Skripsi-Sahara Nurlakcmi
Skripsi-Sahara Nurlakcmi
SAHARA N
0101180042
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA 2022
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Stunting
BAB I B. Alur Pikir Penelitian
BAB III
PENDAHULUAN METODOLOGI
A. Latar Belakang
B. Rumusan PENELITIAN
Masalah A. Desain Penelitian
C. Tujuan B. Tahapan dan
D. Manfaat Teknik Penelitian
BAB VI BAB IV
SIMPULAN DAN HASIL
SARAN BAB V PENELITIAN
A. Simpulan PEMBAHASAN
B. Saran
A. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Stunting
B. Hubungan Peran Orang Tua dengan Kejadian
Stunting
PENDAHULUAN
Pada tahun 2017 sebanyak 22,2% atau sekitar
A 24,1%
150,8 juta balita di dunia mengalami stunting
30,8%
B
Rumusan
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana hubungan pola makan dan peran
orang tua dengan kejadian stunting pada balita
Masalah di Indonesia?
C
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pola makan dan peran orang tua dengan
kejadian stunting pada balita di Indonesia
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini akan berkontribusi terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan kesehatan masyarakat dalam bidang gizi yang berkaitan
dengan kejadian stunting.
D
2. Manfaat Praktis Manfaat
a. Bagi Masyarakat
Penelitian Literature review ini diharapkan dapat menjadi informasi 1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
kesehatan dan pengetahuan pada masyarakat mengenai hubungan
a. Bagi Masyarakat
pola makan dan peran orang tua dengan kejadian stunting pada b. Bagi Pemegang
balita di Indonesia, sehingga ibu melakukan upaya pencegahan Program
stunting pada balita. Kesehatan
b. Bagi Pemegang Program Kesehatan c. Bagi
Dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam penyusunan program Institusi
perencanaan kegiatan pencegahan stunting.
c. Bagi Institusi
Bagi STIKes Respati hasil penelitian ini sebagai wujud pelaksanaan Tri
Dharma perguruan tinggi melalui kegiatan tugas akhir mahasiswa
dan menambah pustaka bacaan khususnya dalam bidang ilmu gizi
kesehatan masyarakat.
Definisi
Stunting
BAB II
TINJAUAN “Stunting adalah suatu keadaan pertumbuhan yang gagal terhadap anak
berumur kurang dari lima tahun karena gizi kronis yang tidak cukup dan
PUSTAKA terjadinya infeksi yang sering terjadi terutama sekali dalam waktu 1.000
Hari Pertama Kehidupan, yaitu mulai dari sebuah bakal bayi/janin ke
umur dua puluh tiga bulan anak. Stunting (kerdil) merupakan gangguan
tumbuh di anak-anak antara umur, tinggi badan, dan berat badan tidak
seimbang.
—TNP2K, 2018
“Dampak
1 Stunting”
Dampak Jangka Pendek
2 Dampak Jangka Panjang
Tempat Penelitian
1 Artikel dengan tempat penelitian
Subjek Penelitian Ibu yang memiliki balita di
Indonesia
e. Kemudian peneliti mengelompokkan artikel yang sesuai untuk menarik kesimpulan (criticize) berdasarkan artikel yang dibaca.
Dipilih dan dibaca metode yang sesuai dengan kriteria inklusi (bukan
literature review, jenis penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan case
control, dan cross sectional serta sasaran penelitian Ibu yang memiliki Balita)
(n=14 )
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa dari 14 artikel yang akan direview, terdapat:
5 buah artikel yang menyatakan terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian stunting pada balita
1 buah artikel yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian stunting pada balita
5 buah artikel yang menyatakan terdapat hubungan antara peran orang tua dengan kejadian stunting pada balita
3 buah artikel yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara peran orang tua dengan kejadian stunting pada balita
BAB V PEMBAHASAN
A Pola makan pada balita sangat berperan dalam proses pertumbuhan pada balita, karena
dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi bagian yang sangat penting dalam
Hubungan
pertumbuhan berkaitan dengan kesehatan dan kecerdasan. Jika pola makan pada balita tidak
Pola
tercapai dengan baik, maka pertumbuhan balita juga akan terganggu, tubuh kurus, gizi buruk
Makan
dan bahkan bisa terjadi balita stunting, sehingga pola makan yang baik juga perlu
dengan
dikembangkan untuk menghindari zat gizi kurang.
Kejadian
Stunting Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni’matul Lailiyah, dkk (2021)
yang menyatakan bahwa faktor pola makan merupakan faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita dengan (p=0.013). Penelitian lain juga yang
dilakukan oleh Farras Hanin Lubna Widanti, dkk (2019) menyatakan bahwa b a l i t a yang
memiliki pola makan kurang tentang gizi berisiko 9,5 kali lebih besar akan berisiko
mengalami stunting.
Diketahui bahwa hubungan pola makan pada anak usia balita dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Baki
(p value 0,192). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2018) menunjukkan tidak adanya hubungan
yang bermakna antara pola makan pada anak dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan (p value 0,861).
6 responden balita stunting (18,8%) di Desa Ngrombo mengalami pola makan tepat. Sedangkan balita stunting yang
mengalami pola makan tidak tepat sebanyak 26 responden (81,3%).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatonah (2020) yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Leuwigajah Cimahi Selatan sebagian orang tua memiliki pola pemberian makan kategori kurang baik sebesar 63,9% dan
pola pemberian makan kategori baik sebesar 29,4%.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Wahyu (2018) yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin
Padang bahwa pola pemberian makan sebagian besar pada kategori baik sebesar 58,4% sedangkan pada kategori kurang
sebesar 41,6%.
Peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan gizi pada balita dengan
memperhatikan frekuensi kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi balita. Dapat
D
dikatakan bahwa jika peran orang tua baik, maka pola makan anak akan terpantau dengan
Hubungan
baik serta persepsi tentang kesehatan terutama untuk pola makan pun menjadi baik pula.
Peran
Orang Tua
Sejalan dengan penelitian Tasnim dan Dian Muslimin (2022) peran orang tua
dengan
berhubungan dengan kejadian stunting di Kabupaten Poso dengan OR=0,1 artinya orang
tua yang memiliki peran kurang baik berisiko untuk menderita stunting sebesar 0,1
Kejadian
dibandingkan dengan orang tua yang memiliki peran yang baik.
Stunting
Peran orang tua menjadi masalah besar di wilayah kerja Puskesmas Reubee dimana proporsi para ibu yang tidak
memberikan peran baik lebih besar pada kelompok kasus yaitu 71,1% dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 55,6%,
sedangkan para ibu yang memberikan peran baik lebih besar pada kelompok kontrol yaitu 44,4% dibandingkan dengan
kelompok kasus yaitu sebesar 28,9%.
Hasil perhitungan diperoleh Odds Ratio 0,50 (95% CI; 0,21-1,21). Ini menunjukkan bahwa peran orang tua tidak baik berisiko
0,50 kali terhadap Kejadian stunting dibandingkan dengan balita yang mendapat peran baik pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Reubee kabupaten Pidie Tahun 2018. Tidak ada hubungan peran orang tua dengan kejadian stunting pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Reubee kabupaten Pidie tahun 2018 dengan p-value (0,189) dan OR (0,508).
1. Dari 14 artikel dilakukan literature review dengan hasil
variabel pola makan anak balita dengan kejadian stunting.
Didapatkan 6 artikel tersebut, 5 artikel yang menunjukkan