Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENELITIAN

IDENTIFIKASI KANDUNGAN STEROID DAN ALKALOID


PADA DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA)
SEBAGAI PELANCAR ASI

DISUSUN OLEH

Ketua : Yopi Suryatim Pratiwi (0829088901)


Anggota : Sri Handayani (0831128608)
Mahasiswa : Devieta Widya Cahyani (006STCBID20)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
TAHUN 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

1. Data Dosen/ Pengusul (Ketua)


- Nama Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb.
- NIDN 08290889901
- Jabatan Fungsional/Golongan Asisten Ahli/IIIB
- No HP/Email 0877-6223-0232/yopisuryatimpratiwi@gmail.com
2. Data Dosen/ Pengusul (Anggota)
- Nama Sri Handayani, M.Keb.
- NIDN 0831128608
- Jabatan Fungsional/Golongan Asisten Ahli/IIIa
- No HP/Email 0878-8827-4101
3. Data Mahasiswa
Nama Devieta Widya Cahyani
NIM 006STCBID20
4. Bidang Keahlian Kebidanan
5. Program Studi Program Sarjana
6. Judul Penelitian Identifikasi kandungan steroid dan alkaloid pada
daun kelor (Moringa Oleifera) sebagai pelancar
ASI
7 Jangka Waktu Penelitian 2 Bulan
8. Jenis Penelitian Kuantitatif
9. Tahun Penelitian 2022
10. Jumlah Usulan Dana Penelitian 3.000.000
11. Sumber Dana STIKES Yarsi Mataram
Mataram, 7 Maret 2022
Ketua Peneliti Mengetahui
Ketua LPPM

Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb. Dr. Agus Supinganto, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0829088901 NIDN. 0807087101

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian semester genap
tahun 2022 yang berjudul “Identifikasi kandungan steroid dan alkaloid pada daun kelor (Moringa
Oleifera) sebagai pelancar ASI”
Dalam penyusunan Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati kami mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga.
Kami menyadari bahwa Laporan ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata kami
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan ridho dari
Allah SWT. Amin.

Mataram, 03 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ………………………………………………………………... iii
RINGKASAN………………………………………………………………... iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………........... 1
B. Tujuan ……………………………………………………......................... 3
C. Urgensi Penelitian ……………………………………………………...... 3
D. Luaran 3
BAB II Tianjauan Pustaka ………………………………………………... 4
A. Air Susu Ibu (ASI)…………………………………………. 4
B. Daun kelor (Moringa Oleifera) …………………………………. 5
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………... 9
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN…………………………. 14
A. Biaya …………………………………………………………………….. 14
B. Jadwal Penelitian ………………………………………………………... 14
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 15
BAB VI PENUTUP…………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel. 4.1. Biaya Penelitian ……………………………………………… 14


Tabel 4.2. Jadwal Penelitian ……………………………………………… 14
Tabel.5.1 Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Alkaloid danSteroid Daun 15
Kelor

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Daun Kelor……………………………………………………... 8


Gambar 2.2. Daun Kelor……………………………………………………... 9

viii
v
RINGKASAN

Angka kematian merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting dan mencerminkan
derajat kesehatan di suatu wilayah. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia periode 2007–
2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19 per
1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 40 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka kematian bayi di Indonesia sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi, yaitu
sebesar 53%. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian
bayi. Pemberian ASI secara optimal dapat mencegah 1,4 juta kematian di seluruh dunia pada
Balita setiap tahun dan mengurangi kematian karena infeksi pernapasan akut dan diare 50–95%.
Menyusui suboptimal menyebabkan 45% kematian neonatal karena infeksi menular, 30%
kematian karena diare, dan 18% kematian karena gangguan pernapasan akut pada anak di bawah
usia lima tahun di negara berkembang. Produksi air susu yang optimal memiliki dampak
langsung pada pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan neonatal. Produksi ASI yang rendah
merupakan alasan tersering ibu untuk berhenti menyusui.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan penggunaan bahan alami
untuk pengobatan tradisional sebagai upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), dan pengobatan (kuratif). Pemanfaatan bahan alami dinilai lebih aman
dibandingkan obat kimia dan memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit jika
penggunaannya secara tepat. Peningkatan produksi ASI salah satunya dapat dilakukan
dengan pemberian galaktogogue. Umumnya masyarakat Indonesia, yaitu 71,8%
menggunakan sayuran/tanaman untuk meningkatkan produksi ASI dibandingkan dengan
menggunakan obat. Di Indonesia terdapat banyak tanaman/sayuran yang dipercaya dapat
meningkatkan produksi ASI atau berfungsi sebagai galaktogogue, dimana salah satunya yaitu
daun kelor.

Kata kunci: ASI, Daun Kelor

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting dan
mencerminkan derajat kesehatan di suatu wilayah. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia tahun 2017 masih tinggi yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian
Kesehatan RI, 2017b). Komitmen global dalam Sustainable Development Goals (SDGs) pada
tujuan ke-4 menetapkan target terkait kematian AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup
(BPPN, 2011). Angka kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh faktor nutrisi, yaitu
sebesar 53%. Beberapa penyakit yang timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%),
diare (15%), dan perinatal (23%) (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif mampu menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi (Biks et al., 2015; Lenja et al., 2016). Pemberian ASI secara optimal dapat
mencegah 1,4 juta kematian di seluruh dunia pada Balita setiap tahun dan mengurangi
kematian karena infeksi pernapasan akut dan diare 50–95% (Horta BL, 2013). Menyusui
suboptimal menyebabkan 45% kematian neonatal karena infeksi menular, 30% kematian
karena diare, dan 18% kematian karena gangguan pernapasan akut pada anak di bawah usia
lima tahun di negara berkembang (Mekuria & Edris, 2015). Presentase bayi yang mendapat
ASI eksklusif sampai usia 6 bulan yaitu sebesar 29,5% dan bayi yang mendapat ASI usia 0-5
bulan sebesar 54% (Kementerian Kesehatan RI, 2017a). Cakupan pemberian ASI eksklusif di
Provinsi NTB diatas target nasional, yaitu sebesar 82,68%. Cakupan ASI terendah di NTB
adalah Kota Mataram sebesar 70,30% (Dikes Provinsi NTB, 2018).
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik untuk neonatus, yang alami dan
mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
bayi, terutama sampai usia 6 bulan. Namun, produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan
keluhan umum yang diutarakan oleh ibu, terutama pada minggu pertama nifas (Asnidawati &
Ramdhan, 2021; Margareth ZH, 2016). Penelitian Zakaria (2016) melaporkan bahwa 38%
ibu menyusui menghentikan pemberian ASI dengan alasan bahwa produksi ASI terputus atau
kurangnya produksi ASI (Zakaria et al., 2016). Survei pendahuluan yang dilakukan oleh
Indrayani (2015) pada 39 responden dari 16 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa

1
17,9% responden menyatakan ASI belum keluar pada minggu pertama masa menyusui,
33,3% menyatakan jumlah ASI sedikit, dan 2,6% menyatakan ASI tidak keluar sama sekali
selama masa menyusui. Sebagian besar (69,23%) ibu yang mengeluh jumlah ASI kurang
adalah wanita primipara (Indrayani D, Gustirini R, 2015).
Di Indonesia terdapat banyak tanaman/sayuran yang dipercaya dapat meningkatkan
produksi ASI atau berfungsi sebagai galaktogogue, diantaranya adas, daun kelor, daun
katuk, buah pepaya muda, klabet, adas manis, torbangun, beluntas, lempuyang,
bayam, dan daun singkong (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010; Wulandari ET, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2021) menjelaskan bahwa tanaman yang paling
banyak di gunakan sebagai pelancar ASI yaitu daun katuk (50,4%), daun kelor 38,2%), daun
turi (8,9%), dan bayam (2,4%) (Handayani et al., 2021). Sebagian besar dari bahan-bahan
ini belum dievaluasi secara ilmiah tetapi secara tradisional aman dan efektif
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).
World Health Organization (WHO) juga telah merekomendasikan penggunaan bahan
alami untuk pengobatan tradisional sebagai upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), dan pengobatan (kuratif). Pemanfaatan bahan alami
dinilai lebih aman dibandingkan obat kimia dan memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit jika penggunaannya secara tepat (World Health Organization, 2019).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Identifikasi kandungan alkaloid dan steroid pada daun kelor (Moringa Oleifera) sebagai
pelancar ASI ”.

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan steroid dan alkaloid pada daun kelor
(Moringa Oleifera) sebagai pelancar ASI.

C. Urgensi Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui kandungan steroid dan alkaloid pada daun
kelor (Moringa Oleifera) sebagai pelancar ASI dengan harapan ASI kurang.

2
D. Luaran
Hasil penelitian ini akan dipublikasi dijurnal terindeks sinta 4, yaitu di Jurnal Malahayati
Lampung.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)


1. Pengertian
ASI adalah makanan alami, dapat diperbaharui, berfungsi sebagai sumber gizi
lengkap bagi bayi selama enam bulan pertama kehidupan. ASI adalah makanan terbaik
bayi dan memiliki keseimbangan nutrisi yang tepat, tersedia secara biologis, mudah
dicerna, melindungi baik ibu dan anak dari penyakit, dan memiliki sifat anti-inflamasi
(Mekuria & Edris, 2015). ASI merupakan cairan komplek yang terdiri dari berbagai
komponen kimia dan seluler (Schanler RJ, 2014). ASI adalah satu jenis makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi, baik fisik, psikologi, sosial, dan spiritual
(Rondonuwu V, Loho M, n.d.)
2. Tahap Pembentukan ASI
Air Susu Ibu (ASI) dibentuk secara bertahap sesuai keadaan dan kebutuhan bayi baru
lahir, serta baru saja terbebas dari kehidupan yang bergantung pada tali pusar. Berikut ini
adalah tahapan-tahapan pembentukan ASI:(Riksani, 2012)
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada beberapa hari pertama kelahiran,
biasanya berwarna kuning kental. Air susu ini sangta kaya protein dan zat kekebalan
tubuh atau imonogobulin (IgG, IgA, dan IgM), mengandung lebih sedikit lemak dan
karbohidrat. Kolostrum berperan melapisi dinding usus bayi dan melindungi dari
bakteri. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal yang berperan mengeluarkan zat
yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir serta mempersiapkan saluran pencernaan
untuk bisa menerima makanan bayi berikutnya.
b. Susu transisi
Susu transisi yaitu ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-10 setelah
kelahiran. Setelah masa adaptasi dengan perlingdungan kolostrum, payudara akan
nenghasilkan susu permulaan atau transisi yang lebih bening dan jumlahnya lebih
banyak. Kadar immunoglobulin dan proteinnya menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.

4
c. Susu Matur atau Matang
Susu matur atau matang yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-10 pasca
persalinan. Komposisinya stabil dan tidak berubah. Jika bayi lahir prematur atau
kurang bulan, ASI yang dihasilkan memiliki kandungan berbeda, yaitu lebih banyak
mengandung protein. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi prematur
yang biasanya memiliki berat badan kurang dan banyak hal pada tubuhnya yang
belum sempurna.
3. Jenis ASI
Berikut ini merupakan dua jenis ASI berdasarkan waktu keluarnya:(Riksani, 2012)
a. Foremilk, disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui.
Dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak dan cocok untuk menghilangkan rasa
lapar bayi. Foremilk memiliki kandungan lemak yang rendah, namun tinggi laktosa,
gula, protein, mineral, dan air.
b. Hindmilk, keluar setelah foremilk habis saat menyusui hampir selesai. Hindmilk
sangat kaya akan zat gizi, kental, dan penuh lemak bervitamin.
4. Komposisi ASI
Menurut Fikawati, (2012) komposisi ASI adalah:
a. Air
Air merupakan kandungan ASI yang terbesar, jumlahnya kira-kira 88% dari ASI. Air
berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya dan berkontribusi dalam
mekanisme regulasi suhu tubuh, dimana pada bayi terjadi 25% kehilangan suhu tubuh
akibat pengeluaran air melalui ginjal dan kulit. ASI merupakan sumber air yang
mana. Kandungan air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan
haus dari bayi.
b. Karbohidrat
Sebesar 90% energi terdapat pada ASI berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan
10% berasal dari protein. Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa.
ASI mengandung 7 gram laktosa untuk setiap 100 ml. kadar laktosa yang tinggi ini
sangat menguntungkan karena laktosa menstimulus mikroorganisme untuk

