OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS B.20
RAMLAWATI (20.1302.039)
SITI HAJAR (20.1302.032)
NURHASANAH (20.1302.031)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Bayi Evidence Based”
Dalam penulisan makalah ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak yang
berupa bimbingan, pengarahan maupun dukungan moral yang sangat membantu penyusun.
Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
Dalam penyusunan makalah ini penyusun berusaha untuk membuat yang terbaik,
akan tetapi dengan keterbatasan yang ada penyusun menyadari dalam makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, supaya makalah ini menjadi lebih baik. Semoga ini bermanfaat
3 Januari 2021
Penulis
ii
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. Ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang….……………….………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah….………………………...……......………………… 4
C. Tujuan Penulisa………...…………….…………………………………… 4
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………….………………………………… 33
B. Saran………………………………………………………………………… 34
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering mendengar
tentang evidence based. Evidence based Merupakan salah satu syarat utama untuk memfasilitasi keputusan klinik
yang berdasarkan bukti tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata semua harus berdasarkan
bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Evidence based midwifery (practice)/EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk
membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh
bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak
1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan
pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk
kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang
paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh
dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003
(Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang
terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan
Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 1 tahun dan mengalami proses tumbuh
kembang. Tumbuh kembang merupakan proses yang berbeda tetapi keduanya tidak dapat
berdiri sendiri, terjadi secara simultan, saling berkaitan dan berkesinambungan dari masa
konsepsi hingga dewasa. Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis
perkembangan seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka
1
terhadap lingkungan dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
Evidence baesd suatu istilah yang digunakan menuju pada paradigma baru untuk
mengambil keputusan medis. Asuhan bayi baru lahir berdasarkan evidence based merupakan
suatu kegiatan asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir berdasaran pengambilan
keputusan klinik yang telah ditetapkan oleh medis untuk menyelesikan masalah dan
Pada tahun 2012 jumlah angka kematian Bayi Baru Lahir (neonatal) di Indonesia
mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup. Masalah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Adapaun penyebab kematian bayi tersebut diantaranya adalah Bayi Berat Lahir Rendah,
Asfiksia, Trauma Jalan Lahir, Infeksi dan lain-lain. Komplikasi ini sebenarnya dapat
segera dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan,
kemampuan tenaga kesehatan, keadaan ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan
dengan baik, terlambatnya detekeksi dini, dan kesadaran orangtua untuk mencari
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta)
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia
dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian bayi baru
lahir (BBL) di Indonesia adalah Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) 29%, Asfiksia 27%, trauma
lahir, Tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008). Angka
Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama
kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Bayi ini dapat menjadi
petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya
2
untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut (Saragih, 2010). Berdasarkan data hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Neonatal
(AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Soepardi, 2013).
Segala upaya telah dilakukan untuk dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi
salah satu dengan membentuk suatu tujuan (Goals) atau program Sustainable Development
Goals (SDGs). Dalam hal ini terdapat tujuan yang ke3 yaitu dapat menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Ibu yaitu menjadi dibawah 70 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) dibawah 12 per 1000 KH pada tahun 2030 (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Salah satu program SDGs adalah untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi sehingga disusunlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) untuk tahun 2015-2019. Upaya yang dilakukan yaitu dengan
melaksanakan program Nawa Citta yaitu Sembilan Agenda atau program yang akan
dilakukan untuk pembangunan Indonesia dalam lima tahun. Pada program Nawa Citta yang
ke-5 yang maknanya lebih menekankan pada kualitas hidup manusia agar terwujud
mewujudkan Indonesian Sejahtera yang menurunnya Angka Kematian Bayi dan Ibu. Upaya
yang dilakukan juga dengan Program Pendekatan Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PISPK), yang telah ditetapkannya 12 indikator utama sebagai penanda status
kesehatan kelurga. Upaya lain kesehatan untuk menurunkan angka kematian bayi seperti
pelayanan ANC yang berkualitas dan terpadu, menggencarkan kembali pelaksanaan P4K,
selalu memantau dan mengingatkan untuk melakukan K1 dan K4, meningkatkan fungsi
keluarga dalam perawatan bayi dan balita melalui kelas 3 ibu balita, meningkatkan
3
pemanfaatan buku KIA, serta pemantapan pelaksanaan dari pelayanan obstetric neonatal
C. Rumusan masalah
D. Tujuan
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Evidence based adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis Jadi pengertian Evidence Base-
Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah
teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
Menurut Sackett et al. (2000), Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan
medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita. Dengan demikian, dalam praktek, EBM memadukan antara kemampuan dan
pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.Dengan
demikian, maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan keputusan klinik
yang evidence-based adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan dengan
masalah klinik yang dihadapi, serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis, review
sistematik, dan randomized double blind controlled clinical trial (RCT)
5
- Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan semakin
banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk meng-update ilmu (misalnya membaca
journal-journal kedokteran) sangat kurang.
