Tim Peneliti
Prof. Bens Pardamean, B.Sc., M.Sc., Ph.D.
Reza Rahutomo, S.Kom., M.MSI. Anzaludin Samsinga Perbangsa, S.Kom., M.MSI.
Joko P. Trinugroho, Ph.D. Alam Ahmad Hidayat, S.Si., M.Sc.
Faisal Asadi, S.T., M.Sc. Rudi Nirwantono, S.Si., M.Sc.
Digdo Sudigyo, S.Si., M.Biotech. Asep Aripin, S.Si., M.Farm
Guntur Berlian, S.Si., M.Si Ratna Sari, S.ST.
dr. Roma Dame Uli Pasaribu Amelia Br. Bangun AMd. Gz.
Naomi Manalu Vittoria, S.K.M, M.P.H. Dr. rer. med. dr. M. Ichwan, M.Sc.
dr. Winra Pratita, MKed (Ped), SpA dr. Iman Helmi Effendi, M.ked (OG), SpOG (K).
Prof. Dr. dr. Sarma Nursani Lumban Raja, Sp.OG (K).
1
DAFTAR ISI
Judul i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.3.1. Tujuan Umum 2
1.3.2. Tujuan Khusus 2
1.4 Sasaran dan Manfaat Penelitian 2
1.4.1. Pelayanan Kesehatan 2
1.4.2. Pendidikan 2
1.4.3. Penelitiian dan Pengembangan 2
BAB II TINJUAN PUSTAKA 3
2.1 Stunting 3
2.2 Program Interverensi Pencegahan Stunting di Kabupaten Serdang Bedagai 3
2.2.1. PMT (Pemberian Makanan Tambahan) 4
2.2.2. Penerapan Teknologi Database Dalam Kasus Kelainan Tumbuh Kembang
dan Malnutrisi pada Anak 4
BAB III METODE PENELITIAN 6
3.1 Desain Studi dan Partisipan 6
3.2 Pengukuran 6
3.3 Manajemen Data 7
3.4 Validasi Data 7
3.5 Analisis Data 8
3.6 Etika Penelitian 8
2
BAB IV HASIL PENELITIAN 9
4.1 Hasil Penelitian 9
4.1.1. Gambaran Umum 9
4.1.2. Profil Populasi Partisipan Penelitian 10
4.1.3. Karakteristik Dasar Partisipan Penelitian 13
4.1.4. Karakteristik Partisipan Penelitian Sesudah Observasi 14
4.1.5. Karakter Partisipan Penelitian Sebelum dan Sesudah
Observasi berdasar Program Penanganan 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 16
5.1 Kesimpulan 16
5.2 Saran 16
BAB VI ANGGARAN PENELITIAN 17
BAB VII RENCANA KEGIATAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi stunting Indonesia hingga tahun 2019 berdasarkan hasil dari Survei Status Gizi Balita
Indonesia (SSGBI) menunjukkan angka 27,67% yang dinilai masih tinggi berdasarkan standar World
Health Organization (WHO) yang menargetkan angka prevalensi tidak melebihi 20%. Di tingkat
provinsi, prevalensi stunting relatif tinggi dimana hanya provinsi DKI Jakarta saja yang menunjukkan
angka di bawah 20% (Badan Pusat Statistik, 2019). Di Provinsi Sumatera Utara, angka prevalensi
mencapai 30,11% dimana beberapa kabupaten di provinsi tersebut masuk prioritas untuk intervensi
pencegahan stunting tahun 2021. Menurut survei status gizi Indonesia (SSGI), Serdang Bedagai
merupakan salah satu kabupaten dengan prevalensi balita stunting yang lebih tinggi dibanding
prevalensi nasional pada populasi balita umur 0-59 bulan yaitu sebesar 36,2%.
