Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN MINI-PROJECT

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGPANDAN

OLEH :

dr. Hendri Setiawan

Periode 7 Agustus – 7 November 2020

Pendamping:

dr. Okce Krisnawati


dr.Vembrianti Prasiwibawani

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

UPT. PUSKESMAS KARANGPANDAN

KABUPATEN KARANGANYAR

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN MINI-PROJECT

“GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGPANDAN”

UPT. Puskesmas Karangpandan

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Karanganyar, November 2020

Kepala UPT. Puskesmas Karangpandan Pendamping Internship

dr.Wahyu Purwadi Rahmat, M.Kes dr. Okce Krisnawati


NIP. 197204142002121007 NIP. 197910052006042012

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua
nikmat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mini
project yang berjudul “Gambaran Pemberian ASI Eksklusif dI Wilayah Kerja
Puskesmas Karangpandan”. Penyusunan laporan mini project ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang ikut berperan serta baik secara moral
maupun material.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa
hormat kepada :
1. dr. Wahyu Purwadi Rahmat,M.Kes selaku kepala Puskesmas Karangpandan.
2. dr. Okce Krisnawati dan dr.Vembrianti Prasiwibawani selaku pendamping, yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran, dan nasehat dalam
penyusunan laporan mini project ini dan bimbingan selama kegiatan di
puskesmas.
3. Pegawai Puskesmas Karangpandan, ibu kader yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan doa, dukungan, semangat serta bantuan dalam
melaksanakan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan mini project yang telah dibuat masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis berharap agar pada penelitian selanjutnya bisa lebih
baik lagi dengan mempertimbangkan saran yang ada. Penulis berharap agar penelitian
ini bermanfaat baik bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat luas.

Karangpandan , November 2020

iii
dr. Hendri SetiawanDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
I. PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang1
B. Perumusan Masalah3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian3
1. Tujuan Penelitian3
2. Manfaat Penelitian4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5


A. Air Susu Ibu (ASI) 5
1. Pengertian ASI 5
2. Komposisi ASI 5
3. Manfaat ASI 9
B. ASI Eksklusif 10
C. Kerangka Konsep 14
III. METODE PENELITIAN15
A. Jenis Penelitian 15
B. Tempat dan Waktu Penelitian 15
C. Desain Penelitian 15
D. Sampel Penelitian 15
E. Metode Pengumpulan Data 15
F. Instrumen Penelitian 16
G. Definisi Operasional 16

iv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17
A. Hasil 17
1. Deskripsi Karakteristik Responden 17
2. Deskripsi Pemberian ASI 18
3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik 19
B. Pembahasan 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN25
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
VI. DAFTAR PUSTAKA27
VII. LAMPIRAN29

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu Formula .........................8
Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan, Kalori dan Protein bayi menurut U/BB ...........................11
Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................................16
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Berdasarkan Karakteristik Responden ...............................17
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Pemberian ASI ..................................................................18
Tabel 4.3 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan
Karakteristik Responden ..................................................................................19

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum dipahami bahwa Air Susu Ibu (ASI) adalah gizi terbaik bagi

bayi. Khusus untuk bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan agar

diberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI

saja kepada bayi tanpa diberi makan dan minuman lain sejak lahir sampai enam

bulan kecuali obat dan vitamin. ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan

setiap bayi berhak untuk mendapatkan ASI. Mengingat pentingnya hal tersebut,

maka lahirlah surat keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/ SK/IV/2004

tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia.

Meskipun ASI eksklusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya, namun

kecenderungan untuk ibu menyusui bayinya secara eksklusif masih rendah. Riset

WHO pada tahun 2011 di seluruh dunia menyatakan kurang dari 40% bayi yang

berusia kurang dari enam bulan menyusu eksklusif (Matondang et al., 2008).

Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2012, AKB di Indonesia adalah sebesar 32/1000 kelahiran

hidup. Penyebab kematian tersebut erat hubungannya dengan status nutrisi. Data

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di Indonesia menunjukkan bahwa

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif secara Nasional sebesar 15,3 %. Presentase

di perkotaan sebesar 25,2% dan di pedesaan sebesar 29,3%. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pemberian ASI eksklusif di Indonesia dapat dikatakan buruk, hal

1
ini terkait dengan target pencapaian nasional pemberian ASI eksklusif sebesar

80% (DepKes RI, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliandarin (2009),

karakteristik ibu menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif, seperti umur

ibu, pekerjaan, pendidikan, dan tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

Ibu yang mempunyai sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk

memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi yang tinggi, selain itu

lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan cepatnya pemberian

susu botol yang artinya mengurai kemungkinan untuk menyusui bayi dalam

waktu yang lama (Arafah, 2012).