2. Secara lebih rinci, EBM merupakan keterpaduan antara:
- Best research evidence.
Di sini mengandung arti bahwa bukti-bukti ilmiah tersebut harus berasal dari studi-studi
yang dilakukan dengan metodologi yang sangat terpercaya (khususnya randomized double
blind controlled clinical trial), yang dilakukan secara benar. Studi yang dimaksud juga
harus menggunakan variabel-variabel penelitian yang dapat diukur dan dinilai secara
obyektif (misalnya tekanan darah, kadar Hb, dan kadar kolesterol), di samping
memanfaatkan metode-metode pengukuran yang dapat menghindari resiko “bias” dari
penulis atau peneliti.
- Clinical expertise.
Untuk menjabarkan EBM diperlukan suatu keterampilan klinik (clinical skills) yang
memadai. Di sini termasuk keterampilan untuk secara cepat mengidentifikasi kondisi
pasien dan menentukan diagnosis secara cepat dan tepat, termasuk mengidentifikasi faktor-
faktor resiko yang menyertai serta memperkirakan kemungkinan manfaat dan resiko (risk
and benefit) dari bentuk intervensi yang akan diberikan. Keterampilan klinik ini hendaknya
juga disertai dengan pengenalan secara baik terhadap nilai-nilai yang dianut oleh pasien
serta harapan- harapan yang tersirat dari pasien.
- Patient values.
Setiap pasien, dari manapun berasal, dari suku atau agama apapun, tentu mempunyai nilai-
nilai yang unik tentang status kesehatan dan penyakitnya. Pasien juga tentu mempunyai
harapan-harapan atas upaya penanganan dan pengobatan yang diterimanya. Hal ini harus
dipahami benar oleh seorang klinisi atau praktisi medik, agar setiap upaya pelayanan
kesehatan yang dilakukan, selain dapat diterima dan didasarkan pada bukti-bukti ilmiah,
juga mempertimbangkan nilai-nilai subyektif yang dimiliki oleh pasien.Mengingat bahwa
EBM merupakan suatu cara pendekatan ilmiah yang digunakan untuk pengambilan
keputusan terapi, maka dasar-dasar ilmiah dari suatu penelitian juga perlu diuji
kebenarannya untuk mendapatkan hasil penelitian yang selain update, juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
6
3. Langkah –langkah evidence based Medikin
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai situasi, khususnya jika timbul
keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah
dalam EBM adalah:
- Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah penyakit yang
diderita oleh pasien.
- Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
- Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.
- Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek pengambilan keputusan.
- Melakukan evaluasi terhadap efikasi dan efektivitas intervensi.
B. Tinjauan tentang asuhan pada bayi
b. Neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementerian kesehatan RI,2010.
Bayi baru lahir adalah bayi yang berusia satu jam yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Ni Komang
c. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih
dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat badan lahir 2.500-4000 gram
b. Umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit
kemerahana, mengisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian
Kesehatan RI,2010).