Salah satu aspek penting yang diperkirakan terkait dengan penanganan stunting yang belum
terselesaikan di Indonesia saat ini adalah tidak tersedianya database yang valid. Selain itu, kurangnya
implementasi teknologi dalam penyimpanan data stunting secara spesifik terutama ditingkat
kabupaten dan desa sangat minim, sehingga pemantauan secara langsung pada tren data prevalensi
balita stunting di tingkat daerah masih terhambat. Sementara itu, kajian sporadis yang belum dilakukan
secara terintegrasi dan berimbas pada buruknya penyajian tren data. Akibatnya, tidak ada intervensi
yang tepat yang dirumuskan dengan baik untuk membalikkan dampak buruk stunting.
Penelitian ini bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan pengumpulan data di dalam sistem manajemen
database menggunakan aplikasi StuntingDB. Pengamatan secara real-time prevalensi stunting yang
dianalisis secara statistik dalam aplikasi ini dilakukan pada anak-anak yang rentan penyakit tersebut di
Sedang Bedagai. Hal ini juga sekaligus mendukung dinas kesehatan di kabupaten dengan pengelolaan
data yang akuntabel dan konsisten. Selain itu, berdasarkan database ini, dinas kesehatan Kabupaten
Serdang Bedagai dapat mengevaluasi program pencegahan stunting, seperti program PMT (Pemberian
Makanan Tambahan) baik lokal maupun nasional.
4
1.1 Perumusan Masalah
a. Bagaimana status gizi balita dan persebarannya di Kabupaten Serdang Bedagai?
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi status stunting pada balita di Kabupaten Serdang
Bedagai?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
Stunting merupakan dampak dari gizi kronis yakni kekurangan gizi pada balita dalam jangka waktu
lama. Masalah gizi ini disebabkan dua jenis faktor: faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Kurangnya asupan makanan serta pengaruh penyakit infeksi termasuk ke dalam faktor langsung.
Sementara itu faktor tidak langsung disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang gizi dari orang
tua balita, kondisi sosioekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga dan sebagainya (Qodrina &
Sinuraya, 2021). Berdasarkan standar antropometri anak dari WHO Child Growth Standards yang
dijadikan rujukan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020, stunting
didefinisikan lewat indikator tinggi badan terhadap umur (TB/U). Dalam perhitungan ini, jika z-score
dari TB/U di bawah dua kali standar deviasi (TB/U < -2*SD) disebut stunted sedangkan jika kurang dari
tiga kali standar deviasi (TB/U < -3*SD) disebut severely stunted. Stunting merupakan dampak dari gizi
kronis yakni kekurangan gizi pada balita dalam jangka waktu lama. Masalah gizi ini disebabkan dua
jenis faktor: faktor langsung dan faktor tidak langsung. Kurangnya asupan makanan serta pengaruh
penyakit infeksi termasuk ke dalam faktor langsung. Sementara itu faktor tidak langsung disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan tentang gizi dari orang tua balita, kondisi sosioekonomi keluarga, jumlah
anggota keluarga dan sebagainya.
Populasi stunting di dunia pada tahun 2019 didominasi oleh populasi Asia yaitu sebanyak 54% dari
prevalensi stunting di Dunia. Selain Asia, kasus stunting pada populasi Afrika berkontribusi 40% dalam
tingginya prevalensi stunting secara global (UNICEF & Others, 2021). Berdasarkan pembagian sub-
regional prevalensi stunting secara global dari WHO tahun 2019, klasifikasi kasus stunting Asia
tenggara dikelompokkan ke dalam kasus stunting tinggi yaitu sebesar 24,7%. Pada populasi Indonesia
tergolong dalam prevalensi stunting tinggi sebesar 27,67 % dan lebih tinggi dibandingkan dengan
prevalensi stunting Asia Tenggara. Sepertiga dari sekitar 9 juta populasi balita di Indonesia mengalami
stunting (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2018; UNICEF & Others, 2021).
Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dari tahun 2007 sampai 2018 terjadi penurunan trend
prevalensi stunting dari 36,8% menjadi 30,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, 2014, 2019). Peringkat prevalensi stunting Indonesia pada tahun 2020
menduduki peringkat 115 dari 151 negara di dunia berdasarkan data JME, UNICEF World Bank. Akan
tetapi berdasarkan klasifikasi WHO, Indonesia masih tergolong dalam kelompok prevalensi stunting
yang tinggi. Selain itu, adanya peningkatan kasus stunting selama awal pandemi pada tahun 2020 di
Asia Tenggara dari 24,7% pada tahun 2019 menjadi 38,5%, juga diprediksi akan adanya peningkatan
prevalensi stunting Indonesia di tahun yang sama (UNICEF & Others, 2021).
Data SSGBI (Studi Status Gizi Balita) pada populasi Indonesia tahun 2019 menunjukkan 18 provinsi
yang menunjukkan prosentase prevalensi stunting yang lebih tinggi dibandingkan rerata prosentase
kasus nasional. Indonesia bagian tengah dan bagian timur mendominasi tingginya angka prevalensi
stunting nasional dengan provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 43,82% sebagai kasus tertinggi.
Sementara di Indonesia bagian barat, provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan
6
menunjukkan prevalensi stunting yang lebih tinggi dibandingkan angka prosentase nasional yaitu
34,18%, 30,11% dan 28,98% secara berurutan (Badan Pusat Statistik, 2019; Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan program pencegahan kasus malnutrisi
atau gizi yang kurang maupun buruk dengan pemberian tambahan makanan berupa biskuit, susu, roti,
telur maupun makanan pendamping ASI yang diberikan secara berkala oleh dinas kesehatan setempat.
Strategi PMT di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu PMT nasional dari program Kementrian Kesehatan
dan PMT lokal sebagai program tambahan atau pendamping nasional yang logistiknya disediakan oleh
pihak swasta dari perusahaan maupun program daerah setempat tanpa keterlibatan pihak swasta
(Dewi et al., 2021)
Pada umumnya, pemberian intervensi PMT dari program Kementrian Kesehatan sebagai program
Nasional dalam bentuk biskuit MT balita yang salah satunya diproduksi oleh PT. Vadco Prosper Mega.
Biskuit MT balita (mengandung energi total 180 kkal, 29 gr karbohidrat total, lemak 6 gr, protein 3 gr,
2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium) berisikan 4 keping/40 gr per bungkus. Penyajian dan
pemberian dilakukan sesuai prosedur dari label kemasan oleh orang tua partisipan sesuai arahan
bersamaan edukasi gizi dari puskesmas ataupun posyandu. Balita usia 1-5 tahun diberikan 12 keping
atau 3 bungkus perharinya selama seminggu dan dilakukan pemantauan status gizi oleh puskesmas
atau posyandu setempat. Masa pemberian PMT program nasional dilakukan selama 90 hari berturut-
turut atau 3 bulan (Hardani & Zuraida, 2019; Kemenkes, 2018). Sementara itu, pemberian PMT lokal
diberikan kepada beberapa puskesmas atau posyandu tertentu yang mengajukan atau diajukan pada
program tambahan selain program wajib nasional. PMT lokal di Kabupaten Serdang Bedagai pada
beberapa kelurahan/desa ada yang memperoleh bantuan logistik dari pihak swasta berupa susu SGM
Eksplor 1 plus (untuk usia 1-3 tahun) serta SGM Eksplor 3 plus (untuk usia 3-5 tahun) produksi PT.
Sarihusada, diberikan kepada balita kelompok gizi kurang. Produk PMT lokal yang diberikan kepada
balita gizi kurang berupa susu formula dalam produk merek dagang SGM Ekslplor dengan berat total
400 gr sebanyak 6 buah untuk 6 bulan (1 kotak/bulan). Penyajian susu formula diberikan oleh orang
tua kepada balita untuk 3 kali sehari sesuai prosedur yang tertera dalam kemasan (3 sendok makan
(35g)) (PT. Sarihusada, 2022a, 2022b).