Pengetahuan yang mendasar seperti menyusui pada waktu sekarang ini

tampaknya cenderung semakin terlupakan. Nelvi (2009) menyebutkan proporsi

inisiasi pemberian ASI lambat banyak ditemukan pada ibu yang pengetahuannya

rendah yaitu 35,8%. Tak hanya pengetahuannya saja yang berhubungan dengan

perilaku pemberian ASI eksklusif, namun umur juga berpengaruh seperti yang

dikatakan Pudjiadji (2010) bahwa ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak

dapat menyusui bayinya dengan cukup.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kota yang tingkat pencapaian

ASI eksklusif yang masih belum memenuhi target. Cakupan ASI eksklusif di

Kabupaten Karanganyar pada tahun 2017 sebesar 61.6%. Sedangkan di tahun

2016 sebesar 61.1%. pada tahun 2015, tercatat sebanyak 58.1%. Kemudian 50.1%

untuk tahun 2014 dan 46.9% untuk tahun 2013 (Dinkes Karanganyar, 2017).

2
Meskipun angka tersebut terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun

belum mencapai target pencapaian nasional, yaitu pemberian ASI eksklusif

sebesar 80% (DepKes RI, 2014).

Mengingat pentingnya ASI eksklusif dalam peningkatan derajat kesehatan

bayi serta masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif yang masih belum

mencapai target di kabupaten Karanganyar, maka penulis tertarik ingin

mengetahui Gambaran Pemberian ASI eksklusif oleh ibu-ibu di wilayah

Karangpandan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu bagaimana gambaran pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Karangpandan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Karangpandan.

b. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan) sdi wilayah kerja Puskesmas Karangpandan.

2) Mengetahui presentase pemberian ASI eksklusif berdasarkan

karakteristik ibu di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan.

3
2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara

spesifik mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada orang tua tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

2) Bagi Pelayanan Kesehatan

a) Memberikan masukan kepada sarana pelayanan kesehatan agar

dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

b) Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan

cakupan program.

c) Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan

sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.

3) Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang

telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir

dalam menganalisa suatu masalah.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-

garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mammae ibu, yang berguna

sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen

dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak

memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi

yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi

yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI,

sehingga ia dapat menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya,

pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat menghasilkan

pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadji, 2010).

2. Komposisi ASI

Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan

karakteristik dan komposisi berbeda  yaitu:

a. Stadium Kolostrum

Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinanyang diproduksi

sebesar 150–300  ml/hari.Komposisi kolostrum ASI lebih banyak

mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan

5
ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum

protein yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level

immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang

masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga

mencegah alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar

(pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga

mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima

makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58

kalori/100 ml.

b. ASI transisi / peralihan

ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10.

Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein

semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal

ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai

aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa

ini pengeluaran ASI mulai stabil.

c. ASI matang / matur

ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya dengan 

volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya

stimulasi saat  laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus

berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.

6
Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping

selain ASI.

Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI

yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI

prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang

melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang lahir

sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki

kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak dibandingkan

ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih

belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan

terhadap permasalahan kesehatan (Nelson, 2008).

Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai

menyusu dan akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5

menit pertama) yang dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan

bening yang hanya mengandung sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini

berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer ini akan

membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu

berikutnya disebut  hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan

pada saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental

dan putih ini berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong,

mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak

lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan

7
oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak

memperoleh air susu ini (Nelson, 2008).

Tabel 2.1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu Formula

Properti ASI Susu Sapi Susu Formula


Kontaminasi Tidak ada Mungkin ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jumlah sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian
mudah dicerna sukar dicerna diperbaiki
Lemak - Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tidak ada lipase -Tidak ada
(ALE), DHA / AA DHA dan AA
-Mengandung - Tidak ada
lipase lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tidak dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dengan baik ekstra tidak
diserap dengan
baik
Vitamin Cukup Tidak cukup vit A,C Vit
ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan :
kerjasama WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000
3. Manfaaat ASI

8
a. Bagi Bayi
1) ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah
dicerna dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2) ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susu buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi
asam laktat yang bermanfaat untuk :
 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
 Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang
dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa
jenis vitamin.
 Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti
kalsium, magnesium.
3) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi
bayi selama 0-6 bulan pertama
 ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat
menyebabkan alergi pada bayi.
 ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit
jantung anak pada masa dewasa. 
b. Bagi Ibu
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula.
2) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3) Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam
bulan; dan ibu belum haid.