7
c. Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm
h. Lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan
j. Organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis
berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia
k. Mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Ni
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL Untuk menilai apakah bayi mengalami
asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuhbayi lahir dengan
tiga pertanyaan :
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera
dilakukan resusitasi.Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara
8
4. Asuhan kebidanan pada bayi
a. Penilaian bayi
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk menilai
kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan
tangisan bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi yang menagis
spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal dalam kondisi baik.
parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara sederhana yang disebut
dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting namun cukup
1) Nilai bayi sesat lahir (menit pertama) dengan kriteria penilaian seperti pada
table
1 : Asfiksia berat
9
Tabel 1.1 Sigtuna skor
Skor
Krteria
2 1 0
Pernafasan Teratur Mengap-megap Tidak ada
Denyut jantung >100 <100 Tidak ada
Sumber : Ari Sulistyawati,2012
3) Menit ke 5 sampai 10
berpatokan pada AFGAR skor dari 5 menit hingga 10 menit. Uraian cara
Skor 0 1 2
Appearance/warna kulit pucat Badan merah Seluruh tubuh
ekstremitas kemerahan
kebiruan
Pulse/denyut jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Grimace/reaksi Tidak ada Batuk/menangi Batuk/menangis
s
terhadap rangsangan
Activity/kontraksi otot Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
sedikit fleksi
Resoiration/pernafasan Tidak ada Lemah/tidak Menangis kuat
teratur
Sumber :Ari Sulistyawati,2012
10
b. Membersihkan jalan nafas (Kemenkes,2010)
Bayi normal menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung
menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara sebagai berikut:
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat
2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menengkuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah
ke belakang
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jaritangan yang
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis
Pada waktu baru lahir, bayi belum mau mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan
dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi
lahir tidak menagis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan
11
e. Inisiasi menyusui dini (IMD) (Kemenkes,2010)
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan sebaiknya bayi
langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu dibersihkan. Sentuhan kulit
dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam antara ibu dan
anak. IMD dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan
f. Posisi menyusui dan metode menyendawakan bayi (Kelly, Paula 2003 dalam
Posisi menyusui bayi ada tiga macam yaitu digendong, berbaring dan football
hold. Metode menyendawakan bayi ada tiga metode yakni disandarkan di bahu
ibu, bayi duduk di pangkuan ibu dan bayi berbaring dengan kepala miring
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum di haruskan untuk
tinggi, setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
h. Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan
semua neonatus fisiologis dan cukup bulan perlu vitamin K peroral 1mg/hari
dosis 0,5-1 mg I.M. (Prawirohardjo, 2009). Semua neonatus yang lahir harus diberi
12
penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri.
(Kemenkes, 2010)
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati. Selanjutnya Hepatitis B dan
DPT diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan
OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam (pada saat bayi pulang dari klinik)
atau pada usia 1 bulan. Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur2
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
petugas kesehatan.
1) Dua jam pertama sesudah lahirHal-hal yang dinilai waktu pemantaun bayi pada
13
2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinyaPenolong
b) Gangguan pernapasan
c) Hipotermia
d) Infeksi
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada saat bayi berada dalam klinik (dalam
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek
kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan
sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat
menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
diperbaharui tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama mendapat kontak
14
kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir minimal satu jam, bayi harus
dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bayinya siap
untuk menyusui, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi
Kesehatan untuk menjalankan proses Inisiasi Menyusu Dini, kewajiban ini berarti
memberikan Hak bagi ibu dan bayi untuk melakukan proses Inisiasi Menyusu Dini.
Dengan demikian, bidan berperan sangat penting dalam penerapan inisiasi menyusu
dini untuk menurunkan AKB. Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir
Indonesia sejak agustus 2007 dengan cara melakukan inisiasi menyusu dini.
Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk peningkatan sumber daya
manusia antara lain dengan jalan memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang akhirnya
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,
di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke
puting susu).
Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, bayi
ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah seluruh badan
tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini
sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu, dengan demikian ini menuntun bayi
untuk menemukan puting. Lemak (verniks) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
15
dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit ini bisa dilakukan sekitar satu jam
sampai bayi selesai menyusu. Selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding)
antara ibu dan bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi
menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam
proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Proses ini juga membantu
meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta lebih
mencintai bayi.
a. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri
yang tinggi dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan
keluarga, jadi akan membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau
keluarga mendampinginya.
c. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya.
e. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact,
selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi.
f. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan
16
g. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum
menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam
f. Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan mulut
terbuka lebar.
g. Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses menyusu pertama
selesai
i. Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah menyusu awal.
Tunda prosedur yang invasif seperti suntikan vit K dan menetes mata bayi.
j. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. Andaikan bayi
dipisahkan dari ibunya, yang terjadi kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya
dengan cepat sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula, jadi
akan lebih membantu apabila bayi tetapi bersama ibunya selama 24 jam dan
Menyusu Dini (IMD), selanjutnya bayi diberikan ASI secara eksklusif. Yang
17
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0 - 6
makanan padat, sedangkan ASI dapat terus diberikan sampai bayi berusia 2
tahun atau lebih. ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM di masa
yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI
pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena ASI
merupakan nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan
2. Baby friendly
Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi)
adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun
menawarkan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby
Friendly Hospital/ Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu
untuk memberikan bayi mereka awal kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis,
rumah sakit sayang bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan
terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan khusus karena telah
melakukannya. Sejak awal program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia
Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit
18
sayang bayi.
Dalam rangka mencapai program Baby Friendly Inisiative, semua provider rumah
b. Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang diperlukan untuk
c. Memberi tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui
d. Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran.
f. Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi medic
3. Regulasi tubuh bayi Bayi Baru Lahir dengan Kontak Kulit ke Kulit
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar
yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
19
Kontak kulit bayi dengan ibu dengan perawatan metode kangguru dapat
cara perawatan bayi dengan metode ini selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga
akan lebih sering menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan berat badan bayi
lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat dengan bayi, bahkan ibu bisa tetap
Cara melakukannya:
a. Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi baru lahir adalah
melalui kepala.
b. Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki
c. Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat
d. Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga yang dewasa
lainnya.
Kontak kulit ke kulit sangat berguna untuk memberi bayi kesempatan dalam
kalinya. Inilah kunci dari inisiasi menyusui dini yang akan sangat berpengaruh
Berdasarkan evidence based, pemotongan tali pusat lebih baik ditunda karena
sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Mengingat
fenomena yang terjadi di Indonesia antara lain tingginya angka morbiditas ataupun
20
Hyperbillirubinemia/ icterik neonatorum, selain itu juga meningkatnya dengan tajam
kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa tahu pemicu
penyebabnya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas kasus fenomena di atas
adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di langkah APN yaitu
pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir. Benar atau tidaknya asumsi tersebut,
beberapa hasil penelitian dari jurnal-jurnal internasional di bawah ini mungkin bisa
menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling
d. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi
f. Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.
Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007)
dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah
kelahiran, dan pada saat bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda,
menandakan prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada
saat proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi sistem
sirkulasi bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa
21
menyebabkan penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat
dilakukan pengekleman, pulse rate dan cardiac out put berkurang 50% karena
50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped off). Banyak
sekali akibat yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera
setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain
injury, cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eillen K. Hutton (2007) bahwa dengan
pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik
bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa
pemotongan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat
betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat terjadi.
Penjepitan tali pusat menjadi penting karena dapat menyediakan sumber Felebih
banyak dibanding penjepitan tali pusat dini. Penkepitan tali pusat membiarkan
aliran darah dan oksigen dari plasenta ke bayi melalui tali pusat yang terjadi sejak
dalam kandungan (baby’s lifeline) untuk melanjutkan peran penyuplai darah yang
22
teroksigenisasi, memfasilitasi perfusi paru dan mendukung transisi bayi menuju
Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta
ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi,
akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan
menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan
a. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Membersihkan tali
pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air. Hindari waktu yang lama bayi di
c. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa diolesi
d. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak karena dapat
e. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril hingga
Perawatan tali pusat untuk bayi baru lahir yaitu dengan tidak membungkus
puntung tali pusat atau perut bayi dan tidak mengoleskan cairan atau bahan
23
apapun ke puntung tali pusat. (JNPK-KR, 2008). Upaya untuk mencegah infeksi
tali pusat sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali
pusat dan daerah sekitarnya selalu bersih dan kering. Sudah banyak penelitian
yang dilakukan untuk meneliti bahan yang digunakan untuk merawat tali pusat.