5
memproduksi asam laktat. Adanya asam laktat akan memberikan suasana asam
didalam usus bayi yang memberikan beberapa keuntungan yaitu :
1) Menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
2) Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memperoduksi asam organik dan
3) mensintesis vitamin.
4) Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
5) Memudahkan absorpsi dan mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium.
Laktosa relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di dalam usus bayi lebih
lama, tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus bayi. Selain laktosa yang
merupakan 7% dari total ASI juga terdapat glukosa (1,4 gram/ 100 ml), 10 galaktosa
(1,2 gram/ 100 ml), dan glukosamin (0,7 gram/ 100 ml). Galaktosa berperan penting
untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis, pembentukan meilin di medulla
spinalis dan sintetis galaktosida. ASI juga mengandung glukosamin yang merupakan
bifidus faktor, yang akan mengacu pertumbuhan Lactobasilus bifidus yang
merupakan bakteri baik.
c. Protein
Kadar protein pada ASI semakin berkurang dari kolostrum hingga susu matur. Kadar
protein pada kolstrum (2%) : transisi (1,5%) : matur (1%). Protein dalam ASI terdiri
dari kasein, serum albumin, α-laktalbumin, β-laktoglobulin, immunoglobulin, dan
glikoprotein. ASI mengandung protein yang lebih rendah dari susu sapi, tetapi protein
ASI mengandung zat gizi yang lebih mudah dicerna bayi. ASI mengandung protein
yang lebih rendah dari susu sapi, tetapi protein ASI mengandung zat gizi yang lebih
mudah dicerna bayi. Rasio protein whey : kasein dalam ASI yaitu 60:40,
dibandungkan dengan susu sapi yang rasionya 20:80. Hal tersebut menguntungkan
bagi bayi karena pengendapan dari protein “whey” lebih halus daripada “kasein”
sehingga protein “whey” lebih mudah dicerna. ASI mengandung α-laktal;bumin ,
sedangkan susu sapi mengandung βlaktoglobulin dan bovin serum albumin yang
sering menyebabkan alergi. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi,
yang penting untuk pertumbuhan otak, retina, dan konjugasi bilirubin. Kadar
methionin dalam ASI yang rendah dari susu sapi, sedangkan sistin lebih tinggi. Hal
ini sangat menguntungkan karena enzim sistationase yaitu enzim yang akan

6
mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau tiak ada. Sistin
merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Kadar
tirosin dan enilalanin pada ASI juga rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan
untuk bayi terutama bayi yang lahir prematur karena pada bayi prematur kadar tirosin
tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak. Kadar poliamin dan
nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein pada ASI lebih tinggi jika
dibandingkan dengan susu sapi. Protein ASI juga mengandung laktoferin, yaitu
ironbindingprotein yang bersifat bakteriostatik kuat terhadap Escherichia coli (E. coli)
dan juga menghambat pertumbuhan Candida albicans.
d. Lemak
Kandungan lemak dalam ASI bervariasi pada pagi, sore, dan malam. Ratarata setiasp
100 ml ASI mengandung 3,5-4,5 gram lemak. Lemak berfungsi sebagai sumber kalori
utama bagi bayi, yang dapat membantu mencerna vitamin larut lemak (A, D, E, K),
dan membantu mencerna sumber asam lemak esensial. Sebanyak 90% lemak ASI
dalam bentuk trigliserida, namun juga mengandung EPA, dan DHA yang baik untuk
menunjang perkembangan otak. ASI mengandung enzim lipase , yang membantu
pencernaan lemak.
e. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Kadar mineral per ml ASI umumnya relatif
lebih rendah dibandingkan susu sapi sesuai dengan kemampuan bayi dalam mencerna
zat gizi. Mineral yang terdapat dalam ASI adalah kalsium, kalium, dan natrium, asam
klorida, dan fosfat, namun kandungan zat besi, tembaga dan mangan lebih rendah.
Kandungan natrium pada ASI 3,3 kali lebih rendah dari susu sapi, hal ini dapat
menurunkan risiko hipernatremia yang meningkatkan risiko hipertensi. Kalsium dan
fosfor yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup. ASI
mengandung rata-rata 280 mg kalsium dalam 1 liter ASI dan fosfor yang terkandung
dalam 140 mg dalam 1 liter ASI. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Zat besi yang terkandung dalam ASI jumlahnya tidak banyak, yaitu 0.35 mg dalam 1
liter ASI.
f. Vitamin

7
Kandungan vitamin pada ASI merupakan refleksi dari asupan vitamin dan kadar
vitamin dalam tubuh ibu, terutama untuk vitamin yang larut dalam air seperti vitamin
B. kandungan vitamin B di dalam ASI tergantung dari asupan ibu saat menyusui,
namun demikian jumlahnya sdikit lebih rendah dari vitamin B pada susu sapi. Dalam
100 ml ASI terkandung 75 mg vitamin A. Kadar vitamin E di dalam ASI 0,25 mg per
100 ml. vitamin A dan E merupakan vitamin yang penting dalam sistem kekebalan
tubuh. Kandungan vitamin D dalam Asi relative terbatas dan tergantung dari asupan
serta cadangan vitamin D ibu. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan vitamin
D, bayi perlu dijemur di bawah sinar matahari pagi sekitar 1 jam (sebelum pukul 9
pagi). Kandungan vitamin K pada ASI lebih rendah dibandingkan susu sapi sehingga
sejak lahir bayi membutuhkan tambahan vitamin K yang dapat diperoleh memalui
injeksi vitamin pada saat baru lahir.

B. Daun Kelor (Moringa Oleifera)


1. Klasifikasi daun kelor
Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu dari 13 spesies dalam marga Moringa
(Prota, 2017), yang merupakan satu-satunya marga dalam marga Moringaceae.
Klasifikasidaun kelor sebagai berikut (Krisnadi, 2012; RR Raja, 2016) :

Gambar 1 : Daun Kelor

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

8
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam

Kelor memiliki batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis,
permukaan kasar. Tinggi tanaman dapat mencapai 10 m dengan percabangan simpodial,
arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk,
bertangkai panjang, tersusun berseling, beranak daun gasal (imparipinntus), helai daun
saat muda berwarna hijau muda. Buah berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20-60 cm;
buah muda berwaarna hijau – setelah tua menjadi coklat, bentuk biji bulat-berwarna
cokelat kehitaman, berbuah setelh berumur 12-18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih,
mebesar seperti lobak (Kristina & Siti, 2014).