9
4) Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan
batin antara ibu dan bayi.
5) Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara
lain adalah sebagai berikut:
1) Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain.
2) ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja.
3) Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang
sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
B. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

hanya diberikan air susu ibu tanpa makanan tambahan lain dianjurkan sampai

enam bulan dan disusui sedini mungkin (Santosa, 2005).

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan

lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi berumur 0 -

6 bulan (Dinkes, 2008).

Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan

ideal 7,5 kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan

kalori 750kkal/hari, serta protein 18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI

yang diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan kalori sebesar 70kkal dan

protein sebesar 1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun waktu 6 bulan ASI

10
mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI

menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi

oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.

Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah

berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang

masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori jaringan usus bayi yang pada awalnya

berongga seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk protein ataupun kuman

akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi,

akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan (Pudjiaji, 2010).

Tabel 2.2 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB

Kebutuhan per hari


Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan ± 500 ± 350 8,75
3 bulan ± 600 ± 600 15
4 bulan ± 650 ± 650 16,25
5 bulan ± 700 ± 700 17,5
6 bulan ± 750 ± 750 18,75
7 bulan ± 800 ± 800 20
8 bulan ± 850 ± 850 21,25
9 bulan ± 900 ± 900 22,5
10 bulan ± 950 ± 950 23,75
11 bulan ± 1000 ± 1000 25
12 bulan ± 1050 ± 1050 26,25
2 tahun ± 1600 ± 1600 32

11
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif terdiri dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif terdiri dari umur ibu, pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan.
1. Umur
Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI
dibandingkan dengan ibu-ibu yang sudah tua. Hal ini terjadi karena
adanya pembesaran payudara pada setiap siklus ovulasi mulai dari
permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun.
Diatas umur 30 tahun terjadi degenerasi payudara dan kelenjar alveoli
secara keseluruhan, sehingga ASI yang diproduksi berkurang karena
alveoli merupakan kelenjar penghasil ASI (Pudjiadji, 2010).
Volume ASI yang dihasilkan ditentukan oleh umur ibu pada saat
hamil, ibu yang berumur 19-23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan
cukup ASI dibandingkan dengan yang berumur 30 tahunan. Primipara
yang berumur 35 tahun atau lebih biasanya tidak akan dapat menyusui
bayinya dengan jumlah ASI yang cukup Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Matondang (2008) yang menyatakan bahwa responden
berumur 20-35 tahun lebih baik pola menyusui bayinya dibanding dengan
responden yang berumur lebih dari 35 tahun.
2. Pekerjaan
Bekerja di luar rumah membuat ibu tidak berhubungan penuh dengan
anaknya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula daripada
menyusui anaknya (Roesli, 2005). Pada ibu-ibu yang bekerja di luar
rumah tidak ada waktu untuk menyusui bayinya selama masa jam kerja.
Oleh karena itu, banyak yang menhentikan pemberian ASI kepada
bayinya. Proporsi ibu yang tidak patuh memberikan ASI eksklusif pada
ibu yang tidak bekerja adalah 60%, dengan risiko 1,5 kali dibandingkan
yang tidak bekerja (Maryuani, 2010)

12
3. Pendidikan
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada
kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya
terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan
individu yang berpendidikan lebih rendah (Depkes RI, 2008). Pendidikan
juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia dalam
memberikan inisiasi dini serta memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya (Santoso, 2005).
4. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengalaman
penelitian menyatakan ternyata perilaku yang didasari pengetahuan lebih
baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo,
2008).
Pengetahuan tentang ASI mempunyai peranan dalam perilaku
pemberian ASI secara eksklusif. Rendahnya praktek pemberian ASI
eksklusif di Indonesia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
ASI (Widoyono, 2008). Dengan adanya pengetahuan mengenai ASI
eksklusif, ibu mempunyai sikap positif dalam memberikan ASI secara
eksklusif pada bayinya.