Perawatan tali pusat secara medis menggunakan bahan antiseptik yang meliputi
Klorheksidin, Iodium Tinstor dan lain-lain yang disebut sebagai cara modern.
Dore 1998 membuktikan adanya perbedaan antara perawatan tali pusat yang
bahwa waktu pelepasan tali pusat kelompok alkohol adalah 9,8 hari dan
menggunakan ASI adalah 127 jam (Waktu tercepat 75 Jam) dan waktu pelepasan
menggunakan tehnik kering terbuka (Tanpa diberi apapun) rata-rata 192,3 jam
(Waktu tercepat 113 jam). Hasil penelitian Triasih, Widowati Haksari dan
alkohol (133,5±38,0 jam vs. 188,0 ±68,8 jam), Perbedaan rata-rata 54,5 jam. Dan
lebih efektif untuk perawatan tali pusat pada bayi sehat yang lahir cukup
24
pusat menggunakan alkohol karena memperlambat penyembuhan dan
tali pusat masih kontroversi dan hasil dari beberapa penelitian masih belum dapat
meningkatkan pembiayaan.
mengering, tidak ditutup, hanya dibersihkan setiap hari dengan air bersih,
merupakan cara paling efektif dan murah untuk perawatan tali pusat. (Sodikin,
2009).
BAB III
PEMBAHASAN
Abstrak
Latar Belakang : Inisiasi Menyusu Dini di Sulawesi Utara tahun 2010 menunjukkan
20,0 % dan pada tahun 2013menjadi 29,0 %, hanya meningkat 9% selama kurun
25
waktu 2 tahun sedangkan target WHO dikatakan baik jika mencapai 50 –89 %, ini
berarti target belum tercapai.Studi pendahuluan di Puskesmas Rawat Inap Kota
Tomohon dilakukan dengan caraobservasi, masih ditemukan tindakan persalinan
langsung memisahkan bayi dari ibunya setelah dilahirkan, ini berarti tidak
menerapkan inisiasi menyusu dini.
Tujuan :Untuk mengetahui determinan penerapan inisiasi menyusu dini oleh bidan
berdasarkan evidence based.
Metode :Jenis penelitianyang dipakai adalah Survei Analitik. Design yang digunakan
adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 42 bidan di Puskesmas
Rawat Inap Kota Tomohon, Cara pengambilan sampel berdasarkan besar populasi
yang berjumlah 42 bidan.
Hasil Penelitian :Sebagian besar bidan dengan kategori pengetahuan baik dan tidak
menerapkan IMD berdasarkan evidence basedyaitu 32 bidan (76,2%) dan bidan
dengan kategori pengetahuan kurang juga tidak menerapkan IMD berdasarkan
evidence basedyaitu 10 bidan (23,8%) sedangkan bidan dengan kategori pendidikan
baik dan menerapkan IMD berdasarkan evidence basedyaitu 4 bidan (100,0%) dan
bidan dengan kategori pendidikan kurang dan menerapkan IMD berdasarkan
evidence basedyaitu tidakditemukan.Kesimpulan :Sebagian besar bidan dengan
kategori pengetahuan baik tidak menerapkan IMD berdasarkan evidence basedyaitu
32 bidan (76,2%) dan bidan dengan kategori pengetahuan kurang juga tidak
menerapkan IMD berdasarkan evidence basedyaitu 10bidan (23,8%) sedangkan bidan
dengan kategori pendidikan baik menerapkan IMD berdasarkan evidence basedyaitu
4 bidan (100,0%) dan bidan dengan kategori pendidikan kurang menerapkan IMD
berdasarkan evidence basedyaitu tidak ditemukan.