Gambar 2 : Daun Kelor (Moringa oleifera)

9
2. Kandungan zat gizi daun kelor (Moringa Oleifera)
Kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang kaya nutrisi dan sering disebut
“miracle tree” dikarenakan semua bagian tumbuhan kelor sangat bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat. Kandungan nutrisi tersebar pada seluruh bagian tanaman kelor,
mulai dari daun, kulit batang, bunga, buah (polong), sampai akarnya dan sudah dikenal
luas sebagai tumbuhan obat (Jusnita N, 2019) Kandungan daun kelor diketahui berkali
lipat dibandingkan bahan makanan sumber nutrisi lain. Daun kelor mirip dengan daun
katuk, daunnya enak dimakan menjadi beragam masakan. Keunggulan daun kelor terletak
pada kandungan nutrisinya, terutama golongan mineral dan vitamin. Setiap 100 g daun
kelor mengandung 3390 SI vitamin A, dua kali lebih tinggi dari bayam dan tiga puluh
kali lebih tinggi dari buncis. Daun kelor juga tinggi kalsium, sekitar 440 mg/100 g, serta
fosfor 70 mg/100 g (Djaiman SPH, 2009). Aroma daun kelor agak langu, namun aroma
berkurang ketika daun mudanya diolah menjadi sayur bening atau sayur bobor.
Berdasarkan hasil uji secara kualitatif tepung daun kelor terbentuk warna biru ungu
yang menandakan adanya kandungan senyawa steroid. Hasil tersebut diperkuat dengan
uji kuantitatif dengan menggunakan KCKT, menggunakan fase gerak methanol : air (98 :
2) dengan kondisi elusi isokratik. Hasil yang diperoleh adalah: tepung daun kelor dengan
perlakuan awal blansing rebus memiliki kadar kampesterol 277,51 ppm, stigmasterol
171,52 ppm. Tepung daun kelor dengan perlakuan awal blansing kukus mengandung
kampesterol 348,05 ppm, stigmasterol 2410 ppm dan β-sitosterol 3321,17 ppm.
Sedangkan tepung daun kelor dengan perlakuan awal rebus+soda kue mengandung
kampesterol 278,81 ppm, stigmasterol 2113,43 ppm dan β-sitosterol 1635,95 ppm
(Mutiara T., 2011).
3. Keamanan
Pada uji toksisitas subkronis digunakan tikus putih (Rattus norvegicus), galur Wistar
sebanyak 40 ekor yang dibagi dalam 4 kelompok dosis. Hasil penelitian perhitungan
LD50 ekstrak biji klabet dan daun kelor (1:1) menghasilkan harga LD50 semu >4.000
mg/200g bb sehingga campuran bahan tersebut termasuk dalam golongan bahan
practically non toxic (PNT). Pada uji toksisitas subkronis pemberian ramuan ekstrak
klabet dan kelor (1:1) masih menunjukkan keadaan normal pada fungsi hati dan ginjal
(Widowati L, Winarno MW, 2014).

10
4. Daun Kelor dan Produksi ASI
Daun kelor merupakan bahan makanan yang dapat meningkatkan produksi air susu
ibu. Telah dilakukan penelitian untuk menilai manfaat ramuan dengan formula ekstrak
biji klabet dan ekstrak daun kelor (1:1) sebagai pelancar ASI dan penambah gizi bagi
balita. Bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di
teruskan sampai anak berusia dua tahun (Depkes RI, 1992).
Hasil penelitian menunjukan pemberian tepung kelor dapat meningkatkan produksi
air susu induk tikus secara signifikan. Pemberian dosis mulai 42 mg/kg bb secara
signifikan dapat membuat sekresi air susu tikus ptuih meningkat dan berat badan anak
tikus meningkat seiring dengan meningkatknya dosis yang diberikan (Mutiara T., 2011).

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Bahan Penelitian
1. Alkaloid
Bahan untuk skrining alkaloid adalah daun kelor, amoniak 25%, kloroform, dragendorff,
mayer, dan HCl 2 N.
2. Steroid
Bahan untuk skrining steroid adalah daun kelor, eter, asam asetat glasial, H2SO4.
Daun kelor diperoleh dari Desa Dasan Baru, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok
Tengah.

B. Alat Penelitian
1. Alkaloid
Alat yang digunakan adalah kertas saring, alat penyemprot dragendorf, dan tabung
reaksi.
2. Steroid
Alat yang digunakan adalah lain kertas saring, dan cawan penguap.

3. Prosedur Penelitian
a. Triterpenoid dan Steroid
Pemeriksaan triterpenoid dan steroid dilakukan dengan reaksi Liebermann-
Burchard. Larutan uji sebanyak 2 mL diuapkan dalam cawan porselin. Residu
dilarutkan dengan 0,5 mL kloroform, kemudian ditambahkan 0,5 mL asam asetat
anhidrat. Asam sulfat pekat sebanyak 2 mL selanjutnya ditambahkan melalui dinding
tabung. Terbentuk cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menunjukkan
adanya triterpenoid, sedangkan bila muncul cincin biru kehijauan menunjukkan
adanya steroid (Ciulei J, 1984).

12
b. Alkaloid
Larutan uji sebanyak 2 mL diuapkan di atas cawan porselin. Residu yang
dihasilkan kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCL 2 N. Larutan yang diperoleh
dibagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan 3 tetes HCl 2
N yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua ditambahkan 3 tetes pereaksi
Dragendorff dan tabung ketiga ditambahkan 3 tetes pereaksi Mayer. Terbentuk
endapan jingga pada tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga
menunjukkan adanya alkaloid (Farnworth, 1996).

13
BAB IV
BIAYA & JADWAL PENELITIAN

A. Biaya Penelitian
Tabel 4.1. Biaya Penelitian
No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp)
1. Pembelian ATK Rp. 750.000
2. Pembelian BHP Rp. 100.000
3. Transport dan Konsumsi Rp. 1.080.000
4. Cek Laboratorium Rp. 520.000
5. Biaya Publikasi Rp. 550.000
Jumlah Rp. 3.000.000

B. Jadwal Penelitian
Tabel 4.2. Jadwal Penelitian
Nama Bulan
No
Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Persiapan
1. pelaksanaan
penelitian
Pelaksanaan
2.
penelitian
Cek
3. Laboratoriu
m
Penyusunan
4. laporan
kemajuan
Monev
5.
penelitian
Penyerahan
6. laporan
akhir
7. Publikasi

BAB V

14
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Pengecekan senyawa alkaloid dan steroid daun kelor dilakukan di Laboratorium
Universitas Muhammadiyah Mataram pada tanggal 10 Agustus 2022. Hasil pengecekan
alkaloid dan steroid pada daun kelor dapat dilihat pada Table 1.