13
C. KERANGKA KONSEP

ASI mengandung zat yang sangat dibutuhkan bayi:


Kolostrum
Protein
Lemak
Vitamin
Zat besi
Zat anti infeksi (Imunoglobulin)
Laktoferin
Zink
Lisozim
Taurin

surat keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/ SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksk

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan dimana bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan dan minuman lai

Dipengaruhi oleh karakteristik ibu, yaitu: Keterangan:


Umur
Pendidikan : Diteliti
Pekerjaan
Tingkat pengetahuan
14
: Tidak diteliti

15
III. METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa posyandu di wilayah Puskesmas

Karangpandan pada bulan September 2020.

C. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu suatu subjek

penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan sekaligus pada

suatu saat yang sama (Notoatmojo, 2010).

D. SAMPEL PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 6 bulan – 5

tahun di beberapa Posyandu wilayah kerja Puskesmas Karangpandan yang

diambil secara acak.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data primer yang meliputi

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang di peroleh melalui wawancara

langsung dengan responden dengan menggunakan keusioner yang diberikan

kepada responden.

16
F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.

G. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Umur Penentuan Pernyataan Kuesioner  Muda ≤ 35 tahun Ordinal
umur dalam  Tua > 35 tahun
responden kuesioner
berdasarkan
tahun
kelahiran
Pendidikan Jenjang Pernyataan Kuesioner  Rendah ≤ SMP Ordinal
Ibu pendidikan dalam  Tinggi ≥ SMA
terakhir yang kuesioner
diselesaikan
responden
Pekerjaan Ibu Kegiatan yang Pernyataan Kuesioner  Tidak Bekerja Nominal
dilakukan dalam  Bekerja
responden kuesioner
untuk
mendapatkan
upah atau gaji
Tingkat Tingkat Pernyataan Kuesioner  Rendah < mean Ordinal
Pengetahuan pemahaman dalam  Tinggi ≥ mean
responden kuesioner
tentang ASI
dari
pertanyaan
yang diberikan
Pemberian Cara ibu Pernyataan Kuesioner  Tidak ASI Nominal
ASI dalam dalam eksklusif
pemberian ASI kuesioner  ASI eksklusif
pada bayinya
mulai saat
melahirkan
sampai bayi
berusia 6
bulan

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Bab ini menggambarkan dan menjelaskan hasil penelitian yang telah

dilakukan. Hasil penelitian akan dilihat berdasarkan karateristik responden yang

meliputi umur, pendidikan, perkerjaan, pengetahuan dan yang terakhir akan

dijelaskan hasil penelitian pemberian ASI Eksklusif berdasarkan karateristik

responden tersebut.

1. Deskripsi Karakteristik Responden

Berikut ini adalah informasi lengkap tentang karakteristik responden.

Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat

pengetahuan.

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Berdasarkan Karakteristik Respoden (N=55)


Persentase
Karakteristik Kategori Jumlah
(%)
Umur Muda 42 75%
Tua 13 25%

Pendidikan Rendah 26 46.3%


Tinggi 29 51.7%

Pekerjaan Tidak Bekerja 36 64.2%


Bekerja 19 33.8%

Tingkat Rendah 20 37.5%%


Pengetahuan Tinggi 35 62.5%

Pada Tabel 4.1 Distribusi jumlah berdasarakan karakteristik responden,

diperoleh gambaran umur yaitu, 42 orang (75%) berumur muda dan 13 orang

18
(25%) berumur tua. Dari hasil analisis data tersebut didapatkan sebagian besar

responden berumur muda.

Berdasarkan pendidikan, responden dibagi atas dua kategori yaitu

pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan

bahwa responden berpendidikan rendah yaitu 26 orang (46.3%) sedangkan 29

orang (51.7%) berpendidikan tinggi.

Berdasarkan status pekerjaan, diperoleh gambaran responden yang tidak

bekerja sebanyak 36 orang (64.2%) sedangkan responden yang bekerja 19

orang (33.8%).

Berdasarkan tingkat pengetahuan, responden dengan tingkat pengetahuan

rendah sebanyak 20 orang (37.5%) sedangkan tingkat pengetahuan tinggi

sebanyak 35 orang (62.5%).