JURNAL : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR (BBL) PADA IBU USIA PERKAWINAN
KURANG DARI 18 TAHUN (Di Wilayah Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri)
Abstract
26
Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan virus dan
kuman selama proses persalinan maupun beberapa saat setelah lahir. Perawatan BBL yang tidak
tepat dapat menimbulkan masalah kesehatan pada bayi sampai kematian. Kesalahan tersebut
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesiapan ibu dalam perawatan BBL. Usia perkawinan
ibu yang terlalu muda (kurang dari 18 tahun) memungkinkan kurangnya pengetahuan dan
kesiapan ibu dalam perawatan BBL. Di Jawa Timur (2015), remaja yang menikah di usia dini
sebanyak 53 per 1000 pernikahan dan angka rata-rata nasional 48 per 1000 pernikahan. Hasil
wawancara terhadap 3 ibu BBL dengan usia kurang dari 18 tahun diketahui bahwa 2 orang
(66,67%) belum mengetahui cara merawat bayinya yang benar. Perawatan BBL yang dimaksud
antara lain perawatan tali pusat, memandikan bayi, memberi minum, membersihkan telinga,
membersihkan alat kelamin, mengganti popok bayi, dan menggunting kuku. Untuk itu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perawatan BBL pada ibu usia perkawinan kurang dari
18 tahun di wilayah Puskesmas Tiron kabupaten Kediri.
Abstrak
Neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Masa neonatus
merupakan masa kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Neonatus harus beradaptasi
dengan keadaannya yang sekarang dan sangat bergantung kepada sang ibu sampai menjadi mandiri.
sehingga ibu harus bisa menjaga kehangatan dan merawat bayinya setiap hari, melakukan perawatan
bayi yang benar dan tepat agar terciptanya hidup yang sehat tujuanya mampu melakukan asuhan
kebidanan Neonatus Normal pada bayi Ny. M secara komprehensif dengan pendekatan manajemen
27
kebidanan dan didokumentasikan dengan menggunakan metode SOAP. Metode penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini menggunakan deskriptif dengan study kasus. Sample Laporan Tugas Akhir ini pada bayi
baru lahir yang berjumlah satu orang yang ditunjuk oleh bidan. Bayi baru lahir ini akan diberikan asuhan
kebidanan dengan menggunakan 7 langkah varney dengan metode dokumentasi SOAP. Laporan tugas
akhir ini dilakukan pada periode kedua pada tanggal 28 April–4 Mei 2019. Hasil pemeriksaan ini bahwa
keadaan neonatus yaitu normal BB: 3.200 gram, PB: 50 cm, LK: 31 cm, LD: 33 cm, LL: 11 cm, Suhu : 350C,
Pernafasan 40x/menit, Laju jantung 130x/menit. Bayi Ny. M umur 1 hari cukup bulan sesuai dengan usia
kehamilan. Neonatus mendapatkan asuhan secara komprehensif dan mendapatkan konseling tentang
ASI eksklusif, tanda bahaya neonatus dan cara perawatan tali pusat. Kata Kunci : Neonatus Fisiologi
Referensi : 12 (2010–2017)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Evidence based
bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis. Dengan
28
demikian, dalam praktek, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik
dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya dan dipertanggung
jawabkan.
Jika semua penolong persalinan dan asuhan pada bayi dilatih agar kompeten
untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap
adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua
terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya
B. Saran
1. Evidence based
Adapun saran kami sebagai penyusun, yaitu sebagai seorang yang menggeluti
profesi kebidanan kita bisa lebih membuka wawasan tentang Evidence based
29
Sebagai seorang bidan kita harus mampu melakukan asuhan pada bayi dengan
dengan asuhan pada bayi sehingga kita dapat memberikan asuhan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Ellen Pesak.2017. Determinan penerapan Inisiasi Menyusui Dini oleh Bidan berdasarkan
Evidence Based di Puskesmas rawat inap kota Tomohon.Online :
file:///C:/Users/DEVTEK/AppData/Local/Temp/761-Article%20Text-1315-1-10-
20191112.pdf, diakses tanggal 31 Desember 2020.
Ni wayan Artini.2017. Asuhan kebidanan :neonates, bayi, balita dan prasekolah. Yogyakarta
:Andi
30
Novita Rudiyanti.2013. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini. Jurnal Keperawatan. Vol XI, No 1.http://poltekkes-
tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JKEP/article/view/2675 29 Desember 2020
31