Tabel.5.1 Hasil Skrining Fitokimia Senyawa Alkaloid danSteroid Daun Kelor


Golongan Prereaksi Pengamatan Hasil
Alkaloid Mayer Tidak terbentuknya +
endapan kuning/putih
Dragendorff Tidak terbentuknya +
endapan jingga
Steroid/Triterpenoid Asam asetat anhidrat, Terbentuknya cincin +
H2SO4 Pekat kecoklatan biru kehijauan

Hasil skrining fitokimia pada daun kelor (Moringa oleifera) menunjukkan terdapat
kandungan senyawa alkaloid dan steroid.

B. PEMBAHASAN
Kelor termasuk salah satu jenis tanaman obat dari famili Moringaceae yang kaya akan
nutrisi. Kandungan nutrisi seperti mineral, vitamin dan asam amino tersebar dalam seluruh
bagian tanaman kelor. Seluruh bagian tanaman kelor dapat dikonsumsi, mulai dari daun, kulit
batang, bunga, buah, sampai dengan akarnya (Septadina et al., 2018; Toripah, 2014). Semua
bagian tanaman kelor secara tradisional digunakan untuk tujuan yang berbeda, tetapi
umumnya daun yang paling sering digunakan (Leone et al., 2015).
Daun kelor mirip dengan daun katuk, bentuknya bulat dan berwarna hiaju. Daun kelor
enak dimakan menjadi beragam masakan. Keunggulan daun kelor terletak pada kandungan
nutrisinya, terutama golongan mineral dan vitamin. Setiap 100 g daun kelor mengandung
3390 SI vitamin A, dua kali lebih tinggi dari bayam dan tiga puluh kali lebih tinggi dari
buncis. Daun kelor juga tinggi kalsium, sekitar 440 mg/100 g, serta fosfor 70 mg/100 g
(Zakaria et al., 2016).
Hasil uji fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa daun kelor
memiliki kandungan alkaloid dan steroid. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

15
oleh Tekle (2015) yang menunjukkan adanya kandungan alkaloid, tanin, flavonoid, polifenol,
saponin, dan minyak atsiri pada ekstrak daun kelor (Tekle et al., 2015). Penelitian serupa
juga menunjukkan bahwa terdapat senyawa alkaloida, flavonoida, saponin, fenol,
steroida/triterpenoida, dan tannin pada ekstrak daun kelor (Dwika et al., 2016; Yulianto,
2020; Zulfiah et al, 2020).
Secara teoritis senyawa alkaloid dan steroid merupakan senyawa yang memiliki efek
laktagogum, dimana senyawa tersebut memiliki potensi dalam menstimulasi hormon
oksitosin dan prolaktin (Putri, 2021; Sukmawati, 2019). Senyawa yang memiliki efek
laktagogum paling efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI dengan
cara menstimulasi secara langsung aktifitas protoplasma sekresi sel kelenjar payudara,
menstimulasi nervus sekresi dalam kelenjar susu sehingga pengeluaran ASI meningkat, atau
stimulasi hormon prolaktin bekerja pada sel epitel alveoli (Alindawati et al., 2021; Raguindin
et al., 2014).
Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan makanan galaktogogue memiliki kandungan
gizi mikro yang tinggi dibandingkan dengan makanan galaktogogue lainnnya, kandungan
nutrisi seperti senyawa fitosterol, polifenol, dan steroid (efek laktogogum) berperan dalam
refleks prolaktin dan meningkatkan kadar hormon prolaktin, sehingga merangsang alveoli
untuk memproduksi ASI (Damayanti A, 2022; Rochmayanti NS, 2022). Kandungan alkaloid
yang terdapat pada daun kelor bekerja secara sinergis bersama hormon oksitosin. Alkaloid
memiliki fungsi yang langsung bekerja pada semua otot polos. Ketika otot polos
berkontraksi, maka akan terjadi pengeluaran ASI serta peningkatan jumlah dan diameter
alveoli rata-rata sebanding dengan peningkatan ASI yang dihasilkan (Rosalinda Sinaga,
2020).
Daun kelor merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi permasalahan
ketidakseimbangan nutrisi yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat dunia (Rani et al,
2019). Pemanfaatan daun kelor untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif dapat menjadi
salah satu alternatif yang murah, mudah dan membumi (kearifan lokal) karena daun kelor
tumbuh dengan subur alamiah di hampir setiap daerah. Di pasar tradisional, daun kelor dijual
dengan harga yang sangat murah dan dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat
(Sormin R.E.M, 2018).

16
Penggunaan daun kelor dalam meningkatkan produksi ASI dapat diolah menjadi sayuran,
atau dapat juga menggunakan tepung daun kelor. Aroma daun kelor agak langu, namun
aroma berkurang ketika daun kelor diolah menjadi sayur bening atau sayur bobor (Zakaria et
al., 2016). Konsumsi daun kelor juga dapat dimulai dari trimester tiga kehamilan sebagai
persiapan menyusui.

17
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemanfaatan daun kelor merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah produksi ASI yang kurang, selain murah dan mudah didapatkan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan daun kelor memiliki kandungan senyawa
alkaloid dan steroid yang berperan dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.