Fitbumin Vemuno adalah produk suplemen berbahan dasar ikan gabus (Channa striata) yang
diproduksi oleh PT Akar Rimba Nusantara. Di dalam produk yang juga berperisa buah tersebut,
beberapa bahan alam dengan aktivitas imunostimulan seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan
meniran (Phyllanthus niruri) serta madu juga ditambahkan dalam komposisi yang diformulasikan
khusus untuk membantu tumbuh kembang anak melalui pemenuhan protein, vitamin dan mineral.
Adapun khasiat dari kandungan utama dari produk Fitbumin Vemuno di antaranya:
7
Channa striata
Menjaga status nutrisi untuk membantu tumbuh anak, memperbaiki penyerapan protein, kalori dan
mineral, serta membantu proses penyembuhan berbagai penyakit
Meningkatkan nafsu makan serta membantu proses penyembuhan penyakit melalui aktivitas
imunostimulan.
Madu
Membantu proses penyembuhan dan gangguan tidur pada anak, memiliki aktivitas antibakteri,
antiinflamasi, dan antioksidan, serta sumber karbohidrat, folat dan potassium yang tinggi
Sebagai informasi tambahan, produk Fitbumin Vemuno diproduksi dari hasil budidaya mandiri yang
digunakan untuk memastikan kualitas bahan baku yang berkualitas dan terkontrol. Selain itu, produk
tersebut telah mendapatkan sertifikasi aman dikonsumsi dari BPOM dan tersertifikasi Halal dari MUI.
Fitbumin Vemuno juga diformulasikan dengan rasa buah yang dapat memudahkan produk untuk
dikonsumsi oleh anak.
2.2.3 Penerapan Teknologi Database Dalam Kasus Kelainan Tumbuh Kembang dan Malnutrisi
pada Anak
Pemanfaatan database sudah banyak dimanfaatkan dalam merekam dan menyimpan berbagai jumlah
data yang besar dengan sebuah sistem informasi yang terintegrasikan kedalam teknologi terbarukan.
Pembuatan database saat ini sangat dibutuhkan untuk membangun sebuah lingkungan big data untuk
menganalisis dan melihat pola tren suatu masalah diberbagai aspek pembangunan, salah satunya
kesehatan. Di bidang kesehatan sendiri, dibutuhkan sistem pencatatan data yang masif dan mudah
ditelusuri karena informasi tersebut bersifat dinamis dan kompleks, tak terkecuali masalah stunting di
Indonesia.
Pembangunan database untuk mengatasi masalah tumbuh kembang anak dan malnutrisi telah
dilakukan di berbagai negara. Pada tahun 1986, WHO berinisiatif untuk mengumpulkan, membakukan,
dan menyebarluaskan data tumbuh kembang anak dan gizi buruk menggunakan format standar global
(De Onis et al., 1997; De Onis & Blössner, 2003). Selama bertahun-tahun, organisasi ini telah
memperbarui database global tentang Pertumbuhan Anak dan Gizi Buruk ke versi yang paling
terjangkau dari sisi konten atau teknologi. Di Uganda, Charles dan Yoshida mengembangkan platform
pemantauan pertumbuhan anak (Charles & Yoshida, 2016). Untuk memungkinkan jangkauan yang
lebih luas karena sebagian besar masyarakat lokal tidak memiliki smartphone, platform berbasis web
browser baru dibangun. Ini juga mencakup diskusi online, pelaporan diri melalui SMS, dan milis.
Secara terpisah, Rwanda memulai implementasi RapidSMS untuk memantau kesehatan ibu hamil dan
anaknya. Platform ini berhasil mengedukasi masyarakat untuk berinteraksi lebih intens dengan
beberapa layanan kesehatan melalui SMS blast (Ruton et al., 2018). Di India, Ramani membangun ide-
ide model baru yang menekankan pada pengumpulan data dan pengelolaan pertumbuhan dan
8
kemungkinan malnutrisi pada anak-anak yang terkena dampak. Sebagai negara besar dengan
keragaman geografis yang menantang, Ramani menyoroti kategorisasi regional sebagai kegiatan
sebelumnya. Kategorisasi tersebut dapat mendukung keputusan pejabat daerah untuk menerapkan
protokol pemantauan di beberapa daerah dengan kondisi yang buruk (Ramani, 2018).