2. Deskripsi Pemberian ASI

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Pemberian ASI (N=55)


Pemberian ASI Jumlah Presentase (%)
Tidak Eksklusif 8 14,6%

Eksklusif 47 85,4%

Pada Tabel 4.2 Distribusi jumlah berdasarkan gambaran pemberian ASI

yaitu, 8 orang (14,5%) responden memberikan ASI secara tidak eksklusif dan

47 orang (85,4%) responden memberikan ASI secara eksklusif. Dari tabel

19
tersebut didapatkan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI secara

eksklusif.

3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik

Tabel 4.3 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan


Karakteristik Responden(N=51)

Pemberian ASI

Karakteristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Total


Jml % Jml % Jml %
Umur Muda 1 2.38% 41 97.6% 42 100%

Tua 7 53.8% 6 46,2% 13 100%

Pendidikan Rendah 4 15.4% 22 84.6% 26 100%

Tinggi 4 13.8% 25 86.4% 29 100%

Pekerjaan Tidak Bekerja 6 16.7% 30 83.3% 36 100%

Bekerja 2 10.53% 17 89.47% 19 100%

Pengetahuan Rendah 3 15% 17 85% 20 100%

Tinggi 5 14.28% 30 85.72% 35 100%

Dari hasil penelitian pada Tabel 4.3 gambaran pemberian ASI eksklusif

berdasarkan karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI

eksklusif paling banyak pada ibu berumur muda yaitu 41 orang (97.6%), lebih

20
besar dari proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu berumur tua yaitu 6

orang (46.2%).

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memberikan

ASI eksklusif memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 22 orang

(84.6%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

sebanyak 25 orang (86,3%).

Tabel 4.3 menunjukan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif dominan

pada ibu yang bekerja yaitu 17 orang (89.47%), lebih besar dari pada ibu yang

tidak bekerja yaitu 30 orang (83.3%).

Tabel 4.3 menunjukan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif lebih

besar pada responden yang pengetahuannya tinggi yaitu 30 orang (85.72%),

sedangkan responden yang pengetahuannya rendah 17 orang (85%).

B. PEMBAHASAN

1. Interpretasi dan Hasil Diskusi

Penelitian mengenai gambaran pemberian ASI eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Karangpandan ini dilaksanakan pada bulan September 2020

di posyandu wilayah kerja Puskesmas Karangpandan. Menggunakan random

sampling, didapatkan 55 ibu yang memiliki balita usia 6 bulan – 5 tahun. Dari

55 ibu tersebut didominasi oleh ibu usia muda (75%) dan ibu dengan

pendidikan tinggi (51.7%). Selain itu, jumlah ibu yang tidak bekerja juga

lebih banyak dibanding ibu yang bekerja, yaitu 64.2% ibu tidak bekerja.

21
Sedangkan untuk tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif didapatkan

hasil bahwa 62.5% ibu memiiki pengetahuan yang tinggi. Data tersebut

merupakan data primer yang diperoleh dari pengisian kuisioner dan

wawancara.

Secara umum, dari penelitan ini didapatkan hasil bahwa proporsi ibu

yang memberikan ASI eksklusif lebih besar dibandingkan ibu yang tidak

memberikan ASI eksklusif, yaitu 47 orang (85.4%) untuk ibu yang

memberikan ASI eksklusif dan 8 orang (14.6%) untuk ibu yang tidak

memberikan ASI Eksklusif. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa cakupan

perilaku ibu menyusui eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Karangpandan

cukup baik. Tingginya cakupan pemberian ASI esklusif di wilayah kerja

Puskesmas Karangpandan ini kemungkinan dikarenakan beberapa faktor,

yaitu: usia ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu. Sedangkan untuk tingkat

pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif tidak memberikan hasil yang

signifikan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa usia ibu berpengaruh pada perilaku

pemberian ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada ibu usia

muda (97.6%) lebih tinggi dibandingkan dengan ibu usia tua (46.2%). Hal

tersebut kemungkinan karena ibu usia tua mengalami kendala seperti produksi

ASI yang tidak lancar. Sehingga produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan

bayi. Selanjutnya ibu memberikan susu formula maupun makanan bayi

sebagai tambahan.

22
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendidikan ibu

mempengaruhi perilaku pemberian ASI ekslusif. Dari 29 ibu berpendidikan

tinggi, 25 orang (86.4%) memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Sedangkan dari 26 ibu berpendidikan rendah, 22 orang (84.65%) memberikan

ASI eksklusif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan

tinggi lebih mengerti dan sadar akan pentingnya ASI eksklusif.