B. SARAN
Peneliti selanjutnya disarankan dapat melakukan penelitian terkait inovasi
pengembangan pengolahan daun kelor terhadap kelancaran ASI yang langsung
diaplikasikan pada ibu-ibu menyusui untuk mencegah kegagalan pemberian ASI eksklusif
karena produksi ASI kurang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alindawati, R., Soepardan, S., & Wijayanegara, H. (2021). Pengaruh pemberian kukis ekstrak
daun kelor pada ibu nifas terhadap produksi asi dan berat badan bayi di Kabupaten Bekasi.
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 17(2), 283–193.
https://doi.org/10.31101/jkk.699
Asnidawati, A., & Ramdhan, S. (2021). Hambatan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6
Bulan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 156–162.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.548
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN). (2011). Laporan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium di Indonesia.
Biks, G. A., Berhane, Y., Worku, A., & Gete, Y. K. (2015). Exclusive breast feeding is the
strongest predictor of infant survival in Northwest Ethiopia: A longitudinal study. Journal
of Health, Population and Nutrition, 34(1), 7–12. https://doi.org/10.1186/S41043-015-
0007-Z
Damayanti A, Widiawati I. (2022). Efektivitas Pemberian Ekstrak Daun Kelor ( Moringa
Oleifera ) Terhadap Produksi Asi Dan Kenaikan the Effectiveness of Moringa Oleifera Leaf
Extract on. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 2(3), 861–869.
https://jurnal.polkesban.ac.id/index.php/jks/article/view/788
Depkes RI. (1992). Panduan 13 pesan dasar gizi bayi dan balita.
Dikes Provinsi NTB. (2018). Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2018.
Djaiman SPH, S. (2009). Besarnya peluang usia penyapihan baduta di Indonesia dan factor yang
mempengaruhinya. Media Litbang Kesehatan, 19(1).
Dwika, W., Putra, P., Agung, A., Oka Dharmayudha, G., & Sudimartini, L. M. (2016).
Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L) di Bali
(IDENTIFICATION OF CHEMICAL COMPOUNDS ETHANOL EXTRACT LEAF
MORINGA (MORINGA OLEIFERA L) IN BALI). Indonesia Medicus Veterinus Oktober,
5(5), 464–473.
Fikawati, Sandra, Syafiq, Ahmad Dan Karima, K. (2012). Gizi Ibu Dan Bayi.Gatti, Lisa 2008.
“Maternal Perception Of Insufficient Milk Supply In Breastfeeding. Journal Of
Scholarship. Fourth Quarter, 40(4), 355–363.
Handayani, S., Pratiwi, Y. S., & Fatmawati, N. (2021). Pemanfaatan Tanaman Lokal Sebagai
Pelancar Asi (Galaktogogue). Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(3), 518–522.
https://doi.org/10.33024/jkm.v7i3.4451
Horta BL, V. C. (2013). Short-term effects of breastfeeding: a systematic review on the benefts
of breastfeeding on diarrhoea and pneumonia mortality. Geneva : World Health
Organization.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/95585/9789241506120_eng.pdf?sequence=
1
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2010). Indonesia menyusui.
Indrayani D, Gustirini R, H. S. (2015). Survei Pendahuluan tentang Pengalaman Menyusui dan
Upaya untuk Meningkatkan Produksi ASI.
Jusnita N, S. W. . J. (2019). Karakterisasi Nanoemulsi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera
Lamk.). Urnal Sains Farmasi & Klinis, 06(01).
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2013.

19
Kementerian Kesehatan RI. (2017a). Profil Kesehatan Indonesia 2017.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf>[Diaksespada08Maret2019
Kementerian Kesehatan RI. (2017b). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017.
Krisnadi, D. A. K. S. N. P. I. dan P. T. K. I. L. S. M. – M. P. L. (LSM-M. 2012. (n.d.). No Title.
Kristina, N. N., & Siti, F. S. (2014). Pemanfaatan tanaman kelor (Moringa oleifera) untuk
meningkatkan produksi air susu ibu. Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman
Industri, 20(3), 27.
Lenja, A., Demissie, T., Yohannes, B., & Yohannis, M. (2016). Determinants of exclusive
breastfeeding practice to infants aged less than six months in Offa district, Southern
Ethiopia: A cross-sectional study. International Breastfeeding Journal, 11(1), 1–7.
https://doi.org/10.1186/s13006-016-0091-8
Leone, A., Spada, A., Battezzati, A., Schiraldi, A., Aristil, J., & Bertoli, S. (2015). Cultivation,
genetic, ethnopharmacology, phytochemistry and pharmacology of Moringa oleifera leaves:
An overview. International Journal of Molecular Sciences, 16(6), 12791–12835.
https://doi.org/10.3390/ijms160612791
Margareth ZH. (2016). Asuhan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Nuha Medika.
Mekuria, G., & Edris, M. (2015). Exclusive breastfeeding and associated factors among mothers
in Debre Markos, Northwest Ethiopia: A cross-sectional study. International Breastfeeding
Journal, 10(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s13006-014-0027-0
Mutiara T. (2011). Uji Efek Pelancar ASI Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera (Lamk))Pada
Tikus Putih Galur Wistar. Universitas Brawijaya.
PROTA. Database web PROTA4U. Wageningen, B. S. D. T. A. T. 2017. T. dari https://www.
prota4u. org/database. (n.d.). No Title.
Putri, R. D. (2021). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor Pada Ibu Menyusui Eksklusif.
Jurnal Kebidanan, 7(1), 87–92.
Raguindin, P. F. N., Dans, L. F., & King, J. F. (2014). Moringa oleifera as a galactagogue.
Breastfeeding Medicine, 9(6), 323–324. https://doi.org/10.1089/bfm.2014.0002
Rani, K. C., Ekajayani, N. I., Darmasetiawan, N. kresna, & Dewi, A. D. rosita. (2019).
Kandungan Nutrisi Tanaman Kelor. In Journal of Physics A: Mathematical and
Theoretical, 4(8).
Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). In Dunia Sehat.
Rochmayanti NS. (2022). PENGARUH MORINGA OLEIFERA TERHADAP KELANCARAN
PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI KURANG DARI 7 HARI DI PMB AFAH
FAHMI, Amd.Keb. Jurnal Ilmiah Obsgin, 14(3), 63–69.
Rondonuwu V, Loho M, S. E. (n.d.). Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian Asi
Eksklusif di Bagian Obstetri.
Rosalinda Sinaga, T. (2020). MANFAAT BUAH PEPAYA TERHADAP KELANCARAN
PROSES MENYUSUI PADA IBU NIFAS. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2, 301–
308. http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP.
RR Raja, M Sreenivasulu, S Vaishnavi, DM Navyasri, G.Samatha, S. G. M. O.-A. O. R.
2016;2(09). (n.d.). No Title.
Schanler RJ, P. D. (2014). Physiology of lactation.
Septadina, I. S., Murti, K., & Utari, N. (2018). Efek Pemberian Ekstrak Daun Kelor (
Moringaoleifera ) dalam Proses Menyusui tekstur dan fungsi payudara . Kehamilan pada
sintesis dan pelepasan prolaktin oleh hipofisa , gizi yang cukup karena pada saat