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Pengukuran
Pengukuran antropometri terhadap balita akan dilakukan oleh pihak bidan desa dari
masing-masing puskesmas atau posyandu dan diawasi oleh perwakilan perangkat desa di
20 puskesmas pada setiap kecamatan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Pengukuran dilakukan setiap bulannya selama 6 bulan. Setiap pengukuran dilakukan oleh
2 orang bidan. Parameter yang akan diukur adalah tinggi atau panjang dan berat badan.
Panjang badan (untuk anak usia di bawah 2 tahun) diukur dengan menggunakan
infantometer, sedangkan tinggi badan (untuk anak usia di atas 2 tahun) diukur dengan
menggunakan microtoise atau pita meter. Selain itu, berat badan diukur dengan
menggunakan dacin (untuk anak usia di bawah 2 tahun) ataupun timbangan injak (untuk
anak usia di atas 2 tahun). Pengukuran balita dilakukan dengan pakaian minim dan tanpa
menggunakan popok. Metode pengukuran secara jelas dan lengkap dijelaskan dalam
protokol prosedur operasional standar penimbangan pada lampiran 1 dan 2.
10
3.3 Manajemen data
Dalam penelitian ini, manajemen data dilakukan menggunakan sistem database
StuntingDB untuk mengelola profil dan pengukuran balita stunting. StuntingDB beroperasi
di bawah naungan dan pengelolaan oleh Bioinformatics and Data Science Research Center
Universitas Bina Nusantara. StuntingDB dapat diakses dengan membuka web browser
pada perangkat komputer, tablet, ataupun smartphone. Terdapat tiga kategori pengguna
StuntingDB, diantaranya petugas administrasi dari Dinas Kesehatan Serdang Bedagai,
perwakilan puskesmas di Kabupaten Serdang Bedagai, dan bidan atau petugas anak pada
masing-masing puskesmas. Petugas administrasi dari Dinas Kesehatan dikategorikan
sebagai pengguna kategori I dan bertugas untuk mendaftarkan puskesmas untuk
berpartisipasi dalam penggunaan StuntingDB, selanjutnya disebut sebagai pengguna
kategori II, setiap perwakilan puskesmas mendaftarkan bidan atau petugas anak untuk
berpartisipasi dalam penggunaan StuntingDB, dan selanjutnya disebut sebagai pengguna
kategori III, setiap pengguna kategori III mendaftarkan balita stunting serta mengelola
untuk memasukkan data tentang pertumbuhan balita setiap bulannya.
Tujuan dari penggunaan StuntingDB dapat dilihat dari sisi perangkat dinas kesehatan
dan partisipan. Adapun manfaat bagi jajaran dinas kesehatan, stuntingDB berguna untuk
memperjelas keterlibatan antar perangkat kerja dan memudahkan aktivitas pencatatan
pengukuran dari balita. Penggunaan aplikasi untuk partisipan dapat dijalankan pencatatan
profil dan pengukuran balita dapat dilakukan secara sistematis agar mempermudah dalam
menganalisis serta mengurangi tingkat human error. Hak akses data tertinggi terdapat pada
tingkat admin dinas kesehatan dimana dapat mengakses pendataan puskesmas, bidan, dan
partisipan yang terdaftar pada StuntingDB. Di sisi lain, partisipan atau dalam hal ini balita
stunting adalah tanggungjawab langsung untuk bidan dalam hal pencatatan profil dan
pengukuran. Penggunaan StuntingDB diakhiri dengan ekstraksi data akhir dan melakukan
analisa data untuk intervensi keberhasilan dari penelitian ini.
11
3.5 Analisis data
Untuk menguji asosiasi variabel pertumbuhan balita kontinu digunakan analisis regresi
linear multivariate dimana variabel umur, jenis kelamin, dan lokasi puskesmas menjadi
confounding dalam model (semua data variabel terlampir dalam kuesioner di lampiran 5).
Regresi logistik multivariate juga digunakan untuk menguji perbedaan kejadian stunting
(stunting dan tidak stunting) dengan menggunakan variabel-variabel nutrisi dan non-nutrisi
yang telah dikumpulkan. Dalam semua analisis statistik, level signifikansi yang digunakan
5% (p-value < 0,05) dan interval kepercayaan (Confidence Interval) 95%. Semua analisis
data akan dilakukan lewat bahasa pemrograman Python.
12
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum
Gambar 1 menjelaskan tentang penyaringan partisipan penelitian. Secara keseluruhan,
terdapat 486 data balita yang terdaftar pada StuntingDB. Validasi tahap I dilakukan untuk
menghilangkan data berganda dan data dengan kesalahan pengisian. Validasi tahap II
dilakukan untuk memperketat kriteria eksklusi sesuai harapan studi kohort, sehingga
menghasilkan partisipan penelitian sebanyak 219 balita.
13
4.1.2 Profil Populasi Partisipan Penelitian
Tabel 1 menuliskan demografi umum dari partisipan penelitian hasil dari validasi tahap
I. Berdasarkan data yang terkumpul dari partisipasi 20 puskesmas, rata-rata umur balita
adalah 35 bulan (SD 14,60) dan secara keseluruhan jumlah balita perempuan lebih
mendominasi (n=255) dibanding balita laki-laki (n=228).
Umur Rata-Rata (SD) [Bulan] 35,25 (14,60)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 228
Perempuan 255
Puskesmas 20
Tabel 1. Demografi Umum
15
Kemudian, dilakukan distribusi jumlah balita dengan status stunting dan non-stunting
berdasarkan asal puskesmas, yang ditampilkan pada Tabel 3. Secara umum, setiap
puskesmas memiliki balita dengan status Stunting, dengan jumlah paling banyak terdapat
pada puskesmas Dolok Masihul (n=113), sedangkan jumlah paling sedikit terdapat pada
puskesmas Pangkalan Budiman (n=4). Total balita Stunting yang terdaftar adalah 373
balita. Sementara itu, terdapat 105 balita dengan status non-stunting dan 5 partisipan non-
balita.
Puskesmas Stunting Non-Stunting Non-Balita Total
Perbaungan 19 0 1 20
Tebing Syahbandar 10 11 0 21
Silinda 20 17 1 38
Pantai Cermin 19 4 0 23
Dolok Merawan 7 4 0 11
Dolok Masihul 113 39 1 153
Tanjung Beringin 34 1 0 35
Paya Lombang 15 2 0 17
Bintang Bayu 18 1 0 19
Pegajahan 11 4 0 15
Sipispis 5 2 0 7
Kuala Bali 12 1 0 13
Bandar Khalipah 5 6 0 11
Sialang Buah 5 2 2 9
Naga Kesiangan 5 1 0 6
Sei Rampah 25 3 0 28
Kotarih 14 3 0 17
Melati 6 2 0 8
Desa Pon 26 2 0 28
Pangkalan Budiman 4 0 0 4
Total 373 105 5 483
Tabel 3. Distribusi Jumlah Status Balita berdasarkan Puskesmas
16
Dalam berkeluarga, kebanyakan ibu partisipan memiliki 2 anak kandung (36,6%) dan
anak yang menjadi partisipan adalah anak ke-2 (35,7%). Dalam kehamilan, para ibu
kebanyakan memeriksa kehamilan hingga 4-6 kali (57,6%), melahirkan secara normal
dengan bantuan dokter/bidan (78,6%), dan menyusui kurang dari 6 bulan (41,6%). Dalam
ruang lingkup kesehatan, para ibu kebanyakan tidak mengalami diabetes (98,0%), 4-6 kali
mengkonsumsi suplemen terutama dalam masa kehamilan (57,3%), khususnya Zat Besi
(73,3%).