Pada umumnya, ibu yang bekerja cenderung rendah dalam perilaku

pemberian ASI eksklusif. Namun dalam penelitian ini menunjukkan hasil

sebaliknya, yaitu 89.47% dari ibu yang bekerja tetap memberikan ASI

eksklusif. Hal tersebut dikarenakan jadwal bekerja yang cenderung lebih

singkat selama masa pandemi. Sedangkan untuk ibu yang tidak bekerja,

83.3% memberikan ASI esklusif.

Tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif dalam penelitian ini

dibagi menjadi dua golongan, yaitu tingkat pengetahuan rendah dan tinggi.

Hasilnya, 85.7% ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memberikan ASI

eksklusif dan 85% ibu dengan pendidikan rendah memberikan ASI eksklusif

untuk bayinya. Hasil ini menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara

tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan

tingkat pengetahuan rendah pun tetap memberikan ASI eksklusif.

Secara garis besar, alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif dalam

penelitian ini antara lain karena pemberian makanan pendamping ASI yang

terlalu dini, memberikan susu formula dan madu karena dengan alasan air

23
susunya belum keluar dan dikhawatirkan kondisi bayi menjadi tidak sehat

karena kekurangan cairan, dan karena anjuran dari keluarga untuk segera

memberi makanan tambahan agar bayi lebih cepat tumbuh.

Hasil pada penelitian ini berbeda dengan hasil laporan SDKI 2002-2003

yaitu bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan masih rendah. Dari

hasil yang didapatkan sebesar 85.4%, perolehan presentase pemberian ASI

eksklusif tersebut sudah mencapai target Departemen Kesehatan yaitu 80%.

(Depkes, 2011). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena adanya

perbedaan keadaan di tengah pandemi ini dimana banyak ibu yang jam

kerjanya berkurang sehingga lebih banyak kesempatan untuk memberikan

ASI eksklusif. Selain itu, perkembangan teknologi informasi juga

memudahkan ibu untuk mendapatkan informasi pentingnya pemberian ASI

eksklusif.

Meskipun penelitian menunjukkan bahwa program penggalakan ASI

eksklusif sudah cukup baik dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Karangpandan. Namun program ini harus tetap terus dikembangkan agar

dapar mempertahankan bahkan memperbaiki angka cakupan tersebut.

Meskipun angka cakupan tinggi, namun dari hasil penelitian menunjukkan 20

dari 55 ibu memiliki tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif. Sebagian

ibu dengan tingkat pengetahuan rendah memberikan ASI eksklusif hanya

mengikuti perintah tanpa mengetahui definisi ASI eksklusif, manfaat bagi ibu

dan bayi, dan jangka waktu pemberiannya. Meskipun dari hasil penelitian ini

24
ringkat pengetahuan rendah tidak berpengaruh signifikan pada perilaku

pemberian ASI eksklusif namun alangkah baiknya jika pendidikan mengenai

ASI eksklusif lebih masif lagi sehingga tingkat pengetahuan ibu mengenai

ASI eksklusif pun lebih baik

Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting bagi terbentuknya

perilaku seseorang, dan pengetahuan juga merupakan langkah awal dari

pembuatan keputusan yang akhirnya seseorang akan berbuat atau berperilaku

sesuai degan pengetahuan yang diperolehnya (Notoatmodjo, 2013). Dengan

demikian orang yang mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang ASI

eksklusif maka akan melakukan praktek pemberian ASI eksklusif.

Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal, penyuluhan,

dan informasi dari media massa. Dengan adanya pengetahuan tersebut akan

menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi sikap mereka. Hasil atau

perubahan sikap ini akan bersifat jangka panjang karena didasari oleh

kesadaran mereka sendiri, bukan karena paksaan. Konsep teori ini sejalan

dengan hasil penelitian, dimana ditemukan data responden dengan

pengetahuan tinggi lebih besar yang memberikan ASI eksklusif.

25
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Karakteristik responden lebih banyak berumur muda 67%, lebih dari

separuh berpendidikan tinggi, mayoritas tidak bekerja, dan 62.5%

responden memiliki pengetahuan tinggi.

2. Hasil penelitian menunjukkan 85.4% responden memberikan ASI

secara eksklusif kepada bayinya, dimana angka tersebut sudah

mencapai target angka cakupan sebesar 80%.

