan
Lumajang
1.2.2.3 Dapat melakukan Assesment pada Ny. I dengan
Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Rogotrunan Lumajang
1.2.2.4 Dapat melakukan Penatalaksanaan pada Ny. I dengan
Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Rogotrunan Lumajang.
3

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi sumber kepustakaan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan Asuhan Kebidanan dan tambahan referensi bagi
peserta Praktik Klinik selanjutnya.

2. Bagi Peserta Praktik


Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
pengembangan Asuhan Kebidanan tentang persalinan
patologik Ketuban Pecah Dini

1.3.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Institusi Tempat Praktik
Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis Ketuban Pecah Dini
bagi tenaga kesehatan setempat.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Dapat memberikan masukan dan informasi tentang Asuhan
Kebidananan Persalinan Patologis Ketuban Pecah Dini pada
bidan sehingga dapat dibuat acuhan dalam melakukan
tindakan pelayanan kesehatan bagi ibu .
3. Bagi Pasien
Dapat merasakan manfaat Asuhan Kebidanan Persalinan
Patologis Ketuban Pecah Dini sehingga ibu dan bayi bisa
selamat

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan menejemen kebidanan terdiri dari :
1. Pengkajian data subyektif (S)
Data Subjektif :Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
4

keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang


berhubungan dengan diagnosa.

2. Pengkajian data obyektif (O)


Data Objektif : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis, hasil observasi
yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X,
rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini
3. Analisa (A)
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan
secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu proses
yang dinamik
4. Penatalaksanaan (P)
Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan, atau
mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh
pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak
mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
(Eva. Dokumen Kebidanan Dian Husada. Mine coins - make money:
http://bit.ly/money_crypto)
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ketuban Pecah Dini

2.1.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang


terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir
spontan dengan presentasibelakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawihardjo, 2010).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum


terdapat tanda persalinan dan di tunggu satu jam belum di
mulainya tanda persalinan (Manuaba,2010).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air
dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum
proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm. (Saifuddin, 2010).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina servik (Sarwono, 2016).
2.1.2 Penyebab Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena


berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan
intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini

5
6

merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya


adalah sebagai berikut:
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut
kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim
(serviks)yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu
menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah
serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester
kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2010).
b. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihandapatmenyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini. Misalnya:
1. Trauma
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin
atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi
uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan Hal ini
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang
lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative
kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban
7

tipis dan mudah pecah. (Saifudin.2010).


3. Makrosomia
adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus
yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan
tekanan pada intra uterin bertambah sehingga
menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput
ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Winkjosastro,2012).
4. Hidramnion
adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat
banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan
jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba
dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak
lintang.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah
belum masuk PAP
e. Korioamnionitis
adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor
predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban >
24 jam dan persalinanlama.
f. Penyakit Infeksi
adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput
ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya
8

proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk


proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
g. Faktor keturunan
(ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainangenetik).
h. Riwayat KPD sebelumya.
i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu
2.1.3 Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini


bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi
Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden SC, atau gagalnya persalinan normal dan juga dapat
menimbulkan :
1. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan.
Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34
minggu 50 % persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1
minggu.
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban
pecah dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada
bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia dan omfalitis.
Umumnya korioamnionitis terjadi sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi
lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden
infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat
9

sebanding dengan lamanya periode laten.


3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion
yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau
hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
4. Sindrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan
disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,
serta hipoplasi pulmonar (Wiknjosastro, 2014).
2.1.4 Mekanisme KPD
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum
disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen
dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara
MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari
matriks ektraseluler dan membrane janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada
penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP,
cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini. Selaput ketuban
sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga,
10

selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput


ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trimester terakhir,
terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
ketuban pada kehamilan aterm
2.1.5 Diagnosis KPD
Menegakkan diagnosis KPD secara tepat sangat penting,
karena diagnosis yang positif palsu berarti melakukan
intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan
seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosis yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan
janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam
kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu,
diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat. Diagnosis KPD
ditegakkan dengan cara :
1.      Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesa pasien dengan KPD merasa basah pada
vagina atau mengeluarkan cairan yang banyak
berwarna putih jernih, keruh, hijau, atau kecoklatan
sedikit- sedikit atau sekaligus banyak, secara tiba-
tiba dari jalan lahir. Keluhan tersebut dapat disertai
dengan demam jika sudah ada infeksi. Pasien tidak
sedang dalam masa persalinan, tidak ada nyeri
maupun kontraksi uterus. Riwayat umur kehamilan
pasien lebih dari 20 minggu
Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan
uterus lunak dan tidak adanya nyeri tekan. Tinggi
fundus harus diukur dan dibandingkan dengan
tinggi yang diharapkan menurut hari pertama haid
terakhir. Palpasi abdomen memberikan perkiraan
ukuran janin dan presentasi.
11