Karakteristik Populasi Pendukung
Intensitas anak dibawa ke Posyandu Jarang/4-6 kali (62,9%)
Hal yang membuat anak tidak dibawa ke Sibuk dengan aktivitas lain (72,5%)
Posyandu
Suplemen tambahan yang diberikan Makanan/minuman berbahan dasar
kepada anak susu (37,6%)
Karakteristik Populasi Ayah Balita
Suku Jawa (64,8%)
Pendidikan terakhir SMA/sederajat (45,6%)
Pekerjaan Wiraswasta (41,9%)
Status Ekonomi Pra-Sejahtera (82,9%)
Karakteristik Populasi Ibu Balita
Suku Jawa (65,3%)
Pendidikan terakhir SMA/sederajat (46,4%)
Pekerjaan Lain-lain (86,1%)
Jumlah anak kandung 2 Anak (36,6%)
Kehamilan yang menjadi partisipan studi Ke-2 (35,7%)
ini
Intensitas memerika kehamilan Jarang/4-6 kali (57,6%)
Implementasi menyusui Kurang dari 6 bulan (41,6%)
Cara melahirkan anak partisipan studi ini Normal dibantu dokter/bidan (78,6%)
Diabetes Tidak (98,0%)
Suplemen yang dikonsumsi Ibu dalam Jarang/4-6 kali (57,3%)
masa kehamilan
Tipe Suplemen yang dikonsumsi Ibu Zat Besi (73,3%)
dalam masa kehamilan
Tabel 4. Karakteristik Pendukung Partisipan Penelitian
Salah satu kriteria inklusi dalam pembentukan dataset penelitian adalah jumlah
pengukuran yang dimasukkan ke dalam StuntingDB. Tabel 5 menjabarkan jumlah balita
yang telah diukur sebanyak 1 sampai n kali sepanjang periode observasi. Penjabaran jumlah
balita dibagi kedalam beberapa jumlah pengukuran, dimulai dari 1 hingga 6+ yang berarti
lebih dari sama dengan 6. Secara garis besar, 17 puskesmas telah memasukkan pengukuran
sebanyak lebih dari/sama dengan 6 kali. Di sisi lain, terjadi berhentinya pengukuran balita
setelah pengukuran pertama dan kedua pada puskesmas Melati, Desa Pon, Pangkalan
Budiman.
17
18
Jumlah Pengukuran
Puskesmas Total
1 2 3 4 5 6+
Perbaungan 1 0 0 0 0 19 20
Tebing Syahbandar 2 1 1 0 0 17 21
Silinda 0 13 6 2 5 12 38
Pantai Cermin 0 0 0 0 1 22 23
Dolok Merawan 4 0 1 2 0 4 11
Dolok Masihul 45 1 2 0 2 103 153
Tanjung Beringin 1 2 3 13 4 12 35
Paya Lombang 0 0 0 0 1 16 17
Bintang Bayu 0 0 0 0 1 18 19
Pegajahan 6 0 1 1 1 6 15
Sipispis 0 0 0 1 2 4 7
Kuala Bali 0 0 0 1 2 10 13
Bandar Khalipah 0 0 0 1 1 9 11
Sialang Buah 0 0 0 0 0 9 9
Naga Kesiangan 1 0 0 0 0 5 6
Sei Rampah 1 4 6 12 2 3 28
Kotarih 1 1 1 1 0 13 17
Melati 4 4 0 0 0 0 8
Desa Pon 28 0 0 0 0 0 28
Pangkalan Budiman 4 0 0 0 0 0 6
Total 98 26 21 34 22 288 483
Tabel 5. Distribusi Jumlah Pengukuran Tinggi Badan Balita berdasarkan Puskesmas
19
Umur Rata-Rata (SD) [Bulan] 29,66 (11,88)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 107
Perempuan 112
Tinggi Badan Rata-Rata (SD) [cm] 79,06 (8,38)
Berat Badan Rata-Rata (SD) [kg] 9,50 (2,23)
Intensitas Deman Rata-Rata (SD) 3,42 (8,48)
Intensitas Nafsu Makan Rata-Rata (SD) 2,71 (1,45)
Intensitas Diare Rata-Rata (SD) 1,14(1,14)
Program Penanganan
Fitbumin 166
PMT 14
Kombinasi 39
Tabel 6. Karakteristik Dasar Partisipan Penelitian
Dijelaskan pada tabel 7, terjadi penurunan angka balita stunting pada partisipan
penelitian. Keseluruhan partisipan (n=219) yang berstatus ‘stunting’ berkurang menjadi
134. Dengan kata lain, 38% atau 85 partisipan diantaranya berganti status menjadi ‘non-
stunting’.