B. SARAN

1. Saran bagi Dinas Kesehatan Kab.Karanganyar

Faktor usia, pendidikan, dan pekerjaan responden akan mempengaruhi

tingkat pemberian ASI eksklusif, untuk dinas kesehatan perlu

melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Perlunya penyebaran informasi mengenai manfaat dan cara

memberi ASI yang baik dan benar kepada ibu yang memiliki bayi

dan balita melalui berbagai seminar, penyuluhan, konseling dan

media.

b. Mengusulkan kepada pemerintah Karangpandan agar dibuat suatu

kebijakan kepada ibu yang bekerja agar berikan agar diberikan

26
waktu dan tempat khusus untuk memerah ASI saat bekerja,

sehingga ibu dapat memberikan ASI kepada anaknya.

c. Mengadakan pelatihan kepada kader mengenai manajemen laktasi.

2. Bagi Puskesmas Karangpandan

Perlu ditingkatkan edukasi pengetahuan dasar ASI eksklusif dengan

cara:

a. Petugas kesehatan harus mempunyai pengetahuan yang baik

mengenai ASI dan kemampuan konseling dan menyuluh.

b. Melakukan evaluasi setiap bulannya terhadap keberhasilan kepada

petugas kesehatan dalam melakukan konseling, penyuluhan, dan

pelaporan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif, dan subjek penelitian

adalah ibu, selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan petugas

kesehatan sebagai subjeknya, karena terkait dengan penelitian yang

akan datang dengan variabel yang berbeda.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Nur. 2012Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi


Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. FK
USU: Medan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Buku Bagan Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Dinkes Kabupaten Karanganyar. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar


2017. Dinkes Kab. Karanganyar: Karangayar.

KEMENKES RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Pusat data dan informasi kementrian
kesehatan: Jakarta

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media:
Jakarta

Matondang, C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu.
Dalam: Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar Alergi-
Imunologi Anak, Edisi II. Badan Penerbit IDAI: Jakarta

Nelson E Waldo.2008.Text Book of Paediatric 18th edition. Philadelphia: Saunders

Nelvi. 2009. Faktor-Faktor Berhubungan dengan Inisiasi Pemberian ASI. FKM UI:
Depok.

Notoatmodjo, S. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Cetakan


Kedua. Rineka Cipta: Jakarta

Notoadmojo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitan Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Notoadmojo, Soekidjo, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta:


Jakarta

Nuryanto. 2012. Hubungan status gizi terhadap terjadinya penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Jurnal Pembangunan Manusia. Vol.
6, no. 2, pp. 1-12

28
Pudjiadji, Solihin. 2010. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif Edisi III. Trubus Agriwidya: Jakarta

Santosa, A. 2005. Seni Menyusui Bayi: Bagaimanakah teknik menyusui paling baik
bagi bayi, Progre: Jakarta

WHO. 2012. World Health Statistics 2012. World Health Organization: France

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta

29
Yuliandarin. 2009. Faktor-faktor yang memengaruhi ASI eksklusif. Eirlangga:

JakartaLAMPIRAN

KUESIONER

Identitas Anak
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Identitas Responden
Nama Ibu :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
ASI Eksklusif : Ya / Tidak
PENGETAHUAN
1. Apakah Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
2. Bila jawaban ya, apa pengertian ASI eksklusif menurut ibu ?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat
sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia
2 tahun
3. Menurut ibu kapan kah seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan

1
4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila jawaban ya, manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI ?
a. Memberi nutrisi
b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
d. Semua jawaban benar
6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ?
a. Kolostrum
b. Antibodi
c. Protein susu, taurin, karbohidrat ,lemak
d. Semua benar
7. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?
a. ASI eksklusif bikin anak cerdas dan mandiri
b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
c. A dan B benar
d. Semua salah
8. Apakah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat
bagi ibu ?
a. Ya
b. Tidak
9. Bila jawaban ya, manfaat apa yang didapatkan oleh ibu ?
a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan
b. Menunda kehamilan berikutnya
c. Lebih cepat langsing
d. Semua jawaban benar
10. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa bayi
dilanjutkan diberikan ASI ?
a. ASI dihentikan setelah pemberian ASI eksklusif
b. 8 bulan

2
c. 1 tahun
d. 2 tahun
LAMPIRAN

FOTO KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai