Anda di halaman 1dari 17

EVIDANCED BASED PRACTICE DALAM KEPERAWATAN ANAK

SEHAT “PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP


PERTUMBUHAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA
KOTA KENDARI”

DI SUSUN OLEH

NI PUTU NITA AYU SANDRA (P07120216058)

KELAS B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Telaah
Jurnal Keperawatan Anak yang berjudul Evidanced Based Practice Dalam
Keperawatan Anak Sehat “Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap
Pertumbuhan Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penampilan maupun dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun jika terdapat kesalahan,
kekurangan, dan kata – kata yang kurang berkenan dalam makalah ini, dan tentu
saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Denpasar, 05 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Konsep Evidance Based Practice Dalam Keperawatan Anak......................3

1. Definisi Evidance Based Practiced (EBP).................................................3

2. Tujuan Evidance Based Practiced (EBP)..................................................4

3. Manfaat Evidance Based Practiced (EBP):..............................................5

4. Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan.............................................5

B. Pembahasan Hasil Telaah Jurnal...................................................................8

BAB III SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencapaian pemberian air susu ibu (ASI) di Indonesia masih


rendah.Tahun 2010 pemberian ASI saja pada bayi usia enam bulan di Indonesia
hanya 15,3 persen, dan pada tahun 2013 pemberian ASI eksklusif hanya
sebesar 30,2 persen, sementara target nasional di atas 80 persen. Rendahnya
pemberian air susu ibu (ASI) merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak.
Bayi yang tidak diberi ASI dari lahir sampai usiam6 bulan dapat berakibat
buruk pada gizi dan kesehatan bayi (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,2013).
Menurut Fikawati (2010), alasan yang menjadi penyebab kegagalan
praktek ASI eksklusif bermacam-macam, seperti budaya memberikan makanan
pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar,
menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja,
serta ibu ingin mencoba susu formula. Faktor predisposisi kegagalan ASI
eksklusif antara lain adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan inisiasi
menyusui dini (IMD). Selain itu, gencarnya promosi susu formula dan
kebiasaan memberikan makanan/minuman secara dini pada sebagian
masyarakat, menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif.
Menurut Agam (2012); Yulianah (2013), mengemukakan bahwa pemberian
ASI eksklusif tidak berhubungan secara signifikan dengan beberapa faktor dari
ibu, antara lain pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan dari ibu itu sendiri.
Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan membutuhkan asupan gizi yang
diperoleh melalui pemberian ASI eksklusif. Gangguan tumbuh kembang pada
awal kehidupan bayi dapat disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi,
pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini atau terlalu lambat dan
ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Beberapa penelitian
tentang pemberian ASI eksklusif dengan pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan yang
hasilnya adalah menurut penelitian Megawati (2012), didapatkan bahwa bayi
yang tergolong pertumbuhannya tidak normal paling banyak pada bayi yang

1
tidak diberi kolostrum yakni 58,8 %, dan menurut penelitian dari Sucipto
(2012), didapatkan hasil bahwa dari 122 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
sebagian besar (95,10%) memiliki berat badan normal dan sebagian kecil
mengalami pertumbuhan berat badan lebih (2,45%) dan pertumbuhan berat
badan kurang yaitu sebesar 2,45 persen. Dan yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif sebagian besar (68,57%) mengalami berat badan yang kurang dan
sebagian kecil (5,71%) mengalami pertumbuhan berat badan yang normal,
sedangkan yang mengalami berat badan sangat kurang yaitu sebanyak 28,12
persen.
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang ingin dibahas adalah


“Adakah pengaruh pemberian ASI Ekslusif terhadap petumbuhan dan
perkembangan bayi 0-6 bulan?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian ASI Ekslusif terhadap pertumbuhan Bayi


usia 0-6 bulan.

2. Tujuan Khusus

Membahas telaah jurnal mengenai pengaruh pemberian ASI Ekslusif


terhadap pertumbuhan bayi 0-6 bulan.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Evidance Based Practice Dalam Keperawatan Anak


1. Definisi Evidance Based Practiced (EBP)

Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil


keputusan klinis berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid.
Dengan kata lain, EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil
penelitian ke dalam praktek keperawatan sehingga perawat dapat
meningkatkan rasa pedulinya terhadap pasien. EBP merupakan suatu
pendekatan memecahkan masalah untuk mengambilan keputusan dalam
organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu
pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti - bukti
nyata yang baik (pasien dan praktisi). Evidence Based Practice (EBP)
adalah Penggunaan bukti terbaik saat ini secara sadar dan bijaksana dalam
hubungannya dengan keahlian klinis, nilai pasien, dan keadaan untuk
memandu keputusan perawatan kesehatan. EBP merupakan pendekatan
yang dapat digunakan dalam praktik keperawatan kesehatan, yang
berdasarkan hasil penelitian atau fakta dan bukan hanya asumsi untuk
menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan.

Menurut (Ingersoll G, 2000), EBP adalah penggunaan teori dan


informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara teliti, jelas
dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan
keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut. Sedangkan
menurut (Mullhal 1998), EBP merupakan penggabungan bukti yang
diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis ditambah dengan pilihan
dari pasien ke dalam keputusan klinis.

4
Haynes et al (1996) membuat suatu model keputusan klinis
berdasarkan bukti ilmiah. Pada model tersebut, terdapat 4 komponen yang
dapat mempengaruhi pengelolaan masalah yang dihadapi pasien yaitu :

a. Keahlian klinis Keahlian klinis merupakan elemen penting dalam


mengaplikasikan aturan-aturan dan panduan yang ada dalam memberikan
asuhan keperawatan.
b. Bukti/hasil penelitian Kunci penggunaan bukti/hasil penelitian adalah dengan
memastikan bahwa desain penelitian yang tepat digunakan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Masing-masing desain penelitian mempunyai tujuan,
kekuatan dan kelemahan. Penelitian kuantitatif (randomized trials dan
review sistematik) merupakan desain penelitian yang terbaik untuk
mengevaluasi intervensi keperawatan. Di lain pihak, penelitian kualitatif
merupakan desain terbaik yang dapat digunakan untuk memahami
pengalaman, tingkah laku dan kepercayaan pasien.
c. Pilihan pasien Pilihan pasien terhadap asuhan perawatan dapat meliputi
proses memilih perawatan alternatif dan mencari second opinions. Dewasa
ini pasien telah mempunyai akses yang luas terhadap informasi klinis dan
menjadi lebih sadar tehadap kondisi kesehatannya. Pada beberapa hal,
pilihan pasien merupakan aspek penting dalam proses pengambilan
keputusan klinis.
d. Sumber - sumber Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah
sumber-sumber terhadap perawatan kesehatan. Hampir seluruh keputusan
dalam perawatan kesehatan mempunyai implikasi terhadap sumber-sumber,
misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai potensi yang menguntungkan
bagi pasien, namun tidak dapat segera dilaksanakan karena keterbatasan
biaya.

2. Tujuan Evidance Based Practiced (EBP)


a. Memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar
dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil
penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat
pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai kesempurnaan dalam

5
pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk
memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok, 200l / 2002).
b. Menurut Stout & Hayes (2005), EBP bertujuan untuk memberi alat,
berdasarkan bukti-bukti terbaik, untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani gangguan kesehatan artinya dalam memilih suatu pendekatan
pengobatan kita hendaknya secara empiris melihat kajian penelitian yang
menunjukkan keefektifan suatu pendekatan terapi tertentu pada diri
individu tertentu.

3. Manfaat Evidance Based Practiced (EBP):


a. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik keperawatan.
b. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk.
c. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil
penelitian.
d. Mengeliminasi budaya layanan kesehatan dimana praktik yang tidak
e. berbasis bukti
f. Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
g. Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas perawatan pada pasien

4. Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan


Proses keperawatan merupakan cara berpikir perawat tentang
bagaimana mengorganisir perawatan terhadap individu, keluarga dan
komunitas. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dalam proses ini, antara lain
membantu meningkatkan kolaborasi dengan tim kesehatan, menurunkan biaya
perawatan, membantu orang lain untuk mengerti apa yang dilakukan oleh
perawat, diperlukan untuk standar praktek profesional, meningkatkan
partisipasi klien dalam perawatan, meningkatkan otonomi pasien,
meningkatkan perawatan yang spesifik untuk masing-masing individu,
meningkatkan efisiensi, menjaga keberlangsungan dan koordinasi perawatan,
dan meningkatkan kepuasan kerja (Wilkinson, 2007).
Dalam proses keperawatan, terdapat banyak aktivitas pengambilan
keputusan dari saat tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi

6
dan evaluasi. Pada setiap fase proses keperawatan tersebut, hasil-hasil
penelitian dapat membantu perawat dalam membuat keputusan dan melakukan
tindakan yang mempunyai dasar/rasional hasil penelitian yang kuat.
Evidence-based practice merupakan prioritas utama bagi pemimpin
keperawatan di organisasi pelayanan kesehatan di negara maju (Hart et al.,
2008). Perawat dalam tatanan klinis harus menggunakan evidence-based
practice dan penelitian untuk mempertajam keterampilan klinis mereka,
mengembangkan dan menerapkan standar operasional prosedur, melaksanakan
intervensi keperawatan yang efektif, dan mengembangkan rencana perawatan
untuk mengoptimalkan keberhasilan perawatan pada pasien. Oleh karena itu,
dalam penerapan evidence-based practice dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan perawat yang profesional dan kompeten.
Pada kenyataannya, penerapan evidence-based practice tampak masih
berfokus di kota-kota besar baik di dalam maupun di luar negeri. Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Jatinangor Kabupaten
Sumedang, pemberian asuhan keperawatan oleh perawat dan bidan belum
menerapkan evidence based practice. Beberapa faktor menjadi pendukung
adanya fenomena tersebut. Namun dari berbagai faktor yang terkaji, terdapat
salah satu faktor utama yang mendukung fenomena pada penelitian ini yaitu
perawat dan bidan kurang terpapar dengan konsep evidence-based practice.
Dalam konsep pendidikan keperawatan di Indonesia, sejak menempuh
jenjang pendidikan keperawatan, perawat dan bidan sudah dituntut untuk
berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan
keperawatan (Simamora, 2009). Akan tetapi, kondisi lingkungan kerja yang
tidak menerapkan evidence-based practice dalam pemberian asuhan
keperawatan, dapat menyebabkan perawat dan tenaga kesehatan lainnya lupa
dengan kompetensi penerapan evidence-based practice.
a. Tahap Pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji
kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui

7
wawancara dengan pasien, anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga
kesehatan yang lain dan juga dapat melalui rekam medis, dan observasi.
Masing-masing sumber tersebut berkontribusi secara unik terhadap hasil
pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat digunakan dapat
berupa hal yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan informasi,
tipe informasi ap ayang perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh
bagian data pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan
informasi. Hasil penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih
alternative metode atau bentuk untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat
pelayanan tertentu.
Pengkajian saat pasien masuk dirumah sakit mengidentifikasi
kebutuhan pasien, membantu pemberi layanan obstentri dalam
menentukan diagnosis yang tepat, dan memastikan asuhan perawatan yang
tepat diberikan. Waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi pengumupulan
data pasien masuk rumah sakit dan kedalaman data yang dikumpulkan
harus berdasarkan kondisi pasien. Misalnya, jika ibu senang berbicara,
tersenyum, dan tidak dalam keadaan nyeri, pengkajiaan komprehensif dari
kepala ke kaki haru dilakukan. Jika ibu mengeluh dan menggerutu dan
memberi tahu bahwa bayinnya akan lahir, pengkajian dapat meliputi
pemeriksaan dalam dan menghubungi bidan saat mempersiapkan segala
sesuatu untuk proses melahirkan.
Jika perawat menerima telepon yang memberi tahu perawat bahwa
pasien akan datang, anda harus mulai mengumpulkan data dengan
meninjau rekam medis prenatal pasien. Data tembahan dapat
dikumpulkansetelah pasien tiba, jika waktu memungkinkan, melalui
skrining fisik, psikologis,dan sosial. Waktu yang dibutuhkan untuk
melengkapi dan mendokumentasikan pengkajian dapat bergantung pada
protocol rumah sakit. Kemudian, rencana perawatan dikembangkan
berdasarkan diagnose medis, diagnose keperawatan, dan kebutuhan yang
diungkapkan pasien. Rencana keperawatan ini harus dievaluasi dan
direvisi secara kontinu untuk menggambarkan perubahan kebutuhan
pasien.

8
b. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang
terkait membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan frekuensi
terjadinya masing-masing batasan karaktersitik yang terkait dengan suatu
diagnosis keperawatan.
c. Tahap perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain
hasil penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu
yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu, tipe dan
masalah tertentu, dan pada pasien tertentu.
b. Tahap intervensi / implementasi
Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan
intervensi keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-
hasil penelitian.
c. Tahap evaluasi
Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi
yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah
efektif dari segi biaya. Hasil penelitian yang dapat digunakan pada tahap
ini adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu
pemberian asuhan keperawatan.

B. Pembahasan Hasil Telaah Jurnal


1. Problem
Data dari Dinas Kesehatan Kota Kendari menunjukkan cakupan ASI
eksklusif tiga tahun terakhir belum mencapai target nasional, dimana pada tahun
2011 tercatat sebanyak 52,38%, tahun 2012 pencapaian menurun menjadi
32,52%,
Pada tahun 2013 mencapai sebesar 59,24%. Sedangkan cakupan ASI
eksklusif pada Puskesmas Kecamatan Poasia tiga tahun terakhir yaitu tahun 2011
sebesar 60,89%, pada tahun 2012 sebesar 33,54%, dan tahun 2013 sebesar
63,36% (Dinas Kesehatan Kendari,2013). Data tersebut menunjukkan bahwa
pencapaian ASI eksklusif di kota Kendari belum seperti yang diharapkan.

9
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 105 ibu yang memiliki bayi usia 0-4
bulan.
2. Intervention

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0
sampai dengan 4 bulan untuk mengetahui pemberian ASI eksklusif, dan
bayinya yang usia 0 - 4 bulan untuk mengetahui pertumbuhan bayi yang
berjumlah 105 orang terdiri dari 51 orang yang diberi ASI eksklusif dan 54
orang yang tidak diberi ASI eksklusif.

3. Comparison
1) Jurnal ”Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Status Gizi Dan
Perkembangan Bayi Di Puskesmas Trucuk I”
Hasil :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI
Eksklusif dengan status gizi dan perkembangan bayi usia 6-12 bulan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik. Analisis
bivariat menggunakan chi square dan multivariat regresi logistik. Hasil
penelitian ini menunjukkan ASI eksklusif berpengaruh terhadap status gizi bayi
dengan nilai OR 21,317. Artinya, ibu yang memberikan ASI tidak eksklusif
beresiko 21,3 kali memiliki bayi dengan status gizi kurang. Demikian pula studi
di Kenya menunjukkan terjadi peningkatan risiko gizi ketika makanan pelengkap
diberikan lebih awal (Amsalu&Tigabu, 2008.)
Tingkat pendidikan ibu tidak berpenga- ruh secara signifikan terhadap
status gizi bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nilakesuma
(2013) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu dengan status gizi. Tidak berpengaruhnya tingkat pendidikan
ibu terhadap status gizi bayi dimungkinkan karena semakin banyaknya
informasi yang dapat diperoleh ibu dari berbagai sumber sehingga tidak harus
melalui jalur formal ibu dapat mengaksesnya.

2) Jurnal “Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Perkembangan Bayi


Di Desa Kekait Kecamatan Gunung Sari”

10
Hasil :
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional
analitik. Populasi dalam penelitian 62 bayi berumur 6-12 bulan. Jumlah
sampel penelitian sebanyak 54 subjek. Cara pengambilan sampel
menggunakan tehnik non probability sampling dengan metode purposive
sampling. Penelitian dilakukan di Desa Kekait Kecamatan Gunung Sari.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar karakteristik
berdasarkan umur 20-35 tahun sebanyak 90,7%, pendidikan dasar sebanyak
53,7%, jumlah anak 2-4 sebanyak 64,8% dan pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 64,8%. Hasil uji Chi-Square 0,000 sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara pemberian ASI ekslusif
terhadap perkembangan bayi. Anak yang mendapatkan ASI sejak dini
umumnya mengalami perkembangan dengan cepat dibandingkan dengan anak
yang hanya mendapatkan susu formula karena pada anak yang hanya
mendapatkan susu formula biasanya mengalami perkembangan yang kurang
atau terlambat dan akan mempengaruhi kualitas anak. Hal ini disebabkan
karena ibu sibuk bekerja, bentuk payudara menjadi tidak indah, ASI tidak
cukup, ASI tidak keluar, serta susu formula itu dianggap lebih praktis. Padahal
seorang ibu mempunyai kewajiban yang penting yaitu dengan mendidik
anaknya melalui pemberian ASI yang merupakan hak dari anak yang akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak

4. Outcome

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase


pemberian ASI ekslusif di posyandu (48,57%), lebih rendah daripada
pencapaian Puskesmas Poasia tahun 2013. Berdasarkan hasil uji T
independen pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ASI
ekslusif berpengaruh terhadap pertumbuhan pada bayi yang diberi ASI
ekslusif dan non ASI ekslusif tapi tidak signifikan dengan nilai P > 0,05.
Hal ini dapat dipahami karena pemberian ASI ekslusif bukan satu –
satunya faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi, tetapi ada
faktor lain yang ikut berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
bayi, seperti faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial.

11
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase pemberian


ASI ekslusif di posyandu (48,57%), lebih rendah daripada pencapaian
Puskesmas Poasia tahun 2013. Berdasarkan hasil uji T independen pada
penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ASI ekslusif berpengaruh
terhadap pertumbuhan pada bayi yang diberi ASI ekslusif dan non ASI
ekslusif tapi tidak signifikan dengan nilai P > 0,05.

B. Saran

ASI ekslusif sebaiknya tetap diberikan pada bayi sejak lahir sampai usia 6
bulan karena bayi akan tumbuh lebih sehat dan cerdas.Petugas kesehatan
hendaknya mempromosikan pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil dan
inisiasi menyusui dini (IMD) pada ibu melahirkan agar ibu termotivasi
memberikan ASI eksklusif secara dini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Hapsari, Elsi S.Kp, M.S., D.S. Pengantar Evidance Based Nursing. Jurnal
Blok 1.1

Lobiondo Wood, Geri. Evidence Based Practice : for Nursing and Health Care
Quality Improvement. China: Elsevier

Marliana,Yunita. 2017. Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap


Perkembangan Bayi Di Desa Kekait Kecamatan Gunung Sari. Juranl
Kesehatan Prima Vol. 11 2017. http://poltekkes-mataram.ac.id/wp-
content/uploads/2017/08/7.-Yunita-1.pdf

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2009. Fundamental of nursing fundamental


keperawatan (Adrina Ferderika, Penerjemah). Vol 1. Jakarta: Salemba
Medika.

Widayati dkk. 2017. Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Status


Gizi Dan Perkembangan Bayi Di Puskesmas Trucuk I.
http://digilib.unisayogya.ac.id/2291/

Zaenab dkk. 2016. Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Pertumbuhan


Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. JST Kesehatan
Vol. 2. ISSN2252-5416.

13
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/33a90808d560b3073328c6b077fd63ca.p
df.

14

Anda mungkin juga menyukai