20
Puskesmas Stunting Non-Stunting Total
Perbaungan 12 4 16
Tebing Syahbandar 4 2 6
Silinda 4 2 6
Pantai Cermin 10 8 18
Dolok Merawan 2 1 3
Dolok Masihul 44 48 92
Tanjung Beringin 6 2 8
Paya Lombang 7 7 14
Bintang Bayu 16 1 17
Pegajahan 4 1 5
Sipispis 1 1 2
Kuala Bali 7 2 9
Bandar Khalipah 4 0 4
Sialang Buah 5 0 5
Naga Kesiangan 3 2 5
Sei Rampah 2 1 3
Kotarih 3 3 6
Total 134 85 219
Tabel 9. Distribusi Jumlah Balita Setelah Observasi
Program Penanganan
Penambahan Fitbumin PMT Kombinasi
(n=166) (n=14) (n=38)
Tinggi Badan (SD) [cm] 8,45 (5,26) 6,21 (4,74) 7,30 (4,90)
Berat Badan (SD) [kg] 2,80 (2,14) 1,94 (1,08) 2,28 (1,29)
Tabel 10. Karakteristik Partisipan Penelitian Sebelum dan Sesudah Observasi berdasarkan Program
Penanganan
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Upaya menurunkan prevalensi stuntingtelah dilakukan oleh pemerintah Serdang
Bedagai melalui pemberian suplemen tinggi protein dan kandungan imunostimulan
berbasis ikan gabus, pemberian PMT, ataupun kombinasi keduanya. Proses pencatatan,
penyimpanan, dan akses data untuk analisa pengaruh program/intervensi terhadap tumbuh
kembang balita stunting dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi SuntingDB.
Berdasarkan data yang diinput ke dalam aplikasi stuntingDB, jumlah balita stunting di
Serdang Bedagai berjumlah 483 balita yang tersebar ke dalam 20 Puskesmas di tingkat
Kecamatan. Akan tetapi, jumlah balita yang dapat dianalisa berjumlah 219 dari 17
puskesmas (karena ,…….. kriteria inklusi-ekslusi?). Setelah observasi selama enam bulan
dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan kelompok balita yang mendapatkan
penanganan stunting meningkat secara signifikan baik berdasarkan pengukuran berat
ataupun tinggi badan.
5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melakukan analisa perbedaan pengaruh
masing-masing suplemen terhadap tumbuh kembang balita stunting. Dari penelitian ini,
sebanyak hampir 50% data balita tidak dapat diikutsertakan di dalam analisa karena
rendahnya kualitas data yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan pencatatan
maupun data input ke dalam StuntingDB. Oleh karena itu, diperlukan komitmen bagi
pengguna kategori III untuk mendaftarkan profil dan pengukuran balita secara lengkap dan
benar. Penelitian lebih lanjut membutuhkan jumlah proposi data yang seimbang untuk
menjamin tingkat akurasi yang tinggi pada analisa pengaruh perbedaan jenis suplemen
terhadap tumbuh kembang balita stunting.
22
23