20
melahirkan. Sriwijya Journal of Medicine, 1(1), 74–79.
Sormin R.E.M, N. M. (2018). Hubungan konsumsi daun keor dengan pemberian ASI Eksklusif
pada ibu menyusui suku timor di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa Kupang. CMHK
Nursing Sciencetific Journal, 2(2), 59–63. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-
better-mfi-results
Sukmawati, E. (2019). Pengaruh Moringa Oleifera Terhadap Peningkatan Asi Pada Ibu
Menyusui. Jika, 4, 53–60.
Tekle, A., Belay, A., Kelem, K., W/Yohannes, M., Wodajo, B., & Tesfaye, Y. (2015).
Nutritional Profile of Moringa stenopetala Species Samples Collected from Different Places
in Ethiopia. European Journal of Nutrition & Food Safety, 5(5), 1100–1101.
https://doi.org/10.9734/ejnfs/2015/21263
Toripah, S. S. (2014). AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KANDUNGAN TOTAL FENOLIK
EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera LAM). Pharmacon, 3(4), 37–43.
Widowati L, Winarno MW, I. P. (2014). Toksisitas Akut dan Subkronis Ramuan Ekstrak Kelor
dan Klabet sebagai Pelancar ASI dan Penambah Gizi. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 43(2),
5164.
World Health Organization. (2019). WHO global report on traditional and complementary
medicine 2019. https://apps.who.int/iris/handle/10665/312342
Wulandari ET, W. W. (2020). Gambaran Penggunaan Herbal Pelancar ASI (Galaktogogues) di
Desa Wonosari Kabupaten Pringsewu. Wellness and Healthy Magazine, 2(2), 251–258.
file:///C:/Users/user/Downloads/108-417-1-PB.pdf
Yulianto, S. (2020). Identifikasi Alkaloid Daun Kelor (Moringa oleifera L). Jurnal Kebidanan
Dan Kesehatan Tradisional, 5(1), 55–57. https://doi.org/10.37341/jkkt.v5i1.136
Zakaria, Hadju, V., As’ad, S., & Bahar, B. (2016). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor
terhadap Kuantitas dan Kualitas Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Bayi 0-6 Bulan.
Jurnal MKMI, 12(3), 161–169.
Zulfiah, Herman, Megawati, Hasyim MF, Murniati, A. L. S. et. a. (2020). Uji Identifikasi
Senyawa Alkaloid Ekstrak Metanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk) Menggunakan
Metode Metode Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Farmasi Sandi Karsa, 6(2), 83–87.
https://doi.org/10.36060/jfs.v6i2.75

21
LAMPIRAN-LAMPIRAN

22
Lampiran 1

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Jl. TGH. Muh. Rais Lingkar Selatan Kota Mataram
Website: www.stikesyarsimataram.ac.id e-mail:lppm.stikesyarsimataram@gmail.com

SURAT MELAKSANAKAN TUGAS


Nomor : 165 /STIKES/P3M/1-G/IV/2022

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Dr. Agus Supinganto, S.Kep., Ners., M.Kes


NIK : 2049712
Jabatan : Kepala Pusat Penelitian & Pengabdian Masyarakat

Memberikan tugas kepada:

No Nama NIDN Jabatan


1 Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb 0829088901 KetuaPengusul
2 Sri Handayani, M.Keb 0831128608 Anggota
3 Devieta Widya Cahyani - Anggota

Untuk melakukan pengambilan data kegiatan Penelitian/ Pengabdian Masyarakat a.n Yopi
Suryatim Pratiwi, M.Keb dengan judul “Identifikasi kandungan steroid dan alkaloid pada daun
kelor (Moringa Oleifera) sebagai pelancar ASI”

Demikian surat tugas ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mataram, 14 April 2022


Mengetahui,
Ketua P3M STIKES YarsiMataram

Dr.AgusSupinganto, S.Kep. Ners., M.Kes


NIK. 2049712

23
Lampiran 2

FORMULIR No F-1
Berlaku Nop 2020
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Revisi
Unit LPPM

Formulir F-3. Pernyataan Bebas Plagiat

Dalam rangka permohonan insentif laporan penelitian yang diajukan ke Pusat Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (P3M), saya yang bertanda-tangan di bawah ini menyatakan
dengan sebenarnya bahwa:
1. Judul: Identifikasi kandungan steroid dan alkaloid pada daun kelor (Moringa Oleifera)
sebagai pelancar ASI
2. Penelitian di atas bebas dari plagiarism.
3. Penelitian tersebut tersebut di atas belum pernah mendapat insentif sebelumnya.
4. Apabila terbukti bahwa informasi yang saya sampaikan tersebut di atas tidak sesuai
dengan fakta yang sebenarnya, maka saya akan bertanggung-jawab sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Mataram, 14 April 2022


Dosen

Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb.


NIDN. 0829088901

24
Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Riwayat Hidup

No Tentang Keterangan
1 Nama lengkap Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIK 3111106
5 NIDN 0829088901
6 Tempat & tanggal lahir Praya, 29 Agustus 1989
7 E-Mail yopisuryatimpratiwi@gmail.com
8 Nomor telepon/ HP 087762230232
9 Alamat kantor Jl. TGH M. Rais, Lingkar Selatan, Kota Mataram, NTB
10 No. telp. Kantor 0370-6161261
11 Mata kuliah yang diampu 1. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
2. Pengantar Praktik Kebidanan

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama perguruan STIKes Ngudi Waluyo Universitas Padjadjaran
tinggi Ungaran
Bidang ilmu Kebidanan Kebidanan
Tahun masuk - Lulus 2010 2015
Judul Skripsi Hubungan Tingkat Pengaruh Penerapan Aplikasi
Pengetahuan Orang Tua Sehati (Sayang ke Buah Hati)
Dengan Pola Asuh Pada Anak Berbasis Android pada Ibu
Retardasi Mental Terhadap Pengetahuan Serta
Dampak pada Keterampilan Anak
Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun
Nama pembimbing 1. Prof. Dr. dr. Heda Melinda
Nazaruddin, Sp.A (K), M.Kes
2. Dr. dr. Bambang Sasongko
Noegroho, Sp.B, Sp.U (K)

C. Pengalaman Penelitian 5 tahun terakhir


Tahun Sumber
No Judul Penelitian
Pendanaan Jumlah ( Rp)
2019 Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Mandiri 1.500.000
Manajemen Laktasi dengan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif

D. Pengalaman Pengabdian masyarakat 5 tahun terakhir


No Tahun Judul Kegiatan Sumber

25
Pendanaan Jumlah ( Rp)
1. 2017 Upaya peningkatan pemahaman Ibu Hamil Mandiri 1.500.000
Tentang Kesehatan Masa NifasMelalui Kelas
Ibu hamil
2. 2019 Program Pendidikan Kesehatan Tentang Gizi Mandiri 1.500.000
Ibu Hamil Desa Lekor Kecamatan Janapria
Kabupaten Lombok Tengah
3. 2019 Program Pendidikan Kesehatan Kelompok Mandiri 1.500.000
Perimenopause Tentang Perubahan Dan
Kebutuhan Masa Perimenopause Di Desa
Lekor Kecamatan Janapria Kabupaten
Lombok Tengah
4. 2019 Program Pendidikan Kesehatan Tentang Mandiri 1.500.000
Tanda Bahaya Masa Nifas Di Desa Lekor
Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok
Tengah
5. 2020 Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Ibu Mandiri 1.500.000
Nifas Tentang Nutrisi Selama Masa Nifas
Dan Menyusui Di Desa Duman Kecamatan
Lingsar Kabupaten Lombok Barat
6. 2020 Program Pendidikan Kesehatan Pada Remaja Mandiri 1.500.000
Tentang Penyakit Menular Seksual Di Dusun
Beremi Desa Jagaraga Kecamatan Kuripan
Kabupaten Lombok Barat
7. 2020 Program Pendidikan Kesehatan tentang Mandiri 1.500.000
Perawatan Payudara pada Ibu Nifas di Dusun
Dasan Baru Desa Sukarara Kabupaten
Jonggat Kabupaten Lombok Tengah

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam jurnal 5 tahun terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal
2018 Hubungan Status Gizi Ibu Nifas 6/2/2018 Jurnal Kesehatan
dengan Produksi ASI Qamarul Huda (JKQH)

2018 Pengaruh Hypnobreastfeeding 6/2/2018 Jurnal Kesehatan


Terhadap Produksi ASI Qamarul Huda (JKQH)

2019 Effects of Android-Based 7/2/2019 Global Medical and


Sayang ke Buah Hati (SEHATI) Health Communication
Application towards Mothers’
Knowledge and Children’s Skill
on Hand Washing with Soap
2019 Pengaruh Pemberian Kompres 7/2/2019 Jurnal Kesehatan
Daun Kubis Terhadap Qamarul Huda (JKQH)
Pembengkakan Payudara Pada

26
Ibu Postpartum
2019 Lama Penyimpanan Air Susu 7/2/2019 Jurnal Kesehatan
Ibu (ASI) Memengaruhi Qamarul Huda (JKQH)
Kandungan Zat Gizi Dalam ASI
2019 Hubungan Antara Pengetahuan Jurnal Forilkesuit
Ibu tentang Managemen Laktasi
dengan Keberhasilan Pemberian
ASI Eksklusif

2019 Produk Olahan Kedelai (Glycine Jurnal Kesehatan


max (L.) Merill) Mengurangi Qamarul Huda (JKQH)
Gejala pada Wanita Menopause

2020 Pemanfaatan Herbal Dalam 8/1/2020 Jurnal Kesehatan


Penyembuhan Luka Perineum Qamarul Huda (JKQH)

2020 The Effect of Katuk Leaf Journal of Physics:


(Sauropusandrogynus L. Merr.) Conference Series
Biscuit Consumption toward
Increasing Breastmilk Volume
on the 10th Day
2021 Daun Katuk (Sauropus 11/1/2021 Jurnal Ilmiah Stikes
androgynus (L.) Merr) YARSI Mataram
Meningkatkan Produksi Air (JISYM)
Susu Ibu

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral presentation) dalam 5 tahun terakhir


No Nama seminar Judul artikel ilmiah Waktu & Tempat

G.
No Judul buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit

H. Perolehan HKI dalam 5-10 tahun terakhir


No Judul/ TemaHKI Tahun Jenis Nomor P/ID

I. Pengalaman merumuskan kebijakan public/ Rekayasa sosial lainnya dalam 5 tahun terakhir
No Judul/Tema/Jenis/Rekayasa Tahun Tempat Respon
social lainnya yang telah penerapan masyarakat
diterapkan

27
J. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
No Jenis Penerapan Institusi Pemberi Tahun
penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan laporan.

Mataram, 14 April 2022


Pengusul

Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb


NIDN. 0829088901

28
Lampiran

Daun Kelor

10 Agustus 2022

29
TANDA TERIMA UANG TRANSPORT RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN

No. NAMA JABATAN JUMLAH UANG TTD


TRANSPORT

1. Rp 100.000
Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb. Ketua Panitia
2. Rp 100.000
Sri Handayani, M.Keb Anggota
3. Rp 100.000
Devieta Widya Cahyani Anggota

TOTAL Rp 300.000

Mataram, 8 Juli 2022


Ketua Tim Pengabdi

Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb.


NIDN. 0829088901
TANDA TERIMA UANG TRANSPORT PELAKSANAAN PENELITIAN

No. NAMA JABATAN JUMLAH UANG TTD


TRANSPORT

1. Rp 100.000
Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb. Ketua Panitia
2. Rp 100.000
Sri Handayani, M.Keb Anggota
3. Rp 100.000
Devieta Widya Cahyani Anggota

TOTAL Rp 300.000

Mataram, 28 Juli 2022


Ketua Tim Pengabdi

Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb.


NIDN. 0829088901

30
TANDA TERIMA UANG TRANSPORT RAPAT PENYUSUNAN LAPORAN

No. NAMA JABATAN JUMLAH UANG TTD


TRANSPORT

1. Rp 100.000
Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb. Ketua Panitia
2. Rp 100.000
Sri Handayani, M.Keb Anggota
3. Rp 100.000
Devieta Widya Cahyani Anggota

TOTAL Rp 300.000

Mataram, 22 Agutus 2022


Ketua Tim Pengabdi

Yopi Suryatim Pratiwi, M.Keb.


NIDN. 0829088901

31
32
33
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
Jl. TGH. Muh Rais Lingkar Selatan, Kota Mataram, Tlp/fax (0370) 6161271
Website : www.stikesyarsimataram.ac.id Email : lppm.stikesyarsimataram@yahoo.com

Mataram, 4 Jumadil Akhir1443 H


6 Januari 2022 M

SURAT KETERANGAN

Menerangkan dengan sesungghnya:

Nama : Yopi Suryatim Pratiwi, M,Keb


NIDN : 0829088901
Jabatan : Dosen Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Judul : Identifikasi kandungan steroid dan alkaloid pada daun kelor (Moringa
Oleifera) sebagai pelancar ASI

Memang benar yang tersebut namanya diatas sudah mengumpulkan Laporan Akhir Penelitian di
Perpustakaan STIKES Yarsi Mataram. Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat di
gunakan sebagai mestinya.

STIKes Yarsi Mataram


Kaur Perpustakaan

L. Muh. Juni Hardi, A.Md


NIK. 3060544

34

Anda mungkin juga menyukai