2.        Pemeriksaan dengan spekulum 


Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk
mengambil sampel cairan ketuban di forniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan
pemeriksaan bakteriologis.
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah
dini adalah :
1. Pooling     :  Kumpulan cairan amnion pada fornix
posterior.
2. Nitrazine Test  :  Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
3. Ferning      : Cairan dari fornix posterior di tempatkan
pada objek glass dan didiamkan dan cairan amnion
tersebut akan memberikan gambaran seperti daun pakis.
Pemeriksaan spekulum pertama kali dilakukan untuk
memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina.
Perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
ostium uteri eksternum apakah ada bagian selaput
ketuban yang sudah pecah. Gunakan kertas lakmus. Bila
menjadi biru (basa) adalah air ketuban, bila merah adalah
urin. Karena cairan alkali amnion mengubah pH asam
normal vagina. Kertas nitrazine menjadi biru bila
terdapat cairan alkali amnion. Bila diagnosa tidak pasti,
adanya lanugo atau bentuk kristal daun pakis cairan
amnion kering (ferning) dapat membantu. Bila
kehamilan belum cukup bulan penentuan rasio lesitin-
sfingomielin dan fosfatidilgliserol membantu dalam
evaluasi kematangan paru janin. Bila kecurigaan infeksi,
apusan diambil dari kanalis servikalis untuk pemeriksaan
kultur serviks terhadap Streptokokus beta group B,
Clamidia trachomatis dan Neisseria gonorea.
3.        Pemeriksaan dalam 
12

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan


penipisan dan dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga
mengindentifikasikan bagian presentasi janin dan
menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Periksa
dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas berada
dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk
melahirkan.
4.        Pemeriksaan penunjang
·          Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah
kertas lakmus merah menjadi biru.
·           Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat >
15.000 /mm3 kemungkinan ada infeksi.
·           USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia
kehamilan, letak janin, letak plasenta, gradasi plasenta
serta jumlah air ketuban.
·           Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya
kegawatan janin secara dini atau memantau
kesejahteraan janin. Jika ada infeksi intrauterin atau
peningkatan suhu, denyut jantung janin akan
meningkat.
·           Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio
lesitin - sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna
untuk mengevaluasi kematangan paru janin. 
2.1.6 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini/KPD

Penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan


pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu
dan janin serta adanya tanda-tanda persalinan.
1. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan
Preterm Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada
kehamilan preterm berupa penanganan konservatif, antara
lain:
13

a. Rawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi


trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu.

b. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau


eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol
2 x 500 mg selama 7 hari).

c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat di


Rumah Sakit selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid,


untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
tiap minggu. Sedian terdiri atas betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu,


tidak ada infeksi, tes busa (-), beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37minggu.

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu,


tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason dan induksi sesudah 24jam.

g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri


antibiotik dan lakukan induksi.

h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda


infeksi intra uterin).
2. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan
Aterm
14

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm


berupa penanganan aktif, antaralain:
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin,
bila gagal lakukan seksio sesaria. Dapat pula diberikan
misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal
4kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis
tinggi, dan persalinan di akhiri:
- bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksiosesaria.
- bila skor pelvik > 5, induksi persalinan,
partuspervaginam.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Dengan Menggunakan SOAP

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan


mutu pelayanan kesehatan adalah dengan adanya sistem
pendokumentasian yang baik. Sistem pendokumentasian yang
dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai sarana
komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana untuk dapat mengikuti
perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian
dan pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen
yang syah. Dalam kebidanan banyak hal penting yang harus
didokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan yang diberikan
oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan keluarga
berencana. Memahami SOAP sebagai satu metode rekam medis
yang diintisarikan dari manajemen proses asuhan kebidanan dengan
sehingga mereka akan mampu menerapkan pendokumentasian pada
saat memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan
15

Prinsip dokumentasi SOAP merupakan singkatan dari :

1. S : Subjektif
 Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data
klien melalui anamnese
 Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari
pasien, suami atau keluarga ( identitas umum, keluhan,
riwayat menarche, riiwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial,
pola hidup.)
 Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu,
dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini
menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan
diagnosa yang akan dibuat.
2. O : Objektif
 Menggambarkan pendokumentasian hasil analaisa dan fisik
klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan
dalam data focus untuk mendukung assessment.
 Tanda gejala objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan
( tanda KU, Fital sign, Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan
dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang.)
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
 Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil
observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil
16

Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan


informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat
dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh
bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa
yang akan ditegakkan.
3. A : Assesment
 Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan
atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan
selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan
sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses
pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering
menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru
cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
 Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi.
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh
klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin
menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah,
intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
BAB 3

ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “I”


PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI PUSKESMAS ROGOTRUNAN LUMAJANG

Tempat : Puskesmas Rogotrunan

Tanggal/waktu : 20 - 7 - 2020

Pengkaji/NIM : Nur Agnie Tjatur Handayanie / 15301.11.19078

Tanggal Masuk : 20 – 7 – 2020


Pukul : 11.00 WIB

3.1 S/Subyektif
Pengkajian data
Nama Istri : Ny. I Nama Suami : Tn. R
Umur : 21 tahun Umur : 22 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Rt 3/ RW.13 Citrodiwangsan Lumajang.

HPHT : 21-10-2020 PP : 28-7-2020


Keluhan :
Ibu mengeluhkan merasa keluar cairan jernih dan berbau amis
dari jalan lahir sejak tgl 19 – 7- 2020 pukul 24.00 WIB dan perut
ibu tidak terasa kenceng-kenceng serta tidak mengeluarkan
lendir darah.

17
18

3.2 O/Obyektif :
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : komposmentis
 TTV : TD: 110/70 mmHg N : 80x/mnt S:370C RR:20x/mnt
 Muka : tampak tidak sianosis, tidak pucat , tidak oedem
 Mata : tampak konjungtiva merah muda
 Abdomen/Palpasi :
LI : TFU setinggi Prosexus hipoideus (29cm), bagian fundus
teraba bulat dan tidak melenting (bokong).

LII: Pada perut ibu sebelah kanan teraba keras (pungung kanan)
dan pada perut ibu sebelah kiri teraba lunak (ektremitas)
LIII : bagian bawah perut ibu terasa keras, dan bisa dilentingkan
(kepala janin) LIV: Konvergen, bagian terbawah janin sudah
masuk PAP

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram

 Auskultasi DJJ : + 140x/mnt


 Pemeriksaan dalam : porsio tebal, pembukaan 1 cm, ketuban
jernih, effecement 20%, presentasi kepala, denominator UUK,
Hodge I tidak ada bagian terkecil janin disamping bagian
terdahulu
 PERKUSI
Reflex patella              : +/+ kiri/kanan
DATA PENUNJANG
Pemeriksaanlaboratorium
Darah                          : HB : 11 gr%              gol.darah         : B
Urine protein               : (-)                             reduksi            : (-)

HIV/Hbsag/Siphilis : (-)
19

3.3 Analisa/Asessment

G1 P000 Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu inpartu kala I fase


laten dengan KPD

3.4 Pelaksanaan :
 Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan e/ agar ibu dan keluarga mengerti
 Menjelaskan tentang keadaan yang dialami ibu yaitu ibu
mengalami ketuban pecah dini
e/ ibu dan keluarga mengetahui tentang hasil pemeriksaan

 Memberikan support mental bagi ibu agar tidak cemas yang


berlebihan e/ mengurangi ketegangan sehingga ibu dapat
menerima proses persalinan
 Menganjurkan ibu untuk istirahat selama dilakukan
observasi

 Menganjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin

e/ kandung kemih yang penuh dapat menghalani penurunan


kepala bayi

 Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi TTV,DJJ,His

e/ ibu mengerti serta mengetahui tentang pemeriksaan yang


dilakukan

 Mendokumentasi kemajuan persalinan

e/ agar dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan klinis


dan rencana asuhan selanjutnya

Tanggal : 20 -7 - 2020
Jam : 15.00 WIB
20

S/Subyektif :
ibu merasa sedikit cemas karena ketubannya sudah pecah dan
perutnya masih belum terasa kenceng – kenceng
O/Obyektif :

 Keadaan Umum : Baik

 Kesadaran : Komposmentis
 TTV: TD : 110/70 mmHg N : 88x/mnt S :37C RR :
22x/mnt

 Auskultasi : DJJ (+) 152 x/mnt


 Pemeriksaan Dalam : Pembukaan 1cm, , effacement 20%,
ketuban (-), presentasi kepala, denominator UUK, Hodge I,
tidak ada bagian terkecil janin disamping bagian terdahulu

A/Analisa :

G1 P000 Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu inpartu kala I fase


laten dengan KPD

P/Pelaksanaan :
 Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
e/ ibu dan keluarga mengerti

 Memberikan ibu dukungan dan motivasi

e/ kecemasan ibu berkurang

 Memberikan KIE kepada keluarga bahwa terdapat penyulit pada


kemajuan persalinan, sehingga perlu dilakukan tindakan rujukan
ke fasilitas kesehatan yang lebih kompeten

e/ suami dan keluarga mengerti dan mau untuk dilakukan rujukan


ke fasilitas kesehatan yang lebih kompeten (dokter spesialis)

 Memberitahu dan menjelaskan tentang inform consent

e/ suami dan keluarga mengerti dan bersedia mengisi serta


21

menandatangani inform consent

 Melakukan persiapan rujukan dengan persiapan


BAKSOKUDA

e/ rujukan sudah disiapkan


BAB 4
PEMBAHASAN
3.1 Kronologis Kasus
3.1.1 Data Subyektif
Pada tanggal 20-7-2020 , jam.11.00 WIB ibu
memeriksakan diri ke Puskesmas Rogotrunan karena Ibu
mengeluh keluar cairan jernih dan berbau amis dari jalan
lahir sejak tgl 19 – 7- 2020 pukul 24.00 WIB dan perut ibu
tidak terasa kenceng-kenceng serta tidak mengeluarkan
lendir darah.

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air


dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum
proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm. (Saifuddin, 2010).

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum


proses persalinan berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina servik (Sarwono, 2016).

Berdasarkan hal diatas maka opini dalam data subyektif


ini adalah saat pasien datang mengeluh keluar cairan jernih
dan berbau amis dari jalan lahir mulas-mulas dan tidak terasa
kenceng – keceng itu sudah menandakan adanya ketuban
yang pecah dulu sebelum terjadinya inpartu pada ibu.
3.1.2 Data Obyektif
Data obyektif pada kasus ini Setelah ada di Puskesmas ibu
dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam untuk bisa

22
23

menegakkan diagnose kebidanan pada ibu tersebut.


Hasinya sebagai berikut : Keadaan umum ibu : Baik,
Kesadaran : komposmentis
TTV : TD: 110/70 mmHg N : 80x/mnt S:37 0C RR:20x/mnt,
pada pemeriksaan abdomen:
LI : TFU setinggi Prosexus hipoideus (29cm), bagian fundus
teraba bulat dan tidak melenting (bokong).
LII: Pada perut ibu sebelah kanan teraba keras (pungung kanan)
dan pada perut ibu sebelah kiri teraba lunak (ektremitas).
LIII : bagian bawah perut ibu terasa keras, dan bisa dilentingkan
(kepala janin).
LIV: Konvergen, bagian terbawah janin sudah masuk PAP,
pengukuran TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram.
pengukuran Auskultasi DJJ : + 140x/mnt.
Pemeriksaan dalam : porsio tebal, pembukaan 1 cm, ketuban (-)
jernih, effecement 20%, presentasi kepala, denominator UUK,
Hodge I tidak ada bagian terkecil janin disamping bagian
terdahulu.
Menurut teori (Sarwono, 2014) Penegakkan diagnosis KPD
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :
1. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya
cairan ketuban di vagina.
2. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik
kaseosa, rambut lanugo dan kadang-kadang bau jika ada
infeksi.
3. Dari pemeriksaan inspekulo (cocor bebek) terlihat keluar
cairan ketuban dari cairan servikalis.
4. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi
biru (basa) bila ketuban sudah pecah.
5. Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG untuk
membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin,
24

berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban.


Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila
leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan
adanya infeksi. Diagnosis Ketuban Pecah Dini prematur
dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari
kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil
sekitar 4,5. Bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1 –
7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina.
Opini berdasarkan data Obyektif untuk menegakkan
diagnosa, bidan belum melakukan pemeriksaan inspekulo
terlebih dahulu untuk melihat keluar cairan ketuban dari cairan
servikalis dan memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium,
vernik kaseosa, rambut lanugo dan infeksi. Namun bidan
langsung melakukan pemeriksaan dalam dan segera melakukan
pemeriksaan fisik
3.1.3 Analisa Data
G1 P000 Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu inpartu kala I
fase laten dengan KPD
Analisa adalah Masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus
berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun
objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka
proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering
menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat
diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan
dengantepat.
Opini bidan pada pasien tersebut bahwa penegakan
diagnosa KPD harus tepat agar dapat memgambil tindakan apa
yang pelu dilakukan pada ibu sehingga bisa mencegah
25

terjadinya komplikasi seminal mungkin.


3.14 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bidan pada ibu adalah :


• Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan ke
ibu dan keluarga
• Menjelaskan tentang keadaan yang dialami ibu yaitu ibu
mengalami ketuban pecah dini
• Memberikan support mental bagi ibu agar tidak cemas
yang berlebihan e/mengurangi ketegangan sehingga ibu
dapat menerima proses persalinan
• Menganjurkan ibu untuk istirahat selama
dilakukan observasi
• Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi TTV,DJJ,Hi
• Mendokumentasi kemajuan persalinan
• Memberikan KIE kepada keluarga bahwa terdapat penyulit
pada kemajuan persalinan, sehingga perlu dilakukan
tindakan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih kompeten
• Memberitahu dan menjelaskan tentang inform consent
• Melakukan persiapan rujukan dengan persiapan
BAKSOKUDA
Teori pada Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut
(Prawirohardjo, 2014) adalah sebagai berikut :
1. Pastikan Diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin.
4. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin.
5. Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar
dari vagina yang kadang disertai tanda-tanda lain dari
persalinan.
6. Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus
26

diperiksa lebih lanjut. Bila terdapat pada persalinan kala


aktif, korioamnitis, gawat janin, persalinan harus diterminasi.
Rencana tindakan yang bisa diberikan:
a. Ukur suhu dan nadi ibu setiap empat jam.
b. Setelah pemantauan janin elektronik, cek DJJ setiap empat
jam ketika sudah di rumah sakit.
c. Hitung sel darah putih dengan hitung jenis setiap hari atau
setiap dua hari.
d. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur.
e. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada
selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his
spontan.
f. Pada usia kehamilan 24 sampai 32 minggu saat berat janin
cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
g. Jika persalinan menuju ke prematur maka dilakukan seksio
sesarea.
h. Pemeriksaan USG untuk mengukur distansia biparietal dan
perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan
pemeriksaan kematangan paru.
Opini dalam melakukan penatalaksanaan sudah tepat
karena pada kasus KPD pada ibu yang sudah aterm perlu
dilakukan observasi dulu dan setelah tidak ada kemajuan
pembukaan maka segera dilakukan rujukan untuk mendapatkan
tindakan sesuai penatalaksanaan KPD yaitu Rujuk di Rumah
Sakit.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini
bergantung pada usia kehamilan , dapat terjadi infeksi maternal maupun
neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, retensio plasneta,meningkatnya insiden seksio sesarea,
atau gagalnya persalinan normal. Ketuban Pecah Dini dapat
menimbulkan kecemasan pada ibu dan keluarganya. Bidan harus
membantu ibu mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Bidan
dalam melakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan SOAP
yang tepat dengan melibatkan kerja sama ibu dan keluarga sehingga
dapat memperkecil terjadinya komplikasi pada ibu dan janin serta
merupakan hal yang penting untuk keselamatan ibu dan bayinya..
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuhan di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) HAFSHAWATY Zainul Hasan Prodi DIV
Kebidanan untuk Praktik Klinik selanjutnya.
5.2.2 Bagi Profesi
Dapat digunakan Bidan sebagai wacana dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu sesuai dengan Asuhan Kebidanan
secara tepat.
5.2.3 Bagi Lahan Penelitian
Sebagai tambahan pengetahuan bahwa masih perlu
ditingkatkan lagi pemahaman dan pengetahuan bagi Tenaga
Kesehatan setempat dengan menggunakan Asuhan Kebidanan
dengan benar.

27
28

5.2.4 Bagi Peserta Praktik


Dapat menambah pengetahuan serta lebih memahami tentang
ASKEB sehingga dapat diterapkan dalam pelayanan di tempat
kerjanya.
5.2.5 Bagi Pasien
Dapat memperoleh pelayanan kebidanan dari tenaga kesehatan
dengan menggunakan ASKEB secara tepat sehingga ibu dan bayi
bisa selamat.
29

DAFTAR PUSTAKA

Kismoyo, C.P., dkk. 2014. Modul 2 Persalinan Normal: Persalinan Bagi


Ibu dan Bayi. Yogyakarta: Aditya Media

Kusuma, C.H. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Diktat Ajar.


Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Manuaba Ida Bagus Prof.Dr.2010.Ilmu Penyakit Kandungan Dan Kb


Buku Kedokteran.Jakarta:EGC

Mochtar, R. 2012. Sinopsis obstetri. Jakarta : EGC.

Prawirahardjo,sarwono.2016.Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Saifudin.2010.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Varney, Hellen,dkk. 20011. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2.


Jakarta: EGC.

https://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.com/2010/12/metode
pendokumentasian-soap.html
30

Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai